Anda di halaman 1dari 110

1

PENERAPAN LATIHAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA


YANG MENGALAMI DEMENSIA DENGAN MASALAH
PERUBAHAN PROSES PIKIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WATES TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah

OLEH :
AYU MARANTIKA
NIM : 144012016008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2

PENERAPAN LATIHAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA


YANG MENGALAMI DEMENSIA DENGAN MASALAH
PERUBAHAN PROSES PIKIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WATES TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi Diploma III Keperawatan

OLEH :
AYU MARANTIKA
NIM : 144012016008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWULAMPUNG
2019

ii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3

PENERAPAN LATIHAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA YANG


MENGALAMI DEMENSIA DENGAN MASALAH PERUBAHAN
PROSES PIKIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WATES TAHUN 2019

Ayu Marantika
58 Halaman + 12 Tabel + 14 Lampiran

ABSTRAK

Lansia yang mengalami demensia atau kepikunan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari,
sehingga mengakibatkan lansia tidak mampu untuk menjalani hidupnya secara mandiri. Tujuan
penelitian untuk melaksanakan penerapan latihan fungsi kognitif untuk meningkatkan fungsi
kognitif pada lansia yang mengalami demensia di wilayah kerja Puskesmas Wates tahun 2019.

Jenis penelitian ini dengan pendekatan study kasus. Penelitian ini menggunakan 2 partisipan, jenis
kelamin laki-laki atau perempuan dengan usia diatas 60 tahun, dan mengalami demensia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama tujuh kali pertemuan pada kedua
Partisipan didapatkan hasil penelitian pada kedua partisipan yaitu mengalami peningkatan fungsi
kognitif. Partisipan dapat menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari kemarin dan saat ini dengan
benar dan mengalami peningkatan skor fungsi kognitif pada partisipan 1 yaitu 19 menjadi 22 dan
pada partisipan 2 yaitu 18 menjadi 20.
Penerapan latihan fungsi kognitif melaluimedia kalender untuk mengorientasikan waktu dan
instruksi berupa informasi yang kemudian diobservasi, dibaca, dan didengar oleh partisipan
menyebabkan partisipan untuk fokus pada informasi yang diberikan, sehingga latihan fungsi
kognitif yang diberikan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami
demensia.

Kata Kunci : Latihan Fungsi Kognitif, Lansia, Demensia.


Referensi :2007-2017 (32 referensi)

iii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
4

THE APPLICATION OF COGNITIVE FUNCTION EXERCISE IN


ELDERLY THAT HAS DEMENTIA WITH PROBLEM CHANGE OF
THOUGHT PROCESS IN THE WORKING AREA OF THE WATES
HEALTH CENTER IN 2019

Ayu Marantika
58 Pages + 12 Tables + 14 Attachments

ABSTRACT

Elderly people who experience dementia or senility can affect daily life, so that the elderly cannot
afford to live their lives independently. The purpose of this study is to provide a therapeutic the
application of cognitive function exercise in elderly that has dementia with problem change of
thought process in the working area of the wates health center in 2019.

This type of research is a case study approach. this study used 2 participants, male or female with
age above 60 years, and had dementia.

Based on the results of the research that has been carried out for seven meetings in the two
Participants, the results of the research in the two participants were obtained, namely experiencing
increased cognitive function. Participants can correctly state the date, month, year, day yesterday
and now with true and experienced an increase in cognitive function scores in participants 1, is 19
to 22 and in participants 2, 18 to 20.Application of cognitive function exercises through calendar
media to orient time and instructions in the form of information which is then observed, read, and
heard by participants induce participants to focus on the information provided, so cognitive
training given can improve cognitive function in elderly people had dementia.

Keywords : Cognitive Function Exercise, Elderly, Dementia.


Reference :2007-2017 (32 reference)

iv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
5

PERSETUJUAN PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah


Telah Diperiksa dan Disetujui untuk diuji dihadapan
TIM Penguji Karya Tulis Ilmiah

Judul KTI : “PENERAPAN LATIHAN FUNGSI KOGNITIF PADA


LANSIA YANG MENGALAMI DEMENSIA DENGAN
MASALAH PERUBAHAN PROSES PIKIR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES TAHUN
2019”
NamaMahasiswa : AYU MARANTIKA
NIM : 144012016008
Program Studi : D III Keperawatan

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rani Ardina, M.Kep. Ns. Gunawan Irianto, M.Kep.,Sp.Kom


NBM: 1156365 NBM: 1194199

v
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
6

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

PENERAPAN LATIHAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA YANG


MENGALAMI DEMENSIA DENGAN MASALAH PERUBAHAN
PROSES PIKIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WATES TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh Ayu Marantika telah diperiksa dan
dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah dan dinyatakan
Lulus pada tanggal 27 Juni 2019

MENGESAHKAN

Tim Penguji :
Penguji Utama : Nur Fadhilah, M.Kes
NBM. 927023 (.......................)

Penguji Anggota I : Ns.Rani Ardina, M.Kep


NBM. 1156365 (.......................)

Penguji Anggota II : Ns.Gunawan Irianto, M.Kep.,Sp.Kom


NBM. 1194199 (.......................)

Ketua Program Studi

Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep. J


NBM. 1152420

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep. J


NBM. 965246

vi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
7

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya


yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ayu Marantika
NIM : 144012016008
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
Judul KTI : Penerapan Latihan Fungsi Kognitif Pada Lansia Yang
Mengalami Demensia Dengan Masalah Perubahan Proses Pikir
Di Wilayah Kerja Puskesmas Wates Tahun 2019

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi
berupa materi atas Kaya Tulis Ilmiah saya yang berjudul : “Penerapan Latihan
Fungsi Kognitif Pada Lansia Yang Mengalami Demensia Dengan Masalah
Perubahan Proses Pikir Di Wilayah Kerja Puskesmas Wates Tahun 2019”

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung dengan adanya pernyataan ini


berhak menyimpan, mengalihmediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik hak atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu
Pada tanggal : Juni 2019
Yang menyatakan

(Ayu Marantika)

vii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
8

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menghanturkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan sebagai mana mestinya. Sholawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni nabi agung Muhammad SAW,
dan juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para umatnya termasuk kita semua
didalamnya, Amin.
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Kusmadi S.Pd dan Ibu Sutinah yang begitu sabar
mendengarkan keluh kesahku, mendukung, mendo’akan, dan terus mensuport
anaknya sampai ditahap ini.

2. Dosen penguji Utama Nur Fadhilah, M.Kes, penguji anggota I Ns. Rani
Ardina, M.Kep, penguji anggota II Ns. Gunawan Irianto, M.Kep..Sp.Kom,
yang telah banyak menambah ilmu selama ini dan yang telah sabar
membimbingku.

3. Sahabatku tercinta Vincentia Asih Setianingsih dan Winingrum Astari yang


telah memberikan ku semangat dan terimakasih atas waktu kalian untuk saling
bercerita, memotivasi, dan berbagi untuk melepas kepenatan setelah
beraktivitas. Semoga kita tetap dapat mempertahankan “brotherhood” ini
sampai rambut kusam dan memutih.

4. Teman-teman seperjuangan angkatan 21 DIII Keperawatan yang telah


menemani perjuangan ku dari awal hingga akhir.

5. Serta seluruh pihak yang sangat mendukung untuk penyelesaian tugas akhir
ini.

Sekali lagi penulis ucapkan terimakasih banyak karena dukungan seluruh


pihak diatas, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

viii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ayu Marantika dilahirkan di Pagelaran, 23 Maret 1997, putri kedua dari pasangan
Bapak Kusmadi S.Pd dan Ibu Sutinah dengan satu orang kakak laki – laki dan satu
orang adik perempuan. Pendidikan dasar penulis di SD N 1 Patoman lulus tahun
2009 dan SMP N 1 Pagelaran lulus tahun 2012 dan dilanjutkan di SMA N 1
Pagelaran, lulus tahun 2015. Pendidikan berikutnya penulis melanjutkan ke
perguruan tinggi yaitu STIKes Muhammadiyah Pringsewu sampai dengan
sekarang.

ix
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10

MOTTO

“Cara melawan ketakutan adalah dengan melawannya”


“Cara melawan kemalasan adalah dengan melawannya”
“Be a girl with a mind, a woman with attitude, and a lady with class”
(AYU MARANTIKA)

x
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia – Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Karya
Tulis Ilmiah ini berjudul : “Penerapan Latihan Fungsi Kognitif Pada Lansia Yang
Mengalami Demensia Dengan Masalah Perubahan Proses Pikir Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wates Tahun 2019”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir
dalam menempuh pendidikan Diploma III Keperawatan pada STIKes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Selama penulisan dan penyusunan karya
tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun material
serta bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karna itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
2. Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Ketua Prodi D III Keperawatan.
3. Nur Fadhillah, M.Kes selaku Penguji Utama
4. Ns. Rani Ardina, M.Kep selaku Penguji Anggota I
5. Ns. Gunawan Irianto, M.Kep.,Sp.Kom selaku Penguji Anggota II.
6. Seluruh dosen dan staf STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
7. Bapak, ibu, adik dan orang-orang terkasih yang selalu menemani dan menanti
keberhasilan saya.
8. Teman seperjuangan angkatan ke-21 yang telah membantu dalam penulisan
laporan ini.
9. Sahabat-sahabat tercinta Vivi, Arum, Diah, Devi, Prilly, Dewi, Sasa, Resi dkk.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan karya tulis ilmiah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.
Wasalammu’alaikumWr. Wb.

Pringsewu, 27 Juni 2019


Penulis

Ayu Marantika

xi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
12

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PENELITIAN ................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vi
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... ix
MOTTO ...................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Lansia ................................................................................... 8
B. Demensia .......................................................................................... 13
C. Latihan Fungsi Kognitif..................................................................... 17
D. Pengukuran Demensia ....................................................................... 19
E. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Demensia ................... 20

xii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................... 25
B. Batasan Istilah ................................................................................... 25
C. Partisipan .......................................................................................... 26
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 26
E. Pengumpulan Data ............................................................................ 27
F. Analisa Data ...................................................................................... 27
G. Etik Penelitian ................................................................................... 28
H. Jalannya Penelitian ............................................................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ................................................. 31
B. Gambaran Partisipan ......................................................................... 32
C. Pemaparan Fokus Study .................................................................... 39
D. Evaluasi ............................................................................................ 45
E. Pembahasan ...................................................................................... 47
F. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ....................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

xiii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
14

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................... 23
Tabel 3.1 Batasan Istilah............................................................................... 26
Tabel 4.1 Identitas Partisipan ........................................................................ 32
Tabel 4.2 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi ......................................... 32
Tabel 4.3 Lingkungan Tempat Tinggal.......................................................... 33
Tabel 4.4 Riwayat Kesehatan ........................................................................ 34
Tabel 4.5 Pola Fungsional ............................................................................. 35
Tabel 4.6 Pemeriksaan Fisik dan Observasi ................................................... 37
Tabel 4.7 Pengkajian Lansia ......................................................................... 38
Tabel 4.8 Hasil dan Perubahan Partisipan 1 ................................................... 41
Tabel 4.9 Hasil dan Perubahan Partisipan 2 ................................................... 43
Tabel 4.10 Hasil Penerapan Latihan Fungsi Kognitif..................................... 45

xiv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed ConsentPartisipan 1


Lampiran 2 Lembar Informed ConsentPartisipan 2
Lampiran 3 Surat Pengajuan Judul
Lampiran 4 Surat Izin Pra Survey
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Pra Survey
Lampiran 6Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 7Surat Balasan Pengambilan Data
Lampiran 8 Lembar Konsul
Lampiran 9 Sop Latihan Fungsi Kognitif
Lampiran 10 Lembar Observasi Penerapan Fungsi Kognitif
Lampiran 11 Format Pengkajian Gerontik
Lampiran 12 Lembar Pengkajian Keperawatan Lansia Dengan Demensia
Lampiran 13 Format Apgar Gerontik
Lempiran 14 Lembar Pengkajian MMSE

xv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini di dunia terjadi peningkatan jumlah lansia yang berusia lebih dari 60

tahun ke atas sekitar 13,4% pada tahun 2013, dan pada tahun 2050

diperkirakan akan meningkat menjadi 25,3%. Pada tahun 2100 diperkirakan

menjadi 35,1%. Peningkatan presentase lansia akan meningkat setiap

tahunnya dan angka beban tanggungan juga semakin meningkat seiring

meningkatnya jumlah populasi lansia (Kemenkes RI,2014).

