Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nurul Izzah

NIM : 1805124528
Kelas : PE-AKT’3
Matakuliah : INTERMEDIATE

PERSEDIAAN: ISU PENILAIAN TAMBAHAN

NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI NETO


(LCNRV)
Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Namun, jika persediaan turun nilainya sampai
ke tingkat di bawah biaya aslinya, maka harus beralih dari prinsip biaya historis. Apapun alasan
untuk penurunan nilai tersebut, baik itu usang, perubahan tingkat harga, atau rusak, perusahaan
harus menurunkan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto untuk melaporkan kerugian ini.
Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan (kemampuan
menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya.

Nilai Realisasi Neto


Biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu
metode berbasis biaya historis-identifikasi khusus, biaya rata-rata, atau FIFO. Nilai realisasi
neto (net realizable value—NRV) mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan
untuk direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah estimasi
harga penjualan dalam kegiatan bisnis biasa dikurangi estimasi biaya untuk menyelesaikan dan
estimasi biaya untuk melakukan penjualan.

Ilustrasi LCNRV
Perusahaan menilai persediaan sebesar LCNRV. Perusahaan mengestimasi nilai realisasi
neto berdasarkan bukti yang paling dapat diandalkan dari jumlah yang dapat direalisasi pada
persediaan (harga penjualan yang diharapkan, biaya penyelesaian yang diharapkan, dan biaya
penjualan yang diharapkan).

Metode Penerapan LCNRV


Kita mengasumsikan bahwa perusahaan menerapkan aturan LCNRV untuk setiap jenis
individu makanan. Namun, perusahaan dapat menerapkan aturan LCNRV kepada sekelompok
item serupa atau terkait, atau pada keseluruhan persediaan. Jika perusahaan mengikuti
pendekatan kelompok item serupa atau terkait, atau pendekatan total persediaan dalam
menentukan LCNRV, kenaikan harga pasar cenderung akan menyaling hapus (offset) penurunan
harga pasar.
Ketika perusahaan menggunakan pendekatan kelompok utama atau total persediaan, item-item
nilai realisasi neto yang lebih tinggi dari biaya perolehan akan menyaling hapus nilai realisasi
neto yang lebih rendah dari biaya perolehan. Jika perusahaan menghasilkan beberapa produk
akhir, maka perusahaan dapat menggunakan pendekatan serupa atau terkait sebagai gantinya.
Metode manapun yang dipilih, perusahaan harus menerapkan metode tersebut secara
konsisten dari satu periode ke periode lain.

Mencatat Nilai Realisasi Neto, Bukan Biaya Perolehan


Salah satu dari dua metode dapat digunakan untuk mencatat dampak pendapatan dari
penilaian persediaan pada nilai realisasi neto. Salah satu metode, disebut sebagai metode beban
pokok penjualan (costs-of-goods-sold method), mendebit beban pokok penjualan untuk
menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi neto. Akibatnya, perusahaan tidak melaporkan
kerugian dalam laporan laba rugi karena beban pokok penjualan sudah termasuk jumlah
kerugian. Metode kedua, disebut sebagai metode kerugian (loss method), mendebit akun
kerugian untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi neto.
Metode beban pokok penjualan menghapus kerugian pada akun beban pokok penjualan.
Sementara itu, metode kerugian menunjukkan kerugian tersebut secara terpisah dari Beban
Pokok Penjualan dalam laporan laba rugi dengan mengidentifikasi kerugian akibat penurunan
nilai.

Penggunaan Penyisihan
Daripada mengkredit akun persediaan untuk penyesuaian nilai realisasi neto, perusahaan
umumnya menggunakan akun penyisihan, yang sering disebut sebagai “Penyisihan untuk
Mengurangi Persediaan ke Nilai Realisasi Neto”. Penggunaan penyisihan dalam metode Beban
Pokok Penjualan atau metode kerugian memungkinkan laporan laba rugi dan laporan posisi
keuangan untuk mencerminkan persediaan diukur.

