Anda di halaman 1dari 11

Tugas Kelompok

Akuntansi Keuangan I
Kelompok X

Nama Kelompok :
Dewa Nyoman Sandya Summa (1933122097)
Rikardus Suku Lero (1933122050)
PERSEDIAAN : MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN

Tantangan yang terus dihadapi toko-toko swalayan adalah memiliki persediaan yang
cukup ditangan guna memenuhi permintaan pelanggan, tetapi pada saat yang sama tidak
terlalu banyak menumpuk persediaan. Jika permintaan lebih kecil dari perkiraan, maka toko
swalayan mungkin terpaksa akan menurunkan harga yang mengakibatkan hilangnya
pendapatan penjualan.

Berdasarkan pendapat seorang analis yaitu “ ketika persediaan tumbuh lebih cepat
daripada penjualan, maka laba akan jatuh.” Artinya, apabila peritel mengalami
pertumbuhan penjualan yang lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka
penurunan harga jual biasanya tidak lama lagi akan dilakukan. Penurunan harga ini
selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan laba menjadi lebih rendah.

Persediaan merupakan barang atau bahan yang disimpan dan akan digunakan pada saat
tertentu dan dengan tujuan tertentu. Misalnya untuk proses produksi, untuk dijual kembali
atau sebagai cadangan dari peralatan yang digunakan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah
beberapa penjelasan mengenai persediaan menurut para ahli :

Dalam bukunya Sofyan Assauri (2004;169) berpendapat, bahwa: Persediaan


merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses
yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk
yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Hani Handoko mengemukankan bahwa persediaan atau inventory adalah sebuah istilah
yang digunakan untuk menunjukan segala sesuatu atau sumber daya yang disimpan sebagai
antisipasi pemenuhan terhadap munculnya permintaan (Hani Handoko, 2000;333)

Secara sederhana diungkapkan bahwa “Inventory atau persediaan merupakan


simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.” (Lalu
Sumayang, 2003;189)
Menurut Warren (2005;452) menyatakan “Persediaan (inventory) digunakan untuk
mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam bisnis
perusahaan dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu”.

Berdasarkan definisi yang dikemukaan para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa persediaan merupakan simpanan barang yang digunakan untuk memenuhi
permintaan para konsumen. Pada PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan
sebagai aset : (i) untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (ii) dalam proses produksi
untuk kemudian dijual; (iii) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.

1. Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya Terendah atau Nilai


Realisasi Bersih
Pencatatan persediaan dicatat berdasarkan biaya yang digunakan untuk persediaan
tersebut. Akan tetapi, biasanya persediaan mengalami penurunan nilai karena kerusakan,
keusangan, penurunan harga, dan lain-lain yang menyebabkan nilai persediaan juga
diturunkan. Oleh karena itu, persediaan dilaporkan pada biaya/nilai terendah atau nilai
realisasi bersih.

 Net Realizable Value (Nilai Realisasi Bersih)