Peningkatan jumlah lansia mengakibatkan peningkatan penderita demensia di

dunia. Prevalensi demensia di indonesia dari 220 juta penduduk ditemukan

sekitar 2,2 juta penderita demensia. Di asia pasifik, penderita demensia

meningkat dari 13,7 juta orang di tahun 2005 menjadi 64,4 juta ditahun

2050(Anurogo dan Usman, 2013).

Alzhimer’s Disease International(ADI) (2016) menyebutkan bahwa jumlah

penderita demensia dikawasan Asia Pasifik mencapai angka 23 juta dan

diperkirakan meningkat hampir mencapai angka 71 juta di tahun 2050. Salah

satu kawasan yang diperkirakan mengalami peningkatan prevalensi demensia

adalah negara Indonesia. Prevalensi demensia di Indonesia tahun 2015

menunjukkan angka lebih dari 556.000 dan diperkirakan meningkat menjadi

hampir 2,3 juta di tahun 2030 serta menjadi 4 juta orang pada tahun 2050.

Jumlah lansia di provinsi lampung sebanyak 48.545 atau 17,10% dari 283.813

jumlah penduduk di Provinsi Lampung(BKKBN, 2012-2013). Jumlah

1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2

penduduk provinsi lampung berdasarkan data yang diperoleh oleh Biro Pusat

Statistik(BPS) Provinsi Lampung sebesar 7.877.468 jiwa yang terdiri dari

4.044.534 jiwa laki-laki dan 3.832.934 jiwa perempuan. Berdasarkan teori,

lanjut usia yang berusia diatas 65 tahun berisiko terkena penyakit

demensia(Nugroho,2008).

Demensia sekarang ini merupakan kondisi yang menyebabkan disabilitas

dengan presentase 11,2%. Hal ini lebih tinggi dibandingkan stroke sejumlah

(9,5%), penyakit jantung (5%), dan kanker (2,4%). Hampir 80% perawatan

pasien demensia tersebut disediakan oleh keluarga dirumah(Alzheimer’s

Association, 2012). Sebagian besar lansia di Indonesia memilih tinggal

dirumah sendiri atau bersama keluarganya (Kadar, Francis, Sellick et al,

2012).

Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring berjalannya waktu adalah

terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Perubahan tersebut

menyebabkan lansia mengalami perubahan fungsi kerja otak/perubahan

fungsi kognitif. Perubahan fungsi kognitif dapat berupa mudah

lupa(forgetfulness)(Wreksoatmodjo,2012). Lansia dapat hidup normal tanpa

mengalami berbagai gangguan memori, dan masalah kesehatan jiwa seperti

gangguan perasaan seperti depresi, gangguan fisik, dan perubahan proses

pikir (Azizah, 2011).

Gejala penurunan kognitif ringan berupa perubahan proses pikir dan kesulitan

memusatkan perhatian, gejala tersebut wajar dialami oleh lansia padahal

gejala tersebut dapat mengakibatkan demensia atau kepikunan yang dapat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

mempengaruhi kehidupan sehari-hari, hal tersebut mengakibatkan lansia tidak

mampu untuk menjalani hidupnya secara mandiri. Oleh karenanya demensia

tidak hanya menjadi beban bagi penderita tapi juga bagi keluarga penderita

(Tanjung K.I, Udiyono A, Kusariana N, 2019).

Dampak dari kejadian demensia ini jika tidak ditangani diantaranya yaitu

terjadi perubahan perilaku pada lansia tersebut seperti melupakan dirinya

sendiri , memusuhi orang-orang disekitarnya, dan sering berkeluyuran pada

malam hari sehingga mudah hilang (Brooker & Carpenito, 2009). Demensia

juga dapat menimbulkan dampak pada keluarga yang merawat anggota

keluarga dengan demensia.

Peran perawat sangat dibutuhkan untuk membantu dalam memberikan

stimulasikognitif. Stimulasi kognitif berupaya untuk mengoptimalkan kualitas

kesehatan intelegensi pada penderita gangguan otak, saraf, dan otot. Stimulasi

kognitif dilakukan melalui stimulasi atau latihan agar meningkatkan

intelegensi(Depkes, 2010).

Merawat lansia dengan demensia merupakan pengalaman unik bagi keluarga

yang kemudian menimbulkan stress sehingga terjadi peningkatan beban

keluarga(Family burden). Beban yang dirasakan keluarga yaitu beban fisik,

beban psikologi, beban ekonomi dan beban sosial(Widyastuti,2011).

Droes(2011) mengatakan bahwa orientasi realita menggunakan media

kalender dapat membantu meningkatkan kognitif pasien, orientasi ini

membantu mengingat tanggal, bulan, tahun, serta hari. Pasien membalikkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

atau merobek kalender saat pergantian tanggal untuk membantu menunjukkan

tanggal, bulan, hari dan tahun saat ini.

Orell, Spector, & Woods (2008) mengatakan bahwa dengan diberikannya

stimulasi kognitif tersebut dapat membantu dalam memperbaiki gangguan

kognitif pada penderita demensia. Ong anam, Muis et al (2017) mengatakan

bahwa latihan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang terhadap

ingatan tertentupada orang yang mengalami kehilangan memori ringan

hingga sedang dapat menghasilkan peningkatan orientasi dan memori.

Bagi keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami demensia juga bisa

melakukan terapi ini karena terapi ini sangat mudah dilakukan sehingga

mempermudah keluarga untuk melakukan terapi tersebut. Manfaat terapi ini

tetap dapat dirasakan oleh lansia maupun dari anggota

keluarga(Sholihah,2011).

Berdasarkan data Puskesmas Wates (2019), penduduk lansia yang tinggal

diwilayah kerja Puskesmas Wates berjumlah 2.518. Jumlah lansia wanita

1.345 lebih tinggi dari laki-laki yang berjumlah 1.173. Hasil wawancara pada

kader posyandu diperkirakan terdapat 62 lansia dengan penurunan daya ingat

yang mengarah kepada demensia. Berdasarkan fenomena tersebut

makapeneliti tertarik melakukan penelitian pada lansia dengan judul

“Penerapan latihan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia

dengan masalah perubahan proses pikir di wilayah kerja Puskesmas Wates

tahun 2019”.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

B. Rumusan Masalah

Lanjut usia yang mengalami demensia memerlukan suatu penanganan karena

mempengaruhi aktivitas harian lansia. Penanganan yang digunakan lanjut usia

untuk meningkatkan fungsi kognitif yaitu dengan stimulusikognitif.

Stimulasikognitif berupaya untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan

intelegensi pada penderita gangguan otak, saraf,dan otot. Terapi kognitif

dilakukan melalui stimulasi atau latihan agar meningkatkan intelegensi.

Orientasi waktu menggunakan media kalender dapat membantu

meningkatkan kognitif pasien, orientasi ini membantu mengingat tanggal,

bulan, tahun, serta hari. Pasien membalikkan atau merobek kalender saat

pergantian tanggal untuk membantu menunjukkan tanggal, bulan, hari dan

tahun saat ini.Oleh karena itu karya tulis ilmiah ini dibuat untuk mengetahui

bagaimana penerapan latihan fungsi kognitifdapat meningkatkan fungsi

kognitif pada lansia yang mengalami demensia di wilayah kerja Puskesmas

Wates tahun 2019?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan penerapan latihan fungsi kognitif untuk meningkatkan

fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia di wilayah kerja

Puskesmas Wates tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada lansia yang mengalami demensia dengan

masalah keperawatan perubahan proses pikir.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

b. Melakukan diagnosa keperawatan pada lansia yang mengalami

demensia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir.

c. Melakukan rencana tindakan atau intervensi pada lansia yang

mengalami demensia dengan masalah keperawatan perubahan proses

pikir.

d. Melakukan implementasi pada lansia yang mengalami demensia

dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir.

e. Melakukan evaluasi pada lansia yang mengalami demensia dengan

masalah keperawatan perubahan proses pikir sebelum dan setelah

dilakukan penerapan.

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian diatas manfaat penelitian ini yaitu :

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi puskesmas sebagai

pelaksanaan penerapan latihan fungsi kognitif untuk meningkatkan fungsi

kognitif pada lansia yang mengalami demensia.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan gambaran pada mahasiswa

untuk melaksanakan penerapan latihan fungsi kognitif untuk

meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat yang mempunyai

lansia dengan demensia agar dapat merawat secara mandiri dirumah.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian dengan tema yang berbeda.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi

Perkembangan manusia yang dimulai dari masa

bayi,anak,remaja,dewasa,tua dan akhirnya masuk pada fase usia lanjut

dengan umur diatas 60 tahun (Mujahidullah, 2012).

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2016), WHO membagi empat tahapan yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45-49 tahun

b. Usia lanjut (elderly) :60-74 tahun

c. Usia lanjut tua(old) :75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

3. Teori Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah (Nugroho,2008).

a. Teori Biologis

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses

menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi

tubuh selama masa hidup (Mujahidullah, 2012).

8
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9

b. Teori Genetik dan Mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik

untuk speies-spesien tertentu.Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan

setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang

khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (Siti, 2008).

1) Immunology Slow Theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat

menyebabkan kerusakan organ tubuh (Siti, 2008).

2) Teori stress

Teori ini mengungkapkan menua terjdi akibat hilangnya sel –sel yang

biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan

stres yang menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai (Siti, 2008).

c. Teori non-genetik

1) Teori penurunan system imun tubuh(auto-immune theory).

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

system imun tubuh mengenali dirinya sendiri(self recognition). Jika

mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun

tidak mengenalinya sehingga merusaknya (Nugroho, 2008).

2) Teori kerusakan akibat radikal bebas(free radical theory)

Teori radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas dan didalam tubuh

karena adanya proses metabolism atau proses pernapasan didalam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang

tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan

sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul tubuh (Nugroho,

2008).

