Anda di halaman 1dari 84

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KONSEP

DIRI POSITIF PESERTA DIDIK MI TSAMROTUL HUDA II


JATIROGO BONANG DEMAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

AHMAD FAUZI ANNUZUL


(073111059)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ahmad Fauzi Annuzul
NIM : 073111059
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 23 Mei 2012


yang menyatakan,

Ahmad Fauzi Annuzul


NIM. 073111059

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua


Terhadap Konsep Diri Positif Peserta Didik
MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak.
Penulis : Ahmad Fauzi Annuzul
NIM : 073111059

Skripsi ini membahas pengaruh pola asuh orang tua terhadap konsep diri
positif peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak. Kajianya
dilatarbelakangi oleh konsep diri yang ada pada diri peserta didik MI Tsamrotul
Huda II masih kurang terbentuk. Hal ini dilihat dari rasa percaya diri anak yang
kurang, merasa rendah diri bila berbeda pendapat dengan orang lain dan tidak bisa
mengontrol dan mendisiplinkan diri mereka sendiri.
Mayoritas riwayat pendidikan orang tua peserta didik adalah MTs / SMP
sehingga mereka kurang begitu mengetahui tentang bagaimana cara mendidik
anak yang baik dan efektif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab
permasalahan : 1) Untuk mengetahui pola asuh orang tua pada peserta didik MI
Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak? 2) Untuk mengetahui konsep diri
yang positif pada peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak? 3)
Untuk mengetahui adakah pengaruh antara pola asuh orang tua dengan konsep diri
peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak?
Permasalahan di atas dibahas melalui penelitian kuantitatif. Sampel
penelitian sebanyak 57 diambil dari kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II
Jatirogo Bonang Demak. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen yang
berupa angket, dan dokumentasi.
Data yang diperoleh melalui instrumen angket dan dokumentasi dianalisis
dengan menggunakan analisis anava. Kajian ini menunjukkan bahwa: 1)
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil angket tentang pola asuh orang
tua pada peserta didik kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang
Demak menunjukkan bahwa 8 peserta didik diasuh dengan menggunakan pola
asuh otoriter, 8 diasuh dengan pola asuh demokratis, dan 41 peserta didik diasuh
dengan menggunakan pola asuh permisif. 2) Berdasarkan hasil perhitungan Mean,
diketahui bahwa Mean dari variabel Y (konsep diri) adalah 48,625 dari pola asuh
otoriter, 48,512 dari pola asuh permisif , dan mean tertinggi terdapat pada pola
asuh demokratis yaitu 78. 3) Ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang
tua terhadap konsep diri positif peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan
analisis anava satu jalur diperoleh nilai Fhitung = 182,395. Kemudian
dikonsultasikan pada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Diketahui
bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 3,17. dan pada taraf signifikansi 1% =
5,01. Maka nilai Fhitung sebesar 182,395. lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf
signifikansi 5% maupun 1%. Dengan demikian, hasilnya dinyatakan signifikan
dan hipotesis yang diajukan diterima. Artinya ada pengaruh antara pola asuh
orang tua terhadap konsep diri positif peserta didik kelas V dan VI MI Tsamrotul
Huda II Jatirogo Bonang Demak.

vi
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الر حمن الر حيم‬

Asslamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirobbil ’aalamiin, berkat usaha keras yang tidak terlepas dari
rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Allah SWT, penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh pola asuh orang tua otoriter terhadap
konsep diri peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak.” Satu
kebahagiaan tersendiri penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, meskipun
sesungguhnya masih banyak dijumpai kekurangan. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepangkuan beliau junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. yang
telah membawa umat Islam ke arah perbaikan, peradaban, dan kemajuan sehingga
kita dapat hidup dalam konteks beradab dan modern.
Rasa syukur tidak ada hentinya penulis tujukan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam. Meskipun banyak cobaan dan rintangan yang dihadapi, namun
semua itu berkat dukungan dari pihak-pihak yang selalu memberikan semangat
hingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang. Terima kasih karena sudah memberikan izin penelitian sehingga
penelitian bisa berjalan dengan lancar.
2. Drs. Abdul Wahid, M.Pd. selaku dosen pembimbing I, dan Dra. Mntholi’ah,
M.Pd. selaku dosen pembimbing II, yang tak kenal lelah membimbing dan
mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.
3. Segenap civitas akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah membuka
cakrawala pemikiran lebih giat menggali dan mengembangkan keilmuan Islam
bagi penulis.

vii
4. Nasirudin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Dra. Ani Hidayati, M.Ag, selaku dosen wali yang senantiasa sabar dalam
memberi pengarahan demi kelancaran dalam perkuliahan.
6. Dosen dan Staf Pengajar di IAIN Walisongo Semarang, khususnya Ibu Erviin
dan semua Dosen PAI yang telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan.
7. Dr. Mustaqim, M.Pd., Dr. Muslih, M.A., Drs. Darmuin, M.Ag., dan Mursid,
M.Ag. Terima kasih karena sudah memberikan pelajaran singkat terhadap
penulis.
8. Kepala Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Tsamrotul Huda II Jatirogo yang telah
berpartisipasi aktif dalam membantu penulis selama mengumpulkan data di
Madrasah Ibtidaiyah Tsamrotul Huda II Jatirogo.
9. Ayah dan Ibu tercinta (Kasdi Asmuin dan Faridah) yang senantiasa berusaha
dengan keras, mendo’akan setiap langkah yang penulis tempuh, serta menjadi
inspirasi bagi penulis untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal.
semoga Allah Ta’ala senantiasa ridho dan inayah, kebahagiaan serta
memberikan kesehatan kepada beliau.
10. Segenap keluarga besar (K.H Nurhadi, alm.), mbah Ibu (ibu Afiyah, almrh.)
(budhe sehah, paklek Dul, paklek Um, paklek Ali, paklek Udin, paklek Sal,
paklek Zen, bulek Umi, bulek Nur, bulek Sol, bulek Mud, mbak Lut, mbak
Safi’, mas Haqi. Karena mereka semualah penulis bisa tegar dalam menjalani
hari demi hari dalam penyusunan skripsi.
11. Sahabat- sahabat PAI B, PPL SMA Walisongo, KKN ke 57 Posko 37 yang
selalu berjuang bersama, yang penulis anggap sebagai keluarga, meskipun
tidak ada ikatan darah yang mengalir. Serta teman-teman yang menyertai
perjuangan di IAIN WALISONGO ini baik jurusan PAI, PBA, PGMI, TBI,
Tadris-tadris lain dan teman-teman fakultas selain Tarbiyah..
12. Teman-teman seperjuangan (Lutfi, Ishom, Paijo, Imam, Danu, Fadli, Zudit,
Madon, dan teman-teman lainya yang tidak bisa penulis sebut namanya satu
persatu.

viii
13. Mas Aunur Rahman terima kasih penulis ucapkan karena sudah mau
membimbing secara intensif pasca terpuruk sehingga penulis bisa bangkit dan
bisa melanjutkan kembali untuk menyusun skripsi.
14. Khusus buat dek Lia, terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan,
karena sudah memberikan semangat, nasehat, motivasi, inspirasi dan selalu
setia menemani dan menunggu disaat bimbingan, mau menjadi teman belajar,
menjadi teman curhat, menjadi teman disaat galau, dan terima kasih karena
sudah mau menjadi “sesuatu” buat penulis.
Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberikan apa-apa, hanya
ucapan terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah SWT membalas
semua amal kebaikan mereka dan melimpahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan
Inayah-Nya.
Ridho Allah semoga tercurahkan atas semua dukungan dan bantuan semua
pihak menjadi amal shalih dan mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala. Dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin Ya Rabbal
‘Alamiin…

Semarang, 26 Juni 2012


Penulis,

Ahmad Fauzi Annuzul


NIM. 073111059

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PENGESAHAN ................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Kajian Pustaka ......................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik .................................................................... 7
1. Pola Asuh Orang Tua ....................................................... 7
a. Pengertian Pola Asuh ................................................. 7
b. Tugas Dan Kewajiban Orang Tua ............................. 10
c. Macam-macam Pola Asuh ......................................... 11
2. Konsep Diri ....................................................................... 16
a. Pengertian Konsep Diri ............................................ 16
b. Pembagian Konsep Diri ............................................. 18
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ...... 23
3. Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Konsep Diri Anak . 26
C. Rumusan Hipotesis .................................................................. 29

x
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 30
C. Populasi, Sampel Penelitian ..................................................... 31
D. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................ 31
E. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 32
F. Metode Analisis Data ............................................................... 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Data Umum Hasil Peneliian .................................................... 38
B. Deskriptif Data Penelitian ........................................................ 39
C. Analisis Pendahuluan ............................................................... 40
D. Analisis Uji Hipotesis .............................................................. 47
E. Analisis Lanjut ......................................................................... 52
F. Keterbatasan Penelitian............................................................. 53

BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 55
B. Saran ........................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk
kepribadian anak. Esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga,
sedangkan sekolah hanya berpartisipasi.
Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memberikan fundasi primer
bagi perkembangan anak, juga memberikan pengaruh yang menentukan bagi
pembentukan watak dan kepribadian anak yaitu memberikan stempel, yang
tidak bisa dihapuskan bagi kepribadian anak. Maka baik buruknya keluarga
ini memberikan dampak yang positif atau negatif pada pertumbuhan anak
menuju kepada kedewasaannya.1
Psiko dinamik memandang bahwa, keluarga merupakan lingkungan
yang sosial yang secara langsung mempengaruhi individu. Keluarga
merupakan lingkungan mikrosistem, yang menentukan kepribadian dan
kesehatan mental anak. Keluarga lebih dekat hubungannya dengan anak
dibandingkan dengan masyarakat luas. Karena itu dapat digambarkan
hubungan ketiga unit itu sebagai anak - keluarga - masyarakat. Artinya
masyarakat menentukan individu. Dengan demikian, keluarga merupakan
lingkungan yang sangat penting dari keseluruhan sistem lingkungan.2
“Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri anak sendiri
(persepsi diri). Persepsi diri tersebut dapat bersifat sosial, fisik, dan psikologis
yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan orang lain”.3
Ada pun orang lain yang dimaksud dan yang akan membubuhkan tanda
pada konsep diri seseorang anak adalah orang tua, kawan sebaya, dan
masyarakat termasuk guru yang ada di sekolah. Orang tua kita adalah kontak
1
Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 166.
2
Moeljono Noto Soedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental, (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang 2002), hlm. 123.
3
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm.
99.

1
yang paling awal yang kita alami dan yang paling kuat. Dan karena mereka
sangat penting, apa yang dikomunikasikan oleh orang tua pada anak lebih
menancap dari pada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya.4
Konsep diri yang tinggi pada anak dapat tercipta apabila kondisi
keluarga ditandai dengan adanya integritas dan tenggang rasa yang tinggi
antar angggota keluarga. Juga oleh sikap ibu yang puas terhadap hubungan
ayah-anak, mendukung rasa percaya dan rasa aman anak, pandangan positif
terhadap dirinya sendiri dan terhadap suaminya. Adanya integritas dan
tenggang rasa, serta sikap positif dari orang tua, akan menyebabkan anak
memandang orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap ayah
sebagai teman karib atau orang yang dapat dipercaya. Kondisi keluarga yang
demikian dapat membuat anak menjadi lebih percaya dalam membentuk
seluruh aspek dalam dirinya Karena ia mempaunyai model yang dapat
dipercaya.5
Konsep diri yang ada pada diri peserta didik MI Tsamrotul Huda II
masih kurang terbentuk. Hal ini dilihat dari rasa percaya diri anak yang
kurang, merasa rendah diri bila berbeda pendapat dengan orang lain dan tidak
bisa mengontrol dan mendisiplinkan diri mereka sendiri.
Mayoritas riwayat pendidikan orang tua peserta didik adalah MTs /
SMP sehingga mereka kurang begitu mengetahui tentang bagaimana cara
mendidik anak yang baik dan efektif, mereka masih menggunakan metode
lama atau metode tradisional yang berasal dari masyarakat otoraktis yaitu
dengan cara menghukum apabila anak melakukan kesalahan, memerintah
anak dengan tanpa menjelaskan alasan, mengomentari anak dengan komentar
yang menjatuhkan. Cara seperti itu dapat menghalangi anak untuk
mengekspresikan diri dan dapat menumbuhkan perasaan kurang percaya diri
dan minder, yang selanjutnya mengakibatkan munculnya fenomena prilaku
yang tidak wajar karena konsep diri yang kurang terbentuk (lemah)

4
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati, 2002),
hlm. 34.
5
Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan, (Jakarta: ARCAN, 1991), hlm.
31-32.

