Anda di halaman 1dari 9

Bab 9

Persediaan : Isu Penilaian Tambahan

A. Nilai Terendah dari Biaya perolehan atau Realisasi Netto


Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Namun, jika persediaan turun nilainya
sampai ke tingkat di bawah biaya aslinya, maka harus beralih dari prinsip biaya historis.
Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan
(kemampuan menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya.
1. Nilai realisasi netto
Biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan
menggunakan salah satu metode berbasis biaya historis yaitu identifikasi
khusus, biaya rata-rata, atau FIFO. Nilai realisasi netto (net realizablee value–
NRV) mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk
direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah
estimasi harga penjualan dalam kegiatan bisnis biasa dikurangi estimasi biaya
untuk menyelesaikan dan estimasi biaya untuk melakukan penjualan.
Persediaan tidak boleh dilaporkan pada jumalah yang lebih tinggi dari realisasi
yang diharapkan dari penjualan atau penggunaan. Perusahaan harus
membebankan kerugian utilitas terhadap pendapatan pada periode dimana
kerugian terjadi, bukan dalam periode penjualan. Sehingga perusahaan
perusahaan melporkan persediaan pada nilai terendah dari biaya perolehan atau
Realisasi Netto pada setiap tanggal pelaporan.
2. Ilustrasi LCNRV ( Lower of cost or net realizable valuee)
Perusahaan menilai persediaan sebesar LCNRV. Perusahaan
mengestimasi nilai realisasi netto berdasarkan bukti yang paling dapat
diandalkan dari jumlah yabg dapat direalisasi pada persediaan (harga penjualan
yang diharapkan, biaya penyelesaian, dan biaya penjualan yang diharapkan).
Nilai persediaan akhir akan sama dengan jumlah dari LCNRV dari masing-
masing item persediaan.
3. Penerapan metode LCNRV
Dalam ilustrasi Regner Foods, perusahaan menerapkan aturan LCNRV
untuk setiap jenis makanan. Namun perusahaan dapat menerapkan aturan
LCNRV kepada sekelompok item serupa yang terkait atau pada keseluruhan
persediaan.

1
Jika perusahaan pendekatan kelompok item yang serupa atau terkait atau
pendekatan total persediaan dalam menentukan LCNRV, kenaikan harga pasar
cenderung akan menyaling hapus (offset) penurunan harga pasar.
Dalam kebanyakan situasi, harga persediaan berdasarkan item per
item.bahkan peraturan pajak di beberapa negara mengharuskan perusahaan
menggunakan basis item individu jika tidak ada kesulitan dalam praktiknya.
Selain itu, pendekatan item individu memberikan penilaian terendah untuk
tujuan laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, perusahaan menilai
persediannya secara keseluruhan ketika perusahaan menawarkan hanya satu
produk akhir, maka perusahaan dapat menggunakan pendekatan serupa atau
terkait. Metode apapun yang dipilih, perusahaan harus menerapkan metode
tersebut secara konsisten dari satu periode ke periode lain.
4. Mencatat nilai realisasi neto, bukan biaya perolehan
Metode yang dapat digunakan yaitu pertama metode beban pokok
penjualan (cost of good sold), dengan mendebet beban pokok penjualan untuk
menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi neto. Akibatnya, perusahaan
tidak melaporkan kerugian dalam laporan laba-rugi karena beban pokok
penjualan sudah termasuk jumlah kerugian. Metode kedua disebut sebagai
metode kerugian (loss method), dengan mendebet akun kerugian untuk
menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi neto.
Metode cost of goods sold menghapus kerugian pada akun cost of goods
sold. Sedangkan, metode kerugian menunjukkan kerugian tersebut secara
terpisah dari cost of goods sold dalam laporan laba-rugi dengan
mengidentifikasi kerugian akibat penurunan nilai.
5. Penggunaan penyisihan
Daripada mengkredit akun persediaan untuk penyesuaian nilai realisasi
neto, perusahaan umumnya menggunakan akun penyisihan, yang sering disebut
sebagai “penysisihan untuk mengurangi persediaan ke nilai realisasi neto”.
Penggunaan akun penyisihan menyebabkan perusahaan melaporkan biaya
perolehan dan nilai realisasi neto persediaan.
6. Pemulihan kerugian persediaan
Dalam periode setelah penurunan nilai, kondisi ekonomi dapat berubah
sehingga nilai realisasi neto persediaan yang sebelumnya diturunkan nilainya
mungkin menjadi lebih besar dari biaya perolehan, atau ada bukti yang jelas

