Anda di halaman 1dari 64

!

!"#$"%&'()*+(,'-'!./01203'!.4%35%1%%1'!"#$"%&'(#/%30'*61$3%/'(.40"%7%1'89.5%8(#/%'' 6'
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayah, sehingga penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
tingkat kelurahan/desa akhirnya dapat diselesaikan.

Tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan Program KOTAKU Tingkat kelurahan/desa bermaksud
memberikan gambaran tentang bagaimana melaksanakan tahapan penyelenggaraan Program
KOTAKU tingkat kelurahan/desa.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah
menetapkan sasaran pembangunan kawasan permukiman yaitu tercapainya pengentasan
permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen pada tahun 2019.

Sebagai satu sub sistem wilayah kabupaten/kota, maka Pemerintah Kelurahan/desa dipandang
perlu melakukan hal yang sama secara sinergi dan kolaborasi untuk merumuskan program-
program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di wilayahnya.

Program-program tersebut tentunya harus terakomodasi dalam RPJM/RKP Desa, Renstra/Renja
Kecamatan yang dilengkapi perencanaan rinci dalam dokumen RPLP. Perencanaan di tingkat
Kelurahan/desa tersebut tentunya harus selaras dengan perencanaan tingkat kabupaten/Kota
dan merupakan penjabaran dari visi, misi, strategi dan rencana tahapan pelaksanaan program
penanganan permukiman kumuh diwilayah Kabupaten/Kota.

Petunjuk Pelaksanaan ini akan menjadi acuan pelaksana program ditingkat Kelurahan/desa yang
menjadi lokasi sasaran Program KOTAKU. Kami harapkan, Petunjuk Pelaksanaan ini dapat
dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan program KOTAKU ditingkat Kelurahan/desa, sehingga pelaksanaan ditingkat
Kelurahan/desa dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Kami harapkan, petunjuk pelaksanaan ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan, sehingga program ini dapat
mencapai tujuan dan keluaran yang diharapkan.

Jakarta, Januari 2018


Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan /Desa/Kota iii
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 2
1.2 KEDUDUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN 2
1.3 PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN 3
1.4 TUJUAN 4
1.5 STRATEGI PELAKSANAAN 4
1.6 KELUARAN 4
1.7 PRINSIP-PRINSIP 4
1.8 LOKASI SASARAN 6
1.9 KETENTUAN PELAKSANAAN 6

BAB II
PENYELENGGARAAN 9
2.1 TAHAPAN PERSIAPAN 12
2.1.1 Sosialisasi Awal dan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) 12
2.1.2 Pembentukan/Penguatan Kelembagaaan Tim Inti Perencanaan
Partisipatif (TIPP) 14
2.2 TAHAP PERENCANAAN 16
2.2.1 Membangun Visi 16
2.2.2 Refleksi Perkara Kritis (RPK) 17
2.2.3 Pemetaan Swadaya (PS) 17
2.2.4 Tahap Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) 19
2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan Forum Konsultasi 21
2.3 TAHAP PELAKSANAAN 22
2.4 TAHAP KEBERLANJUTAN 23
2.4.1 Pengembangan Kelembagaan dan Pembangunan Kolaborasi Secara
Menerus 23
2.4.2 Integrasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah 24
2.5 KEGIATAN MENERUS DAN BERKALA 25
2.5.1 Monitoring dan Evaluasi 25
2.5.2 Pengembangan Kapasitas 25
2.5.3 Operasional dan pemeliharaan serta pengembangan dan inovasi
kegiatan 25
BAB III
PERAN PELAKU KOTAKU TINGKAT KELURAHAN/DESA 27

LAMPIRAN-LAMPIRAN 37
LAMPIRAN 1 38
LAMPIRAN 2 48

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan /Desa/Kota v


DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BDC : Bussiness Development Center
BDI :Bantuan Dana Investasi
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Pelaksanaan
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BPS : Badan Pusat Statistik
CAP : Community Action Plan
CCMU : Central Collaboration Management Unit
CSR : Coorporate Sosial Responsibility
DED : Detailed Engineering Design
FGD : Focus Group Discussion
FKA-BKM : Forum Komunikasi Atar-Badan Keswadayaan Masyarakat
GIS : Geographic Information Sistem
ICDD : Integrated Community Driven Development
K/L : Kementerian dan Lembaga
KAK/TOR : Kerangka Acuan Kerja/Term of Reference
KBP : Komunitas Belajar Perkotaan
KCB : Kawasan Cagar Budaya
KK : Kepala Keluarga
KME : Konsultan Manajemen Evaluasi
KMP : Konsultan Manajemen Pusat
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
KMT : Konsultan Manajemen Teknik
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban
LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
LSM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
M&E : Monitoring and Evaluation
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MP2K : Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
NCEP : National Community Empowering Program
NSU : National Slum Upgrading

vi Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


NUAP : Neighborhood Upgrading Action Plan
O&P : Operasional dan Pemeliharaan
OC : Oversight Consultant
OJT : On Job Training
PAD : Project Appraisal Document
Pemda : Pemerintah Daerah
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKP : Perumahan dan Kawasan Permukiman
PKPBM : Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis Masyarakat
PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
PMU : Program Management Unit
POS : Prosedur Operasional Standar
Pokja PKP : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPM : Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
PPMK : Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas
PS : Pemetaan Swadaya
PT : Perguruan Tinggi
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
QA : Quality Assurance
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RISPAM : Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Minum
RISPK : Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RKPKP : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
RKTL : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut
RP2KP-KP : rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
perkotaan
RPD : Rencana Penggunaan Dana
RPJMD : Rencana Jangka Menengah Daerah
RPJMN : Rencana Jangka Menengah Nasional
RPK : Refleksi Perkara Kritis
RPLP : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SIAP : Slum Improvement Action Plan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
UP : Unit Pengelola

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan /Desa/Kota vii
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPS : Unit Pengelola Sosial

viii Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


BAB I
PENDAHULUAN

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 1


1.1 LATAR BELAKANG

“Kota layak huni, produktif dan berkelanjutan” merupakan tujuan yang akan dicapai melalui
Program KOTAKU (Program Kota Tanpa Kumuh). Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut
dilakukan serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten/kota dan tingkat kelurahan/desa. Program
KOTAKU diterjemahkan ke dalam dua kegiatan yaitu pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman permukiman kumuh perkotaan yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif.
Pendekatan tersebut mempertemukan perencanaan makro (top-down) dengan perencanaan
mikro (bottom-up).

Pemerintah kabupaten/kota memimpin keseluruhan proses kegiatan penanganan tersebut. Di


tingkat kelurahan/desa, masyarakat bekerja bersama dengan pemerintahan kelurahan/desa dan
kelompok peduli lainnya berpartisipasi aktif dan turut serta dalam seluruh proses pengambilan
keputusan untuk penanganan permukiman kumuh di wilayahnya.

Penanganan permukiman kumuh membutuhkan kolaborasi banyak sektor oleh banyak pihak
untuk dapat mengerahkan beragam sumber daya dan dana dari tingkat pusat, provinsi,
kota/kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa, termasuk pihak swasta, perguruan tinggi dan
kelompok peduli lainnya melalui keterpaduan program. Pemerintah kabupaten/kota diharapkan
mampu menggalang kolaborasi tersebut dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh di
wilayahnya.

Sebagai satu kesatuan sub-sistem wilayah kabupaten/kota, maka pemerintah kelurahan/desa


bersama Badan Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadaayaan Masyarakat (BKM/LKM)
perlu melakukan hal yang sama secara sinergi dan berkolaborasi untuk merumuskan program
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman di wilayahnya. Program tersebut tentunya
harus terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Rencana Kerja
Pembangunan (RPJM/RKP) Desa atau Rencana Strategis/Rencana Kerja (Renstra/Renja)
Kecamatan yang dilengkapi dengan perencanaan rinci dalam dokumen Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman dengan kedalaman Rencana Teknis. Perencanaan di tingkat
kelurahan/desa tersebut tentunya harus terkoneksi dengan sistem perencanaan penanganan
permukiman kumuh kab/kota dan selaras dengan perencanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten/kota dan merupakan penjabaran dari visi, misi, strategi
dan rencana tahapan pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh di wilayah
kabupaten/kota.

1.2 KEDUDUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN

Petunjuk Pelaksanaan ini adalah turunan dari Pedoman Umum Program KOTAKU. Pedoman
Umum menyajikan panduan dan informasi menyeluruh tentang program KOTAKU bagi seluruh
pemangku kepentingan di tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, masyarakat dan sebagainya.

2 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Semua hal yang diatur dalam pedoman umum namun tidak dimuat dalam pedoman ini secara
otomatis berlaku untuk penyelenggaraan program di tingkat kelurahan/desa seperti misalnya
kerangka dasar pengelolaan pengamanan lingkungan dan sosial; Kerangka rencana aksi tata
kelola pemerintahan yang baik; serta penanganan pengaduan dan pengelolaan konflik.

Petunjuk pelaksanaan merupakan penjabaran dari pedoman umum, terutama memberikan


panduan yang lebih detail kepada pelaku tingkat kelurahan/desa tentang proses, tahapan-
tahapan, dan substansi penyelenggaraan program yang meliputi persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, dan keberlanjutan. Petunjuk Pelaksanaan ini untuk merumuskan rencana
penanganan permukiman kumuh dan alat bantu untuk melengkapi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa dan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan dengan rencana
penanganan permukiman kumuh di tingkat kabupaten/kota.

Oleh karena itu petunjuk pelaksanaan ini menjadi satu kesatuan dengan petunjuk pelaksanaan
program KOTAKU tingkat kota dan Pedoman Umum program KOTAKU dalam penggunaannya.
Selanjutnya hal-hal lebih teknis dari petunjuk pelaksanaan ini akan disajikan dalam Prosedur
Operasional Standar (POS).

1.3 PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN

Petunjuk Pelaksanaan ini disusun sebagai acuan untuk :


NO PELAKU KEGUNAAN
a. Pelaku tingkat Nasional Acuan Bantuan Teknis
b. Pemerintah Daerah dan Pokja PKP Acuan Bantuan Teknis
Camat, Lurah/Kepala Desa, lembaga tingkat kelurahan/desa dan
c. Acuan pelaksanaan
kecamatan
d. BKM/LKM Acuan pelaksanaan
e. TIPP atau Tim Penyusun RPJM Desa Acuan Pelaksanaan
Relawan, para pemangku kepentingan lainnya di tingkat kota dan
f. Acuan Pelaksanaan
kelurahan/desa
g. Konsultan tingkat regional dan kota (Tim Korkot dan Fasilitator) Acuan Pelaksanaan

Petunjuk pelaksanaan ini menjadi satu kesatuan dengan pedoman umum KOTAKU dalam
penggunaannya. Selanjutnya hal-hal lebih teknis dari petunjuk pelaksanaan disajikan dalam
Prosedur Operasional Standar (POS) yaitu:
a. Pos Baseline 100-0-100;
b. POS Perencanaan Tingkat Masyarakat;
c. POS Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Masyarakat;
d. POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan;
e. POS Operasional dan Pemeliharaan;
f. POS Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK);

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 3


g. POS Kegiatan Pengembangan Kapasitas tingkat Kelurahan/desa; dan
h. POS Pengelolaan Keuangan tingkat Kelurahan/Desa.
i......POS.Pembangunan.BKM/LKM

1.4 TUJUAN

Tujuan petunjuk pelaksanaan ini mengacu pada tujuan program dalam Pedoman Umum
KOTAKU.

1.5 STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi pelaksanaan KOTAKU Tingkat Kelurahan/desa mengacu pada strategi Pedoman Umun
KOTAKU.

1.6 KELUARAN

Keluaran dan hasil yang akan dicapai dalam penyelenggaraan program KOTAKU tingkat
kelurahan/desa, adalah sebagai berikut:
a. Tersusunnya Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dengan
kedalaman Rencana Teknis permukiman kumuh prioritas tingkat kelurahan/desa dan atau
antar kelurahan/desa yang terkonsolidasi dengan RP2KPKP/SIAP di seluruh lokasi program
KOTAKU.
b. Tersusunnya Aturan Bersama (AB), rencana pengelolaan kawasan, termasuk di dalamnya
kelembagaan yang mengelola lingkungan permukiman di seluruh kelurahan/desa lokasi
program KOTAKU;
c. Terlaksananya pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar skala lingkungan sesuai
standar pelayanan minimum permukiman1; dan
d. Terbentuknya dan atau terlembaganya Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) yang
berfungsi untuk pemeliharaan dan pengembangan serta mencegah terjadinya
permukiman kumuh baru di lingkungan permukimannya.

