Anda di halaman 1dari 6

Nama : Izdihar Khoirun Aisha

NIM : 030202220044

A. ISLAMISASI DALAM TRADISI LISAN

a. Tahap Konversi dan Tahap Domestikasi

Tahap Konversi dipahami sebagai perubahan dari satu sistem pengetahuan


sistem yang lain. Pada konteks tulisan ini, konversi diletakkan dalam spektrum
keagamaan, yang melalui itu konversi diartikan sebagai sebuah perubahan kepercayaan
masyarakat dari yang semula beragama Hindu-Buddha (non-Islam) menjadi Islam.
Meskipun sudah tertulis dalam bentuk karya historiografi, pada dasarnya ini merupakan
bentuk lanjut dari sebuah tradisi lisan yang dipercaya kebenarannya oleh masyarakat.

Berikut adalah ciri khusus dari tradisi lisan, di antaranya : pertama, adanya pesan
yang disampaikan secara lisan; dan kedua, pesan tersebut disampaikan dari generasi
sebelum generasi sekarang, baik melalui ucapan maupun melalui pidato, nyanyian,
pantun, nasihat, cerita rakyat, balada, legenda, atau mitos, yang ke semuanya
mengandung nilai-nilai moral atau nilai-nilai keagamaan

Pada tahap domestikasi ini, interaksi sosial-budaya masyarakat di satukan


melalui sebuah pertanggungjawaban kultural yang terejawantahkan baik dalam ritus
keagamaan ataupun dalam bentuk benda-benta material, seperti bangunan karaton,
masjid, dan sebagainya. Pada titik ini, masuknya Islam ke Nusantara bukan saja telah
menciptakan suatu komunitas baru, yakni komunitas yang terbentuk oleh kepercayaan
bersama, Islam, tetapi juga institusionalisasi dalam beragam dimensi kehidupan.

Sejak itulah, struktur baru dibangun di atas landasan yang ada, meskipun
polanya bisa jadi merupakan kesinambungan dari yang lama. . Sehingga ketika
pertanggungjawaban konversi telah dibuat dan komunitas baru telah terbentuk, dalam
hal ini Islam, maka yang dihadapi kini adalah pemantapan etika yang dilandaskan atas
ajaran Islam. Bahwasanya, dalam setiap pertanggungjawaban kultural yang diperankan
masyarakat Jawa, mereka selalu berinteraksi dengan tradisi di luar mereka. Bahwa di
sini, budaya Jawa nyatanya juga terpengaruh unsur-unsur luar Jawa. Pun bisa juga
sebaliknya, budaya Jawa yang memang dipahami begitu kokoh, akan memengaruhi
budaya-budaya di luar mereka.

b. Kasus Sumatera

Terkait Islamisasi dalam tradisi lisan yang berkembang di wilayah


Sumatera, Islamisasi Samudera Pasai kiranya penting diurai di awal bagian. Kasus
pertama yakni tentang konversi agama yang dilakukan oleh Merah Silu. Seperti
terangkum dalam Hikayat Raja-Raja Pasai, di Samudera Pasai Islamisasi dimulai setelah
Merah Silu yang kala itu merupakan penguasa Samudera, bermimpi bahwa Nabi yang
menampakkan diri kepadanya, mengalihkan secra gaib pengetahuan tentang Islam
kepadanya dengan cara meludah ke dalam mulutnya, dan memberinya gelar Sultan
Malik al-Salih. Setelah terbangun, sultan yang baru itu mendapati bahwa dia dapat
membaca Al-Qur’an walaupun dirinya belum pernah belajar, dan bahwa dia telah
dikhitan secara gaib. Dapat dimengerti bahwa para pengikutnya merasa takjub atas
kemampuan sultan mengaji dalam bahasa Arab. Melihat kasus di atas, terlihat bahwa
mimpi pada ghaibnya juga mampu berperan dalam sebuah proses Islamisasi. Dalam
banyak kasus, mimpi bisa menjadi kekuatan maha dahsyat yang akan mempengaruhi
sistem kognitif masyarakat, ataupun sistem kepercayaan penduduk.