Net realizable value (nilai realisasi bersih) adalah estimasi harga jual dalam keadaan
bisnis normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya untuk penjualan.
Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar – Batas Atas dan Batas Bawah
Pemakaian biaya pengganti memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempertahankan
timngkat laba kotor yang konsisten atas penjualan (marjin laba yang normal).Akan tetapi,
kadang-kadang penurunan biaya pengganti suatu barang tidak menunjukkan penurunan
manfaat (utilitas). Jadi, dua pembatasan penilaian tambahan akan dugunakan untuk menilai
persediaan akhir yaitu nilai realisasi bersih dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba
normal.
Nilai realisasi bersih (net reasizable value – NRV) merupakan etimasi harga jual dalam
keadaan bisnis normal dikurangi dengan etimasi biaya penyelisaian dan penjualan yang
dapat diprediksi secara layak.Jumlah teresebut dikurangi dengan marjin laba normal untuk
mendaparkan nilai reaisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable value less a
normal profil margin).
Contoh : dengan mengasumsikan bahwa Pixar Iternational Corp. Memiliki persediaan
barang yang belum jadi dengan nilai jual Rp. 20.000.000,00, estimasi biaya penyelesaian
Rp. 5.000.000,00, dan marjin laba normal 10% dari penjualan, Pixar Internasional Corp.
Menentukan nilai realisasi bersih sebagai berikut :
Persediaan – nilai jual Rp. 20.000.000,00
Dikurangi : Estimasi biaya penyelesaian dan penjualan 5.000.000,00
Nilai realisasi bersih 15.000.000,00
Dikurangi : penyisihan untuk marjin laba normal
(10% dari penjualan) 2.000.000,00
Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal Rp. 13.000.000,00
Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah persediaan
dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga
jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih
dikurangi marjin laba normal. 
Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan.Batas bawah (floor)
adalah nilai reasisai bersih dikurangi marjin laba normal.Kedua batasan nilai persediaan itu
dimaksudkan untuk mencegah persediaan dilaporkan lebih-saji atau kurang-saji.
Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai reasisasi bersih (batas atas), mencegah
lebih-saji nilai perseidaan yang rusak.Yaitu jika biaya pengganti suatu barang lebih besar
dari nilai realisasi bersihnya, maka persediaan tidak boleh dilaporkan menurut biaya
pengganti.
Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi
penyisihan untuk perkiraan marjin laba normal (batas bawah).Pembatasan ini menetapkan
batas bawah, dimana persediaan tidak boleh dinilai tanpa memperhatikan biaya
penggantinya.
   
 Methods of Applying LCNRV / Metode Pengaplikasian LCNRV
LCNRV diaplikasikan pada setiap jenis makanan. Akan tetapi, LCNRV juga bisa
diaplikasikan pada setiap barang, setiap kategori atau total persediaan.
Pada umumnya, LCNRV diaplikasikan atas dasar barang per barang. Itu dikarenakan
aturan pajak banyak Negara mewajibkan penilaian persediaan barang per barang yang
digunakan. Selain itu, pendekatan tiap item memberikan nilai terendah pada penyajian
neraca. Akan tetapi apapun yang digunakan perusahaan, metode tersebut harus
diaplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lainnya.
  
 Recording Net Realizable Value Instead of Cost/Pencatatan Nilai Realisasi Bersih
Termasuk Biaya
Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk mencatat efek pendapatan dari
penilaian  pada nilai realisasi bersih. Metode pertama yaitu metode harga pokok penjualan
(COGS Method), dimana HPP didebitkan untuk penghapusan persediaan. Metode kedua,
yaitu metode kerugian (Loss Method), dimana kerugian didebitkan untuk menghapus
persediaan.

2. Valuation Bases/Dasar Penilaian


 Special Valuation Situations/Penilaian Situasi Spesial(khusus)
Berdasarkan aturan LCNRV dapat dibenarkan dalam situasi ketika biaya sulit untuk
ditentukan, item dapat segera dipasarkan dengan harga pasar yang berlaku, dan unit produk
yang dipertukarkan. Terdapat dua situasi umum di mana Nilai realisasi bersih adalah aturan
umum:
 Aset pertanian
 Komoditas yang dilakukan oleh broker-pedagang.

 Agricultural Inventory(Persediaan Pertanian)


Agricultural Inventory dibagi menjadi dua tipe yaitu, pertama,  Aset biologis yang
dikategorikan Aset tidak Lancar. Aset biologis adalah hewan yang hidup atau tanaman,
seperti domba, sapi, pohon buah-buahan, atau tanaman kapas.
Aset biologis diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan
dilakukan dengan mengurangi nilai wajar terhadap biaya untuk menjual (NRV). Pada
umumnya, perusahaan mencatat keuntungan atau kerugian akibat perubahan NRV aset
biologis dalam pendapatan pada saat hal tersebut terjadi. Tipe kedua, yaitu Agricultural
produce. Agricultural produce adalah produk yang di panen dari aset biologis, seperti wol
dari domba, susu dari sapi perah, mengambil buah dari pohon buah, atau kapas dari
tanaman kapas.
Hasil pertanian yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (NRV) pada
titik panen. Setelah dipanen, NRV menjadi biaya.

 Commodity Broker-Traders/Komoditas yang dilakukan oleh broker-pedagang.


