Anda di halaman 1dari 29

MATA PELAJARA : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI (PAH-BP)

KELAS : I/Genap

Pembelajaran : 4 ( Mantra Makan Dan Gayatri )


antra Makan
A. Mengucapkan Mantra Makanapkan Mantra Gayatri
Om Amrtadi sanjiwani
ya namah swaha
Artinya
Semoga makanan ini
menjadi amertha yang
menghidupkan hamba

B. Mengucapkan Mantra Gayatri


Mengucapkan mantra gayatri.
Om Bhur Bhvah Svah tat savitur varenyam bhargo Devasya
dhimahi dhiyo yo nah pracodayat
(tuntunan agama Hindu, 1994:93)
Artinya
Om adalah bhur bhvah svah.
Kita memusatkan pikiran
pada kecemerlangan dan kemuliaan
Sang Hyang Widhi
Semoga Ia memberikan cahaya pada pikiran kita.
Pikiran ditujukan kepada
Dewi Gayatri atau
Dewi Sawitri.
Mantra Gayatri dilantunkan
tiga kali sehari, pagi hari
siang hari, dan
sore hari.
Mantra Gayatri
menyelamatkan orang yang
mengucapkannya

C. Uji Kompetensi
a. Pilihlah jawaban yang tepat yang ada di sebelahnya.
1. Guru membacakan mantra dan
semua anak....
2. Guru bertanya dan semua anak....
3. Guru menyebutkan mantra makan
dan anak anak....
4. Anak mengulangi supaya....
5. Mantra diucapkan dengan....
b. Ucapkan mantra makan di depan temanmu secara
bergilir.
c. Lafalkan Mantra Gayatri secara bersama
MATA PELAJARA : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI (PAH-BP)
KELAS : II/Genap

Pembelajaran : 4 ( Catur Paramitha )

A. Pengertian Catur Paramitha


Catur Paramitha artinya,
empat sikap budi luhur.
Catur artinya empat.
Paramitha artinya perbuatan berbudi luhur.
Kalau dilaksanakan, maka kehidupan menjadi baik
dan mempunyai banyak teman.
Semua teman akan sayang.
Kalau tidak dilaksanakan,
hidup akan menjadi susah.
Teman-teman menjadi jauh.
Orang tua dan guru juga menjadi tidak sayang.
Catur Paramitha wajib dilaksanakan dengan tulus.

B. Bagian-Bagian Catur Paramitha


Catur Paramitha terdiri dari empat sikap baik.
a. Maitri berasal dari kata mitra, artinya berteman atau bersahabat
yang tulus dengan sesama dan alam semesta.
b. Karuna artinya cinta kasih atau sikap luhur atau belas kasihan
terhadap orang yang menderita. Sebagai manusia yang berasal
dari satu sumber yaitu Brahman, maka manusia harus hidup
saling berbelas kasihan.
c. Mudita artinya bersimpati atau turut merasakan kebahagiaan
maupun kesusahan orang lain.
d. Upeksa artinya toleransi. Sikap luhur ini ditunjukkan dengan
selalu berempati dengan keadaan orang lain. Jiwa harus dipenuhi
dengan rasa setia kawan dan simpati terhadap sesama.

C. Manfaat Catur Paramitha


Ngatino dari Jawa.
Dia beragama Hindu.
Ayah Ibunya juga beragama Hindu.
Mereka sembahyang di Pura.
Ngatino, anak yang ramah.
Dia tersenyum jika bertemu orang.
Ketika teman juara kelas,
Ngatino ikut gembira.
Ngatino tidak iri hati.
Ngatino menyapa dengan ramah.
Ngatino sudah melaksanakan Catur Paramitha.
Saudara dan temannya sayang kepadanya.
D. Cerita Manfaat Catur Paramitha
Ada kucing bernama Si Manis.
Ia sangat lucu dan penurut.
Setiap hari diberi makan ikan
dan minum susu.
Temannya si Manis seekor tikus.
Namanya si Korup.
Si Korup suka mencuri.
Membuang kotoran sembarangan.
Mengandung bibit penyakit.
Suatu pagi, bertanya si Manis kepada si Korup
“Hai Korup, tadi malam kamu kemana saja?” tanya si Manis.
“Aku mencuri padi Pak Tani” jawab si Korup ketus.
“Mulai besok, kamu tidak boleh lagi mencuri padi Pak Tani”
si Manis memberi nasihat.
Diberi nasihat, Korup si tikus marah.
Dia mengumpat si Manis.
Lalu dia pergi ke lumbung padi Pak Tani.
Si Korup kembali mencuri padi.
Suatu malam Pak Tani memasang perangkap.
Korup si tikus kena perangkap.
Dia menangis menyesali perbuatannya.
Tetapi sudah terlambat.
Akhirnya Korup si tikus mati kena jebakan.
Itulah akibat suka mencuri.
Tidak mendengar nasihat teman baik.
Catur Paramitha tidak dilaksanakan.
Sekali suka mencuri, maka akan selalu terulang.
Kalau sering berbohong, hidup akan susah.
Contoh si Manis yang baik hati disayang orang.
Setiap hari diberi makan ikan dan minum susu.

E. Contoh-Contoh Perbuata Catur Paramitha


a. Maitri: Hidup rukun, saling membantu, saling mengasihi tidak
bermusuhan.
b. Karuna: Saling menolong, bersedia berkorban menolong orang
lain yang terkena musibah. Ikut merasakan kesedihan orang
lain.
c. Mudita: Simpati kepada orang lain, hidup tenang dan suka
membantu orang yang susah.
d. Upeksa: Selalu waspada terhadap situasi yang dihadapi.
Bijaksana, selalu menjaga keseimbangan lahir dan batin,
toleransi, tidak mencampuri urusan orang lain.
F. Uji Kompetensi
Perhatikan gambar di bawah ini.
Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan gambar!

1. Suasana apakah yang sedang terjadi pada gambar di atas?


.....................................................................................................

2. Apa saja yang dilakukan orang-orang pada gambar di atas?


.....................................................................................................

3. Suasana apa yang terjadi pada gambar 4.7 di atas?


..................................................................................

4. Apakah yang menyebabkan kejadian tersebut?


..........................................................................

5. Apa akibat dari perbuatan tersebut?


.........................................................
MATA PELAJARA : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI (PAH-BP)
KELAS : III/Genap

pembelajaran : 4 ( Nama-Nama Planet Dalam Tata Surya Hindu )


A. Astronomi Hindu

Sang Hyang Widhi menciptakan alam semesta (bhuana agung)


dan manusia (bhuana alit) melalui kekuatan dan kemahakuasaan-
Nya. Menurut kitab suci Veda, alam semesta disebut Brahmānda.
Brahmānda adalah benih alam semesta. Brahmānda berwujud bulat
bagaikan telur besar yang mengapung di angkasa. Bhuana Agung
adalah alam semesta tempat manusia hidup. Manusia mendapatkan
sumber kehidupan dengan menggunakan elemen yang ada. Tempat
hidup manusia dikenal sebagai Bumi.
Bumi memiliki sumber kehidupan karena Bumi memiliki lima
unsur yakni api, air, tanah, angin, dan ruang. Hal ini diperkuat dengan
dilakukannya penelitian-penelitian oleh para ahli terkait Bumi. Ilmu untuk
mempelajari Bumi dengan segala jenis planet lain di alam semesta ini
disebut astronomi.
Agama Hindu dalam kitab sucinya telah mengajarkan kepada
umatnya bagaimana alam semesta diciptakan dan unsur-unsur apa
saja yang terdapat di dalamnya. Kitab suci yang khusus membicarakan
tentang astronomi dikenal dengan sebutan Jyotisa.