1.7 PRINSIP-PRINSIP

Selain prinsip-prinsip yang sudah disebutkan dalam Pedoman Umum KOTAKU, di bawah ini
diuraikan prinsip-prinsip penataan permukiman di tingkat kelurahan/desa:
a. RPLP sebagai instrumen kolaborasi
RPLP sebagai instrumen kolaborasi yaitu instrumen perencanaan tingkat kelurahan yang
tersusun melalui proses kolaboratif yang melibatkan pemangku kepentingan di tingkat

1Standar pelayanan minimum permukiman mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau lihat tabel 2.3 hal 2-27 s/d 2-
29 Panduan Penyusunan RP2KPKP

4 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


kelurahan maupun kota, serta disepakati dalam forum kolaborasi di tingkat kelurahan. RPLP
memberikan ruang untuk para pemangku kepentingan bersama2 menyusun rencana
peningkatan kualitas permukiman kumuh maupun pencegahan kumuh baru untuk periode
lima tahun.
b. Berorientasi pada pembangunan manusia dan aktifitasnya
Penataan permukiman mengakomodasi pembangunan manusia - masyarakat penghuninya
dan kegiatan yang ditimbulkan dalam bermukim. Kegiatan sosial, ekonomi dan
lingkungan/infastruktur (SEL) dalam penataan lingkungan permukiman harus berorientasi
pada peningkatan kualitas hidup masyarakat penghuninya.
c. Penataan permukiman berbasis komunitas
Masyarakat kelurahan/desa merupakan salah satu pelaku utama pembangunan tingkat
kelurahan/desa. Masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk seluruh proses
pengambilan keputusan berkaitan dengan penataan lingkungan permukimannya, mulai dari
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, operasi & pemeliharaan, serta keberlanjutan
program. Masyarakat diikutsertakan untuk berpartisipasi aktif dan bekerja bersama dengan
pemerintahan kelurahan/desa, antar pemerintah kelurahan/desa dibawah koordinasi
pemerintah kecamatan dan kelompok peduli dalam penataan lingkungan permukimannya.
Masyarakat bukan hanya berperan di kawasan prioritas dan tingkat kelurahan/desa, namun
juga berperan di tingkat kabupaten/kota. Partisipasi masyarakat di tingkat kelurahan/desa
harus dikaitkan dengan kepentingan penataan permukiman antar kelurahan/desa dibawah
koordinasi pemerintah kecamatan dan kepentingan di tingkat kabupaten/kota secara
menyeluruh dan terpadu.
d. Penataan permukiman kelurahan/desa merupakan urusan bersama
Permukiman kelurahan/desa merupakan bagian dan pembentuk wajah permukiman
kabupaten/kota. Pemerintah, pemerintah daerah, kecamatan/kelurahan/desa, BKM/LKM,
kelompok peduli, serta masyarakat harus aktif berpartisipasi dan bekerja bersama dalam
kegiatan penataan lingkungan permukiman tingkat kelurahan/desa tersebut, utamanya
penanganan permukiman kumuh. Demikian pula sebaliknya, penataan permukiman tingkat
kelurahan/desa atau antar kelurahan/desa merupakan bagian dari penataan permukiman
tingkat kabupaten/kota. Seluruh proses kegiatan penataan permukiman yang melibatkan
pelaku tingkat kelurahan/desa perlu memperhatikan kepentingan yang lebih luas dari
sekedar kelurahan/desanya, yaitu kepentingan wilayah sekitar (antar kelurahan/desa
dibawah koordinasi kecamatan) termasuk kepentingan kota/kabupaten.
e. RPLP terkonsolidasi dengan RP2KPKP
RPLP disusun dengan mempertimbangkan sinkronisasi/keterpaduan dengan RP2KPKP,
rencana sectoral, maupun rencana tingkat kota lainnya yang disusun dalam rangka
peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan munculnya kawasan permukiman
kumuh baru. Keterpaduan RPLP dengan RP2KPKP antara lain terefleksikan dalam
keterpaduan data, peta, scenario perencanaan, konsep pengembangan, maupun program-
program dalam rencana aksinya.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 5


f. Sinergi program dalam penataan permukiman Kelurahan/Desa
Program-program sektoral dalam penataan permukiman di wilayah kelurahan/desa yang
telah disepakati di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan
kelurahan/desa perlu dilakukan upaya sinkronisasi/keterpaduan program dalam rangka
peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan munculnya kawasan permukiman
kumuh baru. Dokumen perencanaan RPLP dengan kedalaman rencana teknis yang telah
menjadi satu kesatuan dengan RPJM & RKP Desa dan Renstra kecamatan, didayagunakan
sebagai media sinkronisasi/keterpaduan program sektoral tingkat pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa.
g. Berkeadilan dan berpihak pada yang terabaikan/terpinggirkan
Penataan Permukiman untuk seluruh wilayah kelurahan/desa. Prioritas penanganan
permukiman kumuh dilakukan sebagai bagian dalam penataan permukiman. Prioritas
dilakukan dengan memperhatikan prinsip berkeadilan, berpihak pada yang
terabaikan/terpinggirkan (marginal), serta memperhatikan kelompok rentan/disabilitas2.
Misalnya saat seleksi dan penentuan lokasi prioritas penanganan permukiman kumuh
dilakukan berdasarkan kriteria kebutuhan dan bukan prinsip pemerataan dengan bagi rata
program. Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, perempuan, anak dan pemuda
harus dilibatkan dalam seluruh proses pengambilan keputusan penataan Permukiman,
terutama mereka yang tinggal di Permukiman kumuh.
h. Bijaksana memanfaatan sumber daya yang memperhatikan masa depan
Penataan lingkungan permukiman bukan hanya untuk menjawab persoalan yang ada saat
ini (problem solving), namun juga untuk merencanakan agar masa depan lingkungan
permukiman layak huni secara berkelanjutan (visioner). Beragam sumber daya perlu baik
yang ada saat ini maupun di masa yang datang perlu dikelola secara bijaksana dengan terus
menumbuhkan iklim kreatifitas agar tumbuh beragam inovasi dalam penataan permukiman
yang layak huni tersebut.
i. Optimalisasi swadaya masyarakat dan kerelawanan
Masyarakat berhak dan bertanggung jawab berpartisipasi dalam penataan permukimannya.
Rasa memiliki terhadap permukimannya perlu terus dibangun secara menerus agar dapat
menggalang swadaya dan kerelawanan masyarakat. Membangun dari dalam masyarakat
dikedepankan dalam seluruh proses kegiatan program KOTAKU.

1.8 LOKASI SASARAN


Program KOTAKU dilaksanakan di 269 kabupaten/kota di 34 Propinsi di seluruh Indonesia.
Cakupan lokasi3 program berdasarkan kategori kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh dilaksanakan di seluruh kelurahan/desa
kumuh.

2Disabilitas merupakan suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi ketidakmampuan dalam hal fisiologis,
psikologis dan kelainan struktur atau fungsi anatomi
3 Lokasi NSUP ditetapkan setiap tahun melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya

6 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


b. Kegiatan pencegahan kumuh dilaksanakan di seluruh kelurahan/desa diluar kelurahan/desa
yang teridentifikasi kumuh.
c. Kegiatan pengembangan penghidupan berkelanjutan dilakukan di semua lokasi peningkatan
kualitas maupun pencegahan kumuh.

1.9 KETENTUAN PELAKSANAAN

Selain ketentuan penyelenggaraan yang telah diatur dalam pedoman umum KOTAKU,
diterapkan pula ketentuan lebih rinci, sebagai berikut:
a. Adanya komitmen pemerintahan kelurahan/desa/kecamatan, masyarakat, dan BKM/LKM
untuk mensinergikan program dan kegiatan prioritas penanganan permukiman kumuh
dalam RPJM/RKP Desa, Renstra/Renja Kecamatan dan dengan perencanaan tingkat
kabupaten/kota;
b. Kelembagaan BKM/LKM yang berfungsi dengan baik4.
c. Pemerintah kelurahan/desa bersama BKM/LKM memfungsikan Tim Inti Perencanaan
Partisipatif (TIPP) yang sudah ada atau membentuk TIPP baru untuk memfasilitasi
perencanaan penanganan permukiman kumuh di bawah koordinasi Pokja PKP
kabupaten/kota ;
d. Perencanaan berorientasi pada pencapaian visi (dengan segala kendala dan potensi yang
dimiliki), bukan hanya pemecahan masalah penanganan permukiman kumuh yang ada saat
ini;
e. Bagi kelurahan/desa yang termasuk dalam kategori kumuh, kegiatan penanganan
permukiman kumuh harus menjawab kebutuhan dasar masyarakat berpenghasilan rendah,
seperti peningkatan kualitas pelayanan lingkungan, sarana dan prasarana serta kebutuhan
untuk penghidupan yang berkelanjutan;
f. Melibatkan masyarakat lokasi sasaran sebagai pelaku utama dalam proses pengambilan
keputusan di setiap tahapan pembangunan partisipatif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan/pengelolaan dan pemeliharaan.
g. Sinkronisasi/Keterpaduan RPLP dengan rencana di tingkat kelurahan maupun rencana di
tingkat kota yang disusun dalam rangka peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan
munculnya kawasan permukiman kumuh baru.

4 Berdasarkan hasil penilaian kinerja kelembagaan tingkat kelurahan yang dinilai setiap 6 bulan sekali

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 7


BAB II
PENYELENGGARAAN

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 9


Program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa dan kecamatan mempunyai tahapan siklus program
yang sinergis dengan program perencanaan pembangunan tingkat kelurahan/desa dan
kecamatan serta menjadi satu kesatuan dan sinkron dengan program tingkat kabupaten/kota
yang dirajut melalui forum-forum konsultasi intensif.

Untuk mewujudkan tujuan program, berikut tahapan pelaksanaan di tingkat kelurahan/desa


yang menjadi satu kesatuan dengan tahapan tingkat kabupaten/kota, yaitu:
I. Tahap Persiapan
II. Tahap Perencanaan
III. Tahap Pelaksanaan
IV. Tahap Keberlanjutan

Tahapan tersebut dapat berulang secara dalam kurun waktu tertentu mengikuti tahapan
kegiatan perencanaan pembangunan reguler.

Secara detail tahapan kegiatan di tingkat kelurahan/desa sebagai berikut:

Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat
Kelurahanl/Desa

10 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Gambar 2.2. Tahapan kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kelurahanl/Desa

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 11


2.1 TAHAPAN PERSIAPAN

I.PERSIAPAN II.PERENCANAAN III.PELAKSANAAN IV.KEBERLANJUTAN


1. Sosialisasi 3.Membangun Visi
Awal & RKM 6.Penyusunan Rencana 7.Implemetasi Kegiatan 8.Pengembangan
4.RPK Penataan Lingkungan Lingkungan, Ekonomi, Kelembagaan
2. Pembentukan/ Permukiman (RPLP) Sosial 9.Integrasi Perencanaan
Penguatan TIPP 5. Pemetaan Swadaya

Gambar 2.3. Tahapan I Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan untuk membangun kapasitas, peran dan kontribusi Pemerintah
kecamatan, pemerintah Kelurahanl/Desa, masyarakat dan pemangku kepentingan
pembangunan Kelurahanl/Desa dalam peyelenggaraan kolaborasi; dan penggalangan relawan
untuk terlibat dalam kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman.

Tahap persiapan meliputi dua kegiatan utama, yaitu: (1) sosialisasi dan membangun komitmen
masyarakat yang dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk lokakarya orientasi tingkat
Desa/Kel, (2) Pembentukan/Penguatan TIPP.

Sebagai bahan sosialisasi, pemerintah Kecamatan/Kelurahan/desa memulai dengan


mempersiapkan:
a. Pemetaan pelaku yang sekiranya terkait dengan isu kekumuhan di Kecamatan maupun di
Kelurahan/desa. Pelaku tersebut akan berperan sebagai agen sosialisasi dan Tim Inti
Perencanaan Partisipatif.
b. Pemahaman awal mengenai kondisi atau tingkat kekumuhan di tingkat
Kecamatan/Kelurahan/desa
c. Kajian awal terhadap berbagai instansi dan program yang sudah dan sedang dilaksanakan
oleh pemerintah, termasuk kebijakan dalam RPJMD/Desa, yang terkait dengan program
KOTAKU.

2.1.1 Sosialisasi Awal dan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

I.PERSIAPAN II.PERENCANAAN III.PELAKSANAAN IV.KEBERLANJUTAN


1. Sosialisasi 3.Membangun Visi
Awal & RKM 6.Penyusunan Rencana 7.Implemetasi Kegiatan 8.Pengembangan
4.RPK Penataan Lingkungan Lingkungan, Ekonomi, Kelembagaan
2. Pembentukan/ Permukiman (RPLP) Sosial 9.Integrasi Perencanaan
Penguatan TIPP 5. Pemetaan Swadaya

Gambar 2.4. Tahapan I Persiapan “Sosialisasi Awal & RKM”

Tahapan sosialisasi awal program KOTAKU dilakukan melalui berbagai kegiatan, berbagai media
dan dilakukan dari tingkat Kecamatan/Kelurahanl/Desa hingga ke tingkat lingkungan dengan
target sebanyak mungkin warga kota tahu dan memahami program KOTAKU.

12 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


TUJUAN 1. Terlaksananya sosialisasi kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh tingkat kelurahan/desa.
2. Tergalangnya relawan dan agen sosialisasi untuk membantu masyarakat
dalam kegiatan penataan permukiman, terutama penanganan
permukiman kumuh, tingkat kelurahan/desa dalam rangka mewujudkan
kawasan permukiman layak huni dan berkelanjutan.
3. Terbangunnya kepedulian masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan penataan permukiman kelurahan/desa melalui program
KOTAKU.
4. Menggalang komitmen untuk melaksanakan kegiatan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh di wilayah Kelurahanl/Desa
sampai 2019 untuk mencapai 0 ha permukiman kumuh.
METODE Lokakarya, sosialisasi massal, diskusi, serta metode inovatif yang disepakati di
tingkat kelurahan/desa

TAHAPAN 1. Sosialisasi awal kelurahan/desa. Pemerintah kota/kabupaten termasuk


PROSES pemerintah kecamatan melakukan sosialisasi awal kepada pemerintah
kelurahan/desa dan BKM/LKM mengenai program KOTAKU.
2. Perancangan pesan sosialisasi. Lurah/kades, camat dan BKM/LKM
difasilitasi tim fasilitator merancang pesan, media, dan saluran
komunikasi yang tepat untuk melakukan rangkaian kegiatan sosialisasi
awal program KOTAKU. Kegiatan ini didahului oleh kegiatan Pemetaan
Sosial oleh Unit Pengelola Sosial (UPS) dan BKM/LKM untuk mengetahui
tokoh kunci, potensi agen sosialisasi, pesan, media, dan saluran yang
paling sesuai untuk melakukan sosialisasi Program KOTAKU.
3. Sosialisasi kelurahan/desa atau antar kelurahan/desa. Lurah/kades,
camat dan BKM/LKM mengundang masyarakat untuk hadir dan
berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan sosialisasi awal. Sosialisasi awal
KOTAKU dilakukan melalui berbagai media dan saluran mulai dari tingkat
akar rumput sampai tingkat kelurahan/desa. Kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah, perempuan, anak dan kelompok muda harus
dilibatkan dalam kegiatan ini.
4. Penggalangan relawan5 dan agen sosialisasi. Relawan adalah pelopor-
pelopor penggerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas,
peduli dan memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan permukiman
layak huni dan berkelanjutan. Relawan yang ada secara langsung
menjadi relawan dan agen sosialisasi permukiman. UPS mengelola
kegiatan penggalangan tersebut dan menjadi coordinator relawan dan
agen sosialisasi.

