Anda di halaman 1dari 36

Kesehatan dan Lingkungan

ASURANSI KESEHATAN BERBASIS UNGGAS SEBAGAI


UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN DI JAWA
TENGAH

Diajukan untuk mengikuti LKTIM bagi Mahasiswa


Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2014

Tim:

DZIKRI RAHMAN BIJAK (NIM 21050113130188/Angkatan 2013)


GARY SUDRAJAT (NIM 21050113130180/Angkatan 2013)
RIGO MUHAMMAD HERRIZA (NIM 21050113120005/Angkatan 2013)

Dibiayai oleh Dinas Pendidikan


Provinsi Jawa Tengah
Tahun anggaran 2014

UNIVERSITAS DIPONEGORO
KOTA SEMARANG
2014

i
LEMBAR PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS INOVATIF MAHASISWA
1. Judul Naskah : Asuransi Kesehatan Berbasis
Unggas Sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Kesehatan di Jawa Tengah
2. Bidang Kajian : Kesehatan dan Lingkungan
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Dzikri Rahman Bijak
b. NIM/NRM : 21050113130188
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Mesin
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro
e. Alamat Rumah/Telepon/Faximili : Jl. Sirajudin no 38 Semarang
f. e-mail : rdzikri@yahoo.co.id
4. Anggota Tim : Gary Sudrajat
Rigo Muhammad Herriza
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Norman Iskandar, ST, MT
b. NIDN : 0021028107
Menyetujui: Semarang, 18 Juli 2014
Dosen Pembimbing, Ketua Tim,

Norman Iskandar, ST, MT Dzikri Rahman Bijak


NIDN : 0021028107 NIM : 21050113130188
Mengetahui:
Pembantu Rektor III
Universitas Diponegoro

Drs. Warsito, SU
NIP : 195402021981031014

ii
ASURANSI KESEHATAN BERBASIS UNGGAS SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN JAWA TENGAH

Dzikri Rahman Bijak, Gary Sudrajat, Rigo Muhammad Herriza


Dosen Pembimbing : Norman Iskandar, ST, MT

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

Abstrak
Asuransi kesehatan adalah sebuah layanan jasa yang menjamin
kesehatan masyarakat apabila sewaktu-waktu mereka mengalami masalah dengan
kesehatan. Namun pada kenyataannya asuransi kesehatan tidak bisa melindungi
masyarakat secara keseluruhan dikarenakan banyak masyarakat yang belum
mendapatkan atau menggunakan jasa asuransi kesehatan, sebagai pilihan
khususnya masyarakat pedesaan. Selain harga premi asuransi yang tinggi, tidak
ada kemudahan yang ditawarkan bagi penduduk desa itu sendiri sehingga
otomatis asuransi kesehatan hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke
atas. Oleh karena itu, kami menggagas sebuah solusi berupa sistem yang akan
memungkinkan masyarakat desa memiliki proteksi dari masalah-masalah
kesehatan: “Asuransi Kesehatan Berbasis Unggas”.
Unggas memiliki siklus reproduksi yang cepat sehingga keuntungan
yang dihasilkan dari beternak unggas dapat berlipat setiap harinya.Selain itu
unggas memiliki faktor produksi yang banyak. Mulai dari daging, telur, kotoran,
hingga bulunya dapat dimanfaatkan sehingga nilai ekonomi yang dihasilkan
cukup bervariasi.
Tujuan kami mencanangkan program tersebut agar asuransi kesehatan di
daerah yang khususnya pedesaan bisa merata, dan memberikan program asuransi
kesehatan yang terjangkau.
Kami ingin menjadikan unggas sebagai ‘tokoh utama’ dimana
masyarakat desa nantinya akan memperoleh jaminan kesehatan dari usaha mereka
dalam beternak unggas. Selain itu, dengan program “Asuransi kesehatan berbasis
unggas” akan memberikan manfaat untuk dapat mengoptimalkan potensi
masyarakat dan meningkatkan taraf kualitas kesehatan di pedesaan. Kami ingin
menggerakkan sebuah lembaga swadaya yang nantinya akan ‘bermain’ sebagai
pengepul, pendistribusi, sekaligus pengembang dalam sistem ini.
Metode Penelitian yang kami gunakan adalah metode observatif yang
berarti kami mencari data dan dampak yang diperoleh dari data tersebut dimasa
lalu dan akan kami bandingkan dengan program “Asuransi Kesehatan Berbasis
Unggas”.
Diharapkan tercipta sebuah sistem yang mampu mengakomodir
kebutuhan masyarakat akan jaminan kesehatan dan perbaikan kualitas ekonomi
desa melalui ternak unggas sebagai andalan yang tentunya akan membawa
perubahan positif bagi masyarakat desa.

Kata Kunci : Unggas, Masyarakat Pedesaan, Asuransi Kesehatan

iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
proposal ini. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Proposal ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Asuransi Kesehatan Berbasis Unggas Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Kesehatan di Jawa Tengah", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Proposal ini disusun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan,
akhirnya proposal ini dapat terselesaikan.
Proposal ini memuat tentang permasalahan kesehatan yang ada di desa
khusunya daerah Jawa Tengah saat ini serta bagaimana solusi untuk
memecahkan suatu permasalahan yang ada, walaupun proposal ini kurang
sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca. Semoga proposal ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
luas kepada pembaca.

