Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI &


TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR & SEMI PADAT
“FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI KETOPREFEN
MENGGUNAKAN PERBANDINGAN KONSENTRASI SUSPENDING AGENT
XANTAN GUM”

Dosen Pengampu : Dra Suhartinah, M.Sc.,Apt

Kelompok 5/C
Anggota :
1. Indri Safitri 24185453A
2. Fadhilla Nur Rohmah 24185455A
3. Hana Verdian Yulianingrum 24185456A
4. Dwi Indah Kurnia K. W. 24185457A
5. Naftalina 24185458A

UNIVERSITAS SETIABUDI
SURAKARTA
2021
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI KETOPREFEN
MENGGUNAKAN PERBANDINGAN KONSENTRASI SUSPENDING
AGENT XANTAN GUM
I. TUJUAN
Untuk melihat formula dengan perbandingan konsentrasi suspending agent
untuk mengetahui kestabilan suspense.
II. DASAR TEORI
Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dan bentuk
halus yang tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
dalam suspense harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika digojog
endapan harus segera terdispersi kembali (Kemenkes RI, 1989).
Ketoprofen merupakan obat analgesic perifer turunan dari asam propionat.
Ketoprofen termasuk kedalam golongan obat antiinflamasi non steroid.
Ketoprofen memiliki beberapa kelemahan. Ketoprofen praktis tidak larut dalam
air serta kecepatan disolusi dan bioavailabilitasnya rendah (Kemenkes RI, 2014).
Bahan atau zat yang tidak larut air seperti ketoprofenini lebih baik dibuat
suspensi, namun bahan yang bersifat hidrofobik seperti ini memiliki afinitas yang
lebih kuat terhadap udara dan akan sulit untuk menghilangkan udara di sekitarnya,
sehingga partikel cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan
akan mengambang diatas permukaan medium pendispersi. Hal tersebut dapat
diatasi dengan penambahan surfaktan (Voight, 1994).
Surfaktan yang digunakan pada pembuatan suspense disebut juga sebagai
suspending agent. Pemilihan suspending agent ini merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan suspensi. Salah satu contoh suspending
agent adalah xantan gum yang merupakan suspending agent golongan pertama
yaitu polisakarida (Chaerunisaa dkk, 2009).
Xanthan gum memilikisifattidaktoksik, dapatbercampurdenganbanyakbahan,
mempunyaistabilitasdanviskositas yang baikpadarentang pH dansuhu yang luas
(Rowe dkk., 2009).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
Timbangan analitik Ketoprofen
Gelas beker Xantan gum
Gelas ukur Sirup simplek
Waterbath Metil paraben
Piknometer Propilparaben
Mortir & Stamper Asam sitrat
pH meter Aquadest
Batang pengaduk
Viskometer
Mikroskop
Kaca preparat

IV. FORMULA

V. CARA KERJA
Evaluasi Sediaan Suspensi

Melakukan pengujian organoleptis dengan mengamati warna, bau, rasa dari


sediaan suspensi

Melakukan pengujian homogenitas dengan melihat secara visual apakah


sediaan telah tercampur homogen atau tidak

Melakukan pengujian pH menggunakan pH meter

Melakukan pengujian viskositas menggunakan viskometer dengan rotasi 12


rpm, 30 rpm, dan 60 rpm
Melakukan pengukuran sedimentasi dan supernatan pada sediaan
menggunakan penggaris

Melakukan pengamatan partikel suspensi menggunakan mikroskop

Melakukan uji kerapatan menggunakan piknometer kemudian menghitung


kerapatannya dengan rumus :

