SKRIPSI
Baha'uddin, M.Hum.
Ketua Penguji
______________________
Dr. Nur Aini Setiawati, M. Hum.
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
NIM : 12/328970/SA/16287
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis telah
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Muhammad Luthfi
12/328970/SA/16287
vi
HALAMAN MOTO
“Tidak Penting Seberapa Lambat Anda Melaju, Selagi Anda Tidak Berhenti.”
(Anonim)
Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Karena banyak bisa didapat
dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan berkah. (Gus Mus)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Ayah, Ibu, dan kedua adikku, terima kasih untuk kasih sayang dan
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan bimbingan yang
ini. Penulisan skripsi merupakan tahap penting bagi penulis untuk melatih diri
selama masa mengerjakan skripsi. Ketika sedang menjalani mata kuliah Seminar
Sejarah dan Praktik Penulisan Sejarah II, saya sempat berganti-ganti tema yang
tema tersebut muncul atas dorongan salah satu teman terbaik saya, Muhammad
Asyrafi. Kala itu, penulis sedikit ragu karena tema ini sudah banyak ditulis oleh
peneliti lain. Namun, setelah diberitahu bahwa ada celah dalam penulisan tema
tema ini.
sekecil apapun usaha yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil di kemudian
hari. Begitu pula dengan pengerjaan skripsi ini. Meskipun harus melalui jalan
panjang yang menguras kondisi fisik dan psikis (yang mungkin tidak semua orang
ix
dapat mengerti), perjuangan untuk menyelesaikan kewajiban ini akhirnya telah
terlewati.
Tentu saja saya bukan seorang jenius yang bisa menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan orang lain. Saya berterima kasih kepada dosen-dosen Jurusan
Sejarah FIB UGM yang telah membagikan segudang ilmunya kepada saya: Dr.
Abdul Wahid, selaku dosen pembimbing skripsi, Prof. Dr. Bambang Purwanto,
Prof. Suhartono, Dr. Sri Margana, M.Hum. M.Phil., Dr. Muti’ah Amini, M.Hum.,
Dr. Nur Aini Setiawati, M.Hum., Dr. Farabi Fakih, Dr. Dr. Agus Suwignyo, M.A.,
Arief Akhyat, M.A., Drs. Andry Nurtjahjo, Uji Nugroho, M.A., Widaratih
Kamiso, M.A., Widya Fitriningsih, M.A., dan Wildan Sena Utama, M.A. Ucapan
terima kasih khusus diberikan kepada Mbak Rika Sayekti yang selalu dengan
tidak cukup untuk menggambarkan perasaan saya terhadap pelajaran hidup yang
sehat, dan pendewasaan diri. Terkhusus untuk Muhammad Asyrafi, dan Dian Eka
Fitriani, terima kasih untuk semua saran, diskusi, dan motivasi. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung saya secara moril.
“Happy People”; Jambul, Fairuz, Acha, Baim, Bolang, Banna, Bacol, Asep,
Onglai, Makso dll, yang bodohnya luar biasa. Saya juga ucapkan terima kasih
x
kepada teman selama hidup di Yogyakarta; Riza, Dewo, Jonan, Isan dan keluarga
Ikas_Jogja yang jadi keluarga kedua saya di Jogja. Terima kasih sudah
Terakhir, skripsi ini tidak akan pernah ada tanpa “kebawelan” keluarga
saya. Bapak Empuh Bihin, Bapak Empuh Ento, Papa, Mama, Wa Abah, Wa
Gendut, Wa Pipin, Bi Imas, Mang Didin, serta semua yang sudah setia
berikutnya. Terima kasih juga kepada keluarga Almarhum Bapak Sudja’I; Mama
Ani, Apedi, Aapi, Umi Ainun, Aasep dan The Mumun, biyu, sirli, ainun, dan juga
kamu Neni Nuraini, atas semua doanya. Teruntuk almarhumah Wa Iis, terima
kasih atas doa dan dukungannya selama uwa hidup. Mohon maaf jikalau belum
bisa mewujudkan wisuda sejak uwa masih hidup. Semoga uwa Iis bahagia di alam
sana, aamiiin. Dan tidak lupa juga atas kebaikan Ibu Hapsari, berkat beliau,
penulis bisa dengan leluasa mengakses dan mengerjakan skripsi dengan baik di
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................v
HALAMAN MOTO..............................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
ABSTRAKSI........................................................................................................xix
ABSTRACT...........................................................................................................xx
1. BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
xii
2.1. Sejarah Malaria dan Kasusnya di Hindia-Belanda.......................................16
2.2. Penemuan Kina dan Aklimatisasi Kina di Hindia-Belanda..........................28
2.2.1. Sejarah Awal Penemuan Kina Sebagai Obat Anti-Malaria..........................29
2.2.2. Percobaan Aklimatisasi Kina di Wilayah Baru, 1852-1856.........................31
2.3. Usaha Awal Riset Tanaman Kina di Indonesia, 1856-1870-an....................46
4. BAB IV KESIMPULAN...................................................................104
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................109
LAMPIRAN.........................................................................................................114
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengujian Kadar Kina Ledgeriana...........................................................51
Tabel 2. Persebaran Tanaman dan Perkebunan Kina di Jawa (hingga tahun 1923)
................................................................................................................................55
Tabel 3. Pengeluaran Pemerintah Belanda Untuk Budidaya Kina di Hindia-
Belanda...................................................................................................................59
Tabel 4. Struktur Pengurus Serikat Produsen Kina di Amsterdam........................87
Tabel 5. Struktur Pengurus Serikat Produsen Kina di Batavia, Hindia-Belanda...88
Tabel 6, Jumlah Anggota Serikat Produsen Kina Hindia-Belanda........................91
xv
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR ISTILAH;
xvi
9. Ledgeriana :Salah satu jenis pohon kina yang paling
banyak digunakan karena mengandung
sulfat kina yang tinggi.
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
ABSTRAKSI
xix
ABSTRACT
Malaria had become a fearsome disease for people living in tropical areas
like Netherlands-Indie, particularly for Europeans who came and started to live in.
This research examines the process of quinine cultivation in the Netherlands-Indie
and the monopoly which was performed by the government of the Netherlands-
Indie. The quinine tree was an important commodity. Because of its ability to treat
malaria, quinine has high economic value so that the colonial government was
finally tempted to monopolize this commodity. Employing a historical method,
this research aims to give a descriptive explanation about the policies of the
colonial government in their attempt to monopolize the quinine in the
Netherlands-Indie since the middle of the 19th century until the early of the 20 th
century. This research finds out that during the period, the Netherland government
had employed various policies to monopolize the quinine in the Netherlands-
Indie. They looked for a suitable quinine seed, acclimatized it, did some
researches about quinine, and finally expanded the quinine plantations in the
Netherlands-Indie. Besides that, the colonial government also built Bandoengsche
Kininefabriek, made the Quinine Agreement, assembled the Union of Quinine
Producers, and last but not least, enforced the Quinine Agreement 1939-1948. The
historical knowledge about the quinine policies and monopoly is beneficial to
examine the ambition of the Netherland government on the quinine.
xx
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
“….ada beberapa daerah di Jawa yang tergolong tidak sehat, terutama di
daerah-daerah rawa di pantai utara, yang terletak di dekat pantai, salah
satunya Batavia, ibu kota pemerintahan Belanda sejak zaman dahulu.”0
orang-orang Eropa untuk datang ke wilayah ini. Hal tersebut dapat dibuktikan
Pada tahun 1511, Portugis telah mencapai Malaka. Selang setahun berikutnya,
1596. Pada Maret tahun 1599, Jacob van Neck tiba di Maluku yang kemudian
menempatkan Ambon sebagai markas utama. Barulah pada tahun 1619 J.P. Coen
menaklukkan Jacattra dan menjadikan tempat ini sebagai markas utama VOC dan
bernama Batavia.0
yang laku dipasaran Eropa. Demi mewujudkan itu semua, selain memperbesar
modal dan membuka lahan, juga yang tidak kalah pentingnya adalah
0
Sir Stamford Raffles, The History of Java, (Yogyakarta: Narasi, 2008), hlm. 14.
0
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2010), hlm. 40-59.
1
2
semakin banyak pula tenaga kerja yang tersedia. Hal ini sejalan dengan
permikiran J.P Coen yang mengatakan bahwa untuk membangun tanah jajahan di
disebutkan diatas, tidak lupa juga bahwa mewabahnya penyakit malaria kelak
menjadi ancaman yang luar biasa bagi orang-orang Belanda yang tinggal di
Hindia-Belanda.
0
Mumuh Muhsin Z., “Bibliografi Sejarah Kesehatan Pada Masa Pemerintahan
Hindia-Belanda”, Jurnal Paramita Vol.22 No. 2, Juli 2012, hlm. 187.
bahaya tersebut namun mereka yakin dan mampu mengatasinya. Pada tahun
ketenangan tersebut tidak bertahan lama. Sejak awal abad 18, Batavia berubah
menjadi kota yang tidak layak huni bagi bagi sebagian besar orang Eropa
didalamnya.0
mendapat julukan “Kota Ratu dari Timur”. Cristopher Fryke yang mengunjungi
Batavia tahun 1680-an menganggap tempat ini lebih indah dari Amsterdam. Pada
kota, makanan yang berlimpah dan lingkungan Batavia yang sehat. Tidak hanya
orang Eropa dengan 16 kanal indah dan bunga-bunga disepanjang kota.0 Namun,
sejak tahun 1730-an, semua reputasi indah tersebut hilang. Terlebih ketika wabah
meninggal.0
0
Hendrik E. Niemeijer, Op. Cit., hlm. 86-88.
0
Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 tahun, (Jakarta: Masup, 2012), hlm. 56.
0
Ibid., hlm. 25-26.
0
Hendrik E. Niemeijer, Op. Cit., hlm. 133.
4
dipengaruhi oleh banyak hal, terutama terkait kondisi geografisnya yang sangat
wilayah beriklim tropis dan disertai dengan curah hujan yang tinggi sehingga
Belanda.0
genangan air.0 Lagi pula, pada awalnya memang belum ada obat yang mujarab
apabila sudah terkena penyakit malaria.0 Adapun cara lain untuk mengobati
0
Ibid. Lihat juga Susan Blackburn, Op. Cit., hlm. 56
0
Umar Fachmi Achmadi, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hlm. 15.
0
Eric A. Stein, “Colonial Theatres of Proof: Representation and Laughter in 1930s
Rockefeller Foundation Hygiene Cinema in Java”, dalam jurnal Health and History, Vol
8, No.2, Health, Medicine and the Media (2006), hlm. 33.
0
Susan Blackburn, Op. Cit., hlm. 58.
5
kunjungannya ke Batavia.0
dan sinkonidin. Empat jenis alkaloid tersebut banyak ditemukan di dalam kulit
batang sedangkan pada bagian lain ditemukan dalam jumlah relatif sedikit.
makanan dan minuman, serta industri kimia.0 Kinin digunakan sebagai bahan
mengingat tanaman ini hanya tumbuh liar di sepanjang pegunungan Andes yang
meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Selain itu,
0
Joseph Banks, Journal of the Right Hon. Sir Joseph Banks during Captain Cook’s
Fisrt Voyage in HMS Endeavour in 1768-1771, (London: Macmillan and Company,
1896), hlm. 375.
0
Widayat, Peluang pasar dan perkembangan kina Indonesia. Dalam makalah
Seminar Sehari Pengembangan Kina Nasional. Bandung, 3 Agustus 2000.
0
Salwa Lubnan Dalimoenthe, “Teknik mikrografting dalam perbanyakan tanaman
kina (Cinchona ledgeriana Moens)”, dalam jurnal Penelitian Teh dan Kina, Vol. 16 No.
1, 2013: 13-24, hlm. 13-14.
6
wilayah koloni.
sentral studi sains kolonial, sejarah lingkungan, ekonomi pertanian, dan ekonomi
kepentingan dari pemindahan tanaman yang terkenal pada pertengahan abad ke-
19. Secara historiografis, kajian mengenai sejarah kina pada masa kolonial di
Andrew Goss,0 Ririn Darini,0 Norman Taylor,0 Arjo Roersch.0 Dari beberapa
yang melihat adanya perubahan peta monopoli kina dalam konteks global yang
0
Lucile H. Brockway, Science and Colonial Expansion: The Role of the British
Royal Botanic Gardens, dalam American Ethnologist, Vol. 6, No. 3, Interdisciplinary
Anthropology (Aug., 1979), pp. 449-465, hlm. 456.
0
Kavita Philiph, Civilizing Natures: Race, Resources, And Modernity in Colonial
South India, (New Jersey: Rutgers University Press, 2004), hlm. 171.
0
Goss, Andrew, Belenggu Ilmuwan Pengetahuan Dari Hindia-Belanda Sampai
Orde Baru, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2014).
0
Darini, Ririn, Perkembangan Industri Kina di Jawa, 1854-1940. Dalam jurnal
Lembaran Sejarah, 2000.
0
Taylor, Norman, Cinchona in Java: The Story of Quinine, (USA: University of
California, 1945).
0
Roesch, Arjo, Colonial Agro-Industrialism Science Industry and the State in the
Dutch Golden Alkaloid Age, 1850-1950, (Utrecht: Ipskamp, Enschede, 2015).
7
kemudian dimenangkan dan dikuasai oleh pemerintah Belanda. Taylor dan Goss
hanya pada tahapan keberhasilan tanaman kina yang akhirnya dapat tumbuh di
Hindia-Belanda. Selain itu, ada juga Ririn Darini yang mengkaji tentang
tulisan Ririn Darini belum begitu lengkap sehingga masih ada celah bagi
hingga tahun 1940-an, pemerintah Belanda, sebagai induk Hindia Belanda, telah
harga kina asal Hindia Belanda. Mengapa kebijakan dan upaya monopoli kina
diperlukan? Itulah yang menjadi pertanyaan besar dan menuntun pada beberapa
pertanyaan, di antaranya:
hingga 1940-an?
Hindia-Belanda dipilih sebagai fokus spasial penelitian ini karena dari sekian
yang paling banyak mendapat porsi dan sorotan dalam upaya memonopoli
komoditi kina mereka. Selain itu, penelitian ini juga mengambil cakupan
temporal yang cukup panjang, mulai dari tahun 1850-an hingga tahun 1940-an.
Tahun 1850-an diambil sebagai batasan awal dalam penelitian ini karena
kebijakan awal terkait upaya monopoli kina di mulai pada tahun 1852 yang
ditandai dengan proses pencarian bibit pohon kina. Sedangkan tahun 1940-an
diambil sebagai batas akhir cakupan temporal penelitian ini sebab periode ini
penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa perlu dan pentingkah kebijakan
tersebut diterapkan pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana dampak dari kebijakan yang diterapkan
selanjutnya.
sejarah kina dan monopolinya secara luas. Hal ini dikarenakan penelitian ilmiah
sangat jarang ditemui. Adapun beberapa karya yang membahas tentang sejarah
Plantation in the New World0, dan Norman Taylor, Cinchona in Java; the story
of quinine0
salah satu buku sejarah yang membahas tanaman kina di Jawa pada masa Hindia
kina di Hindia-Belanda, namun juga sejarah awal penemuan manfaat kina dan
sejarah penyakit malaria. Buku ini membahas sejarah Kina dari sisi botani dan
medis, menelusuri sejak awal mula penyakit malaria diteliti, ditemukannya kina
bibit kina pertama di Jawa. Akan tetapi, pembahasan terkait upaya dan kebijakan
Belanda kurang begitu lengkap. Sehingga masih ada celah bagi penulis untuk
0
Ririn Darini, “Perkembangan Industri Kina di Jawa, 1854-1940” dalam jurnal
Lembaran Sejarah Vol. II No. 2 Tahun 2000.
