Resume TM 2 Izdihar Khoirun Aisha
Resume TM 2 Izdihar Khoirun Aisha
NIM : 030202220044
Berikut adalah ciri khusus dari tradisi lisan, di antaranya : pertama, adanya pesan
yang disampaikan secara lisan; dan kedua, pesan tersebut disampaikan dari generasi
sebelum generasi sekarang, baik melalui ucapan maupun melalui pidato, nyanyian,
pantun, nasihat, cerita rakyat, balada, legenda, atau mitos, yang ke semuanya
mengandung nilai-nilai moral atau nilai-nilai keagamaan
Sejak itulah, struktur baru dibangun di atas landasan yang ada, meskipun
polanya bisa jadi merupakan kesinambungan dari yang lama. . Sehingga ketika
pertanggungjawaban konversi telah dibuat dan komunitas baru telah terbentuk, dalam
hal ini Islam, maka yang dihadapi kini adalah pemantapan etika yang dilandaskan atas
ajaran Islam. Bahwasanya, dalam setiap pertanggungjawaban kultural yang diperankan
masyarakat Jawa, mereka selalu berinteraksi dengan tradisi di luar mereka. Bahwa di
sini, budaya Jawa nyatanya juga terpengaruh unsur-unsur luar Jawa. Pun bisa juga
sebaliknya, budaya Jawa yang memang dipahami begitu kokoh, akan memengaruhi
budaya-budaya di luar mereka.
b. Kasus Sumatera
c. Kasus Sulawesi
d. Kasus Kalimantan
Sejauh data yang tersedia, Islamisasi dalam tradisi lisan di Kalimantan dapat
dilacak, misalnya, dari kasus yang terjadi di kalangan masyarakat Anduhum,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di Banjarmasin, seperti terekam dalam Hikayat
Banjar, bahwa Islamisasi di Banjar terjadi setelah Pangeran Samudera memberontak
melawan pamannya, Pangeran Temanggung, yang bertahan di Negaradaha, guna
menuntut haknya menjadi raja sesuai wasiat kakeknya, yang mewariskan kerajaan
untuknya. Sesuai dengan saran pembantu-pembantunya, Pangeran Samudera mengirim
utusan ke Jawa untuk meminta bantuan tenaga prajurit dari Kesultanan Demak, yang
memang bersedia membantu apabila Pangeran Samudera bersedia memeluk Islam.
Hutomo (1991: 11), menyatakan, dalam tradisi lisan terdapat (1) tradisi lisan
yang berupa perihal susastra lisan, (2) tradisi lisan yang berupa teknologi tradisional, (3)
tradisi lisan yang berupa segala sesuatu yang diketahui mengenai folk di luar pusat
istana atau kota metropolitan, (4) tradisi lisan yang berupa bagian-bagian dari religi dan
keyakinan mengenai folk di luar batas formal agama-agama besar, (5) tradisi lisan yang
berupa kesenian folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, dan (6) tradisi
lisan yang berupa peraturan atau adat.
Ciri-ciri umum tradisi lisan sebagai folklor pada umumnya ialah sebagai berikut;
Pewarisan dan penyebaran dilakukan secara lisan. Memiliki sifat menurut tradisi.
terdapat bentuk dan varian yang berbeda, tidak diketahui pengarang atau penciptanya
atau bersifat anonym, memiliki bentuk yang berpola, memiliki kegunaan (fungsi) bagi
kehidupan kolektifnya, memiliki logika tersendiri (di luar logika umum atau pralogis),
merupakan milik bersama suatu masyarakat, bersifat polos dan lugu (Danandjaj, 1997:
3-4). Bentuk bentuk tradisi lisan terdiri atas : 1. folk speech atau ragam tutur rakyat atau
bahasa rakyat seperti logat, julukan, jabatan tradisional, dan gelar kebangsawanan.
2.Ungkapan tradisional, meliputi peribahasa, pepatah, dan pameo. 3.teka-teki atau
pertanyaan tradisional. 4.puisi 14 rakyat yang meliputi gurindam, pantun, dan syair.
5.cerita prosa rakyat (legenda, dongeng, dan mitos) 6. nyanyian rakyat.
b. Kasus Maluku
Berdasar pada tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, proses Islamisasi di
wilayah ini secara intens terjadi sekitar tahun 1460-an dan semakin menguat di akhir
pemerintahan Kolano Marhum, seorang Kolano Ternate pertama yang menerima Islam.