Commodity Broker-Traders umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual (NRV), dengan perubahan NRV diakui sebagai pendapatan
pada periode perubahan. Broker-Traders membeli atau menjual komoditi (seperti jagung
yang dipanen, gandum, logam mulia, minyak pemanas). Tujuan utama adalah untuk
menjual komoditas dalam jangka dekat dan menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga.

3. Valuation Using Relative Sales Value/ Penilaian Menggunakan Nilai Relatif


Penjualan

Biasanya perusahaan membeli sekelompok unit yang berbeda dangan satu harga yang
seharusnya harganya juga berbeda-beda. Ketika menghadapi situasi semacam itu, praktek
yang paling umum dan paling logis adalah mengalokasikan total biaya di antara berbagai
unit atas dasar nilai relative penjualan.

4. Purchase Commitments/Komitmen Pembelian


Dalam banyak bisnis, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada tersedianya
persediaan barang dagangan. Akibatnya, sangat wajar bagi perusahaan untuk membuat
komitmen pembeliaan. Umumnya jika harga kontrak lebih besar dari harga pasar, dan
kerugian diperkirakan akan muncul pada saat pembeliaan dilaksanakan,maka kerugian
harus diakui dalam periode terjadinya penurunan harga.

5. Gross Profit Method of Estimating Inventory/ Metode Laba Kotor Untuk


Mengestimasi Persediaan

Metode laba kotor adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi persediaan
karena kadang-kadang perhitungan fisik tidak praktis dilakukan.

Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa keakuratan
catatan persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah
persediaan.

Salah satu metode yang dimaksud adalah metode laba kotor, metode ini digunakan
secara luas oleh para auditor dalam situasi dimana hanya diperlukan suatu estimasi atas
persediaan perusahaan. Metode ini juga digunakan ketika catatan perusahaan atau
persediaan itu sendiri telah musnah akibat kebakaran atau bencana lain.

 Metode laba kotor didasarkan pada tiga asumsi :

 Persediaan Awal + Pembeliaan = Total barang yang diperhitungkan


 Barang yang belum terjual harus berada ditangan
 Jika penjualan – biaya – jumlah persediaan yang + pembeliaan, = persediaan akhir

 Gross profit percentage/Perhitungan Persentase Laba Kotor


Persentase laba kotor adalah persentase dari harga jual. Laba kotor atas harga jual adalah
metode yang umum untuk menghitung laba karena sebagian besar barang dijual atas dasar
eceran, laba yang dihitung atas harga jual lebih rendah daripada laba yang didasarkan pada
biaya, dan persentase yang lebih rendah disukai pelanggan, laba kotor yang didasarkan
harga jual tidak pernah melebihi 100%.

1. Perhitungan Persentase Laba Kotor

a. Laba kotor atas harga jual = Persentase markup atas biaya

100% + persentase markup atas biaya

b. Persentase markup atas biaya = Laba kotor atas harga jual

      100% - laba kotor atas harga jual

 Evaluation of Gross Profit Method/Evaluasi Metode Laba kotor


1. Memberikan estimasi persediaan akhir.
2. Menggunakan persentase masa lalu dalam perhitungan.
3. Metode laba kotor memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
Tingkat laba kotor mungkin tidak representatif.
4. Biasanya tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan keuangan. IFRS memerlukan
persediaan fisik sebagai verifikasi tambahan. Salah satu kelemahan utama metode
laba kotor adalah bahwa metode ini menghasilkan suatu emisi, akibatnya, perhitungan
fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan
yang sebenarnya ada ditangan. Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase
masa lalu dalam menentukan markup. Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok
harus dilakukan secara hati-hati. 
6.    Retail Inventory Method/Metode Persediaan Eceran