0
F. R. Fosberg, “Cinchona Plantation in the New World”, dalam jurnal Economic
Botany Vol. I No. 3 Tahun 1947
0
Norman Taylor, Cinchona in Java; the story of quinine (USA: California
University, 1945)
10
Dalam artikel Perkembangan Industri Kina di Jawa 1854 -1940, Ririn Darini
kina dunia dan perkembangan kebun kina rakyat. Ririn Darini membahas
budidaya kina di Dunia Baru (New World), Amerika Utara dan selatan serta
Belanda mengalahkan produksi kina Dunia Baru. Dalam tulisan ini Fosberg
Selain literasi yang telah disebutkan diatas, perihal sejarah kina dan
Clements Robert Markham dalam the Introduction of the Cinchona Tree into
British India, 1861,0 dan Travels in Peru and India while superintending the
collection of chinchona plants and seeds in South America and their introduction
into India.0 Ketiga buku tersebut memang menjelaskan sejarah pejalanan kina
ketiga buku ini lebih membahas terkait monopoli kina yang dilakukan oleh
dilakukan. Maka dari itu, diperlukan sebuah penelitian lebih lanjut untuk melengkapi
tulisan-tulisan sebelumnya.
0
Kavita Philiph, Civilizing Natures: Race, Resource, and Modernity in Colonial
South India, (New Brunswick, New Jersey: Rutgers University Press, 1964).
0
Clements Robert Markham, the Introduction of the Cinchona Tree into British
India, 1861, (London: John Murray, 1860).
0
Clements Robert Markham, Travels in Peru and India while superintending the
collection of chinchona plants and seeds in South America and their introduction into
India, (London: John Murray, Albemarle Street, 1862)
12
dan penulisan peristiwa sejarah0. Setelah memilih topik atau tema yang sesuai,
Sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sumber primer
dan sekunder. Sumber primer berupa arsip perusahaan dan pemerintahan. Sumber
sekunder berupa berita dari surat kabar maupun rekaman yang se-zaman dan
dapat ditemukan dalam koleksi Arsip Nasional RI dan situs daring KITLV,
Museum. Selain sumber primer, penelitian ini juga akan menggunakan sumber-
sumber sekunder berupa buku dan artikel yang terkait dengan tema yang bisa
sedangkan artikel akan diunduh melalui situs penyedia jurnal-jurnal online yang
Sementara itu, sumber tidak tertulis yang mungkin dapat digunakan untuk
penelitian ini adalah foto. Salah satu jenis sumber visual tersebut akan sangat
0
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 1995), hlm. 90
13
Foto-foto tersebut akan diakses melalui situs Koninklijk Instituut voor Taal-,
tahapan kritik sumber, yaitu kritik internal dan eksternal. Kritik sumber sangat
perlu dilakukan untuk menguji kredibilitas dan otentisitas sumber. Setelah kritik
dan penulisan.
tersebut.
Sesuai dengan dua pokok masalah tersebut, dalam Bab 2 dijabarkan faktor
penarik dan pendorong mengapa kina menjadi komoditi yang sangat penting
dan kebijakan kina di Hindia-Belanda dibahas dalam Bab 3. Yang terakhir, Bab 4
KINA DI HINDIA-BELANDA
terbesar dalam sejarah umat manusia. Sejarah penemuan kina tak lepas dari
sejarah penyakit malaria yang merupakan suatu ancaman bagi kehidupan umat
manusia. Sejarah telah mencatat banyak sekali kasus kematian yang diakibatkan
oleh malaria. Kematian tersebut dikarenakan belum adanya obat antimalaria yang
wilayah di dunia dan mengancam mereka, terutama bagi mereka yang bertempat
tinggal di kawasan beriklim tropis dan sub-tropis. Oleh karena itu, perlu adanya
malaria.
Pentingnya tanaman kina tentu disadari betul oleh Bangsa Eropa. Sejak awal
abad ke-16, mereka mulai melakukan kegiatan ekspansi di kawasan baru. Mereka
mulai masuk ke wilayah Asia Tenggara, Amerika dan Afrika, yang merupakan
dan eksistensi mereka di wilayah tersebut berada dalam ancaman yang serius. Ia
malaria tanpa obat yang mujarab, yaitu dengan kina. 0 Oleh karena itu, dalam
masih menjadi ancaman besar bagi kehidupan umat manusia. Penyakit malaria
masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Tiga miliar
orang, atau sekitar 48% dari populasi dunia, hidup di wilayah yang rentan
terhadap penyakit ini. Persebaran penyakit ini pun sangat luas. Malaria tersebar
luas di zona tropis dan subtropis dan menjadi endemik di bagian selatan Afrika,
Asia Tenggara, Timur Tengah, serta Amerika Tengah dan selatan (lihat gambar
1).
0
George Urdang, “The Legend of Cinchona”, dalam jurnal The Scientific Monthly,
Vol. 61, No. 1 (Juli, 1945), pp. 17-20, hlm. 17.
0
World Malaria Report 2017. (Geneva: World Health Organization; 2017),
Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO, hlm. xv-xvi.
16
Sumber: Christian Lengeler, dkk, Net Gain: A New Method for Preventing Malaria
(Canada: Interational Development Research Centre/WHO, 1996), hlm. 2.
merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang berasal dari protozoa
malaria pada manusia, yaitu plasmodium vivax, ovale, malariae, dan falciparum,
dengan manusia.0
Kata mal’aria berasal dari bahasa Italia yang berarti “udara buruk”. Sejarah
malaria atau gejala yang mirip dengan malaria telah dikenal sejak ribuan tahun
0
www.who.wnt/malaria/en/ diakses pada tanggal 20/02/2017
17
yang lalu. Pada 2700 SM, sejumlah gejala khas dari penyakit yang saat ini dikenal
dengan malaria telah tertulis dalam Nei Ching (catatan kedokteran Cina), yang
disusun oleh kaisar Huang Ti.0 Sejak awal kemunculannya, malaria merupakan
salah satu wabah yang menjadi “misteri”. Dimana dan bagaimana penyakit ini
mulai mewabah tidak ada yang tahu secara pasti. Meski demikian, Missiroli dalam
catatannya telah menunjukkan dalam sebuah diagram bahwa wabah malaria yang
mematikan di Italia terjadi pada abad ketiga dan keempat SM. dan pada abad ke 6,
Para ilmuwan saat itu belum menemukan penyebab pasti dari penyakit
malaria. Hingga tahun 1820-an, para ilmuwan masih meyakini bahwa malaria
disebabkan oleh gas beracun yang berasal dari rawa. Hal ini dikenal dengan teori
miasma, yaitu penyakit dapat diakibatkan oleh uap jahat.0 Selain teori tersebut,
sebagian ilmuwan juga percaya bahwa malaria disebabkan oleh kuman mikroba.
Hal ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Louis Pasteur bahwa
Namun pada akhir abad ke-19, baik teori uap maupun teori kuman, dapat
terbantahkan. Hal ini karena muncul sebuah penelitian bahwa penyakit malaria
0
Soedarto, Malaria: Referensi Mutakhir Epidemiologi Global-Plasmodium-
Anopheles Penatalaksanaan Penderita Malaria, (Jakarta: Sagung Seto, 2011), hlm. 10.
0
Norman Taylor, Cinchona in Java: The Story of Quinine, (New York: Greenberg
Publisher, 1945), hlm. 10.
0
Leonard Blusse, Pesekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan
Belanda di Batavia VOC (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm 51.
18
setelahnya.0
Bukti ilmiah terkait penyebab penyakit malaria akhirnya muncul pada tahun
1882. Pada tahun tersebut, seorang dokter bedah asal Perancis, Alphonse Laveran,
bahwa nyamuk Anopheles sebagai media vektor utama dalam persebaran penyakit
malaria.0
dengan efektifitas untuk mengatasi wabah tersebut. Oleh sebab itu, sejarah
tentang malaria serta perang terhadap wabah ini merupakan sebuah perjuangan
yang panjang yang tiada henti-hentinya. Tidak mengherankan juga jika sejak dulu
para pemimpin dunia terus mencari cara untuk menekan penyebaran dan
obat antimalaria? Lalu, hal apa yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu
wabah malaria kawasan ini sangat dipengaruhi oleh banyak hal, terutama terkait
curah hujan yang tinggi sehingga yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk
anopheles. Iklim tropis dan penyakit malaria memiliki hubungan yang sangat erat.
Hal ini disebabkan karena nyamuk Anopheles betina, penyebab penyakit malaria,
nyamuk. Maka tidak mengherankan jika wabah malaria sangat erat kaitannya
Meskipun malaria merupakan penyakit yang ada sejak lama, akan tetapi
nusantara.0 Sejak awal abad ke-18, malaria mulai menjadi wabah penyakit yang
0
Umar Fachmi Achmadi, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hlm. 15.
0
Pun begitu, tidak dapat dipungkiri juga bahwasannya wabah atau penyakit malaria
di Indonesia sejatinya telah menjangkiti masyarakat di Indonesia jauh sebelum orang-
orang Eropa datang ke Nusantara. Akan tetapi, ketersediaan data dan riwayat tentang
penyakit ini lebih banyak tertulis ketika masyarakat Eropa (terutama Belanda) mulai
mendiami wilayah di kepualauan Indonesia.
20
dirasakan seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali bagi orang-orang Eropa yang
mulai mendiami kawasan ini. Ricklefs menyebutkan bahwa sejak tahun 1733,
kota ini telah menyebarkan wabah malaria yang mematikan. Dalam rentang waktu
1733 hingga tahun 1795, jumlah kematian masyarakat di Batavia akibat wabah
malaria dan penyakit lainnya mencapai 85.000 jiwa. Bahkan Dirk van Cloon,
salah satu gubernur jenderal pada saat itu, tidak luput dari serangan penyakit
menjadikan kota tersebut didaulat sebagai kota terburuk di dunia. Padahal, kota
Batavia awalnya dikenal sebagai kota yang sangat layak. Kelayakan Batavia
disebutkan oleh Jea Baptiste Tavernier sebagai kota yang paling indah, bersih dan
Fryke yang mengunjungi Batavia pada tahun 1680-an menganggap kota ini lebih
indah daripada Amsterdam. Pada tahun 1718, seorang asal Portugis Innigo de
0
Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2010), hlm. 200. Dalam catatan lain, Raffles dalam bukunya “History of Java”
juga menyinggung tentang permasalahan di Batavia. Ia menyebutkan bahwa dari tahun
1730 sampai 1752, Batavia telah kehilangan penduduknya tak kurang dari 1.119.375
jiwa. Akan tetapi, menurut Blusse, data statistik yang dikemukakan Raffles kurang dapat
dipercaya dengan beberapa alasan. Pertama, sejak awal kedatangannya di Hindia-Belanda
pada tahun 1811, wajah Batavia telah berubah. Kedua, menurut Blusse, Raffles
mengumpulkan pendapat tersebut kemudian menambahkan komentar yang sarkatis dan
tajam yang ditujukan kepada orang-orang Belanda. Lihat Leonard Blusse, Op. Cit., hlm.
31-32.
0
Blusse, Op.Cit., hlm. 32.
21
kanal indah yang dikelilingi pohon asam jawa serta pohon berbunga yang
Gambaran Batavia sebagai kota yang sehat dan layak dapat dibuktikan
dengan angka kematian yang masih rendah. Menurut Van der Brug, sebelum
tahun 1733, hanya 500 hingga 700 pekerja yang dilaporkan meninggal karena
menunjukkan bahwa pada tahun 1729 angka kematian di Batavia hanya 14,2%.
Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan di Batavia masih tergolong baik.
Namun, setelah tahun 1733, angka kematian di Batavia meningkat tajam menjadi
menjadi 2000 hingga 3000 jiwa. Puncaknya, setiap tahunnya, wabah malaria
menjangkiti 5000 hingga 6000 orang Eropa setelah tiba di Batavia. 0 Kondisi
Batavia yang buruk juga di ceritakan oleh Sir Joseph Banks yang bertahan hidup
“pada tanggal 9 Oktober 1770, sebelum pukul empat kami sudah berlabuh
di jalur masuk Batavia. Sebuah kapal kecil segera datang menghampiri
0
Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 tahun, (Jakarta: Masup, 2012), hlm. 25-
26.
0
Van der Brug, “Malaria in Batavia in the 18th Century”, dalam jurnal Tropical
Medicine and International Heatlh,Vol. 2, No. 9 (September, 1997), pp. 892-902, hlm.
893.
0
Leonard Blusse, Op. Cit., hlm 56.
0
Van der Brug, Op. Cit., hlm. 893
22
kami. Seorang perwira dalam kapal kecil tersebut menanyakan siapa kami,
dan lainnya, kemudian ia segera kembali ke kapalnya. Baik perwira itu
maupun anak buahnya tampak sangat pucat seperti hantu, bukan suatu
pertanda baik mengenai kesehatan daerah yang baru saja kami datangi ini.
Namun demikian, orang-orang kami yang bisa dikatakan sehat dan gemuk
(karena tidak ada satupun dari kami yang jatuh sakit selama pelayaran),
meledek dan memamerkan kesehatan kepada mereka yang bermuka
pucat..... sejak kedatangan kami disini, kami selalu diberitahu mengenai
buruknya kebersihan ditempat ini. Akan tetapi kami menghiraukan
peringatan tersebut. Kami berpikir bahwa kami sudah sangat
berpengalaman terhadap berbagai jenis iklim dan segala jenis penyakit.
Akan tetapi, sebelum bulan pertama tinggal berakhir, kami menyadari
kesalahan kami. Tanggal 21 oktober 1770, kami mulai merasakan efek sakit
yang ditimbulkan oleh iklim yang tidak menyehatkan di daerah yang kami
diami (Batavia). Selera makan kami dan semangat kami telah hilang, tetapi
tidak seorang pun benar-benar sakit kecuali Tupia dan Tayeto yang
malang. Keduanya makin sakit dari hari ke hari sehingga saya mulai
mencemaskan nyawa Tupia. Sebagai antisipasi, pada tanggal 28 saya pergi
bersamanya ke Kuyper dan didirikanlah tenda di pinggir pantai. Satu per
satu dari kami mulai jatuh sakit sehingga tenda di tepi laut selalu dihuni
oleh orang sakit. Saya pun terjangkit penyakit malaria yang serangannya
begitu hebat sehingga saya tidak bisa merasakan apa-apa.”0
Van der Brug menyatakan bahwa meskipun malaria bukan satu-satunya
angka kematian di kota tersebut salah satunya disebabkan oleh penyakit malaria. 0
Batavia merupakan kota yang dibangun di tepi Sungai Ciliwung yang dikelilingi
oleh benteng dan kanal-kanal yang difungsikan sebagai jalur transportasi. 0 Akan
0
Joseph Banks, Journal of the Right Hon. Sir Joseph Banks during Captain Cook’s
Fisrt Voyage in HMS Endeavour in 1768-1771, (London: Macmillan and Company,
1896), hlm. 366-372.
0
Van der Brug, Op. Cit., hlm. 895.
0
Susan Blackburn, Op. Cit., hlm. 22.
23
segala jenis sisa yang dihasilkan manusia. Memang, pada awal abad ke-18
halaman rumah penduduk. Tidak hanya kotoran manusia saja, bangkai binatang
penyakit yang terkait kebersihan seperti malaria, tifus, kolera, dan disentri.
dan Cirebon, tingkat kematian akibat wabah malaria masih tergolong tinggi. 0
0
Mona Lohanda, Sejarah para Pembesar Mengatur Batavia (Jakarta: Masup,
2007), hlm 64-65.