3) Teori menua akibat metabolisme

Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa

pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan

dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Nugroho,

2008).

4) Teori rantai silang (cross ling theory)

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang

tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan,

dan hilangnya fungsi sel (Maryam, 2008).

5) Teori fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori

oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Disini

terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah

terpakai(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal) (Nugroho, 2008).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

d. Teori Sosiologis

1) Teori interaksi sosial

Pada lansia, kekuasaan dan pretisenya berkurang, sehingga

menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa

hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah

(Maryam, 2008).

2) Teori aktivitas atau kegiatan

Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka

yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial(Nugroho,

2008).

3) Teori kepribadian berlanjut

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang

lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya.

Dengan demikian,pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia

(Nugroho 2008).

4) Teori Pembebasan

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan individu lainnya (Nugroho, 2008). Teori

ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontak sosial

3) Berkurangnya komitmen

e. Permasalahan-permasalahan pada lansia

Menurut Mujahidullah (2012), permasalahan pada lansia adalah

1) Perubahan Ingatan(memory)

Dalam komunikasi, memori memegang peranan penting dalam

mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir. Memori adalah system

yang sangat berstruktur, yang mrenyebabkan organism sanggup

merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya

untuk membimbing perilakunya.

f. Permasalahan khusus (mental, psikososial, kecemasan)

Menurut Nugroho (2008), lansia dihadapkan permasalahan khusus

seperti:

1) Mentalatau psikis pada lansia terganggu, dapat berupa, curigaan,

bertambah pelit, mengharapkan tetap diberi peranan dalam

masyarakat.

2) Nilai seseorang sering diukur produktivitasnya dan identitasnya

dikaitkan dengan peranan dan pekerjaan, bila mengalami pensiun,

seseorang akan mengalami perubahan psikososial.

3) Kecemasan yang terjadi dilansia timbul yang merasa dirinya sudah

tidak menarik lagi dan kurang mampu.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

B. Demensia

1. Definisi

Demensia adalah suatu sindrom yang dikarakteristikkan dengan adanya

kehilangan kapasitas intelektual melibatkan tidak hanya ingatan(memori),

namun juga kognitif, bahasa,kemampuan visuospasial, dan kepribadian

(Mujahidullah, 2012).

Demensia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami penurunan

daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut

menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan

gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan

tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderita

(Azizah, 2011).

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya

sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.

Kemunduran kognitif pada demensia biasanya di awali dengan kemunduran

memori/daya ingat (pelupa). Demensia erat kaitannya dengan usia lanjut.

Pokok masalahnya adalah bagaimana membedakan kemunduran

memori(mudah lupa) yang disebabakan oleh awal penyakit Alzheimer

(Nugroho, 2008).

2. Klasifikasi

Secara garis besar demensia pada usia lanjut dapat diklasifikasikan dalam 4

golongan, yaitu:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

a. Demensia Degeneratif Primer (50-60%)

Dikenal juga dengan nama demensia tipe Alzheimer, adalah suatu

keadaan yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron

di daerah tertentu dari korteks.

b. Demensia Multi Infark (10-20%)

Demensia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit

Alzheimer. Bisa di dapatkan sendiri atau dengan demensia jenis lain.

c. Demensia Sindroma Amnestik dan “Pelupa Benigna akibat penuaan”(20-

30%)

Pada kedua keadaan diatas, gejala utamanya adalah gangguan

memori(daya ingat), sedangkan pada demensia terdapat gangguan pada

fungsi intelektual yang lain.

(Mujahidullah, 2012).

3. Etiologi

Keadaan yang secara potensial reversible/bisa dihentikan:

a. Intoksikasi (obat, termasuk alkohol, dan lain lain)

b. Infeksi susunan saraf pusat

c. Gangguan metabolic

d. Gangguan nutrisi

e. Gangguan vaskuler(demensia multi infark, dan lain-lain)

Penyakit degenerative progresif:

a. Tanpa gejala neurologic lain:

1) Penyakit Alzheimer

2) Penyakit pick

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

b. Dengan gangguan neurologic progresif:

1) Penyakit Parkinson

2) Penyakit hungtington

3) Kelumpuhan supranuklear progresif

4) Penyakit degenerative lain yang jarang didapat

Penyebab demensia yang reversible sangat penting untuk diketahui, karena

dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup

sehari-hari yang normal. Untuk mengingat berbagai keadaan tersebut telah

disebut suatu “jembatan keledai” sebagai berikut: Drug (obat-obatan),

Emotional (gangguan emosi, missal depresi, dan lain-lain, Metabolik

(endokrin), Eye and Ear (disfungsi mata dan telinga), Nutrition, Tumor and

trauma, Infection, Arterosclerotic( komplikasi penyakit aterosklerosis,

missal infark miokard, gagal jantung, dan lain-lain) dan alkohol

(Mujahidullah, 2012).

4. Manifestasi klinis

Garis besar manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:

a. Perjalanan penyakit betahap

b. Tidak terdapat gangguan kesadaran

(Mujahidullah, 2012).

a. Stadium awal

Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai usia

lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua oleh anggota

keluarga, dan orang terdekat penyandang demensia. Karena proses

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

berjalan sangat lambat, sulit sekali untuk menentukan kapan proses ini

dimulai. Gejala yang ditunjukan sebagi berikut:

1) Kesulitan dalam berbahasa

2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna

3) Disorientasi waktu dan tempat

4) Sering tersesat ditempat yang biasa dikenal

5) Kesulitan membuat keputusan

6) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas

b. Stadium menengah

Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada

stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari dan menunjukkan gejala sebagai berikut:

1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama

orang.

2) Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah.

3) Sangat bergantung pada orang lain.

4) Semakin sulit bicara.

5) Terjadi perubahan perilaku.

6) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat

dirumah sendiri).

c. Stadium lanjut

Pada stadium ini, terjadi:

1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total

2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga(disorientasi personal).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

3) Sukar memahami dan menilai peristiwa

4) Tidak mampu menemukan jalan disekitar rumah sendiri

5) Kesulitan berjalan

6) Mengalami inkontinesia(berkemih atau defekasi)

7) Akhirnya bergantung pada kursi roda/tempat tidur.

(Nugroho,2008).

5. Patofisiologi

Teori tau atau tangle hypothesis adalah adanya korelasi yang kuat antara

keparahan demensia dan frekuensi banyaknya kekusutan di saraf. Kekusutan

ini terjadi dari banyak protein, tetapi protein utamanya adalah protein tau.

Protein tau sangat penting untuk elongasi akson dan perbaikan akson. Tau

adalah fosfoprotein sehingga kemampuannya berkurang oleh proses

fosforilasi. Proses fosforilasi ini dikaitkan dengan enzim glikogen kinase-3

(GSK-3), pada penderita demensia, protein yang diisolasi bersifat

hiperfosforilasi sehingga kemampuannya untuk memperbaiki akson sangat

berkurang, oleh karena itu terbentuknya kekusutan pada saraf (Rochman,

2014).

C. Latihan Fungsi kognitif

Pada usia lanjut fungsi kognitif menjadi menurun yang disebabkan oleh

beberapa faktor seperti penyakit neurologi, penyakit vaskuler, dan depresi

(Eko dan Gloria, 2016). Fungsi kognitif dipengaruhi oleh banyak hal yaitu

bahasa, perkembangan, pemikiran, perkembangan memori atau daya ingat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

Dan perkembangan intelegensi yang mempengaruhi pada lanjut usia (Marlina,

2012).

Perubahan fungsi kognitif menyebabkan lansia mengalami perubahan fungsi

kerja otak, dan perubahan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa. Di fase ini

seseorang masih bisa berfungsi dengan normal walaupun mulai sulit

mengingat kembali informasi yang sudah dipelajari. Mudah lupa ini bisa

berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan sampai dengan bentuk klinis yang

paling berat yaitu demensia (Wreksoatmodjo, 2012).

1. Definisi

Latihan fungsi kognitif adalah upaya untuk mengoptimalkan kualitas

kesehatan intelegensi pada penderita gangguan otak, saraf dan otot yang

dilakukan melalui stimulasi atau latihan agar memiliki atau meningkatkan

kemampuan intelegensi (Depkes, 2010).

Latihan fungsi kognitif merupakan tindakan keperawatan meningkatkan

keterampilan memori menggunakan proses interaksi interpersonal atau

hubungan terapeutik perawat-pasien melalui fase orientasi, kerja dan

resolusi (Parker & Smith, 2010).

2. Tujuan

Latihan atau stimulasi kognitif ini bertujuan untuk membantu individu

mengembangkan pola pikir yang rasional, terlibat dalam uji realitas, dan

membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal

(Copel, 2007). Latihan kognitif juga bertujuan untuk menerapkan strategi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

dalam meningkatkan fungsi kognitif bagi penderita demensia (Orell,

Spector, & Woods, 2008).

Perawatan daya ingat (latihan kognitif) diprioritaskan karena pada lansia

yang semakin bertambah usianya diharapkan fungsi daya ingatnya dapat

terpelihara dengan baik sehingga fungsi dan kualitas hidup lansia sebagai

individu dapat berfungsi dan sejahtera (Calero & Navarro, 2007; Miller,

2009). Prinsip dalam pelaksanaan latihan kognitif ini tidak bisa

menyembuhkan demensia secara total tetapi hanya mengurangi atau

memperlambat kerusakan kognitif.

Pelaksanaan latihan fungsi kognitif dilakukan selama 7 kali tatap muka,

pada setiap pertemuan, peneliti memulai pembicaraan dengan menanyakan

tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun untuk melatih orientasi terkait

waktu. Peneliti juga mengontrol kalender sobek yang dimiliki pasien

(Prasetyo, 2015).

D. Pengukuran demensia

Mini mental stase examination (MMSE) digunakan sebagai pemeriksaan gold

standar untuk diagnosis demensia. Pemeriksaan neuropsikologi ini pertama

kali diperkenalkan oleh Folstein. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan dan

membutuhkan waktu yang relative singkat yaitu antara lima sampai sepuluh

menit yang mencakup penilaian orientasi, registrasi, perhatian, dan kalkutasi,

mengingat kembali serta bahasa. Klien dinilai secara kuantitatif pada fungsi-

fungsi tersebut dengan nilai sempurna adalah 30, kognitif normal dengan skor

>23, kerusakan kognitif ringan 17-23, dan kerusakan kognitif berat <16

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

(Martini, 2014). MMSE digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang

sederhana dan cepat untuk mencari kemungkinan munculnya defisit kognitif

sebagai tanda demensia. Pemeriksaan ini juga digunakan secara luas pada

praktik klinis sebagai instrument skrining kognitif yang telah dibuktikan

dalam studi National Institute of Health yang menyebutkan bahwa MMSE

sebagai penilai fungsi kognitif yang direkomendasikan (Zulsita & Arni, 2011).

E. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Demensia

Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan. Proses ini

meliputi pengumpulan data, verifikasi data, organisasi data, interpretasi data,

pendokumentasian data (Debora, 2012).