5Relawan dapat berpartisipasi di seluruh tahapan Program KOTAKU atau pada tahapan tertentu yang menjadi
keahlian, kesediaan atau komitmennya. Misalnya, relawan untuk Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 13


5. Rembug Kesiapan Masyarakat. Lurah/kades dan BKM/LKM melakukan
lokakarya tingkat kelurahan/desa untuk membangun kepedulian seluruh
pelaku menyukseskan kegiatan penataan permukiman, utamanya
penanganan permukiman kumuh; pengumuman relawan yang
mendaftar; dan pernyataan komitmen keikutsertaan dalam program
KOTAKU. Komitmen tersebut antara lain i) menurunkan luasan
permukiman kumuh menjadi 0 ha kumuh pada tahun 2019; ii) mencegah
munculnya permukiman kumuh baru iii) partisipasi aktif seluruh pelaku
kelurahan/desa; iv) relawan dan agen sosialisasi; v) swadaya; vi)
mengikuti seluruh tahapan Program KOTAKU; dan vii) lainnya.
6. Sosialisasi hasil RKM. Sosialisasi hasil RKM tingkat Kelurahan/desa
melalui berbagai media dan saluran.
KELUARAN 1. Pemetaan/daftar pelaku
2. Masyarakat mengetahui adanya kegiatan KOTAKU
3. Daftar relawan dan agen sosialisasi
4. Berita acara komitmen masyarakat
PELAKSANA 1. Lurah/Kepala Desa
2. BKM/LKM
3. Unit Pengelola Sosial (UPS)
PESERTA BPD, LPM, PKK, Karang taruna, RT/RW, relawan, warga

NARASUMBER Pemda/Pokja PKP, Camat

FASILITATOR Tim Fasilitator

2.1.2 Pembentukan/Penguatan Kelembagaaan Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)

I.PERSIAPAN II.PERENCANAAN III.PELAKSANAAN IV.KEBERLANJUTAN


1. Sosialisasi 3.Membangun Visi
Awal & RKM 6.Penyusunan Rencana 7.Implemetasi Kegiatan 8.Pengembangan
4.RPK Penataan Lingkungan Lingkungan, Ekonomi, Kelembagaan
2. Pembentukan/ Permukiman (RPLP) Sosial 9.Integrasi Perencanaan
Penguatan TIPP 5. Pemetaan Swadaya

Gambar 2.5. Tahapan I Persiapan “Pembentukan/Penguatan TIPP”

TIPP merupakan tim Perencanaan Partisipatif Penataan Lingkungan Permukiman tingkat


Kelurahanl/Desa6 yang didalamnya terdiri dari beberapa Pokja yang minimal sesuai dengan 7
(tujuh) indikator kumuh atau lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diantaranya sebagai
berikut:

6 Tahapan Review Kelembagaaan dapat diselenggarakan bersamaan dengan Lokakarya sosialisasi awal dan RKM

14 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


TUJUAN 1. Terlaksananya review kelembagaan di tingkat kelurahan/desa yang akan
bertanggungjawab untuk merencanakan penataan permukiman secara
partisipatif.
2. Berfungsinya lembaga perencanaan yang ada di kelurahan/desa atau Tim
Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) penanganan permukiman
kelurahan/desa.
3. Membangun pemahaman dan ketrampilan lembaga perencana Camat,
lurah/kades, BKM/LKM dan TIPP serta relawan untuk memfasilitasi
perencanaan partisipatif penataan lingkungan permukiman.
4. Terbangunnya komitmen dan rencana kerja TIPP untuk memfasilitasi
perencanaan partisipatif.
METODE Rangkaian diskusi, lokakarya, dan pelatihan/coaching, dan kegiatan inovatif lain

TAHAPAN 1. Sosialisasi pembentukan lembaga. Melakukan sosialisasi untuk


PROSES pembentukan lembaga perencanaan permukiman tingkat kelurahan/desa.
Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan sosialisasi awal. Dalam
sosialisasi dijelaskan mengenai peran dan fungsi lembaga. Tujuan sosialisasi
adalah:
a. agar seluruh pihak memahami pentingnya lembaga perencanaan
permukiman tingkat kelurahan/desa; serta
b. membangkitkan kesadaran warga untuk peduli dan memiliki
keterampilan di bidang permukiman, terlibat aktif dalam perencanaan
penataan lingkungan permukiman.
2. Review keberadaan TIPP. Melakukan review TIPP di tingkat kelurahan/desa
yang bertanggungjawab dalam perencanaan penataan lingkungan
permukiman secara partisipatif. Review dilakukan untuk mengetahui i)
apakah memfungsikan yang sudah ada atau harus membentuk TIPP baru.
3. Penggalangan relawan sebagai anggota TIPP 7 . Melakukan pemetaan
pelaku dan pendaftaran/penjaringan relawan yang memiliki potensi untuk
terlibat dalam TIPP. Sebaiknya dalam melakukan identifikasi warga/relawan
perlu diperhatian keahlian yang dimilikinya misalnya keahlian membuat
peta, infrastruktur, menyusun dokumen perencanaan, pembukuan, dll;
4. Pembentukan TIPP. Bagi kelurahan/desa yang belum memiliki TIPP dilkukan
pembentukan TIPP, sedangkan bagi kelurahan/desa yang sudah memiliki
TIPP, maka dilakukan review untuk melengkapi kekurangannya. TIPP
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada masyarakat. TIPP dikukuhkan
oleh BKM/LKM dan Lurah/Kades. Anggota TIPP terdiri dari unsur kecamatan,
kelurahan/desa, BKM/LKM, relawan, dan kelompok masyarakat termasuk
kelompok perempuan. TIPP harus memperhatikan keseimbangan komposisi
anggota perempuan dan laki-laki serta mengikutsertakan kelompok rentan

7Tahapan ini dapat dilakukan bersamaan dengan tahap penggalangan relawan dan agen sosialisasi saat
sosialisasi awal.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 15


sebagai anggotanya.
5. Peningkatan kapasitas TIPP. Tim fasilitator bersama Lurah dan BKM
melakukan rangkaian pelatihan/coaching untuk TIPP, lurah/kades, camat
dan BKM/LKM mengenai perencanaan partisipatif. TIPP dalam menyusun
RPLP akan dibantu oleh TAPP (tenaga ahli perencanaan partisipatif) yang
akan direkrut oleh Lurah dan BKM.
6. Penyusunan rencana kerja. TIPP menyusun rencana kegiatan untuk
perencanaan partisipatif tingkat kelurahan/desa.

Dalam menjalankan tuganya TIPP dibantu oleh beberapa Pokja yang dibentuk oleh TIPP
sendiri. Adapun Pokja tersebut didalamnya terdiri dari beberapa Pokja yang minimal sesuai
dengan 7 (tujuh) indikator kumuh atau lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2.2 TAHAP PERENCANAAN

I.PERSIAPAN II.PERENCANAAN III.PELAKSANAAN IV.KEBERLANJUTAN


1. Sosialisasi 3.Membangun Visi
Awal & RKM 6.Penyusunan Rencana 7.Implemetasi Kegiatan 8.Pengembangan
4.RPK Penataan Lingkungan Lingkungan, Ekonomi, Kelembagaan
2. Pembentukan/ Permukiman (RPLP) Sosial 9.Integrasi Perencanaan
Penguatan TIPP 5. Pemetaan Swadaya

Gambar 2.6. Tahapan II Perencanaan

Tahap Perencanaan dimulai dengan tahapan merumuskan kondisi permukiman layak huni yang
diinginkan oleh masyarakat pada masa mendatang yang dituangkan kedalam visi dan misi
pembangunan lingkungan permukiman tingkat kelurahan/desa yang kemudian dilanjutkan
dengan melakukan refleksi perkara kritis tentang masalah perikehidupan dan penghidupan
(livelihood), lingkungan permukiman yang kumuh, kemiskinan, kesehatan, bencana juga
difabilitas. Untuk melihat kondisi apa yang direfleksikan oleh masyarakat dalam FGD perkara
kritis, TIPP melakukan Pemetaan Swadaya untuk memetakan kondisi-kondisi dengan basis data
baseline 100-0-100 yang kemudian dipertajam kedalam masing-masing aspek termasuk masalah
livelihood, kebencanaan, gender dan penafisan terhadap dampak lingkungan dan sosial. Dari
hasil kajian Pemetaan Swadaya TIPP Bersama tim pendamping menuangkan kedalam dokumen
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) atau perencanaan yang setara. Dokumen
RPLP ini merupakan rencana makro Kelurahan/desa yang memuat arahan pencegahan dan
rencana peningkatan kualitas permukiman kumuh yang terintegrasi antar Kelurahan/desa yang
berbatasan maupun dengan rencana tingkat kotanya. Adapun tahapan perencanaan secara
umum dapat adalah sebagai berikut:

2.2.1 Membangun Visi


Visi permukiman yang dimaksud adalah upaya masyarakat dalam mendalami visi Pemerintah
kabupaten/kota yang ada dalam RPJMD, khususnya yang terkait dengan visi pembangunan

16 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


permukiman dan pelayanan infrastrukturnya. Membangun visi permukiman bisa dilakukan bila
Pemerintah kabupaten/kota setuju bahwa visi tersebut sebagai pelengkap visi Kabupaten/kota
yang telah terbangun. Namun bila tidak mendapat persetujuan, maka kegiatan selanjutnya
dilakukan untuk menyempurnakan konten misi permukiman. Misi permukiman ini merupakan
rumusan, gagasan atau cita-cita masyarakat terhadap kondisi permukiman layak huni dan
berkelanjutan yang akan dicapai pada masa mendatang. Hal ini bertujuan agar perencanaan
yang dibuat oleh masyarakat lebih terarah dan masyarakat dapat menyusun strategi untuk
mengurangi perbedaan/jarak antara kondisi saat ini dengan visi & misi yang ingin dicapai.

2.2.2 Refleksi Perkara Kritis (RPK)


Berdasarkan hasil visi & misi Permukiman, kemudian dilaksanakan Refleksi Perkara Kritis (RPK)
dengan tujuan menumbuhkan kesadaran kritis dan kepedulian masyarakat serta menggali akar
penyebab, karakteristik terjadinya kumuh termasuk didalamnya merefleksikan tentang
penghidupan masyarakat (livelihood), bencana yang pernah terjadi, kesetaraan dan keadilan
masyarakat dalam pembangunan serta dampak-dampak sosial dan lingkungan yang pernah
terjadi pada pembangunan permukiman sebelumnya. Disamping itu, kegiatan ini dilaksanakan
untuk membangun kesadaran masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan terhadap
kondisi lingkungan permukiman di wilayahnya, bahwa masyarakat mampu memberikan solusi
dan perbaikan terhadap kondisi lingkungan permukiman yang dapat yang dimulai dari diri
sendiri. Sehingga setiap warga mampu berkontribusi (baik tenaga, waktu, pikiran, uang bagi
kelompok lain untuk berpartisipasi, berdemokrasi, dsb) secara bersama-sama melakukan
penataan permukiman

Pelaksanaan Tahapan kegiatan membangun visi & misi dan kegiatan Refleksi Perkara Kritis
dapat dilakukan sesuai ketentuan di atas, namun untuk efektifitas waktu penyelenggaraan
dengan melibatkan masyarakat, maka penyelenggaraan tahap Visi & misi dan RPK dapat
dilakukan dalam satu paket dan pada waktu bersamaan/paralel

2.2.3 Pemetaan Swadaya (PS)


Pengertian PS:
Adalah proses kajian dalam menemu kenali persoalan (lingkungan, sosial, ekonomi) dan
potensi-potensi terhadap asset sumber daya manusia, alam, sosial, ekonomi serta infrastruktur
serta kajian dalam memetakan akar persoalan yang dihadapi oleh masyarakat terhadap kondisi
riil/eksisting kawasan permukiman diwilayah Kelurahanl/Desa.