Pemulihan Kerugian Persediaan


Dalam periode setelah penurunan nilai, kondisi ekonomi dapat berubah sehingga nilai
realisasi neto persediaan yang sebelumnya diturunkan nilainya mungkin menjadi lebih besar dari
biaya perolehan, atau ada bukti yang jelas akan peningkatan nilai realisasi neto. Dalam situasi
ini, jumlah penurunan nilai akan balik, dengan pembalikan yang dibatasi dengan jumlah
penurunan nilai sebelumnya.
Akun penyisihan kemudian disesuaikan pada periode berikutnya, sehingga
persediaan dilaporkan pada LCNRV. Dengan demikian, jika harga jatuh, perusahaan mencatat
tambahan penurunan nilai. Jika harga naik, perusahaan mencatat kenaikan pada laba. Kita dapat
menganggap kenaikan neto sebagai pemulihan atas kerugian yang sebelumnya diakui. Namun,
dalam situasi lain, persediaan tidak boleh dilaporkan pada nilai persediaan di atas biaya aslinya.

Evaluasi Aturan
Aturan LCNRV memiliki beberapa kekurangan secara konseptual :
 Perusahaan mengakui penurunan nilai aset dan membebankannya pada periode di mana
kerugian tersebut terjadi, bukan dalam periode di mana aset tersebut dijual.
 Penerapan aturan LCNRV menghasilkan inkonsistensi, karena perusahaan dapat menilai
persediaan pada biaya perolehan dalam satu tahun pada nilai realisasi neto tahun
berikutnya.
 LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara konservatif, tetapi
dampaknya trhadap laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin menjadi konservatif.

DASAR PENILAIAN
Situasi Penilaian Khusus
Pada umumnya, perusahaan mencatat persediaan pada LCNRV. Namun, ada beberapa
situasi di mana perusahaan beralih dari aturan LCNRV. Perlakuan tersebut dapat dibenarkan
dalam situasi di mana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dipasarkan pada harga pasar
kuotasian, dan unit produk yang dapat dipertukarkan.
Pada bagian ini, kita membahas dua situasi umum di mana nilai realisasi neto menjadi aturan
umum untuk menilai persediaan :
 Aset Agrikultur (termasuk aset biologis dan hasil agrikultur).
 Komoditas yang dimiliki oleh pedagang-perantara (broker-trader).
Persediaan Agrikultur
Berdasarkan IFRS, pengukuran nilai realisasi neto digunakan untuk persediaan ketika
persediaan tersebut terkait dengan kegiatan agrikultur. Secara umum, kegiatan pertanian
menghasilkan dua jenis aset agrikultur : (1) aset biologis atau (2) hasil agrikultur pada saat
panen.
Aset biologis (biological asset) (diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar) adalah hewan
atau tanaman hidup, seperti domba, sapi, pohon buah-buahan, atau tanaman kapas. Hasil
agrikultur (agricultural produce) adalah produk yang dipanen dari aset biologis, seperti wol
dari domba, susu dari sapi perah, buah dari pohon buah, atau kapas dari tanaman kapas.
Akuntansi untuk aset tersebut adalah sbb :
 Aset biologis diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (nilai realisasi neto).\
 Hasil agrikultur (yang dipanen dari aset biologis) diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual (nilai realisasi neto) pada saat panen.

Komoditas Broker-Trader
Komoditas broker-trader juga umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual (nilai realisasi neto), dengan perubahan nilai realisasi neto akan
diakui pada laporan laba rugi periode saat perubahan terjadi. Broker-trader membeli atau
menjual komoditas (seperti jagung panen, gandum, logam mulia, minyak pemanas) kepada pihak
lain atau pada akun mereka sendiri. Tujuan utama pemikiran persediaan ini adalah untuk menjual
komoditas dalam waktu dekat dan menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga. Dengan
demikian, nilai realisasi neto adalah pengukuran yang paling relevan dalam industri ini, karena
nilai tersebut menunjukkan jumlah yang akan diterima broker-trader dari persediaan ini di masa
depan.
Untuk menilai apakah perusahaan bertindak sebagai broker-trader membutuhkan
penilaian tertentu. Perusahaan harus mempertimbangkan lamanya waktu di mana mereka
memiliki persediaan dan seberapa besar jasa tambahan yang terkait dengan komoditas tersebut.