2
Keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi
perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau
bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, mengahrgai pendapat
gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam
kehidupan.6
Anak-anak hari ini adalah orang dewasa dimasa yang akan datang.
Mereka akan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang cukup besar
sebagaimana dalam kehidupan orang-orang dewasa pada umumnya. 7
Bagaimana keadaan orang dewasa dimasa yang akan datang sangat tergantung
kepada sikap dan penerimaan serta perlakuan orang tua terhadap anak-
anaknya pada saat sekarang.
Orang tua yang bersikap otoriter dan yang memberikan kebebasan
penuh menjadi pendorong bagi anaknya untuk berperilaku agresif. 8 Sikap
orang tua yang kasar dan keras, perilaku orang tua yang menyimpang,
dinginnya hubungan antara anak dengan orang tua dan antara ayah dengan
ibu, menjadi pendorong utama anak berperilaku agresif. Berbeda dengan
orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan andil terhadap perilaku
anak untuk agresif dan menjadi pendorong terhadap perkembangan anak ke
arah yang positif.
Memaksakan kehendak orang tua terhadap anak juga merupakan
kebiasaan yang perlu dihindarkan, sebab anak masih tumbuh dan berkembang.
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tentu keadaan anak jauh
berbeda dengan kedua orang tuanya. Janganlah diminta dan diharapkan sama,
sebab memang berbeda dalam kenyataannya. Jika anak kurang berminat
dalam bidang matematika dan tertarik kepada masalah-masalah sosial,
mengapa tidak kita biarkan dan mengarahkan mereka pada perkembangan

6
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2008), hlm. 40-41.
7
Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 85.
8
Moh. Shohib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 4.

3
minat dan bakatnya agar lebih baik lagi. Mengapa kita inginkan dan kita
paksakan agar anak kita “harus” mempunyai minat dan bakat yang sama
dengan diri kita sendiri, padahal jelas bahwa anak adalah anak kita dan bukan
diri kita sendiri.9

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan untuk membatasi permasalahan yang ada,
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola asuh orang tua pada peserta didik MI Tsamrotul Huda II
Jatirogo Bonang Demak ?
2. Bagaimana konsep diri yang positif pada peserta didik MI Tsamrotil Huda
II Jatirogo Bonang Demak ?
3. Adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap konsep diri peserta didik
MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola asuh orang tua yang ada pada peserta didik MI
Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak.
2. Untuk mengetahui konsep diri peserta didik MI Tsamrotul Huda II
Jatirogo Bonang Demak.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara pola asuh orang tua dengan
konsep diri positif peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang
Demak.

9
Hasan Basri, Keluarga Sakinah, hlm. 111.

4
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa Tarbiyah sebagai
calon pendidik tentang hal-hal yang berkaitan tentang pola asuh orang tua
dengan konsep diri.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak khususnya bagi guru, sehingga dapat memberi motivasi.

5
BAB II
POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI POSITIF
PESERTA DIDIK

A. Kajian Pustaka
Kajian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh :
1. Munthohiroh Hidayati NIM. 073111354 dengan judul skripsi “pengaruh
pola asuh demokrasi orang tua terhadap tingkat kecerdasan interpersonal
anak didik di Bustanul Atfal Aisyiyah Kowangan Kabupaten
Temanggung” dengan hasil penelitian ada pengruh yang signifikan
dengan garis regresi y = 0,56 x + 34,97 seangkan hasil penelitian ini
diperoleh Freg sebesar 14,53 lebih besar dari F tabel taraf signifikan 5% =
4,04 dan taraf signifikan 1% = 7,19.
2. Penelitian Afizul Chusna NIM. 3103053 dengan judul skripsi “pengaruh
sikap over protective orang tua terhadap sikap mandiri anak studi atas
siswa kelas V dan VI SD Islam Al Azhar 25 Semarang” denga hasil
penelitian menunjukkan bahwa rxy = 0,804 > r tabel pada taraf signifikan
r(0,01) = 0,306 dan r(0,05) = 0,235 sedangkan hasiol analisis regresi diperoleh
Freg = 128,061 > F tabel pada taraf signifilkan F(0,01) = 7,08 dan F(0,05) =
4.00 penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara
sikap over protective orang tua terhadap sikap mandiri anak.
3. Penelitian yang dilakukan Qomaruddin NIM. 0731110394 dengan judul
“pengaruh kepedulian orang tua terhadap kedisiplinan siswa belajar
agama di MI Muhammadiyah Kuwon Masaran sragen tahun pelajran
2008/2009” dengan hasil penelitian rxy = 0,226 dan rt (0,05) = 0,244 dan rt
(0,01) = 0,317. Karena rxy < rt maka taraf signifikan 5% dan 1% berarti tidak
signifikan dan hipotesisi yang menyatakan tidak ada pengaruh kepedulian
orang tua terhadap kedisiplinan siswa belajar Agama di MI
Muhammadiyah Kuwon Masaran Sragen tahun 2008/2009 adalah
diterima.

6
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penelitian yang akan
dilakukan ini berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sam peneliti pola asuh orang
tua. Akan tetapi, yang berbeda dalam penelitian ini adalah lebih menekankan
kepada pola asuh orang tua dan pengaruhnya terhadap konsep diri positif
peserta didik.

B. Pola Asuh Orang Tua


1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan
asuh. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, “kata pola berarti model,
sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh
mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri
sendiri”. 1
”Pola asuh diartikan cara membimbing atau bimbingan yaitu bantuan
pertolongan yang diberikan individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan dalam hidupnya agar supaya individu atau seorang individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.2
Sedangkan orang tua adalah ayah dan ibu. Dengan demikian pola
asuh orang tua dapat diartikan sebagai cara membimbing yang dilakukan
oleh ayah dan ibu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam
hidup seorang anak sehingga dapat mencapai kesejahteraan dalam
hidupnya
Keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi)
antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam
keluarga ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Orang tua
sebagai koordinator harus berperilaku proaktif jika anak menentang

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), hlm. 885.
2
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM, 1989), hlm. 5.

7
otoritas, segera ditertibkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-
aturan dan harapan-harapan.3
Banyak orang tua mengalami kesulitan dalam memahami perilaku
anak-anaknya yang sering kali terlihat tidak logis dan tidak sesuai dengan
perasaan sehat. Untuk memahami anak, membina kehidupan jasmaniah,
kecerdasan, perkembangan sosial dan perkembangan emosionalnya, orang
tua dituntut untuk memilki pengetahuan tentang perilaku mereka. Anak
sebagai manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, dan bersama-
sama mereka orang tua mengambil keputusan yang tepat mengenai cara-
cara yang dapat mendorong perkembangan hidup mereka.4 Anak-anak
tidak berkembang secara terpisah dari anggota komunitas yang lain.
Seluruh perilakunya, ungkapan bahasanya, pola bermainnya, emosinya,
dan keterampilannya, dipelajari dan dikembangkan dalam situasi yang
melingkunginya.
Kelurga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun
sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
sehat.5
Anak-anak hari ini adalah orang dewasa di masa yang akan
datang. Mereka akan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang
cukup besar sebagaimana dalam kehidupan orang-orang dewasa pada
umumnya.6 Bagaimana keadaan orang dewasa di masa yang akan datang

3
Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 19.
4
Maurice Bolson, Bagaiman Menjadi Orang Tua Yang Baik, Terj. H. M. Arifin, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1993), Hlm. 13.
5
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2008), hlm. 37.
6
Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 85.

8
sangat tergantung kepada sikap dan penerimaan serta perlakuan orang tua
terhadap anak-anaknya pada saat sekarang
Sehubungan dengan hal-hal di atas, maka tidak ada alternatif lain
kecuali mendidik anak-anak serta membimbingnya. Jaman selalu berubah,
putaran dan pergantian masa begitu cepat. Suasana lingkungan dan
perkembangan teknologi mempunyai dampak yang besar terhadap
kehidupan kerohanian dan perubahan nilai-nilai. Bertolak dari sinilah
bimbingan mutlak harus diberikan kepada anak-anak. Karena bila tidak
mereka akan kewalahan menghadapi perkembngan jaman.7 Dalam surat
An Nahl ayat: 78 Allah berfirman:

           

    

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.8 (Q.S.
An Nahl: 78)
Penjelasan dari ayat di atas adalah, Allah SWT. Berfirman
mmemberi tahu tentang kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan
terhadap segala sesuatu. Allah kemudian menyebut nikmatnya kepada
hamba-hambanya yang telah mengeluarkan mereka dari perut ibu-ibu
mereka dalam keadaan yang tidak mengetahui sesuatu. Kemudian kepada
mereka diberi indera pendengaran untuk menangkap suara, indera
penglihatan untuk melihat benda-benda yang dapat dilihat, dan hati (akal)
dengan perantaranya mereka dapat membedakan hal-hal yang baik dan
yang buruk, yang bermanfaat atau mandharat. Indera-indera ini diberikan

7
Umar Hasyim, Anak Saleh II, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 2010), hlm. 14.
8
Mahmud Junus, Tarjamah Al-Qur’an Al- Karim, (Bandung: PT. Al Maarif, 1986), hlm.
249.

9
kepada manusia secara bertahap makian tumbuh jasmaninya makin kuat
penangkapan indera-inderanya itu hingga mencapai puncak.9

2. Tugas Dan Kewajiban Orang Tua


Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungan
dimana dia bergaul dengan orang lain, terlebih dahulu ia hidup dalam
alam dan udara keluarga. Dalam keluarga itulah dia mengenal pendidikan
atau mengenyamnya pada mula pertama kali.10
Ada keyakinan yang sekarang masih dianggap benar oleh sebagian
masyarakat, ada anggapan bahwa tugas orang tua terhadap anak ialah
hanya sampai kepada menjodohkannya saja. Kalau anak sudah
dikhitankan dan dinikahkan orang tua sudah “tidak punya hutang” sudah
bebas dari tanggungan beban.11
Sesungguhnya tugas dan kewajiban orang tua untuk membimbing
anak-anaknya mempunyai beberapa landasan motivasi kerangka yaitu:
a. Bahwa hal tersebut adalah sebagai tujuan hidup manusia, agar
mempunyai keturunan yang dapat dibanggakan, tidak hanya sekedar
melahirkan anak saja.
b. Anak adalah sebagai amanat Allah kepada orang tua, yang tentu saja
tidak boleh diterlantarkan begitu saja.
c. Karena anak adalah sebagai amanat Allah, maka dengan sendirinya
juga sebagai cobaan dari Allah juga, apakah nantinya yang akan
diberikan terhadap anak. Karena bila mana orang tua tidak berbuat
dan bertindak benar, maka orang tua bisa masuk neraka karena anak.
d. Telah banyak bukti, bahwa anak memusuhi orang tua karena salah
didik.
e. Untuk itu semua, harapan para orang tua adalah agar anaknya
menjadi anak shaleh.

9
Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid 4, (Surabaya: Bina Ilmu,
1988), hlm. 583.
10
Umar Hasyim, Anak Saleh II, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, hlm. 96.
11
Umar Hasyim, Anak Saleh II, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, hlm. 147.

10
Mengenai dengan hal tersebut sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Hakim menyebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫حق الولد على والده أن يحسه اسمه وأدبه وأن يعلمه الكتا بة والسبا حة والرما ية وأن‬
(‫ )رواه الحاكم‬. ‫اليرزقه ﺇالطيبا وأن يروجه ﺇذاأدرك‬

Artinya: “Kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah:

1. Memberi nama yang baik


2. Membaguskan (mengajar) akhlaknya
3. Mengajar baca tulis
4. Mengajar renang
5. Mengajar memanah atau menembak (keterampilan)
6. Member makanan yang halal
7. Menjodohkan (menikahkan) bila telah dewasa dan orang tua
mampu”. (Hadits riwayat Imam Hakim).12
Bila hal di atas disimpulkan, maka kewajiban orang tua terhadap
anak hanya ada dua, yakni:
1. Memberikan pelajaran, didikan dan bimbingan tentang ilmu-ilmu
untuk bekal di dunia dan untuk bekal akhirat.
2. Agar sang anak bisa mengamalkan ilmu-ilmu tersebut secara nyata
dalam perilaku sehari-sehari sesuai ajaran Islam.

3. Macam-macam Pola Asuh


a. Pola Asuh Demokratis
Pola suh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang
tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak
selalu tergantung kepada orang tua, orang tua sedikit memberi
kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya.