B. Planet-Planet dalam Agama Hindu


Kitab Jyotisa atau Jyoti-Śāstra atau Jyoti-Veda merupakan bagian
dari kitab Vedāngga. Vedāngga adalah batang tubuh Veda. Jyoti-Śāstra
dipelajari untuk mengetahui pengaruh alam semesta terhadap manusia.
Jyotisa amat berperan dalam menentukan hari baik atau hari yang tepat
untuk melaksanakan ritual (yajña)
atau membangun tempat suci.
Membangun tempat suci,
seperti kuil, mandir, pura, candi
dan tempat-tempat suci Hindu
di berbagai daerah perlu memperhitungkan nilai religius, dan tata
aturan yang baik. Dalam hal yajña, Jyotisa sangat berperan penting
dalam menentukan hari raya agama Hindu. Kegiatan berdasarkan
letak/kedudukan bintang-bintang dan planet-planet di langit, seperti,
penentuan hari raya purnama dan tilem dalam Hindu yang menggunakan
perputaran bulan.

Perhatikan gambar dibawah. Gambar tersebut menunjukkan


planet-planet dalam pandangan modern.

Para ahli tata surya modern telah mengungkapkan bahwa terdapat


beberapa planet. Dalam pandangan agama Hindu, terdapat beberapa
planet. Pandangan aliran Surya-Sidhanta menyebutkan terdapat tujuh
planet, yakni planet Aditya, Soma, Budha, Sukra, Angaraka, Brihaspati,
dan Saniscara. Jika dikaitkan dengan nama planet-planet modern, akan
tampak.

1. Planet Matahari dalam agama Hindu dikenal dengan nama Aditya.


2. Planet Bulan dalam agama Hindu dikenal dengan nama Soma.
3. Planet Merkurius dalam agama Hindu dikenal dengan nama Budha.
4. Planet Venus dalam agama Hindu dikenal dengan nama Sukra.
5. Planet Mars dalam agama Hindu dikenal dengan nama Angaraka.
6. Planet Jupiter dalam agama Hindu dikenal dengan nama Brihaspati.
7. Planet Saturnus dalam agama Hindu dikenal dengan nama
Saniscara.

Planet Neptunus dan Uranus atau pun Pluto tidak disebutkan


dalam pandangan aliran Surya Sidhanta, Aliran ini menyebut adanya
planet Rahu dan Ketu. Kedua planet yang terakhir disebutkan aliran
Surya Sidhanta tidak dapat disamakan dengan Neptunus dan Uranus

Tujuh lapisan alam ke atas disebut dengan sapta loka, yakni:


1. Bhur loka
2. Bhuvar loka
3. Svarga loka
4. Mahar loka
5. Jana loka
6. Tapa loka
Tujuh lapisan alam ke bawah disebut dengan sapta patala, yakni:
1. Atala
2. Vitala
3. Sutala
4. Talatala
5. Mahatala
6. Rasatala
7. Patala

C. Bulan-Bulan dalam Agama Hindu


Perputaran planet-planet pada porosnya memberikan perhitungan
tentang hari, bulan, jam, dan detik. Dalam satu tahun atau awarsa,
terdapat 12 bulan yang telah kita ketahui bersama. Dalam agama
Hindu, terdapat nama-nama bulan yang disebut sasih. Sasih yang
tertuang dalam kitab suci seperti; sravana, bhadrapada, asvina, kartika,
margasira, pausa, magha, phalguna, chaitra, vaisakha, jyesta, dan
ashada
Berikut nama-nama bulan yang menggunakan bahasa Sanskṛta,
Kawi, dan bahasa Indonesia.
No Bahasa Sanskṛta Bahasa Kawi Bahasa Indonesia
1. Srawana Kasa Juli
2. Bhadrapada Karo Agustus
3. Asvina Katiga September
4. Kartika Kapat Oktober
5. Margasira Kalima November
6. Pausa Kanem Desember
7. Magha Kapitu Januari
8. Phalguna Kawolu Februari
9. Chaitra Kasanga Maret
10. Waisakha Kadasa April
11. Jyesta Kajyesta Mei
12. Asadha Kasada Juni

Sasih/bulan digunakan untuk menentukan jatuhnya hari raya, sering


dipakai juga untuk menentukan musim dan keadaan iklim. Misalnya,
pada sasih kapat sampai kasanga adalah musim penghujan. Pada
sasih kadasa sampai katiga adalah musim kemarau.
Harta yang tidak
dapat dicuri adalah ilmu
pengetahuan karena
akan tetap ada selama
kita
No Bahasa Sanskṛta Bahasa Kawi Bahasa In

donesia
D. UJI KOPETRNSI
Silanglah (X) huruf a, b, c, atau d jawaban paling benar!
1. Dalam cerita Kalarau, disebutkan Deva Viṣṇu menjelma sebagai …
a. ikan
b. singa
c. gajah
d. kura-kura
2. Anak sang Wipracitti dan sang Singhika bernama …
a. Kalarau
b. Kalaireng
c. Bhuta kala
d. Kalajengking
3. Bulan Agustus dalam bulan Hindu berdasarkan bahasa Kawi adalah
a. Karo
b. Kasa
c. Kalima
d. Kanem
4. Minggu dalam hari Hindu berdasarkan bahasa Sanskṛta adalah …
a. Radite
b. Budha
c. Rawi
d. Soma
5. Wraspati dalam bahasa Indonesia berarti …
a. Senin
b. Minggu
c. Rabu
d. Kamis

Lengkapilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar

1. Ilmu astronomi Hindu disebut …


2. Planet Matahari dalam agama Hindu disebut …
3. Planet Merkurius dalam agama Hindu disebut …
4. Januari dalam agama Hindu berdasarkan bahasa Sanskṛta adalah
5. Saniscara dalam bahasa Indonesia adalah …
6. Ketika para raksasa mendapatkan tirta amerta, Deva Viṣṇu
menjelma sebagai Devi …
7. Sang Hyang Candra adalah Deva …
8. Saat pemutaran Gunung Mandara Giri, keluarlah devi yang
membawa kendi tirta amerta bernama …
9. Planet Jupiter dalam agama Hindu dikenal dengan nama …
10.Kasanga dalam agama Hindu adalah bulan …
MATA PELAJARA : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI (PAH-BP)
KELAS : IV /Genap

Pembelajaran : 4 ( Catur Pramana Sebagai Cara Mendapatkan Pengetahuan )

A. Cara Memperoleh Kebenara


Manusia dalam hidupnya wajib untuk selalu belajar mengenali dirinya,
lingkungannya, dan Tuhannya dengan berbagai cara sebagaimana yang diajarkan
dalam agama Hindu yang disebut dengan istilah Catur Pramāna.
Kata Catur Pramāna berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Catur dan Prama.
Catur artinya empat dan Pramāna artinya pengetahuan yang berlaku dan benar.
Jadi, Catur Pramāna adalah empat kupasan dalam mencari kebenaran. Aliran
ini diajarkan oleh filsafat Nyaya tokoh pendirinya adalah Rsi Gautama. Sistem
berpikir Nyaya realistis, alat yang dipahami untuk mendapatkan kebenaran
disebut Pramāna sedangkan pengetahuan yang berlaku dan benar disebut
Prama.

B. Jenis-jenis Cara Memperoleh Kebenaran


Adapun jenis-jenis cara memperoleh kebenaran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pratyaksa Pramana yaitu cara memperoleh pengetahuan kebenaran melalui
pengamatan langsung;
2. Anumana Pramana cara memperoleh pengetahuan yang benar melalui
penyimpulan;
3. Upamana Pramana cara memperoleh pengetahuan melalui perbandingan;
dan
4. Sabda Pramana/Agama Pramana cara memperoleh pengetahuan kebenaran
melalui kitab suci dan penyaksian dari orang suci yang layak dipercaya
kebenarannya.