c. Kasus Sulawesi

Dalam perkembangannya,  melalui beberapa tradisi lisan, konversi masyarakat


Buton ke dalam Islam juga diperkuat oleh munculnya mitos-mitos terkait Islam. Dalam
cerita lisan yang berkembang di masyarakat Makassar, Dato’ ri Bandang juga dipandang
sebagai tokoh utama yang melakukan pengislaman atas Raja Gowa dan Tallo. Seperti
dicatat oleh Noorduyn , ada sebuah cerita rakyat Makassar yang mengisahkan bahwa
Islamisasi di wilayah tersebut dimulai ketika ada seorang ulama dari
Minangkabau, Sumatera Barat, bernama Abdul Makmur Khatib Tunggal, yang tinggal
di pelabuhan Tallo dalam tahun 1605, dengan menumpang sebuah perahu yang
ajaib. Waktu Khatib Tunggal diberitahu tentang pertemuan raja dengan orang tua itu, ia
melihat bahwa yang tertulis di atas kuku ibu jari Raja Tallo itu ialah surah Al-
Fatihah. Khatib Tunggal menyatakan bahwa orang tua yang menjumpai baginda itu
adalah penjelmaan Nabi Muhammad Saw sendiri. Orang Makassar menamakan
penjelmaan Nabi Muhammad itu «Makkasaraki nabbi Muhammad». Sebagian orang
Makassar meginterpretasi kalimat itu sebagai asal mula nama kota «Makassar».

d. Kasus Kalimantan

Sejauh data yang tersedia, Islamisasi dalam tradisi lisan di Kalimantan dapat
dilacak, misalnya, dari kasus yang terjadi di kalangan masyarakat Anduhum,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di Banjarmasin, seperti terekam dalam Hikayat
Banjar, bahwa Islamisasi di Banjar terjadi setelah Pangeran Samudera memberontak
melawan pamannya, Pangeran Temanggung, yang bertahan di Negaradaha, guna
menuntut haknya menjadi raja sesuai wasiat kakeknya, yang mewariskan kerajaan
untuknya. Sesuai dengan saran pembantu-pembantunya, Pangeran Samudera mengirim
utusan ke Jawa untuk meminta bantuan tenaga prajurit dari Kesultanan Demak, yang
memang bersedia membantu apabila Pangeran Samudera bersedia memeluk Islam.

Sementara itu di Kutai, Kalimantan Timur cerita lisan tersebut menyebutkan


bahwa penyebaran Islam di Kalimantan Timur terjadi pada masa Kerajaan Kutai, yaitu
pada masa pemerintahan Raja Mahkota (1575-1610). Raja Mahkota adalah raja keenam
yang memerintah di Kerajaan Kutai dan ia belum memeluk agama Islam. Dalam
salasilah Kutai disebutkan bahwa agama Islam masuk ke Kerajaan Kutai dari Makassar.
Agama Islam dibawa dua tokoh agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji
Bandang dan Tuan Haji Tunggang.

B. ISLAMISASI DALAM TRADISI LISAN TAHAP KONVERSI DAN TAHAP


DOMESTIKA, KASUS MALUKU, KASUS PAPUA, KASUS JAWA.
a. Tradisi Lisan

Hutomo (1991: 11), menyatakan, dalam tradisi lisan terdapat (1) tradisi lisan
yang berupa perihal susastra lisan, (2) tradisi lisan yang berupa teknologi tradisional, (3)
tradisi lisan yang berupa segala sesuatu yang diketahui mengenai folk di luar pusat
istana atau kota metropolitan, (4) tradisi lisan yang berupa bagian-bagian dari religi dan
keyakinan mengenai folk di luar batas formal agama-agama besar, (5) tradisi lisan yang
berupa kesenian folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, dan (6) tradisi
lisan yang berupa peraturan atau adat.