VI. HASIL
1. Tabel Formulasi
Formulasi
No Bahan
I II

25 25 mg/5
1 Ketoprofen
mg/5mL mL

2 Xantan gum 0,20% 0,30%

3 Sirup simplek 15% 15%

4 Metil paraben 0,18% 0,18%

Propil
5 0,02% 0,02%
paraben

6 Asam sitrat 2% 2%

7 Aqua dest Ad 100 Ad 100

2. Tabel pengamatan
Hasil Pengamatan
Evaluasi
FI F II

Organoleptis Warna: Putih Warna : Putih


Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau

Rasa : Agak pahit Rasa : Agak pahit

Homogenitas Homogen Homogen

pH 2,56 2,64

12 rpm : 400,0 OmPa's 12 rpm : 730,0 OmPa's

Viskositas 30 rpm : 268,0 OmPa's 30 rpm : 396,0 OmPa's

60 rpm : 192,0 OmPa's 60 rpm : 266,0 OmPa's

Supernatan : 1 cm Supernatan : 0,2 cm


Sedimentasi
Sedimentasi : 14 cm Sedimentasi : 14,8 cm

Kerapatan
VII. PEMBAHASAN
Sediaan suspensi yang telah dibuat dilakukan evaluasi yaitu uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, pengukuran volume sedimentasi,
pengamatan partikel suspensi dan uji kerapatan. Hasil uji organoleptis yang
didapatkan kedua formulasi ini tidak berbau, dan tidak terlalu manis ada sedikit
rasa pahit dan untuk formula 1 berwarna putih, sedangkan formula 2 berwarna
putih susu. Uji homogenitas dilakukan secara visual untuk melihat ketercampuran
bahan hasil pengamatan yang didapatkan bahwa kedua formulasi suspensi yang
dibuat ini homogen.
Hasil pengujian pH dengan menggunakan pH meter yaitu pada formula 1 pH
yang didapat 2,56 dan formula 2 pH yang didapat 2,64. Hasil ini menunjukkan
bahwa pH sediaan yang dibuat ini bersifat asam, hasil ini kurang sesuai dengan
teori karena pH sediaan suspensi menurut (Kulshreshta, Sigh dan Wall, 2010) pH
sediaan suspensi yang ideal berada pada rentang pH 5-7. Kemungkinan
ketidaksesuaian ini terjadi karena adanya pengaruh dari bahanbahan yang bersifat
asam seperti asam sitrat sehingga mempengaruhi pH sediaan, agar sediaan
suspensi masuk rentang pH maka perlu ditambahkan larutan dapar karena menurut
Ansel 1989, Penggunaan dapar dapat menstabilkan pH yang tidak stabil. Pengujian
viskositas pada perputaran 12 rpm, 30 rpm dan 60 rpm yang dilakukan
mendapatkan hasil pada formula 1 berturutturut yaitu 400,0 mPa’s, 268,0 mPa’s
dan 192,0 mPa’s, sedangkan pada formulas 2 hasil viskositar berturut-turut yaitu
730,0 mPa’s, 396,0 mPa’s dan 266,0 mPa’s.
Hasil viskositas ini semakin meningkat dengan peningkatan perputaran alat.
Hal ini juga dapat dilihat dari kurva viskositas vs kecepatan perputaran, terlihat
kurva yang menurun , berarti sediaan suspensi ketoprofen ini memiliki tipe aliran
pseudoplastis karena menurut (Alferd martin dkk, 1993) viskositas zat
pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of share. Hasil yang
didapatkan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Sutaryono, 2013) bahwa
semakin tinggi konsentrasi xantan gum, maka viskositas suspensi juga meningkat.
Perbedaan hasil yang didapat ini kemungkinan karena bahan aktif yang digunakan
dalam pembuatan suspensi berbeda. Pengukuran volume sedimentasi dilakukan
setelah sediaan didiamkan semalam sampai terdapat sedimentasi. Hasil yang
didapat pada formula 1 ketinggian sedimentasi 1 cm dengan supernatan 14 cm dan
formula 2 ketinggian sedimentasi 0,2 cm dengan supernatant 14,8 cm.
Hasil ini menunjukkan bahwa suspensi pada formula 2 memiliki sedimentasi
yang lebih kecil dari pada suspense pada formula 2. Syarat suspensi menurut
(Lacman, 1994) harus dapat menghasilkan endapan yang dapat homogen dengan
pengocokan dan memiliki tegangan antar muka yang kecil sehingga endapan yang
dihasilkan sedikit. Menurut penelitian yang dilakukan (Wiraandini dkk, 2019)
penggunaan xanthan gum sebagai bahan pensuspensi yang termasuk golongan
polimer hidrofolik mampu menurunkan laju volume sedimentasi sediaan.
Pengamatan partikel suspensi dilakukan dengan menggunakan mikroskop, uji
dilakukan untuk melihat penyebaran partikel suspensi. Hasil yang didapat setelah
pengamatan dibawah mikroskop terlihat bahwa penyebaran partikel pada formula
2 lebih rapat dibandingkan pada formula 1. Menurut penelitian (fatmawati, 2016)
penyebaran partikel suspensi yang baik adalah yang penyebaran partikelnya
terlihat merata dibawah mikroskop. Hal ini berarti penyebaran partikel formula 2
lebih baik dari pada formula 1 karena dilihat dari hasil pengamatan dibawah
mikroskop terlihat penyebaran partikel formula 2 lebih merata.
Hasil dari evaluasi kerapatan didapatkan nilai kerapatan yaitu Formula 1
didapat kerapatan 1,149 gram/mL dan Formula 2 didapat kerapatan 1,174
gram/mL. hasil yang paling mendekati kerapatan ketoprofen sebagai zat aktif
adalah suspens formula 2 , karena menurut (Depkes RI, 2014), kerapatan
ketoprofen 1,198 gram/mL. Hasil evaluasi dari kedua formulasi suspensi
ketoprofen menggunakan xantan gum dengan konsentrasi berbeda ini didapatkan
bahwa formulasi 2 dengan konsentrasi xantan gum 0,3% lebih stabil dibandingkan
formulasi 1. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi pH, pengukuran volume
sedimentasi dan kerapatan yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan ini
tidak sempurna, karena hanya membanding 2 formula saja, maka penelitian ini
dapat dikembangkan kembali dengan menambahkan formula pembanding.