PENILAIAN MENGGUNAKAN NILAI PENJUALAN RELATIF


Masalah khusus muncul ketika perusahaan membeli kelompok unit yang berbeda dalam
satu pembelian lump-sum (lump-sum purchase), juga disebut pembelian keranjang. Untuk
menilai setiap unit dengan akurat, praktik umum dan yang paling logis adalah dengan
mengalokasikan jumlah berbagai unit atas dasar nilai penjualan relatif.

KOMITMEN PEMBELIAN-MASALAH KHUSU


Dalam berbagai lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas berkelanjutan dari
perusahaan tergantung pada apakah perusahaan memiliki stok barang dagang yang cukup untuk
memenuhi permintaan pelanggan. Akibatnya, sangat umum bagi perusahaan untuk membuat
komitmen pembelian (purchase commitments), yang merupakan perjanjian untuk membeli
persediaan beberapa minggu, bulan, atau bahkan tahun kedepannya. Umumnya, penjual tetap
memiliki hak atas barang atau bahkan yang tercakup dalam komitmen pembelian.

METODE LABA BRUTO DALAM MENGESTIMASI PERSEDIAAN


Salah satu metode pengganti untuk memverifikasi atau menentukan jumlah persediaan
adalah metode laba bruto (gross profit method) atau juga disebut metode margin bruto.
Auditor banyak yang menggunakan metode ini dalam situasi di mana mereka hanya perlu
estimasi jumlah persediaan perusahaan. Perusahaan juga menggunakan metode ini ketika
kebakaran atau bencana lainnya menghancurkan persediaan atau catatan persediaan. Metode laba
bruto bergantung pada 3 asumsi :
 Persediaan awal ditambah pembelian yang sama dengan total barang yang akan
diperhitungkan.
 Barang tidak terjual yang harus tersedia.
 Penjualan, dikurangi dengan biaya perolehan, dikurangi dari jumlah persediaan awal
ditambah pembelian, sama dengan persediaan akhir.

Perhitungan Persentase Laba Bruto


Persentase laba bruto (gross profit percentage) dinyatakan sebagai persentase dari
harga penjualan. Laba bruto pada harga penjualan adalah metode umum untuk menyatakan laba
karena beberapa alasan : (1) sebagian besar perusahaan menyatakan barang berdasarkan ritel,
tidak berdasarkan biaya perolehan. (2) laba yang dinyatakan pada harga penjualan nilainya lebih
rendah daripada yang dinyatakan berdasarkan pada biaya perolehan. Tingkat yang lebih rendah
ini memberikan kean yang baik kepada konsumen. (3) laba bruto berdasarkan harga penjualan
tidak dapat melebihi 100%. Oleh karena harga penjualan melebihi biaya perolehan, dan dengan
jumlah laba bruto sama untuk keduanya, laba bruto pada harga penjualan akan selalu lebih
kecil dari persentase terkait berdasarkan pada biaya perolehan.

Evaluasi Metode Laba Bruto


Kelemahan metode laba bruto :
 Metode ini hanya memberikan estimasi
 Metode laba bruto menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup.
 Perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan tingkat laba bruto yang universal.

METODE PERSEDIAAN RITEL


Metode persediaan ritel (retail inventory method) merupakan mengompilasi persediaan
pada harga ritel (eceran). Bagi kebanyakan peritel, terdapat pola yang dapat diamati antara biaya
dan harga Peritel kemudian dapat menggunakan rumus untuk mengonversi harga ritel menjadi
biaya. Metode ini membutuhkan peritel mencatat (1) total biya dan nilai ritel dari barang yang
dibeli, (2) total biaya dan nilai ritel dari barang tersedia untuk dijual, dan (3) penjualan untuk
periode berjalan. Metode persediaan ritel sangat berguna untuk semua jenis laporan interim,
karena laporan tersebut biasanya membutuhkan pengukuran persediaan yang cepat dan dapat
diandalkan.