Ciri-ciri umum tradisi lisan sebagai folklor pada umumnya ialah sebagai berikut;
Pewarisan dan penyebaran dilakukan secara lisan. Memiliki sifat menurut tradisi.
terdapat bentuk dan varian yang berbeda, tidak diketahui pengarang atau penciptanya
atau bersifat anonym, memiliki bentuk yang berpola, memiliki kegunaan (fungsi) bagi
kehidupan kolektifnya, memiliki logika tersendiri (di luar logika umum atau pralogis),
merupakan milik bersama suatu masyarakat, bersifat polos dan lugu (Danandjaj, 1997:
3-4). Bentuk bentuk tradisi lisan terdiri atas : 1. folk speech atau ragam tutur rakyat atau
bahasa rakyat seperti logat, julukan, jabatan tradisional, dan gelar kebangsawanan.
2.Ungkapan tradisional, meliputi peribahasa, pepatah, dan pameo. 3.teka-teki atau
pertanyaan tradisional. 4.puisi 14 rakyat yang meliputi gurindam, pantun, dan syair.
5.cerita prosa rakyat (legenda, dongeng, dan mitos) 6. nyanyian rakyat.
b. Kasus Maluku
Berdasar pada tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, proses Islamisasi di
wilayah ini secara intens terjadi sekitar tahun 1460-an dan semakin menguat di akhir
pemerintahan Kolano Marhum, seorang Kolano Ternate pertama yang menerima Islam.
Adalah Datu Maula Husein yang oleh masyarakat Ternate dianggap sebagai pembawa
Islam pertama di Maluku, khususnya ke Ternate. Menurut tradisi lisan yang berkembang
di masyarakat, Datu Maula Husein yang berasal dari Minangkabau, berhasil mendekati
istana dan menjalin hubungan persahabatan dengan Kolano Marhum. Ia bermukim
beberapa lama di Gresik, kemudian datang ke Ternate sebagai pedagang merangkap juru
dakwah
c. Kasus Papua

Nama Irian Jaya sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua
diganti kembali menjadi Papua. Pada tahun 2003, Papua dibagi menjadi dua provinsi;
bagian barat menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (tahun 2004 provinsi ini menjadi Papua
Barat), sedangkan bagian timur tetap memakai nama Papua. Ibukota Papua, Jayapura,
terdiri atas 9 Kabupaten, yaitu: Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Fak-Fak, Sorong,
Manokwari, Biak- Numfor, Yapen-Waropen, dan Nabire dan dua Pemerintahan Kota,
yaitu Kota Jayapura dan Kota Sorong, serta tiga pemerintahan Administratif, yakni
Puncak Jaya, Paniai dan Mimika. Di Papua ada 173 kecamatan yang mencakup 2.712
desa dan 91 kelurahan.

d. Kasus Jawa
Menurut Henri Nurcahyo, sekretaris ATL Jawa Timur, tradisi lisan dapat
menjadi kekuatan kultural dan salah satu sumber utama yang penting dalam
pembentukan identitas dan membangun peradaban. Bahwa tradisi lisan merupakan salah
satu deposit kekayaan bangsa untuk dapat menjadi unggul dalam ekonomi
kreatif.Tradisi lisan bukan hanya soal bahasa (lengkap dengan beragam dialeknya),
tetapi juga mencakup sastra lisan, seperti mite, legenda, dongeng, hikayat, mantra, dan
puisi serta berbagai bentuk seni pertunjukan. Bahkan juga termasuk sistem kognitif
masyarakat, seperti adat istiadat, sejarah, etika, obat-obatan, sistem geneologi, dan
sistem pengetahuan yang dituturkan secara turun-temurun di nusantara.