Adalah Datu Maula Husein yang oleh masyarakat Ternate dianggap sebagai pembawa
Islam pertama di Maluku, khususnya ke Ternate. Menurut tradisi lisan yang berkembang
di masyarakat, Datu Maula Husein yang berasal dari Minangkabau, berhasil mendekati
istana dan menjalin hubungan persahabatan dengan Kolano Marhum. Ia bermukim
beberapa lama di Gresik, kemudian datang ke Ternate sebagai pedagang merangkap juru
dakwah
c. Kasus Papua
Nama Irian Jaya sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua
diganti kembali menjadi Papua. Pada tahun 2003, Papua dibagi menjadi dua provinsi;
bagian barat menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (tahun 2004 provinsi ini menjadi Papua
Barat), sedangkan bagian timur tetap memakai nama Papua. Ibukota Papua, Jayapura,
terdiri atas 9 Kabupaten, yaitu: Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Fak-Fak, Sorong,
Manokwari, Biak- Numfor, Yapen-Waropen, dan Nabire dan dua Pemerintahan Kota,
yaitu Kota Jayapura dan Kota Sorong, serta tiga pemerintahan Administratif, yakni
Puncak Jaya, Paniai dan Mimika. Di Papua ada 173 kecamatan yang mencakup 2.712
desa dan 91 kelurahan.
d. Kasus Jawa
Menurut Henri Nurcahyo, sekretaris ATL Jawa Timur, tradisi lisan dapat
menjadi kekuatan kultural dan salah satu sumber utama yang penting dalam
pembentukan identitas dan membangun peradaban. Bahwa tradisi lisan merupakan salah
satu deposit kekayaan bangsa untuk dapat menjadi unggul dalam ekonomi
kreatif.Tradisi lisan bukan hanya soal bahasa (lengkap dengan beragam dialeknya),
tetapi juga mencakup sastra lisan, seperti mite, legenda, dongeng, hikayat, mantra, dan
puisi serta berbagai bentuk seni pertunjukan. Bahkan juga termasuk sistem kognitif
masyarakat, seperti adat istiadat, sejarah, etika, obat-obatan, sistem geneologi, dan
sistem pengetahuan yang dituturkan secara turun-temurun di nusantara.
Dalam arkeologi Islam, epigrafi merupakan salah satu jenis data dan disiplin
ilmu pengetahuan yang penting peranannya bagi upaya rekonstruksi kebudayaan,
sekaligus untuk mengetahui kemungkinan terjadinya difusi kebudayaan dari satu tempat
ke tempat lain.. Hasil-hasil penelitian epigrafi yang signifikan dalam kajian tentang
Islam Indonesia adalah bukti-bukti tulisan di berbagai media atau benda yang memiliki
atribut keislaman yang kuat, khususnya tulisan beraksara atau berhuruf Arab dan
berbahasa Arab, Melayu, Sunda dan sebagainya.
Melalui tempat di mana teks-teks Islam awal ditulis kita mengetahui bahwa
pusat-pusat penyebaran Islam sejak awal berada di kota-kota pelabuhan yang ramai
disinggahi para pedagang Arab, Persia, Turki, dan pedagang Muslim dari negara lain
entah dari Mesir, India, atau Tiongkok. Terdapat kecenderungan kuat bahwa teks-teks
itu ditulis oleh mereka yang mempunyai hubungan erat dengan tasawuf atau tariqat-
tariqat sufi yang pada abad ke-12 – 13 M berkembang dengan maraknya di seantero
dunia Islam. Inskripsi Islam tertua adalah tulisan yang dipahat pada batu nisan, makam
seorang Muslimah di Leran, Gresik, Fatimah binti Maimun . Makam ini ditemukan di
sebuah pelabuahan tua di selat madura. Isi inskripsi pada makam ini bercorak sufistik
serta corak aksara arab memperlihatkan adanya pengaruh dari Persia.
Para sufi juga memainkan perana besar dalam proses penyebaran islam di
nusantara, merekalah yang pada mulanya menggunakan bahasa Melayu sebagai media
penulisan kitab keagamaan, keilmuan dan sastra. Teks tesebut memperlihatkan adanya
perkembangan pesat pada bahasa melayu setelah proses islamisasi, bahasa melayu inilah
yang disebut sebagai bahasa melayu pasai. Bahasa Melayu Pasai dalam
perkembangannya kelak menjadi bahasa pergaulan antar etnik dan bangsa di kepulauan
Nusantara dalam bidang perdagangan, keagamaan, intelektual dan sastra. Pada masa itu
hikayat tidak hanya di gemari oleh masyarakat biasa, namun juga para penghuni istana.