Konsep Metode Ritel


Dalam praktiknya peritel sering melakukan markup atau markdown harga yang
dibebankan kepada pembeli. Untuk peritel, istilah markup berarti markup tambahan dari harga
ritel asli. (Dalam konteks lain, seperti pada diskusi laba bruto sebelumnya, kita sering memahami
markup berdasarkan biaya perolehan.) Pembatalan markup adalah penurunan harga barang
dagangan yang telah di-markup oleh peritel diatas harga ritel asli.
Dalam pasar kompetitif, peritel sering kali perlu menggunakan markdown, yaitu
penurunan harga penjualan asli. Markdown umum terjadi pada industri ritel saat ini. Pembatalan
markdown terjadi ketika markdown yang dilakukan kemudian menyaling hapus dengan kenaikan
harga barang yang telah di-markdown oleh peritel. Pembatalan markup atau pembatalan
markdown nilainya tidak dapat melebihi markup atau markdown asli yang dilakukan.

Metode Persediaan Ritel dengan Markup dan Markdown-Metode Konvensional


Peritel menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan penilaian
persediaan yang tepat pada akhir periode akuntansi. Untuk mendapatkan angka persediaan yang
tepat, perusahaan harus memberikan perlakuan yang tepat untuk markup, pembatalan markup,
markdown, dan pembatalan markdown.
Pendekatan rasio biaya perolehan menggunakan markup, tetapi tidak markdown mendekati nilai
terendah dari rata-rata biaya perolehan atau nilai realisasi neto. Kita akan mengacu pada
pendekatan ini sebagai metode persediaan ritel konvensional atau LCNRV.

Item Khusus Yang Berkaitan dengan Metode Ritel


Dalam metode ritel, kita memperlakukan item-item seperti berikut :
 Biaya pengangkutan
 Retur pembelian
 Diskon pembelian dan penyisihan
Perhatikan juga bahwa retur penjualan dan penyisihan dianggap sebagai penyesuain atas
penjualan bruto. Namun, ketika penjualan dicatat secara bruto, perusahaan tidak mengakui
diskon penjualan. Penyesuain akun diskon penjualan dalam situasi seperti ini akan menghasilkan
angka persediaan akhir pada ritel yang dinilai terlalu tinggi.
Selain itu, beberapa item khusus juga memerlukan analisis yang cermat :
 Pengalihan masuk
 Kekurangan normal
 Kekurangan abnormal
 Diskon karyawan

Evaluasi Metode Persediaan Ritel


Salah satu karakteristik dari metode persediaan ritel adalah bahwa metode tersebut memiliki
pengaruh perata-rataan pada tingkat laba bruto yang berbeda-beda. Hal ini dapat menjadi
masalah jika perusahaan menerapkan metode ini untuk seluruh bisnisnya, di mana tingkat laba
bruto bervariasi antardepartemen. Perusahaan memperbaiki metode ritel dalam kondisi seperti itu
dengan menghitung persediaan secara terpisah pada setiap departemen atau kelas barang
dagangan dengan laba bruto yang hampir sama.

PENYAJIAN DAN ANALISI

Penyajian Persediaan
Standar akuntansi memerlukan pengungkapan laporan keuangan dari item-item yang
berhubungan dengan persediaan berikut ini :
 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan.
 Jumlah tercatat keseluruhan persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap klasifikasi.
 Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
 Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
 Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
bersangkutan, dan jumlah setiap pembalikan dari penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang beban pada periode yang bersangkutan.
 Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai persediaan.
 Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas, jika ada.

Analisis Persediaan
Jumlah persediaan yang dicatat perusahaan dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang
signifikan. Sebagai akibatnya, perusahaan harus mengelola persediaan tersebut. Namun,
manajemen persediaan adalah pedang bermata dua. Penggunaan rasio keuangan akan membantu
perusahaan untuk memetakan jalan tengah antara kedua risiko berbahaya ini. Rasio yang umum
digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan
dan pengukuran yang terkait, yaitu rata-rata jumlah hari untuk menjual persediaan.

Anda mungkin juga menyukai