Persoalan lingkungan mengacu pada tujuh kriteria kumuh yang mengacu pada Permen PU,
yaitu mencakup (1) penataan bangunan, (2) jalan, (3) drainase, (4) air minum, (5)
persampahan, (6) sanitasi, dan (7) proteksi kebakaran. Ketersediaan ruang terbuka hijau juga
telah disepakati untuk masuk ke dalam kriteria kumuh dari aspek lingkungan ini. Persoalan
sosial ekonomi mencakup persoalan terkait pentagonal asset, seperti sumber daya manusia,
pendapatan, pemilikan asset, kegiatan ekonomi, serta persoalan-persoalan kerentanan sosial.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 17


Data baseline 100-0-100 dan profil permukiman kelurahan/desa merupakan data yang
digunakan oleh TIPPP sebagai data untuk mempertajam kegiatan Pemetaan Swadaya.
Data/peta permukiman lainnya baik yang bersumber dari kelurahan/desa, kecamatan maupun
data/peta dari kab/kota digunakan sebagai data pendukung untuk memastikan perencanaan
tingkat masyarakat (RPLP) terkonsolidasi dengan perencanaan tingkat kab/kota (RP2KPKP)
secara lebih jelas.

Pemetaan Swadaya dilaksanakan oleh TIPP bersama masyarakat yang dilakukan ditingkat
RT/RW/Dusun sampai penyepakatan terhadap kondisi masalah, potensi dan usulan/gagasan
masyarakat dalam upaya mewujudkan visi dan misi masyarakat. Metode yang dilakukan dalam
Pemetaan Swadaya ini dapat dilakukan dengan cara transek, wawancara, sensus, FGD,
pemetaan dalam bentuk tematik-tematik serta rembug warga ditingkat kelurahan/desa dalam
penyepakatan hasil kajian yang akan dijadikan bahan TIPP dalam menyusun Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP).

Tahapan PS secara umum:


Secara umum tahapan PS terdiri dari:
a. Persiapan pemetaan;
b. Pemetaan dan kajian gambaran umum kelurahan;
c. Pemetaan dan kajian profil permukiman/permukiman kumuh;
d. Pemetaan gambaran kondisi sosial dan ekonomi; dan
e. Pemetaan gambaran kondisi rawan bencana.

Pada tahapan ini diakhiri dengan forum konsultasi-I

Tahapan Kajian Hasil PS:


Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap kebijakan, rencana-rencana, maupun
data/informasi secara mendalam. Secara umum tahapan kajian hasil PS terdiri dari:
a. Kajian kebijakan kota
b. Kajian akar permasalahan permukiman/permukiman kumuh yang terkait tujuh kriteria kumuh
serta ruang terbuka hijau
c. Kajian daya dukung dan daya tampung;
d. Kajian pengelolaan lingkungan dan dampak sosial;
e. Kajian livelihood;
f. Kajian pengembangan permukiman/permukiman kumuh;
g. Kebutuhan penanganan dan pengembangan permukiman; dan
h. Penapisan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial sosial .

18 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Pada tahapan ini diakhiri dengan forum konsultasi-II

2.2.4 Tahap Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)


Pengertian RPLP:
a. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP dengan kedalaman rencana teknis) merupakan
dokumen perencanaan permukiman/permukiman kumuh kelurahan/desa yang disusun secara
partisipatif dengan mewujudkan keterpaduan/keselarasan perencanaan tingkat kelurahan/desa
dan perencanaan tingkat Kabupaten/Kota;
b. RPLP merupakan dokumen rencana 5 (lima) tahun sebagai instrumen kolaborasi Kelurahan/Desa
dalam penanganan permukiman kumuh yang disusun untuk mencapai 0 persen kumuh di
kelurahan dan mencegah tumbuhnya kumuh baru.
c. RPLP memuat perencanaan penanganan permukiman kumuh yang komprehensif, mencakup
aspek lingkungan, sosial dam ekonomi (livelihood) dan rencana penataan lingkungan permukiman
secara spasial, yang terkonsolidasi dengan RP2KPKP maupun rencana peningkatan kualitas dan
pencegahan permukiman kumuh tingkat kota maupun kelurahan lainnya.
d. RPLP disusun dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengelolaan dan dampak sosial, gender,
kelompok rentan (anak-anak, lansia, dan disabilitas), serta pengurangan resiko bencana
e. RPLP memuat rencana aksi keterpaduan program dari berbagai sumber pendananaan termasuk
swadaya masyarakat, yang dibutuhkan untuk mendukung rencana penanganan tujuh aspek
kumuh dan sosial ekonomi.

RPLP ini disusun oleh TIPP Bersama BKM/LKM yang didampingi oleh pendamping (Tim
Fasilitator) dan Tim Koordinator Kota (bila diperlukan). Hasil RPLP ini dilanjutkan dengan
penyusunan rencana teknis yang akan dikaji/dibahas lebih mendalam oleh TIPP dilokasi prioritas
deliniasi permukiman kumuh yang telah disepakati akan ditangani secara keterpaduan oleh
berbagai sektor.

Syarat-syarat penyusunan RPLP dengan kedalaman rencana teknis


a. Ada komitmen Pemerintah kelurahan/desa/kecamatan dan kemauan masyarakat untuk
menata lingkungan permukiman secara lebih terencana, memiliki tata ruang, keteraturan
bangunan dan pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana dasar termasuk ruang publik
serta hasil perencanaan yang tanggap bencana dan lebih baik dari sebelumnya.
b. Tersedia data base dan profil permukiman kelurahan/desa dari hasil pemetaan swadaya
sebagai data dasar untuk memahami tipologi kawasan permukiman, termasuk Permukiman
kumuh dan kawasan yang rawan menjadi kumuh.
c. Tersedia peta dasar perencanaan maupun peta-peta tematik termasuk peta topografi dan
penggunaan lahan yang berskala 1 : 1.000 atau 1 : 5.000.
h. Tersedia dokumen-dokumen kebijakan, rencana, maupun data/informasi tingkat kota
terkait peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan munculnya kawasan
permukiman kumuh baru.
d. RPLP harus disusun secara partisipatif dan kolaborasi dalam forum kolaborasi di kelurahan serta
disepakati pemerintah kelurahan/desa/kecamatan dan warga masyarakat. Kesepakatan tersebut

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 19


diketahui oleh Pemerintah kota/kabupaten (Pokja PKP). Proses pengesahan dilakukan setelah
terselenggaranya kegiatan forum konsultasi proses perencanaan kelurahan/desa dan tingkat
kota/kabupaten. Proses konsultasi tersebut dilakukan oleh TIPP, lurah/kades/ camat, BKM/LKM
dan Pokja PKP, untuk memastikan bahwa RPLP tersebut telah selaras dan terintegrasi dengan
rencana tata ruang dan rencana sektoral pembangunan kota/kabupaten secara keseluruhan dan
untuk mengelola lingkungan secara baik.

RPLP harus terkonsolidasi dengan RP2KPKP dengan indikator sebagai berikut:

1. Luas Kumuh.
Luas kumuh di RPLP sama dengan luas kumuh yang ada di SK kumuh Walikota/Bupati yang
tercantum dalam RP2KPKP
2. Database Permukiman
RPLP dan RP2KPKP menggunakan data baseline permukiman yang sama.
3. Delineasi Kumuh
Lokasi permukiman kumuh kelurahan/desa termuat dalam peta sebaran kumuh d RP2KPKP
dan sebaliknya delineasi kawasan kumuh kota tercantum dalam RPLP
4. Roadmap Penanganan Kumuh
Skenario penanganan pengurangan kumuh di dokumen RPLP selaras dengan rencana
skenario penanganan kumuh di RP2KPKP.
5. Rencana Investasi dan Kolaborasi
Rencana investasi dan kegiatan penanganan kumuh di RPLP dan RP2KPKP selaras. Rencana
investasi penanganan kumuh di RPLP memuat rencana yang berkolaborasi dengan pemda
dan beragam pihak.
6. Peta dan Data Keterpaduan Penanganan Kumuh
Peta dan data keterpaduan rencana penanganan kumuh tercantum dalam RPLP dan RP2KPKP.
Keterpaduan penanganan kumuh bukan hanya antara kelurahan/desa dengan
kota/kabupaten, namun juga antar kelurahan/desa berdekatan dan/atau yang mempunyai
isu penanganan yang sama.

Tahapan Perencanaan RPLP secara umum:


Secara umum tahapan perencanaan RPLP terdiri dari:
a. Perumusan konsep dan strategi penanganan permukiman kumuh kelurahan yang mencakup
peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh kelurahan;
b. Perumusan skenario penangan permukiman/permukiman kumuh;
c. Penyusunan rencana penanganan permukiman kumuh kelurahan yang disajikan dalam peta-peta
1:5000;
d. Penyusunan rencana teknis penanganan kumuh prioritas yang mencakup konsep penanganan
kumuh, rencana tapak permukiman kumuh pada peta skala 1:1000, rencana desain teknis
penataan bangunan, jaringan jalan, sistem saluran/drainase, air minum, sanitasi, persampahan,
proteksi kebakaran, dan ruang terbuka publik;

20 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


e. Penyusunan Rencana aksi dan matriks investasi program/kegiatan untuk keseluruhan lokasi kumuh
di kelurahan maupun di kawasan kumuh prioritas yang berorientasi pada pencapaian 0 persen
kumuh dan tumbuhnya kumuh baru. Rencana Investasi mengakomodir Keterpaduan program
untuk 5 tahun dari berbagai sumber pendanaan termasuk swadaya masyarakat; dan
f. Penyusunan rencana keberlanjutan termasuk tersusunnya Aturan Bersama (AB) dan rencana
pengelolaan permukiman termasuk di dalamnya kelembagaan yang mengelola lingkungan
permukiman di seluruh kelurahan.

Pada tahapan RPLP ini diakhiri dengan lokakarya penyepakatan RPLP.

2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan Forum Konsultasi (I & II)


Forum konsultasi adalah media komunikasi antara masyarakat dan pemerintah daerah serta
kelompok peduli lainnya, dalam rangka mensinergikan perencanaan, kebijakan, rencana
pembiayaan/anggaran serta rencana aksi penanganan dalam penanganan permukiman kumuh.

Dalam prakteknya Forum Konsultasi ini dapat berupa forum-forum diskusi dalam rangka
membangun persamaan persepsi dan kesepakatan-kesepakatan terhadap proses menuju kota
tanpa kumuh maupun memastikan perencanaan masyarakat (RPLP) telah terkonsolidasi8 dengan
perencanaan tingkat kabupaten/kota (RP2KPKP/SIAP) sehingga antara RPLP dengan
RP2KPKP/SIAP pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam kerangka mewujudkan
permukiman layak huni, produktif san keberlanjutan. Proses konsultasi ini minimal dilaksanakan
pada setiap tahapan yang dilaksanakan dalam bentuk coaching clinic, mini workshop, mini
studio, dll.

Langkah-langkah penyelenggaraan forum konsultasi tingkat kabupaten/kota dan kecamatan,


adalah:
 Melakukan pemetaan forum-forum, kelompok-kelompok atau organisasi pemerhati
pembangunan kota yang sudah terbentuk, seperti misalnya forum air minum, forum
sampah dan forum lainnya.
 Melakukan bimbingan teknis/coaching clinic kepada tim perencana tingkat kelurahan
terkait proses penyelenggaran serta bahan-bahan yang akan dikonsultasikan.
 Tim perencana tingkat kelurahan/desa melakukan konsultasi terhadap persoalan dan
kendala, hasil analisis dan rancangan perencanaan penanganan permukiman kumuh kepada
Pokja PKP/ Dinas/Badan dan kelompok peduli lainnya.
 Tim perencana tingkat kelurahan/desa dan kabupaten/kota menindaklanjuti hasil forum
konsultasi.
Dalam setiap tahapan kegiatan, pokja bersama dengan lurah/kepala desa, BKM/LKM, tim
perencanaan dan masyarakat melakukan pengembangan kapasitas melalui coaching clinic sesuai
dengan kebutuhan lokal.

8Pendamping harus dapat memastikan RPLP terkonsolidasi dengan RP2KPKP/SIAP dengan indikator minimal adanya
satu data (baseline 100-0-100) dan satu peta dengan rencana tingkat kelurahan lainnya.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 21


Tata cara pelaksanaan dalam tahap perencanaan secara lebih rinci dapat mengacu pada
Prosedur Operasional Standar (POS) Perencanaan Tingkat Kel/Desa, POS Pengelolaan
Lingkungan dan Dampak Sosial Tingkat Kel/Desa dan panduan pelatihan penyusunan RPLP.

2.3 TAHAP PELAKSANAAN

I.PERSIAPAN II.PERENCANAAN III.PELAKSANAAN IV.KEBERLANJUTAN


1. Sosialisasi 3.Membangun Visi
Awal & RKM 6.Penyusunan Rencana 7.Implemetasi Kegiatan 8.Pengembangan
4.RPK Penataan Lingkungan Lingkungan, Ekonomi, Kelembagaan
2. Pembentukan/ Permukiman (RPLP) Sosial 9.Integrasi Perencanaan
Penguatan TIPP 5. Pemetaan Swadaya

Gambar 2.10. Tahapan III Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan merupakan implementasi kegiatan baik kegiatan sosial, ekonomi maupun
infrastruktur yang telah disusun dalam dokumen RPLP. Pelaksanaan semua kegiatan harus
dilakukan dengan transparan dan akuntabel.

Adapun sumber pembiayaan kegiatan pembangunan dapat berasal dari beberapa sumber
diantaranya :
a. APBN/ Bantuan dana investasi
b. APBD
c. APB desa
d. Swasta
e. Swadaya
f. Dll

Pelaksanaan tingkat kelurahan/desa meliputi kegiatan infrastruktur, ekonomi dan sosial, antara
lain sbb:
a. Kegiatan infrastruktur skala lingkungan yang terkait dengan penanganan permukiman
kumuh. Pelaksanaan kegiatan infrastruktur harus berkualitas sesuai dengan standar teknis
dan berfungsi dengan baik. Secara lebih rinci diuraikan dalam POS Penyelenggaraan
Infrastruktur Skala Lingkungan;
b. Kegiatan ekonomi terdiri dari :
 Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK)
 Kegiatan ekonomi lainnya sesuai kebutuhan masyarakat.
Kegiatan ekonomi yang dimaksud di atas secara jelas telah diatur secara rinci dalam POS
Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK).

