Anda di halaman 1dari 30

POLA HIDUP BARU MASYARAKAT DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG

KABUPATEN DEMAK AKIBAT BANJIR ROB

Oleh:

Amalia Lutvita Nia 09311940000046


Audi Andrianto 09311940000018
Amma Dwiqi Aziqna Barda 09311940000034
Sheva Gestomedi 09311940000008
Nurul Izzah 09311940000013

DEPARTEMEN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL (FDKBD)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KOTA SURABAYA

MEI 2021

i
POLA HIDUP BARU MASYARAKAT DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG
KABUPATEN DEMAK AKIBAT BANJIR ROB

Mata Kuliah Pemetaan Sosial dan Potensi Daerah

Untuk memenuhi tugas akhir dari kelas Pemetaan Sosial dan Potensi Daerah di Departemen Studi
Pembangunan Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital

Disusun Oleh :
Amalia Lutvita Nia 09311940000046
Audi Andrianto 09311940000018
Amma Dwiqi Aziqna Barda 09311940000034
Sheva Gestomedi 09311940000008
Nurul Izzah 09311940000013

DEPARTEMEN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
KOTA SURABAYA
MEI 2021

2
LEMBAR PENGESAHAN

Paper yang berjudul “Pola Hidup Baru Masyarakat Desa Bedono Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak Akibat Banjir Rob” ini disusun sebagai pemenuhan tugas akhir dari kelas
Pemetaan Sosial di Departemen Studi Pembangunan, Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Adapun sumber data yang ada dalam penulisan tugas akhir ini merupakan data sekunder yang
diambil dari berbagai referensi jurnal yang relevan dengan topik bahasan melalui internet. Hal ini
dilakukan karena adanya pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, sehingga tidak memungkinkan
untuk mendapatkan data primer dari lapangan.

Serta dengan adanya lembar pengesahan ini, tim penulis menyatakan bahwa tugas akhir yang
berjudul “Pola Hidup Baru Masyarakat Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Akibat
Banjir Rob” ini bebas dari tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Jika di kemudian hari ternyata kami menyatakan tindakan plagiarisme, kami akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Surabaya, 16 Mei 2021


Yang Membuat Statement

Ketua Kelompok
Amma Dwiqi Aziqna Barda
09311940000034

Menyetujui,

Dosen Pengampu 1 Dosen Pengampu 2

Dra. Windiani S.Sos., M.Si Yuni Setyaningsih S.K Pm.,


M.Sc
NIP: 197105131998022001 NIP: 199006032020122024

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pola Hidup Baru Masyarakat Desa Bedono
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Akibat Banjir Rob”.

Kami sebagai penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Windiani S.Sos.,
M.Si dan Ibu Yuni Setyaningsih S.K Pm., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah pemetaan sosial
dan potensi daerah yang telah membantu tim penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini. Tim Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memotivasi dan berkontribusi dalam pembuatan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini memberikan informasi mengenai pola hidup baru masyarakat Desa Bedono,
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak akibat adanya banjir rob serta bentuk upaya yang perlu
dilakukan untuk mengatasi banjir rob di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Kami menyadari terdapat kekurangan pada penulisan tugas akhir ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Tim Penulis juga berharap semoga
tugas akhir ini mampu memberikan informasi mengenai pola hidup baru masyarakat Desa Bedono,
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak dalam mengatasi banjir rob.

Surabaya, 16 Mei 2021

Tim Penulis

4
ABSTRACT

As one of the areas affected by tidal flooding, the people in Bedono Village are required to
make a social change and a new lifestyle so that they can survive the impacts caused by tidal flooding.
This study aims to determine how the pattern of tidal fluctuation and impact on community activities
in the Demak area eventually causes changes and social patterns and to determine the impact received
by the community due to tidal flooding. And to determine the right steps and solutions to solve the
problems caused by tidal flooding in this area. This research uses a qualitative approach.
The methodology that we use in the writing of this final project which discusses "The new
lifestyle of the coastal community in Demak district due to tidal flooding" is a literature review
method or literature study. The use of this method was carried out because it was related to the covid-
19 pandemic that had not ended, thus limiting us from taking data in the field.
Rob, experienced by the people of Bedono Village, causes changes in various systems of
community life. Therefore, by identifying the existing problems, a strategy / program will be chosen
to deal with the tidal flood problem, based on (1) a physical adaptation strategy, (2) an economic
adaptation strategy, and (3) a social adaptation strategy. The tidal flood disaster has implications for
the resilience of the Bedono Village area.
Keywords: Impact of Rob Flood, Community Response, Adaptation to Community Lifestyles, Demak.

ABSTRAK

Sebagai salah satu kawasan yang terkena rob, masyarakat di Desa Bedono dituntut untuk
mengadakan suatu perubahan sosia dan pola hidup yang baru agar mereka tetap dapat bertahan dari
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh banjir rob. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
bagaimana pola fluktuasi rob dan berdampak terhadap aktivitas masyarakat di daerah demak akhirnya
menyebabkan terjadinya perubahan dan pola sosial serta untuk mengetahui dampak yang diterima
oleh masyarakat akibat banjir rob. Dan untuk menentukan langkah yang tepat serta solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan banjir rob di daerah ini. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif.
Metodologi yang kami gunakan dalam penulisan tugas akhir yang membahas mengenai “Pola
hidup baru masyarakat pesisir kabupaten Demak akibat banjir rob” ini adalah metode literature
review atau studi literatur. penggunaan metode ini dilakukan karena terkait dengan adanya pandemi
covid-19 yang belum berakhir sehingga membatasi kami dalam melakukan pengambilan data di
lapangan.
Rob yang dialami oleh masyarakat Desa Bedono menyebabkan perubahan dalam berbagai
sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada maka
dipilih strategi/program apa yang akan menangani masalah banjir rob, dibuat berdasarkan (1) strategi
adaptasi secara fisik, (2) strategi adaptasi secara ekonomi, dan (3) strategi adaptasi secara sosial.
Bencana banjir rob berimplikasi pada ketahanan wilayah Desa Bedono.

Kata Kunci : Dampak Banjir Rob, Respon Masyarakat, Adaptasi Pola hidup Masyarakat, Demak.

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................3
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................4
ABSTRAK............................................................................................................................................5
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................6
DAFTAR TABEL.................................................................................................................................7
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................8
BAB 1...................................................................................................................................................9
PENDAHULUAN.................................................................................................................................9
BAB 2..................................................................................................................................................11
METODOLOGI DAN LANDASAN TEORI......................................................................................11
2.1 Metodologi...............................................................................................................................11
2.2 Landasan Teori.........................................................................................................................11
BAB 3..................................................................................................................................................16
ANALISIS STUDI KASUS................................................................................................................16
3.1 Konsep dan Filosofi Partisipasi.................................................................................................16
3.2 Analisis Sosial...........................................................................................................................17
3.3 Diagram Alir Masalah...............................................................................................................18
3.4 Identifikasi Kebutuhan...............................................................................................................18
3.5 Analisa Kebutuhan (Need Assessment).....................................................................................19
BAB IV...............................................................................................................................................23
DESAIN PROGRAM PEMBANGUNAN YANG DIAJUKAN.........................................................23
4.1 Pembangunan Rumah Panggung sebagai Solusi dalam Beradaptasi dengan Banjir Rob...........24
BAB V.................................................................................................................................................27
KESIMPULAN...................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28
LAMPIRAN........................................................................................................................................29