C. PENGETAHUAN UMUM PUSAT KEGIATAN INTELEKTUAL DAN KEBUDAYAAN


ISLAM DI DUNIA MELAYU

a. Epigrafi Islam Awal

Dalam arkeologi Islam, epigrafi merupakan salah satu jenis data dan disiplin
ilmu pengetahuan yang penting peranannya bagi upaya rekonstruksi kebudayaan,
sekaligus untuk mengetahui kemungkinan terjadinya difusi kebudayaan dari satu tempat
ke tempat lain.. Hasil-hasil penelitian epigrafi yang signifikan dalam kajian tentang
Islam Indonesia adalah bukti-bukti tulisan di berbagai media atau benda yang memiliki
atribut keislaman yang kuat, khususnya tulisan beraksara atau berhuruf Arab dan
berbahasa Arab, Melayu, Sunda dan sebagainya.

Melalui tempat di mana teks-teks Islam awal ditulis kita mengetahui bahwa
pusat-pusat penyebaran Islam sejak awal berada di kota-kota pelabuhan yang ramai
disinggahi para pedagang Arab, Persia, Turki, dan pedagang Muslim dari negara lain
entah dari Mesir, India, atau Tiongkok. Terdapat kecenderungan kuat bahwa teks-teks
itu ditulis oleh mereka yang mempunyai hubungan erat dengan tasawuf atau tariqat-
tariqat sufi yang pada abad ke-12 – 13 M berkembang dengan maraknya di seantero
dunia Islam. Inskripsi Islam tertua adalah tulisan yang dipahat pada batu nisan, makam
seorang Muslimah di Leran, Gresik, Fatimah binti Maimun . Makam ini ditemukan di
sebuah pelabuahan tua di selat madura. Isi inskripsi pada makam ini bercorak sufistik
serta corak aksara arab memperlihatkan adanya pengaruh dari Persia.

b. Tiga Titik Pusat Perkembangan Kebudayaan


Pada zaman Islam melayu terdapat tiga titik sentral di mana kebudayaan dan
tradisi intelektual Islam dikembangkan. Tiga titik sentral itu ialah istana, pesantren dan
pasar. Di tiga titik sentral inilah kegiatan penulisan kitab keagamaan, keilmuan dan juga
sastra dilakukan. Kitab-kitab yang ditulis ini diajarkan di lembaga pendidikan formal
dan non-formal. Melalui pengajaran menggunakan kitab-kitab ini pandangan hidup ,
gambaran dunia dan sistem nilai Islam ditanamkan di lembaga-lembaga pendidikan
yang ada. Dalam hubungannya dengan kegiatan penulisan kitab keagamaan dan sastra
misalnya, dan kepentingannya dalam menanamkan semangat keagamaan, masing-
masing dari pusat kegiatan intelektual ini memiliki kecenderungan, kepentingan dan
wawasan budaya yang berbeda-beda. Kebiasaan membacakan hikayat dengan suara
keras juga dikemukakan dalam Sejarah Melayu. Jika kebudayaan diartikan sebagai
struktur batin dari kehidupan suatu kaum atau umat, yaitu pandangan hidup , gambaran
dunia dan tatanan nilai, maka dua komponen utama itulah yang berperan menanamkan
nilai-nilai dan pandangan hidup yang terkandung dalam ajaran Islam kepada
pemeluknya melalui berbagai kegiatan seperti peribadatan, upacara keagamaan, seni,
sastra, organisasi sosial, ekonomi, perdagangan dan pendidikan

Para sufi juga memainkan perana besar dalam proses penyebaran islam di
nusantara, merekalah yang pada mulanya menggunakan bahasa Melayu sebagai media
penulisan kitab keagamaan, keilmuan dan sastra. Teks tesebut memperlihatkan adanya
perkembangan pesat pada bahasa melayu setelah proses islamisasi, bahasa melayu inilah
yang disebut sebagai bahasa melayu pasai. Bahasa Melayu Pasai dalam
perkembangannya kelak menjadi bahasa pergaulan antar etnik dan bangsa di kepulauan
Nusantara dalam bidang perdagangan, keagamaan, intelektual dan sastra. Pada masa itu
hikayat tidak hanya di gemari oleh masyarakat biasa, namun juga para penghuni istana.
Bahkan di istana juga terdapat jabatan jurutulis yang tugasnya menulis surat-surat
kerajaan dan lamaran putra raja terhadap orang tua gadis yang dipinangnya. Surat-surat
itu harus ditulis dalam bahasa yang indah.