1. Pratyaksa Pramāna
Pratyaksa Pramāna ialah tentang pengamatan secara langsung melalui
panca indria dengan obyek yang diamati, sehingga memberi pengetahuan
tentang obyek-obyek, sesuai dengan keadaannya.
Pratyaksa Pramāna terdiri dari 2 tingkat pengamatan, yaitu:
a. Nirwikalpa Pratyaksa (pengamatan yang tidak ditentukan) pengamatan
terhadap suatu obyek tanpa penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subyek,
dan
b. Savikalpa Pratyaksa (pengamatan yang ditentukan atau dibeda-bedakan)
pengamatan terhadap suatu obyek dibarengi dengan pengenalan ciri-ciri,
sifat-sifat, ukurannya, jenisnya dan juga subyek.
Dengan demikian melalui Savikalpa Pratyaksa memungkinkan kita
mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan itu dikatakan benar bila
keterangan sifat yang dinyatakan cocok dengan obyek yang diamati. Disamping
pengamatan terhadap obyek yang nyata maka Nyaya juga mengajarkan bahwa
obyek yang tidak ada maupun yang tidak nyata juga dapat diamati.
2. Anumana Pramāna
Anumana Pramāna ialah ajaran tentang penyimpulan dan merupakan hasil
yang diperoleh dengan adanya suatu perantara antara subyek dan obyek,
dimana pengamatan langsung dengan indri tidak dapat menyimpulkan hasil
dari pengamatan. Perantara merupakan suatu yang sangat berkaitan dengan
sifat dari obyek.
Proses, penyimpulan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1) Pratijña, yaitu proses yang pertama: memperkenalkan obyek permasalahan
tentang kebenaran pengamatan.
2) Hetu, yaitu proses yang kedua: alasan penyimpulan;
3) Udaharana, adalah proses yang ketiga: menghubungkan dengan aturan
umum dengan suatu masalah;
4) Upanaya, yaitu proses yang keempat: pemakaian aturan umum pada
kenyataan yang dilihat;
5) Nigamana, yaitu proses yang kelima: berupa penyimpulan yang benar dan
pasti dari seluruh proses sebelumnya.

3. Upamāna Pramāna
Upamāna Pramāna merupakan cara pengamatan dengan membandingkan
kesamaan-kesamaan yang mungkin terjadi atau terdapat di dalam obyek yang
di amati dengan obyek yang sudah ada atau pernah diketahui, dengan
melakukan perbandingan-perbandingan, manusia akhirnya percaya adanya
Sang Hyang Widhi. Banyak di alam semesta ini dapat dipakai sebagai perbandingan
antara satu dengan yang lainnya.

4. Śabda Pramāna (Agami Pramāna)


Sabda Pramāna juga sering disebut sebagai Agami Pramāna adalah suatu cara
yang dipergunakan untuk mendapatkan pengetahuan dengan pemberitahuan,
mendengarkan ucapan-ucapan atau mendengarkan cerita-cerita yang wajar
dipercaya, karena disampaikan dengan kejujuran, kesucian, dan keluhuran
budinya karena orang tersebut adalah para Rsi atau orang-orang suci yang
biasanya disebut dengan Laukika Sabda
Sang Hyang Widhi, sehingga timbul keyakinan kita Sang Hyang Widhi
memang ada dan mempunyai kemampuan yang luar biasa, yang sangat sulit
diukur dengan kemampuan manusia, ini yang disebut Vaidika Sabda.
Kesimpulannya kesaksian ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Laukika Sabda adalah kesaksian yang didapat dari orang-orang terpercaya
dan kesaksiannya dapat diterima dengan akal sehat;
b. Vaidika Sabda adalah kesaksian yang didasarkan pada naskah-naskah suci
Veda Sruti.
C. Contoh-Contoh Catur Pramāna

1. Contoh Pratyaksa Pramāna


a) Contoh pengamatan Nirwikalpa Pratyaksa ialah pengamatam yang tidak
ditentukan, yaitu mengamati sesuatu tanpa mengetahui volume, berat,
warna, dan jenis dari obyek yang diamati.
b) Contoh Pengamatan Savikalpa Pratyaksa ialah pengamatan yang ditentukan
atau dibeda-bedakan.
Yaitu mengamati suatu obyek yang menjadikan kita
tahu dan mengerti secara betul tentang sasaran (obyek) yang diamati, baik
ukurannya, sifatnya, maupun jenisnya.
2. Contoh Anumana Pramāna
Anumana Pramāna adalah ajaran tentang penyimpulan. Misalnya di
tempat yang jauh dari kita melihat ada asap mengepul, maka dapat kita
simpulkan bahwa sebelum asap itu tentu ada sesuatu yang terbakar oleh
api, atau dengan asap kita tahu bahwa di sana juga ada api, karena asap
dan api memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Secara nyata kita tidak
3. Contoh Upamāna Pramāna
Upamāna Pramāna adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar
berdasarkan perbandingan antara nama dan objek. Misalnya orang telah
tahu binatang kucing. Bila ingin memberikan pengetahuan tentang rupa
harimau akan dapat dibandingkan dengan binatang kucing.

D. Cerita Terkait dengan Catur Pramana


1. Kisah Orang Buta dan Seekor Gajah
Beberapa orang buta bersamasama
ingin mengetahui bentuk
gajah karena tidak melihat dan tidak
mendapat gambaran yang lengkap
itu, mereka saling menyalahkan.
Gambaran mereka tentang gajah
itu kacau (Samona). Mereka ingin
sekali mengetahui gajah. Oleh
karena itu mereka mohon agar diberi
kesempatan meraba gajah itu. Tetapi
masing-masing meraba bagian yang
berbeda dari gajah itu yang meraba
kepala mengatakan bahwa gajah itu seperti periuk (kumbha), yang lain meraba
telinga, ia mengatakan bahwa gajah bentuknya seperti nyiru. sedangkan yang
lainnya lagi meraba gadingnya, ia mengatakan bahwa gajah seperti tiang
bengkok. Ada juga yang meraba belalainya, dan mengatakan bahwa gajah
bentuknya seperti ular. lalu yang meraba perut mengatakan gajah seperti lereng
gunung. Gajah seperti belut, kata orang buta yang meraba ekor gajah. Dan
yang meraba kaki mengatakan gajah seperti pilar. Setiap orang menyentuh
bagian yang berbeda-beda dari badan gajah itu, maka oleh karena itu mereka
tidak mendapat pengetahuan yang lengkap tentang gajah; tentang tinggi,
besar badan, keinginan dan kelakuannya. Mereka tidak tahu karena mereka
buta, yang diketahui hanya bagian yang disentuhnya. Kenyataan seperti itu
dan apa yang dialami oleh orang buta itu juga terjadi pada manusia. Itulah
yang dinamakan kebingungan (wyamoha). Mereka dalam kegelapan, mereka

2. Kisah Tuwon yang Lugu


Adalah seorang anak penggembala sapi bernama Tuwon. Ia buta huruf, tetapi
tidak pernah berbuat dosa atau berpikiran jahat. Ia biasanya menggembalakan
sapi-sapinya di pinggir hutan sepanjang hari dan baru kembali pulang di waktu
malam.
Pada suatu hari, seorang pendeta datang ketempat ia menggambar. Pendeta
itu mandi di sungai dan kemudian duduk di tepi sungai melakukan Pranayama.
Tuwon memperhatikan perbuatan pendeta itu dengan penuh rasa ingin
tahu. Setelah pendeta selesai melaksanakan puja dan akan pergi,
Tuwon memegang kaki pendeta itu lalu bertanya: “Apakah yang anda
lalukan?”