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah usia

karena banyak klien lansia yang mengalami demensia.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah

psikososial: Demensia adalah klien dengan kehilangan ingatan.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini

mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan

pengkajian.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial

sebelumnya dan bagaimana penanganannya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan

psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik

yang mempengaruhi psikososial.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial:

Demensia biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya Composmentis.

3) Tanda-Tanda Vital

a) Suhu dalam batas normal (37 oC).

b) Nadi normal (N : 70-82x / menit).

c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.

d) Pernapasan biasanya normal atau meningkat.

4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)

a) Sistem Pernapasan (B1 : Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam

batas normal.

b) Sistem Sirkulasi (B2 : Bleeding)

Tidak ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi masih dalam

batas normal.

c) Sistem Persyarafan (B3 : Brain)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

Klien mengalami gangguan memori, kehilangan ingatan,

gangguan konsentrasi, kurang perhatian, gangguan persepsi

sensori, insomnia.

d) Sistem Perkemihan

Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.

g. Hasil pengkajian khusus/APGAR gerontik

a) Fungsi Kognitif / MMSE

b) Masalah Kesehatan Kronis

c) Status Fungsional

d) Status Psikologis

(Aspiani, 2014)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat

professional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan,

respons klien terhadap penyakit, atau kondisi klien (aktual/potensial)

sebagai akibat dari penyakit yang diderita (Debora, 2012).

a. Perubahan proses pikir

b. Sindrom stress relokasi

c. Perubuahan persepsi-sensori

d. Perubahan pola tidur

e. Kurang perawatan diri

f. Perubahan pola eliminasi urinarius atau konstipasi/inkontinensia

(Kushariyadi, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana keperawatan adalah rancangan tindakan yang disusun perawat

bersama lansia untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah terdiagnosa (Nugroho, 2008).

Tabel 2.1
Rencana Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Perubahan Proses NOC NIC
Pikir 1. Orientasi terkait Stimulasi Kognitif
Definisi: Suatu waktu meningkat. 1. Bicara pada pasien.
keadaan dimana 2. Pengetahuan 2. Sediakan kalender.
individu mengalami memori kerja 3. Orientasikan pasien
gangguan dalam lansia meningkat terhadap waktu.
pengoperasian dan secara efektif 4. Tingkatkan ulang
aktivitas kognitif. melalui peran aktif informasi.
lansia mengikuti 5. Minta pasien untuk
proses pelatihan mengulang waktu (hari,
memori. tanggal, bulan, dan
3. Terjadi perubahan tahun).
kinerja memori (Bulechek, Butcher et al,
setelah mengikuti 2013)
latihan.

4. Tindakan Keperawatan

Menurut Nursalam (2013) tindakan keperawatan adalah suatu perencanaan

dengan tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal ,kontekstual,dan

residual.

Implementasi atau tindakan merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanan yang dibuat diaplikasikan

(Debora, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini

perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang

terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan belum teratasi

semuanya (Debora, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian

satu unit penelitian secara intensif misalnya satu Partisipan , keluarga

kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung

sedikit namun jumlah variable yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu,

sangat penting untuk mengetahui semua variable yang berhubungan dengan

masalah penelitian (Nursalam, 2013).

Studi kasus dalam penelitian ini merupakan studi untuk mengeksplorasi

Penerapan Latiihan Fungsi Kognitif Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif

Pada Lansia Yang Mengalami Demensia di Wilyah Kerja Puskesmas Wates

tahun 2019.

B. Batasan Istilah

Definisi operasional adalah menjelaskan variabel penelitian meliputi

variabel – variabel yang diteliti, jenis variabel, definisi konseptual, dan

operasional, serta bagaimana melakukan pengukuran /penilaian terhadap

variable (Kelana, 2011).

25
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
26

Tabel 3.1
Batasan Istilah

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur


Demensia Demensia merupakan keadaan dimana Wawancara, observasi,
seseorang mengalami penurunan daya pemeriksaan fisik.
ingat dan daya pikir, dan penurunan
kemampuan tersebut menimbulkan
gangguan terhadap fungsi kehidupan
sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai
dengan penurunan kognitif, perubahan
mood dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari
penderita (Azizah, 2011).
Latihan Fungsi Kognitif Latihan kognitif juga bertujuan untuk Wawancara, observasi
menerapkan strategi dalam meningkatkan MMSE
fungsi kognitif bagi penderita demensia
(Orell, Spector, & Woods, 2008). Orientasi
realita menggunakan media kalender dapat
membantu meningkatkan kognitif pasien,
orientasi ini membantu mengingat tanggal,
bulan, tahun, serta hari (Droes, 2011).
Perubahan Proses Pikir Perubahan proses pikir adalah suatu MMSE
keadaan dimana individu mengalami
gangguan dalan pengoperasian dan
aktivitas kognitif (Kushariyadi, 2010).

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian adalah 2 partisipan yaitu lansia

yang usianya diatas 60 tahun, yang mengalami demensia. Kriteria inklusi

pada penelitian ini yaitu lansia dengan keadaan umum baik, jenis kelamin

laki-laki atau perempuan, dan keluarga bersedia lansia mengikuti penelitian

ini. Pasien demensia hasil pengukuran fungsi kognitif dengan instrument

MMSE(Mini Mental Stase Examination) kurang dari 23.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayahkerjaPuskesmasWates,di desa wates

timur pada bulan Mei 2019 dirumah lansia selama 7 kali kunjungan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Kelana 2011 metode yang digunakan

adalah :

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada kedua partisipan mengenai

masalah kesehatannya yaitu berupa identitas partisipan, keluhan utama,

riwayat kesehatan partisipan , dan kebutuhan biopsikososial spiritual

sesuai format pengkajian gerontik.

2. Observasi

Peniliti melakukan observasi pada saat latihan kognitif.

3. Pemeriksaan Fisik

Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan inspeksi, perkusi, palpasi,

auskultasi keseluruh tubuh.

4. Lembar Observasi

Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan metode pengukuran

status mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam).

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini menggunakan data berupa hasil pemeriksaan di

Posyandu Lansia Desa Wates dan SOP.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

F. Analisa Data

Analisa data penelitian menurut Nursalam (2013) adalah :

1. Pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara, observasi,

dokumentasi. Penelitian menulis dalam bentuk catatan lapangan dan

dibuat transkrip.

2. Mereduksi data

Peneliti menyajikan data wawancara dibuat dalam bentuk transkrip dan

dikelompokkan menjadi data subyektif dan objektif, dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnosis kemudian dibandingkan.

3. Penyajian Data

Peneliti menyajikan data menggunakan tabel, dan teks naratif.

Kerahasiaan dari Partisipan dijaga dan dengan membuat nama inisial

dalam identitas partisipan.

4. Kesimpulan

Peneliti menyajikan dari data, kemudian dibahas dan dibandingkan pada

hasil penelitian terdahulu secara teori dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan

terkait proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

G. Etik penelitian

Menurut Nursalam tahun (2013) Etika yang mendasari penelitian adalah :

1. Bebas dari eksploitasi

Peneliti membebaskan Partisipan mengeluarkan keluh kesah tanpa

paksaan.

Right to full disclousure

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika

ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

2. Informed consent

Peneliti memberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang dilaksanakan ,mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau

menolak menjadi responden.

3. Right to justice

Peneliti memberikan pelatihan yang adil dari kedua partisipan yang

diberikan intervensi.

4. Confidentialy

Pada penelitian ini semua informasi yang berasal dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset.

H. Jalanya Penelitian

1. Tahap persiapan

Peneliti mencari bahan – bahan seperti literatur dan SOP yang

berhubungan dengan sumber untuk penelitian melihat fenomena dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

disusun dengan pembimbing serta meminta izin mencari data survey di

Wilayah Kerja Puskesmas Wates untuk diangkat dalam penelitian. Peneliti

melakukan rancangan penelitian, kemudian dikonsulkan kepada

pembimbing dan dosen penguji, peneliti mengajukan perizinan ke tempat

penelitian melalui instansi pendidikan.

2. Tahap pelaksanaan

Peneliti mendapat izin dari Puskesmas Wates, kemudian mengumpulkan

data dengan cara melakukan observasi, pemeriksaan fisik, wawancara,

menggunakan alat ukur fungsi kognitif yaitu MMSE, SOP sebelum dan

setelah melakukan implementasi. Pengumpulan data ini berlangsung

selama dua minggu, kelengkapan hasil observasi diperiksa kembali, data

yang sudah terkumpul diolah dengan menggunakan perangkat lunak

computer / laptop.Skema penerapan latihan fungsi kognitifuntuk

meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia.

3. Tahap akhir

Hasil penelitian disajikan dengan presentasi.Setelah melakukan sidang dan

disetujui untuk dilakukan penjilidan hasil penelitian dikumpulkan sesuai

jadwal yang telah ditentukan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Wates yang berada di

Kabupaten Pringsewu Lampung.Puskesmas ini buka setiap hari selama 24

jam. Puskesmas Wates memiliki batas–batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wates

Gadingrejo

2. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wates

Gadingrejo

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wates

Gadingrejo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pringsewu

Puskesmas Wates memiliki 8 wilayah kerja yaitu Desa Wates, Wates

Timur, Wates Selatan, Bulurejo, Bulukarto, Panjerejo, Blitarejo, dan

Parerejo. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Wates Gadingrejo

terdapat 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 1 sanitarian, 1 sarjana ekonomi,

8 perawat, 3 perawat gigi, 12 bidan, 1 analisis kesehatan, 1 pengelola

obat, 1 ahli gizi, 11 tenaga sukarela.

31
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
32

B. Gambaran Partisipan

Tabel 4. 1
Identitas Partisipan

Identitas Partisipan Partisipan 1 Partisipan 2

Nama Ny. M Ny. S

Umur 90 tahun 83 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

Pendidikan SMP SD (Tidak Lulus)

Agama Islam Islam

Suku Jawa Jawa

Status Perkawinan Janda Janda

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga

Alamat Sidodadi, Wates Timur Sidodadi, Wates Timur

Diagnosa Medis Demensia Demensia

Berdasarkan hasil pengkajian identitas partisipan terdapat perbedaan umur

dan pendidikan. Partisipan 1, 90 tahun dengan pendidikan terakhir SMP

dan partisipan 2, 83 tahun dengan pendidikan terakhir SD (Tidak Lulus).

Tabel 4.2
Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

Partisipan 2
Partisipan 1
Pekerjaan Saat Ini IRT IRT

Pekerjaan Sebelumnya Petani IRT

Sumber Pendapatan Hasil Panen Sawah Diberi anak-anaknya

Kecukupan Pendapatan Cukup Cukup

Berdasarkan hasil pengkajian riwayat pekerjaan dan status ekonomi

partisipan terdapat perbedaan partisipan 1 pekerjaan sebelumnya adalah

petani dan partisipan 2 adalah IRT.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

Tabel 4. 3
Lingkungan Tempat Tinggal

Partisipan 1 Partisipan 2

Kebersihan dan Kerapihan Keadaan rumah bersih dan Keadaan rumah bersih dan
Ruangan rapih karena klien selalu rapih karena klien tinggal
merapihkan dan bersama dengan cucunya.
membersihkan rumahnya.
Penerangan Penerangan cukup baik, ada Penerangan cukup baik, ada
2 kamar di dalam rumah 6 kamar di dalam rumah
disetiap kamar dan ruangan disetiap kamar dan ruangan
diberi lampu, baik depan diberi lampu, baik depan
rumah, dalam ruangan rumah, dalam ruangan
maupun bagian belakang. maupun bagian belakang.