VIII. KESIMPULAN
Hasil evaluasi dari kedua formulasi suspensi ketoprofen menggunakan xantan
gum dengan konsentrasi berbeda ini didapatkan bahwa formulasi 2 dengan
konsentrasi xantan gum 0,3% lebih stabil dibandingkan formulasi 1. Hal ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi pH, pengukuran volume sedimentasi dan kerapatan yang
telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. P.313, Jakarta:
UI-Press.
Aulton, M. E., 2003. Pharmaceutics. The Science of Dossage Form Design, 2nd
Edition.Lieicester UK: De Montfort University.
Chaerunisaa AY. 2009. Farmasetika Dasar, Bandung: Widya Padjajaran.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Direktorat JenderalPengawasanObatdanMakanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Fatmawati U., 2018.Formulasi SuspensiAnalgesik-Antipiretik Ibuprofen Dengan
Suspending Agent Gom Arab Dan CmcNa. Journal of Pharmaceutical Care
Anwar Medika. Vol.1 No.1
Joenoes, N. Z., 2001. ARS Prescriben di Resep yang Rasional, Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.
Kulshreshtha, A.K., Singh, O.N., dan Wall, G.M., 2010. Pharmaceutical Suspensions.
London: AAPS Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teoridan Praktek Farmasi Indrustri.
Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Diterjemahkan oleh
Soendari Noerno Soewandhi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wiraandini, N.P.D., Dkk., 2019. Pengembangan Suspensi Kombinasi Ekstrak Buah
Mahkota Dewa Dan Daun Kelor Dengan Variasi Konsentrasi Bahan
Pensuspensi Xanthan Gum. Jurnal Farmasi. Universitas Pakuan.

Anda mungkin juga menyukai