6
DAFTAR TABEL

7
DAFTAR GAMBAR

BAB 1

PENDAHULUAN

8
Masalah ekologi yang menerpa masyarakat sampai saat ini masih belum menemukan titik
terang solusi nyata untuk keluar dari permasalahan tersebut. salah satu permasalahan yang masih
menjadi perhatian pemerintah maupun masyarakat adalah permasalahan banjir air pasang yang sering
menghampiri masyarakat-masyarakat pesisir. Banjir air pasang merupakan suatu kejadian yang
disebabkan oleh kenaikan muka air laut secara global. Adanya pasang naik dan pasang surut akan
mempengaruhi kondisi genangan yang terjadi. fenomena ini menghadirkan kejadian banjir yang
disebabkan oleh kenaikan muka air laut yang disebut dengan banjir rob (Suhelmi, 2009). Area
genangan rob pada saat air laut mengalami pasang tertinggi akan meningkat dan meluas ke daratan
sesuai dengan elevasi muka tanah atau morfologi daratan pantai.
Naik-turunya air pasang pada banjir rob disebabkan oleh naiknya air laut yang kemudian
menggenangi daratan. banjir rob sendiri dipengaruhi oleh gaya tarik benda benda angkasa seperti
bulan dan matahari. Banjir rob pada awalnya tidak parah dan tidak berdampak sangat signifikan
terhadap kehidupan masyarakat dikarenakan banjir tersebut akan surut setelah dua jam. Namun, akhir-
akhir ini volume air yang menggenangi daratan akibat banjir rob sering kali bertahan dan
menyebabkan kerusakan bangunan serta terganggunya aktivitas masyarakat.
Isu pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi pada saat ini merupakan isu yang
sangat mengkhawatirkan terhadap adanya banjir rob. Soemarwoto (2000, dalam Gunawan, 2001)
mengemukakan bahwa dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global akan sangat besar.
Pemanasan global yang terjadi akan menyebabkan kenaikan suhu permukaan laut yang kemudian
mengakibatkan terjadinya pemuaian air laut. pemanasan global juga akan menyebabkan mencairnya
es abadi di pegunungan serta di daerah Artik dan Antartik. pemuaian air laut dan mencairnya salju-
salju abadi, pada gilirannya akan menyebabkan naiknya permukaan air laut. Naiknya permukaan air
laut ini berikutnya akan menyebabkan tergenangnya daerah-daerah pantai yang tidak berlereng.
kenaikan muka air laut juga akan mempertinggi abrasi pantai, merusak pemukiman, menggusur
tambak, daerah pertanian, dan lain-lain di kawasan pesisir. kenaikan ini juga akan menenggelamkan
pulau-pulau kecil.
Terjadinya perubahan lingkungan yang secara teoritis diakibatkan oleh naiknya permukaan
air laut, yang nantinya akan menimbulkan pengaruh yang besar terhadap masyarakat, terutama
masyarakat pesisir atau masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Pada kondisi ini, apa yang dapat
dilakukan oleh atau bagaimana masyarakat khususnya masyarakat pesisir, akan menyesuaikan atau
mengadaptasikan diri terhadap perubahan dan kondisi lingkungan yang baru. Peristiwa naiknya
permukaan air laut atau yang sering disebut dengan banjir rob ini sebenarnya sudah dikenal oleh
penduduk yang tinggal atau bermukim di kawasan sekitar pantai atau pesisir. setidaknya ada 63
Kabupaten yang berada di sepanjang pantai utara dan selatan Pulau Jawa dengan penduduk sekitar
74,9 juta atau 65 persen dari total penduduk Jawa terancam rob yang datang sewaktu-waktu
(Sumintarsih, 2008).
Selain pemanasan global dan perubahan alih fungsi lahan yang memperparah banjir rob ini
ada juga penurunan ketinggian tanah yang juga andil di dalam memperparah banjir rob. penurunan
permukaan tanah ini disebabkan oleh banyak hal salah satunya seperti pemakaian air tanah yang
berlebihan. Penurunan ketinggian permukaan tanah ini menyebabkan permukaan air laut menjadi
tinggi hal ini dapat memperparah banjir rob yang datang. Banjir rob juga diperparah oleh sistem
drainase yang buruk. Sistem drainase ini sangat berpengaruh terhadap cepat lambat surutnya banjir
rob ini. Datangnya banjir rob ini juga membuat lingkungan menjadi lembab, kotor, dan tidak
menyehatkan, karena banjir rob datang dengan membawa sampah-sampah dan kotoran lainnya.
sampah dan kotoran ini tertinggal di sungai-sungai kecil, selokan, dan bahkan di dalam rumah.
akibatnya sampah dan kotoran di selokan dan sungai kecil menjadi sarang nyamuk yang berdampak
pada lingkungan menjadi kumuh dan tidak sehat.

9
Salah satu daerah pesisir yang menjadi langganan banjir rob yaitu wilayah Kabupaten Demak.
Jumlah desa di pesisir Kabupaten Demak yang terkena banjir rob adalah 17 desa yang tersebar di 3
kecamatan yakni Kecamatan Sayung, Kecamatan Bonang, dan Kecamatan Karangtengah
(Ritohardoyo, dkk., 2014). Kecamatan Sayung merupakan kecamatan yang paling parah terkena
imbas dari bencana rob. sejumlah 10 desa dari 17 desa yang terdampak rob di Kabupaten Demak
merupakan bagian dari administratif dari Kecamatan Sayung. Desa yang terjadi bencana rob di
Kecamatan Sayung adalah Desa Sriwulan, Bedono, Purwosari, Gemulak, Sidogemah, Tugu,
Timbulsloko, Sidorejo, Surodadi, dan Banjarsari.
Dalam penulisan tugas akhir ini kelompok kami mengambil studi kasus di Desa Bedono
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Bencana banjir rob yang terjadi di Desa Bedono
mempengaruhi kondisi fisik, ekonomi, dan sosial kehidupan masyarakat. Banjir rob di daerah ini
biasanya terjadi pada pagi hari dan akan surut pada malam hari. Banjir rob di Desa Bedono
Kecamatan Sayung ini tergolong banjir rob yang sangat parah dikarenakan ratusan hektar tanah yang
ada di daerah ini terendam genangan air rob. Dengan adanya banjir rob ini aktivitas warga menjadi
terganggu karena jalan desa yang menjadi satu-satunya akses tergenang oleh air rob.
Selain itu masih banyak kerugian yang dialami akibat dari banjir rob ini. Banjir rob dapat
menyebabkan perubahan terhadap perubahan fungsi lahan . Hal ini dibuktikan dengan hilangnya lahan
yang semula dimanfaatkan warga sebagai tambak. Hilangnya lahan yang semula menjadi tambak ini
menyebabkan warga kehilangan mata pencahariannya. Masalah lain yang ditimbulkan oleh banjir rob
ini yaitu rusaknya bangunan bangunan yang ada di desa ini seperti kerusakan rumah warga, kerusakan
kantor desa, rusaknya berbagai fasilitas umum. selain itu banjir rob yang parah juga dapat
menyebabkan abrasi pantai. Abrasi pantai ini dapat merubah atau memperdalam cekungan yang ada
di bibir pantai. Sehingga menyebabkan luas bibir pantai dapat berkurang dikarenakan sudah digenangi
oleh air laut. Hal ini tidak bisa dianggap sepele dikarenakan dapat mengancam kehidupan masyarakat
yang hidup di daerah pesisir.
Meskipun banjir rob di Desa Bedono Kecamatan Sayung ini sudah terjadi selama tiga bulan
tetapi masih ada warga yang bertahan (Muhajir, 2021). warga yang bertahan ini mempunyai alasan
sendiri. selain itu banyak warga yang menuntut untuk dilakukannya relokasi dikarenakan aktivitas
yang mereka lakukan setiap hari menjadi terganggu akibat dari banjir rob ini.
Dengan adanya bencana banjir rob yang menerpa masyarakat Desa Bedono, sebagian
penduduk Desa Bedono menjadi berkurang pendapatanya. Mereka dihadapkan pada alternatif
bertahan atau berpindah. Apabila strategi bertahan yang mereka pakai, berarti mereka tetap di
tempatnya dengan kondisi selalu terkena rob. Untuk hal itu, haruslah dilakukan upaya-upaya untuk
dapat bertahan dari rob dengan menggunakan pola hidup baru.
Dari latar belakang tersebut, tim penulis tertarik untuk mengkaji mengenai “ POLA HIDUP
BARU MASYARAKAT DESA BEDONO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK
AKIBAT BANJIR ROB” dengan tujuan untuk mengetahui dampak yang diterima oleh masyarakat
akibat banjir rob, serta bentuk adaptasi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan yang
ditimbulkan oleh banjir rob di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