c. Barus, Pelabuhan, Dan Pusat Tasawuf

Barus berada di pantai barat sumatra, sebelum abad ke-17 merupakan sebuah kota
mashur, kota ini mashur sebagai pelabuhan yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal
dagang asing terutama dari china, india, arab, persia, turki, dan portugis. Menurut
Ptolomeus kapal-kapal athena telah singgah di barus sepanjang abad ke-4 dan ke-3 M.
begitu pula kapal-kapal Fir`aun dari Mesir untuk membeli kapur barus atau kamfer,
bahan yang diperlukan untuk membuat mummi Namun sebagai pelabuhan dagang kota
ini baru mencapai kemakmuran pada abad ke-7 tidak lama setelah berdirinya kerajaan
Sriwijaya. Sebelum penduduk barus memeluk agama islam dan juga kristen mereka
dikenal dengan kepandaianya dalam ilmu sihir. Nama barus sendiri diberikan oleh
orang-orang melayu yang berpindah ke tempat ini dan berbaur dengan penduduk asli
hingga terbentuklah suku mandaling yang beragamaa islam. Pada abad ke-13 setelah
jatuhnya kekhalifahan baghdad ke tangan bangsa mongol para ahli sufi kemudian
bekerjasama dengan organisasi-organisasi dagang yang mempunyai jaringan yang luas
dan membentuk ta’ifa selain itu mereka juga mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
islam dan tempat llatihan-latihan kerohanian bagi para pengikut tariqat mereka. Para sufi
ini berdakwah denga menggunakan bahasa dan budaya lokal.

d. Samudra Pasai

Samudra pasai adalah kerajaan Islam awal di Nusantara yang berpengaruh dan tumbuh
dari sebuah pelabuhan kecil menjadi pusat penyebaran Islam pertama dalam arti
sebenarnya di Asia Tenggara. Pendirinya Meura Silu setelah memeluk agama Islam
mengganti nama menjadi Malik al-Saleh. ibukota kerajaan ini pada awalnya terletak di
muara sungai Peusangan, namun setelah diserang Majapahit pada tahun 1365 M ibukota
di pindah ke wilayah Lhok Seumawe, tidak jauh dari situ. Bahasa melayu pasai ini
jugalah yang digunakan oleh syekh abdul rauf al-sinkili dalam menyusun kitab hukum
syarak pertama di dunia melayu pada tahun 1663 M. Begitu pula bahasa Melayu Pasai
yang digunakan Syekh Syamsudin al-Sumatra’i dalam menulis risalah-risalah
tasawufnya. Dalam kitab karangannya itu yaitu Mir’at al-Tullab fi Tashil Ma`rifat
Ahkam al-Syar`iyyah li al-Malik al-Wahab .Berkuasa lebih kurang 29 tahun . Kerajaan
Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pasai dan Peurlak, dengan raja
pertama Malik al-Saleh. Pada masa pemerintahan sultan muhammad al-zahir samudra
pasai mengeluarkan mata uang emas yang sampai sekarang diyakini sbagai mata uang
emas tertua yang di keluarkan kerajaan islam asia tenggara.

e. Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Banda Aceh
Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang
dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Kesultanan aceh didirikan oleh sultan ali mughayat syah pada tahun 1496. Pada awalnya
kerajaan ini berdiri atas wilaya kerajaan lamuri, kemudian menundukkan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya yang mencangkup Dya, Pedir, Lidie,
Nakur. Pada tahun 1524 wilayah pasai juga menjadi bagian dari kesultanan aceh diikuti
dengan Aru. Pada tahun 1528 Ali Mughayat Syah digantikan oleh putra sulungnya yang
bernama Salahuddin yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537, kemudian Salahuddin
digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar yang berkuasa hingga tahun
1571. Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda atau Sultan Meukuta Alam.

Anda mungkin juga menyukai