Anda di halaman 1dari 8

A.

KONSEP MASYARAKAT
Masyarakat merupakan sekelompok orang yang terikat dengan budaya yang mereka
yakini sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2021). Masyarakat juga dikatakan sebagai
hubungan antara seseorang/sekelompok orang yang hidup berkelompok maupun individu
dimana terjadi interaksi yang saling pengaruh dan mempengaruhi sehingga dapat
menyebabkan perubahan sosial dalam kehidupan (Mayangsari, 2017). Sistem dalam
masyarakat ialah saling berinteraksi sehingga terbentuk suatu kesatuan (Wikipedia, 2021).
Masyarakat memiliki fungsi yang harus dijalankan agar kehidupan bermasyarakat berjalan
normal atau terhindari dari berbagai gangguan kesehatan yang muncul (Widagdo, 2016).
Sehingga dapat disumpulkan bahwa hubungan bermasyarakat tidak hanya berkaitan dengan
satu orang, namun akan mempengaruhi keseluruhan isi masyarakat tersebut. Dalam konteks
kondisi pandemi saat ini, hendaknya individu dalam setiap masyarakat saling gotong royong
untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan disiplin menjalankan protokol
kesehatan dan menghindari pemberian stigma terhadap orang-orang yang berkaitan dengan
COVID-19 sehingga masyarakat luas dapat terhindari dari COVID-19 dan penanganan
terhadap orang yang berkaitan dengan COVID-19 menjadi lebih cepat tertangani (Arditama
& Lestari, 2020; Rosadi, 2020).

B. KONSEP COVID-19
1. Pengertian COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
coronavirus jenis baru (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
2. Tanda dan gejala COVID-19
a. Gejala umum
1) Demam (suhu ≥ 38 oC)
2) Lelah
3) Batuk kering
b. Gejala lain yang mungkin dirasakan
1) Rasa sakit dan nyeri
2) Hidung tersumbat
3) Pilek
4) Nyeri kepala
5) Konjungtivitis
6) Sakit tenggorokan
7) Hilang penciuman atau pembau
8) Ruam kulit (Kementerian Kesehatan RI, 2020)
3. Penularan COVID-19
Terdapat beberapa cara penularan COVID-19, yaitu :
a. Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin
b. Kontak fisik seperti menyentuh dan berjabat tangan
c. Menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus di atasnya, kemudian
menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
4. Kelompok berisiko yang perlu dipantau
a. Kasus suspek
Seseorang yang memenuhi salah satu atau beberapa kondisi berikut :
1) Mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam ( ≥ 38 oC) atau
riwayat demam dan salah satu gejala penyakit pernapasan ( seperti batuk, sesak
napas, sakit tenggorokan, dan pilek)
2) Dalam 14 hari terakhir memiliki riwayat kontak dengan orang dengan kasus
probable/konfirmasi COVID-19
3) Mengalami ISPA berat /pneumonia berat yang perlu perawatan di rumah sakit
b. Kasus probable
Kasus suspek dengan ISPA berat/ARDS/meninggal yang belum ada hasil tes yang
memastikan bahwa dirinya terkonfirmasi COVID-19
c. Kasus konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dapat muncul pada orang yang memiliki
gejala COVID-19 atau yang tidak memiliki gejala sama sekali.
d. Kontak erat
Seseorang yang melakukan kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-
19 seperti kontak fisik langsung, tatap muka dengan jarak < 1 meter selama
setidaknya 15 menit, atau merawat orang dengan status probable/konfirmasi
COVID-19 (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
e. Komordibitas
Penyakit penyerta yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain (seperti
diabetes, hipertensi, kanker) selain dari penyakit utamanya (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).
5. Cara pencegahan COVID-19
a. Sering cuci tangan pakai sabun
b. Pakai masker bila sakit atau harus berada di tempat umum
c. Jaga jarak dan hindari kerumunan
d. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah
e. Segera mandi dan ganti pakaian setelah tiba di rumah (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).