12
Imam Jalaluddin Bin Abu Bakar As- Suyuti, Al-Jamiu As- Shogir ,(Bairut: Dar Al- Kutub
Al- Ilmiyah, 1990), juz I, hlm. 147-148.

11
Anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicraan
terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri.13
Pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan
adanya komunikasi yang diaglogis antara orang tua dan adanya
kehangatan yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua
sehingga ada peraturan perasaan. Jadi dalam pola asuh menggunakn
metode penjelasan, penalaran dan kebebasan mengeluarkan pendapat.
Selain itu juga menggunakan hukumam dan penghargaan, dengan
penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukumam tidak
pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman
hanya digunakan bila terbukti bahwa anak-anak secara sadar menolak
melakuakan apa yang diharapkan oleh orang tua. Seabliknya jika
perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan orang tua, mereka
diberikan pengahargaan dengan bentuk pujian atau pernyataan
persetujuan yang lain.14
Dapat disebutkan beberapa perilaku orang tua yang demokrasi
antara lain sebagi berikut:
1. Melakukan sesutau dalam keluaraga dengan cara bermusyawarah
2. Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan
memperlihatkan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan dan
pendapat si anak, serta memberi alasan yang dapat diterima,
dipahami dan dimengerti oleh anak.
3. Kalau ada sesuatu terjadi pada anggota keluarga, selalu dicari
jalan keluarnya secara bermusyawarah, juga dihadapinya dengan
tenang, wajar dan terbuka.
4. Hubungan antara keluarga saling menghormati
5. Terdapat hubungan yang harmonis

13
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm.111.
14
Muthohiroh, “Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan
Interpersonal Anak Didik”, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm.
19.

12
6. Adanya komuniksi dua arah yang anak juga dapat mengusulkan,
menyarankan, sesuatau kepada orang tuanya, dan orang tua
mempertimbangkannya.
7. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan, selagi sesuai dengan
norma-norma
8. Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian
9. Bukan mendikte apa-apa yang harus dikerjakan anak, tetapi selalu
disertai penjelasan yang bijaksana.15
Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab,
mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada. Akan tetapi, pola
asuh demokratis di samping memiliki sisi positif dari anak, terdapat
juga sisi negatifnya, di mana anak cenderung merongrong
kewibawaan otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu harus
dipertimbangkan oleh anak kepada orang tua.

b. Pola Asuh Permisif


Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak
secara bebas anak dianggap sebagai orang dewasa yang bisa
melakukan apa saja yang dikehendaki semua yang dilakukan anak
dianggap benar dan tidak perlu mendapat arahan, teguran atau
bimbingan. Karenanya kontrol orang tua terhadap anak sanagt lemah
dan juga tidak meberikan bimbingan yang cukup berarti bagi
anaknya.16
Orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri
tatacara yang memberi batsa-batasan dari tingkahlakunya. Hanya pada
hal-hal yang dianggapnya sudah “keterlaluan” orang tua baru
bertindak. Pada cara ini pengawasan menjadi longgar. Anak telah
terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya

15
Nasrulloh, “Pengaruh Tingkat Pola Didik Demokrasi Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar PAI Siswa Kelas IV MI Hidayatul Mubtabiin Jagalempeni”, Skripsi, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 18.
16
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, hlm. 112.

13
baik. Pada umumnya keadaan saperti ini terdapat pada keluarga-
keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, terlalu sibuk dengan
berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak
dalam arti yang sebaik-baiknya.17
Jadi pola asuh permissif yang diterapkan orang tua, dapat
menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang
berlaku. Namun bila anak mampu menggunakan kebebasan secara
bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri,
kreatif, dan mampu mewujudkan aktualitasnya.

c. Pola Asuh Otoriter


Pada pola asuh ini orang tua menentukan aturan-aturan dan
batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak, anak harus patuh
dan tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan
atau pendapatnya sendiri. Kalau anak tidak memenuhi tuntutan orang
tua, ia akan diancam dan dihukum. Orang tua memerintah dan
memaksa tanpa kompromi. Anak lebih merasa takut kalau tidak
melakukan dan bukan karena kesadaran apalagi dengan senang hati
mela kukan. Orang tua menentukan tanpa memperhitungkan keadaan
anak, tanpa menyelami keinginan dan sifat-sifat khusus anak yang
berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Anak harus
patuh dan menurut saja semua peraturan dan kebijakan orang tua.
Sikap keras dianggap sebagai sikap yang harus dilakukan karena
hanya dengan sikap demikian anak menjadi penurut.18
Orang tua yang otoriter adalah sikap orang tua yang suka
menghukum secara fisik, bersikap mengomando (mengharuskan atau
memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi), bersikap
kaku (keras) dan cenderung emosional dan bersikap menolak.19

17
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2006), hlm. 83.
18
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hlm. 82.
19
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 49.

14
Dengan cara otoriter ditambah dengan sikap keras,
menghukum, mengancam, akan menjadikan anak “patuh” dihadapan
orang tua, tetapi dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi
misalnya menentang atau melawan karena anak merasa “dipaksa”.
Reaksi menentang dan melawan biasa ditampilkan dalam tingkahlaku-
tingkahlaku yang melanggar norma-norma dan yang menimbulkan
persoalan dan kesulitan baik pada dirinya maupun lingkungan rumah,
sekolah dan pergaulannya.
Cara otoriter memang bisa diterapkan pada permulaan usaha
menanamkan disiplin, tetapi hanya bisa pada hal-hal tertentu atau
ketika sianak berada dalam tahap perkembangan dini yang masih sulit
menyerap pengertian-pengertian. Cara otoriter masih bisa dilakukan
asal memperhatikan bahwa dengan cara tersebut anak merasa
terhindar, aman, dan tidak menyebabkan anak ketakutan, kecewa,
menderita sakit karena dihukum secara fisik. Cara otoriter
menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak. Inisiatif dan
aktivitas-aktivitasnya menjadi “tumpul”. Secara umum
kepribadiannya lemah, demikian percaya dirinya.20
Orang tua sering menganggap bahwa dirinya sebagai seorang
“polisi”, polisi yang selalu menghukum bila ada yang bersalah.
Menjadi polisi bagi anak merupakan tindakan salah tapi kaprah, salah
karena tindakan itu sudah terlambat, anak sudah melakukan kesalahan
baru diributkan. Kaprah karena tindakan ini paling sering dilakukan
oleh kebanyakan orang tua, baik Ibu maupun ayah. Mereka baru
bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak, bukan
mencegah, mengarahkan dan membimbing sebelum kesalahan
terjadi.21
Dari uraian di atas bahwa anak yang dididik dalam pola asuh
otoriter, cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
20
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hlm. 82-83.
21
Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, (Jakarta: Pustaka Inti, 2006), hlm. 17.

15
Yang dimaksud dengan kepatuhan semu disini adalah anak akan
menjadi baik dan patuh dihadapan orang tua saja, akan tetapi
dibelakang anak akan menjadi sangat agresif dan tidak terkendali,
karena di luar dirinya merasa mempunyai kebebasan yang tidak ia
dapatkan di dalam keluarga.

C. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
“Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri disebut dengan
istilah konsep diri. Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri sendiri”.22
Menurut Jalaludin Rakhmat, ”konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang diri anak sendiri (persepsi diri). Persepsi diri tersebut
dapat bersifat sosial, fisik, dan psikologis yang diperoleh dari
pengalaman berinteraksi dengan orang lain”.23 Dari kedua definisi
tersebut, semakin jelas bahwa konsep diri merupakan sikap dan
pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya sendiri.
Peranan konsep diri bagi individu dalam berperilaku tidak dapat
diragukan lagi, sebab konsep diri merupakan pusat dari perilaku
individu. Konsep diri adalah pemikiran seseorang tentang ciri
khas dirinya yang meliputi ciri fisik, jenis kelamin,
kecenderungan tingkah laku, watak emosional dan cita-cita.24
Para ahli psikologi dan pendidik telah lama menyadari bahwa
konsep diri merupakan salah satu faktor non intelektual yang sangat
penting dalam membentuk prestasi belajar. Dari berbagai pengamatan
yang dialkuakan, ternyata banyak siswa yang mengalami kegagalan
dalam pelajaran bukan disebabakan oleh tingkat intelejensi yang rendah

22
Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan, (Jakarta: ARCAN, 1991), hlm. 2
23
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm.
99.
24
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati,
2002), hlm. 28.

16
atau keaadaan fisik yang lemah, melainkan oleh adanya perasaan tidak
mampu untuk melakukan tugas.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan
menunjukkan adanya sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang ia
miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung pada cara
individu memandang kualitas yang dimiliki. Pandangan yang negatif
ketidakmampuan akan kualitas dirinya sendiri mengakibatkan individu
memanadang saluruh tugas suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan yang positif akan kemampuan yang dimilki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal
yang mudah untuk diselesaikan.25
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir,
melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu
dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi ini setiap
individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut
akan menjadi cermin bagi individu untuk menilai dan memandang
dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan
balik dari individu lain.
Orang yang dikenal pertama kali oleh individu adalah orang tua
dan anggota keluarga lain, ini berarti individu akan menerima tanggapan
pertama dari lingkungan keluarga.26
Dengan demikian pengertian konsep diri adalah hal-hal yang
berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang
diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya.
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui
rentang respon dari adaptif sampai dengan non adaptif. Konsep diri itu
sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu: gambaran diri (body Image),
ideal diri, harga diri dan identitas.

25
Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan, hlm. 2
26
Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan, hlm. 12

17
2. Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep
diri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gambaran Diri (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar. Hal ini menunjukkan bagaimana anak
melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini (atau
rangkaian gambaran-gambaran) yang berkembang dari interaksi
antara anak dan orang tua, lewat pengasuhan sehari-hari yang di
dalamnya ada pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orang tuanya
mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku tertentu dan
menjauhi tingkahlaku-tingkahlaku lain.27
Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan
kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak
yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis
terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri individu yang stabil, realistis dan konsisten
terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang
mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam
kehidupan.
Dalam masa perkembangan semenjak lahir, setiap anak
belajar menilai segala sesuatu, termasuk terhadap dirinya sendiri,
adalah dengan meniru apa yang dilakukan orang lain, terutama ayah
ibunya. Mereka yakin satu benda berwarwa biru jika orang lain
terus-menerus memberikan informasi kepadanya bahwa benda
tersebut biru.

27
MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan
Optimisme, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 94.

18
Apabila pribadinya sering dicerca dengan julukan-julukan
buruk seperti anak nakal, bengal, tak tau aturan, pencuri, bodoh,
pemalas dan sejenisnya, maka akan terbentuk kenyakinan dalam diri
anak bahwa memang seperti itulah sebenarnya taraf kepribadianya.
Selanjutnya ia akan merasa wajar jika berbuat nakal, karena ayah ibu
menyebutnya anak nakal. Perkembangan buruk seperti ini bila
diteruskan akan sampai pada tahap dimana anak akan selalu
berusaha berperilaku sesuai dengan anggapan terhadap pribadinya
tersebut, sehingga ia akan merasa tak pantas jika berbuat baik, yang
notabene menyalahi dari kenyakinannya sebagai anak nakal dan
bengal tersebut.28
Dengan begitu sama halnya dengan penilain diri. Setiap anak
akan menilai dan memandang seperti apa keadaan dirinya sendiri
sesuai dengan cara pandang orang lain terhadap diri sianak. Dari
pandangan-pandanngan orang lain tersebut kemudian anak
mengansumsinya sebagai gambaran dirinya.

b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau
penilaian personal tertentu standart dapat berhubungan dengan tipe
orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-
nilai yang ingin di capai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan
harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan
kepada siapa ingin dilakukan.
Kebutuhan akan nilai kedambaan dan makna kehidupan
dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai-
nilai untuk menuntutnya dalam mengambil keputusan atau
29
memberikan makna dalam kehidupannya.

28
Irawati Istadi, Mendidik Dengan Cinta, hlm.63-64.
29
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
38.

19
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di
pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan
keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk
melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Masa anak dan masa remaja, merupakan masa yang sebagian
besar diarahkan pada persoalan hubungan dengan teman sebayanya.
Pada masa ini mereka mengembangkan penghargaannya, terhadap
harapan orang lain serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur,
keadilan, dan sikap bersedia membalas jasa orang lain. Jika pada
fase pertama anak pada dasarnya lebih peduli terhadap gambaran
dirinya sendiri sebagaimana diarahkan oleh orang tuanya, maka pada
fase kedua anak harus menyesuaikan gamabaran dirinya dengan
rekan sebaya.
Ideal diri dilihat dari gambaran diri seseorang, metode
interaksi, dan pandangan serta harapan terhadap orang lain adalah
berkaitan dengan perilaku sosial yang terbentuk melalui riwayat
perkembangan hidupnya. Riwayat hidup tersebut dapat
dikonseptualisasikan sebagai evolusi melalui tiga fase:
1. Orang harus mengakui kewibawaan
2. Orang mengatur bagaimana ia harus bergaul dengan teman
sebayanya
3. Orang harus mamantapkan suatu gaya hidup tertentu yang
hendak direalisasikannya.30
Dengan kata lain ideal diri adalah sebagai tolak ukur
bagaimana seseorang harus berperilaku sesuai dengan
karakteristiknya (gambaran diri) yang khas atas dasar sosok moral
yang dapat dibedakan dari yang lainya.