0
Susan Blackburn, Op. Cit., hlm. 56-57.
0
Bahkan hingga awal abad ke-20 pun, kasus malaria di Indramayu tercatat
sebanyak 12.888 dan 2314 orang diantaranya meninggal dunia. Begitu halnya di Madiun.
Kematian akibat malaria di Kota ini tercatat sebanyak 2542 orang. Kolonial Verslaag,
1920, hlm. 105.
24
Sama halnya di Jawa, wabah malaria juga menjangkiti daerah lain di luar Pulau
kasus malaria. Di wilayah timur seperti Sulawesi Tengah, Sumbawa, Pulau Rote,
Timor, Flores dan Irian merupakan daerah-daerah besar yang terjangkit malaria.0
dilakukan. Pada tahun 1734, pemerintah kolonial di Batavia mengadakan aksi doa
dan puasa bersama. Mereka percaya bahwa dengan dilakukannya puasa dan doa
bersama, Batavia akan bersih dari wabah penyakit malaria. Namun nyatanya aksi
ini masih jauh dari harapan.0 Selain itu, pemerintah kolonial di Batavia juga
dokter untuk mengobati penderita malaria. Orang yang terkena malaria biasanya
di pindahkan ke tempat dengan kualitas udara yang bagus. Selain itu, Banks juga
mengatakan ketika dirinya terkena malaria, dokter selalu melukai dirinya dan
seringkali diberikan obat pencahar ringan. Hal ini dipercaya membuat demam
akibat malaria tidak begitu parah.0 Selain teknik pengobatan tersebut, jika ada
yang terkena demam (akibat malaria atau lainnya), penderita akan diberikan air
rebusan herba lakun dan memandikan pasien pada pagi hari, selama dua sampai
tiga hari, dengan air hangat. Jika tindakan ini tidak mujarab, penderita akan
dituangkan air dingin ketika sedang terserang demam hebat. Air tersebut dibuat
0
Ricklefs, Op. Cit., hlm. 200.
0
Eric A. Stein, “Colonial Theatres of Proof: Representation and Laughter in 1930s
Rockefeller Foundation Hygiene Cinema in Java”, dalam jurnal Health and History, Vol
8, No.2, Health, Medicine and the Media (2006), hlm. 33.
0
Joseph Banks, Op. Cit., hlm. 375.
26
kehidupan masyarakat. Hal ini tentu sangat dirasakan, terutama bagi orang-orang
Eropa yang telah mendiami wilayah nusantara sejak abad ke-17. Dapat dikatakan
untuk bertahan dari ganasnya malaria pada saat itu masih sangat minim, terlebih
masih sulit didapatkannya obat yang ampuh untuk mengobati malaria. Pemerintah
kolonial telah berusaha dan mengupayakan berbagai cara agar wabah malaria
malaria. Semua orang di daerah rawan malaria, baik pribumi maupun orang
merupakan penyakit yang sangat meresahkan dan telah membunuh banyak jiwa di
0
Teknik pengobatan yang disebutkan terakhir digunakan oleh masyarakat di
kepulauan Sumatra sekitar abad ke-18. William Marsden, Sejarah Sumatra, (Jakarta:
Komunitas Bambu, 2013), hlm. 219.
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 5.
27
ini sangatlah luas. Hal ini didukung dengan kondisi geografisnya yang sangat
sejak ribuan tahun yang lalu. Namun, riwayat/catatan tentang penyakit malaria di
kawasan ini. Bagi orang-orang Eropa, penyakit malaria sangat berbahaya dan
pengetahuan masyarakat untuk mengobati penyakit malaria pada saat itu masih
sangat minim, terlebih masih sulit didapatkannya obat yang ampuh untuk
mengobati malaria.
cara agar wabah malaria dapat ditekan. Namun, segala usaha tersebut nampaknya
belum membuahkan hasil. Salah satu obat yang sangat ampuh untuk
menyembuhkan penyakit malaria adalah ramuan dari kulit kina. Akan tetapi, pada
saat itu untuk mendapatkan kina sangatlah terbatas karena harus didatangkan dari
Oleh sebab itu, didalam sub-bab berikutnya akan dijelaskan bagaimana sejarah
selanjutnya akan dijelaskan obsesi bangsa Eropa terkait tanaman kina, hingga
termasuk di Hindia-Belanda.
28
awal penemuan kina hingga tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat anti-
bahwa awal mula penggunaan tanaman kina oleh orang-orang terahulu, terutama
sebagai obat demam (malaria), belum diketahui secara pasti. Menurutnya, tidak
ada bukti yang kuat yang menyatakan bahwa penduduk asli di Peru telah
kulit kina pun masih terlarang di Peru, terlebih menggunakan kulit kina sebagai
pengobatan. Inilah yang diyakini oleh George bahwasannya pada saat itu, manfaat
satu riwayat tentang awal penemuan kina sebagai obat. Riwayat tersebut
“Di kota Lima, ibukota Peru, seorang istri dari raja muda yang bernama
Countess de Cinchon jatuh sakit. Ia menderita demam (malaria). Rumor
dari penyakitnya...menjadi dikenal oleh orang-orang di kota dan menyebar
hingga ke Loxa. Lalu, seorang gubernur Spanyol di tempat itu diberi tahu
mengenai penyakit yang diderita Countess. Kemudian, ia berpikir untuk
menginformasikan kepada suaminya melalui surat bahwa ia memiliki resep
obat rahasia yang bisa merekomendasikan. Tanpa ragu-ragu, dia menerima
resep itu... dan sekali diambil (kina), seuatu yang ajaib terjadi, dengan
cepat dia sembuh dan semua pun terkesima.”0
0
George Urdang, Op. Cit., hlm. 17-18.
0
DJ Wallace, “The History of Antimalarials”, dalam jurnal Lupus, Vol. 5 Suppl. 1
S2-S3 (1996), hlm.1.
29
Sejak saat itu, masyarakat di kota Lima memohon kepada sang putri
(Countess) agar diberi tahu perihal kesembuhannya. Dengan senang hati, sang
putri menceritakan kepada mereka tentang obat yang digunakan. Ia juga memesan
dalam jumlah yang besar bubuk (kina) tersebut untuk meringankan penderitaan
warga yang menderita demam (malaria) di kota Lima. Dalam kurun waktu yang
lama, bubuk tersebut akhirnya dikenal dengan “bubuk Chinchon”, yang kemudian
Meskipun kisah yang dituliskan oleh Bado banyak diperdebatkan oleh para
ahli terkait kebenarannya, akan tetapi kisah tersebut telah dipercaya dan banyak
dikutip di berbagai laporan mengenai sejarah awal penemuan tanaman kina. Itulah
riwayat singkat tentang awal penemuan tumbuhan kina sebagai obat, terutama
para ahli sepakat bahwa penelitian awal terkait kandungan kina dilakukan oleh
ahli farmasi asal Perancis, Pelletier dan Caventou, pada awal abad ke-19. Mereka
dan malaria.0
Seperti yang disampaikan Philip Curtin dalam tulisannya yang berjudul The
White Man Grave: Image and Reality, 1780-1850, awal abad ke-19 merupakan
0
BMJ, “The History of Cinchona”, dalam jurnal The British Medical Journal, Vol.
1, No. 4234 (Feb. 28, 1942), hlm. 299.
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 5.
30
titik krusial dalam sejarah pencegahan wabah malaria di dunia. Sejak saat itu, kina
menjadi praktik standar untuk mengobati penderita malaria di Afrika Barat milik
Inggris dan di belahan dunia lainnya. Meskipun pada awalnya kina diragukan
perkembangan kontemporer ilmu kimia farmasi saat itu, kandungan dari kulit kina
(sangat terbukti untuk mengatasi demam dan malaria) dapat dengan mudah
diekstraksi dari kulit pohon kina. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika kina
kemudian menjadi salah satu kebutuhan yang sangat mendesak bagi proses
Kina adalah obat yang mencegah dan bahkan menyembuhkan malaria, salah
satu penyakit tropis yang mematikan. Meski demikian, untuk mendapatkan kulit
kina tersebut sangatlah sulit mengingat tanaman ini hanya tumbuh liar di
Equador, Peru sampai Bolivia. Selain itu, ketika kekuasaan imperium Eropa
kendali atas usaha-usaha pengumpulan dan penjualan kulit kina. Atas kendali
mengingat kina sangat dibutuhkan orang-orang Eropa untuk bertahan hidup dari
mulai mencari cara agar pasokan kulit kina tetap stabil. Oleh karena itu, sejak
pertengahan abad ke-19, aklimatisasi pohon kina menjadi salah satu kebutuhan
Eropa untuk melakukan usaha aklimatisasi pohon kina. Namun, karena berbagai
kesulitan dan tingginya biaya yang dibutuhkan, tidak ada satu pun usaha
Wilayah terbaik bagi pohon kina terletak didalam hutan Caravaya (Peru),
dan berbatasan langsung dengan hutan Bolivia. Hanya sedikit orang yang
mengerti akan kondisi alam disana. Tantangannya pun luar biasa. Lagi pula, pada
saat itu hanya sedikit orang Eropa yang mengerti tentang tumbuhan kina, sehingga
tidak jelas siapa yang akan mampu melakukan aklimatisasinya. Kepakaran botani
sangat diperlukan. Selain itu, untuk melakukan aklimatisasi kina, dibutuhkan pula
seseorang dengan jiwa petualang, dan juga memiliki pengalaman kerja di koloni-
koloni Eropa.0 Meskipun usaha untuk memindahkan kina dari Amerika Selatan ke
merupakan suatu tantangan yang luar biasa, akan tetapi dalam beberapa dekade
Expansion: The Role of the British Royal Botanic Gardens”, dalam jurnal American
Ethnologist, Vol. 6, No. 3, Interdisciplinary Anthropology (Aug., 1979), pp. 449-465,
hlm. 456.
0
Andrew Goss, Belenggu Ilmuwan Pengetahuan Dari Hindia Belanda Sampai
Orde Baru, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2014), hlm. 59.
0
Andrey Goss, Ibid., hlm 60.
32
Sumber: Andrew Goss, Belenggu Ilmuwan Pengetahuan Dari Hindia Belanda Sampai
Orde Baru, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2014), hlm. 64.
2.2.2.1. Inggris
Inggris mulai mengambilalih pemerintahan India dari British East India Company.
Inggris atas kesehatan pasukan dan tanggungan mereka dalam "iklim berbahaya"
di India.0
pada tahun 1857 menjadi titik penting pemerintah Inggris dalam usaha
aklimatisasi pohon kina. Usaha aklimatisasi kina Inggris dimulai pada tahun 1858.
Saat itu, Dr. John Forbes Royle dari East India Medical Board dan Dr. Thomas
Negara untuk India, Lord Stanley, untuk mengirim tim kolektor ke Andes.
ekspedisi tersebut. Sir William Hooker pun setuju dan membangun rumah kaca
Markham dan John Weir, seorang tukang kebun, pergi ke Bolivia dan Peru untuk
mendapatkan bibit pohon Cinchona Calisaya. Dr. Richard Spruce dan seorang
0
Lucile H. Brockway, Op. Cit., hlm. 455.
0
Sir Clement Markham adalah seorang saintis pada pertengahan abad ke-19 paling
terkenal yang memulai usaha aklimatisasi kina, khususnya bagi pemerintah Inggris. Ia
berperan penting dalam upaya menyebarluaskan argumen bahwa ada hubungan
ketergantungan antara ilmu pengetahuan dan imperium menjelang abad ke-20. Lihat
Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 60.
34
tukang kebun lainnya, Robert Cross, menuju Ekuador untuk mencari C. officinalis
tertulis lengkap dalam buku Travels in Peru and India, di mana ia menceritakan
bagaimana sulitnya dalam pencarian bibit pohon kina di Andes, Peru. Dalam
menanam tebu. Martel bersumpah bahwa jika ada orang lain yang mencoba
menangkap dan memotong kaki mereka. Ketika Markham tiba di Sandia, tempat
mencegah Markham untuk mendapatkan pasokan benih atau tanaman kina. Martel
rupanya telah menulis surat kepada penduduk Sandia, dan sibuk memperingatkan
0
Markham bukan seorang ahli botani atau ahli holtikultura. Akan tetapi dengan
pengetahuan yang cukup besar tentang Amerika Selatan, dan mengerti dialek Peru dan
bahasa Spanyol, ia mampu memimpin tim ekspedisi kina Inggris. Daniel Headrick, The
Tentacles of Progress: Technology Transfer in the Age of Imperialism, 1850-1940, (New
York: Oxford University Press, 1988), hlm. 233. Lihat juga Donovan Williams,
"Clements Robert Markham and the Introduction of the Cinchona Tree into British India,
dalam The Geographical Journal, Vol. 128, No. 4 (Dec., 1962), pp. 431-442, hlm. 434.
0
Kavita Philip, Civilizing Natures: Race, Resources, and Modernity in Colonial
South India, (New Brunswick, NJ: Rutgers University Press, 2004), hlm. 174-175. Kisah
ini juga tertulis dalam buku Clements Markham, Travels in Peru and India while
Superintending the Collection of Chinchona Plants and Seeds in South America, and
Their Introduction into India (London: John Murray, 1862).
35
pencarian bibit kina di Amerika Selatan juga disebabkan kondisi alamnya yang
susah payah tebing yang curam. Selain itu, ia juga berkelit binatang liar, cedera,
dan penyakit. Saat lapar, ia mengunyah coca untuk menumpulkan rasa laparnya.
berbeda, dan oleh asistennya dikemas dalam kemasan yang dirancang khusus
Akhirnya, pada tahun 1860 hingga 1861, benih/bibit kina dari berbagai
varietas yang dikumpulkan dari Peru dan Ekuador, dan Kolombia dikirim ke Kew,
benih di Kew dilakukan sebagai eksperimen awal. Disana, ada sebuah rumah kaca
khusus yang dipanaskan sebagai media penyebaran dan studi tentang bibit pohon
kina. Pada tahun 1861, Kew telah menampung lebih dari sepuluh ribu pohon kina.
beberapa benih dan bibit diberikan ke kepala negara Prancis, Portugis, dan Kaisar
Barat, Srilangka, dan Mauritius juga menerima benih pohon kina. Dalam skala
besar, benih-benih tersebut juga dikirim ke India karena memang wilayah koloni
ini menjadi prioritas utama pemerintah Inggris dalam usaha aklimatisasi kina.0
0
Kavita Philip, Op. Cit., hlm. 176.
0
Lucile H. Brockway, Op. Cit., hlm. 457.
36
pada Juli 1860, sebanyak 2.973 pohon kina−kebanyakan kina jenis succirubra
aklimatisasi kina Inggris karena iklimnya mirip dengan iklim di Andes. Dalam
dua tahun, ada lebih dari 100.000 pohon kina yang tumbuh di kebun botani
tersebut. Bahkan hingga tahun 1866, perkebunan kina di wilayah tersebut telah
mencapai 20 hektare.0
lepas dari keseriusan mereka dalam usaha ini. Selama dua puluh tahun, kebun
botani Ootacamund di Nilgiri Hills, dan Kebun Raya Calcutta, yang mendirikan
seleksi spesies, metode penanaman dan pemanenan, dan pembuatan kina bubuk.
digunakan sebagai tempat pengeringan untuk kulit kayu kina. Orang-orang Canar
dan Tamil, yang dibesarkan dari dataran rendah, dipekerjakan untuk merawat
pepohonan dan memanen kulit kayu. Orang Badaga setempat juga dipekerjakan
sebagai buruh. Badagas adalah orang-orang pertanian yang telah lama menetap di
bawah rezim Inggris karena penghasilan tambahan mereka dari upah buruh.