10
BAB 2

METODOLOGI DAN LANDASAN TEORI

2.1 Metodologi
Metodologi yang kami gunakan dalam penulisan tugas akhir yang membahas mengenai
“Pola hidup baru masyarakat Desa Bedono Kecamatan Sayung kabupaten Demak akibat banjir
rob” ini adalah metode literature review atau studi literatur. penggunaan metode ini dilakukan
karena terkait dengan adanya pandemi covid-19 yang belum berakhir sehingga membatasi kami
dalam melakukan pengambilan data di lapangan.
Metode studi literatur merupakan metode yang dilakukan dengan mengumpulkan
beberapa literatur terkait berupa dokumen, buku, jurnal, koran, dan sebagainya yang relevan
dengan topik pembahasan penulis. Tujuan dalam menggunakan metode ini adalah untuk
mengungkapkan berbagai teori maupun studi kasus yang relevan dengan permasalahan yang
sedang diteliti/dihadapi oleh penulis sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.
Tempat dan pelaksanaan penulisan tugas akhir ini pun dilakukan secara daring, melalui
internet sebagai platform yang mewadahi pengumpulan sumber informasi. Sumber data dalam
penulisan tugas akhir ini hanya menggunakan data kualitatif sekunder, yaitu data yang diperoleh
tim penulis melalui penelitian yang telah ada sebelumnya. Pengumpulan data kualitatif ini
dilakukan melalui: (1) jurnal/literatur terkait dan (2) analisis terkait informasi yang didapat dari
literatur tersebut. Data yang diperoleh tersebut, kemudian akan diolah untuk dianalisis
menggunakan lima tahapanan, yaitu connecting, separating, contrasting, quantifying, dan
deleting (Li & Seal, 20017).

2.2 Landasan Teori


o Banjir Rob
Rob adalah air pasang, banjir, pasang sedang, atau tinggi yang membanjiri daratan
rendah (Suprapta, 1989, dalam Hapsari, 2003:8). Air pada bagian ujung pantai yang
berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada ketinggian yang tetap, tetapi selalu bergerak
naik dan turun sesuai dengan siklus pasang. Menurut (Sunarto, 2003), Banjir pasang air laut
atau rob merupakan pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda-
benda angkasa, terutama oleh Bulan dan Matahari terhadap massa air laut di Bumi. Pada
waktu yang akan datang, dampak banjir rob akan diprediksikan semakin besar dengan adanya
skenario kenaikan muka air laut akibat efek pemanasan global.

11
Gambar 1. Banjir rob di demak
(sumber detiknews)

Banjir rob yang melanda daerah pesisir disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah: 1) permukaan air tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut; 2)
bertambah tingginya pasang air laut. Tingginya pasang air laut ternyata bukanlah hanya efek
dari pemanasan global saja, akan tetapi karena adanya amblesan tanah (subsidence). amblesan
tanah sendiri disebabkan oleh konsolidasi tanah yang belum matang atau padat, pengambilan
air tanah yang berlebihan, dan kurangnya resapan air; dan 3) adanya pengaruh gelombang dan
arus sejajar pantai, sehingga terjadi pendangkalan muara yang berakibat mengurangi kapasitas
penyaluran air dan berakibat memperparah banjir di sekitarnya.
Terjadinya banjir rob dapat menimbulkan pengaruh yang besar terhadap aktivitas
masyarakat di kawasan pesisir, salah satunya adalah masyarakat Desa Bedono, Kecamatan
Sayung, Kabupaten Demak. Menurut Suryanti dan Marfai, (2008), dampak banjir rob adalah
terganggunya aktivitas keseharian termasuk kegiatan rumah tangga, terganggunya
aksesibilitas jalan, dan keterbatasan penggunaan sarana-prasarana. Dampak banjir rob
menjadikan infrastruktur pantai rusak karena terkena abrasi pantai. Akibat selanjutnya
penduduk pantai akan kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Salah satu dampak
nyata dan pengaruh dari banjir rob adalah penurunan produktivitas penggunaan lahan.
Banjir rob menyebabkan perubahan pada pemanfaatan lahan. Lahan yang telah ada
akan menjadi semakin sempit atau bahkan menghilang akibat tenggelam oleh banjir rob.
Sebagai contoh adalah adanya kasus masyarakat yang mengalami kerugian akibat hilangnya
lahan, misalnya masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai petani tambak kemudian
beralih profesi menjadi buruh industri karena sudah tidak memiliki lahan tambak lagi akibat
tenggelam oleh banjir rob. namun, secara teoritis, dampak akibat banjir rob akan berbeda
pada masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupanya dari kegiatan penangkapan
ikan di laut dibanding kelompok masyarakat petani tambak yang menggantungkan sumber
penghidupanya dari lahan dan hasil tambak. Nelayan atau petani tambak rentan terhadap
banjir rob karena kehidupan mereka sangat bergantung pada sektor perikanan tambak yang
dipengaruhi oleh iklim dan juga ketidakmampuannya terutama dalam sektor ekonomi untuk
menanggulangi dampak perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pada lahan tambak
mereka.
Petani tambak selalu bergantung pada lahan tambak yang dipengaruhi oleh banjir rob,
yang membuat lahan tambak mereka semakin berkurang. hal ini berpengaruh pula pada

12
kondisi sosial dan ekonomi mereka karena pendapatan hasil tambak yang menurun ( Dinas
Kelautan dan Perikanan, Kab. Demak, 2009)

o Pola Hidup Baru Masyarakat


Pola hidup baru atau kebiasaan baru merupakan perubahan pola hidup yang harus
dilakukan masyarakat dengan adaptasi sesuai dengan kondisi lingkungan-sosial yang ada.
Menurut beberapa para ahli ekologi budaya, definisi adaptasi adalah merupakan suatu strategi
penyesuaian diri yang digunakan oleh manusia selama hidupnya untuk merespon terhadap
perubahan-perubahan lingkungan dan sosial (Alland, dkk, dalam Gunawan, B, 2008).
Adaptasi adalah proses melalui interaksi yang bermanfaat, yang dibangun dan dipelihara
antara organisme dan lingkungan (Hardesty, 1977, dalam Gunawan, B, 2008). Dalam kajian
adaptabilitas manusia terhadap lingkungan, ekosistem adalah keseluruhan situasi di mana
adaptabilitas berlangsung atau terjadi. Karena populasi manusia tersebar di berbagai belahan
bumi, konteks adaptabilitas akan sangat berbeda-beda. Suatu populasi di suatu ekosistem
tertentu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dengan cara-cara yang spesifik.
Ketika suatu populasi masyarakat mulai menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan yang
baru, suatu proses perubahan akan dimulai dan mungkin membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat menyesuaikan diri (Moran 1982, dalam Gunawan, B, 2008).
(Sahlins 1968, dalam Gunawan, B, 2008) menekankan bahwa proses adaptasi
sangatlah dinamis karena lingkungan dan populasi manusia berubah terus. sedangkan menurut
(Rambo 1984, dalam Gunawan, B, 2008) mengungkapkan bahwa adaptasi yang dilakukan
manusia terhadap lingkungan menunjukkan adanya interelasi antar manusia dan lingkungan.
berdasarkan beberapa pendapat mengenai adaptasi, maka dapat disimpulkan bahwa adaptasi
merupakan suatu upaya dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial-lingkungan.
Ketika suatu masyarakat mulai menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial-
lingkungan yang baru, suatu proses perubahan akan dimulai dan lama atau tidaknya
tergantung pada kemampuan setiap individu berinteraksi dengan sesamanya. Konsep adaptasi
berpangkal pada keadaan lingkungan hidup yang menjadi masalah masyarakat, dan
penyesuaian atau adaptasi itu merupakan penyesuaian diri terhadap masalah tersebut
(Sukadana, 1998). Suatu proses adaptasi yang dilakukan oleh individu terhadap perubahan
sosial-lingkungan, tidak semuanya berhasil dilaksanakan.
Adaptasi yang tidak berhasil menghasilkan sifat yang tidak sesuai dengan lingkungan,
dan sifat tersebut adalah maladaptasi mengurangi kementakan untuk kelangsungan hidup
(Soemarwoto, 2004). Jadi maladaptasi dapat mengurangi kemungkinan sebuah individu
dalam menjalankan kelangsungan hidup pada perubahan lingkungan yang terjadi.

Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Soeparwoto, 2005) mengemukakan pada


dasarnya terdapat empat jenis hubungan antara individu dengan lingkungan, yaitu:
a. Individu dapat bertentangan dengan lingkungannya.
b. Individu menggunakan lingkungannya.
c. Individu berpartisipasi dengan lingkungannya.
d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Berdasarkan hubungan individu dengan lingkungannya tersebut, terutama lingkungan


sosialnya tidak berlangsung searah, dalam arti bahwa bukan hanya lingkungan yang
mempengaruhi individu. Tetapi antara individu dengan lingkungan terdapat hubungan saling
timbal balik, yaitu lingkungan berpengaruh pada individu dan sebaliknya individu juga
berpengaruh pada lingkungan (Walgito, 2001).

13
Menurut Soemarwoto (2004:45-46), adaptasi dapat dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya adalah:

a. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi yang dilakukan karena pengaruh oleh faktor lingkungan alam sekitar.
contoh: orang Indian di Pegunungan Andes yang tinggi, telah teradaptasi pada kadar
oksigen yang rendah, sedangkan orang dari dataran akan terengah-engah kekurangan
oksigen dan dapat jatuh pingsan.

b. Adaptasi Morfologi
Adaptasi yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu, contoh: seorang atlet
sepakbola sepanjang permainan akan mengeluarkan banyak keringat dari tubuhnya. dan
keringat dari dalam tubuh tersebut tidak dapat dicegah karena merupakan sebuah adaptasi.

c. Adaptasi Kultural atau Perilaku


Adaptasi yang didasari oleh perilaku individu dalam menghindari bahaya yang ada
pada lingkunganya. contohnya adalah ketika seseorang mengalami kekurangan bahan
makanan pokok utama yang dia konsumsi, maka ia akan beradaptasi dengan beralih ke
bahan makanan pokok lain untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Menurut Soeparman (2005), ada empat prinsip yang terikat dengan pola hidup baru
atau adaptasi, yaitu:
a. Adaptasi adalah proses penyelarasan antara kondisi diri individu sendiri dengan sesuatu
objek atau perangsang, melalui kegiatan belajar.
b. Dalam proses adaptasi selalu terjadi interaksi antara dorongan-dorongan dari dalam diri
individu dengan perangsang atau tuntutan lingkungan-sosial.
c. Untuk melakukan adaptasi diperlukan adanya proses pemahaman diri dengan
lingkungannya, sehingga terwujud keselarasan, kesesuaian , kecocokan atau keharmonisan
interaksi diri dengan lingkungan.
d. Adaptasi diri selalu berproses dan berkembang secara dinamis, sesuai dengan dinamika
lingkungan hidup dan perkembangan dorongan keinginan individu.

Sedangkan secara garis besar, proses adaptasi dapat dikemukakan dalam lima
tahapan, yaitu:
1. Pada tahap pertama, individu mulai menyadari pada dirinya ada sejumlah kebutuhan
(needs) yang mendorong untuk berusaha memenuhinya;
2. Pada tahap kedua, individu mulai melakukan telaah dan mempelajari kondisi dirinya
berkaitan dengan kebutuhan dan dorongan yang muncul;
3. Pada tahap ketiga, terjadi penambahan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkunganya.
yaitu melalui persepsi terhadap kondisi lingkungan dan pengalaman belajar. pada diri
individu terbentuk pemahaman tentang kondisi pribadinya yang berkenaan dengan
kebutuhannya;
4. Pada tahap keempat, individu selanjutnya secara dinamis melakukan upaya
menginteraksikan antara kebutuhan dengan kemampuan dirinya dalam memenuhi
kebutuhan tersebut dengan peluang, tuntutan, dan keterbatasan lingkunganya;
5. Pada tahap kelima, individu memunculkan perilaku dan tindakan sebagai terjadinya tahap
keempat.

14
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa proses terjadinya sebuah pola hidup
baru atau adaptasi perilaku masyarakat pada dasarnya dibimbing oleh pengetahuan serta
pengalaman mengenai situasi yang dihadapinya. dalam kasus banjir rob yang dihadapi oleh
masyarakat pesisir, untuk dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yaitu adanya banjir
rob, masyarakat pesisir mengganti pola hidup yang lama dengan adaptasi-adaptasi yang dapat
mengurangi terhambatnya aktivitas sosial-ekonomi mereka. Adaptasi atau pola hidup yang
dilakukan oleh masyarakat pesisir pada umumnya terhadap dampak yang ditimbulkan banjir
rob antara lain adalah: 1) Perubahan profesi masyarakat, yang sebelumnya petani tambak
menjadi buruh industri karena sudah tidak memiliki lahan tambak lagi akibat tenggelam
banjir rob; 2) meninggikan tanggul tambak dengan membuat waring sekeliling tambak,
karena tanggul tanah yang semestinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditambah
ketinggiannya dan mudah terkikis oleh erosi air laut; dan 3) Melakukan peninggian tanah
pada tempat tinggal masyarakat. Adaptasi tersebut dilakukan untuk mengurangi kerugian dari
lahan tambak akibat banjir rob.