2
akan peningkatan nilai realisasi neto. Dalam situasi ini, jumlah penurunan nilai
akan dibalik, dengan pembalikan yang dibatasi dengan jumlah penurunan
sebelumnya. Akun penyisihan kemudian disesuaikan pada periode berikutnya,
sehingga persediaan dilaporkan pada LCNRV.
Dengan demikian, jika harga jatuh, perusahaan mencatat tambahan
penurunan nilai. Jika harga naik, perusahaan mencatat kenaikan pada laba.
Dalam situasi lain, persediaan tidak boleh dilaporkan pada nilai persediaan
diatas biaya aslinya.
7. Evaluasi aturan LCNRV
Aturan LCNRV memiliki beberapa kekurangan secara konseptual :
a. Perusahaan mengakui penurunan nilai aset dan membebaskannya pada
periode dimana kerugian tersebut terjadi, bukan dalam periode dimana
aset tersebut dijual. Di sisi lain, perusahaan mengakui kenaikan nilai
aset hanya pada saat penjualan. Perlakuan yang tidak konsisten ini
dapat mendistorsi laba.
b. Penerapan aturan LCNRV menghasilkan inkonsistensi, karena
perusahaan menilai persediaan pada biaya perolehan dalam satu tahun
dan pada nilai realisasi neto tahun berikutnya.
c. LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara
konservatif , tetapi dampaknya terhadap laporan laba-rugi mungkin
atau tidak mungkin menjadi konservatif. Laba neto untuk tahun ketika
kerugian pastinya lebih rendah. Namun demikian, laba neto periode
berikutnya mungkin lebih tinggi dari periode normal jika pengurangan
harga penjualan yang diharapkan tidak material.
B. Dasar Penilaian
1. Situasi Penilaian Khusus
Pada umumnya perusahaan mencatat persediaan pada LCNRV. Namun ada
beberapa situasi dimana perusahaan beralih dari aturan LCNRV.Dua situasi
umum dimana realisasi neto menjadi aturan umum untuk menilai persediaan,
yaitu :
a. Persediaan aglikultur
Secara umum, kegiatan pertanian menghasilkan 2 jenis aset aglikultur,
yaitu :

3
- Aset biologis (diklasifikasikan sebagai aset lancar) adalah hewan
atau tanaman hidup, seperti domba, sapi, pohon buah-buahan
atau tanaman kapas. Aset biologis diukur pada pengakuan awal
dan pada akhir pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual (nilai realisasi neto). Perusahaan mencatat kekurangan
atau kerugian yang diakibatkan perubahan nilai realisasi neto
dari aset biologis pada pendapatan ketika perubahan tersebut
terjadi.
- Hasil aglikultur adalah produk yang dipanen dari aset biologis
seperti, wol dari domba, susu dari sapi, buah dari pohon buah,
atau kapas dari tanaman kapas. Hasil aglikultur diukur pada nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual (niali realisasi neto) pada
saat panen. Setelah dipanen, nilai realisasi neto dari hasil
aglikultur menjadi biaya perolehan dan aset ini mirip.dengan
persediaan lainnya yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan
bisnis normal.
b. Komoditas broker trader
Broker trader membeli atau menjual komoditas ( seperti jagung panen,
gandum, logam mulia, minyak pemanas) kepada pihak lain atau pada
akun mereka sendiri. Tujuan utama pemilikan persediaan ini adalah
untuk menjual komoditas dalam waktu dekat dan menghasilkan
keuntungan dari fluktuasi harga. Komoditas broker trader juga
umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual (nilai realisasi neto) dengan perubahan nilai
realisasi neto yang akan diakui pada laporan laba-rugi periode saat
perubahan terjadi.
2. Penilaian menggunakan nilai penjualan relatif
Perusahaan menggunakan nilai penjualan relatif ketika membeli kelompok unit
yang berbeda dalam satu pembelian keranjang atau disebut juga pembelian
lump-sum. Sebagai contoh ketika suatu developer membeli tanah seharga 1 juta
dolar yang dibagi menjadi 400 petak tetapi tanah tersebut dapat dibagi ke dalam
3 kelompok berdasarkan kualitas. Sehingga jumlah berbagai unit dialokasikan
atas dasar nilai penjualan relatif.
3. Komitmen pembelian