0
Daniel Headrick, Op. Cit., hlm. 233-234.
37
Walau demikian, usaha aklimatisasi ini tetap memakan korban. Iklim dingin yang
tidak biasa di perbukitan, di mana pohon kina tumbuh subur di bawah kondisi
yang sama dengan habitat asli mereka di Andes, menyebabkan banyak pekerja
koloni. Terlepas dari keberhasilan mereka dalam usaha ini, pemerintah Inggris
nampaknya harus membayar mahal usaha ini tanpa keuntungan yang berarti
(karena kalah dari Belanda). Hal itulah yang membuat Richard Klein dalam
usaha aklimatisasi ini. Tapi, bagi pemerintah Inggris, tujuan utama aklimatisasi
India, menghasilkan senyawa kulit kayu kina yang jauh lebih murah dan sangat
2.2.2.2. Belanda
bangsa Eropa. Pemerintah kolonial Belanda yang pada saat itu berkuasa mulai
mencari cara agar kualitas hidup di Hindia-Belanda menjadi lebih aman dari
0
Lucile H. Brockway, Op. Cit., hlm. 457.
0
Lucile H. Brockway, Op. Cit., hlm. 457.
38
Belanda. Praktik ini pula yang dijadikan alat untuk mengubah daerah Hindia-
Belanda dari sebuah koloni, yang awalnya hanya tepat untuk seorang petualang
Banyak ahli botani dan ahli hortikultura Belanda yang telah mengajukan
Belanda. Petisi yang di gagas oleh ilmuwan seperti de Vogel, Vrolik, Blume,
kina di Hindia-Belanda.0
tanaman kina pada tahun 1851. Pada akhir 1840-an, penjelajah asal Perancis,
Hugh Algernon Weddell, mengirim beberapa bibit kina jenis calisaya dari Bolivia
0
Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 58.
0
Norman Taylor, Op. Cit., hlm. 36. Lihat pula P. Van Leersum, “kina” dalam Dr.
K.W. van Gorkom’s Oost-Indische Cultures, ed. H.C. Prinsen Geerligs (Amsterdam: De
Bussy, 1919), jilid 3, hlm. 175.
39
tanaman yang tumbuh dari salah satu bibit Weddell. Dari Leiden, pada desember
batang pohon yang sekarat dan menanam steknya di atas Puncak Pass. Meski
demikian, dari usaha tersebut, tidak ada satupun pohon kina yang tumbuh di
kawasan tersebut.0
dengan maksimal.
Dalam banyak hal, Hasskarl merupakan seorang yang luar biasa. Ia bersedia
memulai misi yang berbahaya dan sulit tanpa pelatihan khusus dalam usaha
aklimatisasi kina, yang memang saat itu tidak ada yang benar-benar tahu tentang
hal tersebut. Selain itu, setiap orang tahu bahwa negara-negara Amerika Selatan
sangat menentang ekspor benih atau tanaman kina karena khawatir mereka akan
0
Van Leersum, Ibid., hlm. 175.
0
Daniel Headrick, Op. Cit., hlm. 232. Lihat juga Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 61.
40
desa Sina, dekat perbatasan Peru-Bolivia, Hasskarl memakai nama palsu, José
Carlos Muller. Dia meminta pasokan tanaman kina dari gubernur setempat.
Henriquez, yang oleh Markham digambarkan sebagai "orang yang cerdas tetapi
tidak jujur dan tidak bermoral," mempekerjakan "orang asli peru" untuk
namun penduduk desa-desa tersebut marah dan protes serta mengancam akan
pohon kina muda. Pada tahun 1854, Hasskarl secara khusus dijemput oleh kapal
perang Belanda, Prins Frederik.0 Sayangnya, sebagian besar koleksi pohon kina
muda Hasskarl mati selama perjalanan mengarungi Samudra Pasifik menuju Jawa.
Hanya dua pohon kina saja yang selamat, dan segera ditanam di Kebun Raya
Cibodas, Jawa Barat. Sejak Hasskarl tiba di Jawa dengan pohon kina nya, ia
ditunjuk sebagai direktur produksi kina. Sejak saat itu, usaha untuk aklimatisasi
0
Norman Taylor, Op. Cit., hlm. 36-37.
0
Kavita Philip, Op. Cit., hlm. 174.
0
Van Den Schriver, De Kina van Boschprodukt tot Kuituurgewas, (Leiden: N.V.
Boek-En Steendrukkerij Eduard Ijdo, 1928), hlm. 6.
41
Junghuhn sangat berpengalaman tentang alam Jawa, dan juga memiliki misi dan
Junghuhn pun dengan senang hati menerima tugas ini. Selama delapan tahun
berikutnya, Junghuhn bekerja tanpa kenal lelah. Ia menanam stek, menguji kulit
batang, dan menulis buku petunjuk (tentang budidaya kina), semuanya demi
menghasilkan lebih banyak lagi pohon kina. Selain itu, dalam usaha aklimatisasi
kina ini, ia pun didukung dengan anggaran tahunan sebesar 4.400 gulden, yang
semuanya digunakan untuk membeli buku dan peralatan penelitian. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa sejak tahun 1856, usaha aklimatisasi kina di Hindia-
Belanda tidak lagi dipandang sebelah mata, dan telah berubah menjadi proyek
0
Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 61.
0
Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 61-63.
42
Junghun mulai merelokasi lokasi perkebunan dari Cibodas (di atas Puncak Pass
tempat ini (Malawar) masih berada di dataran tinggi Jawa Barat, akan tetapi
Junghun kurang menyukai lapisan tanah yang tipis di Cibodas. Tidak ada satu
pohon kina ini. Dalam jangka tiga tahun, seratus ribu pohon kina pada berbagai
menerapkan hal yang sama. Menurut van Gorkom, hingga tahun 1882, proyek
Canary. Pemerintah Belgia mencoba menanam pohon kina di Kongo. Akan tetapi,
karena hasil panen mereka peroleh terlalu rendah, mereka mengalami kerugian
untuk menutup biaya administrasi dan proyek aklimatisasi kina tersebut. Italia,
Belanda. Sama halnya dengan pemerintah Jepang−sejak akhir abad ke-19 mulai
sebagai satu-satunya obat malaria merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Kina
dapat dibudidayakan dengan baik tanpa usaha yang besar hanya dapat dilakukan
di tempat yang subur. Beberapa faktor seperti iklim, tanah, dan kemungkinan lain
yang tidak terduga menjadi tantangan dalam usaha ini. Pulau Jawa sangat cocok
ditanami tanaman komersil, salah satunya adalah tanaman kina. Hal ini didukung
dengan iklim pegunungan dengan curah hujan 2,5 m/tahun dan 3/5 dari luas
wilayah Pulau Jawa merupakan dataran tinggi. Untuk komoditi kina khususnya,
0
Daniel Headrick, Op. Cit., hlm. 237.
0
Van Den Schriver, Op. Cit., hlm. 7.
44
dengan bentang lahan pegunungan vulkanik, menjadi wilayah yang sangat cocok
Meski demikian, keberhasilan tersebut masih jauh dari harapan. Hal ini
dikarenakan masih banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh
pemerintah Belanda kala itu, terutama terkait kina jenis apa yang paling cocok
Belanda.
dan yang dipimpin oleh Junghuhn berhasil dilakukan. Bibit kina yang diperoleh
dari Amerika Selatan pun dapat tumbuh dengan baik di tanah Jawa. Akan tetapi,
apa yang dilakukan Junghuhn sejak tahun 1856 hingga tahun 1860-an,
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 3.
0
Inisiatif kina Junghuhn mulai diperdebatkan dan dipertanyakan parlemen pada
tahun 1863. Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 69.
45
oleh Junghuhn dikritik oleh sebagian pihak. Pertama, dalam urusan aklimatisasi
awal yang dipilih oleh Hasskarl dan Teysmann (kepala Kebun Raya Buitenzorg)
lokasi baru, cara Junghuhn menanam pohon kina pun mendapat kritik karena
menanam kina dilahan terbuka, tapi Junghuhn menyakini bahwa pohon kina akan
tumbuh baik jika ditanam didalam lahan/hutan mirip daerah asalnya, Amerika
Calisaya (jenis kina yang dianggap paling unggul saat itu). Ia hanya
kandungan kina yang diinginkan, Junghuhn tidak memiliki opsi lain karena sejak
awal ia tidak tertarik dengan percobaan untuk menentukan jenis pohon kina
sementara waktu, K.W van Gorkom menjadi kepala proyek aklimatisasi kina di
wafatnya Junghuhn, van Gorkom lah orang yang paling bertanggungjawab atas
dengan Junghuhn, Van Gorkom dengan gigih menanam semua jenis benih kina
yang berhasil ia dapatkan. Selain itu, ia pun tidak ragu untuk melakukan
percobaan yang lebih luas, serta memanfaatkan uji kimiawi dalam menentukan
kadar kina dalam kulit pohon kina. Dengan uji kimiawi tersebut, Van Gorkom
juga mampu untuk menentukan pohon kina jenis mana yang paling cocok dengan
Saat menjabat sebagai direktur usaha aklimatisasi kina, ia mewarisi satu juta
lebih batang pohon kina. Dari jumlah keseluruhan, kebanyakan pohon kina
tersebut berasal dari spesies C. Pahudiana. Van Gorkom hanya memiliki sedikit
Cit., hlm. 65-68. Kritik kepada Junghuhn terkait aklimatisasi kina tidak selamanya benar.
Beberapa tahun setelah Junghuhn wafat, para pemilik perkebunan menyadari bahwa
usaha budidaya kina memerlukan naungan pohon. Selain itu, kulit batang C. Pahudiana
juga ternyata mengandung alkaloid kina yang tinggi dibandingkan jenis lainnya. Lihat P.
Van Leersum, “Junghuhn and Cinchona Cultivation”, dalam Science and Scientists in
Netherlands East-Indies, ed. Pieter Honig dan Frans Verdoorn, (New York: Board for the
Netherlands Indies, Suriname and Caracao, 1945), hlm 195-196.
0
Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 71.
0
Ibid., hlm. 77.
47
Selain itu, Van gorkom pun mengirimkan sampel herbarium kina kepada Miquel
pohon kina.0
Banyak cara yang telah digunakan untuk melawan penyakit pada tanaman
mereka menyarankan agar tanaman kina yang terkena penyakit sebaiknya disiram
dengan air tembakau dan larutan sulfur-alkali. Selain cara tersebut, pengobatan
untuk tanaman kina yang terkena penyakit bisa juga dilakukan dengan memotong
bagian tanaman yang terkena penyakit. Meski demikian, beberapa pihak menilai
cara tersebut terlalu mahal dan juga tidak pasti, karena dalam banyak percobaan,
perkebunan kina Belanda di Jawa kalah jauh dengan Inggris di India dan Sri
Belanda untuk terus melakukan percobaan dan riset tentang tanaman kina. Setelah
tahun 1870-an, pemerintah Belanda mulai menemui titik balik dalam usaha
budidaya ini. Hal ini karena pemerintah Belanda telah menemukan kina jenis baru
dengan kandungan kina yang tinggi. Kina tersebut berjenis C. Ledgeriana. Pada
tahun 1965, pemerintah Belanda membeli benih kina jenis ini dari seorang
benih kina ini kepada pemerintah Inggris, akan tetapi mereka menolak untuk
Pada tahun 1872, pohon-pohon kina yang ditanam dari benih Ledger sejak
tahun 1866 pun telah tumbuh. Pada tahun itu, Bernelot Moens pun menguji kadar
kina dari sampel kulit batang pohon kina Ledger yang berusia lima setengah
tahun. Hasilnya pun diluar dugaan. Moens dan Van Gorkom terkejut mendapati
kina dengan kualitas yang luar biasa tinggi. Data sampel hasil pengujian kina
0
Pemerintah Belanda akhirnya membeli bibit kina tersebut seharga 100 gulden per 1
pon. Ibid., hlm. 82-84.
49
1877 19 12.31%
1878 54 10.62%
Sumber: Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 52
Hasil pengujian kina Ledger tersebut tentu membuat Moens dan van
kina yang telah diuji sebelumnya hanya memiliki kadar kina sulfat sebesar 0,65%,
menyebutkan: "Sebelum pohon kina ini (Ledger) dikenal di Jawa, kulit kina
dengan kandungan 3% memiliki kualitas yang baik; kulit kina dengan kandungan
Moens juga memberikan gambaran yang jelas kepada van Gorkom tentang
apa yang harus ia lakukan dalam analisisnya. Dari analisis tersebut, Van Gorkom
nampaknya bimbang dengan apa yang harus ia lakukan terhadap pohon kina dari
hasil budidaya dan koleksi Hasskarl dan Junghuhn. Ada dua alasan yang
pohon kina tersebut (yang kadar kandungan kinanya rendah) telah tumbuh besar
di lereng gunung yang sebelumnya telah ditanam oleh Junghuhn. Kedua, spesies
kina yang dibuang dikhawatirkan akan mencemari pohon kina Ledger, dan bahaya
ini sangat dipahami van Gorkom. Oleh sebab itu, Van Gorkom tidak
0
Norman Taylor, Op. Cit., hlm. 52.
50
akhirnya berhasil.0
Keberhasilan van Gorkom dkk, dalam penelitian dan riset lebih lanjut
Belanda terhadap komoditi kina, terlebih setelah ditemukannya jenis kina terbaik,
kesehatan, kini bertambah ketika kina ledgeriana memiliki nilai jual yang tinggi
dipasaran dunia (komersil). Maka tidak mengherankan jika sejak tahun 1870-an,
0
Pohon kina ledger yang asli sangat mudah diserbuki oleh spesies kina lain. Oleh
karena itu, demi mendapatkan hasil terbaik, van Gorkom tidak memusnahkan pohon kina
yang telah ditanam sebelumnya. Sebagai gantinya, van Gorkom memilih pohon ledger
dan menanamnya ditempat yang yang jauh dari perkebunan kina lainnya. Ibid., hlm. 54-
56.
3. BAB III
DARI PERKEBUNAN HINGGA PEMBENTUKAN SERIKAT PRODUSEN
KINA DAN PERJANJIAN KINA 1939-1948; KEBIJAKAN DAN
MONOPOLI KINA DI HINDIA-BELANDA TAHUN 1870-AN HINGGA
TAHUN 1940-AN
Bab ini menjelaskan tentang kebijakan serta monopoli pemerintah Belanda
dimaksimalkan. Oleh karena itu, pembahasan dalam bab ini merinci pada segala
aktivitas terkait usaha pemerintah kolonial dalam memonopoli kina, sejak usaha
Munculnya perkebunan kina tentunya tak lepas dari usaha dan peran pemerintah
kolonial Belanda yang mencoba untuk memaksimalkan manfaat dari kina. Bagi
mereka, kina bukan hanya bermanfaat dalam aspek kesehatan saja, kina juga dapat
menguntungkan dari segi finansial (ekonomi). Harga kina yang tinggi di pasaran
0
Steven R. Meshnick dan Mary J. Dobson, The History of Antimalarial Drugs,
dalam P. J. Rosenthal (ed.), Antimalarial Chemotherapy: Mechanisms of Action,
Resistance, and New Directions in Drug Discovery (Totowa: Human Press Inc, 2001),
hlm. 15.