Terima kasih.

Semarang, 17 Juli 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................i
Halaman Pengesahan......................................................................................ii
Abstrak...........................................................................................................iii
Kata Pengantar...............................................................................................iv
Daftar Isi.........................................................................................................v
Daftar Gambar................................................................................................vi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan................................................................3
Bab 2 Tinjauan Pustaka
.1 Unggas dan Potensinya.............................................................4
2.1.1 Pengertian Unggas............................................................4
2.1.2 Fungsi Unggas..................................................................4
2.1.3 Prospek Peternakan Unggas.............................................5
.2 Asuransi Kesehatan...................................................................6
2.2.1 Pengertian Asuransi..........................................................6
2.2.2 Asuransi Sosial.................................................................7
.3 Kualitas Kesehatan di Jawa Tengah..........................................7
2.3.1 Persebaran Penduduk Jawa Tengah..................................7
2.3.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan Jawa Tengah....................8
.4 Klinik Asuransi Sampah...........................................................11
Bab 3 Metodologi Penulisan
.1 Sumber Data..............................................................................13
.2 Teknik Pengumpulan Data........................................................13
.3 Diagram Alir.............................................................................14
Bab 4 Pembahasan
.1 Asuransi Unggas.......................................................................15
.2 Pihak –Pihak Yang Terlibat......................................................16
.3 Langkah Pelaksanaan Sistem....................................................18
4.4 Efek dan Manfaat Sistem...........................................................21
Bab 5 Penutup
.1 Kesimpulan...............................................................................24
.2 Saran.........................................................................................24
Daftar Pustaka................................................................................................25
Lampiran........................................................................................................26

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan..............9


Gambar 2. Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar .............................9
Gambar 3. Diagram Alir Penulisan.................................................................14
Gambar 4. Skema System Asuransi Kesehatan Unggas................................ 18

vi
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dimana setiap warga negara
Indonesia berhak mendapatkan kesehatan yang layak. Setiap orang berhak atas
taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya
sebagaimana tertuang dalam pasal 25 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa Bangsa[CITATION PRA13 \l 1033 ].
Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8
disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan
yang seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan
dirinya.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum
(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana
pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat,
yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan
perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya [ CITATION ABN07 \l
1033 ].
Untuk menjamin dan meminimalisir risiko dari permasalahan kesehatan
yang ada, maka diperlukanlah sebuah jasa asuransi kesehatan. Di Indonesia saat
ini sudah banyak penyedia jasa asuransi kesehatan yang dikelola oleh pemerintah
atau pelayanan asuransi publik, maupun swasta.
Namun pada kenyataannya, penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan terutama
yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masih
dirasakan belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Hal ini bisa
diketahui antara lain dari banyaknya pengaduan, keluhan yang disampaikan oleh
masyarakat melalui media masa maupun langsung kepada unit pelayanan, baik
menyangkut sistem dan prosedur pelayanan yangmasih berbelit-belit, tidak
transparan, kurang informative [sic!], kurang akomodatif dan kurang dan kurang
konsisten sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu dan biaya) serta
masih adanya praktek pungutan tidak resmi [ CITATION ABN07 \l 1033 ].
Buruknya kinerja pelayanan publik ini antara lain dikarenakan belum
dilaksanakannya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan
publik. pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh
setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja birokrasi
pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam mencapai kesejahertaan
masyarakat [ CITATION ABN07 \l 1033 ].
Selain itu masih ada kesenjangan pada pelayanan kesehatan di Indonesia,
salah satunya di wilayah di desa dan perkotaan. Ketidakmerataan pelayanan
kesehatan dasar di Indonesia terjadi karena masih terdapatnya perbedaan
kesempatan mendapatkan akses dan pemanfaatan akses terhadap pelayanan
kesehatan[ CITATION Ser08 \l 1033 ]. Khusus di daerah pedesaan, hal ini diperparah
dengan kelas ekonomi masyarakat pedesaan yang cenderung mendekati garis
kemiskinan, dan minimnya kesadaran akan pentingnya jaminan kesehatan.
Oleh karena itu, kami datang menawarkan sebuah konsep atau sistem
untuk memberikan jasa asuransi kesehatan yang mudah dijangkau serta
menawarkan kemudahan, khususnya oleh masyarakat pedesaan melalui sistem
asuransi kesehatan berbasis unggas yang diharapkan mampu menjawab
permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara memeratakan asuransi kesehatan di Jawa Tengah khususnya
di daerah pedesaan?
2. Bagaimana mekanisme penggunaan unggas sebagai medium asuransi
kesehatan?
3. Bagaimana sistem asuransi kesehatan unggas mampu meningkatkan kualitas
kesehatan dan kehidupan masyarakat pedesaan di Jawa Tengah?
.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan akses jaminan kesehatan yang mudah dan terjangkau sebagai
upaya pemerataan asuransi kesehatan di Jawa Tengah khususnya di daerah
pedesaan.
2. Menciptakan sinkronisasi antar lembaga untuk memaksimalkan fungsi
lembaga di daerah pedesaan.
3. Pengoptimalan unggas sebagai produk unggulan di pedesaan dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas melalui sistem asuransi unggas.
4. Menciptakan sistem asuransi unggas yang mampu merangsang potensi
ekonomi dan pemberdayaan masyarakat pedesaan.