22 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


c. Kegiatan sosial, antara lain pengembangan kapasitas ditingkat Kelurahanl/Desa dapat terdiri
dari:
 Kegiatan peningkatan kapasitas, misalnya: i) pelatihan/on the job training kepada
LKM/BKM, UP-UP, pemerintahan kelurahan/desa, relawan, TIPP, KSM/Panitia, dan
masyarakat; ii) sosialisasi menerus; iii) Pelatihan /on the job training vocational; iv) dll.
 Pengembangan media warga dan media sosial untuk kepentingan masyarakat
 Pelaksanaan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
 Kegiatan pemasaran program permukiman.
 Kegiatan sosial lainnya sesuai kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan program dan
visi Permukiman

2.4 TAHAP KEBERLANJUTAN

I.PERSIAPAN II.PERENCANAAN III.PELAKSANAAN IV.KEBERLANJUTAN


1. Sosialisasi 3.Membangun Visi
Awal & RKM 6.Penyusunan Rencana 7.Implemetasi Kegiatan 8.Pengembangan
4.RPK Penataan Lingkungan Lingkungan, Ekonomi, Kelembagaan
2. Pembentukan/ Permukiman (RPLP) Sosial 9.Integrasi Perencanaan
Penguatan TIPP 5. Pemetaan Swadaya

Gambar 2.11. Tahapan IV Keberlanjutan

Tahapan keberlanjutan merupakan tahapan yang secara menerus dilakukan oleh masyarakat,
pemda dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Kegiatan
keberlanjutan meliputi:

2.4.1 Pengembangan Kelembagaan dan Pembangunan Kolaborasi Secara Menerus

Kegiatan pengembangan kelembagaan merupakan penguatan terhadap kelembagaan yang ada


atau membangun kelembagaan baru untuk mengawal seluruh proses penataan permukiman
dan penanganan permukiman kumuh di tingkat kelurahan/desa, dari membangun gagasan atau
prakarsa sampai dengan memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.

Kelembagaan di tingkat masyarakat perannya menjadi sangat penting dalam rangka penanganan
kumuh, seperti penilik sampah, penilik bangunan, penilik kebakaran dan sebagainya.

Adapun tahapan pengembangan kelembagaan yang dilakukan, adalah sebagai berikut :

TUJUAN 1. Terbangunnya lembaga baru atau memfungsikan lembaga yang sudah


ada untuk mengawal dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman;
2. Sinergi perencanaan dalam penanganan kumuh dengan perencanaan

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 23


kelurahan/desa (Renstra Kecamatan/RPJMDes).
3. Terlaksananya aturan bersama program permukiman secara konsisten
dan menerus;
4. Terlaksananya secara menerus pengembangan kapasitas
pemerintahan kelurahan/desa, BKM/LKM, relawan, KSM, Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), lembaga lainnya, dan masyarakat
terhadap pengembangan kegiatan pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman;
5. Terbangunnya kreatifitas dan inovasi dalam kegiatan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman.
METODE Pelatihan, study banding, workshop

PROSES 1. Melakukan kegiatan pengembangan kapasitas kepada pemerintahan


kelurahan/desa, BKM/LKM, relawan, KSM, KPP, lembaga lainnya, dan
masyarakat melalui berbagai kegiatan pelatihan dan sosialisasi;
2. Melakukan kerjasama internal berbagai kelompok di dalam
kelurahan/desa dan kerjasama eksternal dengan berbagai pihak di
luar kelurahan/desa seperti perguruan tinggi, kelompok peduli,
swasta, dan lainnya untuk mengembangkan inovasi dalam kegiatan
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman.
3. Mengintegrasikan perencanaan penanganan kumuh dengan Renstra
Kecamatan/RPJMDes melalui mekanisme Musrenbang.
KELUARAN 1. Memliki kelembagaan (lembaga dan aturan) yang mampu secara
mandiri melaksanakan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman;
2. Adanya inovasi kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman.
3. Renstra Kecamatan/RPJMDes yang berorientasi pada pengurangan
luasan kumuh.
PELAKSANA Lurah/Kepala Desa, BKM/LKM,

PESERTA Pemda, Camat, Perguruan Tinggi, Kelompok Peduli, KSM, KPP, masyarakat,
dll

NARASUMBER Pokja PKP, Pemda

FASILITATOR Tim Fasilitator

2.4.2 Integrasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah

Integrasi perencanaan dan penganggaran daerah bertujuan untuk memastikan target


penanganan permukiman kumuh menjadi 0 persen pada tahun 2019 serta memiliki hunian yang
layak dan berkelanjutan. Proses integrasi fokusnya pada skenario penanganan permukiman

24 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


kumuh yang sudah menghasilkan investasi kegiatan, bisa terintegrasi dengan RPJM Desa/RKP
desa atau rentstra/renja kecamatan serta perencanaan pembangunan kota/kabupaten.

Tahapan Proses Integrasi Perencanaan RPLP kedalam RPJM Desa/Renstra Kecamatan dapat
dilihat pada Lampiran-2

2.5 KEGIATAN MENERUS DAN BERKALA

2.5.1 Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintahan kelurahan/desa, BKM/LKM, TIPP, dan masyarakat
untuk menjamin setiap kegiatan terlaksana dengan kualitas baik. Monitoring dan evaluasi
dilakukan untuk mengetahui apakah program sudah sesuai dengan rencana dan mencapai target
pencapaian visi Permukiman dan pengurangan luas kumuh. Salah satu bentuk kegiatan
monitoring dan evaluasi seperti Review setiap tahapan kegiatan, Audit keuangan/kegiatan
secara internal maupun eksternal, Laporan tahunan untuk melaporkan secara terbuka kepada
masyarakat mengenai rencana dan hasil kegiatan.

Masyarakat dan Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan media informasi yang ada di KOTAKU
maupun media informasi daerah/lokal sehingga mampu mendorong terbangunannya kembali
transparansi dan akuntabilitas program.

Untuk pelayanan informasi dalam program KOTAKU dapat mengoptimalkan;


Website: kotaku.pu.go.id ; FB; kotaku nasional; Twitter: kotakunasional; IG: kotaku.nasional
dan PPM : 0817.148.048 (sms)

2.5.2 Pengembangan Kapasitas

Kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan kelurahan/desa, BKM/LKM, TIPP,
relawan, dan masyarakat dalam rangka menjalankan setiap tahapan kegiatan, agar kegiatan
dapat menerus dan berkualitas demi tercapainya visi Permukiman dan tercapainya 0 ha kumuh.

2.5.3 Operasional dan pemeliharaan serta pengembangan dan inovasi kegiatan

Kegiatan infrastruktur, sosial, ekonomi yang telah dibangun akan berfungsi dan bermanfaat
secara menerus perlu dilakukan operasional dan pemeliharaan. Pelaksanaan operasional dan
pemeliharaan dapat dibentuk Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) sesuai dengan
karakteristik masyarakat. Pelaksanaan kegiatan operasional dan pemeliharaan merujuk pada
POS Operasional dan Pemeliharaan.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 25


Untuk pengembangan penataan permukiman layak huni, produktif dan berkelanjutan, perlu
dikembangkan inovasi-inovasi kegiatan.

26 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


BAB III
PERAN PELAKU KOTAKU TINGKAT KELURAHAN/DESA

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 27


Pelaku pelaksanaan program KOTAKU tingkat kelurahan/desa terdiri dari Lurah/Kades dan
perangkatnya, BKM/LKM, UPL-UPS-UPK, Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP), KSM, Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), Relawan, Tim Ahli Perencanaan Partisipatif (TAPP), dan
masyarakat. UPL-UPS-UPK dibentuk oleh BKM/LKM. Sedangkan TIPP dibentuk oleh masyarakat,
dan terdiri dari unsur aparat kecamatan, kelurahan/desa, BKM/LKM, relawan, dan kelompok
masyarakat termasuk kelompok perempuan. Relawan adalah pelopor-pelopor penggerak dari
masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat dalam
mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan.

Mengingat dalam penanganan kumuh merupakan persoalan yang sulit (complicated) dan rumit
(complex) maka peran-peran lembaga-lembaga yang ada di tingkat kelurahan/desa diatas, perlu
duduk bersama dalam suatu forum kolaborasi yang fokus dalam penanganan kumuh maupun
persoalan-persoalan permukiman lainnya. Forum kolaborasi ini merupakan forum ditingkat
kel/desa, bersifat cair dan fleksibel bukan merupakan lembaga yang harus dibentuk, tetapi
merupakan kumpulan lembaga ditingkat kelurahan/desa dan atau perseorangan/relawan yang
difungsikan sebagai forum.

Adapun Relawan Teknik dibentuk dari para relawan yang memiliki keahlian khusus di bidang PSU
untuk memastikan kualitas PSU yang dibangun oleh masyarakat (KSM/panitia pelaksana) sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

Adapun peran umum pelaku dalam penyelenggaraan KOTAKU di tingkat kelurahan/desa tersaji
pada tabel di bawah ini:

NO PELAKU PERAN

1 Pokja PKP atau a. memastikan kolaborasi berjalan efektif serta memediasi


lembaga sejenis penanganan antar sektor/lembaga/tingkatan pemerintahan
tingkat dan dengan kelurahan/desa yang bersangkutan serta antar
kota/kabupaten kelurahan/desa jika terjadi;
b. memfasilitasi sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan di
tingkat kota/kabupaten dengan tingkat kelurahan/desa dan
mengkoordinasikan keterpaduan program percepatan
pencapaian target 0 ha permukiman kumuh tahun 2019;
c. menyampaikan surat pengukuhan RPLP;
d. mensosialisasikan rekomendasi kebijakan, strategi program
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
e. memberikan bantuan teknis kepada kelurahan/desa dalam
setiap tahapan kegiatan KOTAKU;
f. memfasilitasi pelaksanaan forum konsultasi antar SKPD dan
multi pihak serta pelaku di tingkat kelurahan/desa dalam
setiap tahapan KOTAKU.

28 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


NO PELAKU PERAN

2 Camat dan a. mengkoordinasikan penyelenggaraan KOTAKU di wilayah


pemerintah kerjanya;
kecamatan b. membina dan mengendalikan penyelenggaraan KOTAKU di
wilayah kerjanya;
c. melakukan pembinaan kepada pemerintahan kelurahan/desa
dan BKM/LKM;
d. Memastikan RPLP kedalaman rencana teknis masuk dalam
Renstra/Renja Kecamatan;
e. Melakukan pemasaran sosial kepada berbagai pihak untuk
kerjasama pelaksanaan kegiatan penanganan permukiman
kumuh yang ada dalam RPLP.
3 Lurah/Kepala a. Memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan
Desa dan KOTAKU di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar
pemerintah sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang
kelurahan/desa diharapkan melalui program dapat tercapai dengan baik;
b. Membantu sosialisasi tingkat kelurahan/desa;
c. Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW
dan masyarakat dengan Korkot/Askot Mandiri/Tim Fasilitator,
dan relawan permukiman dalam upaya penyebarluasan
informasi dan pelaksanaan program;
d. Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait
dengan pelaksanaan beragam program Permukiman tingkat
kelurahan/desa;
e. Memonitor pengelolaan dampak sosial dan lingkungan
bersama BKM/LKM difasilitasi oleh fasilitator serta
mengarsipkan dokumen terkait;
f. Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan
BKM/LKM, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik
serta penanganan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan
program; dan
g. Berpartisipasi aktif dalam pemetaan permasalahan dan
penyusunan perencanaan penanganan permukiman kumuh di
daerahnya;
h. Memastikan RPLP dengan kedalaman rencana teknis masuk
dalam RPJM/RKP Desa atau Renstra/Renja Kecamatan;
i. Memastikan adanya alokasi APBDES/APBD untuk pelaksanaan
kegiatan yang sudah di programkan di RPLP;
j. Melakukan pemasaran sosial kepada berbagai pihak untuk
kerjasama pelaksanaan kegiatan penanganan permukiman
kumuh yang ada dalam RPLP;

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 29


NO PELAKU PERAN

k. Bersama BKM/LKM, memastikan seluruh rencana dalam


RPLP/RTPLP dan AB dapat terlaksana sesuai rencana; dan
l. Bersama BKM/LKM, melaksanakan program menerus untuk
penataan Permukiman (peningkatan kapasitas, monev, OP
serta Pengembangan dan inovasi).
4 BKM/LKM a. Bertindak sebagai motor penggerak untuk senantiasa menggali
dan melembagakan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bersifat
universal, prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, serta
prinsip Tridaya termasuk motor penggerak berfungsinya forum
kolaborasi penanganan permukiman;
b. Menumbuhkan solidaritas serta kesatuan sosial untuk
menggalang kepedulian dan kebersamaan gerakan masyarakat
warga dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan
persoalan permukiman (termasuk penanganan kumuh) secara
mandiri dan berkelanjutan;
c. Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan dan
kebijakan untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan
program termasuk penanggulangan kemiskinan dan
permukiman;
d. Menyusun rencana kerja BKM/LKM dalam pelaksanaan
kegiatan KOTAKU;
e. Bersama-sama dengan lurah/kepala desa memfasilitasi seluruh
tahapan kegiatan KOTAKU di tingkat kelurahan/desa;
f. Menetapkan kebijakan serta mengawasi pemanfaatan dana
bantuan KOTAKU dan dana-dana sumber lainnya bersama-
sama pemerintahan kelurahan/desa, yang sehari-hari dikelola
unit-unit pelaksana yang dibentuk BKM/LKM sesuai
kebutuhan;
g. Melaksanakan penyaluran dana Bantuan Dana Investasi (BDI)
kepada KSM;
h. membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana
Lingkungan/Sosial/Ekonomi (SPPD-L/S/E) dengan KSM selaku
pelaksana kegiatan;
i. Memonitor pengelolaan dampak sosial dan lingkungan
bersama lurah/kades difasilitasi oleh fasilitator serta
mengarsipkan dokumen terkait;
j. Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan
lurah/kepala desa, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan
konflik serta penanganan pengaduan yang muncul dalam
pelaksanaan program;