Bahkan di istana juga terdapat jabatan jurutulis yang tugasnya menulis surat-surat
kerajaan dan lamaran putra raja terhadap orang tua gadis yang dipinangnya. Surat-surat
itu harus ditulis dalam bahasa yang indah.
Barus berada di pantai barat sumatra, sebelum abad ke-17 merupakan sebuah kota
mashur, kota ini mashur sebagai pelabuhan yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal
dagang asing terutama dari china, india, arab, persia, turki, dan portugis. Menurut
Ptolomeus kapal-kapal athena telah singgah di barus sepanjang abad ke-4 dan ke-3 M.
begitu pula kapal-kapal Fir`aun dari Mesir untuk membeli kapur barus atau kamfer,
bahan yang diperlukan untuk membuat mummi Namun sebagai pelabuhan dagang kota
ini baru mencapai kemakmuran pada abad ke-7 tidak lama setelah berdirinya kerajaan
Sriwijaya. Sebelum penduduk barus memeluk agama islam dan juga kristen mereka
dikenal dengan kepandaianya dalam ilmu sihir. Nama barus sendiri diberikan oleh
orang-orang melayu yang berpindah ke tempat ini dan berbaur dengan penduduk asli
hingga terbentuklah suku mandaling yang beragamaa islam. Pada abad ke-13 setelah
jatuhnya kekhalifahan baghdad ke tangan bangsa mongol para ahli sufi kemudian
bekerjasama dengan organisasi-organisasi dagang yang mempunyai jaringan yang luas
dan membentuk ta’ifa selain itu mereka juga mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
islam dan tempat llatihan-latihan kerohanian bagi para pengikut tariqat mereka. Para sufi
ini berdakwah denga menggunakan bahasa dan budaya lokal.
d. Samudra Pasai
Samudra pasai adalah kerajaan Islam awal di Nusantara yang berpengaruh dan tumbuh
dari sebuah pelabuhan kecil menjadi pusat penyebaran Islam pertama dalam arti
sebenarnya di Asia Tenggara. Pendirinya Meura Silu setelah memeluk agama Islam
mengganti nama menjadi Malik al-Saleh. ibukota kerajaan ini pada awalnya terletak di
muara sungai Peusangan, namun setelah diserang Majapahit pada tahun 1365 M ibukota
di pindah ke wilayah Lhok Seumawe, tidak jauh dari situ. Bahasa melayu pasai ini
jugalah yang digunakan oleh syekh abdul rauf al-sinkili dalam menyusun kitab hukum
syarak pertama di dunia melayu pada tahun 1663 M. Begitu pula bahasa Melayu Pasai
yang digunakan Syekh Syamsudin al-Sumatra’i dalam menulis risalah-risalah
tasawufnya. Dalam kitab karangannya itu yaitu Mir’at al-Tullab fi Tashil Ma`rifat
Ahkam al-Syar`iyyah li al-Malik al-Wahab .Berkuasa lebih kurang 29 tahun . Kerajaan
Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pasai dan Peurlak, dengan raja
pertama Malik al-Saleh. Pada masa pemerintahan sultan muhammad al-zahir samudra
pasai mengeluarkan mata uang emas yang sampai sekarang diyakini sbagai mata uang
emas tertua yang di keluarkan kerajaan islam asia tenggara.
e. Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Banda Aceh
Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang
dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Kesultanan aceh didirikan oleh sultan ali mughayat syah pada tahun 1496. Pada awalnya
kerajaan ini berdiri atas wilaya kerajaan lamuri, kemudian menundukkan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya yang mencangkup Dya, Pedir, Lidie,
Nakur. Pada tahun 1524 wilayah pasai juga menjadi bagian dari kesultanan aceh diikuti
dengan Aru. Pada tahun 1528 Ali Mughayat Syah digantikan oleh putra sulungnya yang
bernama Salahuddin yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537, kemudian Salahuddin
digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar yang berkuasa hingga tahun
1571. Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda atau Sultan Meukuta Alam.