.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang diharapkan adalah:
1. Meningkatkan taraf kualitas kesehatan di pedesaan
2. Memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat pedesaan
3. Mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat desa melalui unggas

.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1: Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat
dan sistematika penulisan.
Bab 2: Menjelaskan secara singkat teori dan konsep yang mendukung penulisan
Karya Tulis Ilmiah yang kami gagaskan.
Bab 3: Menjelaskan langkah – langkah dan metode penulisan yang kami gunakan
untuk mengumpulkan informasi dan data dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah
Bab 4: Menjelaskan secara detail konsep usulan yang kami buat.
Bab 5: Menjelaskan kesimpulan dan saran dari Karya Tulis Ilmiah yang kami
gagaskan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Unggas dan Potensinya
.1.1 Pengertian Unggas
Unggas (Inggris: poultry) adalah jenis hewan ternak kelompok burung
yang dimanfaatkan untuk daging dan telurnya [ CITATION Mel14 \l 1033 ] .
Umumnya merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun)
dan Anseriformes (seperti bebek)[ CITATION Mel14 \l 1033 ].
Pengertian lain juga menyebutkan bahwa unggas adalah hewan bersayap,
berkaki dua, berparuh dan berbulu, yang mencakupi segala jenis burung, dapat
dipelihara dan diternakan sebagai penghasil pangan (daging dan telur).
Kata unggas juga umumnya digunakan untuk burung pedaging seperti di
atas. Lebih luasnya, kata ini juga dapat digunakan untuk dagimg burung jenis lain
seperti merpati. Bagian paling berdaging dari burung adalah otot terbang pada
dada, serta otot jalan pada segmen pertama dan kedua pada kakinya.

.1.2 Fungsi Unggas


a. Sumber protein;
b. Di dalam unggas tedapat Carnocyn yang memiliki fungsi sebagai anti-
oksidan dan sebagai penghubung sel otak dalam berkomunikasi atau sebagai
neurotransmitter;
c. Selain itu, Carnocyn berperan penting dalam daya ingat seseorang,
meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi dan mencegah kerusakan sel
yang disebabkan oleh amiloid beta (zat yang ditemukan di dalam otak pasien
Alzheimer);
d. Meningkatkan metabolisme dan kesigapan mental melalui stimulasi fungsi
otak;
e. Sebagai sumber penghasilan;
f. Sebagai bahan baku industri [ CITATION Mel14 \l 1033 ].

2.1.3 Prospek Peternakan Unggas


Pada tahun 1990, dari kontribusi penyediaan daging unggas sebesar
29,50%, ayam lokal menyumbang 21,30%, ayam ras pedaging 5,40%, ayam ras
petelur 1,70%, dan itik 1%. Ternak bukan unggas (sapi, kerbau, kambing, domba,
dan babi) menyumbang produksi daging 70,50%[ CITATION Bad07 \l 1033 ].
Pada tahun 2006, kontribusi daging unggas meningkat menjadi 65,60%, yaitu dari
ayam lokal 15,70%, ayam ras pedaging 46,20%, ayam ras petelur 2,60%, dan itik
1,10%, sedangkan dari ternak bukan unggas menurun menjadi hanya 34,40%
[ CITATION Ach10 \l 1033 \m Bad07].
Untuk mencapai konsumsi protein bermutu tinggi, sesuai dengan norma
kecukupan protein hewani, maka laju konsumsi produk ayam lokal, baik daging
maupun telur, perlu ditingkatkan. Apabila setiap orang ditargetkan mengonsumsi
80 g protein/kapita/hari dan 50% diantaranya adalah protein hewani (ikan,susu,
daging, dan telur), untuk mencukupi kebutuhan 200 juta penduduk dibutuhkan
292 miliar g protein hewani [ CITATION Ach10 \l 1033 ]. Sekitar 10% dari
kebutuhan tersebut diharapkan berasal dari daging ayam lokal. Dengan demikian,
produksi daging ayam lokal harus mencapai 1,46 juta ton yang dapat diperoleh
dari minimal 7,30 miliar ekor ayam lokal pedaging tiap tahun. Bila 10%
kebutuhan protein hewani diperoleh dari telur ayam lokal, diperlukan sekitar 16
miliar ekor ayam lokal petelur yang produktif setiap tahun [CITATION Ach10 \l
1033 ].
Selain itu, unggas memiliki nilai lebih tersendiri yang menjadikannya
lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan ternak yang lain. Hal ini dilandasi
beberapa alasan, yaitu: periode siklus produksinya yang relatif pendek membuat
perputaran modal relatif cepat, menjadikannya cocok untuk usaha peternakan rakyat;
usaha ayam ras pedaging mempunyai kaitan yang luas baik kaitan ke belakang
(backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage); kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja secara ekstensif; dan sebagai salah satu komoditas yang
mempunyai potensi ekspor [ CITATION AHM10 \l 1033 ].
Oleh karena itu, ayam lokal mempunyai prospek pasar yang sangat baik.
Usaha peternakan ayam lokal akan membuka peluang kerja yang besar karena
bersifat padat karya dibandingkan industri ayam ras yang bersifat padat
modal[ CITATION Ach10 \l 1033 ].