52
mereka mencari dan mengusahakan komoditas yang laku di pasar Eropa. 0 Hal
kolonial kala itu.0 Setelah budidaya kina di Hindia-Belanda berhasil dan komoditi
kina memiliki harga jual di pasar Eropa, pada tahun 1870-an, pemerintah mulai
0
Mumuh Muhsin Z., Bibliografi Kesehatan Pada Masa Hindia-Belanda, dalam
jurnal Paramita Vol. 22, No. 2- Juli 2012: 131-248, hlm. 187.
0
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian
Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Medika, 1994), hlm. 54.
0
Mumuh Muhsin Z, Op. Cit., hlm. 189.
53
sekitar tahun 1880-an hingga tahun 1900-an, perkebunan kina telah meluas dan
Karesidenan Priangan (Jawa Barat). Akan tetapi, sejak tahun 1870-an, pemerintah
0
William J. O’Malley, “Perkebunan 1830-1940: Ikhtisar”, dalam Anne Booth (ed.),
Sejarah Ekonomi Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 222.
0
Koloniaal Verslag, 1870, hlm. 131.
54
kina hingga ke beberapa tempat di luar Jawa. Pada tahun 1869 misalnya, beberapa
spesies kina calisaya dan succirubra untuk pertama kalinya dikirim ke Padang.
Barat, ujicoba penanaman kina juga dilakukan di Palembang. Pada tahun dan
spesies kina yang sama, aklimatisasi kina di daerah Pasumah dan Ampat Lawang
bibit kina dari Jawa sebanyak 81 pohon. Tidak hanya itu, penanaman kina juga
lain di Sumatra seperti Riau dan Bangka-Belitung masih pada tahap awal
kina masih dalam tahap permohonan ujicoba seperti di Kalimantan Barat dan
Timor. Di Ternate, penanaman kina telah dilakukan namun gagal. Hal ini
disebabkan karena kondisi tanah dan iklim yang kurang menguntungkan. Lain
0
Koloniaal Verslag, 1870, hlm. 144.
0
Koloniaal Verslag, 1871, hlm. 195.
55
halnya di Manado, tanaman kina yang dikirim sejak tahun 1868 telah berhasil
tumbuh besar. Begitu juga di Makassar, benih kina yang ditanam berhasil tumbuh
dengan baik.0
dapat berkembang luas dengan cepat. Akan tetapi, pada faktanya hal tersebut
budidaya kina masyarakat kurang begitu berkembang. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan masyarakat akan budidaya kina. Lagi pula, budidaya kina
termasuk salah satu budidaya yang sulit, mengingat dibutuhkan waktu, pelatihan,
dan perawatan yang ekstra agar sampai pada hasil yang diinginkan. 0 Oleh sebab
itu, atas instruksi dari direktur administrasi dalam negeri, pemerintah Belanda
Hindia-Belanda. Salah satu buku panduan tersebut adalah buku karangan Van
0
Pengiriman bibit kina ke luar Jawa pun didukung oleh salah satu perusahaan kapal
uap asal Belanda yang membebaskan pengiriman benih kina dari pajak transportasi. Lihat
Koloniaal Verslag, 1871, hlm. 130 dan Koloniaal Verslag 1872, hlm. 167-168.
0
Rata-rata, tanaman kina membutuhkan waktu 4 tahun untuk memberikan hasilnya
yang terbaik. K. Heyne, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, terj. Badan Litbang
Kehutanan, (Jakarta: Yayasan Sarana Warna Jaya, 1987), hlm 1950. Lihat juga Kolonial
Verslaag, 1871, hlm 188.
0
Van Gorkom, Handleiding Voor De Kina-Kultuur In Den Oost-Indische Archipel,
(Batavia: Ogilvie & Co., 1877). Buku tersebut berisi tentang tata cara pembibitan kina,
tempat, tanah dan iklim, dan cara pengambilan kulit kina.
56
kina telah dimulai sejak pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan no. 67 tanggal
12 November 1867.0 Akan tetapi, pada prakteknya hanya beberapa saja yang
menerima tawaran pemerintah Belanda terkait budidaya kina. Hal ini dikarenakan
pada awal usaha ini, kadar kinine yang ada pada pohon kina pemerintah masih
keuntungan dari budidaya ini. Berdasarkan laporan pemerintah, pada tahun 1871
baru ada sepuluh pengusaha swasta yang bersedia menerima tawaran ini. Bahkan
hingga tahun 1874, budidaya kina swasta di Jawa masih sangat jaul tertinggal dari
Inggris di India.0
perkebunan kina swasta mulai tertarik dan terus mengalami perkembangan yang
signifikan.0 Hal ini terlihat dari jumlah perkebunan milik swasta yang terus
meningkat. Pada tahun 1876, terdapat 27 perkebunan kina swasta. Namun, satu
0
Ririn darini, Op. Cit., hlm. 8-9.
0
Lihat Kolonial Verslag, 1871, hlm. 189; Kolonial Verslag, 1874, hlm. 199.
0
Sebelum dikeluarkannya UU Agraria tahun 1970, kebijaksanaan pemerintah
kolonial Belanda cenderung membatasi aktivitas pengusaha swasta di daerah yang
langsung dikuasai Belanda. Lihat Soegijanto Padmo, Bunga Rampai: Sejarah Sosial-
Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Aditya Media, 2004), hlm. 83. Lihat juga Kolonial
Verslaag, 1874. Dalam analisa yang dijelaskan dalam Bijlage EE, disebutkan bahwa kina
Ledgeriana merupakan spesies terbaik dengan kandungan kina yang tinggi. Hlm. 1-2.
57
perkebunan dan pada 1878 jumlah perkebunan kina swasta telah mencapai 66
perkebunan.0
propaganda dan budidaya ini. Sejak tahun 1868, pemerintah Belanda rutin
dibawah ini;
dimanfaatkan sebagai obat. Dari 40 spesies lebih tanaman kina, hanya beberapa
0
Ririn darini, Op. Cit., hlm. 11.
58
sebanyak 24 bal kulit kina yang dipanen dari Jawa (setara 910 kilo) dikirim ke
Belanda. Kulit kina yang dikirim ke Belanda terdiri dari spesies calisaya,
sebanyak 682 kilo kulit kina Calisaya, serta 84 kilo kina Hasskarliana untuk
pertama kalinya dilelang di Amsterdam. Kulit kina tersebut rata-rata terjual; kina
Calisaya sebesar f 1,01 sampai f 1,40, dan Hasskaliana sebesar f 1,20 per ½ kilo.
Amsterdam. Harga kulit kina pada lelang tahun 1872 berkisar antara f 1 sampai f
2,63 dengan harga rata-rata sebesar f 1,53 per setengah kilo. Agar lebih jelasnya
Tidak hanya itu, kulit kina spesies Ledgeriana (yang telah ditanam
pemerintah belanda sejak tahun 1865-an) pun telah dipanen dan dilelang oleh
pemerintah Belanda. Pada lelang di bulan Mei 1873, sebanyak 261 kilo kulit kina
0
Pada awalnya, yang ditanam pada perkebunan kina Hindia-Belanda terdiri dari 10
spesies saja. Akan tetapi, setelah melakukan analisa dan penelitian yang panjang, dalam
beberapa tahun berikutnya ditemukan jenis kina lain seperti C. Calisaya Ledgeriana,
Calisaya Schuhkrafft, dan Calisaya Anglica. Kolonial Verslaag, 1870, hlm 129.
0
Kolonial Verslaag, 1871, hlm 177; Kolonial Verslaag, 1872, hlm 167.
59
berjalannya waktu, harganya pun semakin meningkat. Pada acara lelang tahun
Harga kina yang tinggi ditahun 1870-an tentu membuat para pelaku
Hindia-Belanda dikenal sebagai salah satu produsen kulit kina terbesar di dunia. 0
Meski demikian, harga kulit kina yang tinggi di pasaran nampaknya tidak
bertahan lama. Dalam laporan pemerintah kolonial, harga kulit kina di pasar dunia
mulai menurun sejak bulan Juli 1881. Penurunan tersebut terlihat dari harga jual
kulit kina yang hanya rata-rata sebesar f 1,32 per setengah kg dibandingkan pada
bulan Mei tahun sebelumnya yang harga rata-ratanya sebesar f 1,53.0 Bahkan pada
tahun-tahun berikutnya harga kulit kina mencapai titik terendah. Pada tahun 1886,
harga kina turun ke harga f 0,71 per setengah kilo. Pada tahun berikutnya, rata-
rata harga kina turun menjadi 0,54 per setengah kilo. 0 Keadaan pasar yang tidak
0
Andrew Goss, Belenggu Ilmuwan Pengetahuan Dari Hindia Belanda Sampai Orde
Baru, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2014), hlm. 85.
0
Budidaya kina di Hindia Belanda, terutama Jawa, telah berkembang dengan sangat
baik dan sekarang memasok lebih dari 90% produksi dunia. H. Fortuin, De
Amsterdamsche Goederenmarkt, (Amsterdam: tidak diketahui, 1931), hlm. 168-169.
0
Kolonial Verslaag, 1882, hlm 185.
0
Pada tahun 1887, diadakan delapan kali lelang kulit kina. Harga kulit kina pada
lelang tersebut tercatat hanya sebesar adalah 0,67, f 0,56, f 0,57, f 0,57, f 0,55, f 0,49, f
0,41 dan 0,56. Harga terendah pada tahun 1887 adalah pasar kina yang di lelang pada 20
Oktober. Kolonial Verslaag, 1888, hlm 221.
60
stabil serta krisis harga kulit kina tersebut terus berlangsung hingga tahun 1890-
an.0 Terkait rendahnya harga kina, dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10.
Krisis harga dan kondisi pasar kulit kina yang tidak stabil dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor pertama yaitu over produksi. Melimpahnya pasokan kulit
kina di pasar dunia menyebabkan turunnya harga kina. Seperti yang telah di
produsen kina dunia. Beberapa tempat lain seperti Benggala, Madras, Srilanka,
Amerika Latin, Amerika Utara dan Eropa juga turut menyuplai kina dipasaran
global. Oleh sebab itu, tingginya suplai kulit kina dan permintaan yang tetap
oleh adanya sindikat pemilik pabrik di Eropa yang diprakarsai oleh Jerman
berhasil. Pada tahun 1892, harga kulit kina masih dalam kisaran 6.2 sen. Namun
harga tersebut berangsur-angsur turun, hingga pada tahun 1896, harga kulit kina
0
J.S. Furnivall, Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk, (Jakarta:
Freedom Institut, 2009), hlm. 321; Kolonial Veslag, 1893, hlm 221.
0
Andrew Goss, “Building the World’s Supply of quinine: Dutch Colonialism and
The Origins of a Global Pharmaceutical Industry”, dalam jurnal Endevour, Vol. 38 No.1,
hlm. 2.
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 16.
61
penanam kina, yang khawatir bahwa sindikat ini akan menurunkan harga kulit
kina lebih jauh lagi. Oleh sebab itu, pada tahun 1890-an, Pieter van Leersum
(selaku direktur budidaya kina Belanda) mulai mengambil sikap aktif terkait
pekebun kina untuk bekerja sama dan melobi pemerintah kolonial untuk
dengan pekebun swasta. Selain itu, Leersum juga memberikan beberapa informasi
teknis tentang ekstraksi kuinin sulfat. Hal ini bertujuan agar kelak para pekebun
kina tidak menjual barang mentah lagi. Beberapa pekebun mulai bereksperimen
keahlian ilmiah dan teknologi tertentu. Pada tahun 1895, para pekebun mendesak
didirikan.0
0
Arjo Roersch, dkk, Science in the service of colonial agro-industrialism: The case
of cinchona cultivation in the Dutch and British East Indies, 1852-1900, dalam jurnal
Studies in History and Philosophy of Biological and Biomedical Sciences, 2014, hlm. 72.
62
sebagai salah satu upaya pemerintah Belanda untuk melepaskan diri dari kontrol
industri farmasi Jerman.0 Jerman, yang sejak tahun 1880-an telah menguasai
pabrik pengolahan kulit kina sendiri di Jawa. Di saat Belanda masih berkutat
dengan bahan mentah (kulit kina), industri Jerman telah mengolah kulit kina
menjadi obat-obatan. Ketertinggalan Belanda dalam pengolahan kulit kina ini pula
yang menyebabkan terjadi krisis harga kulit kina dunia. Hal ini terjadi karena
perlu khawatir dengan menjual kulit kina dengan harga rendah ke pasaran Eropa.
Adanya pabrik pengolahan kulit kina di Bandung dapat menghemat biaya lelang
di Eropa. Selain itu, harga kulit kina yang sebelumnya merosot dapat kondisikan,
0
Ibid., hlm. 20.
0
Arjo Roersch, Colonial Agro-Industrialism. Science, Industry and the State in the
Dutch Golden Alkaloid Age, 1850-1950, (Utrecht: Ipskamp, Enschede, 2015), hlm. 87.
0
Ibid. hlm. 63.
63
dan bahkan memiliki nilai tambah karena barang mentah berupa kulit kina telah
dioleh terlebih dahulu menjadi barang setengah jadi berupa quinine sulfat.0
di atas lahan perkebunan karet, dan kini bangunan dan lahan Bandoengsche
Bangunan pabrik tersebut didesain oleh arsitek Gneling Mijling AW dengan gaya
arsitektur art deco. Pabrik kina terdiri atas beberapa kompleks pabrik. Pabrik di
Jalan Cicendo berfungsi sebagai gudang kulit kina, sementara kompleks bangunan
berbentuk terowongan yang melintas dibawah Jalan Pajajaran dan berada sekitar
2,5 meter di bawahnya. Lebar terowongan sekitar satu meter dengan panjang yang
sama dengan lebar Jalan Pajajaran, sekitar sepuluh meter. Hingga saat ini
terowongan masih aktif digunakan untuk lalu lintas para pegawai untuk menuju
0
Andrew Goss, Op. Cit., hlm. 13 dan Kolonial Verslag, 1897, hlm. 5 (dalam
lampiran).
0
Vetriciawizach, Pabrik Kina: Bandoengsche Kinine Fabriek, (Pikiran Rakyat,
Minggu, 14 Oktober 2012), hlm. 10.
64
Kininefabriek yang baru dimulai pada bulan April 1897.0 Berdasarkan berita
koran kolonial, tahun pertama pabrik hanya beroperasi dalam waktu yang singkat.
Permasalahan tersebut membuat beban biaya pendirian pabrik lebih besar dari
yang dianggarkan. Sejak awal, pemerintah telah memutuskan bahwa semua biaya
yang dikeluarkan selama tahun pertama untuk traktat, dll, harus dibebankan ke
penunjang kinerja pabrik seperti pembelian mesin, alat pengering, gudang, tanah
masa kolonial berpusat di Kota Semarang.0 Perihal kepemilikan saham dan modal
0
Koloniaal Verslag, 1897, hlm. 208.
0
De Locomotief, 2 April 1898.
0
Koloniaal Verslag, 1898. (Lampiran LLL), hlm 2.
Dapat
0
dilihat dalam https://www.colonialbusinessindonesia.nl/en/database-
en/catalog/item/bandoengsche-kinine-fabriek.