“Aku melakukan puja kepada Tuhan” Jawab


Pendeta.
Tuwon : “Apa arti puja itu pendeta yang suci?”
Pendeta : “Puja adalah memuji Tuhan dengan
berulang kali mengucapkan mantra
Gayatri”.
Tuwon : “Apa itu mantra Gayatri?”
Pendeta : “Kau anak buta huruf. Engkau tidak
dapat mengerti semuanya ini. Jangan
banyak tanya, kamu tidak akan bisa
mengerti. Saya mau pergi”.
Tuwon : “Baiklah, yang mulia, anda dapat pergi,
tetapi katakan pada saya tentang satu
hal”.
Pendeta : “Apa yang engkau mau tahu?”
Tuwon : “ Mengapa anda menutup hidung anda ketika melakukan puja?”
Pendeta : “Dengan menutup hidung, jalan nafas akan berhenti dan pikiran
terkonsentrasi, dengan konsentrasi orang bisa melihat Narayana”.
Tuwon : “Baiklah, sekarang anda dapat pergi”.
Pendeta itupun lalu pergi. Tuwon menganggap pendeta itu sebagai
gurunya. Ia lalu mandi di sungai dan duduk, menutup hidung dengan jarijarinya
meniru apa yang telah dilakukan oleh pendeta gurunya itu
3. Kisah Brāhmanā dan Seekor Kambing
Zaman dahulu di sebuah desa terpencil tinggal seorang Brāhmanā yang
kehidupannya sangat sederhana. Pada suatu hari Sang Brāhmanā diundang
oleh seseorang dari desa tetangga untuk menyelesaikan Yadnya yang akan
dilaksanakan. Selesai melaksanakan Yadnya, Sang Brāhmanā mendapat seekor
kambing, kemudian beliau
kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan ke
rumah Sang Brāhmanā sangat senang “Wah
betapa beruntungnya aku mendapatkan seekor
kambing yang sehat, istri dan anakku pasti
sangat gembira menyaksikannya,” pikir Sang
Bahmana.
Kambing yang gemuk tersebut dipanggul
di bahunya, sepanjang perjalanan ada tiga
orang pencuri sedang mengikuti dari belakang.
Melihat kambing yang dibawa Sang Brāhmanā
sangat gemuk para pencuri tersebut berdiskusi
bagaimana cara mendapatkan kambing
tersebut. Setelah mencapai kesepakatan, maka
para pencuri tersebut mengatur strategi.
E. Uji Kompetensi
A. Pilihan Ganda
Silanglah (X) huruf a, b, c atau d yang dianggap paling benar berikut ini.
1. Kata Catur dalam Catur Pramāna memiliki arti
a. Dua c. Empat
b. Tiga d. Lima
2. Cara mendapatkan pengetahuan kebenaran melalui pengamatan
langsung disebut…
a. Pratyaksa Pramāna c. Anumana Pramāna
b. Sabda Pramāna d. Upamana Pramāna
3. Proses penyimpulan dalam Anumana Pramāna harus melalui beberapa
proses, diantaranya adalah memperkenalkan obyek permasalahan
tentang kebenaran pengamatan. yang disebut …
a. Pratijna c. Udāharana
b. Hetu d. Upanaya
4. Sabda Pramana juga disebut dengan…
a. Pratyaksa Pramana c. Anumana Pramana
b. Agama Pramana d. Upamana Pramana
5. Dalam cerita Sang Brahmana dengan seekor kambing karena kurangnya
keyakinan, maka Sang Brahmana tertipu oleh bujuk rayu penjahat. Hal
ini memberi pelajaran untuk kita bahwa dalam hidup ini harus memiliki
keyakinan. Keyakinan dalam agama Hindu disebut....
a. Karma c. Sradha
b. Susila d. Bhakti

II. Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!


1. Cara memperoleh pengetahuan dengan pengamatan langsung disebut…
2. Sabda Pramana juga disebut...
3. Cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar berdasarkan
perbandingan antara nama dengan objek disebut…
4. Proses penyimpulan dalam Anumāna Pramān
5. Tokoh pendiri filsafat Nyaya adalah Rsi…

III. Uraian Singkat!


1. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang Catur Pramana?
2. Dalam Śabda Pramāna ada dua sumber dalam memperoleh kebenaran
yaitu Laukika dan Vaidika Sabda. Jelaskan kedua cara tersebut!
3. Proses penyimpulan dalam Anumāna Pramāna salah satunya adalah
Udāharana. Jelaskan apa yang dimaksud Udāharana!
4. Sebut dan jelaskan bagian-bagian Catur Pramāna!
5. Tuliskan secara singkat makna yang terkan
MATA PELAJARA : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI (PAH-BP)
KELAS : V/Genap

Pembelajaran : 4 ( Keharmonisan Hidup Melalui Tri Hita KARANA )

A. Pengertian Tri Hita Karana


Tri Hita Karana ditinjau dari etimologi atau asal katanya terdiri dari kata Tri, Hita,
dan Karana. Tri berarti tiga, Hita berarti kebahagiaan, dan Karana berarti penyebab
Jadi, kata Tri Hita Karana berarti, tiga penyebab hubungan yang harmonis untuk
mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu, perlu kita sikapi bersama agar kehidupan
umat manusia di atas bumi ini semakin meningkat, hendaknya didasari dengan
menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam segala aspek, baik dalam aspek kehidupan
beragama, aspek pertanian, perekonomian, sosial, maupun budaya.
Aspek-aspek tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya.
Melaksanakan ajaran Tri Hita Karana sesuai dengan arti yang tersebut di atas,
mendorong kita untuk bisa hidup aman, nyaman, dan tentram. Kita dituntut bisa
hidup berdampingan baik dengan sesama umat beragama, antarumat beragama,
maupun dengan lingkungan sekitar. Kita harus meyakini bahwa segala yang ada di
dunia ini adalah ciptaan Sang Hyang Widhi yang harus kita lestarikan dan perlu kita
berikan rasa kasih sayang.

B. Bagian-bagian Tri Hita Karana


Tri Hita Karana dari segi arti kata terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Parhyangan artinya hubungan manusia dengan Sang Hyang Widhi.
b. Pawongan artinya hubungan manusia dengan manusia.
c. Palemahan artinya hubungan manusia dengan lingkungan.

a. Parhyangan berarti tempat berhubungan bagi umat Hindu terhadap Sang Hyang
Widhi. Parhyangan merupakan suatu tempat untuk melakukan pemujaan kepada
Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya adalah sebagai
tempat untuk melakukan Yajña/yadnya (upacara). Parhyangan ini ada yang bersifat
khusus dan ada yang bersifat umum. Parhyangan yang bersifat khusus adalah
berfungsi untuk memuja manifestasi Tuhan secara khusus pula seperti memuja
para leluhur, dan memuja Ista Dewata sebagai penuntun umat dalam menjalankan
profesi seperti: pedagang, petani, nelayan, undagi/tukang, dan sebagainya.
Semua umat dalam menjalani kehidupan akan selalu merasa wajib untuk memuja
keagungan Tuhan dalam manifestasinya agar apa yang dikerjakan selalu mendapat
perlindungan dan tuntunan sehingga harapan dari masing-masing profesi yang
b. Pawongan, berasal dari kata wong (manusia) mendapat awalan (pa-) dan
akhiran (-an). Jadi, kata Pawongan berarti kemanusiaan. Manusia adalah makhluk
sosial yang hidupnya saling bergantung satu sama lain. Manusia tidak bisa hidup
menyendiri. Oleh karena itu, harus mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam berinteraksi inilah dibutuhkan perilaku sosial yang baik agar bisa diterima
oleh lingkungan sekitar dan bisa terjalin hubungan yang harmonis antarsesama.
Hubungan harmonis dapat dilakukan antara berbagai pihak seperti berikut.
1. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak.
2. Hubungan yang baik dengan saudara.
3. Hubungan yang baik antar keluarga dengan masyarakat.
4. Hubungan yang baik antara siswa dengan guru.

Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak


Hubungan baik antara orang tua dengan anak wajib dilakukan, karena orang tua
sangat menentukan baik buruknya masa depan anak. Anak perlu diperhatikan secara
detail semua kegiatannya baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Apabila sejak
kecil mendapat perhatian, ke depan anak akan tumbuh menjadi generasi yang baik.
Jangan menghandalkan anak belajar di sekolah saja, karena waktu belajar di sekolah
sangat terbatas. Orang tua berkewajiban mendampingi anaknya ketika belajar di rumah.
Hubungan yang baik antarkeluarga dengan masyarakat
Agar terjalin hubungan yang harmonis di masyarakat, harus dimulai dari masingmasing
keluarga. Keharmonisan itu dapat kita lihat dalam kehidupan sosial masyarakat.
Contohnya seperti gotong-royong membersihkan lingkungan dan gotongroyong
dalam Upacara Yajña.