.2 Asuransi Kesehatan
2.2.1 Pengertian Asuransi
Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengingatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang timbul dari sesuatu yang tidak pasti atau untuk memberikan
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya [ CITATION Ari09 \l 1033
].
Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa asuransi kesehatan berarti
bentuk pertanggung jawaban dilakukan dalam bentuk pembayaran biaya
kesehatan dari pihak penanggung atas permasalahan kesehatan yang kemungkinan
dialami atau akan dialami oleh tertanggung dengan pembayaran feedback berupa
premi.
Asuransi kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan akses
masyarakat kecil ke pelayanan kesehatan. Seperti diketahui, selama ini biaya
kesehatan di Indonesia amat mahal dan relatif belum terjangkau sebagian besar
masyarakat Indonesia [ CITATION Ser08 \l 1033 ] . Kecenderungan meningkatnya
biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan dimana
pembiayaannya harus ditanggung sendiri (out of pocket) dalam sistim tunai (fee
for service) [ CITATION Ser08 \l 1033 ].
Di Indonesia, berdasarkan studi, 20% dari masyarakat terlindungi oleh
salah satu jaminan pemeliharaan kesehatan (asuransi kesehatan) di tahun 2001.
Dari mereka yang terlindungi oleh asuransi kesehatan, kira-kira setengah dari
mereka tergabung dalam Askes. Masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan dan yang tinggal di daerah pedesaan tidak terlindungi oleh
kebanyakan program kecuali oleh Kartu Sehat [ CITATION Ser08 \l 1033 ]. Padahal
menurut Hidayat, demand pelayanan kesehatan oleh peserta asuransi lebih tinggi
ketimbang non-peserta, dengan efek terbesar ditemukan pada kelompok miskin
[ CITATION Bud \l 1033 ].

2.2.2 Asuransi Sosial


Asuransi sosial pada dasarnya memberikan perlindungan kepada
masyarakat luas, terhadap semua kemungkinan kerugian yang diderita di luar
kemampuan orang-orang pribadi [ CITATION Sri85 \l 1033 ].
Berdasarkan definisi tersebut, terdapat beberapa unsur pada asuransi
sosial:
a. Diselenggarakan bukan karena ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan;
b. Perikatan yang terjadi antara tertanggung dan penanggung berdasarkan
perjanjian;
c. Bersifat sukarela bagi mereka yang bersangkutan
d. Penanggung bisa swasta atau pemerintah;
e. Diutamakan untuk perlindungan terhadap resiko individual;
f. Ditujukan untuk kepentingan individu (pada umumnya), dan dimaksudkan
untuk mencari keuntungan;
g. Perbandingan antara premi dan santunan proporsional;
h. Besarnya premi ditetapkan berdasarkan perjanjian;
i. Besarnya santunan ditetapkan berdasarkan perjanjian; dan
j. Adanya pilihan bagi tertanggung mengenai kepentingan dan peristiwa
(envenment) yang akan diasuransikan [ CITATION Suy03 \l 1033 ].
.3 Kualitas Jaminan Kesehatan di Jawa Tengah
.3.1 Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah
penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 (angka proyeksi sementara dari
BPS) sebesar 33.270.207 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 32.544,12 kilometer
persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012 551.022,31 jiwa untuk setiap km² [ CITATION Din12 \l
1033 ]. Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan
penduduk sekitar 11.573 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten
Blora, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 472 jiwa per km², dengan
demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jumlah rumah
tangga sebanyak 8.704.482, maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah
3,82 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes
1.770.480 jiwa (5,32%) dan paling sedikit di Kota Magelang 120.447 jiwa
(0,36%) [CITATION Din12 \l 1033 ].

2.3.2 Pelayanan Kesehatan di Jawa Tengah


a. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah
telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah
dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan
kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran
langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan
menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan
asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu
terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya [ CITATION Din12 \l 1033 ].
Di Indonesia, ada dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan
yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar sendiri premi jaminan
pemeliharaan kesehatannya dan kelompok miskin yang ditanggung oleh
pemerintah. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, kepesertaan jaminan
kesehatan penduduk non maskin sebesar 65,52%, mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 (36,18%) [ CITATION Din12 \l 1033 ] .
Sedangkan untuk masyarakat miskin, pemerintah menyelenggarakan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), di mana semua biaya pemeliharaan
kesehatan untuk masyarakat miskin ini semua ditanggung oleh pemerintah.

70
60
Presentase Penduduk

50
40
30
20
10
0
2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 1. Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk


Non Miskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2012 [ CITATION Din12 \l 1033 ]

Selain jamkesmas, banyak kabupaten/kota yang menyelenggarakan


Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan tujuan agar masyarakat
miskin yang belum tercakup jamkesmas bisa tercakup jamkesda. Kepesertaan
jeminan pemeliharaan untuk masyarakat miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2012 sebesar 48,40% dari total penduduk [ CITATION Din12 \l 1033 ]. Kepesertaan
jaminan kesehatan terdiri dari: Askes (5,78%), Jamsostek (3,89%),
Askeskin/Jamkesmas (42,53%), Jamkesda (108,92%) dan lain-lain (15,36%)
[ CITATION Din12 \l 1033 ].
17.7 4.5 0.9