30
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 23.

20
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang
rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain.
Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu
hasil dari belajar mengerjakan atas usahanya sendiri. Apa bila orang
tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan
harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya timbul persaan
dihina dan marah.31
Rasa harga diri anak-anak akan tumbuh apa bila mereka
diberi perhatian yang cukup. Dan harga diri anak akan berkembang
apabila mereka tahu bahwa seseorang menghargahinya dan suka
berbagi pengalaman dengan mereka.32
Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari
orang lain. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat
remaja dan usia lanjut. Harga diri dan kebutuhan utnuk mencari
identitas. Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan
kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan utnuk
menunjukkan eksistensi di dunia. Anak ingin diakui, bukan saja
dianggap bilangan tetapi juga diperhitungkan. Oleh karena itu,
bersamaan dengan kebutuhan akan harga diri, orang mencari
identitas dirinya, hilangynya identitas diri akan menimbulkan
perilaku yang patologis (penyakit) impulsive, gelisah, mudah
terpengaruh, dan sebagainya.33

31
MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan
Optimisme, hlm. 93.
32
Patricia H. Berne & Louis M. Savary, Membangun Haraga Diri Anak, terj. YB.
Tugiyarso, (Yogyakarta: Kansius, 1988), hlm. 24.
33
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, hlm. 38.

21
Harga diri tinggi terkait dengam analitas yang rendah, efektif
dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri
rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko
terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi
secara situasional (trauma) atau kronis (evaluasi yang telah
berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau
tidak langsung (nyata atau tidak nyata).
Uraian di atas apa bila disimpulkan yaitu, harga diri
merupakan pencapaian dari ideal diri, harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain. Yang berasal dari diri sendiri meliputi
perasaan bangga dari individu sebagai suatu hasil dari belajar
mengerjakan atas usahanya sendiri. Sedang yang berasal dari orang
lain adalah penilaian orang lain terhadap diri individu, dimana
individu dapat diterima dan diakui di dalam suatu kelompok.

d. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua
aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh.
Perasaan identitas diri, anak mulai sadar akan identitasnya
yang berlangsung terus sebagai seoarang yang terpisah. Anak
mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin
hari ini adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang
dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau
“diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman
yang berubah-ubah.34

34
MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan
Optimisme, hlm. 92-93.

22
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
yang akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain.
Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri),
kemampuan dan penyesuaian diri.Seseorang yang mandiri dapat
mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang
sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep
diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin.Identitas
jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh
pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis
kelamin tersebut.
Dengan demikian identitas diri meliputi nama seseorang dan
jenis kelamin. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang
yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang
lain di dunia.
Sedangkan perasaan dan perilaku yang kuat akan indentitas
diri individu dapat ditandai dengan:
1. Memandang dirinya secara unik
2. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
3. menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan
dapat mengontrol diri.
4. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep
diri

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri
dikelompokkan menjadi dua faktor. Faktor-faktor tersebut terdiri dari
teori perkembangan, orang yang terpenting atau yang terdekat (Significant
Other) dan persepsi diri sendiri (Self Perception).

23
a. Persepsi diri (Self Perception)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya,
serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu.
Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman
yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan
dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif
dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang
dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif
dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.35
b. Orang yang terpenting atau yang terdekat (Significant Other)
Faktor ini biasanya merupakan pengaruh yang bersal dari
lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya yaitu
keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai
media audiovisual. Karena konsep diri dipelajari melalui kontak dan
pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin
orang lain.36
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama
terhadap diri individu. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-
orang yang paling dekat dengan diri individu ketika masih kecil,
mereka adalah orang tua, saudara sekandung dan orang yang tinggal
satu rumah dengan individu, yang dengan mereka individu
mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan-lahan
akan terbentuk konsep diri, senyuman, pujian, penghargaan, pelukan
mereka, menyebabkan individu menilai dirinya secara positif. Ejekan,
cemoohan, dan hardikan, membuat invidu memandang dirinya secara
negatif. Karena anak belajar dari kehidupannya:

35
FudinVan Batavia, “Konsep Diri”, dalamhttp://fuddin.wordpress.com/2010/03/15/konsep-
diri/, diakses 12 Maret 2012.
36
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, hlm. 19.

24
1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
4. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
5. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
6. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
7. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
8. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar
keadilan
9. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
kepercayaan
10. Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan, ia
belajar menemukan cinta dalam kehidupan.37

Sesuai pula dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat: 159

              

               

   

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.38 (Q.S. Ali Imran : 159)

37
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, hlm. 101.
38
Mahmud Junus, Tarjamah Al-Qur’an Al- Karim, hlm. 65.

25
Penjelasan dari ayat di atas adalah, Allah SWT. Berfirman
menyebutkan karunia yang berupa rahmat kepada Rasul-Nya dan
hamba-hamba-Nya yang mu’min sehingga karena rahmat itu menjadi
lemah lembutlah hati Rasulullah saw. terhadap pengikut-pengikutnya
yang menaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-
larangannya, dan sekiranya ia keras dan kasar dalam sikap dan kata-
katanya tentulah umatnya akan menjauhkan diri dari padanya dan
dari pergaulan sekelilingnya. Berkata Abdullah bin Amr
“sesungguhnya aku telah menemukan sifat-sifat Rasulullah dalam
kitab-kitab terdahulu, bahwa ia tidak kasar dalam sikapnya, tidak
keras dalam hatinya, dan tidak pula berteriak dan bersuara ramai di
dalam pasar-pasar tidak membalas keburukan dengan keburukan,
tetapi ia suka memberi maaf dan ampun.39
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep
diri terbentuk berdasarkan dua sebab, yang pertama adalah persepsi
diri sendiri yaitu bagaimana individu memandang atas kemampuan
dirinya sendiri, dan yang kedua adalah orang lain atau orang terdekat,
terutama orang tua dan anggota keluarga lain. Karena konsep diri
terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang
disekitarnya, dalam berinteraksi ini individu akan menerima
tanggapan dan tanggapan tersebut akan dijadikan cermin untuk
menilai dirinya sendiri.

D. Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Konsep Diri Anak


Keterkaitan pola asuh orang tua dengan konsep diri anak
dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam meletakkan dasar-dasar konsep
diri anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki konsep
diri yang baik. Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari
orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri,

39
Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid 2, (Surabaya: Bina Ilmu,
1990), hlm. 236.

26
menunjukkan adanya kebutuhan internal, yaitu : Tingkat rendah, manakala
anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua unutk memilki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (berdasarkan naluri). Tingkat
menengah, manakala anak kadang-kadang masih membutuhkan bantuan dari
orang tua unutk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri
(berdasarkan nalar). Tingkat tinggi, manakala anak sedikit sekali atau tidak
lagi memerlukan bantuan serta control orang tua untuk memilki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (berdasarkan kata hati).40
Keprihatinan orang tua yang dalam terhadap anak sering kali
memaksa mereka bertindak tidak tepat. Keyakinan mereka yang keliru, yang
menganggap bahwa anak-anak tidak akan menjadi baik dan maju tanpa
pengaruh dari orang dewasa, dan kecenderungan memaksa anak melakukan
peranan yang bernilai lebih rendah, menyebabkan benih-benih pertentangan.
Kesalahkaprahan seperti itu sering kali harus ditebus dengan harga mahal.
Sebutlah itu dari anak-anak menolak makan, menolak pergi tidur, menolak
bangun pagi tepat waktu, menolak untuk belajar, hingga menolak untuk
berhenti berkelahi. Orang tua yang menyangka bahwa mereka telah
mengetahui apa yang disebut hak berusaha memaksakan kehendaknya atau
menguasai anak-anaknya. Misalnya menuntut anaknya, “Kamu harus bangun
tidur seperti yang saya perintahkan” atau “Kamu harus makan seperti apa
yang saya katakan untuk makan” maka akan mendapat respon yang sama
kuatnya dengan ucapan mereka, “Saya akan bangun jika saya sudah siap
untuk bangun”, atau “Saya akan makan makanan yang saya inginkan”.
Apakah orang tua mempunyai hak untuk memerintah anak berbuat sesuatu
dengan cara-cara tertentu? Apakah mereka yakin (orang tua) mengetahui
yang disebut dengan hak itu.41

40
Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri, hlm. 16.
41
Maurice Bolson, Bagaiman Menjadi Orang Tua Yang Baik, Terj. H. M. Arifin, (Jakarta :
Bumi Aksara, 1993), hlm. 6-7.

27
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga.42
Pendekatan tradisional orang tua dalam mengasuh anak-anaknya yang
berasal dari masyarakat otokratis sangat mempengaruhi perkembangan
konsep diri anak. Penguasaan dengan menggunakan hadiah dan hukuman
atau penekanan dari atas hanya akan membangkitkan semangat
pembangkangan anak. Karena tidak mengetahui pendekatan yang lain,
banyak orang tua gagal mengasuh anak-anaknya. Semakin mereka berusaha
mendidik anak-anaknya berperilaku tertentu, anakpun makin gencar
menentang, tidak patuh, keras kepala dan apabila sering ditekan maka anak
akan menjadi down rendah diri dan merasa dirinya tidak dihargai, dan akan
terbentuk konsep diri yang lemah merasa dirinya bodoh dan tidak berguna.43
Pola tingkah laku pikiran dan sugesti ayah ibu dapat mencetak pola
yang hampir sama pada anak-anak. Oleh karena itu, tradisi, kebiasan sehari-
hari, sikap hidup, cara berfikir dan filsafat hidup keluarga itu sangat besar
sekali pengaruhnya dalam proses pembentuk tingkah laku dan sikap anggota
keluarga terutama anak-anak. sebab tingkah laku orang tua itu mudah sekali
menular kepada anak-anak, khususnya mudah dioper oleh anak-anak puber
dan adolensens yang jiwanya belum stabil dan tengah mengalami banyak
gejolak batin.44
Misalnya, temperamen ayah yang agresif meledak-ledak, suka marah-
marah, sewenang-wenang, tidak hanya akan mentransformasikan efek
temperamennya saja, akan tetapi juga menimbulkan iklim yang
mendemoralisir secara psikis di tengah keluarga. Jika anak diperlakukan oleh
kedua orang tuanya dengan perlakuan yang kejam, didikan dengan pukulan

42
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 35.
43
Maurice Bolson, Bagaiman Menjadi Orang Tua Yang Baik, Terj. H. M. Arifin, hlm. 5
44
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: Mandor Maju 1989), hlm. 167.

28
yang keras atau sekedar penghinaan dan ejekan, maka yang akan timbul ialah
reaksi negatif yang tampak pada perilaku dan akhlak anak.45
Berdasarkan penjabaran di atas bahwa mereka yang dibesarkan
dengan disiplin militer yang keras, besar kemungkinan akan tumbuh dengan
kepribadian kaku dan keras. Sedangkan mereka yang dibesarkan dengan
toleransi, ia akan belajar menghargai dan apabila dibesarkan dengan
dorongan ia akan belajar percaya diri. Oleh krena itu jelaslah bahwa pola asuh
orang tua mempunyai peran penting dalam pembentukan konsep diri positif
anak.

E. Rumusan Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara yang mungkin benar
dan mungkin juga salah. Dan untuk membuktikan kebenarannya dibutuhkan
penelitian. Menurut M. Burhan Bungin, hipotesis adalah suatu kesimpulan
yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna, sehingga
perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui
penelitian.46
Hipotesis peneliti dalam penelitian ini dapat diduga adanya pengaruh
antara pola asuh orang tua terhadap konsep diri positif peserta didik MI
Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak.