15
BAB 3

ANALISIS STUDI KASUS

3.1 Konsep dan Filosofi Partisipasi


Konsep partisipasi merupakan peran aktif individu atau kelompok masyarakat dalam tahap
atau proses pembangunan, program, atau kegiatan yang mencakup tahap pengambilan keputusan,
pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. Partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bedono
berdasarkan Tipologi Partisipasi (Pretty, dalam Hobley 1996) adalah partisipasi mandiri atau self-
mobilization. yang mana dalam mengatasi permasalahan akibat dampak dari banjir rob, masyarakat
mengambil inisiatif sendiri secara independen tanpa pengaruh dari luar dalam menerapkan strategi
adaptasi. kemudian dalam mencari dukungan dan sumber daya juga dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat, sehingga dalam pemanfaatan solusi masalah yang didapatkan dikendalikan secara penuh
oleh masyarakat sendiri. Dilihat dari tangga partisipasi Arnstein, tingkatan partisipasi masyarakat
berada pada tangga Kontrol Masyarakat (Citizen Control).
Kesenjangan sosial, faktor sosial yang mempengaruhi dan membentuk kerentanan dari
berbagai masyarakat, kelompok yang dapat mengakibatkan kemampuan untuk menghadapi bencana
rob. Perbedaan yang jelas terlihat adanya perbedaan yang jelas antara rumah satu dengan lainnya.
Warga yang memiliki dana banyak untuk merenovasi rumahnya, dan warga yang tidak mempunyai
dana untuk merenovasi rumah. Meskipun bertetangga, terlihat jelas perbedaannya, seperti rumah yang
sangat tinggi dan ada rumah yang sangat pendek. Hal tersebut dapat menyebabkan kesenjangan sosial
Bukti bahwa masyarakat Desa Bedono melakukan partisipasi mandiri untuk menyelesaikan
permasalahan banjir rob adalah adanya strategi adaptasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
1) Strategi adaptasi yang dilakukan secara fisik. Strategi ini dilaksanakan masyarakat Desa
bedono ini dilakukan untuk mempertahankan bangunan yang melanda desa bedono akibat
dari bencana banjir rob ini. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat desa bedono yaitu
merenovasi rumah, mengamankan perabotan rumah tangga, memperbaiki jalan, memperbaiki
saluran drainase lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan bangunan ini
disesuaikan dengan dana yang dimiliki warga. Bagi warga yang mempunyai uang banyak,
rumahnya ditinggikan dengan diurug lantainya. Sedangkan, bagi warga yang dana cukup
hanya membeli tanah urug saja, yang ditinggikan hanya bagian bawah.
2) Strategi adaptasi secara ekonomi. Banjir rob yang melanda desa bedono merubah
perekonomian warganya. Sebelum terjadinya banjir rob melanda, warga mengandalkan
pendapatan dari sektor tambak, pertanian dan hasil laut. Warga yang dahulu berprofesi
petambak beralih menjadi berjualan makanan bagi wisatawan di area wisata Pantai Morosari
dan area Makam Syekh Syubakir.
3) Strategi adaptasi secara sosial. Bentuk proses kegiatan belajar mengajar, kesehatan, hajatan
dan pemakaman. Dalam segi pendidikan, dilakukan menggunakan ruang kelas yang tidak
tergenang air. Secara sosial, kegiatan hajatan, pernikahan dan khitanan ketika banjir rob
datang, acara tersebut tetap dilaksanakan dengan mempercepat tempo pelaksanaan. Jika pada
saat pemakaman jenazah dengan membuat membuat peti, proses pemakaman tetap
dilangsungkan tetapi menunggu air surut.

Namun, dengan menggunakan partisipasi mandiri untuk mengurangi berbagai resiko bencana,
dari pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi

16
ancaman bencana. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persentase keberhasilan
strategi adaptasi terhadap permasalahan yang ada, yaitu:
1) Terbatasnya bantuan atau dana yang sangat terbatas dalam upaya mengatasi permasalahan
karena tidak terlibatnya pihak luar.
2) Kurangnya informasi mengenai bahan dan cara yang lebih efektif dalam mengatasi
permasalahan.
3) Respon pemerintah yang cukup lambat dalam menanggapi permasalahan yang ada di daerah
terdampak.

3.2 Analisis Sosial


Desa bedono menggunakan teori struktur fungsional Talcott Parson saat menilai
perubahan sosial di masyarakat pedesaan yang akan berfokus pada adaptasi, tujuan, latensi, dan
integrasi. Keterkaitan teori AGIL (Adaptasi, Goals, Integrasi dan Latensi) menurut Talcott
Parsons, perubahan sosial masyarakat dapat tercermin dari bentuk masyarakat di desa bedono
yang beradaptasi dengan pengaruh pasang surut air laut yang dialaminya. adaptasi yang mereka
buat akan dilakukan bersamaan dengan tujuan Bahwa masyarakat harus mampu bertahan hidup.
integrasi terkait keberadaan bangunan yang terjadi di Desa bedono akan membentuk perilaku
masyarakat yang berhadapan dengan banjir rob. Dalam hal ini, Masyarakat desa bedono
memelihara dan menjaga tingkah lakunya selama proses adaptasi agar kegiatan yang mereka
lakukan selalu dapat mencapai tujuan yang diinginkan titik tabel di bawah secara ringkas
membahas pengalaman masyarakat di desa bedono .

Jenis Perubahan Keterangan


Terdapat genangan air yang membanjiri tempat
Tempat Tinggal tinggal
Mata pencaharian lama yang hilang atau tidak
Mata Pencaharian masyarakat berlaku kembali
Adaptasi
Penyediaan air bersih Saluran air yang terendam
Sistem akuakultur Hilang atau rusaknya kolam karena rob
Memudarnya kesadaran akan kerjasama dalam
Sistem sosial masyarakat masyarakat
Agar membuat perubahan berdasarkan hasil yang
Goal/tujuan
Mampu menghadapi dampak rob diinginkan
Sistem peninggian tempat tinggal Urug, Panggung, Dak
Menggunakan dan menghindari
pengaruh rob untuk menjalin Memanfaatkan potensi rob seperti wisata air dan
hubungan kerjasama agar hutan bakau
menghindari gangguan
Pada saat air laut pasang, tambak tidak akan
Integrasi
Terdapat sistem tambak di dalam mengalami gelombang tinggi yang dapat
tanggul untuk menghindari rob menyebabkan tambah rusak
Individualisme dalam masyarakat Masyarakat lebih suka sibuk menghasilkan uang
Desa Bedono daripada berinteraksi
Pengeluaran biaya dalam Biaya disesuaikan dengan akses lokasi pada
beradaptasi kawasa-kawasan yang terkena rob
Masyarakat mengamati dan Supaya dapat mengetahui siklus terjadinya rob,
Latensi mempelajari perilaku rob yang dan dapat mempersiapkan biaya atau keperluan
terjadi di Desa Bedono lain dalam beradaptasi

17
Tabel 1. Fungsi Adaptasi, Goals, Integrasi dan Latensi pada Perubahan Sosial Masyarakat di Desa
Bedono

3.3 Diagram Alir Masalah

Gambar 2. Pohon masalah dan Diagram alir

3.4 Identifikasi Kebutuhan

18
o Kebutuhan Normatif
Banjir rob merubah taraf hidup masyarakat desa bedono petani tambak bandeng.
dulu, sebelum musibah rupiah, pendapatan dari setiap panen yaitu 9 sampai 12 juta rupiah,
dengan rata-rata pendapatan bulanan 3 juta

o Kebutuhan Komparatif
Rob juga telah membawa perubahan kehidupan dan strata sosial masyarakat Desa
Bedono. Sebelum rob, kehidupan masyarakat di desa bedono sangat sejahtera. Desa bedono
Makmur karena memiliki lahan untuk pertanian dan kegiatan mengelola tambak bagi
masyarakatnya. Sebelum terjadi rob, banyak warga desa bedono yang menjalankan ibadah
haji yang diperoleh dari hasil usaha pertanian dan usaha tambak. Rob mengubah lahan bekas
produktif menjadi lahan non produktif. oleh karena itu, kelas sosial dari masyarakat telah
berubah jika dahulu yang melakukan ibadah haji merupakan orang berkecukupan bahkan
yang mempunyai rezeki lebih, sekarang yang banyak orang yang yang telah melakukan haji
namun kehidupannya telah berubah menjadi kurang.

o Kebutuhan yang dirasakan


Bencana banjir rob akibat pasang surut air laut menghancurkan kegiatan sosial
masyarakat. Ketika salah satu warga merayakan tasyakuran, khitanan, nikah dan kegiatan
lainnya, terlihat terganggunya kegiatan sosial tersebut. walaupun tanggal acara atau kegiatan
telah ditetapkan dan tata cara diatur dengan menggunakan berbagai peralatan jika tiba-tiba
terjadi banjir rob dengan intensitas tinggi akan menimbulkan kekacauan. hal ini Tentunya
membuat malu tuan rumah acara, apalagi jika pernikahan tersebut melibatkan warga diluar
desa bedono dan mereka tidak mengetahui situasi yang terjadi di Desa bedono.

o Kebutuhan yang diekspresikan


Aktivitas warga menjadi berkurang akibat rob yang menggenangi lingkungan
pemukiman. Air yang masuk ke dalam rumah akan mengurangi aktivitas dan kegiatan
penghuni sehari-hari. Kenyamanan warga dalam beraktivitas sehari-hari pun ikut hancur dan
tidak efektif. Namun hal tersebut menjadi kenyataan yang harus diterima dan menjadi
kehidupan sehari-hari terutama bagi para warga desa bedono yang tidak mampu merenovasi
dan membesarkan rumahnya.