Askes
Jamsostek
Askeskin/Jan
2.5
Jamkesda
Lainnya

42.5

Gambar 2. Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012 [ CITATION Din12 \l 1033 ]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan
“Universal Coverage” kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pada tahun
2014 yang berarti bahwa seluruh penduduk di Indonesia pada tahun 2014 harus
memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan [ CITATION Din12 \l 1033 ]. Terdapat
dua cara pembayaran premi yaitu untuk masyarakat non miskin premi dibayar
sendiri oleh peserta, sedangkan untuk masyarakat miskin, premi dibayarkan oleh
pemerintah.

b. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin


Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan
tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat
inap tingkat pertama, persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan
gawat darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan
pelayanan di rumah sakit meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 78 inap tingkat lanjut, pelayanan
obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan
dan operasi [ CITATION Din12 \l 1033 ].
Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada tahun 2012 sebanyak
12.447.383 orang. Masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan
rawat jalan di sarana pelayanan strata 1 sebesar 4.240.569 (34,07%) sedangkan di
sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 sebesar 699.143 (5,62%) [ CITATION Din12 \l
1033 ].

c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin


Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan
tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit.
Selain mendapatkan pelayanan rawat jalan juga mendapatkan rawat inap. Jumlah
masyarakat miskin dan hampir miskin sebanyak 12.447.383, mendapatkan
pelayanan kesehatan rawat inap di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 296.582
(2,49%) sedangkan di sarana kesehatan 2 dan 3 sebanyak 312.882 (2,70%)
[ CITATION Din12 \l 1033 ].

d. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan


Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan
di Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat jalan di
sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan kunjungan rawat jalan di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2012 sebesar 97,61% [ CITATION Din12 \l 1033 ]. Cakupan rawat
inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan
swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan
kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat inap di Puskesmas, kunjungan
rawat inap di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan
kesehatan lain. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012 sebesar 5,88% [ CITATION Din12 \l 1033 ].

.4 Klinik Asuransi Sampah


Pada bulan Maret 2010, dokter Gamal Albinsaid beserta 4 rekannya
mendirikan sebuah klinik dengan sistem asuransi sampah. Pada awal dibuatnya
klinik ini, beliau melihat adanya ketidakmerataan pada pelayanan kesehatan di
Indonesia. Oleh karena itu, dr Gamal beserta temannya mendirikan sebuah sistem
pelayanan kesehatan berbasis sumber daya rumah tangga: sampah.
Berbeda dengan klinik kesehatan pada umumnya, melalui klinik ini
masyarakat bisa mendapatkan layanan kesehatan hanya dengan menyetor
sampahnya pada klinik tersebut. Sampah-sampah ini nantinya dipilah antara
organik dan non organik. Melalui klinik ini, nantinya pasien bisa berobat tanpa
harus mengeluarkan biaya sedikit pun. Pelayanan yang diberikan meliputi
pengobatan, dan konsultasi gizi. Adapun jika masyarakat tidak mengalami
masalah pada kesehatan, masyarakat tidak akan mengalami kerugian karena selain
pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif, klinik ini menyediakan pelayanan
yang bersifat promotif, pelayanan dalam bentuk peningkatan kualitas kesehatan di
masyarakat, dan pelayanan yang bersifat preventif, tindakan pencegahan penyakit
seperti penyuluhan, dan sebagainya [ CITATION BBC14 \l 1033 ].
Selain membawa dampak positif di bidang kesehatan, klinik ini turut
membawa efek positif di bidang lingkungan. Dengan sistem ini, masyarakat
nantinya akan terbiasa untuk membina sampah mereka.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

.1 Sumber Data
Sumber data yang kami gunakan yaitu sumber data sekunder. Yang
dimaksud dengan sumber data sekunder adalah adalah data yang diperoleh
peneliti dari sumber yang sudah ada.

.2 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan ini adalah dengan
metode observatif. Melalui beberapa sumber diketahui bahwa asuransi kesehatan
di masyarakat pedesaan sangatlah minim dikarenakan paradigma masyarakat yang
menganggap asuransi kesehatan hanya bagi mereka masyarakat ekonomi kelas
menengah keatas. Diketahui juga bahwa potensi produktifitas bahan yang
dihasilkan unggas seperti telur dan daging yang dimiliki oleh masyarakat
pedesaan masih dinilai kecil dan dijual dengan harga yang cukup murah. Dengan
metode observatif, kami meninjau kelemahan dari sistem asuransi kesehatan saat
ini. Kemudian kami membandingkan sistem asuransi kesehatan saat ini dengan
sistem asuransi yang kami gagaskan.