45
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,1992),
hlm. 134.
46
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta: Kencana, 2010 ), hlm. 75

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data
nomerikal (angka), yang diolah dengan metode statistika. Dengan
menggunakan metode kuantitatif akan diperoleh signifikan hubungan variable
yang diteliti.
Metode yang dipakai dalam penelitian adalah deskriptif analisis
dengan menggunakan penelitian survey yang didukung oleh data yang
diperoleh melalui penelitian lapangan (field research). Metode field
research, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan data
yang konkrit dari data penelitian sebagai bahan laporan. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis anava, teknik analisis yang bertujuan menguji
bentuk hubungan yang fungsional, variable X sebagai prediktor terhadap
variable Y sebagai kriterium hubungan ini mendeskripsikan bagaimana
variable X yaitu pola asuh orang tua mempengaruhi variable Y yaitu konsep
diri.

B. Tempat dan waktu Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada tanggal 11 April 2012 sampai dengan
tanggal 11 Mei 2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak.

30
C. Populasi
“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.1 Menurut Joko Subagyo
mendefinisikan “populasi sebagai sekumpulan kasus yang yang perlu
memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian”.2
Populasi merupakan semua individu yang dijadikan sumber penelitian, dari
populasi itu dihasilkan data kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan data
yang telah terkumpul. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
seluruh peserta didik kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang
Demak yang berjumlah 57 siswa.

D. Variabel dan Indikator Penelitian


Variabel berasal dari bahasa Inggris “variable” dengan arti :
“ubahan”, “faktor tak tetap”, atau gejala yang dapat diubah-ubah. Variabel
pada dasarnya bersifat kualitatif namun dilambangkan dengan angka.3
"Variabel dapat pula diartikan sebagai pengelompokan logis dari dua atribut
atau lebih".4 Dalam pengertian lain yang disampaikan oleh sugiono disebutkan
bahwa variabel adalah "segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya".5
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas
(independent variable), dan variabel terikat (dependent variable).

1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm. 130
2
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 53.
3
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 36.
4
Muchammad fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif, (Semarang: Walisongo Press, 2009),
hlm. 145.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD,
(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 60

31
1. Variabel Bebas (Independent Variable), pola asuh orang tua dengan
indikator sebagai berikut:6
a. Cara orang tua memberikan peraturan kepada anak
b. Cara orang tua memberikan hukuman kepada anak
c. Cara orang tua memberikan perhatian kepada anak
d. Cara orang tua menunjukkan otoritas kepada anak
2. Variabel Terikat (Dependent Variable), konsep diri dengan indikator
sebagai berikut:7
a. Gambaran diri (cara individu memandang dirinya sendiri)
b. Ideal diri (persepsi individu bagaimana ia harus berprilaku)
c. Harga diri (penilaian pribadi dengan apa yang dicapai)
d. Identitas (kesadaran diri sendiri memandang dirinya berbeda dengan
yang lain)

E. Metode Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini akan menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Metode Angket
“Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.8
Teknik angket (kuesioner) merupakan sekumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/ pernyataan kepada
responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan
tersebut. Daftar pertanyaan/ pernyataan dapat bersifat terbuka jika jawaban

6
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, hlm. 110.
7
MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan
Optimisme, hlm. 92.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD,
hlm 199.

32
tidak ditentukan sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-
alternatif jawaban telah disediakan.9
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data pola asuh
orang tua dan konsep diri peserta didik kelas VI MI Tsamrotul Huda II
Jatirogo Bonang Demak.
2. Metode Dokumentasi
“Dokumentasi adalah barang-baranag tertulis yang digunakan dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen dan lain-lain”.10
Metode ini digunakan untuk untuk mengumpulkan data yang
berhubungan dengan penelitian berupa dokumen-dokumen dari Madrasah
yang menjadi obyek penelitian yaitu MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak.

F. Metode Analisis Data


Setelah data-data penulis harapkan terkumpul maka untuk selanjutnya
data-data dianalisis statistik. Sedangkan pengertian statistik sebagaimana
dikemukakan oleh Anas Sudijono, 11 adalah data angka yang dapat
memberikan gambaran mengenai keadaan, peristiwa akan gejala tertentu.
1. Analisis pendahuluan
Dalam analisis pendahuluan, disusun distribusi frekuensi untuk
mentabulasikan data yang telah dikumpulkan yaitu dengan menyusun
distribusi frekuensi dari kedua variabel terhadap jawaban angket yang
telah diisi oleh responden
Untuk memudahkan pengelolaan data statistiknya, maka dari setiap
item soal diberi skor sebagai berikut:12

9
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm. 49.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm.158.
11
Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, hlm. 2.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD,
hlm. 135.

33
a. Untuk alternatif jawaban “A” diberi skor 5
b. Untuk alternatif jawaban “B” diberi skor 4
c. Untuk alternatif jawaban “C” diberi skor 3
d. Untuk alternatif jawaban “D” diberi skor 2
e. Untuk alternatif jawaban “E” diberi skor 1
Pensekoran di atas digunakan untuk pertanyaan yang positif.
Sedangkan untuk pertanyaan yang negatif maka digunakan perskoran
sebagai berikut :
a. Untuk alternatif jawaban “A” diberi skor 1
b. Untuk alternatif jawaban “B” diberi skor 2
c. Untuk alternatif jawaban “C” diberi skor 3
d. Untuk alternatif jawaban “D” diberi skor 4
e. Untuk alternatif jawaban “E” diberi skor 5
Hasil dari tahap ini dimasukkan dalam tabel distribusi untuk
memperoleh gambaran setiap yang dikaji. Selanju tnya menentukan tabel
frekuensi. Kemudian Mencari nilai rata-rata (mean) dari variabel X dan Y.
dengan rumus sebagai berikut:13

Untuk variabel (X), M x  X


N

Untuk variabel (Y), M y  Y


N
Kemudian mencari nilai tertinggi dan terendah, selanjutnya
mencari range dengan rumus:14
R=H–L+1

R = Range

H = Nilai tertinggi

L = Nilai terendah

13
Sutrisno Hadi, Statistik, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm 37.
14
Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, hlm. 53.

34
Dilanjutkan dengan menetapkan besar dan luas dari masing-masing
interval nilai yang akan di sajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Dengan
menggunakan

i = interval

R = Range

K = jumlah interval

Hasil dari range dibagi interval, sebaiknya menghasilkan bilangan


yang besarnya 10 sampai dengan 20.

2. Analisis Uji Hipotesis


Analisis ini merupakan jenis analisis yang bertujuan untuk
menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapun tekniknya dari
hasil analisis pendahuluan, data yang diperoleh akan dianalisis lebih
lanjut dengan menggunakan statistik.
Dalam hal ini pola asuh orang tua merupakan variabel X dan
konsep diri peserta didik merupakan variabel Y, maka dapat disimpulkan
untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan akan
menggunakan rumus analisis Anava satu jalur.

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho :

Ha : Salah satu rata-rata dari sampel berbeda.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 15

15
Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, (Bandung: ALFABETA, 2008), hlm 217.

35
dengan JK = Jumlah Kuadrat

db = derajat bebas

untuk menghitung nilai anava atau Fhitung dengan rumus :

Varian dalam grup lebih lanjut dirumuskan sebagai:

(∑ ) (∑ )
∑ untuk dbA = A - 1

(∑ )
∑ ∑ untuk dbD = N – A

Dimana:

(∑ )
= sebagai faktor koreksi

N = jumlah keseluruhan sampel

A = jumlah keseluruhan grup sampel.

KRA
Fhitung = ────
KRD

Keterangan
Fhitung = Harga bilangan-F untuk anava

KRA = kuadrat Rerata antar group/kelompok

KRD = kuadrat Rerata dalam group/kelompok

36
TABEL 3.1
Ringkasan anava satu jalur.16
Sumber Derajat Kuadrat Taraf
variasi Jumlah kuadrat (JK) bebas rerata Fhitung signifikan
(SV) (Db) (KR) ( )

 X 
Antar 2
(X T ) 2 JK A KR A
group  Ai
 A-1
(A)
n Ai N db A KR D

Dalam
 X  2
JK D
X 
2 Ai
group T
N-A - -
n Ai dbD
(D)
( X T ) 2
 XT 
2
Total N-1 - - -
N

a. Analisis Lanjut
Analisis ini akan menguji signifikansi untuk membandingkan Fhitung

yang telah diketahui dengan Ftabel (Ft 5% atau 1% ) dengan kemungkinan :


1) Jika Fhitung > Ft 5% atau 1% maka hasilnya signifikan (hipotesis diterima)
2) Jika Fhitung < Ft 5% atau 1% maka hasilnya non-signifikan (hipotesis tidak
diterima).

16
Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, hlm. 219.

37
BAB IV
ANALISIS PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
KONSEP DIRI POSITIF PESERTA DIDIK

A. Data Umum Hasil Penelitian


1. Profil Singkat MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak
MI Tsamrotul Huda II terletak di desa Jatirogo Kecamatan Bonang
Kebupaten Demak. MI Tsamrotul Huda II didirikan oleh Yayasan
Pendidikan Islam Ar-Rahman Jatirogo Latar belakang didirikannya
Madrasah Ibtidaiyah Tsamrotul Huda II ini adalah menampung peserta
didik berprestasi dan berkeinginan untuk mendalami pembelajaran agama
dan umum sederajat dengan Sekolah Dasar. Madrasah Ibtidaiyah
Tsamrotul Huda II diarahkan untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif
dan efisien, sampai sekarang MI Tsamrotul Huda II masih berdiri, dan
mengalami perubahan baik dari segi bangunan maupun para guru yang
mengampunya.

2. Keadaan Peserta Didik


Jumlah peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo pada tahun
2011/2012 adalah sebanyak 171 anak. Jumlah yang demikian ini termasuk
ke dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena letak Madrasah yang
berada di dalam perkampungan sehingga tidak banyak yang tau
keberadaan Madrasah tersebut. Jadi rata-rata peserta didik MI Tsamrotul
Huda II Jatirogo adalah warga setempat yang keberdaanya berdekatan
dengan Madrasah . Adapun data jumlah peserta didik MI Tsamrotul Huda
II Jatirogo Bonang Demak adalah sebagai berikut:

38
TABEL 4.1

Kelas L P Jumlah
1 8 9 17

2 17 17 34
3 15 18 33

4 18 12 30
5 21 12 33

6 9 15 24

TOTAL 88 83 171

Adapun jumlah diatas diperoleh dari 6 kelas yaitu kelas I sebanyak 17


peserta didik, kelas II sebanyak 34 peserta didik, kelas III sebanyak 33 peserta
didik, kelas IV sebanyak 30 peserta didik, kelas V sebanyak 33 peserta didik,
dan kelas VI sebanyak 24 didik.

B. Deskriptif Data Hasil Penelitian


Kajian dari penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh konsep diri yang
ada pada diri peserta didik MI Tsamrotul Huda II masih kurang terbentuk. Hal
ini dilihat dari rasa percaya diri anak yang kurang, merasa rendah diri bila
berbeda pendapat dengan orang lain dan tidak bisa mengontrol dan
mendisiplinkan diri mereka sendiri.
Mayoritas riwayat pendidikan orang tua peserta didik adalah MTs /
SMP sehingga mereka kurang begitu mengetahui tentang bagaimana cara
mendidik anak yang baik dan efektif.
Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara pola asuh orang
tua otoriter terhadap konsep diri peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak, maka perlu diadakan analisis data. Analisis data ini dilakukan
dengan tiga tahap, yaitu analisis pendahuluan, analisis uji hipotesa dan analisis
lanjut dari penelitian.