3.5 Analisa Kebutuhan (Need Assessment)

o Pengumpulan Informasi
Bagaimana cara Peneliti/Penulis dari studi kasus, mengumpulkan informasi/data di
Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak? Pengumpulan data kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah informan Fokus penelitian ini antara lain adalah:

(1) Fluktuasi rob, yaitu: waktu, ketinggian dan luas rob di lokasi
(2) Kegiatan masyarakat, yaitu: mata pencaharian, pendapatan sehari-hari, kegiatan
pembudidayaan perikanan, kegiatan belajar
(3) Perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu: adaptasi, impian/cita-cita (goals), perilaku
masyarakat dalam mengatasi rob (integrasi), dan upaya masyarakat untuk menjaga dan
mempertahankan perilaku dalam mengatasi rob (latensi)

19
Informan pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sumber data pendukung yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
berupa dokumen-dokumen penelitian yang telah dilakukan.

o Identifikasi Kesenjangan(input, proses, produk, output, dan outcome)


Input
Rob yang terjadi di Desa Bedono akan mengalami puncak pada sekitar bulan April
hingga Juni. Rob memiliki pola, itu akan mengalami peningkatan selama sekitar 4 sampai 5
jam, dan menyimpannya selama 2 jam pada puncaknya, lalu perlahan-lahan akan surut.
Puncak tertinggi banjir rob terjadi dua kali dalam seminggu. Bencana rob yang terjadi di Desa
bedono surut sekitar 70 cm dari posisi air laut. Rob pada saat memiliki ketinggian sekitar 110
cm di atas ketinggian pasang surut. Saat musim hujan tidak akan mempengaruhi ketinggian
rob, namun banjir saat air pasang akan menambah tingginya rob yang terjadi di Desa bedono

Proses
Rob merupakan fenomena alam yang mempengaruhi kehidupan manusia salah
satunya mempengaruhi mata pencaharian. di desa bedono, rob berdampak pada berbagai
aktivitas dan kegiatan pencarian masyarakat, mulai dari berbagai gangguan hingga aktivitas
mata pencaharian hilang hingga kehilangan mata pencaharian. Tetapi rob tidak selalu
berdampak negatif, rob yang terjadi di Desa Bedono juga memiliki dampak Positif terhadap
aktivitas mata pencaharian masyarakat di sana.

Produk
- Dampak rob terhadap kegiatan petani tambak di Desa Bedono. Hilangnya seluruh
tambak yang berada di luar tanggul di Desa Bedono. Adanya pergantian air,
menyuburkan ternak bandeng, dan matinya kerang.
- Dari peta penggunaan lahan yang mengalami hal tersebut hanyalah tambak yang
berada di sekitar bibir pantai. Proses distribusi memang sama sekali tidak terganggu
oleh adanya rob justru malah terbantu dengan adanya rob karena memudahkan
nelayan untuk memanen dan mengirim dengan menggunakan perahu
- Dampak rob terhadap kegiatan belajar siswa di Desa Bedono, kerusakan infrastruktur
akibat rob saat ini telah dapat diatasi karena adanya bantuan dari beberapa pihak
terkait sehingga bukan menjadi masalah utama bagi siswa dalam belajar.

Output
- Karena hancurnya tambak saat masyarakat belum dapat menyesuaikan diri dengan
rob menyebabkan para petani tambak di luar tanggul benar-benar kehilangan mata
pencahariannya dan tidak memiliki penghasilan.
- Di SD Bedono 3 karena belum adanya akses jalan yang mumpuni karena saat
terjadi rob jalan menuju lokasi tersebut akan tergenang air. Akibat seringnya
tergenang air maka jalan akan menjadi rusak bahkan tidak dapat dilewati saat
terjadi rob tinggi sehingga siswa terpaksa diliburkan dan kemungkinan kecil
siswa masuk sekolah saat rob tinggi tersebut menggenangi jalan dan sebagian
halaman sekolah. Akibat diliburkannya siswa akan berdampak terhadap
berkurangnya jam belajar siswa, sehingga dapat menurunkan hasil belajar siswa.
- Rob yang dialami oleh masyarakat Desa Bedono menyebabkan perubahan dalam
berbagai sistem kehidupan masyarakat.

20
Outcome
Dampak rob terhadap perubahan sosial dengan analisis teori struktural fungsional
Talcott Parsons antara lain: Adaptasi dilakukan dari tempat tinggal, mata pencaharian, air
bersih, sistem pertambakan, hingga sistem sosial masyarakat di desa Bedono. Tujuan
dilakukanya adaptasi untuk dapat bertahan hidup dan tinggal di tempat tinggal mereka dengan
menanggulangi berbagai dampak rob yang dialami. Integrasi dapat diamati dengan perilaku
masyarakat dalam membangun kerjasama dengan menghindari atau memanfaatkan rob,
kemudian masyarakat di Desa Bedono menyesuaikan tempat tinggal akibat rob berdasarkan
karakteristik lokasi yang terdapat di Desa Bedono.

o Analisis Performance (identifikasi masyarakat, sarana dan kelengkapan penunjang,


kebijakan daerah, iklim sosial dan iklim psikologis, dsb)

Identifikasi masyarakat
- Penduduk Desa Bedono memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan data dari profil Kecamatan Sayung tahun 2015 penduduk Desa Bedono
yang tidak tamat SD berjumlah 549 jiwa atau sekitar 14 %, sedangkan yang selesai
melanjutkan pendidikan sampai dengan tingkat perguruan tinggi sebanyak 21 orang
atau 1%. Tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuh adalah pendidikan SLTP
dan SLTA masing masing sebanyak 852 jiwa (22%) dan 823 jiwa (21%).
- Mata pencaharian penduduk Desa Bedono menurut profil Kecamatan Sayung tahun
2015 didominasi oleh pekerjaan sebagai buruh tani sebanyak 812 jiwa
(23,76%) pekerjaan berikutnya secara berturut turut adalah sebagai nelayan
yang mencapai 702 jiwa (20,54%), buruh bangunan 614 jiwa (17,97%), buruh
industri 576 jiwa (16,86%), pedagang 445 jiwa (13,02%), petani pemilik lahan 201
jiwa (5,88%), pekerja angkutan 64 jiwa (1,87%) dan terakhir adalah sebagai
pengusaha sebanyak 3 jiwa (0,09%).

Sarana dan kelengkapan penunjang


- Dalam bidang kesehatan, fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Bedono hanya
Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Bersalin Desa (Polindes) dengan jumlah
masing masing 1 unit. Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di Desa Bedono
juga terbatas dimana hanya terdapat 2 petugas kesehatan saja, yaitu 1 orang bidan
dan 1 orang dukun bayi. Fasilitas dan tenaga medis yang terbatas dibandingkan
dengan luas wilayah dan jumlah penduduk Desa Bedono menjadi tantangan bagi
pelayanan kesehatan. Apabila dalam keadaan tertentu dimana penduduk Desa
Bedono mengalami gangguan kesehatan yang tidak dapat ditangani oleh
Puskesmas Pembantu tersebut, dirujuk ke Puskesmas Kecamatan yang terdapat di
Desa Purwosari dengan jarak tempuh sekitar 3 km.
- Desa Bedono merupakan desa pesisir yang berbatasan dengan laut. Berdasarkan data
Kecamatan Sayung dalam angka tahun 2015 yang membagi antara luas tanah sawah
dan tanah kering, Desa Bedono terdiri dari 0 Ha (0%) tanah sawah dan 739 Ha
(100%) tanah kering. Luas penggunaan tanah kering di Desa Bedono terdiri dari 74,5
Ha (10,27%) berupa pekarangan atau bangunan, Tegalan/kebun 50 Ha (6,89%) dan
tambak 600,8 Ha (82,83%).