Hubungan yang baik antara siswa dengan guru


Hubungan antara siswa dengan guru wajib dilakukan dengan harmonis. Mengapa
demikian? Siswa membutuhkan pengetahuan dari guru dan sebaliknya guru wajib
mentransfer ilmunya kepada para siswa. Hal itu bisa diwujudkan apabila siswa dan
guru sama-sama memiliki disiplin yang baik

c. Palemahan: Palemahan berarti alam lingkungan sekitar kita. Alam lingkungan


sekitar kita merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena lingkungan
ini sangat mempengaruhi dan menentukan sehat tidaknya orang yang
tinggal di lingkungan tersebut.
Palemahan penentu pula corak kehidupan masyarakat. Contoh masyarakat
Bali yang hidup di lingkungan pariwisata, mereka harus mau belajar bahasa asing,
karena bahasa itu membuat mereka menjadi hidup, mengantarkan dirinya untuk

memperkenalkan budaya yang ada di daerahnya. Apabila kita hidup di lingkungan


petani kita harus bisa bertani. Bertani dalam arti luas yaitu profesional mengolah
lahan sawah, profesional mengelola kebun, dan profesional dalam beternak.
Apabila kita hidup di lingkungan pengrajin kita harus memiliki keterampilan sebagai
pengrajin dan sebagainya. Oleh karena itu, kita wajib bersahabat dengan lingkungan
kita sendiri agar keharmonisan itu bisa terwujud.
Beberapa hal yang harus kita perhatikan dan kita lakukan terhadap lingkungan
sekitar agar tercipta suasana yang aman, nyaman, dan bersahabat yaitu seperti
berikut.
1. Memelihara dan melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah
sembarangan.
2. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan dengan saling hormat menghormati
antarsesama dengan menumbuhkan rasa asah, asih, dan asuh.
3. Menata dan menjaga desa agar nampak bersih, indah, serta aman.

Hutan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Hutan bermanfaat untuk
mempertahankan konservasi udara dan sebagai sumber mata air bagi kehidupan
makhluk di muka bumi. Oleh karena itu, mari kita jaga supaya hutan kita tetap lestari.
Hukum sebab akibat akan selalu terjadi di muka bumi. Salah satu contoh, apabila
kita tidak melestarikan lingkungan (hutan), maka kehidupan makhluk menjadi tidak
nyaman di muka bumi. Karena hutan merupakan sumber kehidupan bagi semua
makhluk.
Kalau kita berpikir positif tentu tidak setuju adanya pembalak liar yang mencari
keuntungan sendiri. Lingkungan di sekitar kita sangat perlu kita jaga. Hindari membuang
sampah sembarangan, wujudkan rasa peduli lingkungan sehat dengan
melakukan gotong-royong membersihkan sampah, dan menanam sejuta pohon.
Semua hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi generasi kita di masa yang akan
datang.

C. Contoh Perilaku Tri Hita Karana


Hubungan manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
dalam konsep Parhyangan sesuai dengan profesinya masing-masing adalah
sebagai berikut.
1. Profesi dagang melakukan hubungan harmonis melalui Pura Melanting.
2. Profesi petani melakukan hubungan yang harmonis melalui Pura Bedugul.
3. Profesi nelayan melakukan hubungan yang harmonis melalui Pura Segara.
4. Profesi undagi melakukan hubungan yang harmonis melalui Pura Taksu.
5. Profesi sebagai guru/siswa adalah memuja Sang Hyang Aji Saraswati di Pura
Padmasana di sekolah.

Di samping Parhyangan yang difungsikan sesuai profesi seseorang, umat Hindu


masih memiliki tempat pemujaan lain yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai
berikut.
1. Pura Keluarga yang disebut dengan Sanggah Kemulan adalah sebagai tempat
memuja para Leluhur oleh salah satu keluarga.
2. Pura Kawitan adalah pura tempat memuja para Leluhur oleh banyak keluarga
tetapi masih ada hubungan darah keturunan.
3. Pura Kahyangan Tiga yaitu pura yang ada di dalam di Desa Adat sebagai
tem-pat memuja manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Pencipta
yaitu Dewa Brahma berstana di Pura Desa/Bale Agung, Dewa pemelihara
yaitu Dewa Wisnu berstana di Pura Puseh, Dewa pengembali ke asalnya yaitu
Dewa Siwa berstana di Pura Dalem.
4. Pura Dang Kahyangan adalah pura yang dibangun oleh Para Resi di saat
melakukan perjalan suci dan bersifat umum, sebagai tempat pemujaan.
5. Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang bersifat umum memuja manifestasi
Sang Hyang Widhi Wasa atau Ista Dewata.
6. Pura Sad Kahyangan Jagat yang ada di Bali didirikan sebagai pengaruh Empu
Kuturan datang ke Bali, antara lain: Pura Besakih, Pura Lempuyang, Pura Goa
Lawah, Pura Andakasa, Pura Uluwatu, dan Pura Batukaru.
Kewajiban yang kita lakukan terhadap Parhyangan agar kehidupan menjadi
harmonis antara lain adalah seperti berikut.
a. Membuat dan memelihara Kahyangan/pura dengan baik.
b. Mengadakan upacara sesuai jadwalnya.
c. Melakukan persembahyangan pada hari-hari suci keagamaan.
d. Menjaga dan melestarikan kesucian pura sebagai tempat suci.

D. Manfaat Tri Hita Karana bagi Kelangsungan Hidup


Manfaat mempelajari Tri Hita Karana adalah agar kita mampu menciptakan
suasana kehidupan di antara kita menjadi terasa aman dan nyaman, lingkungan
sekitar kita harus lestari, agar kita semua terhindar dari ancaman bencana alam
seperti kekeringan, kebanjiran, tanah longsor, dan wabah penyakit. Kita harus
mampu mewujudkan lingkungan yang BASRI (Bersih, Aman, Sehat, dan Lestari),
dilandasi kehidupan beragama yang berjalan dengan penuh kedamaian yang
menjiwai kepribadian setiap orang. Kita juga dituntut untuk menumbuhkan rasa
saling asah, asih, dan asuh.
Demikianlah manfaat Tri Hita Karana sebagai konsep dasar yang kuat dalam
kehidupan dahulu dan harus dipertahankan dalam kehidupan mendatang. Tanpa
memahami manfaat dari ajaran Tri Hita Karana kita tidak akan bisa mewujudkan
hubungan yang harmonis. Oleh karena itu, kita wajib menanamkan konsep ini
kepada generasi penerus agar kehidupan beragama, kehidupan antarsesama tetap
aman dan nyaman.

E. Uji Kompetensi
I. Tes Unjuk Kerja
1. Gambarlah sebuah pemandangan!
2. Gambarlah wajah manusia!
3. Gambarlah sebuah tempat suci!