Retail Inventory Method adalah sebuah metode yang digunakan oleh pengecer, untuk
persediaan nilai tanpa perhitungan fisik, dengan mengkonversi harga eceran biaya.
Pencatatan metode persediaan eceran dilakukan atas : total biaya dan nilai eceran dari
barang yang dibeli, jumlah biaya dan nilai eceran dari barang yang tersedia untuk dijual,
dan penjualan untuk periode.
Akuntansi dalam persediaan untuk bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan retailer
yang memiliki jenis persediaan tertentu bisa menggunakan metode identifikasi khusus
untuk menilai persediaan, lain halnya dengan retailer yang bervolume tinggi yang memiliki
banyak persediaan maka akan sulit menentukan. Alternative yang bisa dilakukan adalah
menyusun persediaan menurut harga eceran. Dalam perusahaan terdapat pola yangd apat
diamati dalam biaya dan harga. Karena itu, harga eceran dapat dikonversikan menjadi biaya
dengan suatu rumus yang dinamakan metode persediaan eceran. Metode ini mensyaratkan
bahwa pencatatan dilakukan atas:
1.       Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli
2.       Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual
3.       Penjualan periode berjalan
Ada beberapa versi metode persediaan eceran : metode konvesional (nilai terendah
antara biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya, metode eceran LIFO, dan metode
eceran LIFO nilai dolar. Metode eceran tersebut didukung oleh IRS, berbagai asosiasi
perusahaan eceran dan profesi akuntani , serta dengan metode ini saldo persediaan dapat
diestimasi tanpa perhitungan fisik. Metode ini juga berfungsi sebagi perangkat
pengendalian.
Metode Persediaan Eceran dengan Markup dan Markdown- Metode Konvensional
                Mark Up berarti tambahan atas harga eceran awal, Mark Down berarti penurunan
tingkat harag eceran awal. Perusahaan menggunakan konsep ini untuk melakukan penilaian
yang layak pada akhir periode akuntansi.
                Format dasar dari metode persediaan eceran memakai persediaan LCM. Karena
adanya dampak perataan, maka penilaian LCM yang tidak diperoleh, tetapi perkiraan yang
memadai dapat diperoleh. Sebaiknya penambahan mark up bersih dan pengurangan mark
down bersih menghasikan perkiraan biaya. Pos-pos khusus yang berhubungan dengan
metode eceran adalah: biaya pengangkutan, return pembelian, diskon pembelian dan
pengurangan harga, diskon penjualan dan pengurangan harga, transfer masuk , kekurangan
normal , kekurangan abnormal , dan diskon untuk karyawan.
 Konsep Metode Eceran
Perusahaan eceran menggunakan konsep markup dan markdown. Markup adalah
tambahan atas harga eceran awal. Pembatalan markup adalah penurunan harga barang
dagang yang sebelumnya telah di-markup di atas harga eceran awal. Markdown adalah
penurunan harga jual awal. Pembatalan markdown adalah apabila markdown kemudian
dioffset oleh kenaikan harga barang yang sebelumnya telah di markdown.

 Conventional method/Metode Konvensional


Metode persediaan eceran konvensional dirancang untuk memperkirakan nilai
terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.

 Special items/Item khusus


a.       Biaya pengangkutan adalah bagian dari pembeliaan.
b.       Retur pembeliaan adalah pengurangan biaya maupun harga eceran.
c.        Diskon pembeliaan adalah pengurang pembeliaan.
d.   Transfer-in dari department lain dilaporkan dengan cara yang sama seperti pada
pembeliaan dari perusahaan lain.

 Evaluation Retail Inventory Method/Evaluasi Metode Persediaan Eceran


Ada beberapa alas an digunakan metode ini, yaitu :
a.       Laba bersih dapat dihitung tanpa menghitung secara fisik dari persediaan.
b.       Mengontrol kekurangan persediaan.
c.        Mengatur kuantitas persediaan di tangan.
d.       Untuk informasi akuntansi.

7. Presentation and Analysis/Penyajian dan Analisis

 Presentation Inventoy/Penyajian Persediaan


Standart akuntansi mengharuskan persediaan, pembiayaannya dan metode kalkulasi
biayanya diungkapkan di laporan keuangan. Dasar penilaian seperti FIFO, LIFO, Rata-rata,
dll yang dipakai perhitungan juga harus dilaporkan. Pengaplikasiaannya juga harus
dilakukan secara konsisten. Jika metode diubah, maka perubahannya juga harus dilaporkan.

 Analysis Inventory/Analisis Persediaan


Rasio-rasio digunakan oleh manajemen untuk menganalis persediaan. Rasio-rasio
yang umum digunakan adalah Rasio Perputaran Persediaan (inventory turnover) dan
jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan (average days to sell the inventory).

Anda mungkin juga menyukai