Kebijakan daerah

21
Menurut Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya risiko bencana yang terjadi
adalah potensi dari bencana itu sendiri. Potensi bencana yang terjadi di Desa Bedono berupa
banjir rob merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Bencana seperti ini
memerlukan upaya mitigasi secara struktural yang melibatkan banyak pihak, anggaran yang
besar dan waktu pelaksanaan mitigasi secara terus menerus. Besarnya sumber daya yang
diperlukan dalam pelaksanaan mitigasi terhadap bencana banjir rob menyebabkan proses
mitigasi sulit dilaksanakan. Mitigasi yang sulit dilaksanakan menyebabkan pengurangan
risiko bencana banjir rob tidak tertangani dengan baik.

Iklim sosial dan iklim psikologis


Struktur masyarakat Desa Bedono merupakan masyarakat yang sederhana dan belum
banyak terpengaruh secara langsung oleh pihak luar. Budaya, tatanan hidup dan kegiatan
masyarakat Desa Bedono relatif homogen yang secara historis turun temurun hidup di
daerah tersebut.

o Identifikasi Hambatan dan Sumber


- Peningkatan intensitas dan volume bencana banjir rob. Bencana banjir rob merupakan
bencana yang disebabkan oleh peristiwa astronomi dan ulah manusia. Intensitas dan
besaran bencana banjir rob yang disebabkan oleh peristiwa astronomi cenderung relatif
tetap. Berbeda dengan sebab tersebut, sebab banjir rob akibat ulah manusia memberi
sumbangsih yang lebih besar dari sebab astronomi dan cenderung meningkat intensitas
dan volumenya dari waktu ke waktu
- Nilai strategis Desa Bedono. Desa Bedono terletak 20 km ke arah barat dari Kota
Demak, dan berjarak 3 km dari kantor Kecamatan Sayung dan jalan Pantura Jawa. Di
Desa Bedono tidak terdapat bangunan, kantor atau industri yang bernilai strategis yang
memerlukan penanganan khusus. Bangunan yang terdapat di Desa Bedono hanya berupa
pemukiman, tambak, sekolah dan beberapa lokasi wisata. Tidak adanya sesuatu
bangunan atau instansi yang bernilai strategis menjadikan perhatian pemerintah daerah
maupun pusat dalam penanganan korban bencana banjir rob tidak maksimal.
- Keterbatasan peran pemerintah daerah. Penanganan terhadap kejadian bencana
merupakan tanggung jawab bersama pemerintah bersama dengan masyarakat.
Pemerintah memiliki peran dalam terwujudnya suatu bentuk manajemen bencana. Selain
sebagai pihak yang menentukan kebijakan dalam merumuskan manajemen bencana,
pemerintah juga berfungsi sebagai pihak fasilitator yang menyediakan sarana dan
prasarana dalam penanganan terhadap suatu bencana.
- Kendala yang dihadapi masyarakat Desa Bedono dalam melakukan strategi adaptasi
adalah
(1) Minimnya fasilitas infrastruktur umum. Rusaknya fasilitas umum berupa jalan dan
jembatan menyebabkan pelaksanakan adaptasi secara fisik mengalami kesulitan.
Identifikasi Karakteristik Komunitas (Gunakan konsep komunitas)
(2) Keterbatasan anggaran. Tingkat pendapatan warga Desa Bedono yang rendah
menjadikan berbagai macam strategi secara fisik sulit dilakukan.
(3) Perubahan mata pencaharian tidak bisa menjamin kehidupannya lebih baik dari
profesi sebelumnya. Kemunculan profesi baru seiring dengan pengembangan wisata
di Desa Bedono belum membawa perubahan yang lebih baik.

22
o Identifikasi Prioritas Tujuan
Rob yang dialami oleh masyarakat Desa Bedono menyebabkan perubahan dalam
berbagai sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu dengan mengidentifikasi
permasalahan yang ada maka dipilih strategi/program apa yang akan menangani masalah
banjir rob, dibuat berdasarkan (1) strategi adaptasi secara fisik, (2) strategi adaptasi secara
ekonomi, dan (3) strategi adaptasi secara sosial. Bencana banjir rob berimplikasi pada
ketahanan wilayah Desa Bedono.

o Merumuskan Masalah
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak adalah dampak dari banjir rob yang mengubah berbagai aspek,
diantaranya: 1) Aspek Ekonomi; 2) Aspek Fisik; 3) Aspek Sosial. Dari ketiga aspek tersebut,
dampak-dampak yang ada menimbulkan suatu perubahan pola hidup atau penyesuaian untuk
terus mengatasi banjir rob. Dalam aspek ekonomi, masyarakat memiliki masalah pada
bertambahnya pengeluaran tiap tahun dan mengurangnya pendapatan. Dalam aspek fisik,
masyarakat mengalami kerusakan pada bangunan tempat tinggal, tergenangnya pemukiman,
dan rusaknya fasilitas umum. Sedangkan dalam aspek sosial, masyarakat mendapatkan
permasalahan hilangnya mata pencaharian sehingga harus beralih profesi, perubahan perilaku
kesehatan, dan perubahan aktivitas masyarakat.

BAB IV

DESAIN PROGRAM PEMBANGUNAN YANG DIAJUKAN

23
4.1 Pembangunan Rumah Panggung sebagai Solusi dalam Beradaptasi dengan Banjir Rob
Pada kasus masyarakat pesisir Kabupaten Demak, khususnya Desa Bedono yang mana
selama bertahun-tahun tergenang banjir rob, maka diperlukan perubahan teknologi dalam
membuat tempat tinggal ataupun bangunan yang dapat hidup berdampingan dengan genangan air
rob. Selama ini bangunan warga menggunakan tembok dari batu bata. Sehingga tidak fleksibel
dan akan mudah mengalami kerusakan ketika ada banjir rob dengan intensitas tinggi. Hal ini
menyebabkan lambat laun warga akan kehilangan tempat tinggalnya. Hal serupa tidak akan
terjadi apabila warga masyarakat mau beralih kepada bangunan panggung, yang lebih fleksibel
dengan genangan air rob.
Rumah panggung merupakan sistem konstruksi yang mempunyai bidang lantai yang
terangkat dari permukaan tanah (atau air), dengan tiang-tiang penopangnya (Pribadi et al, 2011).
Berdasarkan lokasi pendirian, rumah panggung dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu rumah
panggung di kawasan berair, rumah panggung di kawasan semi berair, dan rumah panggung di
darat (Sastrawati, 2009).
Rumah panggung yang cocok dalam beradaptasi dengan air rob di kawasan pesisir
Kabupaten Demak ialah rumah panggung model Ark’a Modulam. Ark’a Modulam merupakan
salah satu alternatif modul konstruksi dan tiang utama rumah panggung yang bila lahan basahnya
tak berair, maka pondasi rumah akan berpijak pada tanah. Dan apabila lahan basahnya berair,
maka pondasi rumah akan mengapung. Adanya ark’a modulam membuat lantai rumah akan
terbebas dari rendaman banjir rob

Gambar 3. Ilustrasi Model Kampung Lahan Basah Saat Kemarau (bangunan berpijak pada tanah), dan
saat penghujan (bangunan mengapung) (Sumber: iplbi.or.id)

Pengapungan bangunan dalam ark’a modulam menggunakan drum plastik 200 liter
yang dirakit secara berdiri. Dalam ark’a modulam ini terdapat semacam menara mini sebagai
pijakan pondasi rumah panggung saat lahan basah tak berair. Tiang tower mini dipancang
dengan kedalaman memperhatikan kondisi tanah. Ark’a Modulam ini menawarkan 3 modul
desain yaitu modul A dengan 4 drum, modul R dengan 8 drum dan modul K dengan 16 drum.
Bila posisi modul berada di pinggir, modul dilengkapi dengan konstruksi tonggak vertikal
yang berfungsi sebagai sistem tambat bila rumah mengapung. Tonggak vertikal ini juga
dipancang dengan kedalaman memperhatikan kondisi tanah.