39
C. Analisis Pendahuluan
Pada analisis pendahuluan ini akan dideskripsikan pengaruh pola asuh
orang tua terhadap konsep diri peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak.
Untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua dan konsep diri
peserta didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak, peneliti telah
membuat beberapa angket yang didasarkan pada indikator variabel yang telah
diajukan dalam bab sebelumnya. Angket dibuat sebanyak 20 soal untuk
variabel pola asuh orang tua dan 20 soal untuk variabel konsep diri dengan
lima alternatif jawaban a, b, c, d dan e. Lalu angket tersebut disebarkan kepada
57 peserta didik yang terdiri dari kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda Jatirogo
Bonang Demak, karena populasi yang digunakan kurang dari 100 maka
peneliti tidak menggunakan sampel dalam penelitian ini.
Setelah angket disebarkan dan dilakukan pensekoran maka hasil
jawaban angket tentang pola asuh orang tua otoriter sebagai berikut:

TABEL 4.2
Nilai Angket Pola Asuh Orang Tua

Opsi Jawaban Opsi Jawaban

Jumlah
Skor Jawaban Positif Skor Jawaban Negatif
Resp

Positif Negatif

A B C D E A B C D E 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
1. 6 4 1 0 0 4 5 0 0 0 30 16 3 0 0 4 10 0 0 0 63
2. 4 5 1 1 0 3 3 2 1 0 20 20 3 2 0 3 6 6 4 0 64
3. 5 5 1 0 0 0 2 1 4 2 25 20 3 0 0 0 4 3 16 10 81
4. 3 6 1 1 0 2 4 2 1 0 15 24 3 2 0 2 8 6 4 0 64
5. 4 5 2 0 0 0 1 2 3 3 20 20 6 0 0 0 2 6 12 15 81
6. 2 2 2 4 1 1 2 3 2 1 10 8 6 8 1 1 4 9 8 5 60
7. 6 3 2 0 0 0 0 2 5 2 30 12 6 0 0 0 0 6 20 10 84
8. 5 5 1 0 0 0 1 1 3 4 25 20 3 0 0 0 2 3 12 20 85
9. 4 4 1 1 1 4 2 2 1 0 20 16 3 2 1 4 4 6 4 0 60
10. 0 2 3 4 2 3 2 3 1 0 0 8 9 8 2 3 4 9 4 0 47
11. 3 4 3 1 0 2 2 2 2 1 15 16 9 2 0 2 4 6 8 5 67
12. 4 6 1 0 0 1 1 1 2 4 20 24 3 0 0 1 2 3 8 20 81
13. 1 3 2 3 2 1 4 2 1 1 5 12 6 6 2 1 8 6 4 5 55
14. 0 1 5 4 1 2 3 3 1 0 0 4 15 8 1 2 6 9 4 0 49
15. 1 1 3 4 2 2 4 2 1 0 5 4 9 8 2 2 8 6 4 0 48
16. 1 1 3 5 1 1 4 2 1 1 5 4 9 10 1 1 8 6 4 5 53
17. 3 1 3 2 2 1 1 3 0 4 15 4 9 4 2 1 2 9 0 20 66

40
18. 1 3 3 2 2 2 3 3 1 0 5 12 9 4 2 2 6 9 4 0 53
19. 5 4 1 1 0 1 1 1 2 4 25 16 3 2 0 1 2 3 8 20 80
20. 1 4 2 1 3 2 3 2 1 1 5 16 6 2 3 2 6 6 4 5 55
21. 1 2 2 4 2 2 4 2 1 0 5 8 6 8 2 2 8 6 4 0 49
22. 4 6 1 0 0 0 1 1 4 3 20 24 3 0 0 0 2 3 16 15 83
23. 1 2 3 3 2 2 4 2 0 1 5 8 9 6 2 2 8 6 0 5 51
24. 1 3 3 3 1 2 4 2 1 0 5 12 9 6 1 2 8 6 4 0 53
25. 5 4 1 0 1 0 1 1 3 4 25 16 3 0 1 0 2 3 12 20 82
26. 1 1 2 4 3 2 3 2 1 1 5 4 6 8 3 2 6 6 4 5 49
27. 1 2 2 3 3 3 4 2 0 0 5 8 6 6 3 3 8 6 0 0 45
28. 0 3 4 2 2 1 5 1 1 1 0 12 12 4 2 1 10 3 4 5 53
29. 0 2 2 4 3 3 3 3 0 0 0 8 6 8 3 3 6 9 0 0 43
30. 2 1 3 2 3 2 4 3 0 0 10 4 9 4 3 2 8 9 0 0 49
31. 1 4 3 2 1 0 6 1 1 1 5 16 9 4 1 0 12 3 4 5 59
32. 1 2 1 4 3 1 5 2 1 0 5 8 3 8 3 1 10 6 4 0 48
33. 0 3 4 3 1 2 4 3 0 0 0 12 12 6 1 2 8 9 0 0 50
34. 0 3 3 2 3 2 4 2 1 0 0 12 9 4 3 2 8 6 4 0 48
35. 1 2 4 2 2 2 3 3 0 1 5 8 12 4 2 2 6 9 0 5 53
36. 0 4 2 4 1 2 4 3 0 0 0 16 6 8 1 2 8 9 0 0 50
37. 1 1 2 5 2 1 4 2 1 1 5 4 6 10 2 1 8 6 4 5 51
38. 1 1 3 4 2 0 4 2 3 0 5 4 9 8 2 0 8 6 12 0 54
39. 0 1 2 5 3 1 4 3 1 0 0 4 6 10 3 1 8 9 4 0 45
40. 1 3 2 3 2 1 4 0 2 2 5 12 6 6 2 1 8 0 8 10 58
41. 0 3 2 4 2 2 3 1 2 1 0 12 6 8 2 2 6 3 8 5 52
42. 2 2 1 3 3 2 4 1 1 1 10 8 3 6 3 2 8 3 4 5 52
43. 0 1 2 4 4 2 5 1 1 0 0 4 6 8 4 2 10 3 4 0 41
44. 1 2 2 3 3 5 2 2 0 0 5 8 6 6 3 5 4 6 0 0 43
45. 1 2 3 3 2 2 3 3 1 0 5 8 9 6 2 2 6 9 4 0 51
46. 1 2 2 2 4 1 3 2 1 2 5 8 6 4 4 1 6 6 4 10 54
47. 1 1 2 5 2 2 5 1 1 0 5 4 6 10 2 2 10 3 4 0 46
48. 1 3 3 3 1 2 4 3 0 0 5 12 9 6 1 2 8 9 0 0 52
49. 1 2 3 4 1 3 3 2 1 0 5 8 9 8 1 3 6 6 4 0 50
50. 1 3 2 3 2 2 3 1 2 1 5 12 6 6 2 2 6 3 8 5 55
51. 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 5 8 6 8 2 2 4 3 8 10 56
52. 3 1 1 3 3 1 4 2 1 1 15 4 3 6 3 1 8 6 4 5 55
53. 1 3 2 3 2 2 4 3 0 0 5 12 6 6 2 2 8 9 0 0 50
54. 0 1 3 5 2 2 2 3 0 2 0 4 9 10 2 2 4 9 0 10 50
55. 1 2 2 4 2 2 4 2 1 0 5 8 6 8 2 2 8 6 4 0 49
56. 4 3 1 2 1 2 4 2 1 0 20 12 3 4 1 2 8 6 4 0 60
57. 3 3 3 2 0 2 4 3 0 0 15 12 9 4 0 2 8 9 0 0 59

41
TABEL 4.3
Distribusi Frekuensi pola asuh orang tua

Kualifikasi
X F
Pola Asuh
85 1

84 1

83 1 80 – 100
82 1 (OTORITER)
81 3

80 1

67 1

66 1
2 60 – 79
64 (DEMOKRATIS
63 1

60 3

59 2

58 1

56 1

55 4

54 2

53 5

52 3

51 3
20 – 59
50 5 (PERMISIF)
49 5

48 3

47 1

46 1

45 2

43 2

41 1

∑N= 57

42
Berdasarkan pengklompokan dari hasil nilai angket, diketahui
bahwa 8 peserta didik kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II Jatirogo
Bonang Demak diasuh dengan menggunakan pola asuh otoriter, dan 8
diasuh dengan pola asuh demokratis, dan 41 peserta didik diasuh dengan
pola asuh permisif.

TABEL 4.4
Nilai Angket Konsep Diri

Opsi Jawaban Opsi Jawaban

Jumlah
Skor Jawaban Positif Skor Jawaban Negatif
Resp

Positif Negatif

A B C D E A B C D E 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
1. 4 2 1 1 0 1 1 3 4 3 20 8 3 2 0 1 2 9 16 15 76
2. 2 3 2 1 0 1 1 3 3 4 10 12 6 2 0 1 2 9 12 20 74
3. 0 1 3 2 2 3 3 4 2 0 0 4 9 4 2 3 6 12 8 0 48
4. 5 2 1 0 0 0 1 3 4 4 25 8 3 0 0 0 2 9 16 20 83
5. 1 0 2 3 2 2 5 2 2 1 5 0 6 6 2 2 10 6 8 5 50
6. 3 2 3 0 0 1 1 3 4 3 15 8 9 0 0 1 2 9 16 15 75
7. 2 1 3 1 1 3 4 5 0 0 10 4 9 2 1 3 8 15 0 0 52
8. 1 1 2 3 2 3 4 3 1 0 5 4 6 6 2 3 8 9 4 0 47
9. 3 3 2 0 0 0 1 2 4 5 15 12 6 0 0 0 2 6 16 25 82
10. 0 2 2 2 2 4 3 3 2 0 0 8 6 4 2 4 6 9 8 0 47
11. 4 2 1 1 0 1 1 2 4 4 20 8 3 2 0 1 2 6 16 20 78
12. 1 1 3 2 1 3 3 3 2 1 5 4 9 4 1 3 6 9 8 5 54
13. 3 0 2 2 1 2 2 4 2 2 15 0 6 4 1 2 4 12 8 10 62
14. 1 1 3 2 1 5 3 3 1 0 5 4 9 4 1 5 6 9 4 0 47
15. 2 2 1 2 1 4 4 2 1 1 10 8 3 4 1 4 8 6 4 5 53
16. 1 2 2 2 1 3 3 4 1 1 5 8 6 4 1 3 6 12 4 5 54
17. 3 3 2 0 0 0 2 2 4 4 15 12 6 0 0 0 4 6 16 20 79
18. 1 1 2 3 1 5 4 2 1 0 5 4 6 6 1 5 8 6 4 0 45
19. 2 1 3 1 1 3 4 3 1 1 10 4 9 2 1 3 8 9 4 5 55
20. 0 2 1 3 2 5 3 2 1 1 0 8 3 6 2 5 6 6 4 5 45
21. 0 1 2 3 2 4 4 2 1 1 0 4 6 6 2 4 8 6 4 5 45
22. 0 0 3 3 2 5 4 3 0 0 0 0 9 6 2 5 8 9 0 0 39
23. 0 0 2 4 2 3 4 3 1 1 0 0 6 8 2 3 8 9 4 5 45
24. 1 1 2 3 1 3 5 2 1 1 5 4 6 6 1 3 10 6 4 5 50
25. 0 1 2 4 2 4 4 1 1 1 0 4 6 8 2 4 8 3 4 5 44
26. 0 0 2 3 3 3 4 3 1 1 0 0 6 6 3 3 8 9 4 5 44
27. 1 1 1 4 1 4 4 3 1 0 5 4 3 8 1 4 8 9 4 0 46
28. 2 1 2 2 1 3 3 3 2 1 10 4 6 4 1 3 6 9 8 5 56
29. 1 1 1 3 2 2 4 3 3 0 5 4 3 6 2 2 8 9 12 0 51
30. 0 1 2 3 2 3 4 3 1 1 0 4 6 6 2 3 8 9 4 5 47

43
31. 2 1 2 2 1 3 5 2 1 1 10 4 6 4 1 3 10 6 4 5 53
32. 0 1 3 1 3 4 3 3 2 0 0 4 9 2 3 4 6 9 8 0 45
33. 0 2 2 3 1 3 4 4 1 0 0 8 6 6 1 3 8 12 4 0 48
34. 1 1 3 2 1 3 2 5 1 1 5 4 9 4 1 3 4 15 4 5 54
35. 0 1 3 2 2 3 4 2 2 1 0 4 9 4 2 3 8 6 8 5 49
36. 1 1 3 2 1 3 4 3 1 1 5 4 9 4 1 3 8 9 4 5 52
37. 0 3 2 2 1 4 5 3 0 0 0 12 6 4 1 4 10 9 0 0 46
38. 0 0 4 3 1 4 4 2 1 1 0 0 12 6 1 4 8 6 4 5 46
39. 1 1 2 2 2 4 4 3 0 1 5 4 6 4 2 4 8 9 0 5 47
40. 1 1 2 2 2 4 5 1 1 1 5 4 6 4 2 4 10 3 4 5 47
41. 1 1 2 3 1 4 3 4 1 0 5 4 6 6 1 4 6 12 4 0 48
42. 1 0 3 2 2 3 3 4 1 1 5 0 9 4 2 3 6 12 4 5 50
43. 1 1 2 3 1 3 5 3 1 0 5 4 6 6 1 3 10 9 4 0 48
44. 0 2 2 2 2 4 5 1 1 1 0 8 6 4 2 4 10 3 4 5 46
45. 2 1 1 3 1 4 4 3 0 1 10 4 3 6 1 4 8 9 0 5 50
46. 1 1 2 2 2 5 3 2 1 1 5 4 6 4 2 5 6 6 4 5 47
47. 1 0 3 3 1 3 3 4 1 1 5 0 9 6 1 3 6 12 4 5 51
48. 1 1 1 3 2 4 4 2 2 0 5 4 3 6 2 4 8 6 8 0 46
49. 1 1 2 3 1 3 3 4 1 1 5 4 6 6 1 3 6 12 4 5 52
50. 1 1 3 2 1 3 5 2 1 1 5 4 9 4 1 3 10 6 4 5 51
51. 0 2 2 2 2 3 5 2 1 1 0 8 6 4 2 3 10 6 4 5 48
52. 0 2 3 2 1 4 4 3 1 0 0 8 9 4 1 4 8 9 4 0 47
53. 1 1 2 2 2 4 4 3 1 0 5 4 6 4 2 4 8 9 4 0 46
54. 1 0 2 3 2 2 5 2 2 1 5 0 6 6 2 2 10 6 8 5 50
55. 0 0 3 3 2 4 5 3 0 0 0 0 9 6 2 4 10 9 0 0 40
56. 4 3 1 0 0 1 1 3 5 2 20 12 3 0 0 1 2 9 20 10 77
57. 1 1 1 3 2 4 4 3 1 0 5 4 3 6 2 4 8 9 4 0 45