4
Komitmen pembelian merupakan perjanjian untuk membeli persediaan
beberapa Minggu, bulan, atau bahkan tahun ke depannya. Umumnya, penjual
tetap memiliki hak atas barang atau bahan yang tercakup dalam komitmen
pembelian. Biasanya, tidak perlu dan tidak tepat bagi pembeli untuk membuat
setiap jurnal yang mencerminkan komitmen pembelian barang yang belum
dikirimkan oleh pelanggan. Pesanan biasa dimana pembeli dan penjual akan
menentukan harga pada saat pengiriman dan masih bisa dikenakan pembatalan,
tidak merepresentasikan aset atau liabilitas bagi pembeli. Oleh karena itu,
pembeli tidak perlu mencatat komitmen pembelian dalam laporan keuangan.
Tetapi, jika pembeli menandatangi pembelian formal yang tidak dapat
dibatalkan, dan jumlahnya materiil, maka pembeli harus mengungkapkan
perincian kontrak tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.
C. Metode Laba Bruto dalam Mengestimasi Persediaan
Auditor banyak menggunakan metode ini dalam situasi dimana mereka hanya perlu
estimasi jumlah persediaan perusahaan dan ketika kebakaran atau bencana lainnya yang
menghancurkan persediaan. Metode laba bruto bergantung pada 3 asumsi, yaitu:
 Persediaan awal ditambah pembelian yang sama dengan total barang yang akan
diperhitungkan.
 Barang tidak terjual yang harus tersedia.
 Penjualan, dikurangi dengan biaya perolehan, dikurangi persediaan awal
ditambah pembelian, sama dengan persediaan akhir.
1. Perhitungan persentase laba bruto
Persentase laba bruto dinyatakan sebagai persentase dari harga penjualan. Laba
bruto pada harga penjualan adalah metode umum untuk menyatakan laba karena
beberapa alasan yaitu :
a. Sebagian besar perusahaan menyatakan barang berdasarkan ritel, tidak
berdasarkan biaya perolehan.
b. Laba yang dinyatakan pada harga penjualan nilainya lebih rendah
daripada yang dinyatakan berdasarkan biaya perolehan. Tingkat yang
lebih rendah ini memberikan kesan yang baik kepada konsumen.
c. Laba bruto berdasarkan harga penjualan tidak dapat melebihi 100%
2. Evaluasi metode laba bruto
Metode laba bruto memiliki kelemahan sebagai berikut :

5
a. Metode ini hanya memberikan estimasi. Akibatnya, perusahaan tetap
harus menghitung persediaan fisik setahun sekali untuk memverifikasi
persediaan yang benar-benar ada.
b. Metode laba bruto menggunakan persentase masa lalu dalam
menentukan markup. Meskipun persentase masa lalu sering
memberikan jawaban atas persentase masa depan, penggunakan
tingkat kini lebih tepat.
c. Perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan tingkat laba bruto
yang universal. Sering kali sebuah toko atau departemen menangani
persediaan barang dagangan dengan tingkat laba bruto yang sangat
beragam.

Metode laba bruto biasanya tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan
keuangan karena hanya menyediakan estimasi. IFRS mensyaratkan
persediaan fisik sebagai verifikasi tambahan dari persediaan yang
ditunjukkan dalam catatan.

D. Metode Persediaan Ritel


Metode ini membutuhkan peritel mencatat total biaya dan nilai ritel dari barang
yang dibeli, total biaya dan nilai ritel dari barang tersedia untuk dijual, dan penualan
untuk periode berjalan.
Metode persediaan ritel sangat berguna untuk semua jenis laporan intern karena
laporan tersebut membutuhkan pengukuran persediaan yang cepat dan dapat
diandalkan. Metode ini juga bertindak sebagai alat pendendalian karena perusahaan
harus menjelaskan jika ada penyimpangan perhitungan fisik pada akhir tahun. Metode
ritel turut memberikan legitimasi tambahan atas perhitungan persediaan fisik pada akhir
tahun.
1. Konsep Metode Ritel
Untuk peritel, markup berarti tambahan dari harga ritel asli. Pembatalan
markup adalah penurunan harga barang dagangan yang telah dimarkup oleh
peritel di atas harga ritel asli. Dalam pasar yang kompetitif, peritel sering
kali menggunakan markdown yaitu penurunan harga penjualan asli.
Pembatalan markdown terjadi ketika markdown yang dilakukan kemudian

6
menyaling hapus dengan kenaikan harga barang yang telah dimarkdown
oleh peritel. Pembatalan markup atau pembatalan markdown nilainya tidak
dapat melebihi Mario atau merkdown asli yang dilakukan.
2. Metode persediaan ritel dengan markup dan markdown–metode
konvensional
Peritel menggunakan konsep markup dan markdown dalam
melakukan penilaian persediaan yang tepat pada akhir periode akuntansi.
Untuk mendapatkan angka yang tepat, perusahaan harus memberikan
perlakuan yang tepat untuk markup, pembatalan markup, markdown, dan
pembatalan markdown.
Markup biasanya menunjukkan peningkatan nilai dari penjualan
item. Di sisi lain, markdown berarti penurunan utilitas dari item tersebut.
Oleh karena itu, untuk untuk memperkirakan LCNRV kita akan
mempertimbangkan markdown sebagai kerugian, sehinggak kita tidka akan
memasukkan markdown tersebut dalam perhitungan rasio biaya perolehan
terhadap ritel. Dengan menghilangkan markdown akan membuat rasio biaya
perolehan terhadap ritel akan lebih rendah, yang akan mengarah ke
perkiraan LCNRV.
3. Item khusus berkaitan dengan metode ritel
Dalam metode ritel, kita memperlakukan item-item sebagai berikut :
 Biaya pengangkutan merupakan bagian dari biaya pembelian
 Retur pembelian biasanya dianggap sebagai pengurangan harga,
baik pada biaya perolehan maupun ritel
 Diskon pembelian dan penyisihan biasanya dianggap sebagai
pengurangan biaya pembelian.