30 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


NO PELAKU PERAN

k. Bersama dengan lurah/kepala desa melakukan pemasaran


sosial kepada berbagai pihak untuk kerjasama pelaksanaan
kegiatan penataan Permukiman yang ada dalam RPLP;
l. memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin
muncul di tingkat kelurahan/desa, termasuk memberikan
sanksi/peringatan kepada KSM atas pelanggaran pemanfaatan
dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam
SPPD-L/S/E;
m. Bersama lurah/kades, memastikan seluruh rencana dalam
RPLP/RTPLP dan AB dapat terlaksana sesuai rencana; dan
n. Bersama lurah/kades, melaksanakan program menerus untuk
penataan Permukiman (peningkatan kapasitas, monev, OP
serta Pengembangan dan inovasi)

Konsep Pembangunan BKM/LKM dapat dilihat pada Lampiran I


5 Lembaga a. Bersama-sama dengan Lurah/Kepala Desa dan BKM/LKM
kelurahan/desa memfasilitasi seluruh tahapan kegiatan KOTAKU di tingkat
(BPD, PKK, LPM, kelurahan/desa;
dll) b. Bersama dengan lurah/kepala desa dan BKM/LKM melakukan
pemasaran sosial kepada berbagai pihak untuk kerjasama
pelaksanaan kegiatan penataan permukiman yang ada dalam
RPLP;
c. Menyusun kebijakan melalui Perdes atau peraturan lainnya
dalam melaksanakan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman.
6 TIPP a. Memfasilitasi seluruh tahap kegiatan Perencanaan KOTAKU;
b. Memfasilitasi membangun Visi Permukiman dan Refleksi
Perkara Kritis;
c. Melakukan pendataan di tingkat kelurahan/desa maupun basis
dalam penyusunan profil permukiman;
d. Bersama BKM/LKM dan Lurah/Kades difasilitasi Tim
Faskel/Korkot dapat mencari bantuan teknis mengenai
perencanaan Permukiman dari beragam pihak;
e. Memfasilitasi Diskusi Kelompok Terarah dengan para pihak
untuk beragam kegiatan penataan Permukiman;
f. Memfasilitasi kajian-kajian pemetaan swadaya di masyarakat
g. menyusun dokumen RPLP dibantu oleh tenaga ahli
pendamping dan fasilitator;
h. melaksanakan uji publik hasil perencanaan kepada
masyarakat; dan

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 31


NO PELAKU PERAN

i. melaksanakan proses konsultasi dan kolaborasi tingkat


kecamatan dan/atau Kabupaten/Kota;
j. bersama UPL dan BKM/LKM dan lurah/kades memastikan
pelaksanaan kegiatan sesuai rencana dalam RPLP.
7 UPL a. memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan
Pemelihara (KPP);
b. menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan
Konstruksi (MP2K) bagi semua tim pelaksana (KSM
Permukiman) termasuk praktek lapangan;
c. memverifikasi administrasi pencairan/pemanfaatan dana
kepada KSM Permukiman;
d. memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh
pelaksanaan kegiatan KSM Permukiman termasuk
memberikan penguatan teknik konstruksi maupun
administrasi kegiatan;
e. menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM
Permukiman untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan
kegiatan dan mendorong upaya-upaya percepatan
penyelesaiaan kegiatan lapangan;
f. bersama Faskel Teknik dan KSM Permukiman melakukan
Opname pekerjaan dilapangan;
g. memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan
Kegiatan KSM/ Panitia (Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk
photo2 dokumentasi) dan melaporkannya kepada koordinator
BKM/LKM;
h. memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis
(Bangunan berkualitas Baik/Kuat & Tahan Lama,
Bermanfaat/Berfungsi dan Ada O&P termasuk Rencana
Kerjanya);
i. bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan
Verifikasi proposal KSM/ Panitia (termasuk membuat Berita
Acara Verifikasi); dan
j. bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur dan pihak KSM/
Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAP2));
8 UPK a. memfasilitasi kegiatan ekonomi yang mendukung pada
peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan kumuh
serta penghidupan yang berkelanjutan;
b. memelihara dan mengembangkan hasil pengelolaan dana
bergulir yang telah berlangsung selama ini;

32 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


NO PELAKU PERAN

c. pendampingan kepada KSM untuk mewujudkan meningkatkan


kesejateraan anggota KSM melalui pendekatan dan penerapan
PANCA SUTERA (lima aturan dasar kelompok);
d. melakukan pemetaan produk potensial yang dikembangkan
oleh masyarakat (KSM Ekonomi) yang berpotensi untuk
dikembangkan menjadi potensi ekonomi lokal;
e. mendukung BKM bekerja sama dengan lembaga perbankan
dan non perbankan dalam rangka pengembangan kapasitas
dan meningkatkan kemampuan KSM dalam mengelola
kegiatan ekonomi (usaha);
f. melakukan pencatatan dan melaporkan keuangan UPK serta
perkembangan kegiatan dana bergulir secara transparan dan
akuntabel; dan
g. melakukan rapat rutin dengan BKM/LKM untuk membahas
laporan keuangan, kendala dalam penugasan, dan rencana
kegiatan;
9 UPS a. memfasilitasi penanganan permukiman kumuh pada aspek
kegiatan sosial yang menunjang peningkatan kualitas
permukiman dan mencegah tumbuhnya kumuh baru melalui
kegiatan pendampingan kelompok berbasis mata pencaharian
(sustainability livelihood) untuk pengembangan modal sosial,
pendidikan dan kesehatan, meningkatkan mental
kewirausahaan, meningkatkan taraf hidup, menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan;
b. memfasilitasi peningkatan kapasitas kelembagaan di tataran
pelaku, masyarakat dan aparat Kelurahanl/Desa yang
memastikan kesetaraan pemahaman dan peran perempuan
dan laki laki dalam penanganan permukiman kumuh;
c. mengkoordinasikan relawan; dan
d. bersama Fasilitator Sosial memfasilitasi masyarakat untuk
terlibat pada kegiatan yang terkait dengan penanganan dan
pencegahan kumuh seperti:
 pelembagaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
menunjang terjadinya gerakan kota bebas kumuh
 menggalang keswadayaan masyarakat melalui
pengembangan sumber-sumber penghidupan untuk
memunculkan gerakan penanggulangan permukiman
kumuh oleh masyarakat
 Mendorong kreativitas dan inovasi melalui lomba, saling
bertukar informasi, saling belajar dan penyebarluasan

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 33


NO PELAKU PERAN

praktek unggul (best practice) akan sangat mempercepat


upaya penanganan permukiman kumuh perkotaan.
 mengembangkan kontrol sosial masyarakat melalui media
warga/informasi dan komunikasi
 Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk
membangun komunitas-komunitas peduli lingkungan
permukiman perkotaan yang berwawasan kerakyatan dan
anti kumuh.
10 KSM a. Membangun dinamika kelompok dari mulai tunas, tumbuh
sampai kembang.
b. Melalukan kegiatan KSM sesuai dengan rencana kerja KSM
c. Menyusun proposal kegiatan infrastruktur/Sosial/Ekonomi
yang sudah disepakati bersama jenis kegiatan dan lokasinya;
d. Mengelola dan melaksanakan kegiatan P2KKP secara
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan, serta
memastikan prasarana dan sarana yang dibangun tidak boleh
menimbulkan dampak lingkungan dan sosial; dan
e. khusus KSM yang menangani kegiatan infrastruktur :
 menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan
Bahan/Alat, Rencana Pemeliharaan, Rencana Tenaga Kerja,
Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL
sebelum dilaksanakan Musyawarah Pra Pelaksanaan
Kegiatan (MP2K);
 melaksanakan Musyawarah Pengadaan Bahan/Alat,
Musyawarah Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan
dan memastikan Tim O&P turut serta dalam MP2K;
 membangun prasarana dengan kualitas baik, bermanfaat
sesuai kebutuhan masyarakat dan persyaratan teknis
konstruksi;
 membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat
diketahui oleh masyarakat umum;
 membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan
untuk diserahkan kepada BKM/LKM, dan mengarsipkannya;
 melakukan penggantian atau perbaikan prasarana yang
diperintahkan oleh konsultan/UPL selama proses konstruksi
berlangsung;
 mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya
dalam pelaksanaan kegiatan;
 aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin

34 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


NO PELAKU PERAN

muncul akibat pelaksanaan kegiatannya.


11 KPP a. melaksanakan rencana Operasional dan Pemeliharaan (O&P)
yang mencakup mekanisme pelaksanaan O&P serta
pendanaannya;
b. menggalang dan mengelola dana untuk O&P yang diperoleh
dari iuran warga, bantuan APBD dan pihak-pihak lainnya;
c. membuka dan mengelola rekening Bank untuk dana O&P
(terpisah dari rekening BKM/LKM); dan
d. melaporkan kegiatan O&P termasuk penggunaan dana KPP
kepada masyarakat dan pemerintah kelurahan/desa.
12 Relawan a. penggerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses
kegiatan KOTAKU secara partisipatif;
b. mengawal proses partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi dsb; dan
c. mitra kerja Lurah/Kepala Desa dan BKM/LKM dalam kegiatan
penataan Permukiman melalui KOTAKU.
13 Relawan Teknik a. mengawasi proses pembangunan PSU;
b. mengawasi pelaksanaan Operasional dan Pemeliharaan oleh
KPP;
14 Tim Ahli a. mendampingi masyarakat dalam proses penyusunan RPLP
Perencanaan dengan keahlian teknisnya sebagai perencana spasial;
Partisipatif b. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam proses
(TAPP) perencanaan partisipatif;
c. bersama BKM/LKM, TIPP, Lurah, dan fasilitator, memastikan
bahwa komunitas benar-benar terlibat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan; dan
d. memastikan RPLP disusun melalui proses partisipatif,
berkualitas baik dan selaras dengan RP2KP-KP
15 Perguruan a. melakukan kerjasama bantuan teknis pelaksanaan kegiatan
Tinggi, Swasta, perencanaan dan kegiatan lainnya dalam penataan
kelompok peduli permukiman
b. melakukan kerjasama pengembangan kapasitas masyarakat
dalam pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman
c. melakukan kerjasama pendanaan pelaksanaan pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman
16 Tim Korkot a. Memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan isu Kawasan
(lintas kelurahan)
b. Memfasilitasi penyelesaian pemasalahan-permasalahan yang
melibatkan OPD atau Lembaga ditingkat Kota

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 35


NO PELAKU PERAN

c. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan-permasalahan


khusus yang terkait safeguard, kebencanaan, livelihood,
Pengaduan masyarakat dan kebutuhan lain di lapangan yang
memerlukan fasilitasi Tim Korkot
17 Tim Fasilitator d. melakukan koordinasi secara berkala dengan pemerintah
kecamatan, kelurahan/desa, BKM/LKM, TIPP dan TAPP, serta
masyarakat terkait dengan pelaksanaan kegiatan;
e. memberi bantuan teknis dan pengendalian kepada
pemerintah kecamatan dan kelurahan/desa dan komunitas;
f. mendampingi masyarakat di kelurahan/desa untuk
melaksanakan seluruh tahapan kegiatan KOTAKU; memastikan
seluruh pelaksanaan KOTAKU di tingkat kelurahan/desa
dengan kualitas baik serta sesuai dengan Pedoman/POS.
g. Memastikan terjadinya proses pemberdayaan dan partisipatif
dalam setiap tahapan KOTAKU.

36 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 37


LAMPIRAN 1
Konsep Pembangunan BKM/LKM

a) Siapa yang dimaksud masyarakat


Pengertian masyarakat dalam KOTAKU adalah seluruh penduduk warga
kelurahan/desa yang ada diwilayah KOTAKU - baik yang kaya maupun yang miskin,
kaum minoritas, pendatang dan penduduk asli setempat -, yang setelah melalui
proses pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi kelurahan/desa
mereka serta persoalan kemiskinan dan permukiman yang masih dihadapi dan
sepakat perlunya mengorganisasi diri untuk menanggulangi persoalan kemiskinan dan
permukiman tersebut secara bersama, mandiri, terpadu, dan sistematik.

b) Lembaga masyarakat yang harus dibangun dalam KOTAKU


Warga yang sadar akan potensi dan persoalan yang masih harus diselesaikan
tersebut, dapat mengorganisasi diri sebagai masyarakat warga dan membangun
lembaga pimpinan kolektif sebagai representasi dari masyarakat warga kelurahan
yang bersangkutan, yang secara jenerik selanjutnya disebut Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM/LKM). Pengertian masyarakat warga (civil society), dapat
dirumuskan sbb:
“Civil Society ialah himpunan masyarakat warga yang diprakarsai dan dikelola secara
mandiri oleh warga, yang secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau
memperjuangkan kepentingan, memecahkan persoalan atau menyatakan kepedulian
bersama dengan tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap
mempertahankan sifat independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik,
militer, keluarga, agama dan usaha”.

