Anda di halaman 1dari 7

Part 25 .

Last Meeting
Tidak punya pilihan lain, Wei Ying membawa Aubree
pergi ke mansion keluarga Dominique karena gadis itu
menolak turun dari mobil saat mereka tiba di mal dan beberapa
tempat wisata yang ada di Marseille, Perancis. Sesampainya di
mansion, Aubree terkejut melihat mansion keluarga yang
berantakan dan pintu utama yang hancur. Tidak hanya Aubree,
Wei Ying juga sama terkejutnya.
Aubree teringat pesan kedua orang tua dan ketiga kakak
laki-lakinya kemarin ‘Jangan kembali ke mansion apa pun
alasannya’. Waktu itu, Aubree tidak menganggapnya serius.
Aubree pikir, mereka tidak ingin membuat keluarga Li kecewa
dengan sikapnya karena ingin kembali ke mansion setiap saat.
Aubree keluar dari mobil Wei Ying. Dia memasuki
mansion seraya memanggil keluarganya dan orang-orang yang
bekerja di mansion. Aubree menangis histeris seraya
menelusuri mansion yang luas. Dia pergi ke dapur, kamar
kedua orang tuanya, kamar ketiga kakaknya, dan kamar para
pekerjanya. Semuanya kosong, mansion ini tidak berpenghuni.
Wei Ying mengejar Aubree lalu memeluk gadis itu dengan
erat. “Tenanglah, kita coba hubungi mereka,” kata Wei Ying.
Laki-laki itu mengeluarkan ponsel yang berada di saku
celananya lalu mencari kontak seseorang. Dia menghela napas
lega saat telepon itu tersambung oleh pemilik nomor.

Wei Ying
Hallo kak, lagi di mana? Aku dan Aubree di mansion.

Wei Ying
Baiklah, kirimkan aku lokasinya.

Wei Ying menyimpan kembali ponselnya di saku celana


lalu mengajak Aubree kembali ke mobil. Aubree tidak
mengatakakan sepatah kata pun. Dia hanya diam sepanjang
perjalanan menuju lokasi, sesekali Wei Ying menghibur
tunangannya itu. Beberapa menit kemudian, Aubree dan Wei
Ying telah sampai di lokasi. Sebuah apartement tua yang tak
layak dijadikan tempat tinggal. Wei Ying memasuki
apartement tersebut seraya menuntun Aubree.
Aubree mengernyit heran karena para pekerja di mansion
keluarganya berada di apartement tersebut. Kedua sejoli
tersebut memasuki lift lalu Wei Ying menekan angka 4.
Sesampainya di lantai 4, Aubree melihat kedua orang tuanya
dan ketiga kakak laki-lakinya dengan keadaan sehat.
“Kenapa mansion berantakkan seperti itu?! Apa itu ulah
rekan bisnis daddy atau mommy?!” tanya Aubree marah.
Aubree sangat marah hari ini karena tidak ada yang
memberitahunya tentang kejadian sebenarnya.

Belum sempat Aubree mendengar jawaban dari mereka,


suara tembakan terdengar dari lantai bawah. Aubert dan Lucian
membawa Chalisa, Aubree, dan Wei Ying pergi ke rooftop
apartement. Aubree berkali-kali bertanya kepada kedua
kakaknya dan Chalisa, tetapi ketiga orang itu tidak
menjawabnya.
Sama saja seperti di China - batin Wei Ying.
“Kenapa kalian membiarkan kak Aldrich dan daddy?!
Mereka dalam bahaya!” pekik Aubree setelah mereka sampai
di rooftop. Aubree berlari ke arah bawah untuk menemui
Albert dan Aldrich. Wei Ying ikut menemani gadis itu karena
di bawah sangat berbahaya.
Wei Ying dengan cekatan mendorong Aubree menjauh
saat melihat peluru melayang ke arah gadis itu. Alhasil, peluru
tersebut mengenai dirinya. Asalkan kalian tahu, peluru tersebut
sangat beracun. Siapa pun yang tertembak akan meninggal
detik itu juga. Aubree terkejut melihat Wei Ying yang terkulai
di lantai. Aubree memanggku kepala Wei Ying. Aliran darah
terasa di pahanya, Aubree terkejut melihat darah Wei Ying.
Dia memeriksa denyut nadi dan napas Wei Ying, tidak
teraba. “Tolong!” teriak Aubree dengan suara lantang.