Selain itu, beberapa item khusus juga memerlukan analisi yang cermat :

 Pengalihan masuk dari departemen lain dilaporkan dengan cara


yang sama
 Kekurangan normal (kerusakan, pencurian, penyusutan) harus
mengurangi kolom ritel karena barabg-barang ini tidak lagi
tersedia untuk dijual.
 Di sisi lain, kekurangan abnormal dikurangkan dari kolom biaya
dan ritel dan dilaporkan sebagai persediaan khusus atau sebagai

7
kerugian. Jika tidak melakukan hal ini, perusahaan akan
mendistorsi rasio biaa perolehan terhadap ritel dan akan menilai
persediaan akhir telalu tinggi.
 Diskon karyawan (diberikan kepada karyawan untuk
mendukung loyalitas, kinerja yang baik, dan sebagainya)
dikurangkan dari kolom ritel dengan cara yang sama seperti
penjualan. Diskon ini tidak seharusnya dipertimbangkan dalam
persentase biaya perolehan terhadap ritel karena diskon tidak
mencerminkan perubahan harga penjualan secara keseluruha.
4. Evaluasi metode persediaan ritel
Salah satu karakteristik dari persediaan ritel adalah bahwa metode tersebut
memiliki pengaruh perata-rataan tingkat laba bruto yang berbeda-beda. Hal
ini dapat menjadi masalah jika perusahaan menerapkan metode ini untuk
seluruh bisnisnya. Perusahaan memperbaiki metode ritel dalam kondisi
seperti itu dengan menghitung persediaan secara terpisah pada setiap
departemen atau kelas barang dagangan dengan laba bruto yang hampir
sama. Selain itu, kandalan metode ini mengansumsi bahwa distribusi barang
dalam persediaan mirip dengan kombinasi yang ada pada total barang yang
tersedia untuk dijual.
E. Penyajian dan Analisis
1. Penyajian persediaan
Standar akuntansi memerlukan pengungkapan laporan keuangan dari item-item
yang berhubungan dengan persediaan berikut ini :
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk
rumus biaya yang digunakan (rata-rata tertimbang, FIFO)
b. Jumlah tercatat keseluruhan persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap
klasifikasi (persediaan barang dagang, persediaan produksi, bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi)
c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual
d. Jumlah persediaan amyang diakui sebagai biaya selama periode berjalan
e. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam
periode bersangkutan, dan jumlah setiap pambalikan dari penurunan nilai yang
diakui sebagai pengurang biaya pada periode bersangkutan

8
f. Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai
persediaan
g. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas.

2. Analisis persediaan
Di satu sisi, manajemen ingin menyimpan item dlama berbagai jenis dan
jumlah. Dengan mrlakukan hal tersebut, pelanggan akan dimanjakan dengan
pilihan produk yang luas dan bervariasi. Namun, kebijakan tersebut dapat
menyebabkan biaya pengelolaan yang berlebihan. Di sisi lain, tingkat
persediaan yang rendah akan menyebabkan habisnya stok, hilangnya penjualan,
dan pelanggan yang tidak puas. Penggunaan rasio keuangan akan membantu
memecahkan risiko ini :
a. Rasio perputaran persediaan
Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratioe) mengukur
berapa kali rata-rata perusahaan menjual persediaan selama periode
bersangkutan. Rasio ini mengukur likuiditas dari persediaan. Rasio ini
dihitung dengan cara membagi beban pokok yang dijual dengan rata-
rata persediaan yang ada selama periode berjalan.
b. Rata-rata jumlah hari untuk menjual persediaan
Variasi dari rasio perputaran persediaan adalah rata-rata jumlah hari
untuk menjual persediaan (average daya to sell inventory ).
Pengukuran ini merupakan rata-rata jumlah hari penjualan dimana
perusahaan memiliki persediaan yang ada. Caranya yaitu membagi
jumlah hari dalam setahun dengan rasio perputaran persediaan.

Anda mungkin juga menyukai