65
Seely−yang bekerja untuk perusahaan farmasi dan grosir Amerika Utara, Paris
Medicine & Co. dan yang mengunjungi pabrik pada tahun 1900−ia menyatakan
dengan jelas bahwa pabrik tersebut “sebagian besar saham dan modal pendirian
dipegang oleh Baron C.W. van Heeckeren dan JH van Prehn. C.W. van Heeckeren
dituntut untuk memberikan produk sulfin kina berkualitas tinggi meski pabrik
kekurangan ahli kimia. Direktur teknik, van Prehn, misalnya turut bekerja dengan
pengalaman metode ekstraksi yang dia miliki. Metode ekstraksi Prehn dinilai
belum cukup sehingga dalam tahap awal percobaan, ia kehilangan lebih dari 30%
dari kandungan sulfin kina. Pada awal 1898, sampel produknya secara kimia
produk tersebut "tidak indah" dan dalam hal kemurniannya tidak lebih baik dari
produk industri Eropa. Hal inilah yang kemudian membuat Van Prehn dan
anggota dewan direksi lainnya, terutama Van Heeckeren memutar otak, karena
0
Sebelum menjabat sebagai direktur Bandoengsche Kininefabriek, C.W. van
Heeckeren merupakan seorang pengacara yang menetap di Kota Semarang, sedangkan
Prehn adalah seorang penanam kina yang sebelumnya telah bereksperimen dengan
ekstraksi quinine sulfat di perkebunannya sendiri. Arjo Roersch, Op. Cit., hlm. 88.
0
Arjo Roersch, Op. Cit., hlm. 88.
66
Pada tahun 1898, van Prehn mengundurkan diri dan digantikan oleh J.
Smit Sibinga.0 Kepemimpinan Smit Sibinga hanya berlangsung selama dua tahun
dan pada tahun 1900, manajemen BKF menunjuk direktur teknis baru, yaitu
BKF, Van Linge menemukan dan mengawasi secara pribadi konstruksi mesin dan
peralatan untuk proses ekstraksi baru yang mampu menghasilkan produk kina
sulfat berkualitas tinggi. Namun sayang, setelah dua tahun menjabat, Van Linge
meninggalkan BKF dan kembali ke Eropa. Pada tahun 1903, apoteker muda S.
van Velzen Camphuis ditunjuk sebagai direktur teknis baru. Van Velzen
kompetitif. Pada tahun 1905, mesin-mesin baru dipasang di pabrik dan sebuah
0
De Locomotief, 2 April 1898.
0
Menurut laporan tahunan Bandoengsche Kininefabriek, van Linge pergi karena
alasan kesehatan. Dalam laporan lain, Heuschen menyebutkan buruknya hubungan yang
terjalin antara van Linge dan van Leersum, menjadi penyebab van Linge pergi. Disisi
lain, ketidaksediaan direktur Van Heeckeren untuk memodernisasi pabrik juga menjadi
alasan agar Van Linge pergi. Dalam Arjo Roersch, Op. Cit., hlm. 89.
67
Pada tahun 1894, produksi kuinin sulfat di seluruh dunia diperkirakan mencapai
300.000 kilogram. Angka tersebut terus meningkat hingga pada tahun 1914,
produksi kuinin sulfat dunia telah mencapai 510.000 kilogram per tahun. Dari
sepuluh persen dari total ini: rata-rata 40-50.000 kilogram per tahun. Jika dirata-
posisinya sebagai pabrik kina terkemuka di dunia. Sejak tahun tersebut, total
produksi sulfat kina di Bandoengsche Kininefabriek sudah lebih dari 120.000 kg.
berikut: data ekspor garam kina selama tahun 1913-1916; tahun 1913 sebesar
72.507 Kg, 1914: 61.964 Kg, 1915: 82.869 Kg, 1916: 115.175.0
0
Ibid, hlm. 90. Lihat juga Koloniaal Verslag, 1898, hlm. 150.
0
Publicaties Ven De Afdeeling Nijverheid En Hundel 1917, No. 4. De Ontwikkeling
Van De Ned. Indische Nijverheid Gedurende Den Oorlog, hlm. 17.
68
mendapatkan bahan baku untuk diolah. Selain itu, kemajuan teknologi dan
di Eropa hancur. Dengan demikian, BKF yang notabene nya jauh dari wilayah
konflik, masih tetap beroperasi dan jauh dari gangguan yang berarti.0
jangkauan yang luas. Menurut Roesch, dua pertiga dari produksi BKF dijual dan
dunia. Mengapa BKF membuka pasar di Batavia? Alasan pertama yaitu untuk
BKF di luar pasar kulit kayu kina yang dikendalikan kartel. Kedua, untuk
menawarkan harga yang lebih baik bagi para pekebun kina untuk kulit kayu kina
mereka, sehingga mereka akan menjual kulit kayu mereka ke BKF alih-alih
0
Arjo Roersch, Op. Cit., hlm. 90.
0
De Ontwikkeling Van De Ned. Indische Nijverheid Gedurende Den Oorlog, hlm.
17.
69
melakukan ekspor produk ke luar Hindia-Belanda. Sulfat kina dari pasar Batavia
perusahaan farmasi dari benua Amerika.0 Tidak hanya itu, pasar BKF juga meluas
hingga ke Eropa. Hal ini karena adanya relasi antara van Linge dengan kolega nya
tetapi baik pemerintah Kolonial dan BKF itu sendiri tidak lupa bahwa
mereka. Oleh sebab itu, pemerintah dan BKF mengeluarkan kebijakan terkait
18 Oktober 1910 No. 10 (Bijbl. No. 7318), pemerintah yang bekerja sama dengan
BKF mengeluarkan kebijakan untuk menjual tablet kina dengan harga murah
0
Arjo Roersch, Op. Cit., hlm. 81.
0
Ibid.
0
Ibid., hlm. 95.
70
kepada penduduk. Sebagai percobaan, Jawa dan Madura menjadi wilayah pertama
Walau demikian, tablet kina dengan harga rendah akan tersedia untuk
dalam tablet yang mengandung 0,2 gram kinine, dikemas dalam tabung, dan
untuk membeli sesuai dengan kebutuhan daerah mereka. Tablet kina dalam
penjualan untuk setiap tabung yang berisi 5, 10, dan 20 tablet masing-masing
enam, delapan dan tiga belas setengah sen; d. Kepala Pemerintah Daerah
penjualan, yang menerima biaya pengumpulan 10% dari hasil penjualan; e. tata
cara pemesanan pembayaran kina, bukti pembelian, dan distribusi kina ke agen
mendistribusikan tablet kina gratis bagi daerah di mana malaria telah menjadi
epidemi. Hal ini didasarkan pada Surat Edaran Sekretaris Pemerintah tanggal 17
November 1910 No. 2598, kepada para kepala daerah di Jawa dan Madoera.
Seperti yang di ketahui, angka mortalitas dan morbiditas akibat malaria sering
meningkat secara abnormal. Oleh karena itu, pemerintah Belanda berupaya untuk
0
Verzameling Voorschriften Betreffende den Burgerlijken Geneeskundigen (Dienst
Albrecht & Co. Weltevreden, 1916), hlm. 274.
0
Ibid., hlm. 275. Dari Bandoengsche Kininefabriek, harga yang ditetapkan maksimal
4,5, 6,8 dan 12 f per tabung masing-masing 5, 10, dan 20 tablet.
71
berbayar dan pendistribusian tablet kina gratis yang dilakukan oleh pemerintah
Hindia-Belanda
istimewa khusus. Dalam hal ini sangat menarik untuk dilihat sejauh mana peran
bab sebelumnya telah disinggung beberapa hal terkait wewenang yang dimiliki
ditekankan disini bahwa BKF sebagai perusahaan tidak hanya mengolah kina
menjadi produk obat saja, tetapi dalam banyak hal, mereka bebas menentukan
kebijakan. Sebagai contoh; BKF secara bebas menentukan harga dan pasar untuk
Batavia. Selain itu, BKF juga menentukan besaran harga jual, baik untuk ekspor
0
Verzameling Voorschriften Betreffende den Burgerlijken Geneeskundigen (Dienst
Albrecht & Co. Weltevreden, 1916), hlm. 276.
72
“...yang bertanda tangan ___ dari perusahaan kina ___ yang tinggal di
____, selama tahun 1898 dan seterusnya setiap tahun sampai perjanjian ini
dibatalkan, akan dikirimkan ke pabrik kinin __ kilogram kulit dari konten rata-
hak untuk mengakhiri perjanjian ini sebelum atau pada tanggal 30 September
Yang paling penting dalam isi kontrak ini bahwa para pengusaha perkebunan
yang memiliki kontrak dengan BKF wajib menyatakan ketersediaan dan tunduk
pada syarat dan ketentuan umum untuk pengiriman kulit kina dan pengolahannya
dari seluruh kuantitas harus sudah diterima pabrik setiap awal bulan. Meski
0
De Locomotief, 7 Juni 1898.
0
De Locomotief, 7 Juni 1898.
73
demikian, pabrik tidak berkewajiban untuk memiliki lebih dari 1/4 dari jumlah
Dari sini, kita dapat melihat bahwa BKF memiliki kontrol dan monopoli
yang luar biasa bagi pasar kulit kina di Hindia-Belanda. Meski demikian,
menjadi bumerang dan berdampak bagi BKF itu sendiri. Dampaknya adalah
bahwa pada periode berikutnya, BKF kesulitan mendapatkan kulit kina secara
baku dari Hindia-Belanda. Hal inilah yang membuat harga kulit kina di Eropa
mulai naik, karena para pabrikan disana menawarkan harga beli kulit kina yang
lebih tinggi.0 Dengan kondisi tersebut, para pengusaha perkebunan kina di Hindia-
Belanda mulai kembali beralih untuk menjual produk mereka ke Amsterdam, alih-
alih mengadakan perjanjian dagang dengan BKF. Kondisi inilah yang dalam
beberapa tahun kemudian membuat pasar kulit kina dunia tidak seimbang. Hingga
muncullah suatu perjanjian yang menyetarakan harga kina dunia, yaitu Perjanjian
0
Ibid.
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 17.
0
De Locomotief, 19 Oktober 1899.
74
masih belum bisa mengikuti tuntutan zaman yang terus berubah. Pada awalnya
pun pada beralih dan menjual produk mereka ke BKF. Namun, pada periode
selanjutnya, krisis harga kina pun kembali terjadi. Kondisi inilah yang kemudian
membuat pemerintah Belanda dan BKF kesulitan untuk mengontrol kembali para
dan memutuskan segala bentuk monopoli perdagangan, baik dengan BKF maupun
pemerintah Belanda. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan baru supaya
monopoli harga kulit kina yang diterapkan oleh pemerintah Belanda. Sedangkan
dipasar Eropa misalnya, harga kulit kina cenderung naik. Pada tahun 1897, harga
kulit kina per kg nya berkisar 4,65 sen. Setahun kemudian, harga telah mencapai
7,05 sen. Bahkan pada tahun 1900-an, harga kulit kina di pasar Eropa telah
mencapai 10,10 sen per kg.0 Kenaikan yang signifikan, namun berimbas buruk
pergantian abad, memiliki sisi buruk yang mengancam stabilitas pasar kina,
khususnya di Hindia-belanda. Antara tahun 1900 hingga 1905, para pekebun dan
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 14
75
pedagang di Hindia-Belanda, sekali lagi, mulai melirik ekspor kulit kina ke Eropa
sebagai hasil dari harga yang lebih tinggi yang dibayar oleh anggota quinine-
Pada awal abad ke-20, muncul-lah suatu perjanjian yang dikenal sebagai
perjanjian ini disetujui, pada tahun 1911 muncul suatu pembicaraan antara
perwakilan jaringan kina Belanda (pekebun dan pedagang) dan kartel kina
sulphate, dan quinine.0 Dari pembicaraan tersebut, pada tanggal 12 Juni 1913,
ditandatangani oleh hampir 95% dari semua produsen kina di dunia, kecuali para
berlakunya perjanjian ini adalah adanya kontrol penuh terkait komoditi kina.
Prosedur penjualan kina di seluruh dunia pun berubah. Jika sebelumnya penjualan
kina dilakukan dengan sistem lelang, setelah perjanjian ini berlaku, penjualan kina
wajib terlebih dahulu untuk mengirim komoditi kina ke Amsterdam. Setelah itu,
barulah komoditas ini diserahkan kepada para anggota untuk dijual. Seluruh
kegiatan ini berada di bawah pengawasan Biro Kina, dan tunduk pada ketentuan
Selain adanya perubahan prosedur dalam penjualan kina, hal penting lain
setelah berlakunya perjanjian ini adalah adanya kontrol harga bagi penjualan
komoditas kina di pasaran dunia. Dalam perjanjian tersebut, perihal harga yang
minimal kina per 5 gram ditetapkan sebesar 6 sen, dan harga maksimalnya adalah
11 sen.0 Jika ada perubahan harga, Biro Kina-lah yang memiliki wewenang untuk
0
Pasal 3 memuat kewajiban mengirim kulit kina ke Amsterdam baru berakhir tiga
bulan sebelum akhir perjanjian ini. Ministerie van Overzeese Rijksdelen, Kina
Overeenkomst, hlm. 5-6. Sistem lelang dalam penjualan kina masih ada namun dalam
skala yang kecil. Lihat juga Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 18.
0
Harga ini dihitung berdasarkan harga standar dua puluh gulden Belanda per KG.
Kinin sulfat, dibagi ke dalam rasio dua belas gulden Belanda untuk produsen dan delapan
gulden Belanda untuk pabrikan. Ministerie van Overzeese Rijksdelen, Kina
Overeenkomst, hlm.11.
0
Kewenangan ini tertuang dalam pasal 11. Ministerie van Overzeese Rijksdelen,
Kina Overeenkomst, hlm. 7.
77
Dalam hal ini, Biro Kina memiliki wewenang yang tinggi karena lembaga
ini merupakan dewan pengawas yang didirikan oleh para anggota yang
harga pembelian dan penjualan kulit kina, serta mendata semua hal yang berkaitan
dengan industri ini.0 Oleh sebab itu, tidak heran jika dalam rincian perjanjian kina,
Biro Kina lah yang memiliki kendali paling luas atas pasokan kulit kina oleh
produsen yang menyetujui perjanjian ini dan penjualan kina sulfat oleh produsen
memasok atau menjual kina kepada siapa pun selain kepada pabrik yang masuk
dalam anggota selama masa berlakunya perjanjian ini; mereka juga tidak dapat
menahan kulit kina yang dipanen di perkebunan atau di tempat lain. Para
produsen wajib tunduk pada ketentuan Pasal 3, 19, 21, 24 dan 122. 0 Jika ada
berlaku. Bagi produser yang mengabaikan segala ketentuan dalam perjanjian ini,
mereka harus membayar denda sepuluh gulden Belanda untuk setiap kilogram
sulfat kina. Jika denda sebelumnya tidak berlaku, maka produsen yang melanggar
0
Norman Taylor, Cinchona in Java: The Story of Quinine, (New York: Greenberg
Publisher, 1945), hlm. 98.
0
Ministerie van Overzeese Rijksdelen, Kina Overeenkomst, hlm. 20.
0
Ministerie van Overzeese Rijksdelen, Kina Overeenkomst, hlm. 26.
78
harus membayar denda sebesar 5000 gulden. Denda tersebut dibayarkan dan
Sampai sini, kita dapat lihat bahwasannya perjanjian ini− setidaknya untuk
kina ke arah yang lebih baik, dan tentunya sangat menguntungkan, terutama bagi
para anggota yang tergabung didalam perjanjian ini. Roesch menyebutkan bahwa
pada tahun 1918, para produsen kina menandatangani Perjanjian Kina untuk yang
ini disetujui, muncul kembali masalah yaitu adanya peningkatan produksi kina.