.3 Diagram Alir

Mulai

Mencari data mengenai asuransi kesehatan

Jurnal Ilmiah Artikel Buku

Mencari data produktifitas


pada desa di Jawa Tengah

Melakukan penyelarasan
sistem asuransi kesehatan
dengan instansi lain
Evaluasi sistem asuransi
dengan peningkatan Selesai
kesejahteraan masyarakat

Gambar 3. Diagram Alir Penulisan

BAB IV
PEMBAHASAN

.1 Asuransi Unggas
Namun kami melihat klinik asuransi berbasis sampah memiliki kendala
tersendiri.Sistem ini cukup sulit diterapkan di lingkungan dimana jumlah sampah
yang rata-rata dikeluarkan rumah tangga relatif sedikit yaitu salah satunya adalah
pedesaan.Ini terjadi karena perbedaan gaya hidup antara masyarakat desa dan
masyarakat kota, dimana masyarakat kota memiliki gaya hidup yang konsumtif
sehingga jumlah sampah yang dikeluarkan pun besar.Sedangkan di desa, jumlah
produksi sampah tidak terlalu masif sehingga sulit bagi penduduk desa untuk
menyediakan sampah sebagai bentuk pembayaran asuransi.
Untuk itu, kami melihat perlunya pengalihan nilai-nilai potensi ekonomi
yang ada di pedesaan ke dalam kesehatan. Potensi ekonomi yang kami maksud
adalah barang yang berpotensi menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat desa
sehingga nantinya masyarakat tidak perlu merubah barang menjadi uang untuk
mendapatkan jaminan kesehatan, namun masyarakat cukup menyalurkan langsung
barang tersebut untuk mendapatkan langsung jaminan kesehatan.Salah satu barang
yang dapat menjadi ‘nilai tukar’ tersebut adalah unggas.
Unggas merupakan hewan ternak yang paling mudah dibudidayakan dan
dimiliki mayoritas masyarakat desa. Menurut survey, hampir semua rumah di
pedesaan memiliki minimal satu jenis unggas. Selain mudah dikelola, unggas
adalah salah satu hewan yang memiliki faktor produksi yang cukup banyak. Mulai
dari telur dan daging yang sangat umum dikonsumsi oleh masyarakat, hingga
kotorannya yang bisa digunakan sebagai pupuk.Ini merupakan nilai ekonomi yang
sangat potensial untuk terus dikembangkan. Oleh karena itu, kami mencoba untuk
memanfaatkan unggas tidak hanya secara ekonomis tetapi juga kesehatan, melalui
“Asuransi Kesehatan Berbasis Unggas”.
Asuransi ini merupakan sebuah sistem asuransi sosial yang berjalan
dengan gerakan dari masyarakat sekitar khususnya masyarakat pedesaan, yang
dijalankan dengan pembentukan lembaga atau organisasi baik lembaga yang
sudah ada ataupun lembaga baru yang bertujuan untuk menjalankan roda sistem
asuransi demi terciptanya jaminan kesehatan di masyarakat.
Sistem ini dapat berjalan melalui sosialisasi intens kepada masyarakat,
diikuti dengan pembimbingan dan pelatihan administrasi dan manajemen,
sehingga nantinya masyarakat bisa bergerak secara independen untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.

.2 Pihak-pihak Yang Terlibat


Pihak-pihak yang dapat membantu dalam mengimplementasikan sistem ini
serta peranan dalam setiap sektor yang berbeda-beda diantaranya yaitu:
1. Masyarakat
Masyarakat akan menjadi subjek utama dalam sistem ini. Masyarakat
akan mengembangbiakkan unggas di rumahnya atau lahan pertanian mereka yang
nantinya dipasok kepada lembaga/koperasi.Hasil produksi yang dapat dipasok
berupa daging, telur, kotoran, atau bulu. Nantinya feedback yang diterima
masyarakat melalui sistem ini adalah:
a. Asuransi jaminan kesehatan dari klinik setempat.
b. Uang penghasilan melalui penjualan unggas kepada lembaga.
c. Pupuk olahan yang didapat hasil dari pengolahan kotoran unggas.
d. Penyuluhan pengembangan unggas yang dilakukan oleh dinas peternakan
dan pertanian.

2. Tenaga kesehatan atau dokter


Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah klinik atau rumah sakit setempat.
Nantinya, tenaga kesehatan akan memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat dalam bentuk:
a. Promotif, yaitu dengan memeriksa warga yang sedang sakit atau tidak.
b. Kuratif, yaitu warga yang sedang sakit nantinya akan diberikan obat.
c. Preventif, yaitu dari klinik sendiri akan mengadakan penyuluhan kepada
warga bagaimana cara untuk mencegah dari penyakit.
d. Rehabilitatif, yaitu warga akan mendapatkan pelayanan rehabilitasi setelah
sembuh dari penyakitnya.

3. Lembaga Swadaya
Lembaga ini menjadi kunci dari keberhasilan seluruh sistem. Lembaga ini
akan memiliki beberapa peran nantinya yang menentukan keberhasilan sistem ini.
Lembaga dapat dibentuk dari organisasi publik yang telah ada, atau membentuk
organisasi baru yang dibentuk dengan memanfaatkan masyarakat sekitar sebagai
SDM. Adapun peran dari lembaga ini nantinya adalah:
a. Pengepul bagi masyarakat penjual unggas
b. Pemasok stok kebutuhan unggas bagi industri makanan dan pupuk
c. Badan asuransi bagi masyarakat.
Nantinya diharapkan lembaga ini memiliki kordinasi yang intens dengan
lembaga-lembaga lain yang ikut bekerjasama di dalam sistem ini.Selain itu
melalui manajemen yang baik, sangat memungkinkan lembaga ini untuk meraih
profit yang dapat menghidupi anggotanya.