TABEL 4.5
Distribusi Frekuensi Konsep Diri Peserta Didik

Y F FX

83 1 83
82 1 82
79 1 79
78 1 78
77 1 77
76 1 76
75 1 75
74 1 74
62 1 62
56 1 56
55 1 55

44
54 3 162
53 2 106
52 3 156
51 3 153
50 5 250
49 1 49
48 5 240
47 8 376
46 6 276
45 6 270
44 2 88
40 1 40
39 1 39
∑FX
N = 57 =
3002

1) Mencari Mean nilai konsep diri peserta didik dengan rumus:

M =
 FX
N
3002
=
57
= 52,666

2) Mencari jumlah interval


K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 57
= 1 + 3,3 (1,75)
= 1 + 5,775
= 6,775 dibulatkan menjadi 7

3) mencari interval nilai dan menentukan klasifikasi dan interval


digunakan rumus sebagai berikut:
R=H–L+1

45
Keterangan :
R = Range
H = Nilai tertinggi
L = Nilai terendah
Dari data diatas, maka interval nilainya adalah sebagai berikut:

R=H–L+1
R = 83 – 39 + 1
R = 44 + 1
R = 45
Dilanjutkan dengan menetapkan besar dan luas dari masing-
masing interval nilai yang akan di sajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Dengan menggunakan rumus:

i=

Keterangan;
R = range
i = interval
K = jumlah interval

jadi = = 6,428 dibulatkan menjadi 6

Jadi jumlah interval adalah 7 dan interval kelas adalah 4. Untuk


memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (Mean) variabel Y
yaitu konsep diri peserta didik, maka digunakan pedoman kategori
sebagai berikut:

46
TABEL 4.6

Kualifikasi konsep diri peserta didik

No. Interval Keterangan


1. Istimewa
75-80 ke atas
2. Sangat Baik
69-74

3. Baik
63-68

4. Cukup
57-62
5. Kurang
51-56

6. Sangat Kurang
45-50

7. Buruk
39-44

Berdasarkan hasil perhitungan Mean tersebut, diketahui bahwa Mean


dari variabel Y (konsep diri peserta didik) adalah 52,666. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep diri peserta didik termasuk dalam kategori kurang, yaitu pada
interval 51 – 56.
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata (Mean) dan kualitas
variabel Y (konsep diri) yaitu, sebagai berikut:

D. Analisis Uji Hipotesis


Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima tidaknya
hipotesa yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, maka dibuktikan dengan
mencari nilai anova dengan satu jalur. Data yang dihitung adalah sebagai
berikut.

47
TABEL 4.7
Tabel Persiapan Penghitungan Anava Satu Jalur
No. No. Resp. X Y Mean
1 R_10 1 47
2 R_13 1 62
3 R_14 1 47
4 R_15 1 53
5 R_16 1 54
6 R_18 1 45
7 R_20 1 45
8 R_21 1 45
9 R_23 1 45
10 R_24 1 50
11 R_26 1 44
12 R_27 1 46
13 R_28 1 56
14 R_29 1 51
15 R_30 1 47
16 R_31 1 53
17 R_32 1 45
48,5122
18 R_33 1 48
19 R_34 1 54
20 R_35 1 49
21 R_36 1 52
22 R_37 1 46
23 R_38 1 46
24 R_39 1 47
25 R_40 1 47
26 R_41 1 48
27 R_42 1 50
28 R_43 1 48
29 R_44 1 46
30 R_45 1 50
31 R_46 1 47
32 R_47 1 51
33 R_48 1 46
34 R_49 1 52

48
35 R_50 1 51
36 R_51 1 48
37 R_52 1 47
38 R_53 1 46
39 R_54 1 50
40 R_55 1 40
41 R_57 1 45
42 R_01 2 76
43 R_02 2 74
44 R_04 2 83
45 R_06 2 75
78
46 R_09 2 82
47 R_11 2 78
48 R_17 2 79
49 R_56 2 77
50 R_03 3 48
51 R_05 3 50
52 R_07 3 52
53 R_08 3 47
48,625
54 R_12 3 54
55 R_19 3 55
56 R_22 3 39
57 R_25 3 44

Keterangan:

X = pola asuh 1 = permisif


2 = demokratis
3 = otoriter
Y = nilai konsep diri
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa nilai konsep
diri peserta didik yang diasuh dengan menggunakan pola asuh
permisif dan peserta didik yang diasuh dengan menggunakan pola
asuh otoriter memiliki nilai mean yang rendah dan hampir sama yaitu
48,512 dan 48,625 Hal ini menunjukkan ada pengaruh negatif

49
terhadap konsep diri peserta didik yang diasuh dengan menggunakan
pola asuh permisif dan otoriter.
Sedangkan dari hasil nilai konsep diri yang diasuh dengan
menggunakan pola asuh demokratis memiliki nilai mean yang tinggi
yaitu 78. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif terhadap konsep
diri peserta didik yang diasuh dengan menggunakan pola asuh
demokratis.

TABEL 4.8
Perhitungan Persiapan
∑ y1 ∑y12 ∑ y2 ∑ y22 ∑ y3 ∑ y32
= = = = = =
1989 97103 624 48744 389 19115
(∑ y1)2 (∑ y2)2 (∑ y3)2
= = =
3956121 389876 151321

n1 = 41 n2 = 8 n3 = 8

̅1 = 48,512 ̅ 2 = 78 ̅ = 48,625

∑Y (∑ Y)2 ̅ ∑ Y2
Total N = 57 = = = = K=3
3002 9012004 52,67 164962

JK a = ∑ (∑ Yk)2 / nk – ( ∑Y)2 / N
= (96490,8 + 48672,0 + 18915) – 158105,3 = 164078 - 158105,3
= 5972,55
dka =k–1
= 3 -1 = 2
RKa = JKa / dka
= 5972,5 / 2
= 2986,27

50
JKd = ∑ (∑ Yk2) – ∑(∑ Yk)2 / nk
= (97103 + 48744 + 19115) – (96490,8 + 48672,0 + 18915)
= 164962 – 164078
= 884,12
dkd =N–k
= 57 – 3
= 54
RKd = JKd / dkd
= 884,12 / 54
= 16,37
JKt = ∑ Y2 – (∑ Y)2 / N
= 164962 – 9012004 / 57
= 164962 – 158105
= 6856,67
dkt =N–1
= 57 – 1
= 56
RKt = JKt / dkt
= 6856,67 / 56
= 122,44
F = RKa / RKd
= 2986,27 / 16,37
= 182,39
R2 = JKa / JKt
= 5972,5 / 6856,67
= 0,87

51
TABEL 4.9
Ringkasan Hasil Perhitungan Anava Satu Jalur Tampak Pada Tabel Berikut

SUMBER JK Dk RK F P KESIMPULAN
VARIAN

Antar 5972,548 2 2986,274 182,395 0,000 SIGNIFIKAN

Dalam 884,119 54 16,373

Total 6856,667 56 122,440

E. Analisis Lanjut

K1 vs K2 = F = = = = 355,51

K1 vs K3 = F = = = = 0,01

K2 vs K3 = F = = = = 210,81

Berdasarkan dari hasil perbandingan di atas antara K1 (pola asuh

permisif) dengan K2 (pola asuh demokratis) diketahui Fhitung = 355,51 dan

taraf signifikan = 6,34. Hal ini menunjukkan nilai Fhitung lebih besar dari pada

Ftabel maka hasil dinyatakan signifikan. Artinya ada perbedaan konsep diri

peserta didik yang diasuh dengan pola asuh permisif dan peserta didik yang

diasuh dengan pola asuh demokratis.

52
Dari hasil perbandingan antara K1 (pola asuh permisif) dengan K3

(pola asuh otoriter) diketahui Fhitung = 0,01 dan taraf signifikan = 6,34. Hal ini

menunjukkan nilai Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel maka hasil dinyatakan

tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan konsep diri peserta didik yang

diasuh dengan pola asuh permisif dan peserta didik yang diasuh dengan pola

asuh otoriter.

Dari hasil perbandingan antara K2 (pola asuh demokratis) dengan K3

(pola asuh otoriter) diketahui Fhitung = 210,81 dan taraf signifikan = 6,34. Hal

ini menunjukkan nilai Fhitung lebih besar dari pada Ftabel maka hasil dinyatakan

signifikan. Artinya ada perbedaan konsep diri peserta didik yang diasuh

dengan pola asuh demokratis dan peserta didik yang diasuh dengan pola asuh

otoriter.

TABEL 4.10

Ringkasan Hasil Uji Perbedaan

Perbandingan Perbandingan
F P Kesimpulan
Antara Mean

K1 vs K2 48,5 - 78 355,51 0,000 Signifikan

K1 vs k3 48,5 - 48,6 0,01 0,997 Tidak Signifikan

K2 vs k3 78 - 48,6 210,81 0,000 Signifikan

Ho : (ditolak)

Ha : Salah satu rata-rata dari sampel berbeda. (diterima)

53
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis anova nilai Fhitung
= 182,395. Kemudian dikonsultasikan pada Ftabel, baik pada taraf signifikansi
5% maupun 1% dengan kemungkinan:

a. Jika Fhitung lebih besar daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya
signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima.
b. Jika Fhitung lebih kecil daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya
non signifikan dan hipotesis yang diajukan ditolak.
Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 3,17 dan pada taraf
signifikansi 1% = 5,01. Maka nilai Fhitung sebesar 182,3955 lebih besar
daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Dengan demikian,
hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Artinya
ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap konsep diri peserta didik
kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak.

F. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis secara optimal pasti terdapat keterbatasan, adapun
keterbatasanketerbatasan yang dialami penulis adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan angket
Dalam penggunaan angket, tidak selamanya angket itu mempunyai
kelebihan, namun juga mempunyai kelemahan, yakni dari jawaban
responden kurang terbuka dalam memberikan jawabannya, dan
kemungkinan jawaban-jawabannya dipengaruhi oleh keinginankeinginan
pribadi.
2. Keterbatasan biaya
Pada dasarnya biaya mempunyai peranan penting dalam penelitian
ini. Oleh karena itu penulis menyadari bahwa dengan biaya yang minim
penelitian akan mengalami kendala.

54
3. Keterbatasan waktu
Waktu juga memegang peranan penting, penelitian ini
hanyadilaksanakan dalam waktu satu bulan. Namun demikian peneliti
menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian peneliti kurang bisa
membagi waktu. Hal ini terjadi karena kegiatan peneliti yang tidak bisa
ditinggalkan seperti mengajar sekolah swasta. Sehingga peneliti harus
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar bisa mengikuti ujian
munaqosah.
Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi
dalam penelitian ini, peneliti bersyukur penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar dan mendapat respons yang baik.

55
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian dalam data yang telah dibahas di depan, maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengklompokan dari hasil nilai angket, diketahui bahwa 8
peserta didik kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang
Demak diasuh dengan menggunakan pola asuh otoriter, dan 8 diasuh
dengan pola asuh demokratis, dan 41 peserta didik diasuh dengan pola
asuh permisif.
2. Berdasarkan hasil perhitungan Mean dari variabel Y (konsep diri peserta
didik) diketahui bahwa 48,625 diasuh dengan pola asuh otoriter, 78 diasuh
dengan pola asuh demokratis, dan 48,512 diasuh dengan pola asuh
permisif, dan mean tertinggi terdapat pada pola asuh demokratis yaitu 78.
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis anava satu jalur
diperoleh nilai Fhitung = 182,395. Kemudian dikonsultasikan pada Ftabel, baik
pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan kemungkinan:
a. Jika Fhitung lebih besar daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya
signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima.
b. Jika Fhitung lebih kecil daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya
non signifikan dan hipotesis yang diajukan ditolak.
Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 3,17 dan pada
taraf signifikansi 1% = 5,01. Maka nilai Fhitung sebesar 182,395 lebih besar
daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Dengan
demikian, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan
diterima. Artinya:
”Ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap konsep diri positif
peserta didik kelas V dan VI MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang
Demak”.