C. KONSEP STIGMA
1) Pengertian Stigma Sosial
Stigma diartikan sebagai sifat negatif yang melekat pada kepribadian akibat pengaruh
lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2019). Stigma sosial adalah
pandangan negatif terhadap individu atau kelompok yang menderita penyakit tertentu.
Dalam konteks wabah, stigma sosial berarti pelabelan, stereotip, diskriminasi,
memperlakukan orang secara berbeda dan/atau menghilangkan status seseorang karena
menganggap seseorang terkait dengan penyakit tertentu (WHO, 2020). Situasi pandemi
COVID-19 saat ini telah menimbulkan stigma sosial di masyarakat. Hal ini dapat
menimbulkan diskriminasi secara tidak langsung dan persepsi negatif terhadap pasien
COVID-19 (KKN-PPM DARING UGM, 2020).
2) Penyebab stigma sosial
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan munculnya stigma sosial pada masa
pandemi COVID-19, yaitu : (1) ambiguitas : COVID-19 adalah penyakit baru sehingga
masih banyak hal yang belum diketahui, (2) manusia sering takut pada hal yang tidak
mereka ketahui, (3) merupakan kecenderungan alami manusia untuk mengaitkan
ketakutan dengan ‘orang lain’ – untuk menyalahkan orang lain, untuk takut pada orang
lain, ketika kita sendiri merasa takut. Karena munculnya ketiga faktor diatas, wajar jika
masyarakat merasa kebingungan, cemas, dan takut. Namun, faktor-faktor ini juga dapat
menimbulkan stigma sosial di masyarakat (Kryeziu, Nimusiima, & Turyaheebwa, 2020;
WHO, 2020).
3) Stigma sosial terkait COVID-19 yang berkembang di Indonesia
a) Mengucilkan pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah
b) Menolak pemakaman jenazah pasien COVID-19
c) Pasien menolak dirawat di rumah sakit karena cemas distigmasi jika dinyatakan
suspek COVID-19
d) Mengucilkan orang yang sudah sembuh/penyintas COVID-19 karena dianggap
masih dapat menularkan virus
e) Mengucilkan dan menolak seseorang yang berpindah dari daerah lain khususnya
daerah yang terdapat COVID-19
f) Mengucilkan etnis tertentu karena dianggap sebagai pembawa virus
g) Mengucilkan tenaga medis yang berkaitan dengan COVID-19 karena dianggap
berpotensi menularkan virus corona (Ayojogja.com, 2021; Diskominfo Kepri,
2020).
4) Bahaya stigma sosial
Dibanding dengan virus corona itu sendiri, stigma sosial lebih melukai hati
seseorang/kelompok yang menerima stigma tersebut dan lebih berdampak negatif pada
kesehatan mental (Herdiana, 2020).
5) Efek stigma sosial
Stigma yang terkait dengan COVID-19 dapat memiliki dampak psikologis yang serius
pada individu atau kelompok (Kryeziu et al., 2020). Menurut WHO (2020) stigma dapat
:
a) Membuat seseorang menyembunyikan status kesehatannya
b) Membuat seseorang enggan memeriksakan diri
c) Membuat seseorang enggan berperilaku sehat
Ketiga hal tersebut dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih buruk,
semakin masif penularan, dan semakin sulitnya mengendalikan penyebaran virus
COVID-19.
6) Jurus melawan stigma sosial
a) Jurus 1 : kendalikan rasa takut dan cemas
- Langkah 1 : pelajari fakta
Wabah COVID-19 adalah situasi yang berkembang pesat dan penting untuk
terus mendapat informasi. Lihat sumber terverifikasi dan terpercaya untuk
informasi paling akurat dan terkini tentang COVID-19, seperti :
 https://www.covid19.go.id/
 https://kawalcovid19.id/
 https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-nCoV/index.html
- Langkah 2 : pertahankan segala sesuatu dalam perspektif
Batasi waktu yang Anda habiskan untuk menonton atau mendengarkan liputas
media yang menjengkelkan. Ingatlah untuk berhenti menonton berita dan fokus
pada hal-hal positif dalam hidup Anda dan yang dapat Anda kendalikan.
- Langkah 3 : jangan berasumsi tentang orang lain
Virus tidak dapat menargetkan orang-orang dari populasi, etnis, atau latar
belakang tertentu, dan Anda tidak dapat berasumsi bahwa seseorang yang
tampaknya keturunan Asia telah terpapar virus tersebut. Pahami bahwa Anda
tidak dapat mengetahui apakah seseorang berisiko menyebarkan COVID-19
berdasarkan penampilannya.
- Langkah 4 : tetap sehat
Lindungi diri Anda dari penyakit dengan mengikuti langkah-langkah yang
membantu mencegah penyebaran virus, seperti sering mencuci tangan dengan
sabun dan air setidaknya 20 detik; hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
Anda; menutupi batuk dan bersin dengan lengan atau siku bagian dalam