24
Gambar 4. Ark’a Modular. Modul A, 4 drum; Modul R, 8 drum dan Modul K, 16 drum (sumber:
iplbi.or.id)

Adanya Ark’a Modulam ini rumah panggung dapat diubah menjadi rumah amfibi.
Diharapkan rumah amfibi ini akan memberikan keunikan tersendiri, bermanfaat dan dapat
dijadikan salah satu alternatif dalam membangun rumah yang bebas banjir pada perumahan di
lahan basah, sekaligus berpotensi sebagai atraksi wisata perkotaan. (Sumber: Iplbi. 2016)

Gambar 5. Ark’a Modulam modul A dalam Proposal Desain Taman Kanak-Kanak Dan Panti

Asuhan di Komplek Mendawai Palangka Raya. (sumber: iplbi.or.id)

Dengan menerapkan konsep ini, apabila banjir rob datang maka bangunan akan
mengapung sehingga tidak terendam air. Sehingga seluruh permukiman masyarakat
terdampak banjir rob akan mengapung termasuk jalan, fasilitas sosial/umum, bahkan
septictanknya akan mengapung bila air dari banjir rob menggenangi wilayah tersebut.

25
Gambar 6. Ark’a Modulam modul A sebagai konstruksi Jalan Lingkungan

26
BAB V

KESIMPULAN

Bencana banjir rob yang terjadi di Desa Bedono telah menyebabkan berbagai perubahan pola
hidup dari masyarakat Desa Bedono sendiri. perubahan pola hidup ini disebabkan oleh dampak-
dampak banjir rob yang berlangsung selama bertahun-tahun. ada berbagai aspek yang terdampak oleh
banjir rob di Desa Bedono, yaitu: 1) Dampak Fisik; 2) Dampak Ekonomi; 3) Dampak sosial
masyarakat. Dampak fisik yang dialami oleh masyarakat Desa Bedono antara lain seperti hilangnya
lahan tambak, tergenangnya pemukiman warga, rusaknya akses jalan, dan rusaknya fasilitas umum
serta sarana-prasarana.
Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Desa Bedono akibat banjir rob antara lain
adalah meningkatnya pengeluaran tahunan masyarakat, karena untuk keperluan penanggulangan
banjir rob seperti peninggian tanah pada rumah, serta berkurangnya pemasukan keuangan keluarga
petani tambak dari hasil tambak akibat tenggelamnya lahan tambak. Sedangkan dampak sosial yang
dirasakan oleh masyarakat Desa Bedono antara lain adalah adanya perubahan mata pencaharian,
perubahan perilaku kesehatan akibat tinggal di kawasan kumuh yang terus tergenang air rob, dan
perubahan perilaku hidup karena harus beraktivitas di tengah genangan air rob
Untuk mengatasi dampak-dampak tersebut, masyarakat Desa Bedono secara kolektif
melakukan partisipasi dalam penyesuaian diri dalam menghadapi bencana air rob tersebut.
penyesuaian diri atau adaptasi yang sampai sekarang membentuk pola hidup baru masyarakat Desa
Bedono antara lain yaitu: 1) Dalam beradaptasi mengurangi dampak fisik, masyarakat Desa Bedono
melakukan pembangunan tanggul dengan waring pada tambak setiap tahunya, meninggikan
permukaan tanah pada rumah masing-masing setiap tahun, bergotong-royong membuat tanggul dan
meninggikan akses jalan; 2) Dalam beradaptasi mengurangi dampak ekonomi, sebagian masyarakat
mencoba untuk melakukan perdagangan di kawasan wisata pantai Morosari dan makam Syekh
Subakir, dengan tujuan menambah pemasukan keluarga; 3) Dalam beradaptasi mengurangi dampak
sosial, sebagian masyarakat beralih profesi menjadi buruh industri atau menjadi nelayan seser/nelayan
tradisional dengan mengandalkan jaring sederhana.
Namun, penyesuaian diri yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Bedono tidak akan
bertahan lama dan hanya membuat masyarakat bertahan dan pasrah akan keadaan. Adaptasi-adaptasi
yang telah dilakukan masyarakat bukanlah sebuah solusi. Karena permukaan tanah selalu turun atau
rob selalu meninggi dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, diperlukan pola hidup baru dengan konsep
alih teknologi seperti mengubah bentuk rumah, mengubah bentuk jalan, mengubah bentuk sekolah,
bentuk tempat ibadah, dan bangunan lain pada area terdampak menjadi rumah panggung yang dapat
hidup berdampingan dengan genangan air. Hal ini didasari karena rumah panggung lebih fleksibel
ketika permukaan air naik.
Salah satu rumah panggung yang cocok untuk kasus ini adalah rumah panggung model Ark’a
Modulam, karena Ark’a Modulam sendiri berkonsep ketika genangan air naik maka bangunan akan
ikut naik dan mengapung, begitu sebaliknya ketika permukaan air turun maka bangunan juga akan
turun.

27
DAFTAR PUSTAKA

- Luthfi Eka Rahmawan, Bambang D yuwono, M Awaludin. 2016. Survei Deformasi Muka
Tanah Kawasan Pesisir dengan Menggunakan Metode GPS Di Kabupaten Demak 2016.
Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/83768-ID-survei-pemantauan-
deformasi-muka-tanah-k.pdf. Pada 10 Mei 2021

- Akhmad Asrofi, Su Ritorhadoyo, Danang Sri Hadmoko. 2017. Strategi Masyarakat Pesisir
Dalam Penanganan Banjir Rob dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah. Diakses dari
https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/26257. Pada 16 mei 2021

- Angkasa, Zuber (2017). Penerapan Konsep Arsitektur Rumah Panggung di Lingkungan


Perkotaan. Jurnal Arsir Vol.1 No.2 Desember 2017

- Web IPLBI, Memperkenalkan Ark’a Modulam: Alternatif Konstruksi Pondasi dan Tiang
Utama Rumah Amfibi di Lahan Basah. Diakses dari https://iplbi.or.id/memperkenalkan-arka-
modulam-alternatif-konstruksi-pondasi-dan-tiang-utama-rumah-amfibi-di-lahan-basah/. Pada
17 Mei 2021

28
LAMPIRAN
- Kusuma, M., Setyowati, D., & Suhandini, P. (2017). DAMPAK ROB TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI KAWASAN ROB DESA BEDONO
KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK. Journal of Educational Social Studies,
5(2), 121-127. https://doi.org/10.15294/jess.v5i2.14076

- Asrofi, Akhmad, hardoyo, Su Rito, AND Sri Hadmoko, Danang. "Strategi Adaptasi
Masyarakat Pesisir Dalam Penanganan Bencana Banjir Rob Dan Implikasinya Terhadap
Ketahanan Wilayah (Studi Di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa
Tengah)" Jurnal Ketahanan Nasional [Online], Volume 23 Number 2 (23 August 2017)
Available at: <https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/26257>. Date accessed: 21 may
2021. /*doi:http://dx.doi.org/10.22146/jkn.26257. */ doi:https://doi.org/10.22146/jkn.26257.

29
30

Anda mungkin juga menyukai