Dengan demikian, masyarakat warga yang dibangun dalam KOTAKU adalah himpunan
masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri sukarela, kesetaraan, kemitraan, inklusif,
demokratik, mandiri, otonom, proaktif, bersemangat sa-ling membantu, menghargai
kesatuan dalam keragaman dan kedamaian.
Gambaran umum mengenai kedudukan dan posisi BKM/LKM dapat dilihat pada
gambar 3.1. sebagai berikut ini:

38 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Gambar 3.1. Kedudukan dan Posisi BKM/LKM

Pemerintah

LKMD/ LPMK,
dll
Koperasi
Masyarakat
Madani
Swasta dan
Klpk.Peduli
BKM/
LKM

BKM/LKM jelas merupakan lembaga pimpinan kolektif yang pada hakekatnya


mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi
lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri
maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju
tatanan masyarakat madani (civil socitey), yang dibangun dan dikelola berlandaskan
berbasis nilai-nilai universal (value based).

Sebagai wadah masyarakat bersinergi, BKM/LKM berbentuk pimpinan kolektif,


dimana keputusan dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota
BKM/LKM, dengan musyawarah mufakat menjadi norma utama dalam seluruh proses
pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai lembaga kepercayaan ('board of trusty'),
anggota-anggota BKM/LKM terdiri dari orang-orang yang dipercaya warga,
berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili
masyarakat dalam berbagai kepentingan, termasuk kerjasama dengan pihak luar.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 39


Dengan demikian, kedudukan dan posisi BKM/LKM adalah sebagai lembaga masyarakat
yang benar-benar dibangun dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai representasi upaya-
upaya untuk membangun sinergi segenap potensi masyarakat menuju tatanan
masyarakat madani, yang senantiasa berbasis keikhlasan dan kerelawanan, keadilan
serta kejujuran.
Jadi jelas dan tegas bahwa BKM/LKM pada dasarnya merupakan lembaga kepercayaan
masyarakat atau "Board of Trustee". Pengertian board of trustee pada satu sisi merujuk
pada keberadaan BKM/LKM yang harus mengakar, representatif, dan aspiratif, serta
beranggotakan kumpulan warga yang ikhlas, adil, jujur, dan tidak dibayar untuk
pengabdiannya, sehingga menjadi tumpuan kepercayaan masyarakat. Sedangkan pada
sisi lain, BKM/LKM sebagai lembaga kepercayaan milik masyarakat juga harus mampu
diakui dan dipercaya oleh pihak-pihak lainnya.

b.1. Proses membangun lembaga masyarakat berbasis nilai (BKM/LKM)


Sebagaimana dijelaskan di atas, Istilah BKM/LKM (Badan Keswadayaan
Masyarakat) pada dasarnya merujuk baik pada pemampuan lembaga yang ada,
yang telah melalui proses konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan
direvitalisasi sesuai ketentuan KOTAKU, ataupun lembaga yang dibentuk baru
oleh masyarakat.
Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan
memampukan dan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga
baru sebagai BKM/LKM, adalah:
b.1.1. FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai
Hal penting yang pertama kali perlu dilakukan ialah proses penyadaran kritis
mengenai substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indikatornya
tercermin pada keberadaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspiratif,
mengakar, diakui kemanfaatannya, representatif, dan berbasis pada
keikhlasan/kerelawanan, keadilan dan kejujuran.
FGD-FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dilakukan di seluruh
tataran masyarakat, baik masyarakat pada umumnya maupun masyarakat
miskin pada khususnya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai
digerakkan dan difasilitasi oleh relawan-relawan, dengan pendampingan dari
Fasilitator dan perangkat kelurahan setempat.
b.1.2. Identifikasi Profil Lembaga-lembaga yang ada
Selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat
melakukan identifikasi profil dari berbagai lembaga masyarakat yang ada di
kelurahannya.

40 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Identifikasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan landasan keberadaan,
mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengurusan,
mekanisme pemilihan anggota/pengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll.
Hasil-hasil identifikasi profil lembaga-lembaga tersebut menjadi bahan
pembahasan pada proses rembug warga untuk mengevaluasi dan merefleksi
kebutuhan lembaga masyarakat.
b.1.3. Rembug-rembug warga untuk merefleksi dan mengavaluasi lembaga-
lembaga yang ada
Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi
lembaga masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil
lembaga-lembaga masyarakat yang ada, relawan-relawan dibantu perangkat
kelurahan setempat selanjutnya memfasilitasi rembug-rembug warga
evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat RT/RW atau dusun hingga
kelurahan.
Agenda rembug-rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi
masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga
masyarakat yang ada di wilayah setempat. Refleksi dan evaluasi
dititikberatkan pada tingkat pengakaran di masyarakat, tingkat
kemanfaatannya bagi masyarakat, tingkat aspiratif-nya, tingkat representatif
dan tingkat kepercayaan masyarakat.
Aspirasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan
aspirasi masyarakat, tanpa rekayasa dari siapapun.
b.1.4. Rembug warga masyarakat tingkat kelurahan untuk memutuskan
merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru.
Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarakat di
atas menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang
akan memutuskan apakah akan merevitalisasi, menstrukturisasi dan
memampukan lembaga yang ada ataukah membentuk lembaga masyarakat
yang baru, sebagai BKM/LKM.
Rembug warga dihadiri oleh representasi seluruh warga kelurahan, perangkat
kelurahan, kelompok peduli setempat, dan relawan-relawan.
Apabila rembug warga masyarakat kelurahan memutuskan untuk:

 Merevitalisasi dan atau memampukan lembaga masyarakat yang telah


ada sebagai BKM/LKM, maka fasilitator akan memfasilitasi masyarakat
untuk merevitalisasi (peran dan fungsi, AD/ART dan aturan dasar
lainnya), merestrukturisasi (struktur organisasi, kepemimpinan kolektif,
board of trusty dan unit-unit pelaksana), serta melaksanakan pemilihan
ulang anggota-anggota lembaga tersebut dengan proses yang

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 41


demokratis, partisipatif, akuntabel, inklusif dan berlandaskan
keikhlasan/kerelawanan, kejujuran dan keadilan (nilai-nilai universal
kemanusiaan).
Hal ini dimaksudkan agar lembaga masyarakat yang dipilih masyarakat
sebagai BKM/LKM tersebut dapat ditingkatkan peran dan fungsinya serta
memenuhi kriteria dan sifat lembaga pimpinan kolektif masyarakat warga
yang berbasis nilai, sesuai koridor KOTAKU.
Beberapa lembaga masyarakat lokal yang sudah mentradisi dan hingga
kini tetap mengakar, representatif, akuntabel serta diakui
kemanfaatannya oleh masyarakat, dapat ditetapkan sebagai "BKM/LKM",
melalui mekanisme persetujuan masyarakat.

 Membentuk lembaga baru sebagai BKM/LKM, fasilitator akan


memfasilitasi proses pemilihan anggota-anggota lembaga tersebut
(BKM/LKM) agar terlaksana secara organik, demokratis, partisipatif,
transparan, akuntabel dan inklusif berdasarkan kriteria nilai-nilai
universal kemanusiaan.

b.2. Anggota BKM/LKM


Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif yang terdiri
dari pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan
yang disepakati bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagai
kepentingan. Anggota pimpinan kolektif masyarakat warga ini yang kemudian
disebut anggota BKM/LKM.
Anggota-anggota BKM/LKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin.
Dengan menjadi anggota BKM/LKM, mereka diberi kesempatan dan
kepercayaan dari masyarakat untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban, dan
ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin yang ada di wilayahnya. Adanya
kesempatan dan kepercayaan itulah yang bagi mereka merupakan imbalan yang
tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status, karena mereka
dapat berbuat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan
tertinggal/marjinal.
Anggota BKM/LKM secara prinsip merupakan representasi dari warga
masyarakat kelurahan yang paling dipercaya, ikhlas, jujur, adil, peduli dan tanpa
pamrih, sehingga bukan sebagai wakil kewilayahan, golongan atau perwakilan
kelompok masyarakat.

Tidak ada satu pun anggota BKM/LKM yang memiliki hak istimewa (privilege)
dan semua hasil keputusan 'BKM/LKM' ditetapkan secara kolektif melalui
mekanisme Rapat Anggota BKM/LKM.

42 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Anggota-anggota BKM/LKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat
dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau track record perbuatan baik dan
mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis
dan rahasia.
Utusan-utusan warga adalah warga pilihan masyarakat RT yang dipilih dengan
mekanisme dan kriteria yang sama. Dalam hal ini, masyarakat warga RT
mengadakan rembug dan FGD Kepemimpinan moral untuk menuliskan 3-5
orang terbaik sebagai utusan warga yang akan menjadi pemilih pada pemilihan
anggota BKM/LKM di tingkat kelurahan. Jumlah utusan warga pada pemilihan
anggota BKM/LKM di tingkat kelurahan adalah 2% dari jumlah seluruh penduduk
kelurahan.
Bila jumlah RT melebihi 50 RT, maka setelah utusan RT terpilih dapat dilakukan
lagi penyaringan di tingkat RW dengan pola seleksi yang sama, dengan tetap
memperhitungkan bahwa jumlah warga yang berpartisipasi pada pemilihan
anggota BKM/LKM di kelurahan tersebut mencapai minimal 30% dari jumlah
penduduk kelurahan bersangkutan.
Masa pengabdian anggota BKM/LKM adalah 2 tahun dengan kemungkinan
dapat dievaluasi pada setiap tahunnya berdasarkan indikator perbuatan baik
serta kualitas sifat-sifat kemanusiaan.
Pada bulan ke-23 atau satu bulan sebelum masa pengabdian anggota BKM/LKM
berakhir, masyarakat melakukan proses pemilihan ulang dengan mekanisme
yang sama. Anggota BKM/LKM yang tengah mengabdi dan akan berakhir masa
tugasnya, secara otomatis berhak menjadi peserta pemilihan anggota BKM/LKM
baru di tingkat kelurahan. Sehingga dalam hal ini masyarakat hanya memilih 2
utusan warga yang bukan menjadi anggota BKM/LKM saat itu.
Utusan-utusan warga pilihan masyarakat ditambah dengan anggota BKM/LKM
yang ada itulah yang akan menjadi peserta sekaligus memiliki hak memilih dan
dipilih pada rapat pemilihan anggota BKM/LKM baru.

Dalam hal terdapat penduduk asli atau minoritas pada satu kelurahan/desa yang
membutuhkan pendekatan dan dukungan proses pengorganisasian masyarakat
yang berbeda, maka harus dijamin keterlibatan mereka dalam lembaga
masyarakat warga tersebut, sebagaimana diatur dalam lampiran 1 Buku
Pedoman Umum ini mengenai ketentuan perlakuan terhadap penduduk asli.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 43


b.3. Struktur BKM/LKM
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan dan
permukiman yang disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dengan sumber
dana KOTAKU maupun sumber dana lainnya (channeling), BKM/LKM
membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang setidaknya terdiri dari
Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit
Pengelola Sosial (UPS).
Unit Pengelola Keuangan (UPK) akan bertanggungjawab terhadap pengelolaan
pinjaman bergulir, akses channeling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan
dengan pemupukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola
Lingkungan (UPL) bertanggung-jawab dalam hal penanganan Rencana Perbaikan
Kampung, Penataan dan Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan
Permukiman, Good Governance di bidang Permukiman, dan lain-lain. Sedangkan
Unit Pengelola Sosial (UPS) didorong untuk mengelola relawan-relawan dan hal-
hal yang berkaitan dengan kerelawanan, mengelola pusat Informasi dan
pengaduan masyarakat (termasuk media warga untuk sarana kontrol sosial),
penanganan kegiatan Good Governance, Penanganan Kegiatan Sosial, dan lain-
lain sesuai kesepakatan warga masyarakat setempat.

Masing-masing Unit Pengelola-BKM/LKM berkedudukan mandiri dalam


melaksanakan kegiatan dan pengelolaan dana sesuai dengan cakupan
bidangnya masing-masing, sebagaimana diputuskan dalam PJM Pronangkis
serta langsung bertanggung-jawab kepada BKM/LKM.

Oleh karena itu, Unit-Unit Pelaksana tersebut berkewajiban memberikan


informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi
tugas pokoknya, mengusulkan draft konsep pengembangan, serta memberikan
pertanggungjawaban berkala maupun akhir kepada BKM/LKM. Termasuk juga
memberikan saran-saran dan masukan-masukan secara profesional kepada
BKM/LKM untuk menjadi dasar pertimbangan BKM/LKM dalam mengambil
kebijakan maupun keputusan yang diperlukan.
Anggota-anggota BKM/LKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola
dari unit-unit tersebut.
Unit-Unit Pelaksana akan dipimpin seorang manajer, atau istilah lain, dan
beberapa staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui Rapat Anggota BKM/LKM,
berdasarkan kriteria kemampuan di bidangnya masing-masing.
BKM/LKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit
pelaksana sesuai bidang kegiatannya, yakni UPL, UPS, dan UPK.