(BUKAN DENGAN TELAPAK TANGAN); hindari kontak erat dengan orang
yang sakit; dan tetap di rumah saat Anda sakit kecuali untuk mendapatkan
perawatan medis.
- Langkah 5 : tetap terhubung/berkomunikasi
Tetap berhubungan dengan teman dan keluarga dapat membantu menjaga rasa
kenormalan dan menyediakan solusi yang berharga untuk berbagi perasaan dan
menghilangkan stres.
- Langkah 6 : cari bantuan tambahan
Jika Anda merasa sangat khawatir dan cemas, carilah dukungan kesehatan
mental profesional tambahan (Columbus Public Health, 2020).
b) Jurus 2 : gunakan bahasa ‘orang pertama’
Penting untuk menetapkan prosedur untuk melarang diskriminasi terhadap orang
yang tertular COVID-19. Oleh karena itu, untuk menghindari stigma sosial,
disarankan menggunakan bahasa ‘orang pertama’ sebagai bahasa yang tepat yang
menghormati dan memberdayakan masyarakat, karena cara kita berkomunikasi
dapat memperngaruhi sikap orang lain (Kryeziu et al., 2020). Berikut adalah contoh
bahasa ‘orang pertama’ :
GUNAKAN DARIPADA
- Virus COVID-19 / Virus - Infeksi COVID-19
yang bertanggung jawab atas - Menulari/menginfeksi
COVID-19 - Menjadi terinfeksi
- Transmisi virus - Mencegah infeksi COVID-19
- Orang dengan gejala
ringan/berat
- Mencegah penyebaran virus
COVID-19
- Orang dengan COVID-19 - Kasus COVID-19
- Orang …. - Korban COVID-19
 Yang dites positif - Orang yang terinfeksi
terkena virus COVID-19
 Dengan gejala ringan - Orang positif COVID-19
yang disebabkan oleh - Orang yang terinfeksi
COVID-19 COVID-19
 Dengan penyakit parah
yang disebabkan oleh
COVID-19
 Yang dirawat karena
COVID-19
 Yang telah pulih dari
COVID-19
 Yang meninggal setelah
tertular COVID-19
- Orang yang mungkin - Tersangka COVID-19
mengidap COVID-19 - Kasus yang dicurigai
- Orang yang diduga COVID-
19
- Orang yang memperoleh atau - Orang-orang yang menularkan
tertular COVID-19 COVID-19, menginfeksi
- Peristiwa penyebaran orang lain, atau menyebarkan
virus
- Penyebar virus
- Libatkan populasi - Targetkan populasi
- Populasi / kelompok prioritas - Populasi yang rentan
(Ottawa Public Health, 2020)
c) Jurus 3 : stop memberi label
Tidak melabel orang, kelompok, etnis atau daerah tertentu sebagai “penyebab” atau
“penyebar” virus COVID-19 (Kawal Covid19, 2020).
d) Jurus 4 : berani dan bersuara !
- Bicaralah secara positif dan tekankan keefektifan tindakan pencegahan dan
pengobatan. Jangan menekankan atau memikirkan pesan negatif atau ancaman.
- Bersuara menentang perilaku negatif, termasuk pernyataan negatif dan
diskriminatif di media sosial (Columbus Public Health, 2020; Ottawa Public
Health, 2020).
e) Jurus 5 : perangi informasi palsu
Fakta, bukan ketakutan, akan menghentikan pandemi : Dapatkan fakta tentang
COVID-19 dari sumber terpercaya dan bagikan kepada keluarga dan teman Anda
(Kryeziu et al., 2020).
f) Jurus 6 : power of influencers
Libatkan influencers/pemberi pengaruh sosial seperti pemuka agama, pejabat
terpilih, selebriti lokal, atau penyelenggara komunitas untuk memperkuat pesan
yang mengurangi stigma (Ottawa Public Health, 2020).
g) Jurus 7 : bagikan kisah positif
Ceritakan kisah dan gunakan gambar orang-orang lokal yang pernah terjangkit
COVID-19 dan sembuh atau yang telah mendukung orang yang dicintai melalui
pemulihan. Pastikan semua kelompok etnis dan sosial budaya ditampilkan (Ottawa
Public Health, 2020).
h) Jurus 8 : kekuatan dukungan positif
- Jangkaulah orang-orang yang mungkin merasa terstigmatisasi. Tanyakan
bagaimana Anda dapat membantu. Dengarkan meraka dan tunjukan bahwa
Anda memahami dan mendukung mereka.
- Tunjukan dukungan untuk petugas kesehatan dan orang lain yang merawat
orang dengan COVID-19. Ucapkan terimakasih atas pekerjaan meraka dan
bagikan pesan positif di media sosial.
- Tunjukan dukungan untuk pekerja penting. Bagikan rasa terimakasih dan
kebaikan ekstra dengan mereka yang melanjutkan pekerjaannya untuk
membantu Anda dan komunitas, seperti petugas polisi, supir bus, pegawai
tokok bahan makanan, dan pengantar barang (Kryeziu et al., 2020).
i) Jurus 9 : berfokus pada kesehatan
Alih-alih mengkriminalisasi mereka yang melanggar kebijakan kesehatan
masyarakat seputar COVID-19, kita harus fokus pada pemberdayaan dan penguatan
masyarakat untuk mendukung orang-orang melindungi kesehatan meraka sendiri
dan satu sama lain (Ottawa Public Health, 2020).

Anda mungkin juga menyukai