Berdasarkan laporan Pemerintah Kolonial, dalam kurun waktu dari tahun 1913-
Perjanjian Kina. Mereka yang tidak tergabung dikatakan illegal, dan kebanyakan
mereka menjual kepada perantara yang berani membeli dengan harga mahal
(terutama orang-orang Jepang). Oleh karena itu, para produsen yang tergabung
0
Setengah dari denda yang dikumpulkan dan digaikan oleh Biro untuk produsen
lain yang telah menyetujui perjanjian ini. Ministerie van Overzeese Rijksdelen, Kina
Overeenkomst, hlm. 36-37.
0
Arjo Roersch, Op. Cit., hlm. 104.
0
Indische Verslag, 1935. hlm. 60.
79
protes yang dilayangkan para produsen yang tergabung dalam perjanjian membuat
ordonansi ekspor kina (Indische Staatblad, 1935. no. 69) yang menyatakan;
“melarang ekspor kulit kina dan penyerahan untuk pemakaian lokal tanpa izin dari
1934 no. 70). Sejak saat itu, baik ekspor maupun pembukaan lahan baru untuk
dan kontra terkait kedua kebijakan tersebut tetap ada. Dalam kasus ini, para
0
Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 19.
0
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-V
0
Notulen van vergadering van de Vereniging van kinabastproducenten 1934, hlm.
3-4. Lihat juga Ririn Darini, Op. Cit., hlm. 19-20.
80
produsen kulit kina. Kedua, penanam kina pribumi, dan ketiga pekebun kina
tahun 1938-1948. Dengan begitu, kita dapat melihat upaya pemerintah Belanda,
Hindia-Belanda
1939-1948, dapat dikatakan sebagai salah satu upaya terakhir pemerintah kolonial
Belanda untuk memonopoli komoditi kina. Mulai dari pengiriman ekspedisi untuk
kolonial.
0
Persentase yang dimaksud adalah jumlah jumlah anggota yang tergabung dalam
anggota serikat kina. Selain itu, anggota ini pula yang paling besar memasok komoditi
kina. Ibid., hlm. 20
81
untuk ditemukan. Baik data, laporan kolonial, maupun laporan tahunan yang
diperoleh tidak menjelaskan secara eksplisit mengenai hal tersebut. Namun, jika
merujuk pada Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Serikat Produsen Kina Hindia-
Hindia-Belanda.0
dengan berlakunya Perjanjian Kina 1 dan 2, krisis harga kina dapat teratasi.
Prosedur penjualan dan kualitas kina pun semakin membaik. Namun, dibalik itu
Hindia-Belanda. Harga kina yang pasti akibat Perjanjian Kina tersebut membuat
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm. 1. (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
0
Masalah tersebut terkait kesulitan Bandoengsche Kininefabriek dan Pemerintah
Belanda dalam mendapatkan bahan kina mentah. Para produsen kina, terutama swasta,
lebih memilih untuk menjual bahan kina mentah kepada pembeli yang menawarkan harga
yang lebih tinggi dibanding dengan menjualnya kepada pemerintah Hindia-Belanda.
Lihat sub-bab Perjanjian Kina dan Restriksi Kina.
82
Hal tersebut tentu disadari betul olehpemerintah Belanda. Oleh sebab itu,
ditandatangani selama dua puluh lima tahun dan lima bulan sejak hari pendirian
dari itu, pada kesempatan berikutnya, perlu untuk mengenal lebih jauh tentang
Serikat Produsen Kina Hindia-Belanda? Siapa saja elit yang terlibat? Apa saja
peraturan yang berlaku didalamnya? Dan apa dampaknya setelah serikat produsen
setidaknya terdiri tidak lebih dari sepuluh anggota, yaitu; seorang ketua, wakil
0
Sedangkan untuk Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Serikat Produsen Kina
Hindia-Belanda baru di sahkan Pada tanggal 15 September 1927. ANRI, “Statuten en
Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van Kinabast-Producenten ”, hlm. 2.
(Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
83
ketua, sekretaris, serta maksimal tujuh anggota. Semua orang dapat menjadi
dewan serikat kina. Meski demikian, ada persyaratan khusus bagi seseorang yang
ingin menjadi anggota direksi yaitu seseorang tersebut harus menjadi anggota
serikat terlebih dahulu, atau ia dari mitra serikat atau direktur perusahaan, yang
Para direksi Serikat Produsen Kina dipilih oleh majelis umum tahunan
untuk masa jabatan dua tahun, dihitung dari tanggal pemilihan mereka hingga
berdasarkan suara mayoritas atau dengan setidaknya 2/3 dari suara sah dari
anggota Serikat Produsen Kina Hindia-Belanda. Mereka (para direksi serikat) juga
dapat diberhentikan kapan saja (selamanya atau sementara) oleh rapat umum
anggota.0
Dalam pasal 14 mengenai hak direksi, para direksi berwenang untuk mengambil
ada dalam serikat. Ketiga, keputusan pada rapat umum anggota. Tugas direksi
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm 7-8. (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
0
Ibid.
84
dibantu oleh seorang sekretaris yang memiliki hak dan sekaligus menjadi
Amsterdam. Meski demikian, Serikat tetap memiliki kantor perwakilan yang ada
peraturan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar Serikat Produsen Kina
Hindia-Belanda.0
Industrieele Club, Amsterdam.0 Cukup sulit untuk merinci secara lengkap siapa
saja elit penting yang terlibat dalam Serikat Produsen Kina ini sejak awal
pendirian.0 Berdasarkan data yang tersedia, para elit penting dalam Serikat
0
Ibid., hlm. 9.
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm 7-8. (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252).
Serikat Produsen Kina di Hindia-Belanda memang diresmikan oleh pemerintah
0
Kolonial pada tanggal 15 September 1927. Namun, data arsip terutama mengenai laporan
tahunan Serikat Produsen Kina yang ditemukan kurang lengkap.
85
1935 P.A. Waller Van de Linde Van den Broek, Martin Koch, J.H
Lagers, A.A. Pauw, E.W. Scholten
1936 P.A. Waller Van de Linde Van den Broek , Martin Koch, J.H
Lagers, A.A. Pauw, E.W. Scholten
1937 P.A. Waller Van de Linde Van den Broek, F.H Martin Koch,
J.H Lagers, A.A Pauw, E. W
Scholten (anggota), S.W Zeverijn,
D. Baron Mackay
1938 P.A. Waller Van de Linde Van den Broek, Martin Koch, J.H.
Lagers, A.A. Pauw, J.L.A.C. Patist,
F.R Zeeman, Baron Mackay
1939 P.A. Waller Van de Linde Van den Broek, Martin Koch, J.H.
Lagers, A.A. Pauw, J.L.A.C. Patist,
van Daalen dan JHR E. Ploos van
Amstel
Sumber: Notulen van Vergadering van de Vereniging van Kinabastproducenten.
1934-1940, ANRI, (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942
No. 10252)
Tabel 5. Struktur Pengurus Serikat Produsen Kina di Batavia, Hindia-
Belanda
Belanda (setidaknya dilihat mulai tahun 1934). Mereka, baik yang berkantor di
86
surat yang dikirimkan. Karena bagaimanapun, jika ada rapat dewan yang diadakan
akan membahas segala hal yang terkait dengan keanggotaan dalam Serikat
Belanda? Apa keuntungannya jika menjadi anggota serikat kina? Berapa banyak
bagaimana jika ada anggota yang ingin keluar dari keanggotaan serikat?
masuk kedalam anggota serikat kina yaitu dengan mengajukan permintaan secara
tertulis. Setelah itu, surat permohonan tersebut diserahkan kepada dewan. Dalam
hal ini, para dewan berhak untuk memutuskan atau menolak permohonan ini.
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
87
anggota.0 Apabila pengajuan tersebut disetujui forum, maka sejak saat itu ia telah
kina? Ada beberapa keuntungan yang diperoleh bagi produsen yang tergabung
kedalam anggota serikat. Pertama, para produsen yang tergabung dalam serikat
akan mendapatkan akses yang luas terkait dengan industri kina Hindia-Belanda.
Kedua, para anggota juga diuntungkan dengan mendapatkan dividen dari hasil
termasuk apabila salah satu anggota mengalami kerugian/pailit, maka serikat akan
dapat kita simpulkan dengan mengetahui berapa banyak jumlah produsen kina
yang tergabung. Perihal berapa banyak jumlah produsen yang bergabung dengan
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm. 3. (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
0
Serikat akan melakukan likuidasi anggota/perusahaan apabila memang anggota
neraca keuangan anggota tersebut sudah tidak tertolong lagi. ANRI, “Laporan Tahunan
Serikat Produsen Kina”, (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942
No. 10252)
88
Serikat Produsen Kina mengalami naik turun. Peningkatan jumlah anggota dapat
dilihat dari tahun 1934-1936. Dalam periode tersebut, kita dapat lihat bahwa
terjadi kenaikan jumlah anggota serikat. Bahkan pada tahun 1936, jumlah anggota
yang tergabung dalam serikat kina sudah mencapai 109 perusahaan. Meski
walau tidak signifikan. Penurunan terjadi akibat beberapa anggota ada yang
bagaimana jika ada anggota yang ingin keluar dari keanggotaan Serikat Produsen
tidak, anggota yang ingin memutuskan keanggotaan, maka harus mengirim surat
serikat 5 tahun). Jika keanggotaan tidak diakhiri dengan cara demikian, maka
89
berikutnya.0
Adapun hal-hal lain yang masih berkaitan dengan serikat produsen kina, terutama
tentang peraturan dan ketentuan lainnya, akan dibahas dalam sub-bab peraturan
penjualan kina dan kontribusi tahunan para anggotanya. Keuntungan dari hasil
penjualan kina kemudian diatur oleh Biro Kina (selaku otoritas tertinggi),
serikat. Sedangkan untuk kontribusi tahunan, para anggota yang tergabung dalam
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm. 11. (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
90
tahunan anggota berkisar antara f. 0,15 per kg kulit kina, atau f 15 per 1000
beragam keperluan serikat. Sebagai contoh pada tahun 1936, Serikat Produsen
dan lainnya.0 Mengenai besaran anggaran dan kas keuangan Serikat Produsen
berapa besar jumlah keuntungan yang didapat. Meski demikian, untuk sementara
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm. 30 (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten 1935”,
(Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
91
ini dapat disimpulkan bahwa neraca keuangan Serikat Produsen Kina Hindia-
Belanda hingga laporan tahun 1939 cukup baik, dan diketahui juga bahwa sumber
keuangan serikat berasal dari keuntungan penjualan kina dan kontribusi wajib
para anggotanya.
kebijakan dan peraturan yang tertulis. Pada pembahasan sebelumnya, ada pula
beberapa peraturan yang telah dibahas. Oleh karena itu, pada dalam sub-bab ini
akan membahas beberapa kebijakan dan peraturan penting yang belum disinggung
sebelumnya, terutama terkait produksi dan distribusi kina yang dilakukan oleh
Belanda, didalamnya terdapat beberapa peraturan tertulis bagi semua, baik untuk
dewan maupun para anggota serikat kina. Untuk para dewan, setidaknya ada 3
informasi yang diinginkan oleh anggota produsen kina. Kedua, dewan wajib untuk
produksi dan pengiriman kina. Ketiga peraturan tersebut pada dasarnya dirancang
agar para anggota dapat memenuhi kewajiban yang dikenakan pada anggota
0
Keuntungan besar juga disebutkan pada periode tahun 1936 dan 1937. ANRI,
“Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten, 1939”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
92
pernyataan tertulis yang nantinya akan disetujui/tidak disetujui oleh dewan. Lalu
bagaimana isi pernyataan tersebut? Ada 2 hal pokok dari isi pernyataan tersebut.
termasuk mengikuti segala hal yang ada dalam serikat. Kedua, anggota wajib
memberikan semua informasi mengenai jumlah stok kulit kina yang mereka
mereka miliki pada saat itu. Jika anggota tersebut diterima dewan, maka
setelahnya mereka wajib untuk menyerahkan semua hasil produksi mereka kepada
serikat, dan dengan standar yang telah ditetapkan (dikeringkan lalu dikemas).
dapat dengan mudah untuk mengikat produsen kina di Hindia-Belanda, dan juga
0
ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm. 36-37. (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde
Agenda 1891-1942 No. 10252)
0
Komite-komite yang didirikan Serikat Produsen Kina Hindia-Belanda
diantaranya; komite pelelangan, komite pengendalian penjualan biji dan tanaman kina,
dan komite penelitian terhadap kina. ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van
Kinabastproducenten”, (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No.
10252)
93
Selain itu, aturan lain yang dibebankan kepada anggota adalah bahwa
anggota yang sudah tergabung dalam serikat kina wajib untuk memenuhi standar
produksi maksimum yang ditetapkan oleh serikat tiap tahunnya. Biasanya, serikat
Belanda sebesar 15.000 kg kulit kina per tahunnya. Di samping itu, pemenuhan
produksi kulit kina tersebut harus dilakukan oleh tiap anggota itu sendiri. Jika
bantuan atau meminta persediaan stok kina dari pihak lain. Aturan tersebut
Adanya aturan dan intervensi langsung oleh serikat kina membuat mekanisme
distribusi kulit kina ikut berubah. Jika sebelumnya produsen bebas melakukan
transaksi dan distribusi langsung dengan pabrikan. Maka sejak adanya serikat
kina, mereka (para produsen kina) tidak bisa melakukan itu secara langsung,
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252).
0
Maksud dari tidak boleh diwakilkan yaitu bahwa seorang anggota tidak boleh
memperoleh kulit kayu dari produsen lain dalam pemenuhan tentang kewajibannya
tersebut. ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van
Kinabast-Producenten”, hlm. 39 (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda
1891-1942 No. 10252)
94
yang berani membeli kulit kina dengan harga yang lebih tinggi. Oleh sebab itu,
Peraturan diatas juga berlaku untuk penjualan kulit kina. Para anggota
serikat wajib untuk menjual/menyetor hasil produksi kina mereka hanya kepada
serikat. Adapun ketentuan lain, jika anggota ingin menjual hasil produksi mereka
kepada pihak lain, maka harus ada persetujuan terlebih dahulu dari Biro Kina. 0
Selain itu, serikat kina juga menetapkan margin harga yang ketat terhadap
komoditi kina di Hindia-Belanda. Para anggota yang ingin menjual kulit kina
mereka secara pribadi (jika disetujui Biro Kina), ataupun melalui serikat, maka
peraturan lain yang berlaku untuk anggota dalam Serikat Produsen Kina di
selama menjadi anggota serikat kina. Sebagai contoh para anggota harus bekerja
0
Ibid.
0
Untuk mendapatkan izin dari Biro Kina merupakan hal yang sulit mengingat
pemerintah Belanda sangat berhati-hati dengan segala kemungkinan yang terjadi jika
mereka mengizinkan salah satu produsen kina untuk menjual hasil produksi mereka
kepada pihak lain.