Gambaran struktur BKM/LKM dapat dilihat pada gambar 3.2. sebagai berikut ini:

44 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


Gambar 3.2. Struktur BKM/LKM

Masyarakat Kelurahan
Lurah/Kades, BPD, BKM/LKM
LPMK/D, dll

Sekretariat

Unit-Unit Pengelola

Unit Pengelola Unit Pengelola Unit Pengelola Lembaga Lain


Sosial Lingkungan Keuangan (Koperasi, PT, CV, dll)

KSM/Panitia KSM/Panitia KSM/Panitia

Sesuai dengan landasan keberadaannya. BKM/LKM dan Unit-unit pelaksana (UPL,


UPS dan UPK) harus senantiasa berorientasi pada upaya-upaya untuk melayani
masyarakat miskin dan meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu, dalam
kebijakan dan keputusan mengenai pelayanan unit-unit pelaksana didasarkan pada
pertimbangan kemampuan warga miskin dan warga termiskin yang ada di
wilayahnya.
Meskipun demikian, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan kepada warga
miskin dan termiskin di wilayahnya, maka BKM/LKM sesuai dengan kapasitas dan
kebutuhannya, diperkenankan pula untuk mengembangkan berbagai jenis
pelayanan yang bersifat pemupukan dana dan produktif.
Kegiatan pengembangan usaha BKM/LKM tersebut tidak boleh dilakukan secara
langsung oleh BKM/LKM, melainkan dengan memfasilitasi terbentuknya koperasi
oleh KSM-KSM maupun anggota-anggotanya yang dinilai telah berkembang atau
dengan membentuk Unit Pelayanan Ekonomi (UPE) atau Perusahaan untuk melayani
kegiatan usaha produktif ataupun kegiatan ekonomi yang bersifat menguntungkan.
Pembentukan UPE, PT atau badan usaha lainnya tidak boleh diputuskan secara
sepihak oleh anggota BKM/LKM saja, namun harus ditetapkan melalui mekanisme
rembug warga masyarakat setempat di tingkat kelurahan. Ketentuan mengenai hal
ini akan diatur dalam Pedoman Khusus KOTAKU. Demikian pula dalam hal
pembentukan koperasi tidak dilakukan BKM/LKM secara institusi, namun oleh
kumpulan warga non miskin atau KSM-KSM atau anggota-anggota KSM dengan
mengacu pada UU Koperasi yang berlaku.

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 45


BKM/LKM serta UPL, UPS dan UPK tetap harus senantiasa berorientasi pada
pelayanan kepada masyarakat miskin dan termiskin di wilayahnya.
Sedangkan Keberadaan Koperasi dan Unit Pengelola Ekonomi atau PT atau badan
usaha lainnya di BKM/LKM pada dasarnya dimaksudkan untuk memperkuat
kapasitas pelayanan UP-UP BKM/LKM terhadap warga miskin dengan cara
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang produktif dan profitable, melalui cara-
cara antara lain sbb; a) pelayanan kepada warga tidak miskin, b) pelayanan
kepada warga miskin yang telah meningkat kesejahteraannya setelah mendapat
beberapa kali pelayanan dan pembinaan dari BKM/LKM beserta UP-UP-nya, dan
c) pelayanan kegiatan ekonomi lainnya.

c) Peran apa yang harus dilakukan oleh BKM/LKM


 Bertindak sebagai motor penggerak untuk senantiasa menggali dan
melembagakan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bersifat universal, prinsip-
prinsip universal kemasyarakatan, serta prinsip Tridaya;
 Menumbuhkan solidaritas serta kesatuan sosial untuk menggalang
kepedulian dan kebersamaan gerakan masyarakat warga dalam
menanggulangi masalah kemiskinan dan permukiman secara mandiri dan
berkelanjutan;
 BKM/LKM mengorganisasi warga untuk merumuskan program jangka
menengah (5 tahun) penanggulangan kemiskinan dan permukiman maupun
rencana tahunan secara partisipatif;
 Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan dan kebijakan untuk hal-
hal yang menyangkut pelaksanaan KOTAKU pada khususnya dan
penanggulangan kemiskinan dan permukiman pada umumnya;
 Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar
mampu meningkatkan kesejahteraan mereka;
 Menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan
mengoptimalkan peran relawan-relawan setempat;
 Mengembangkan jaringan BKM/LKM di tingkat kota/kabupaten sebagai
mitra kerja Pemda serta kelompok peduli setempat dan sebagai sarana
untuk menyuarakan aspirasi masyarakat warga yang diwakili, maupun dalam
rangka mengakses berbagai potensi sumber daya yang ada di luar untuk
melengkapi sumber daya yang dimiliki masyarakat (partnership dan
channeling programme);
 Menetapkan kebijakan serta mengawasi pemanfaatan dana bantuan
KOTAKU dan dana-dana sumber lainnya, yang sehari-hari dikelola unit-unit
pelaksana yang dibentuk BKM/LKM sesuai kebutuhan.

46 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


d) Jaringan Kerjasama dalam Forum BKM/LKM
Komponen Pengembangan Masyarakat, Pemerintah dan Pelaku lain juga
memberikan pendampingan dan pelatihan untuk mendukung BKM/LKM dalam
membentuk asosiasi atau forum antar BKM/LKM di tingkat kecamatan dan
kota/kabupaten sebagai sarana kerja sama dan komunikasi antar mereka.
Forum BKM/LKM akan berfungsi sebagai jaringan tukar menukar pengalaman,
melaksanakan kegiatan bersama, mengkombinasikan sumber daya yang ada
untuk membantu warga miskin, serta menyuarakan aspirasi masyarakat miskin
dalam proses pengambilan keputusan lokal yang berkaitan dengan kebijakan
publik yang langsung menyangkut kaum miskin. Kegiatan ini juga mendorong
jaringan kerja sama, baik antar KSM, antar BKM/LKM maupun Forum BKM/LKM
dengan dengan pihak terkait lainnya, untuk kepentingan dan kemanfaatan
masyarakat miskin, antara lain; desain produk, perencanaan, pemasaran,
advokasi masyarakat miskin, pusat informasi, jaringan bisnis dan sebagainya.

e) Visi BKM/LKM ke Depan


BKM/LKM-BKM/LKM yang sudah berkualifikasi mandiri dan menuju madani
berdasarkan indikator yang ditetapkan dalam program, pada dasarnya
mencerminkan kondisi kesiapan masyarakat untuk secara mandiri menangani
persoalan kemiskinan dan penataan lingkungan permukimannya secara
berkelanjutan (sustainable development). Dengan demikian, BKM/LKM
mandiri/menuju madani tersebut berpotensi untuk bisa berkolaborasi dengan
pihak pemerintah kota/kabupaten setempat, swasta, kelompok peduli dan para
pihak lain di wilayah setempat dalam rangka aktualisasi secara nyata prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan (Tridaya).

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 47


LAMPIRAN 2
Tahapan Proses Integrasi Perencanaan RPLP kedalam RPJM Desa/Renstra Kecamatan

Kebutuhan pembiayaan penanganan permukiman kumuh ini sangat besar dan kemampuan
anggaran pusat dan daerah juga terbatas, maka diperlukan investasi yang terdapat dalam RPLP
dipasarkan kepada swasta dan kelompok peduli lainya untuk ikut berkontribusi dalam
menangani permukiman kumuh perkotaan, termasuk menggalang sebesar mungkin swadaya
masyarakat. Keswadayaan masyarakat merupakan komponen utama dalam penganggaran
program permukiman.

1. Landasan Yuridis Proses Integrasi Perencanaan Permukiman Tingkat Kelurahan/desa


a. UU no 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
b. UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
c. UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
d. UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa
e. UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemda;
f. PP no 26 Tahun 2008 tentang RTRWN;
g. PP no 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
h. PP no 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
i. PP no 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Desa;
j. PP no 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;
k. Permendagri no 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
l. Permendagri no 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

2. Kedudukan/Posisi Perencanaan RPLP Kelurahan dalam Sistem Perencanaan Daerah


Kedudukan dokumen perencanaan permukiman tingkat kelurahan (RPLP) perlu
diintegrasikan kedalam Renstra Kecamatan, agar dapat masuk kedalam proses Musrenbang
Kecamatan, Rencana Kerja Kecamatan (Renja). Dari hasil kesepakatan di tingkat Kecamatan
selanjujtnya diajukan ke Musrenbang kabupaten/Kota sebagai landasan untuk masuk dalam
proses penyepakatan Rencana penganggaran pembangunan kelurahan (RKP). Proses
integrasi ini dipandang perlu dilakukan sesuai jadwal sistem perencanaan pembangunan
daerah. Melalui proses integrasi ini tentunya memberikan peluang lebih besar
implementasi perencanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh tingkat Kelurahan
mendapatkan pembiayaan pembangunan dari APBD maupun dari sumber-sumber
pembiayaan lain secara kolaborasi. Posisi perencanaan RPLP secara jelas disajikan pada
gambar berikut ini:

48 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


3. Proses penyusunan RPJM Desa Dalam Sistem Penganggaran Daerah
Sebagian wilayah sasaran program KOTAKU adalah wilayah Desa yang telah di atur sistem
penganggaran daerah. Sistem penganggaran pembangunan Desa secara otonom memiliki
alokasi anggaran pembangunan Desa untuk berbagai sektor yang mendorong kemajuan
pembangunan desa tersebut. Penganggaran pembangunan ini tentunya termasuk juga
untuk merealisasikan program peningkatan kualitas permukiman kumuh. Proses
penyusunan RPJM Desa secara jelas disajikan pada gambar berikut ini:

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 49


4. Kedudukan/Posisi RPLP dalam Muatan RPJM Desa
Agar matrik investasi peningkatan kualitas permukiman kumuh di wilayah desa
mendapatkan alokasi anggaran pembangunan desa, tentunya isi dokumen perencanaan
RPLP dipandang perlu untuk diintegrasikan kedalam proses penyusunan RPJM Desa. Isi
RPJM Desa intinya memuat viisi dan misi kepala desa, Kebijakan Pemerintah Kabupaten
(Khususnya Kebijakan Kepala Daerah), Program kegiatan yang terbagi kedalam bidang-
bidang pembangunan, antara lain bidang pemerintahan desa, pembangunan desa,
pemberdayaan masyarakat dan bidang kemasyarakatan. Untuk kegiatan peningkatan
kualitas permukiman kumuh secara jelas masuk kedalam bidang pembangunan desa
khususnya permukiman, yang telah diatur dalam prioritas Permendes no 5/2015, yang
mengatur pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat yang didalamnya termasuk
kegiatan permukiman.

Dari proses di atas nampak jelas integrasi RPLP kedalam RPJM Desa perlu dilakukan agar
dapat mengakses pengangagaran pembangunan desa. Materi pokok RPLP diintegrasikan
atau diupayakan dapat menjadi materi pokok RPJM Desa khususnya masuk kedalamm
rumusan bidang pembangunan Desa, seperti tersaji pada gambar berikut ini:

5. Proses Integrasi RPLP Kedalam RPJM Desa


Sebagai penjabaran dari kedudukan/Posisi RPLP dalam muatan RPJM Desa, dapat
memberipeluang kemudahan untuk melakukan integrasi isi perencanaan peningkatan
kualitas permukiman kumuh (RPLP) kedalam dokumen RPJM Desa sampai pada penyusunan

50 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU


RKP dan akhirnya diharapkan dapat untuk mengakses anggaran pembiayaan pembangunan
Desa melalui proses Musrenbang Desa, seperti tersaji pada gambar berikut ini:

6. Langkah-langkah Integrasi RPLP kedalam RPJM Desa


Langkah integrasi perencanaan secara sederhana dapat dirumuskan, namun masih perlu
disesuaikan dengan kondisi lokal dan tentunya sesuai dengan undang-undang dan
peraturan terkait. Langkah-langkah tersebut, disajikan pada matriks berikut ini:

TUJUAN 1. Dokumen perencanaan RPLP kedalaman rencana teknis menjadi


bagian dalam RPJM/RKP Desa atau Renstra/Renja
kelurahan/kecamatan;
2. Program dan kegiatan yang ada dalam RPLP dapat dialokasikan
pembiayaannya dari APBN/APBD/APBDes;

Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota 51


3. Program dan kegiatan yang ada dalam RPLP dapat dialokasikan
pembiayaanya dari swasta, kelompok peduli, dan swadaya
masyarakat.
METODE Rembug, advokasi sesuai tahapan yang tersaji pada bagan alir diatas

PROSES 1. Melakukan advokasi kepada berbagai pihak baik pemerintah daerah,


kecamatan, kelurahan/desa agar BKM/LKM menjadi tim penyusun
RPJMDesa atau RKP dan Tim Musrenbang);
2. Melakukan advokasi kepada berbagai pihak baik Pemerintah Daerah
tingkat Kota/Kabupaten, kecamatan, Kelurahan/desa agar
penanganan permukiman kumuh dan RPLP menjadi bagian dalam
RPJMDes/RKP untuk Desa dan Renstra/Renja Kecamatan untuk
Kelurahan;
3. Melakukan pemasaran sosial ke berbagai pihak seperti swasta,
perguruan tinggi, kelompok peduli agar RPLP dapat bekerjasama
dalam persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan
program dan kegiatan yang ada dalam RPLP/RTPLP, baik berupa
pendanaan, pengembangan kapasitas, dll

KELUARAN 1. BKM/LKM menjadi tim penyusun RPJMDesa atau RKP dan Tim
Musrenbang)
2. Program dan kegiatan yang ada di RPLP/RTPLP masuk ke dalam
RPJMDES/RKP, Rentsra/Renja Kecamatan;
3. Program / kegiatan di RPLP didanai dari APBD/APBDES dan sumber
daya lain;
4. Terjalinnya kerja sama dengan pihak swasta dan pihak lainnya.
PELAKSANA Lurah/Kepala Desa, BKM/LKM

PESERTA Pemda, Camat, Perguruan Tinggi, Kelompok Peduli, dll

NARASUMBER Pokja PKP, Pemda

FASILITATOR Tim Fasilitator

52 Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan/Desa/Kota | Program KOTAKU

Anda mungkin juga menyukai