56
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk orang tua
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak, untuk itu
harus dapat mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak-anak mereka
dengan baik dan benar.
2. Untuk guru
Guru sebagai pendidik hendaknya lebih memperhatikan konsep diri
peserta didik. Dan memberikan motivasi terhadap peserta didik yang
mempunyai konsep diri yang lemah.

57
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 2006

Bahreisy Salim, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid 2, Surabaya: Bina
Ilmu, 1990

-------------------, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid 4, Surabaya: Bina


Ilmu, 1988

Baihaqi MIF, Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan


Optimisme, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008

Basri Hasan, Keluarga Sakinah, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002

BataviaFudinVan,“KonsepDiri”,dalamhttp://fuddin.wordpress.com/2010/03/15/ko
nsep-diri/, diakses 12 Maret 2012.

Berne Patricia H. & Savary Louis M., Membangun Haraga Diri Anak, terj. YB.
Tugiyarso, Yogyakarta: Kansius, 1988

Bolson Maurice, Bagaiman Menjadi Orang Tua Yang Baik, Terj. H. M. Arifin,
Jakarta: Bumi Aksara, 1993

Bungin M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,dan


Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana,
2010

Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Fauzi Muchammad, Metode Penelitian Kuantitatif, Semarang: Walisongo Press,


2009

Gunarsa Singgih D., Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta:


Gunung Mulia, 2006

Hadi Sutrisno, Statistik, Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2001

Hasyim Umar, Anak Saleh II, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, Surabaya: PT
Bina Ilmu, 2010

Istadi Irawati, Mendidik dengan Cinta, Jakarta: Pustaka Inti, 2006)


Jalaluddin Imam Bin As- Suyuti Abu Bakar, Al-Jamiu As- Shogir ,Bairut: Dar Al-
Kutub Al- Ilmiyah, 1990 juz I

Junus Mahmud, Tarjamah Al-Qur’an Al- Karim, Bandung: PT. Al Maarif, 1986

Kartono Kartini dan Andari Jenny, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam
Islam, Bandung: Mandor Maju 1989

LN Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja


Rosda Karya, 2008

Muthohiroh, “Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua Terhadap Tingkat


Kecerdasan Interpersonal Anak Didik”, Skripsi, Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009

Nasrulloh, “Pengaruh Tingkat Pola Didik Demokrasi Orang Tua Terhadap


Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas IV MI Hidayatul Mubtabiin
Jagalempeni”, Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2009

Pudjijogyanti Clara R., Konsep Diri Dalam Pendidikan, Jakarta: ARCAN, 1991

Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996

Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, Bandung: ALFABETA, 2008

Shochib Moh, Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Soedirdjo Moeljono Noto dan Latipun, Kesehatan Mental, Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang 2002

Subagyo P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006

Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2009

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


RnD,

Thoha Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


1996
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002

Ulwan Abdullah Nashih, Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka


Amani,1992

Umar Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000

Walgito Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Fakultas


Psikologi UGM, 1989
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Ringkasan Rumus-Rumus Analisis anava................................ 36

Tabel 4.1 : Jumlah Peserta Didik Tahun 2011/2012 …………………...... 39

Tabel 4.2 : Nilai Angket Pola Asuh Orang Tua ......................................... 40

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua .............………... 42

Tabel 4.4 : Nilai Angket Konsep Diri Peserta Didik ....………………….. 43

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Konsep Diri Peserta Didik....................... 44

Tabel 4.6 : Kualifikasi Konsep Diri Peserta Didik ………........................ 47

Tabel 4.7 : Persiapan Perhitungan Anava Satu Jalur …………………..... 48

Tabel 4.8 : Perhitungan Persiapan ……………………………………….. 50

Tabel 4.9 : Hasil Perhitungan Anava Satu Jalur ........................................ 51

Tabel 4.10 : Uji Perbedaan ........................................................................... 52


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil SPSS uji Laboratorium

Lampiran 2 Surat Penunjukan Pembimbing

Lampiran 3 Surat Izin Riset

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Pola Asuh Orang Tua Dan Konsep Diri

Peserta Didik

Lampiran 6 Perhitungan Analsis Anava

Lampiran 7 Daftar Nama Responden

Lampiran 8 Surat Keterangan Ko Kulikuler

Lampiran 9 Sertifikat PASSKA Fakultas

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup


DAFTAR NAMA RESPONDEN

No. NAMA KELAS


1 Abdulloh Qosim V
2 Abdul Wahab V
3 Abdul Wahib V
4 Ahmad Dani V
5 Ahmad Subhan V
6 Ahmad Salafudin V
7 Aan Ibrahim V
8 Ahmad Taufiq V
9 Ayu Amalia V
10 Anggun Shintawati V
11 Bambang Riyanto V
12 Bayu Hidayatullah V
13 Durrotun Khoifah V
14 Falahul Bahid V
15 Irfan Fauzi V
16 Lazim Rizqi M. V
17 Lilik Setyaningsih V
18 Lailatus Sholehah V
19 Lailatul Mubarokah V
20 Maulana Nizar F. V
21 M. Nailul Ismail V
22 Muh. Aminudin V
23 Muh. Syafiulloh V
24 Maemonah V
25 Maulana Amin D. V
26 Ngatman V
27 Rahmawati V
28 Sajadi V
29 Teguh Aryanto V
30 Umizatul Khoiroh V
31 Zunita Sari V
32 Zahrotun Nisa’ V
33 Zulfat Nita sari V
34 Amirullah Ihza VI
35 Asyfiyatus Sundusiyah VI
36 Atik Riniati VI
37 Ayu Andira VI
38 Aliyatul Himmah VI
39 Durrotun Nazilah VI
40 David Efendy VI
41 Erwin Syah VI
42 Fajar M.Nuari VI
43 Lutfi Anas VI
44 Lutfiyatun Nikmah VI
45 Muh.Zuliyanto VI
46 Muhaiminan VI
47 Muh.Maulidin VI
48 M.Ferriyan Wibowo VI
49 Maulidatul Hasanah VI
50 Nuzulus Sakinah VI
51 Nafisatul Uyun VI
52 Qonitatus Saikhah VI
53 Safiatun VI
54 Tuhfatul Ana Haliza VI
55 Wafiq Azizah VI
56 Wahyu Handayani VI
57 Umi Anisah VI
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

1. Kisi-kisi pola asuh orang tua

Nomor Butir Pertanyaan Jumlah


No. Indikator Soal
Positif Negatif
Cara orang tua memberikan
1. 1,2,4.5. 3, 5
peraturan kepada anak
Cara orang tua memberikan
2. 6,8,9,10 7. 5
perhatian kepada anak
Cara orang tua memberikan 11,12,13,14,
3. 0. 5
hukuman kepada anak 15.
Cara orang tua menunjukkan
4. 16,17,19. 18,20. 5
otoritas kepada anak

Jumlah 11 9 20

2. Kisi-kisi konsep diri peserta didik

Nomor Butir Pertanyaan Jumlah


No. Indikator Soal
Positif Negatif
1. Gambaran diri (cara individu 1,2,4, 5. 5
3.
memandang dirinya sendiri).
2. Ideal diri (persepsi individu 6,8, 9. 7, 10. 5
bagaimana ia harus berprilaku).
3. Harga diri (penilaian pribadi 11, 12, 13, 15. 5
14
dengan apa yang dicapai).
4. Identitas (kesadaran diri sendiri
memandang dirinya berbeda 16, 17, 5
18,20.
19.
dengan yang lain).

Jumlah 8 12 20

1
ANGKET PENELITIAN

A. IDENTITAS
Nama :………………………………………………………………

Kelas :……………………………………………………………..

Jenis kelamin :………………………………………………………………

B. PETUNJUK PENGISIAN DATA


1. Adik-adik dimohon untuk menulis nama sebelum mengisi angket.
2. Adik-adik dipersilahkan memilih salah satu jawaban yang menurut adik-
adik paling sesuai dengan memberi tanda silang (x).
3. Semua jawaban adik-adik sangat kami harapkan dan kejujuran adik-adik
dalam menjawab sangat membantu kami dalam penelitian.
4. Jawaban dari angket ini merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi
kami, untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

C. ANGKET POLA ASUH ORANG TUA


I. Cara orang tua memberikan peraturan kepada anak
1. Apakah orang tuamu mengaturmu saat melakukan sesuatu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
2. Apakah orang tuamu memerintahmu dengan kata-kata yang kasar?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
3. Apakah orang tuamu melarangmu belajar kelompok di luar rumah?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang

2
4. Apakah orang tuamu meberimu kebebasan untuk berperilaku seperti
yang kamu inginkan?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
5. Apakah orang tuamu selalu menentukan pilihanmu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang

II. Cara orang tua memberikan perhatian kepada anak


6. Apakah orang tuamu peduli dengan pelajaranmu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
7. Apakah orang tuamu mengharuskanmu mendapat rangking kelas?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
8. Apakah orang tuamu memperlakukanmu dengan baik?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
9. Apakah orang tuamu memberi hadiah saat kamu melakukan
perintahnya?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
10. Apakah orang tuamu mengharuskanmu belajar setiap malam?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang

3
III. Cara orang tua memberikan hukuman kepada anak
11. Apakah orang tuamu menghukummu saat kamu tidak patuh pada
aturan?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
12. Jika hasil ulangan kamu jelek, apakah kamu dimarahi orang tuamu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
13. Pernahkah orang tuamu menghukummu dengan menampar dan
memukulmu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
14. Apakah orang tuamu suka berbuat kasar terhadapmu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
15. Apakah orang tuamu mengancammu saat kamu tidak bisa melakukan
sesuatu?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang

IV. Cara orang tua menunjukkan otoritas kepada anak


16. Apakah orang tuamu pernah mengajakmu bicara dalam menyelesaikan
masalah?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang

4
17. Apakah orang tuamu memerintahmu melakukan sesutau dengan kata
yang halus?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
18. Apakah orang tuamu suka memaksakan kehendaknya?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
19. Apakah orang tuamu pernah memberimu kesempatan untuk
berpendapat?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
20. Apakah orang tuamu menerapkan aturan-aturan yang tidak kamu
senangi?
a. Selalu d. Hampir tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang

D. ANGKET KONSEP DIRI


I. Gambaran diri
1. Saya mudah menyerah!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
2. Secara keseluruhannya, saya merasa tidak puas dengan diri saya
sendiri!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai

5
3. Saya pandai!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
4. Saya seorang pemalu!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
5. Saya seorang yang bodoh!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai

II. Ideal diri


6. Saya mempunyai ide-ide yang bagus!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
7. Saya menjadi gugup ketika guru datang menghampiri saya!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
8. Saya mempunyai banyak cita-cita!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
9. Saya bertingkah laku baik di sekolah!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai

6
10. Saya menjadi cemas ketika akan menjalani ulangan sekolah!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai

III. Harga Diri


11. Saya merasa sebagai orang yang tidak berguna!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
12. Saya berpikir bahwa diri saya tidak baik sama sekali!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
13. Saya merasa tidak mempunyai banyak kemampuan yang dapat
dibanggakan!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
14. Saya merasa bahwa saya sejajar dengan teman yang lainnya!
a. Sangat sesuai dHampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
15. Saya merasa seorang yang gagal dalam segala hal!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai

7
IV. Identitas Diri
16. Saya bangga menjadi diri saya sendiri!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
17. Saya merasa saya mempunyai sejumlah sifat yang baik!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
18. Saya tidak terkenal di kelas!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
19. Saya trampil membuat barang-barang dengan kemampuan sendiri!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai
20. Saya mersa tidak dianggap di dalam keluarga!
a. Sangat sesuai d. Hampir sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Kurang sesusai

8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Fauzi Annuzul

Tempat/Tanggal Lahir : Demak, 22 April 1989

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Jatirogo RT. 01/III Kec. Bonang Kab. Demak

Riwayat Pendidikan :

a. MI Tsamrotul Huda II Bonang Lulus Tahun 2001

b. MTs. NU. Bonang Lulus Tahun 2004

c. MA.NU. Demak Lulus Tahun 2007

d. IAIN Walisongo Lulus Tahun 2012

Demikian Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 23 Mei 2012

Penulis

(Ahmad Fauzi Annzul)

Anda mungkin juga menyukai