4. Pengusaha/Industri Makanan dan pupuk


Pengusaha atau industri yang dimaksud adalah pengusaha atau industri
besar atau kecil yang memang membutuhkan stok bahan yang berhubungan
dengan unggas untuk menjalankan usaha mereka seperti industri pupuk, restoran,
atau warung makan dan pengrajin kecil. Mereka akan membeli stok langsung dari
lembaga swadaya yang menawarkan dan menjualnya kepada mereka.

5. Dinas Peternakan
Kami menginginkan adanya kontribusi langsung dengan pemerintah
melalui dinas peternakan. Nantinya dinas peternakan akan mengadakan program
pengembangan kualitas unggas melalui penyuluhan-penyuluhan kepada warga
sehingga nantinya unggas-unggas yang ‘dimainkan’ dalam sistem ini merupakan
unggas unggulan.

6. Mahasiswa/ Golongan Akademisi


Mahasiswa dan golongan akademisi dapat berkontribusi dalam sistem
ini.Kami mengharapkan adanya riset dari mahasiswa dan dosen untuk
mengembangkan teknologi pengembangbiakan unggas.Sehingga nantinya
efisisensi dalam produksi unggas bisa ditingkatkan dan jumlah produksi pun
meningkat.

7. Dinas Pertanian
Selain melibatkan unggas, sistem ini secara tidak langsung ikut melibatkan
pupuk dalam perputarannya. Melalui kotoran unggas yang diproduksi, akan
dihasilkan pupuk-pupuk olahan yang nantinya tidak hanya dijual di pasaran, tetapi
juga diberikan kepada warga-warga sekitar. Dinas pertanian akan melakukan
kordinasi dalam pengembangan teknologi pupuk untuk menghasilkan pupuk-
pupuk yang berkualitas.
.3 Langkah Pelaksanaan Program

Gambar 4. Skema System Asuransi Kesehatan Unggas


Langkah-langkah strategis yang akan diimplementasikan dalam sistem ini yaitu:
1. Mekanisme Penjualan Masyarakat-Lembaga
Sebelum mengikuti program ini, warga harus terlebih dahulu mendaftar
sebagai anggota yang ikut berpartisipasi dalam program. Perlu ada sosialisasi
kepada warga terkait sistem yang ditawarkan kepada warga agar mereka tertarik
untuk mendaftar. Jika sudah terdaftar, anggota akan memperoleh kartu anggota
yang dibagikan secara gratis. Masyarakat yang telah menjadi
anggota,akanberternak unggas di rumahnya dan menjual hasil ternaknya kepada
lembaga. Anggota dapat menjual baik daging, telur atau kotoran unggas kepada
lembaga. Nantinya, lembaga akan membeli hasil tersebut sesuai dengan harga
standar yang telah ditetapkan dan disepakati oleh warga. Harga ini akan dipotong
sekitar 10% dari harga standar sehingga masyarakat akan memperoleh 90 % hasil
penjualan unggas. Pemotongan 10% ini merupakan uang ‘premi’ tidak langsung,
yang dibayarkan warga kepada lembaga sebagai jaminan asuransi kesehatan.
Sebagai analogi, apabila harga unggas pada standar pengepul adalah
Rp.30.000,00 per ekor, maka uang yang didapat anggota setelah mereka menjual
unggas mereka kepada lembaga adalah sebesar Rp. 27.000,00 setelah mengalami
pemotongan sebesar 10 % dari harga semula yakni Rp.3000,00. Uang hasil
pemotongan sebesar Rp.3000,00 akan menjadi premi asuransi dari anggota kepada
lembaga. Secara tidak langsung lembaga berfungsi seperti tabungan kesehatan
bagi masyarakat.
Melihat harga pengepul yang cenderung tidak adil bagi para peternak
unggas maka perlu ada pembenahan secara bertahap agar harga yang ditetapkan
lembaga jauh lebih mahal dibandingkan harga pengepul agar nantinya selain
tercapainya kesejahteraan peternak unggas, hal tersebut dapat menjadi daya tarik
untuk mengikuti program ini.
Selain itu nantinya pemantauan kualitas hasil unggas akan selalu dilakukan
oleh lembaga melalui dinas pertanian dan peternakan. Sehingga hasil unggas yang
disetor oleh lembaga akan selalu terjaga kualitasnya. Anggota juga harus
memenuhi standar hasil unggas yang ditetapkan oleh lembaga yang diperoleh
menyesuaikan kemampuan masyarakat di daerah tersebut dalam menghasilkan
unggas yang berkualitas.
Apabila ada anggota yang belum dapat memenuhi standar tersebut, maka
akan ada inspeksi dinas kesehatan untuk memastikan kondisi dan kemampuan
anggota.
Untuk selalu meningkatkan dan menjaga kualitas hasil unggas di daerah,
maka lembaga akan melakukan kordinasi dengan dinas peternakan untuk
melakukan penyuluhan terkait pemeliharaan dan pengembangbiakan unggas.
Kontribusi riset dari kalangan akademisi juga diharapkan mampu
mengembangkan kualitas dan kuantitas produksi unggas di daerah.