Daniel memarkirkan mobilnya sembarangan di depan
apartement tua tersebut. Dia tidak mempunyai pilihan lain
karena orang kepercayaannya dijadikan umpan oleh musuhnya.
Daniel kesal dengan Antonio yang tidak ingin mengorbankan
nyawanya untuk menyelamatkan orang kepercayaan mereka.
Daniel memerintahkan orang-orangnya untuk pergi ke ruang
bawah tanah. Dia tahu, kebanyakan ruang sandera berada di
ruang bawah tangah.
Kini, Daniel menelusuri lantai demi lantai bersama
orang-orangnya, mencari target utama. Sesampainya di lantai
4, Daniel melihat target utama sedang bersembunyi di balik
tembok. Pria itu sedang berkomunikasi dengan orang-orangnya
melalui earphone. Daniel membidik targetnya dengan pistol
kebanggaan.
DOR!
Peluru itu melesat dengan cepat. Daniel pikir, peluru itu
akan mendarat tepat sasaran, ternyata tidak. Peluru itu
mengenai seorang laki-laki yang ingin melindungi seorang
gadis. Dia terkejut melihat gadis itu. Saat ingin melangkah
mendekat, target utama menghampiri kedua orang tersebut.
Gadis itu berteriak meminta tolong setelah memeriksa nadi dan
napas laki-laki yang sedang berbaring dipangkuannya.
“Aku tidak akan memaafkan seseorang yang telah
melukai tunanganku!” teriak gadis itu membuat hati Daniel
teragung. Tunangan?
Tanpa perintah Daniel, orang-orangnya telah mengepung
Albert, Aubree, dan Wei Ying yang tak bernyawa di pangkuan
Aubree. Laki-laki itu menekan earphone-nya lalu mengatakan,
“Menjauh dari sana.”
Sesuai perintah, orang-orang Daniel meninggalkan
Albert, Aubree, dan Wei Ying. Daniel mencerna kejadian hari
ini. Siapa Mini Ubree? Apa Mini Ubree merupakan putri
mereka? Atau calon menantu keluarga Dominique? Daniel
masuk ke dalam mobil seraya menunggu orang-orangnya
membebaskan Hanz dan Sergio.
Daniel pergi ke rumah sakit, tempat di mana Aubree
berada. Laki-laki itu melihat gadis itu tengah menyalahkan
dirinya karena kematian tunangannya. Daniel masih mencerna
kata-kata yang Aubree lontarkan. Otaknya mendadak berhenti
bekerja melihat air mata yang terus mengalir, membasahi pipi
gadis itu. Daniel pergi ke cafetaria rumah sakit. Dia
menenggelamkan kepalanya di kedua lengannya lalu
memejamkan mata, berharap kejadian hari ini adalah mimpi
terburuk yang pernah dia alami.

30 menit kemudian . . .

Seseorang menggoyangkan tubuh Daniel beberapa kali


membuat laki-laki itu terbangun dari tidurnya. Dia
menengadah, menatap seseorang yang membangunkannya.
Daniel mengusap wajahnya kasar, mengumpulkan
kesadarannya.
“Ternyata aku tidak salah orang,” gumam Aubree.
Gadis itu tersenyum seperti tidak memiliki beban hidup
membuat Daniel merasa bersalah. “Apa yang kau lakukan di
sini?” tanya Daniel.
Aubree terkekeh pelan. “Seharusnya aku yang berkata
seperti itu, Daniel. Apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku sedang beristirahat, aku lelah sekali karena tidak
tidur selama empat malam,” jelas Daniel.
Aubree memperhatikan wajah Daniel membuat laki-laki
itu salah tingkah. “Astaga Daniel, kantung matamu hitam
sekali. Kenapa kau tidak beristirahat di ruang tunggu
keluarga?”
Daniel tersentak, dia mengedarkan pandangannya. Dia
tersadar sekarang sedang berada di rumah sakit karena
memata-matai Aubree. “Sebenarnya keluargaku sudah pulang,
aku di sini sedang menunggu jemputan,” sanggahnya. Aubree
hanya mengangguk pelan, dia tidak mengoreksi kalimat Daniel
karena pikirannya kacau.
“Kau sedang apa di sini?” tanya Daniel.

“Tunanganku meninggal karena tertembak,” jelas Aubree


singkat lalu meneguk orange juice yang dipesannya beberapa
menit yang lalu.
Daniel ingin sekali menjelaskan kepada Aubree bahwa
yang membunuh tunangannya adalah dirinya sendiri. Namun,
Daniel tidak memiliki kemampuan untuk mengatakan hal yang
sejujurnya. Daniel mengutuk dirinya sendiri. Perasaan apa ini?
Takut kehilangan? Apa maksudnya?


Anda mungkin juga menyukai