II. Jawablah pertanyaan di bawah sesuai dengan pendapatmu!


1. Parahyangan itu merupakan tempat apa bagi umat Hindu?
2. Apa yang perlu dilakukan apabila melihat warga bergotong royong?
3. Tanaman apa yang baik untuk ditanam di samping Pura?
4. Dalam keadaan bagaimana kita tidak boleh ke pura?
5. Mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial?
6. Agar tercipta kehidupan yang aman dan nyaman apa yang harus kita lakukan?
7. Mengapa kita wajib menjaga dan melestarikan lingkungan?
8. Agar kita selamat ke mana kita harus berlindung?
9. Sebutkan bagian dari Tri Mandala!
10.Sebutkan jenis-jenis Pura!
11.Jelaskan letak perbedaan pura Tanah Lot dengan pura Besakih!
12.Pura berupa Padmasana adalah tempat memuja siapa?
13.Bangunan apa yang bisa kalian lihat di Nista Mandala?
14.Pemukulan kentongan/kulkul di Nista Mandala dilakukan pada saat tertentu
saja yaitu dalam kegiatan apa?
15.Pura melanting dibuat sebagai tempat pemujaan bagi orang yang berprofesi sebagai
apa?
16.Apa yang kalian ketahui tentang Pura Keluarga?
17.Konsep membangun Tri Kahyangan oleh Empu Kuturan bertujuan untuk apa?
18.Pura Melanting merupakan tempat pemujaan bagi orang memiliki profesi sebagai apa?
19.Para petani memiliki sebuah pura khusus untuk memuja Ista Dewata dalam
memberi kemakmuran disebut Pura apa?
20.Rangkaian upacara Melasti dilakukan di mana?

MATA PELAJARA : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI (PAH-BP)


KELAS : VI /Genap
Pembelajaran : 4 ( Ajaran Panca Sraddha Sebagai Penguat Keyakinan )

A. Keyakinan dalam Agama Hindu


Agama adalah suatu kepercayaan dan keyakinan terhadap ajaran-ajaran suci
yang terdapat pada kitab suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi. Agama
Hindu memiliki tiga kerangka yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Sebagaimana halnya dengan tubuh manusia. Kepala tidak
dapat dipisahkan dengan badan dan kaki, untuk membentuk tubuh manusia yang
sempurna. Demikian pula dengan sebutir telur antara kulit, putih telur, dan kuning
telur tdak dapat dipisahkan, untuk menjadi sempurna dan bisa menetas dengan
baik.

Adapun tiga kerangka itu adalah :


1. Tatwa adalah filsafat agama
2. Susila adalah etika agama
3. Upacara adalah ritual dalam agama
Ketiga kerangka ini harus dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Jika
ajaran filsafat agama saja dipelajari tanpa melaksanakan etika dan upacara,
tidaklah sempurna. Demikian pula sebaliknya, jika melaksanakan upacara tanpa
memperhatikan dasar-dasar etika dan filsafat agama, juga tidak sempurna. Jadi
ketiga-tiganya harus dilaksanakan dalam kehidupan umat Hindu agar hidup kita
menjadi sempurna.
Selain ke tiga kerangka tadi, agama Hindu juga memiliki keyakinan yang
sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh setiap umat Hindu. Setiap umat
hendaklah memiliki keyakinan akan kebenaran isi kitab sucinya, tidak ada keraguraguan,
memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan. Dalam
terjemahan salah satu seloka kitab suci Rg. Weda disebutkan:

” Api pengorbanan (persembahan) dinyalakan dengan keyakinan yang


mantap (sraddha). Persembahan dihaturkan dengan keyakinan yang
mantap (sraddha), yang memiliki nilai tertinggi dalam kemakmuran.”

(Rg. Weda X.151.1)

Dengan demikian, keyakinan itu sangatlah penting agar hidup kita makmur,
sejahtera dan bahagia lahir batin.

B. Bagian-bagian Panca Sraddha


Dalam agama Hindu ada lima keyakinan yang harus dimiliki oleh setiap umat
yaitu :
1. Widhi Tattwa atau Widhi Sraddha, yaitu keyakinan terhadap adanya Sang
Hyang Widhi dengan berbagai manifestasiNya.
2. Atma Tattwa atau Atma Sraddha, yaitu keyakinan terhadap adanya Atma
yang menghidupi semua makhluk.
3. Karma phala Tattwa atau Kramaphala Sraddha, yaitu keyakinan terhadap
kebenaran adanya hukum sebab akibat, atau hasil dari perbuatan.
4. Punarbhawa Tattwa atau Punarbhawa Sraddha, yaitu keyakinan terhadap
adanya kelahiran kembali.
5. Moksa Tattwa atau Moksa Sraddha, yaitu keyakinan terhadap kebebasan
yang tertinggi yakni bersatunya Atman dengan Brahman.
Kelima jenis keyakinan ini disebut Panca Sraddha, yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi umat Hindu di Indonesia sebagai pokok keimanan. Panca berarti
lima, dan Sraddha berarti kepercayaan atau keyakinan. Jadi Panca Sradha artinya
lima keyakinan atau kepercayaaan yang harus dimiliki oleh setiap umat Hindu.

C. Contoh bagian-bagian Panca Sraddha


1. Contoh Keyakinan akan Keberadaan Sang Hyang Widhi (WidhiTattwa)

Keyakinan terhadap Sang


Hyang Widhi dalam ajaran Panca
sradha disebut Widhi Tattwa
atau Widhi Sradha. Kata Widhi
berasal dari bahasa Sansekerta
yang artinya takdir, Sang Takdir,
pencipta, Tuhan, ketuhanan dan
perintah. Sedangkan tattwa artinya
kebenaran, hakekat, kenyataan,
filsafat dan sifat kodrati.
Jadi Widhi Tattwa adalah filsafat ketuhahan, yang mempelajari secara mendalam
tentang Tuhan Yang Maha Esa atau Sang Hyang Widhi dengan berbagai
manifestasinya. Weda mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa (tunggal)
adanya, namun ia meliputi segalanya, dan memiliki banyak nama. Ia berada
pada segala yang ada di dunia ini.
Dalam kitab suci Rg. Weda disebutkan:
Ekam sad wiprah bahuda wadantyagnim yaman matarisvanam ahuh.”
(Rg. Weda I.164.46)
Terjemahan:
satu itu (Tuhan) orang bijaksana menyebut dengan banyak
nama seperti Agni, Yama, Matarisvan.

Sang Hyang Widhi adalah Dia yang Maha Kuasa, sebagai pencipta,
pemelihara dan pemralina segala yang ada di alam semesta ini. Sang Hyang
Widhi adalah asal mula dan kembalinya segala yang ada di alam semesta ini,
maka ia disebut Sang Hyang Sangkan Paraning Dumadi. Dalam salah satu
seloka kitab suci Bhagawadgita disebutkan :

“etadyonini bhūtāni,
sarvāni ‘ty upadhāraya,
ahaṁ krtsnasya jagataḥ,
prabhavaḥ pralayas tathāa”

Terjemahan:
“ Ketahuilah bahwa semua makhluk ini asal kelahirannya di
dalam alam-Ku ini. Aku adalah asal mula dari dunia ini dan juga
kehancurannya (pralaya),”
(I.B Mantra, 1992:116).

Karena kemahakuasaannya Ia dapat berada di mana-mana sebagai


pelindung yang agung dari semua ciptaannya. Maka dari itu sudah merupakan
kewajiban bagi umat manusia untuk selalu sujud bakti kepada-Nya, meyakini
keberadaan-Nya, melaksanakan semua petunjuk kitab suci Weda. Seseorang
yang terus menerus memuja Tuhan dengan sungguh-sungguh dia akan
memperoleh kebahagian hidup. Seperti yang disebutkan dalam Bhagwadgita
sebagai berikut,

“teṣām jῆāni nityayukta,


ekabhaktir viśiṣyate,
priyo hi jῆānino ‘tyartham,
ahaṁ sa ca mama priah”
(Bhagawadgita VII,17)
Terjemahan:
”Diantara ini orang yang bijaksana, yang selalu terus menerus
bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya hanya terpusat
satu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab Aku kasih sekali
kepadanya dan dia kasih pada-Ku,”
(I.B Mntra, 1992:121).

tidak perlu diragukan lagi. Disamping


itu Agama Pramana juga mengajarkan
seseorang meyakini adanya Tuhan
melalui mendengar cerita-cerita yang
disampaikan oleh orang-orang suci
yang dipercaya tahu tentang Tuhan
melalui penglihatan batinnya. Semua
itu hendaklah dipercaya tanpa ada
keraguan lagi.