Sirkulasi Udara Sirkulasi udara cukup baik, Sirkulasi udara cukup baik,
ventilasi ruang depan tidak ventilasi ruang depan dan
dibuka, namun ventilasi dalam kamar selalu dibuka
dalam kamar selalu dibuka setiap hari, kecuali malam
setiap hari, kecuali malam hari ditutup.
hari ditutup.

Keadaan Kamar Mandi dan Keadaan kamar mandi baik, Keadaan kamar mandi baik,
WC bersih, tidak licin, tidak ada bersih, tidak licin, tidak ada
lumut dan ada WC. lumut, dan ada WC.

Pembuangan Air Kotor Limbah air kotor dibuang Limbah air kotor dibuang
melalui saluran air yang ada melalui saluran air yang
di belakang rumah. ada di belakang rumah.

Sumber Air Minum Sumber air minum klien Sumber air minum klien
berasal dari membeli air berasal dari sumber air
galon. sumur.

Pembuangan Sampah Pembuangan sampah Pembuangan sampah


dibuang di tempat sampah dibuang di tempat yang ada
yang ada di belakang rumah di belakang rumah klien.
klien.
Sumber Pencemaran Posisi septitank dan saluran Posisi septitank dan saluran
air berjauhan dengan air berjauhan dengan
sumber air sumur. sumber air sumur.

Berdasarkan hasil pengkajian lingkungan tempat tinggal partisipan

terdapat perbedaan sumber air minum partisipan 1 sumber air minum

berasal dari membeli air galon, sedangkan partisipan 2 sumber air minum

berasal dari sumber air sumur sendiri.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

Tabel 4. 4
Riwayat Kesehatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Kesehatan Saat Ini Pada saat dilakukan Pada saat dilakukan


pengkajian klien pengkajian klien
mengatakan senang apabila mengatakan lupa ketika
ada yang berkunjung menaruh benda, klien
kerumahnya karena ada mengatakan mudah lupa
teman untuk diajak dengan nama seseorang,
mengobrol dan tertawa klien mengatakan sulit
sehingga ia tidak merasa mengingat tentang waktu
bosan dan kesepian, klien seperti tanggal.
mengatakan lupa apabila
ditanya sesuatu baik itu
tentang dirinya maupun hal
lain seperti tanggal.
Riwayat Kesehatan Masa Klien mengatakan tidak Klien mengatakan
Lalu mempunyai riwayat mempunyai riwayat
penyakit dimasa lalu. Klien penyakit batu kandung
tidak memiliki alergi obat kemih. Klien tidak
Klien tidak memiliki alergi memiliki alergi obat. Klien
makanan, klien tidak pernah tidak memiliki alergi pada
mengalami kecelakaan, makanan, klien tidak pernah
klien tidak pernah di rawat mengalami kecelakaan,
di rumah sakit. klien pernah di rawat di
rumah sakit pasca operasi
batu kandung kemih 10
tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengalami demensia Klien mengalami demensia.

Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan keluarga Klien mengatakan keluarga


klien tidak ada yang klien tidak ada yang
mempunyai riwayat mempunyai riwayat
penyakit keturunan maupun penyakit keturunan maupun
menular. menular.

Berdasarkan hasil pengkajian riwayat penyakit partisipan terdapat

perbedaan yaitu riwayat penyakit masa lalu pada partisipan 2 adalah batu

kandung kemih.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

Tabel 4. 5
Pola Fungsional

Partisipan 1 Partisipan 2

Persepsi Kesehatan dan Pola Tidak ada kebiasaan yang Kebiasaan yang
Managemen Kesehatan mempengaruhi kesehatan mempengaruhi kesehatan
klien, klien tidak klien tidak ada, klien tidak
merokok, klien merokok, klien
mengatakan tidak mengatakan tidak
meminum-minuman keras meminum-minuman keras
dan tidak mempunyai dan tidak mempunyai
ketergantungan obat. ketergantungan obat.

Nutrisi metabolic Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak


memiliki alergi makanan memiliki pantangan
maupun pantangan makan. Klien makan 3
makanan. Klien kali sehari. Klien
mengatakan makan 3 kali mengatakan terbiasa
sehari. Klien selalu selalu sarapan setiap pagi
sarapan setiap hari dengan dengan menu: nasi, sayur
menu makanan: nasi, daun singkong dan lauk
sayur bening, dan lauk tahu goreng. Saat makan
ikan laut. Saat makan siang menu makanan
siang menu makanan klien berbeda dengan
klien masih sama dengan menu sarapan pagi yaitu
menu sarapan pagi yaitu: dengan nasi, sayur daun
nasi, sayur bening, dan singkong, dan lauk tahu
lauk ikan laut. Saat makan goreng. Saat sore hari
sore menu makanan sudah menu makan klien sudah
berbeda yaitu dengan berbeda dengan menu
nasi, sayur terong, dan makan siang yaitu dengan
lauk tempe goreng. Klien nasi, sayur labu dan lauk
mengatakan menyukai tempe goreng. Klien
jenis makanan apa saja, mengatakan menyukai
klien tidak ada pantangan makanan apa saja, klien
makanan. tidak ada pantangan
makanan.

Pola Eliminasi Pola eliminasi klien, Pola eliminasi klien,


BAK baik tetapi BAB ada BAK baik tetapi BAB ada
gangguan yaitu BAB 2 gangguan yaitu BAB 2
hari sekali dengan hari sekali dengan
konsistensi keras. konsistensi keras.

Aktivitas Pola Latihan Klien mengatakan mandi Klien mengatakan mandi


2 kali sehari pada pagi 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari. Aktivitas dan sore hari. Aktivitas
klien sehari-hari klien klien sehari-hari hanya di
hanya di rumah saja, klien rumah saja, klien hanya
hanya membersihkan membersihkan rumah,
rumah. memasak dan menjaga
cucu di rumah.
Bersosialisasi klien baik
dengan tetangga
sekitarnya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

Pola Istirahat Tidur Klien mengatakan Klien mengatakan


istirahat malam pukul istirahat malam pukul
21.00 WIB dan bangun 21.30 WIB dan terbangun
pukul 05.00 WIB. Saat pukul 05.00 WIB. Saat
istirahat malam klien istirahat malam klien
mengatakan tidak pernah mengatakan tidak pernah
terbangun. Klien terbangun. Klien
mengatakan tidak pernah mengatakan istirahat
istirahat/tidur pada siang siang pukul 13.00 WIB
hari. dan terbangun pukul
14.00 WIB. Klien
mengatakan saat istirahat
siang hanya sebentar
selama 60 menit.

Pola Kognitif Persepsi Klien mengatakan Klien mengatakan


memiliki masalah pada memiliki masalah pada
penglihatannya, klien penglihatannya, klien
mengatakan mengatakan
penglihatannya tidak penglihatannya tidak
jelas, rabun pada mata jelas, rabun mata kanan
kanan dan kiri, klien tidak dan kiri, klien tidak
menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
penglihatan. penglihatan.

Persepsi dan Pola Konsep Diri Klien mengatakan dirinya Klien mengatakan dirinya
adalah lansia sebagai adalah lansia sebagai
manusia yang telah manusia yang telah
berumur. Klien berumur. Klien
mengatakan perilaku dan Mengatakan perilaku dan
sikap orang lain terhadap sikap orang lain terhadap
dirinya ramah, baik, sopan dirinya ramah, baik,
dan menghormati serta sopan, dan menhormati
menghargai klien. serta menghargai klien.

Pola Peran-Hubungan Klien mengatakan Klien mengatakan di


dirumah sebagai nenek rumah sebagai nenek dan
dan ibu dari anak- ibu dari anak-anaknya.
anaknya. Klien Klien merasa puas dengan
mengatakan merasa puas kehidupan yang sekarang
dengan kehidupan yang yang dialami dan dijalani
sekarang yang dialami dan puas menjalankan
dan dijalani dan puas perannya sebagai nenek
menjalankan perannya dan ibu dari anak-
sebagai nenek dan ibu anaknya, klien seorang
dari anak-anaknya, klien ibu rumah tangga, klien
seorang ibu rumah tangga, tidak bekerja, sosialisasi
klien tidak bekerja, dan interaksi klien dengan
sosialisasi dan interaksi lingkungan dan
klien dengan lingkungan masyarakat sekitar baik.
dan masyarakat sekitar
baik.
Seksualitas Klien mengatakan Klien mengatakan
seksualitasnya sudah seksualitasnya sudah
menurun, klien lupa pada menurun, klien lupa pada
usia berapa ia menopause. usia berapa ia menopause.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

Koping-Pola Toleransi Stress Klien mengatakan Klien mengatakan


menerima masalah yang menerima masalah yang
dialaminya yaitu dialaminya yaitu
demensia. demensia.
Nilai Pola Keyakinan Klien mengatakan Kien mengatakan
beragama Islam dan beragama Islam dan
masih menjalankan masih menjalankan
kewajibannya sebagai kewajiban sebagai
muslim seperti, shalat 5 seorang muslim seperti
waktu dan klien tidak shalat 5 waktu, mengaji
berpuasa dibulan dan berpuasa di bulan
ramadhan karena usianya. ramadhan, serta mengikuti
kegiatan positif seperti
pengajian.

Berdasarkan hasil pengkajian pola fungsional partisipan terdapat

perbedaan yaitu nutrisi metabolik pada menu makanan masing-masing

partisipan.

Tabel 4. 6
Pemeriksaan Fisik dan Observasi

Pemeriksaan Fisik dan Partisipan 2


Partisipan 1
Observasi
Keadaan Umum Composmentis Composmentis
Tekanan Darah 120/90 mmHg 130/90 mmHg
Nadi 78 x/menit 82 x/menit
Pernafasan 20 x/menit 20 x/menit
Suhu 36,5oC 37,0oC

Kepala Bentuk kepala mesochepal, Bentuk kepala mesochepal,


tidak ada lesi, warna rambut tidak ada lesi, warna rambut
putih. berwarna kelabu.

Mata Pergerakkan bola mata Pergerakkan bola mata


simetris, sklera an ikterik, simetris, sklera an ikterik,
konjungtiva an anemis, konjungtiva an anemis,
kelopak mata bersih, iris kelopak mata bersih, iris
berwarna kelabu, ketajaman berwarna kelabu, ketajaman
penglihatan kabur/rabun. penglihatan kabur/rabun.

Telinga Bentuk telinga simetris, Bentuk telinga simetris,


fungsi pendengaran tidak fungsi pendengaran tidak
mengalami gangguan, tidak mengalami gangguan, tidak
ada cairan yang keluar dari ada cairan yang keluar dari
telinga, telinga tampak ada telinga, telinga tampak ada
sedikit serumen. sedikit serumen.

