BL - 108 Blended Learning - Bagian 5
BL - 108 Blended Learning - Bagian 5
A. PENDAHULUAN
|Blended Learning 1
Sedangkan pengguna internet di Indonesia, yang tercatat dalam
situs (http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm) adalah sebagai
berikut:
2
Melihat data-data tersebut di atas maka tidak berlebihan kiranya
bila John Hennessy berkata bahwa teknologi imformasi (online) akan
mengubah cara berfikir kita tentang pendidikan.
4
|Blended Learning 5
B. Definisi Blended Learning
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh kebanyakan orang
ketika mendengar istilah blended learning adalah “what is blended
learning?”. Meskipun dalam dunia perusahaan dan pendidikan tinggi
istilah blended learning telah menjadi sebuah kata kunci, tetapi masih
ada ambigu dalam definisi blended learning itu sendiri. Bagaimana
blended learning dapat berbeda dari istilah lainnya seperti distributed
learning, e-learning, open and flexible learning, and hybrid course?.
Menurut Bonk, C. J. dan Graham, C.R. (2006), ada 3 definisi blended
learning yang didokumentasi oleh Graham, Allen, dan Ure (2003) yang
digunakan secara umum yaitu :
Penggabungan modalitas pembelajaran ( atau media)
Penggabungan metode pembelajaran
Penggabungan pembelajaran online dengan
pembelajaran tatap muka
6
Dua definisi awal ini menurut Bonk, C. J. dan Graham, C.R. (2006)
merefleksikan perdebatan terhadap pengaruh dari media versus metode
dalam pembelajaran. Kedua definisi ini
|Blended Learning 7
masih terlalu luas karena sebenarnya mencakup seluruh sistem
pembelajaran sehingga kedua definisi ini tidak memiliki esensi dari apa
itu blended learning dan mengapa ini bisa menarik perhatian banyak
orang. Salah satu yang perlu mendapat penekanan secara jelas yaitu
bagaimana mendapat sistem pembelajaran yang tidak menyangkut
penggabungan metode pengajaran dan media penyalur. Sehingga
definisi kemunculan secara historical dari sistem blended learning yang
lebih tepat diberikan oleh definisi yang ketiga yaitu bahwa sistem
blended learning adalah menggabungkan antara pengajaran tatap muka
dengan pengajaran yang bermediasi computer.
8
terdistribusi, yang tumbuh dan berkembang secara pesat seirama
dengan perkembangan
|Blended Learning 9
teknologi baru yang memungkinkan pendistribusian komunikasi dan
interaksi.
10
pada setiap dimensi. Sedangkan lingkungan pembelajaran terdistribusi
sesuai dengan bagian sebelah kanan pada setiap dimensi.
Live
(physical/
face to Mixed Virtual
face) Reality (distributed)
Space
Live Synchronous
Asynchronous
(very short lag time)
(long lag time)
Time
|Blended Learning 11
Medium
(for example,
High Low
audio only)
(rich all senses) (text only)
Fidelity
1. Formal lectures
2. Classroom discussion
3. Homework or reading assignment
4. Development of papers
5. Group project
12
6. Assessment or exams
7. One-to-one coaching during office hour
|Blended Learning 13
2. Sharing notes
3. Study sessions
4. Library research
5. Checking with former student about exams or grading models
Mengapa begitu ada banyak elemen yang terpaut dengan blended?.
Alasan yang diungkapkan oleh Elliot Massie yaitu karena sebagai mahluk
yang kompleks, kita tidak belajar dalam cara yang simple atau seragam.
Bahkan ketika semua pembelajaran kelihatannya terbatas pada satu
sistem penyalur, misalnya ruang kelas atau sebuah kelas online,
pebelajar sering keluar dari batasan itu dan secara mandiri memperkaya
materi pelajaran. Alasan-alasan yang terkesan dipaksakan yang
disampaikan oleh para pembelajar atau trainer yang memakai blended
learning diungkap oleh Elliot Massie sebagai berikut:
Multiple Perspective on content
Para pebelajar adalah sebuah grup individu yang bervariasi dan
memiliki gaya belajar yang bervariasi pula. Para pebelajar tersebut
sepertinya memperoleh penguasaan yang lebih baik
pada konten pembelajaran dengan melewati beberapa proses
pembelajaran.
Cognitive Rehearsal
David dan Roger Jhonson menunjuk cognitive rehearsal ini dengan
proses dimana pebelajar menguasai materi baru yang diberikan
kepadanya dengan membicarakan lagi konten pelajaran tersebut. Istilah
yang dipakai Jhonson dan Jhonson untuk kondisi ini adalah “hearing the
content for the second time from your own lips”
Context is often more important than the content
Adalah mudah untuk menulis dan menyampaikan konten, tetapi yang
dibutuhkan oleh pebelajar adalah konteks pelajaran.
Value is often core to blended learning
14
Ada tiga kategori umum dari yang biasanya dilakukan pebelajar untuk
memilah nilai dari konten pembelajaran:High-value stuf (konten dan
konteks yang perlu diingat), medium-value stuff (konten dan konteks
yang mungkin berguna dimasa mendatang), dan no-value stuff
(pebelajar merasa tidak
membutuhkan konten dan konteks ini dan tidak ingin bersusah payah
mempelajarinya).
Learning is longitudinal
Blended learning sangat cocok dengan pandangan longitudinal terhadap
pengusaan pengetahuan.
Learning is social
Sebagai manusia, kita tumbuh dalam pengalaman sosial, dan
pembelajaran adalah salah satu dari pengalaman sosial yang utama.
Learning is often tacit and unstructured
Beberapa pengalaman pelatihan yang powerfull sering merupakan hal
yang tidak biasa. Sebagai contoh, seorang manajer baru mungkin akan
memperoleh ilmu yang lebih banyak saat makan siang dengan
mentornya atau melalui beberapa modul dalam pembelajaran e-
learning. Ketika kita memperluas pemikiran kita terhadap blended
learning, kita menyadari bahwa pengalaman-pengalaman ini adalah
berupa bagian dari gabungan-gabungan.
Osguthorpe dan Graham mengidentifikasi ada 6 alasan yang
mungkin dipakai orang untuk memilih mendesain dan menggunakan
sebuah sistem pembelajaran blended learning: (1) pedagogical richness,
(2) access to knowledge (3) social interaction, (4) Personal Agency, (5)
Cost effectiveness, (6) ease of revision. Tetapi secara luas alasan orang
untuk memilih Blended learning menurut Graham, Allen, dan Ure (2003)
adalah (1) improved Pedagogy, (2) Increase access and Flexibility, and
(3) Increase Cost-effectiveness.
|Blended Learning 15
a. Improved Pedagogy
Bukan merupakan suatu hal yang aneh bahwa saat ini
kebanyakan praktek pengajaran dan pembelajaran pada pendidikan
tinggi dan pelatihan di perusahaan masih berfokus pada strategi
pemberitaan (transmissive) daripada strategi interaktif (interactive). 83
% instruktur pengajaran menggunakan metode ceramah (lecture)
sebagai strategi pengajaran yang utama. Sedangkan fenomena yang
terjadi pada pendidikan jarak jauh seringkali mengalami kesulitan untuk
membuat para pebelajar menyerap informasi pengetahuan secara
mandiri (Waddoups & Howell, 2002).
16
Morgan, 2002; Smelser, 2002). Menurut Lewis dan Orton (2006),
pebelajar akan melewati tiga fase dalam sistem pembelajaran blended
learning yaitu (1) online self-paced learning untuk memperoleh
imformasi dasar, (2) face-to-face learning yang focus pada
pembelajaran aktif dan pengaplikasian, (3) pembelajaran online dan
dukungan untuk transfer belajar di lingkungan kerja.
|Blended Learning 17
interaksi sosial (human touch) yang biasa mereka dapatkan dalam
lingkungan pembelajaran face-to-face.
c. Increase Cost-Effectiveness
Efektivitas biaya merupakan tujuan utama ketiga dari sistem
blended learning baik pada pendidikan tinggi maupun institusi
perusahan. Sistem blended learning menyediakan
kesempatan untuk mencapai: audien yang terpencar luas dalam
sebuah periode waktu dengan konsisten, dan pengiriman konten secara
semipersonal. Bersin dan assosianya (2003) telah mendokumentasikan
sebuah kasus pada perusahan yang menerapkan blended learning
secara efektif untuk memberikan sebuah return of investment (ROI)
yang besar.
18
Jennifer Hofman (Bonk and Graham, 2006) mendesain sistem
blended learning dengan mengikuti Instructional system design (ISD)
model Dick and Carey. Proses dari ISD Dick and Carey yaitu
1. Identification of instructional goals
2. Subordinate skill analysis
3. Learner and context analysis
4. Construction of performance objectives
5. Identification of assessment technique
6. Identification of instructional strategies
7. Determination of appropriate delivery media
8. Course development
9. Evaluation
Hoffman mengungkapkan bahwa factor kuncinya berada pada langkah
ke 7 yaitu determination of appropriate delivery media. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam mendesain sistem blended learning
yaitu:
Beberapa tujuan pembelajaran mungkin paling baik dicapai
melalui sebuah kelas tradisional, seperti penyelesaian praktikum
teknis lab.
|Blended Learning 19
1. Diawali dengan perencanaan untuk mengintegrasikan blended
learning ke dalam pembelajaran
2. Mendesain dan mengembangkan elemen-elemen blended
learning
3. Implementasi design blended learning
4. Review atau mengevaluasi design blended learning
5. Perencanaan tahap penyampaian materi dengan menyertakan
peningkatan pengalaman blended learning untuk para staf yang
terlibat dan pebelajar.
20
Prinsip umum dalam mendesain blended learning yang diajukan oleh
Bath, D. and Bourke, J., (2010) yaitu:
1. Sumber pembelajaran dan aktivitas pengajaran hendaknya
secara langsung mendukung pencapaian pebelajar pada tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Selain itu penilaian hendaknya
kongruen dengan aktivitas dan tujuan.
|Blended Learning 21
F. Penutup
22
untuk menjawab semua dinamika dalam kehidupan. Menurut laporan
dari United Nation Development Program (UNDP) terhadap human
development index (HDI) tahun 2011, Indonesia berada pada 124 dari
166 negara. Indonesia masih kalah dari negara-negara tetangga seperti
Malaysia (urutan 61), Thailand (urutan 103), Philipina (urutan 112).
REFERENSI
Bonk, C., J., dan Graham, C., R., (2006). The Handbook Of Blended
Learning: Global Perspektives, Local Design, San Fransisco:
Pfeiffer
Bath, D., dan Bourke, J., (2010). Getting Started With Blended Learning:
http://www.griffith.edu.au/__data/assets/pdf_file/0004/267178/G
etting_started_with_blended_learning_guide.pdf diakses 2 april
2013 pkl. 04.20
|Blended Learning 23
http://www.briansolis.com/2012/04/meet-generation-c-the-connected-
customer diakses 9 april 2013 pkl. 5.05
http://www.griffith.edu.au/__data/assets/pdf_file/0004/267178/Getting_st
arted_with_blended_learning_guide.pdf diakses 9 april 2013 pkl. 5.13
wib
24