Meyakini keberadaan Sang Hyang


Widhi melalui Pratyaksa Pramana
yaitu seseorang akan dapat meyakini
adanya Tuhan dengan merasakan dan
mengalaminya secara langsung. Hal ini
dialami oleh para Rsi atau Maha Yogin
yang sudah sempurna. Tuhan akan
menampakkan dirinya kepada mereka
yang menyampaikan sabdanya untuk
dilaksanakan dalam kehidupan seharihari.

2.Contoh Keyakinan akan Atma (Atma Tatwa)


Kata Atma berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti jiwa atau roh. Atma
adalah percikan-percikan kecil dari Parama Atma (Sang Hyang Widhi) yang berada
dalam tubuh makhluk. Atma yang berada dalam tubuh manusia disebut jiwAtma.
JiwAtmalah yang menghidupi tubuh manusia dan makhluk lainnya. Bila Atma
meninggalkan tubuh, maka tubuh akan mati. Indra manusia tidak dapat bekerja
tanpa ada Atma. Mata tidak dapat melihat tanpa adanya Atma. Lidah tidak dapat
merasakan rasa jika tidak ada Atma. Kulit tak dapat merasakan rasa sentuhan, dan
semua tidak dapat berfungsi bila tidak ada Atma. Bila seseorang sudah memasuki
usia tua maka satu persattu indranya akan mati, seperti kuping menjadi tuli, rambut
menjadi putih, mata tidak dapat melihat dengan jelas, tetapi tubuhnya masih hidup
karena Atma masih bersemayam dalam tubuhnya. Tetapi bila Atma sudah tidak
terpisah dengan jiwAtma pada saat manusia mati, hanya badanlah yang hancur,
tetapi jiwAtma tidak mati, ia akan mengalami surga dan neraka sesuai dengan baik
buruk perbuatannya. JiwAtma juga tidak selama-lamanya di sana, ia akan mengalami
kelahiran kembali dengan mengambil wujud sesuai dengan perbuatannya.
Sesungguhnya pada hakekatnya Parama Atma dan JiwAtma adalah satu
adanya. Hal ini disebutkan dalam kitab Upanishad, “Brahma Atma aikyam” yang
artinya bahwa Brahma dan Atma itu satu adanya. Parama Atma adalah sumber
dan berakhirnya segala yang ada di alam semesta ini. Dalam kitab Bhagawadgita
disebutkan:

“aham ātmā gudākeśa,


sarvabhūtāśyasthitaḥ,
aham ādiś ca madyaṁ ca,
bhūtānām anta eva ca”
(Bhagawadgita X, 20)
Terjemahan:
“ O, Arjuna, Aku adalah Atma yang menetap dalam hati semua makhluk, aku
adalah permulaan, pertengahan dan akhir dari semua makhluk.”
(I.B Mantra, 1992:264)

Ia dapat mengatasi pengaruh maya, sehingga dia tidak pernah lupa. Sedangkan
JiwAtma pada dasarnya adalah suci, tetapi setelah bersatu dengan tubuh makhluk
ia mengalami awidya, ia melupakan sifat aslinya, ia terpengaruh oleh sifat-sifat
tubuh yang dihidupinya. Atma itu tetap sempurna, tetapi manusia itu sendiri tidaklah
sempurna, karena manusia lahir dalam keadaan awidya.
Dengan demikian Atma tidak akan mati walaupun manusia telah mati, karena
Atma pada hakekatnya adalah sempurna. Adapun sifat-sifat Atma, sesuai dengan
yang disebutkan dalam kitab Bhagawadgita adalah sebagai berikut:
1. Achodya artinya tak terlukai oleh senjata
2. Adahya artinya tak terbakar oleh api
3. Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
4. Acesyah artinya tak terbasahkan oleh air
5. Nitya artinya abadi
6. Sarwagatah artinya dimana-mana ada
7. Sthanu artinya tak berpindah-pindah
9. Acala artinya tak bergerak
10. Sanatana artinya selalu sama
11. Ayakta artinya tak dilahirkan
12. Achintya artinya tak terpikirkan
13. Awikara artinya tak berubah, sempurna tidak laki-laki ataupun prempuuan.
3. Contoh Keyakinan akan Karma Phala
Karma Phala berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “Karma”
yang artinya perbuatan, dan “Phala” yang artinya buah atau hasil. Jadi Karma
Phala artinya hasil dari perbuatan seseorang. Manusia hidup selalu berbuat, karena
berbuat atau bekerja adalah kodrat manusia didorong oleh kekuatan alam. Dalam
terjemahan seloka kitab suci Bhagawadhita disebutkan sebagai berikut,

“na hi kaścit kṣanam api,


jātu tiṣṭhaty akarmakṛṭ,
kāryate hy avaśah karma,
sarvah prakṛtijairguṇaiḥ”
(Bhagawadgita, III. 5)

Terjemahan:
” Sebab siapun tidak akan dapat tinggal diam, meskipun dengan sekejap
mata, tanpa melakukan pekerjaan. Tiap-tiap orang digerakkan oleh dorongan
alamnya, dengan tidak berdaya apa-apa lagi.”
(I.B Mntra, 1992:11)

Di suatu desa hiduplah seorang


janda dengan dua orang anak
perempuan, yang satu bernama Putri,
dan yang satunya bernama Murti. Sifat
ke dua anak ini sangat berbeda. Putri
adalah seorang anak yang baik, rajin
bekerja dan penurut. Sedangkan Murti
adalah anak yang malas, pesolek,
culas, dan suka memfitnah.
Pada suatu hari mereka diberi
tugas oleh ibunya untuk menumbuk
padi, dari menjemur sampai menjadi
beras. Ibunya pergi ke pasar untuk

menjual hasil kebunnya. Putri dari pagi sudah bekerja memasak, mencuci piring,
dan mencuci pakaian. Sedangkan Murti diam saja, hanya mengaca, bersolek, dan
bermalas-malasan. Setiap disuruh bekerja dia selalu menolak. Sampai selesai Putri
menumbuk padi dan sudah menjadi beras, Murti tidak mau membantu. Setelah
selesai menumbuk padi, Putri pergi ke sungai mandi sambil mencuci. Setelah Putri
pergi mandi, Murti mengotori badannya dengan dedak di tempat Putri menumbuk
padi. Sesampai ibunya di rumah sepulang dari pasar, Murti mengatakan kepada
ibunya bahwa dialah yang bekerja dari tadi, sedangkan Putri hanya malas-malasan,
dan bersolek saja tidak mau membantu. Ibunya terkejut mendengar dan marah.
Sepulang dari mandi Putri dimarahi oleh ibunya, dan disuruh pergi dari rumah. Murti
sangat senang hatinya melihat Putri dimarahi oleh ibunya. Putri menangis sedih.
Walaupun dia tahu dirinya difitnah oleh saudaranya, tetapi Putri tidak melawan,
justru dia mengikuti apa kata ibunya. Putri lalu pergi dari rumah dengan hati sedih.
Dia berjalan tidak tentu arah. Dalam perjalanan dia selalu berdoa kepada Tuhan
supaya dianugerahi keselamatan, dan dia juga mendoakan ibu dan saudaranya
hidup bahagia di rumah.
Diceritakan akhirnya Murti mendengar berita bahwa Putri tinggal di rumah
neneknya hidup bahagia dan kaya raya. Murti datang ke rumah neneknya untuk
minta sebagian kekayaan Putri, tapi Putri tidak memberikannya.