Mulut, gigi, dan bibir Keadaan mulut bersih, gusi Keadaan mulut bersih, gusi
gigi berwarna kemerahan, gigi berwarna kemerahan,
jumlah gigi ada 2 gigi, jumlah gigi ada 2 gigi,
mukosa bibir lembab dan mukosa bibir lembab dan
tidak kering. tidak kering.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

Dada Pergerakkan dinding dada Pergerakkan dinding dada


simetris, bentuk dada simetris, bentuk dada
normal, tidak ada benjolan, normal, tidak ada benjolan,
bunyi ketuk dada kanan dan bunyi ketuk dada kanan dan
kiri sonor, tidak ada nyeri kiri sonor, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada suara nafas tekan, tidak ada nafas
tambahan, bunyi nafas tambahan, bunyi nafas
vesikular. vasikular.

Abdomen Tidak ada edema, tidak ada Tidak ada edema, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri benjolan, ada tanda bekas
tekan, bising usus 5 operasi, tidak ada nyeri
x/menit, bunyi ketuk tekan, bising usus 5
timpani. x/menit, bunyi ketuk
timpani.

Kulit Kulit bersih berwarna Kulit bersih berwarna


cokelat sawo matang, turgor cokelat sawo matang, turgor
kulit tidak elastis dan kulit tidak elastis dan
kering. kering.

Punggung Tidak ada edema, bentuk Tidak ada edema, bentuk


punggung kanan dan kiri punggung kanan dan kiri
simetris, tidak ada benjolan, simetris, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan. tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas atas Tidak ada edema, tidak ada Tidak ada edema, tidak ada
kelemahan di daerah kelemahan di daerah
ekstremitas atas. ekstremitas atas.

Ekstremitas bawah Tidak ada edema, akral Tidak ada edema, akral
hangat, dan tidak hangat, dan tidak
menggunakan alat bantu menggunakan alata bantu
berjalan. berjalan.

Genetalia Tidak ada keluhan pada Tidak ada keluhan pada


daerah genetalia. daerah genetalia.

Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan fisik dan observasi terdapat

perbedaan pada kedua partisipan yaitu jumlah pengukuran TTV dan

pemeriksaan abdomen.

Tabel 4. 7 Pengkajian Lansia

Pengkajian Lansia Partisipan 1 Partisipan 2

Masalah Kesehatan Kronis < 25 (tidak ada masalah < 25 (tidak ada masalah
kesehatan kronis atau kesehatan kronis atau
masalah kesehatan kronis masalah kesehatan kronis
ringan). ringan).

Fungsi Kognitif 19 (kerusakan fungsi 18 (kerusakan fungsi


kognitif sedang). kognitif sedang).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

Status Fungsional 16 (status fungsional 15 (status fungsional


mandiri). mandiri).

Status Psikologis 15 (status psikologis 15 (status psikologis


depresi ringan sampai depresi ringan sampai
denga sedang). dengan sedang).

Berdasarkan hasil pengkajian terdapat perbedaan pada kedua partisipan

yaitu pada pemeriksaan fungsi kognitif pada partisipan 1 yaitu dengan skor

19 dan pada partisipan 2 dengan skor yaitu 18.

C. Pemaparan Fokus Studi

1. Hasil Pengkajian

Sebelum mendapatkan latihan fungsi kognitif didapat hasil pengkajian

fungsi kognitif dengan pengukuran MMSE pada partisipan 1 yaitu 19

dan pada partisipan 2 dengan skor yaitu 18. Saat dikaji kedua

partisipan mengatakan lupa ketika menaruh benda dan mengatakan

sulit mengingat tentang waktu seperti tanggal.Partisipan 1 juga

mengatakan kegiatan sehari-hari hanya membersihkan

rumah.Partisipan 1 adalah seorang janda dan tinggal sendiri

dirumah.Sedangkan partisipan 2 kegiatan sehari-hari partisipan sebagai

ibu rumah tangga selain itu partisipan juga menjaga cucunya di rumah

karena partisipan tinggal bersama cucunya.

2. Hasil Implementasi

Pada pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, peneliti

melakukan pengkajian terkait pengkajian keperawatan gerontik,

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan apgar gerontik seperti Mini

Mental Status Exam, masalah kesehatan kronis, status

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

fungsional/tingkat kemandirianm (Katz indeks) dan status

psikologis/skala depresi.

Setelah itu pelaksanaan pada diagnosa keperawatan dilakukan selama

7 kali pertemuan, intervensi yang dilakukan kepada partisipan terlebih

dahulu dengan memanggil nama partisipan pada setiap interaksi yang

dilakukan. Dengan memanggil nama partisipan dapat menimbulkan

pengenalan terhadap realita individu. Pendekatan secara perlahan

dilakukan oleh peneliti kepada partisipan agar dapat memberikan

hubungan saling percaya.Sebelum melakukan latihan kognitif, peneliti

memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang seperti mematikan

TV.Tindakan yang peneli lakukan kepada partisipan dengan

memberikan latihan kognitif.Latihan kognitif yang dilakukan dengan

melatih orientasi waktu.

Dalam memberikan latihan kognitif ada proses dan langkah-langkah

yang peneliti lakukan adalah menyiapkan media yang digunakan untuk

latihan kognitif yaitu kalender sobek, peneliti memulai pembicaraan

dengan memberitahu partisipan untuk mengingat bahwa setiap hari

harus merobek kalender yang telah disediakan dan mengingat tentang

tanggal, bulan, tahun, serta hari kemarin dan saat ini..

Pada setiap pertemuan selama 7 kali pertemuan peneliti memberikan

terapi yang bertujuan untuk mengorientasikan waktu dengan

mengontrol kalender apakah sudah di robek dan menanyakan terkait

tanggal, bulan, tahun serta hari kemarin dan saat ini. Ketika partisipan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

sangat sulit mengingat tanggal,bulan, tahun serta hari peneliti memberi

tahukan dengan member kode atau menunjukan tanggal, bulan, tahun,

serta hari pada kalender dan partisipan diminta untuk mengulangi

kembali, lalu peneliti mendokumentasikan hasil latihan fungsi kognitif

pada lembar observasi.

Tabel 4.8
Hasil dan Perubahan Partisipan 1

Pelaksanaan Pelaksanaan
Latihan Fungsi Kognitif Latihan Fungsi Kognitif
Tgl
(Hari Sebelumnya) (Hari Ini)
Ya Tidak Ya Tidak
20 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei
2019  
Menyebutkan Hari Menyebutkan Hari
 
Menyebutkan Tanggal Menyebutkan Tanggal
 
Menyebutkan Bulan Menyebutkan Bulan
 
Menyebutkan Tahun Menyebutkan Tahun
21 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei
2019 Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 

Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 

Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 

Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

22 Merobek Kalender  Merobek Kalender 


Mei
2019 Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 

Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 

Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 

Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

23 Merobek Kalender  Merobek Kalender 


Mei
2019 Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 

Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 

Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 

Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

24 Merobek Kalender  Merobek Kalender 

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 


2019
Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 

Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 

Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

25 Merobek Kalender  Merobek Kalender 


Mei
2019 Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 

Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 

Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 

Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

26 Merobek Kalender  Merobek Kalender 


Mei
2019 Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 

Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 

Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 

Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif / Instrument Tanggal: 14 Mei 2019


MMSE
(Sebelum Penerapan)
Score : 19

Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif / Instrument Tanggal: 26 Mei 2019


MMSE
(Sesudah Penerapan)
Score : 22

a. Partisipan 1 Ny. M

Hasil dan perubahan sebelum dan sesudah penerapan latihan fungsi

kognitif pada partisipan 1 yang dilakukan selama 7 kali pertemuan

yaitu pada hari pertama sampai hari keempat dari 5 kegiatan yaitu

merobek kalender, menyebutkan tanggal, bulan, tahun serta hari

kemarin dan saat ini, partisipan mampu merobek kalender, dan

menyebutkan bulan dan hari kemarin dan saat ini, tetapi belum

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

mampu menyebutkan tanggal dan tahun. Perubahan terlihat pada

hari kelima dan keenam, dari 5 kegiatan.Partisipan telah merobek

kalender dan mampu menyebutkan tanggal, bulan, serta hari

kemarin dan saat ini, namun belum mampu untuk menyebutkan

tahun. Pada pertemuan terakhir terlihat perubahan yang signifikan,

dari 5 kegiatan partisipan sudah mampu merobek kalender dan

menyebutkan tanggal, bulan, tahun, serta hari kemarin dan saat ini

dengan benar. Setelah itu peneliti melakukan pengukuran fungsi

kognitif menggunakan instrumen MMSE setelah dilakukan latihan

fungsi kognitif selama 7 kali pertemuan dan didapatkan hasil

pengukuran fungsi kognitif yaitu dengan skor 22.Terdapat

perubahan hasil pengukuran fungsi kognitif dari pengukuran

sebelum dilakukan penerapan latihan fungsi kognitif yaitu dengan

skor 19.

Tabel 4.9
Hasil dan Perubahan Partisipan 2

Pelaksanaan
Latihan Fungsi Kognitif Latihan Fungsi Kognitif Pelaksanaan
Tgl
(Hari Sebelumnya) (Hari Ini)
Ya Tidak Ya Tidak
20 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 
2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 
21 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 
2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 
22 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 
2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 
23 Merobek Kalender  Merobek Kalender 

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 


2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 
24 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 
2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 
25 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 
2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 
26 Merobek Kalender  Merobek Kalender 
Mei Menyebutkan Hari  Menyebutkan Hari 
2019 Menyebutkan Tanggal  Menyebutkan Tanggal 
Menyebutkan Bulan  Menyebutkan Bulan 
Menyebutkan Tahun  Menyebutkan Tahun 

Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif / Instrument


Tanggal: 14 Mei 2019
MMSE
(Sebelum Penerapan)
Score : 18

Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif / Instrument


Tanggal: 26 Mei 2019
MMSE
(Sesudah Penerapan)

Score : 20

b. Partisipan 2 Ny. S

Hasil dan perubahan sebelum dan sesudah penerapan latihan fungsi

kognitif pada partisipan 2 yang dilakukan selama 7 kali pertemuan

yaitu pada hari pertama dari 5 kegiatan yaitu merobek kalender,

menyebutkan tanggal, bulan, tahun serta hari kemarin dan saat ini.

Partisipan mampu merobek kalender, dan menyebutkan tanggal,

bulan dan hari saat ini dan kemarin, pada hari kedua samapai hari

ke empat dari 5 kegiatan partisipan hanya mampu merobek

kalender dan menyebutkan hari dan tahun belum mampu

menyebutkan tanggal dan bulan. Perubahan terlihat pada hari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

kelima dan keenam, dari 5 kegiatan, partisipan telah merobek

kalender dan mampu menyebutkan tanggal, bulan, serta hari

kemarin dan saat ini, namun belum mampu untuk menyebutkan

tahun. Pada pertemuan terakhir terlihat perubahan yang signifikan,

dari 5 kegiatan partisipan sudah mampu merobek kalender dan

menyebutkan tanggal, bulan, tahun, serta hari kemarin dan saat ini

dengan benar. Setelah itu peneliti melakukan pengukuran fungsi

kognitif menggunakan instrumen MMSE setelah dilakukan latihan

fungsi kognitif selama 7 kali pertemuan dan didapatkan hasil

pengukuran fungsi kognitif yaitu dengan skor 20.Terdapat

perubahan hasil pengukuran fungsi kognitif dari pengukuran

sebelum dilakukan penerapan latihan fungsi kognitif yaitu dengan

skor 18.

