Anda di halaman 1dari 3

Metode Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Korupsi selalu menjadi permasalahan di Indonesia, dari dulu hingga


sekarang, korupsi selalu menjadi masalah yang menghambat Indonesia untuk
maju. Berdasarakan data yang dirilis oleh Transparency International tahun 2018,
Indonesia menduduki posisi ke-89 dari 180 negara.
Melihat peringkat tersebut, Indonesia masih belum menunjukkan
perkembangan yang signifikan dalam membasmi korupsi. Namun, disetiap masa
pemerintahan di Indonesia, mulai dari orde lama hingga sekarang, setiap masa
pemerintahan tersebut telah menetapkan peraturan untuk mencegah korupsi.
Beberapa tindakan preventif yang telah dilakukan oleh pemerintah pada
mas reformasi, sebagai berikut:
Masa Reformasi s/d Sekarang
Setelah jatuhnya orde baru, pemberantasan korupsi mulai dilakukan sejak
periode kepemimpinan Presiden B.J. Habibie dengan dikeluarkannya Undang
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu diatur juga
mengenai pidana mati dalam keadaan tertentu.
Melalui Presiden Abdurrahman Wahid tahun 2000 dibentuk Tim
Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui PP Nomor 19 Tahun
2000. Namun, lembaga tersebut akhirnya dibubarkan melalui judicial review di
Mahkamah Agung karena bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999. Selanjutnya lahirlah KPK melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
pada era Presiden Megawati Soekarnoputeri.
Pada era Presiden Jokowi, terdapat empat cara yang telah dikembangkan
untuk menuntas korupsi, yaitu

 Pertama, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan pembangunan


proyek strategis nasional melalui Direktorat Pengamanan Pembangunan
Strategis pada Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Kejaksaan RI.
Pada dasarnya, sektor yang dikawal berupa proyek strategis untuk
pembangunan negara, seperti infrastruktur jalan, perhubungan,
telekomunikasi, Migas, kawasan industri prioritas atau kawasan ekonomi
khusus, dan sektor lainnya. Oleh karenanya, Kejaksaan RI yang memiliki
satuan kerja yang terdiri dari 32 Kejaksaan Tinggi, 429 Kejaksaan Negeri,
dan 63 Cabang Kejaksaan Negeri untuk membantu pemerintah dalam
menjalankan pengawasan dari pembangunan strategis di Indonesia.
 Kedua, membentuk program penegakan hukum untuk mendukung iklim
investasi.
Kejaksaan sebagai aparat penegak hukum telah menindaklanjuti arahan
Presiden tersebut melalui Surat Edaran Nomor: B-151/A/SUJA/10/2019
tanggal 30 Oktober 2019 mengenai Perihal Petunjuk dalam Rangka
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas, Fungsi dan Kewenangan Kejaksaan RI,
ditugaskan untuk melakukan penegakan hukum yang mendukung investasi
dengan memerintahkan Kejaksaan Tinggi untuk memonitor Perda-Perda
yang mengancam investasi tersebut.
 Ketiga, Pemulihan dan penyelamatan aset pemerintah
daerah/BUMN/BUMD.
Contoh kasus Kejaksaan yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa
Timur, Kejaksaan Negeri Surabaya dan Tanjung Perak dalam melakukan
pengamanan dan penyelamatan aset pemerintah daerah di Jawa Timur
senilai Rp.5 triliun dan 370 miliar yang meliputi Aset Yayasan Kas
Pembangunan (YKP) dan beberapa asset tanah di enam lokasi dengan total
luasan 140.507 m2. Selain Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Kejaksaan
Tinggi Jawa Tengah juga berhasil melakukan penyelamatan aset atas lahan
PRPP dari PT. Indo Perkasa Usahatama seluas lebih dari 248 hektare, dan
senilai 24 triliun. Melalui tindakan tersebut, sudah bisa terlihat jelas hasil
dari penyelamatan tersebut berdampak besar pada perekonomian negara.
 Keempat, pengembangan konsep berpikir Corruption Impact Assesment
(CIA).
Dalam praktiknya, korupsi seperti siklus yang tiada hentinya. Mulai dari
sektor pemerintahan hingga swasta, tindakan korupsi selalu mengahantui
pergerakan bangsa. Maka dari itu, Indonesia harus beradaptasi dengan CIA
untuk membangun sistem pemerintahan yang baik dan terhindar dari kasus
korupsi yang selalu berulang kembali.
Pada setiap metode, pemerintah telah melakukan tindak
pencegahan untuk terjadinya korupsi. Pada setiap masanya, permasalahan
korupsi selalu dilakukan pada sektor berbeda, namun setiap tindakan
selalu merugikan negara. Maka dari itu, diperlukan konsep pengawasan
yang lebih canggih pada era digital, ketika semuanya bisa menjadi
bermanfaat bagi semua pihak bila digunakan pada sasaran yang tepat.
Daftar Pustaka
Alfarisi, F. 2019. Fairness and Justice: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum
Pembaharuan Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia, 17(2): 123-125,
128-129.
Transparency International Indonesia. 2018. Corruption Perception Index
2018. URL: https://riset.ti.or.id/cpi2018/. Diakses tanggal 19 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai