Anda di halaman 1dari 11

c

KERAJAAN TARUMANEGARA

A. LETAK :

Kerajaan Tarumanegara terletak di daerah kerajaan Salakanegara tepatnya di


daerah Banten dan Bogor (Jawa Barat) yang beribukota di Sundapura
(Purnawarman 397M). Wilayah kekuasaan Tarumanegara menurut prasasti
Tugu (417 M) meliputi daerah Banten,Jakarta,Bogor dan Cirebon.

B. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang
menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah
kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali
ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan
sawah-sawah pertanian rakyat.

C.Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat
dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.
-Kehidupan Ekonomi

Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan


rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi
masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah
banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di
Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-
daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat
Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

-Kehidupan Budaya

Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain
sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

NAMA RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH :


Jayasingawarman (358-382 M)
 Jayasingawarman adalah pendiri Kerajaan Tarumanagara yang memerintah
antara 358 – 382. Ia adalah seorang maharesi dari Salankayana di India yang
mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan
Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Ia adalah menantu Raja
Dewawarman VIII dan dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
Pada masa kekuasaannya, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke
Tarumangara. RAJATAPURA atau SALAKANEGARA (kota Perak), yang
disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk
Lada, Pandeglang. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan
raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).

Dharmayawarman (382-395 M)
Dharmayawarman adalah raja kedua Kerajaan Tarumanagara yang
memerintah antara 382 – 395. Ia adalah anak dari Jayasingawarman. Ia
dipusarakan di tepi kali Candrabaga. Namanya hanya tercantum dalam
Naskah Wangsakerta.

Purnawarman (395-434 M)
Purnawarman (Purnavarmman) adalah raja yang tertera pada beberapa
prasasti pada abad V. Ia menjadi raja di Kerajaan Tarumanagara. Ia
mengidentifikasikan dirinya dengan Wisnu.
Di Naskah Wangsakerta, Purnawarman adalah raja ketiga Kerajaan
Tarumanagara yang memerintah antara 395 – 434. Ia membangun ibu kota
kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan
dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja
Purnawarman dalam tahun 397 untuk menyebut ibu kota kerajaan yang
didirikannya.
Di naskah Wangsakerta juga disebutkan bahwa di bawah kekuasaan
Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara
atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang) sampai ke Purwalingga
(sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. [1] Secara tradisional Cipamali
(Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa
Barat pada masa silam.

Wisnuwarman (434-455 M)
Indrawarman (455-515 M)
Candrawarman (515-535 M)
Suryawarman (535-561 M)

Suryawarman (meninggal 561) ialah raja Kerajaan Tarumanagara yang


ketujuh. Setelah ayahnya Candrawarman yang meninggal pada tahun 535
dan memerintah selama 26 tahun antara tahun-tahun 535 - 561.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang
memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus
pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah
bagian timur. Pada tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu
Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara
Bandung dan Limbangan, Garut.
Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di Ibukota
Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang
Tarumanagara.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit
Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh pada tahun 612 M.
Kertawarman (561-628 M)
Sudhawarman (628-639 M)
Hariwangsawarman (639-640 M)
Nagajayawarman (640-666 M)
Linggawarman (666-669 M)

 Dalam Naskah Wangsakerta, Linggawarman adalah raja terakhir


Tarumanagara. Pada tahun 669, Linggawarman digantikan menantunya,
Tarusbawa.
Linggawarman memunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih
menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi
isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan
mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor
Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin
mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di
purasaba (ibukota) Sundapura.
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan
Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya,
pendiri Kerajaan Galuh, untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan
Tarusbawa

Tarusbawa (669-723 M)

No. Nama Situs Artepak Keterangan


1 Kampung Muara Menhir (3)
Batu dakon (2)
Arca batu tidak berkepala
Struktur Batu kali
Kuburan (tua)
2 Ciampea Arca gajah (batu) Rusak berat
3 Gunung Cibodas Arca Terbuat dari batu
kapur
3 arca duduk
arca raksasa
arca (?) Fragmen
Arca dewa
Arca dwarapala
Duduk diatas angsa
Arca brahma (Wahana Hamsa)
dilengkapi padmasana
Fragmen kaki dan
Arca (berdiri)
lapik
(Kartikeya?)
Arca singa (perunggu) Mus.Nas.no.771
4 Tanjung Barat Arca siwa (duduk) perunggu Mus.Nas.no.514a
5 Tanjungpriok Arca Durga-Kali Batu granit Mus.Nas. no.296a
6 Tidak diketahui Arca Rajaresi Mus.Nas.no.6363
7 Cilincing sejumlah besar pecahan settlement pattern
8 Buni perhiasan emas dalam periuk settlement pattern
Tempayan
Beliung
Logam perunggu
Logam besi
Gelang kaca
Manik-manik batu dan kaca
Tulang belulang manusia
Sejumlah besar gerabah
bentuk wadah
Batujaya
9 Unur (hunyur) sruktur bata Percandian
(Karawang)
Segaran I
Segaran II
Segaran III
Segaran IV
Segaran V
Segaran VI
Talagajaya I
Talagajaya II
Talagajaya III
Talagajaya IV
Talagajaya V
Talagajaya VI
Talagajaya VII
10 Cibuaya Arca Wisnu I
Arca Wisnu II
Arca Wisnu III
Lmah Duwur Wadon Candi I
Lmah Duwur Lanang Candi II
Pipisan batu

Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan


mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor
Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin
mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di
purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh
Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari
kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA)
berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga,
Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun
menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah
dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara,
Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan
Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.

PENINGGALAN SEJARAH :

Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui melalui sumber-sumber


yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri
berupa prasasti batu yang ditemukan, sedangkan dari luar negeri berasala
dari catatan kerajaan cina.
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di
perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor. Dalam prasasti ini
terdapat lukisan kaki gajah yang melambangkan Airawata yaitu gajah
tunggangan Wisnu.Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki
gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam
padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti
Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara
Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i
Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama
Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga,
bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas
kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman
berukiran sepasang lebah.
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti
Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para
ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala
gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang
masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula
tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya
sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra
(matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera
Taruma dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota
Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah
harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti
Ciaruteun.

2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu,


Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi,(kec Cilingcing,Jakarta Utara)
sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya
menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk
menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa
pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.
Prasasti Tugu lebih jelasnya menerangkan :
1) Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di
Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan
dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah
satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang
mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali
Bekasi.
2) Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak
lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan
caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
3) Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan
oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.

3.Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul atau prasasti lebak

ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak,


Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten tahun 1947 berbahasa
sansekerta, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.

4.Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari


pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981
diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan
Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi
empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah
tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan
raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa
Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "padatala" (telapak kaki), yang
menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan"
pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu
menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut
Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di
antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman
terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.

Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West
Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of
Bogor.
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai
Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris
disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu
terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman.

Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:


1. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut
(tempat ditemukannya prasasti tersebut).
2. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang
(biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti
menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka
dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat

5.Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi(sungai) Cisadane dekat Muara


Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran
Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara.Ditemukan
di Bogor ditulis dalam aksara iklal yang belum dapat dibaca. Disamping
tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
6.Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor

Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu
peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa
Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai)
Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi
keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri
purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam -
padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam
- bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut
Vogel:                                                                                                      
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya
bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya
tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua
jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh,
yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia
kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.

7.Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

Ditemukan didaerah leuwiliang,juga tertulis dalam aksara iklal yang belum


dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting
dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar
sepasang telapak kaki.

8. Prasasti Pasir Muara


Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari
prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak
berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi
marsa-n desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8)
panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan
"angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut
dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.

Sumber berita dari luar negeri


Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.
1. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi
menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai
orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang
beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme). Ye Po Ti
selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi ada
pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di
Lampung, di daerah aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-
bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dan lain-lain yang
sekarang terletak di taman purbakala Pugung Raharjo, meskipun saat ini
Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi tidak jauh dari
situs tersebut ditemukan batu-batu karang yg menunjukan daerah tersebut
dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa hien[rujukan?]
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang
utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah
datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli[siapa?] menyimpulkan bahwa istilah To-lo-
mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka
dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M.
Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada
waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut
prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari
Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Candi Jiwa di situs Percandian Batujaya

Anda mungkin juga menyukai