4. Contoh Keyakinan akan Punarbhawa


Sradha yang ke empat dari agama Hindu adalah percaya adanya Punarbhawa,
yaitu kelahiran yang berulang-ulang dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain.
Secara rasio sangat sulit dibuktikan Punarbhawa itu, karena berada di luar batas
pemikiran kita. Oleh karena itu ajaran Punarbhawa itu harus diyakini dengan
keimanan.
Kelahiran yang berulang-ulang di dunia ini menimbulkan suka dan duka. Adanya
kelahiran berulang-ulang disebabkan karena JiwAtma masih dipengaruhi oleh
kenikmatan duniawi, dan kematian selalu diikuti oleh kelahiran, demikian sebaliknya
kelahiran selalu diikuti oleh kematian.
Kelahiran, hidup dan mati secara berulang-ulang sesungguhnya itu adalah
penderitaan, yang disebabkan oleh perbuatan kita pada kehidupan terdahulu. Karma
atau perbuatan yang kita lakukan terdahulu akan menimbulkan bekas (wasana)

Ikatan keduniawian menimbulkan Punarbhawa


Setelah Bhisma memenangkan sayembara maka dia menyerahkan Dewi
Amba dan Dewi Ambika kepada Citrangada, dan Dewi Ambalika kepada Citrawrya.
Dewi Amba menolak diserahkaan kepada Citrangada, karena Bhismalah yang
memenangkan sayembara, maka Bhismalah yang berhak mengambilnya menjadi
istri. Tetapi Bhisma menolak, dan menjelaskan bahwa ia telah bersumpah sukla
brahmacari. Dia menyarankan Dewi Amba untuk memilih salah satu dari adiknya.
Dewi Amba tetap menolak memilih salah satu adik Bhisma, dan bersikeras menuntut
Bisma untuk mengawininya.

Bhisma berusaha menghindar dari Dewi Amba, maka Bhisma dengan sembunyisembunyi
pergi ke luar kota dan bersembunyi di pertapaan Bhagawan Parasu Rama.
Dewi Amba akhirnya berhasil menemukan jejak Bhisma di pertapaan Bhagawan
Parasu Rama. Dewi Amba menjelaskan kepada Bhagawan Parasu Rama mengapa
dia mengejar Bhisma. Setelah mendengar penjelasan Dewi Amba, lalu Bhagawan
Parasu Rama menyarankan Bhisma memenuhi keinginan Dewi Amba. Bhisma
menolak saran tersebut. Karena Bhisma menolak, Bhagwan Parasu Rama marah

5. Contoh Keyakinan akan Moksa


Moksa merupakan sraddha yang kelima dalam agama Hindu. Moksa adalah
tujuan terakhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu. Dalam kitab suci disebutkan,
“Moksartham jagadhita ya ca iti dharmah” Yang artinya tujuan dari agama (dharma)
adalah untuk mencapai Moksa (mokartham), dan kesejahteraan umat manusia
(jagadhita).
Kata “Moksa” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kebebasan dari
ikatan keduniawian, bebas dari karmaphala, bebas dari penderitaan, bebas dari
punarbhawa, dan akhirnya Atma menyatu dengan Tuhan. Ia tidak mengalami
kelahiran kembali, ia bebas dari belengggu maya. Jadi Moksa adalah bersatunya
Atma dengan Brahman (Tuhan), suka tanpa wali duka. Moksa bukan saja dapat
dicapai ketika manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini ( meninggal ), tetapi Moksa
juga dapat dicapai di dunia ini ketika manusia masih hidup, namanya Jiwan mukti
yaitu Moksa semasih hidup.
dengan rasa bersyukur. Apapun yang dimiliki, apapun yang diterima, dia tetap
menikmatinya dengan senang hati, dia tidak pernah menyesali, dia dapat menahan
keinginan dan kemarahan, dia adalah orang yang bahagia, seperti bahagianya
seorang anak ketika mendapat hadiah dari orang tuanya. Itulah Jiwan Mukti yaitu
moksa yang dicapai ketika masih hidup.
Bila seseorang telah dapat melepaskan jiwanya dari keterikatan dengan obyekobyek
keduniawian, dia hanya menemukan kesenangan di dalam Atmanya. Orang
yang demikian itulah yang dapat manunggal (menyatu) dengan Tuhan, merasakan
kebahagiaan terus menerus tanpa wali duka. Dalam kitab suci Bhagawadita
disebutkan sebagai berikut :
“bāhyasparśesv asaktātma,
ātmani yat sukham,
sa brahmayogayuktātmā,
sukham akṣayam aśnute”
(Bhagawadgita, V.21)
Terjemahan:
“ Bilamana jiwa tidak lagi terikat oleh hubungan dari luar (obyek-obyek) orang
mendapat kesenangan yang ada di dalam Atma. Orang yang demikian itu
yang manunggal dengan Tuhan merasai kebahagiaan yang tak padampadam.”
(I.B Mantra, 1992:89)
D. Uji Kompetensi

I. Silanglah huruf a, b, c, atau d, di depan jawaban yang paling benar!


1. Pokok keimanan Agama Hindu dinamakan ....
a. Panca Sila b. Panca Sraddha
c. Panca Yadnya d. Panca Sata

2. Tujuan akhir dari Agama Hindu adalah untuk mencapai ....


a. kemakmuran b. kemasyuran
c. Moksa d. kekayaan

3. Mempercayai adanya Tuhan dengan membaca kitab suci Weda dan mendengar
cerita dari orang suci disebut ....
a. Anumana Pramana c. Agama Pramana
b. Pratyaksa Pramana d. Kriyamana Pramana

4. Tuhan itu adalah asal mula dan kembalinya semua yang ada di dunia ini. Dalam
hal ini Dia diberi gelar ....
a. Sang Hyang Sangkan Paran c. Sang Hyang Widhi
b. Sang Hyang Jagatnatha d. Sang Hyang Wisesa

5. Meyakini adanya Tuhan dengan cara menganalisa sesuatu kejadian dinamakan


a. Anumana Pramana c. Pratyaksa Prama
b. Agama Pramana d. Sabda Pramana

6. Sesungguhnya Atman dan Brahman itu adalah tunggal (satu), hal ini disebutkan
dengan istilah ....
a. Aham brahma asmi c. Brahman Atman aikyam
b. Ekam evam a dwityam Brahmana d. Wyapi wyapaka nirwikara

7. Atma mengalami kelupaan setelah berada dalam tubuh makhluk. Hal ini disebut
dengan istilah ....
a. widya b. awidya
c. karma d. akarma

8. Baik buruk perbuatan manusia pasti, cepat atau lambat pasti mendatangkan
akibat, dalam Panca Sradha disebut ....
a. Karmawasana b. Karmawisesa
c. Phalakarma d. Karmaphala

9. Kelahiran yang berulang-ulang dalam Panca Sradha dinamakan ....


a. Brahman b. Karma
c. Punarbhawa d. Moksa

10.Moksa yang dapat dicapai ketika masih hidup disebut ....


a. Jiwan Mukti c. Adi moksa
b. Parama Moksa d. Moksa
Uji Kompetensi
94
II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. Meyakini semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kuasa Tuhan. Hal ini
merupakan contoh dari bagian Panca Sradha yaitu ….....................................
.........................................................................................................................
2. Lima dasar keyakinan dalam agama Hindu disebut …...................................
.........................................................................................................................

3. Percikan kecil dari Sang Hyang Widhi pada manusia disebut …....................
.........................................................................................................................

4. Bekas perbuatan yang melekat pada jiwAtma yang menentukan kelahiran


berikutnya dinamakan .....................................................................................

5. Sifat Atma yang tidak terbakar oleh api dinamakan .......................................


.........................................................................................................................

6. Hasil dari perbuatan yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih
merupakan benih yang menentukan kehidupan sekarang disebut ….............
.........................................................................................................................

7. Ekam sat viprah bahuda vadanti, bunyi seloka tersebut yang mengandung
arti “ satu “ adalah …......................................................................................

8. Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga
harus diterima pada kehidupan yang akan datang dalam karmaphala disebut
….....................................................................................................................

9. Jalan yang ditempuh untuk mencapai persatuan dengan Tuhan dengan jalan
sujud bakti dan cinta kasih dinamakan ............................................................
.........................................................................................................................

10. Perbedaan pembawaan dan bakat yang dimiliki oleh manusia di dunia ini
disebabkan oleh ..............................................................................................

Anda mungkin juga menyukai