D. Evaluasi

Tabel 4.10
Hasil Penerapan Latihan Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif (MMSE) Fungsi Kognitif (MMSE)


Tanggal Partisipan 1 Partisipan 2
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

19 18
14 Mei 2019

26 Mei 2019 22 20

Hari pertama sebelum peneliti melakukan penerapan latihan fungsi

kognitif, peneliti mencari partisipan, setelah menemukan partisipan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46

peneliti melakukan pengukuran fungsi kognitif dengan menggunakan

instrumen MMSE, didapatkan hasil pada partisipan 1 dengan skor 19 dan

partisipan 2 dengan skor 18.

Hari kedua setelah mendapat partisipan sesuai dengan kriteria dilakukan

informed consent, setelah itu dilakukan pengkajian. Pada saat pengkajian

didapat hasil pengukuran fungsi kognitif pada partisipan 1 yaitu 19 dan

partisipan 2 yaitu 18.

Hari ketiga setelah pengkajian peneliti memberikan kalender sobek pada

partisipan 1 dan 2 dan memberikan penjelasan tentang prosedur intervensi

latihan fungsi kognitif, setelah diberikan penjelasan prosedur intervensi,

peneliti menyarankan kepada kedua partisipan untuk melakukan intervensi

yang telah dijelaskan dengan 5 kegiatan setiap harinya yaitu merobek

kalender, mengingat dan menyebutkan tanggal, bulan, tahun, serta hari

kemarin dan saat ini.

Hari keempat sampai hari terakhir peneliti melakukan hal yang sama yaitu

implementasi kepada kedua partisipan, peneliti mengecek apakah kalender

yang diberikan sudah di robek, dan menanyakan terkait tanggal, bulan,

tahun serta hari kemarin dan saat ini. Dan mendokumentasikan hasil pada

lembar observasi latihan fungsi kognitif.

Pada pertemuan terakhir peneliti melakukan evalusi pada partisipan 1 dan

partisipan 2 yaitu dengan cara mengukur fungsi kognitif kedua partisipan

dengan menggunakan instrumen MMSE. Hasil setelah dilakukan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

penerapan latihan fungsi kognitif selama 7 kali pertemuan pada partisipan

1 yaitu partisipan mengalami peningkatan skor fungsi kognitif dari

pengukuran sebelum dilakukan penerapan latihan fungsi kognitif yaitu 19

menjadi 22.Pada partisipan 2 yaitu partisipan mengalami peningkatan skor

fungsi kognitif dari pengukuran sebelum dilakukan penerapan latihan

fungsi kognitif yaitu 18 menjadi 20.

E. Pembahasan

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil penelitian saat pengkajian terdapat kesenjangan pada

kedua partisipan. Saat dilakukan wawancara dan observasi pada

partisipan 1, Ny.M umur 90 tahun dengan pendidikan terakhir SMP,

hasil pengukuran fungsi kognitif dengan instrument MMSE yaitu 19.

Sedangkan partisipan 2 Ny.S umur 83 tahun dengan pendidikan

terakhir SD (Tidak Lulus), hasil pengukuran fungsi kognitif dengan

instrument MMSE yaitu 18.

Kedua partisipan termasuk kategori usia lanjut tua (old). Hasil

penelitian mengatakan bahwa pertambahan usia seseorang

mempengaruhi perubahan daya ingat karena gangguan pada sistem

saraf pusat yang meliputi gangguan suplai oksigen ke otak, degenerasi,

penyakit Alzheimer dan malnutrisi. Sehingga timbul masalah pada

lansia dengan demensia diantaranya yaitu gangguan orientasi waktu,

ruang, tempat dan tidak mudah menerima ide baru (Maryati et al,

2013).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

Berdasarkan hasil penelitian Norita dan Sarwili (2017), perempuan

cenderung mengalami demensia daripada laki-laki. Pada penelitian

tersebut sebanyak 52,5% perempuan mengalami demensia, sedangkan

untuk laki-laki hanya sebesar 47,5%. Perempuan lebih cenderung

mengalami demensia, karena tingkat stress perempuan lebih tinggi

dibanding laki-laki sehingga perempuan lebih cenderung mengalami

demensia, misalnya mudah lupa dan sulit mengingat tanggal, bulan,

tahun, serta hari.

Kemudian perbedaan dari status pendidikan juga beresiko

mempengaruhi lansia mengalami demensia. Semakin rendah

pendidikan maka lebih beresiko mengalami perubahan pada fungsi

otak, sehingga mengalami penurunan kognitif, karena kurang berpikir,

jaringan otak lama-kelamaan akan mati dan dapat juga mengganggu

aktivitas dasar sehari-harinya (Norita dan Sarwili, 2017).

Berdasarkan teori dan fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa

peningkatan tingkat gangguan fungsi kognitif yang mengakibatkan

adalah faktor usia dan riwayat pendidikan.

2. Intervensi

Intervensi yang akan diberikan kepada kedua partisipan ini yaitu

penerapan latihan fungsi kognitif menggunakan metode orientasi

waktu, latihan kognitif ini dilakukan dirumah kedua partisipan dengan

waktu yang berbeda. Penerapan latihan fungsi kognitif yang akan

diberikan pada kedua partisipan ini dengan cara peneliti melatih

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

kognitif kedua partisipan selama 7 kali pertemuan, peneliti melatih

terkait orientasi waktu dengan media kalender sobek, dan menjelaskan

langkah-langkah latihan kognitif pada kedua partisipan yaitu merobek

kalender pada setiap pergantian tanggal dan mengingat terkait dengan

tanggal, bulan, tahun serta hari kemarin dan saat ini. Kemudian peneliti

mengontrol pada setiap pertemuan dengan kedua partisipan apakah

kalender yang telah disediakan sudah di robek dan menanyakan terkait

tanggal, bulan, tahun serta hari kemarin dan saat ini. Ketika partisipan

sangat sulit mengingat tanggal,bulan, tahun serta hari peneliti

memberitahukan dengan memberi kode atau menunjukan tanggal,

bulan, tahun, serta hari pada kalender dan partisipan diminta untuk

mengulangi kembali, kemudian peneliti mendokumentasikan hasil

latihan kognitif pada lembar observasi.

Latihan fungsi kognitif merupakan suatu cara dalam promosi

kesehatan yang dapat dilakukan oleh penderita dengan gangguan

kognitif. Latihan fungsi kognitif berupaya untuk mengoptimalkan

kualitas kesehatan intelegensi pada penderita gangguan otak, saraf, dan

otot yang dilakukan melalui latihan agar meningkatkan kemampuan

intelegensi. Latihan kognitif juga memiliki manfaat untuk mengurangi

atau memperlambat kerusakan pada memori penderita demensia,

sehingga penderita demensia dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka

(Depkes, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

Menurut Clare dalam Van Der Roest et al (2011) mengatakan bahwa

melalui media gambar tulisan tanggal pada kalender dapat membantu

dalam mengatasi masalah memori pada tahap awal demensia.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) diperoleh hasil bahwa

terdapat pengaruh latihan fungsi kognitif terhadap peningkatan fungsi

kognitif pada lanjut usia dengan demensia sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi.

Peneliti menggunakan intervensi menggunakan media kalender dalam

meningkatkan fungsi kognitif.Latihan fungsi kognitif menggunakan

metode orientasi waktu yaitu pada saat partisipan diberikan informasi

tentang langkah-langkah latihan kognitif partisipan menyimpan

informasi dalam memori dan dapat mengulangi kembali informasi

tersebut tanpa dibantu obyek untuk mengingat. Melalui intervensi

tersebut individu berlatih secara kreatif, efektif, dan konstruktif untuk

meningkatkan kemampuan mengingat, mengulang kembali,

mereproduksi informasi yang tersimpan di memori, mengenali

informasi yang diobservasi, dibaca, dan didengar sebelumnya.

Intervensi ini menyebabkan partisipan fokus pada informasi yang

diberikan, sehingga latihan fungsi kognitif yang diberikan dapat

meningkatkan fungsi kognitifnya (Lumbantobing, 2012).

Hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi kognitif lansia mengalami

peningkatan yang signifikan.Penerapan latihan fungsi kognitif dengan

menggunakan metode orientasi waktu ini perlu disebarkan pada

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

masyarakat luas karena latihan ini efektif mampu melatih daya ingat

dan meningkatkan fungsi kognitif lansia.Latihan fungsi kognitif

dengan menggunakan metode orientasi waktu ini juga mudah, lebih

murah, efektif, dan mudah untuk dilakukan oleh lansia dirumah.

Berdasarkan teori dan fakta dapat disimpulkan bahwa penerapan

latihan fungsi kognitif dapat meningkatkan fungsi kognitif.

3. Implementasi

Saat melakukan implementasi penerapan latihan fungsi kognitif

dengan menggunakan metode orientasi waktu yang dilakukan setiap

hari selama 7 kali pertemuan, pada tanggal 20 sampai 26 Mei 2019

pada kedua partisipan. Latihan fungsi kognitif ini dilakukan pada

kedua partisipan dengan waktu yang berbeda di rumah masing-masing

partisipan.Pada saat latihan fungsi kognitif berlangsung peneliti

berkomunikasi pada kedua partisipan. Kedua partisipan mengatakan

hal yang sama yaitu, merasa senang saat dilakukan latihan dan tidak

membuat nya bosan. Selain itu peneliti juga berkomunikasi dengan

kedua keluarga partisipan sekaligus memberikan edukasi kepada

keluarga partisipan karena latihan fungsi kognitif ini dapat dilalukan

dirumah secara mandiri sebagai latihan untuk meningkatkan fungsi

kognitif atau daya ingat.

Hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan hasil setelah

dilakukan penerapan latihan fungsi kognitif setiap hari selama 7 kali

pertemuan.Pada partisipan 1 yaitu partisipan mengalami peningkatan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

fungsi kognitif yaitu dari skor 19 menjadi 22.Pada partisipan 2 yaitu

mengalami peningkatan fungsi kognitif yaitu dari skor 18 menjadi 20.

Terdapat perbedaan peningkatan fungsi kognitif pada kedua partisipan

hal ini dapat dipengaruhi dari faktor dukungan keluarga. Keluarga

partisipan 1 sangat mendukung latihan fungsi kognitif yang diberikan

kepada lansia karena anak dari partisipan 1 merupakan salah satu kader

posyandu lansia di desa wates timur, sehingga ia selalu member

dukungan kepada partisipan untuk selalu melakukan latihan ini. Pada

partisipan 2 kurang ada dukungan yang baik dari keluarga karena

hanya tinggal bersama cucu yang masih menduduki bangku SMK,

sehingga kurang pemahaman tentang pentingnya latihan fungsi

kognitif dan hanya cukup tau tentang intervensi yang diberikan.

