Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL III

MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

DI KERJAKAN OLEH

NAMA : RAHIM INDRA SADIQ


NIM : 859756784

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
SULAWESI TENGGARA
2020
Soal
1. Apakah Validitas itu ? Jelaskan
2. Secara umum Validitas itu ada tiga jenis ! sebutkamdan jelaskan
3. Apakah Reliabilitas itu ? jelaskan
4. Anda mempunyai seperangkat tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mapel BI
sebagaimana data berikut

Skor tes I Skor tes II


Nama
(X) (Y)
XY x2 y2
Azis 50 52
Anis 45 40
Aris 60 61
Ais 80 79
Alis 58 60
Ahis 59 62
Awis 70 75
Agis 64 59

a. Berapa XY, X 2 , dan Y 2 ?


b. Berapa Koefisien Reliabilitasnya ? hitunglah dengan menggunakan korelasi product-
moment !
5. Bagaimana cara melakukan analisis hasil tes pilihan ganda ? tuliskan
6. Lakukan hasil analisa tes sumatif soal nomor 10 jika dijawab benar oleh 9 anak dari
jumlah 15 siswa yang ada dikelas saudara, berapa tingkat kesukarannya dan berapa
indeks daya bedanya

Jawaban

1. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data.
Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih
menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan. Dalam suatu penelitian yang
melibatkan variabel atau konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah
validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari
tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak
sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.
2. 3 jenis validitas
 Validitas Isi
Validitas isi (Content Validity) menjabarkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir
dalam suatu tes atau instrumen dapat mewakili secara keseluruhan dan proposional
perilaku sampel yang dikenai tes. Validitas isi mengukur derajat kemampuan tes
dalam mengukur yang mencakup substansi elemen yang ingin diukur. Validitas isi
dipakai untuk mengukur kemampuan belajar, hasil belajar atau prestasi belajar.

 Validitas Konstruk
Validitas konstruk atau Construct Validity merupakan validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir tes dapat mengukur apa yang benar-benar
hendak diukur yang sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah
ditetapkan. Validitas konstruk berhubungan dengan kejadian dan objek yang abstrak,
tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur.

Validitas konstruk dapat dipakai dalam mengukur sikap, minat konsep diri, fokus
kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi dan lainnya, ataupun yang sifatnya
performa maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi
(kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lainnya.

 Validitas Kriteria
Validitas kriteria atau validitas empiris (Criterion-Related Validity) ditentukan oleh
kriteria, baik kriteria internal ataupun kriteria eksternal. Validitas kriteria didapatkan
melalui hasil uji coba tes kepada responden yang setara dengan responden yang akan
dievaluasi atau diteliti.
Validitas kriteria adalah ukuran validitas yang penentuannya dengan cara
membandingkan skor tes dengan kinerja tertentu pada ukuran luar atau yang lain.
Contoh pemakaian validitas kriteria adalah tes intelejensi yang berkorelasi dengan
rata-rata nilai akademis. Dengan asumsi, jika intelejensi seseorang tinggi, maka yang
akan terjadi dia mendapatkan nilai akademis yang bagus.

3. Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia yang digunakan saat ini, sebenarnya diambil dari
kata reliability dalam bahasa Inggris dan berasal dari kata reliable yang artinya dapat
dipercaya,keajegan, konsisten, keandalan, kestabilan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel
jika tes tersebut menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak bertentangan.
Menurut Sugiono (2005) Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan
alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan
(konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan
skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.
Sedangkan Sukadji (2000) mengatakan bahwa reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar
derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam
bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi
4. XY, x 2, dan y 2 dan Berapa Koefisien Reliabilitasnya.
a. XY, x 2, dan y 2

Skor tes I Skor tes II


Nama
(X) (Y)
XY x2 y2
Azis 50 52 2600 2500 2704
Anis 45 40 1800 2025 1600
Aris 60 61 3660 3600 3721
Ais 80 79 6320 6400 6241
Alis 58 60 3480 3364 3600
Ahis 59 62 3658 3481 3844
Awis 70 75 5250 4900 5625
Agis 64 59 3776 4096 3481
∑ 486 488 30544 30366 30816

b. Koefisien Reliabilitasnya.

n ∑ xy−( ∑ x)( ∑ y )
¿
√ ¿¿ ¿

8 x 30544−486 x 488
¿
√¿ ¿¿
244352−237168
¿
√ {242928−236196 } { 246528−238144 }
7184
¿
√ {6732 } { 8384 }
7184
¿
√56441088
7184
¿
7512,73
¿ 0,956

5. Dalam menganalisis hasil tes ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu :
1) Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh
jawaban ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan
soal tersebut.
2) Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang
sistematis yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap
butir tes yang kita susun.
3) Mengadaka checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru
adalah validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran
secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan
khusus tersebut.
4) Mengadakan checking reliabilitas. Salah satu indicator untuk tes yang mempunyai
reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai
daya pembeda tinggi.

 Analisis butir soal (item analysis)


Analisis butir soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik ,
kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi
tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Kapan sebuah soal dikatakan baik ? perlu diterangkan tiga masalah yang
berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola
jawaban soal.

a. Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya. Bilangan yang menunjukan kesukaran dan mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara
0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu mudah.

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan


sebagai berikut :
 Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
 Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
 Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

b. Daya pembedaan
Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Daya beda berhubungan
dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik prilaku pengambilan
tes dalam tes yang dikembangkan. Daya beda harus diusahakan positif dan
setinggi mungkin. Butir soal yang mempunyai daya beda positif yang tinggi
berarti butir tersebut dapat membedakan dengan baik siswa kelompok atas dan
kelompok bawah.
Sebuah butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai daya beda positif
dan signifikan. Daya beda akan positif apa bila jumlah siswa kelompok atas yang
dapat menjawab dengan benar lebih banyak dari jumlah siswa kelompok bawah.

c. Pola jawaban soal


Adalah distribusi testee dalam menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk
pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee
yang memilih jawaban a,b,c atau d atau yang tidak memilih jawaban manapun.
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai
pengecoh dengan baik atau tida. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh
testee berarti bahwa pengecoh itu jelas terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya
sebuah distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apa bila
distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut yang
kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

6. Tingkat kesukaran dan indenks daya beda


a. Tingkat kesukaran
B
p=
JS

P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Dengan Interprestasi Tingkat Kesukaran sebagaimana terdapat dalam Tabel berikut:

Tingkat Kesukaran (TK) Interprestasi atau Penafsiran TK

TK < 0,30 Sukar

Sedang
0,30 ≤ TK ≤ 0,70
TK > 0,70
Mudah

B
p=
JS
9
p=
15
p=0,6 (Sedang)

b. Indeks daya beda


B A BB
DP= − =P A −P B
J A JB

Dimana:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel berikut.

Daya Pembeda (DP) Interprestasi atau penafsiran DP

DP ≥ 0,70 Baik sekali (digunakan)

0,40 ≤ DP < 0,70 Baik (digunakan)

0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup

DP < 0,20 Jelek

Dari 15 siswa 9 siswa yang menjawab benar


Dengan asumsi
J = 15
JA =8
JB =7
BA =6
BB =3
B A BB
DP= −
J A JB
6 3
DP= −
8 7

DP=0,75−0,428=0,322 ( Cukup )

Anda mungkin juga menyukai