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
95
sama dengan perusahaan asuransi.0 Selain itu, masing-masing anggota juga harus
memiliki sedikitnya seorang ahli (botani) agar mereka memproduksi kina dengan
kualitas baik. Setiap tahunnya, serikat juga mewajibkan kepada anggota untuk
peraturan, dan tindakan yang diberikan oleh serikat kina. Apabila ditemukan
yang berlaku sesuai ketetapan dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Serikat
Belanda. Sebagai penutup sub-bab ini, dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya
pemerintah Belanda berhasil untuk merangkul semua produsen kina kedalam satu
berhenti sampai disini? Tidak. Pada tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1939,
muncul suatu kebijakan baru dari pemerintah Belanda yaitu Perjanjian Kina tahun
0
Mengapa demikian? Sebab, jika ditemukan kerusakan kulit kina, anggota wajib
mengganti dan serikat tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Jika disebabkan
oleh kondisi force majeure (termasuk bencana alam, perang, kebakaran, pemogokan,
campur tangan pemerintah, yang menyebabkan kerusakan atau kerusakan kulit selama
pengiriman, atau kehilangan tenaga kerja), maka anggota tidak wajib bertanggung jawab
atas hal itu. Hal tersebut juga berlaku jika anggota tidak bisa memenuhi standar produksi
maksimum yang dibebankan. ANRI, “Statuten en Huishoudelijk Reglement der
Vereeniging van Kinabast-Producenten”, hlm. 33. (Algemeene Secretarie Ter Zijde
Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
0
Dalam pasal 24, hukuman bagi para anggota yang tidak mengikuti aturan
prosedur serikat biasanya dikenakan denda antara 100 sampai 50.000 gulden. ANRI,
“Statuten en Huishoudelijk Reglement der Vereeniging van Kinabast-
Producenten”, (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No.
10252)
96
Perjanjian Kina 1939-1948 dengan Perjanjian Kina sebelumnya? Dan apa dampak
dengan perjanjian tersebut dimulai tepatnya pada rapat tahunan anggota tahun
1936. Sejak saat itu, dalam setiap pertemuan rapat anggota Serikat Produsen Kina
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten, 1936”,
(Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252). Setidaknya
hingga Juli 1939, dalam rapat umum anggota serikat selalu disisipkan agenda
pembahasan terkait susunan perjanjian kina.
97
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya surat pernyataan bahwa pihak-pihak
untuk masuk ke dalam perjanjian ini. Pihak yang dimaksud tidak lain adalah para
kina melalui Perjanjian Kina 1939-1948 dapat dilihat dari pasal-pasal yang ada
organisasi tersebut adalah Serikat Produsen Kina Hindia-Belanda. Salah satu pasal
dalam Perjanjian Kina 1939-1948 menyebutkan bahwa selama perjanjian ini, kulit
0
ANRI, “Kina Overeenkomst 1939-1948”, hlm. 1. (Algemeene Secretarie
Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252)
0
Penandatanganan surat pernyataan tersebut terjadi pada tanggal 29 April 1938.
Kurang lebih setahun sebelum Perjanjian Kina diberlakukan. ANRI, “Jaarverslag van de
Vereeniging van Kinabastproducenten, 1938”, (Algemeene Secretarie Ter Zijde Gelegde
Agenda 1891-1942 No. 10252).
98
kina dari Serikat Produsen Kina di Hindia-Belanda tidak boleh diserahkan kepada
kina sebelumnya? Dalam hal ini, B.H Paerels (selaku komisaris pemerintah) tidak
menampik bahwa sebagian besar isi dari Perjanjian Kina tahun 1939-1948
1&2). Adapun perbedaan yang paling signifikan antara Perjanjian Kina 1939-
1948 dengan Perjanjian Kina 1&2 terletak pada kepentingannya. Jika pada
untuk memonopoli kina dalam skala global, maka dalam Perjanjian Kina 1939-
saja.0
yang signifikan, terutama dalam aspek produksi dan distribusi kina, khususnya di
menyebutkan berapa banyak kulit kina yang harus dikirim kepada pabrik. Akan
tetapi, pasal 9-10 dalam perjanjian ini menyebutkan bahwa ketersediaan kulit kina
Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252). Dalam pasal 2, poin pertama.
0
ANRI, “Jaarverslag van de Vereeniging van Kinabastproducenten”, (Algemeene
Secretarie Ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252). Beberapa pasal yang tidak
berbeda yaitu perihal harga kina, pengiriman kina, denda. Perjanjian Kina 1 dan 2
ditandatangani oleh banyak perusahaan/pabrik yang ada diseluruh dunia. Sedangkan
seperti yang telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya, Perjanjian Kina 1939-1948
hanya ditandatangani oleh 4 institusi; Serikat Produsen Kina, dan 3 pabrikan milik
pemerintah Belanda.
99
kulit kina. Selain itu, dapat kita lihat bahwa tidak sembarang kulit kina yang
Hindia-Belanda hanya dapat menjual kulit kina mereka kepada pabrik yang
menandatangani perjanjian ini. Adapun jika produsen kina ingin menjual kulit
kina diluar perjanjian ini, maka harus dengan persetujuan Biro Kina.0 Selain
distribusi, penjualan dan harga kina pun ditentukan dalam perjanjian ini. Dalam
pasal 42, disebutkan bahwa untuk penjualan alkaloid kina sebesar f 8 dan untuk
kinine sebesar f 7,5. Sedangkan untuk harga kulit kina mentah dijual seharga f 7
per kilonya.0
0
ANRI, “Kina Overeenkomst 1939-1948” (Algemeene Secretarie Ter Zijde
Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252).
0
Ibid.
0
ANRI, “Kina Overeenkomst 1939-1948” (Algemeene Secretarie Ter Zijde
Gelegde Agenda 1891-1942 No. 10252).
100
karena pemerintah Belanda ingin memiliki kontrol penuh dalam industri kina,
lama. Situasi politik di dunia mulai memanas sejak tahun 1939. Serangan pasukan
Jerman ke Polandia menandai awal era Perang Dunia ke-2 di Eropa. Selanjutnya,
1941 juga menandai awal perang di wilayah Asia-Pasifik. Hal ini membuat
0
Ricklefs, Op. CIt., hlm. 418.
4. BAB IV
KESIMPULAN
umat manusia. Sejarah penemuan kina memang tak lepas dari sejarah penyakit
malaria yang sejak dulu mengancam kehidupan umat manusia. Sejarah telah
mencatat banyak sekali kasus kematian yang diakibatkan oleh malaria. Di Hindia-
Belanda khususnya, kematian orang Eropa akibat malaria cukup tinggi. Hal
tersebut dikarenakan belum adanya obat yang ampuh untuk mengobati penyakit
tersebut. Namun, setelah mengetahui bahwa kina sangat berkhasiat dan mampu
tidak, skripsi ini dapat menunjukan dua hal utama yang menjadi alasan mengapa
belanda, yaitu: 1) alasan pengobatan (medis), dan 2) alasan bahwa komoditi kina
Tentu saja, skripsi ini menunjukkan bahwa pada sejak tahun 1850-an,
Hasskarl dalam mencari bibit pohon kina di wilayah Andes, Amerika Selatan.
102
terutama bagi mereka yang ingin mencari kina. Walau demikian, pemerintah
kolonial Belanda akhirnya berhasil dan membawa bibit-bibit pohon kina tersebut
ke Hindia-Belanda.
mengetahui bahwa kulit kina memiliki nilai jual yang tinggi dipasaran. Dalam hal
ini, perluasan penanaman kina tidak hanya dilakukan di Jawa saja (seperti yang
Belanda.
kesehatan saja (terutama dalam mengobati malaria), akan tetapi, lebih dari itu,
faktanya kina juga dapat memberikan keuntungan dari segi finansial (ekonomi).
Harga kina yang tinggi tahun 1870-an membuat orientasi pemerintah kolonial
Belanda berubah kearah yang lebih komersil. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda
terus menggenjot dan berupaya untuk memproduksi kina dalam skala yang besar.
krisis kina.
Tahun 1880-an hingga tahun 1890-an dapat dilihat sebagai fase yang paling
sulit bagi industri kina didunia, terlebih di Hindia-Belanda. Krisis kina yang
terjadi dipasaran dunia dikarenakan turunnya harga kulit kina mentah secara
drastis. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya krisis kina.
yang diprakarsai oleh Jerman yang bertujuan untuk menekan harga kulit kina
tandingan terhadap sindikat pemilik pabrik kina Jerman sekaligus melepaskan diri
dari kontrol pengusaha kina Jerman. Maka tidak mengherankan jika pendirian
Belanda. BKF yang berpredikat sebagai pabrik pengolah kulit kina pertama di
obat seperti yang dilakukan oleh pabrikan Jerman. Selain itu, pemerintah Belanda
para produsen dengan BKF membuat para produsen kina di Hindia-Belanda tidak
Belanda tidak bertahan lama. Pada tahun 1900-an, permasalahan perihal krisis
kina mulai muncul kembali. Adanya kenaikan harga kina dipasaran Eropa
berimbas langsung pada pasar di Hindia-Belanda. Kala itu, para produsen lebih
memilih menjual kina mereka kepada pabrikan yang ada di Eropa. Oleh sebab itu,
memiliki pengaruh instan, terutama bagi industri kina pada umumnya, dan juga
penjualan, distribusi, dan produksi kina dapat teratasi dengan baik. Secara khusus,
perjanjian ini juga semakin memperkuat posisi Belanda dalam memonopoli kina
Kolonial, dalam kurun waktu dari tahun 1913-1933, areal penanaman kina terus
Kina 1939-1948.
105
Produsen Kina berfungsi sebagai wadah untuk menyatukan seluruh produsen kina
sumber. Walau demikian, paling tidak skripsi ini mampu untuk menjabarkan
seluruh proses terkait kebijakan dan monopoli yang dilakukan terhadap komoditi
ditunjukkan dalam penelitian ini adalah terbentuknya Serikat Produsen Kina dan
Perjanjian Kina 1939-1948. Dengan begitu, hingga akhir kolonial pun, Pemerintah
Belanda masih tetap menjaga ambisi mereka dalam industri kina di Hindia-
Belanda. Kedua kebijakan tersebut itulah yang luput dari perhatian para
Banks , Joseph;. (1896). Journal of the Right Hon, Sir Joseph Banks During
Captain Cooks First Voyage in HMS Endeavour in 1768-1771. London:
Macmillan and Company.
BMJ;. (1942). The History of Cinchona. The British Medical Journal, Vol. 1.
Brockway, Lucile H.;. (1979). Science and Colonial Expansion: The Role of the
British Royal Botanic Gardens. American Ethnologist, Vol. 6, 449-465.
Brug, van der;. (1997). Malaria in Batavia in the 18th Century. Tropical
Medicine and International Health, 892-902.
107
Curtin, P.D.;. (1961). The White Man Grave: Image and Reality, 1780-1850.
Journal of British Studies, Vol. 1, 94-110.
Elson, R.E;. (2009). The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan.
Jakarta: P.T. Serambi Ilmu Semesta.
Fosberg, F.R.;. (1947). Cinchona Plantation in the New World . Economy Botany,
330-333.
Heyne, K.;. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. (Badan Litbang
Kehutanan, Trans.) Jakarta: Yayasan Sarana Warna Jaya.
Leersum, van;. (1919). Kina. In H. P. Geerligs (Ed.), Dr. K.W. van Gorkom's
Oost-Indische Cultures. Amsterdam: De Bussy.
Leersum, van;. (1945). Junghuhn and Cinchona Cultivation. (P. Honig, & F.
Verdoom, Eds.) Science and Scientist in Nederlands East-Indies.
Lengeler, Christian; dkk. (1996). Net Gain: A New Method for Preventing
Malaria. Canada: International Development Research.
Markham, Clement Robert;. (1860). The Introduction of the Cinchona Tree Into
British India, 1861. London: John Murray.
Meshnick, Steven R.; Dobson, Mary J.;. (2001). The History of Antimalarial
Drugs. In P. Rosenthal, Antimalarial Chemoteraphy: Mechanism of
Action, Resistance, and New Directions in Drug Discovery. Totowa:
Human Press.
Muhsin, Mumuh Z.;. (2012). Bibliografi Kesehatan Pada Masa Hindia Belanda.
Paramita, Vol. 2, 131-248.
Schriver , van den;. (1928). De Kina van Boschproduct tot Kultuurgewas. Leiden:
N.V. Boek en Steendrukkenj.
Urdang, George;. (1945, Juli). The Legend of Cinchona. The Scientific Monthly,
Volume 61, 17-20.
110
Widayat. (2010, Agustus 3). Peluang Pasar dan Perkembangan Kina Indonesia.
Seminar Sehari Pengembangan Kina Nasional.
Wie, Thee Kian;. (2005). Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-an Sampai
1990-an. Jakarta: Kompas dan Freedom Institute.
C. ledgeriana 26894 27139 0.19 1.72 1.01 37000 37660 0.87 2.95 1.98
succirubre 14744 14910 0.18 1.23 0.48 13837 13685 0.25 3.01 0.73
officinalis 6982 7081 0.8 1.29 1.01 13229 13215 1.12 1.94 1.69
calisaya javanica 442 448 0.22 0.72 0.36 2525 2399 0.26 1.96 0.57
calisaya schuhkrafft
(josephiana) 24250 24415 0.13 0.86 0.32 39792 38333 0.19 2.57 0.53
calisaya anglica 5161 5214 0.24 0.5 0.28 4594 4549 0.55 1.7 0.78
hasskarliana 251 250 0.23 0.31 0.27 - - - - -
caloptera - - - - - 2228 2270 0.46 1.63 0.74
pahudiana - - - - - 386 379 0.27 1.21 0.45
Lancifolia - - - - - 71 70 0.42 0.42
Total 78725 79460 0.13 1.72 0.64 114262 112564 0.19 3.01 1.19
Sumber: Kolonial Verslaag, 1885, hlm 180.
120
C. ledgeriana 44505 44358 0.64 1.85 1.02 32986 32605 0.35 1.06 0.69
Succirubre 19900 19487 0.33 1.1 0.62 15868 15450 0.19 1.39 0.5
Officinalis 1134 1130 1.03 1.31 1.08 2001 1969 0.52 1.19 0.92
Calisaya javanica 3453 3476 0.36 3.86 1.34 - - - - -
Calisaya Schuhkrafft
(josephiana) 51459 50829 0.13 1.54 0.57 39838 38942 0.12 2.35 0.63
Calisaya Anglica 2325 2321 0.3 2.31 1.01 2523 2493 0.19 0.88 0.34
Lancifolia 149 148 0.2 0.41 0.3 - - - - -
Total 122925 121752 0.13 3.86 0.77 93216 91460 0.12 2.35 0.63
Sumber: Kolonial Verslaag, 1886, hlm 168.
121
Lampiran 11. Para elit yang terlibat dalam industri kina di Hindia-Belanda
Nama Posisi/jabatan Disiplin Ilmu Tahun keterlibatan
Gerrit Jan Mulder (1802-1880) Professor of Chemistry, Utrecht Chemist ca. 1830-1860s
University
Friedrich Miquel (1811-1871) Professor of Botany, Utrecht Botanist ca. 1846-1860s
University and Director National
Herbarium
Karl Justus Hasskarl (1811-1894) 1st Director of the GCE Botanis 1852-1856
Wilhelm Junghuhn (1809-1864) 2nd Director of the GC Botanist/ Naturalist 1854-1864
Johan Eliza de Vrij (1813-1898) Chemist at the GCE and Pharmacist 1857-1898
Quinologist
Karel Wessel van Gorkum (1835- 3rd Director of the GCE Pharmacist 1864-1875
1910)
Bernelot Moens (1837-1885) Chemist/Quinologist and 4th Pharmacist 1864-1885
Director of the GCE
Richardus van Romunde (1846- 5th Director of the GCE Pharmacist 1882-1892
1921)
Pieter van Leersum (1854-1920) 6th Director of the GCE Pharmacist 1884-1914
Sumber: Arjo Roersch, Colonial Agro-Industrialism. Science, Industry and the State in the Dutch Golden Alkaloid Age, 1850-1950, (Utrecht: Ipskamp,
Enschede, 2015), hlm. 35.
122
Jumlah 665
Jumlah 394
Idi 1
Ijan 1
Sahata 1
R. Hadji Moehamad Saleh 1