Lansia yang mengalami demensia membutuhkan bantuan dan

dukungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dari orang lain

terutama keluarga. Walaupun sampai saat ini belum ditemukan

pengobatan yang dapat menyembuhkan, akan tetapi dengan dukungan

keluarga kualitas hidup lansia dapat dijaga dengan pemberian

perawatan dan dukungan yang tepat, dukungan keluarga ada 4 tipe

yaitu dengan perhatian, kasih sayang, menghargai (dukungan

emosional), saling memberikan umpan balik (dukungan penghargaan),

memberikan saran, nasehat, dan informasi terkait masalah kesehatan

yang dialami (dukungan informasi), maupun dalam bentuk bantuan

tenaga, uang, dan waktu (dukungan instrumental) (Kaakinen et al,

2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

Berdasarkan teori dan fakta dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan fungsi kognitif yang berbeda pada kedua partisipan. Pada

partisipan 1 dengan skor 19 menjadi 22 dan partisipan 2 dengan skor

18 menjadi 20.

4. Evaluasi

Kedua partisipan setelah dilakukan penerapan latihan fungsi kognitif

selama 7 hari yang dilakukan setiap harinya, didapatkan perubahan

yang signifikan.Pada partisipan 1 yaitu partisipan mengalami

peningkatan fungsi kognitif setelah latihan kognitif selama 7 hari dari

skor 19 menjadi 22.Pada partisipan 2 yaitu mengalami peningkatan

fungsi kognitif setelah latihan kognitif selama 7 hari dari skor 18

menjadi 20. Terdapat perbedaan peningkatan hasil fungsi kognitif yang

terjadi antara kedua partisipan hal ini dapat dipengaruhi dari faktor

dukungan keluarga partisipan. Penelitian yang dilakukan oleh Utami

(2013) diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh latihan fungsi kognitif

terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lanjut usia dengan demensia

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Peneliti melakukan intervensi menggunakan media kalender dalam

meningkatkan fungsi kognitif.Latihan fungsi kognitif menggunakan

metode orientasi waktu yaitu pada saat partisipan diberikan informasi

tentang langkah-langkah latihan kognitif partisipan menyimpan

informasi dalam memori dan dapat mengulangi kembali informasi

tersebut tanpa dibantu obyek untuk mengingat. Melalui intervensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

tersebut individu berlatih secara kreatif, efektif, dan konstruktif untuk

meningkatkan kemampuan mengingat, mengulang kembali,

mereproduksi informasi yang tersimpan di memori, mengenali

informasi yang diobservasi, dibaca, dan didengar sebelumnya.

Intervensi ini menyebabkan partisipan fokus pada informasi yang

diberikan, sehingga latihan fungsi kognitif yang diberikan dapat

meningkatkan fungsi kognitifnya (Lumbangtobing, 2012).

Pada intervensi ini, setiap pertemuan peneliti menanyakan terkait

tanggal, bulan, tahun serta hari kemarin dan saat ini. Didapatkan hasil

evaluasi pada partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu dengan cara

mengukur fungsi kognitif kedua partisipan dengan menggunakan

instrumen MMSE. Hasil setelah dilakukan penerapan latihan fungsi

kognitif selama 7 kali pertemuan pada partisipan 1 yaitu partisipan

mengalami peningkatan skor fungsi kognitif dari pengukuran sebelum

dan sesudah dilakukan penerapan latihan fungsi kognitif yaitu 19

menjadi 22. Pada partisipan 2 yaitu partisipan mengalami peningkatan

skor fungsi kognitif dari pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan

penerapan latihan fungsi kognitif yaitu 18 menjadi 20.

Perbedaan hasil evaluasi latihan fungsi kognitif dipengaruhi oleh

faktor dukungan keluarga.

Pada partisipan 1 dukungan keluarga baik, karena anak nya adalah

seorang kader posyandu lansia di desa wates timur sehingga ia lebih

peduli dan menyadari pentingnya kesehatan, sehingga pada saat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

diberikan penjelasan tentang masalah kesehatan yang dialami

partisipan terkait demensia dan langkah-langkah prosedur intervensi

latihan fungsi kognitif yang akan diberikan, keluarga paham dan

sangat mendukung latihan tersebut dengan sangat antusias membantu

dan mendukung lansia dengan memberikan informasi terkait

pelaksanaan intervensi latihan fungsi kognitif setiap harinya.

Sedangkan pada partisipan 2 yang hanya tinggal bersama cucu yang

sedang menempuh jenjang pendidikan SMK, ia hanya cukup tau dan

tidak terlalu menanggapi dengan baik informasi dan penjelasan yang

diberikan terkait dengan demensia dan intervensi latihan fungsi

kognitif, sehingga lansia kurang dukungan informasi dari keluarga

terkait masalah kesehatan dan intervensi latihan fungsi kognitif.

Dalam penelitian Zwanswijk (2013) mengatakan bahwa dukungan

keluarga berupa dukungan informasi menjadi hal yang penting yang

perlu di perhatikan dalam perawatan lansia dengan demensia karena

berubahnya fungsi kognitif lansia.Pemberian dukungan ini dilakukan

dengan mendorong aktivitas rutin lansia sekaligus mengorientasikan

kembali baik waktu ataupun tempat.Pengingatan aktivitas kepada

lansia dengan demensia dapat dilakukan dengan meletakkan atau

menempelkan media yang digunakan di tempat yang mudah dilihat

lansia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


56

F. Keterbatasan Penelitian (Pada Saat Proses Penelitian)

Penelitian ini dilakukan dikomunitas pada saat melakukan implementasi

keterbatasan peneliti yaitu:

1. Lansia sering lupa saat peneliti kontrak untuk berkunjung, lansia tidak

berada dirumah saat peneliti berkunjung kerumahnya, karena masalah

kesehatan yang dialaminya yaitu demensia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Partisipan mengetahui tentang latihan fungsi kognitif dan mampu

melakukan latihan fungsi kognitif, setelah diberikan penerapan latihan

fungsi kognitif. Latihan fungsi kognitif partisipan 1 dan 2 berjalan

sesuai dengan apa yang telah disarankan oleh peneliti. Partisipan

mengalami peningkatan fungsi kognitif setelah diberikan latihan

fungsi kognitif.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat diterapkan sebagai acuan intervensi bagi

puskesmas pada kelompok lansia yang mengalami demensia.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran pada mahasiswa

untuk melaksanakan penerapan latihan fungsi kognitif pada lansia

yang mengalami demensia.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat yang

mempunyai lansia yang mengalami demensia agar dapat merawat

secara mandiri dirumah dengan intervensi latihan fungsi kognitif

(merobek kalender).

57
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
58

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian tentang penerapan intervensi lain

untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami

demensia dengan tema yang berbeda.

Peneliti dapat melibatkan keluarga pada saat melakukan intervensi,

untuk mengingatkan lansia, terkait masalah kesehatan yang

dialaminya yaitu demensia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer’s Assosiation, 2012, Alzheimer’s Disease Facts and Figures.


Alzeimer’s & dementia, volume 8, issue 2.
http://www.alz.org/download/fact_figures_2012.pdf.

Anugroho D. dan Usman F. S. 2013. 45 Penyakit Dan Gangguan Saraf,


Yogyakarta: Rapha Publishing.

Aspiani,R.Y.,2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.Jakarta:Trans.

Azizah, lilik ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brooker, C. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. EGC: Jakarta.

Bulechek M.G, Butcher K.H, dkk, 2013 Nursing Interventions Classification


(NIC) EdisiBahasa Indonesia, Indonesia:Elsevier.

Copel, L.C, 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Debora, Oda, 2012, Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta: Salemba
Medika.

Depkes, 2010. Stimulus Rehabilitasi Kognitif. Diunduh pada 16 maret 2019 dari
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kemenkes/KMK%20No.%20263
%20Th%ttg%20Rehabilitasi%20Kognitif.pdf.

Droes, R.M Memory problems in dementia: adaptation and coping strategies and
psychosocial treatments. Diunduh pada 16 maret 2019 dari Expert Review
of Neurotherapeutics 11.12 (Dec 2011) : 1769-81 ; quiz 1782.

Gloria V &Eko E. 2016.Hubunganhipertensidenganfungsikognitif di poliklinik


SMF: Ilmupenyakitdalam RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado, Journal
e-Clinic(eCI), Volume 4, Nomor 1.

Kadar, K.S., Francis,.K & Sellick,A, 2012. Ageing in Indonesia – Health Status
and Challenges For The Future. Ageing-Int. Doi 10.1007/S12126-012-
9159-Y.

Kelana, 2011, metodologi penelitian keperawatan(pedoman melaksanakan dan


menerapkan hasil penelitian):TIM.

Lumbantobing S, (2012), Kecerdasan Pada Usia Lanjut Dan Demensia, Jakarta:


Balai Penerbit FKUI.
60

Kushariyadi, 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Jakarta:


Salemba Medika.

Marlina, 2012, buku kedokteran perkembangan kognitif pada lansia, Jakarta:EGC.

Maryam, R. Siti, 2008 Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika.

Maryati, H., Bhakti, D, S., & Dwiningtyas, M, (2013) Gambaran Fungsi Kognitif
Pada Lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit. Mojokerto:
http//wwwstikespemkabjombang.ac.id/ejurnal/index.php/april-
2013/article/viewFile/17/15.

Miller, 2009 , Nursing care of older adults theory and practice. Australia:Mosby

Mujahidullah, Khalid, 2012. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta;Pustaka Pelajar.

Norita, Indri Sarwili, (2017) Tingkat Demensia Dengan Tingkat Aktivitas Dasar
Sehari-Hari Pada Lansia di Wisma Cempaka Dan Edelwis PSTW Budi
Mulia I Cipayung: Jakarta Timur.

Nugroho W., 2008, Keperawatan Gerontik Dan Geriatric. Jakarta:EGC.

Nursalam .,2013.Metodelogi Penelitian Ilmu Keperwatan .Jakarta:Salemba


Medika.

Orel, M et al. Cognitive stimulation for the treatment of Alzheimer’s disease.


Diunduh pada 16 maret 2019 dari Expert Review of Neurotherapeutics 8.5
(May 2008): 751-7.
http://search.proquest.com/docview/889788806/13EE9927A5C7BC064C4
/7?accountid=17242.

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeratrik, Jakarta: Salemba Medika.

Sholihah, Halimatus. 2011. Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Tingkat


Harga Diri Pada Lansia Di Tejokusuman Notoprajan Ngampilan
Yogyakarta.Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisiyah
Yogyakarta: Skripsi Tidak Dipublikasikan.

Stanley &Beare, 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi Ke-2.


Jakarta:EGC.

Parker, M.E. & Smith, M.C., 2010 Nursing Theo-Ries & Nursing Practice 3 rd. Ed.
Philadel-Phia: Davis Company.
61

Prasetyo.2015. Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia Dengan Terapi Kognitif


Dan Senam Otak Di Pantiwredha.

Widyastuti, R. H, 2011. Gambaran Beban Keluarga Dalam Merawat Lansia


Dengan Demensia Di Kelurahan Pancoramas Depok Jawa Barat. Studi
Fenomenologi. The Journal Of Health.

Wreksoatmodjo 2012. Penelitian Pendahuluan atas Hubungan Sosial Engagement


dengan 112 Fungsi Kognitif. Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya,
Jakarta, Indonesia.
62

LAMPIRAN-LAMPIRAN
64
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95

Anda mungkin juga menyukai