2. Mekanisme Penjualan Lembaga-Industri


Setelah menerima hasil unggas dari masyarakat, lembaga akan menyimpan
hasil-hasil ini di dalam gudang penyimpanan sebelum dijual kepada pihak
industri.
Selanjutnya untuk mencari pihak mitra, lembaga akan bergerak aktif dalam
melakukan marketing. Lembaga akan memperluas jaringan penjualan terhadap
pihak-pihak yang memang membutuhkan stok seperti restoran, industri pupuk
atau mungkin industri rumah tangga. Apabila lembaga telah memperoleh mitra
tetap, maka lembaga tersebut diharapkan dapat menjadi supplier tetap dari mitra
tersebut. Dengan diperolehnya mitra tetap, maka keberlangsungan lembaga akan
tetap berlanjut.
Profit yang nantinya diperoleh lembaga terhitung cukup besar. Bila kita
misalkan lembaga memperoleh unggas seharga Rp.30.000,00 , kemudian lembaga
menjual unggas kepada industri seharga Rp.35.000,00 sehingga lembaga
memperoleh keuntungan Rp.5000,00 per unggas. Bila lembaga dapat menjual 100
unggas maka lembaga dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.500.000,00.
Harga ini dapat menyesuaikan kemampuan dari lembaga dan masyarakat.
Hasil yang diperoleh dari penjualan hasil unggas kepada mitra akan
dijadikan profit bagi lembaga yang digunakan untuk menggaji staff lembaga dan
mengembangkan fasilitas dan layanan lembaga. Nantinya diharapkan lembaga ini
akan menjadi lembaga produktif mandiri yang tidak hanya berhasil dari aspek
sosial, tetapi juga dari aspek ekonomi dimana lembaga ini akan memperoleh
profit yang besar.

3. Mekanisme Asuransi Kesehatan


Selain sebagai lembaga profit, lembaga juga berfungsi sebagai lembaga
asuransi kesehatan. Sebagai lembaga asuransi, lembaga bertanggung jawab penuh
terhadap kesehatan anggotanya. Lembaga harus selalu siaga dan melakukan
monitoring terhadap anggota.
Anggotapun dapat mengajukan penggunaaan asuransi dengan
menunjukkan kartu keanggotaan asuransi kepada klinik terdekat. Anggota akan
mendapat layanan potongan harga atau gratis terhadap biaya kesehatan yang
dikenakan tergantung dari kemampuan anggota.
Namun untuk mencegah adanya anggota yang tidak produktif dalam
menyetorkan hasil unggasnya, maka diperlukan ketentuan-ketentuan dalam
pemotongan harga biaya kesehatan. Lembaga dapat memutuskan untuk
mengabulkanklaim atau tidak ditinjau dari produktivitas anggota dan jenis
penyakit yang diderita.
Apabila penyakit yang diderita membutuhkan biaya yang sangat kecil dan
dapat dibayar anggota ditinjau dari kemampuan finansial anggota seperti flu kecil
atau masuk angin, maka lembaga dapat membuat pertimbangan untuk penggunaan
biaya asuransi.
Bagi anggota yang tidak memiliki klaim selama keanggotaan, anggota
tetap mendapatkan pelayanan kesehatan secara preventif dan promotif berupa
penyuluhan dan pemeriksaan gratis oleh lembaga kesehatan setempat dengan
kordinasi lembaga. Inilah yang membedakan asuransi ini dengan asuransi biasa.
Lembaga sebagai pihak asuransi harus melakukan kordinasi yang sangat
erat dengan lembaga kesehatan yang ada. Bentuk kordinasi ini berupa penyetoran
biaya pelayanan kesehatan dan pendataan. Bentuk pembiayaan yang akan
disetorkan dari asuransi kepada lembaga kesehatan terbagi menjadi dua: biaya
tetap dan biaya insidental.
Biaya tetap merupakan biaya bulanan yang akan diberikan lembaga
kepada lembaga kesehatan sebagai pembayaran pelayanan kesehatan preventif
dan promotif dan besarannya ditentukan atas kesepakatan lembaga kesehatan dan
lembaga. Sedangkan biaya insidental merupakan biaya yang diberikan lembaga
kepada lembaga kesehatan apabila anggota mengajukan klaim dan dirawat di
lembaga kesehatan yang bersangkutan. Dalam hal ini besarannya bergantung
dengan biaya perawatan yang dibutuhkan dan ketentuan-ketentuan asuransi yang
berlaku.

4.4 Efek dan Manfaat Sistem


Sistem ini memiliki manfaat dalam dua bidang yaitu:
1. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan, masyarakat tidak perlu menyisihkan dana untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Cukup dengan menjual ternak unggasnya,
baik telur, daging atau kotorannya kepada asuransi, masyarakat akan mendapatkan
pelayanan kesehatan. Jika warga tidak mengalami penyakit apapun, warga tidak
akan rugi karena masyarakat akan memperoleh layanan kesehatan berupa
penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan setempat. Selain itu, warga dapat
berkonsultasi untuk mendapatkan saran terkait masalah-masalah kesehatan.

2. Bidang Ekonomi
Secara ekonomi, pihak-pihak yang mengikuti asuransi ini akan
mendapatkan keuntungan.Bagi masyarakat asuransi ini akan menjadi alternatif
untuk menjual ternaknya dibandingkan menjualnya kepada tengkulak. Dengan
harga yang lebih terkontrol dan terjamin, asuransi ini akan memberikan
peningkatan pendapatan bagipara peternak unggas.Bagi perusahaan, mereka tidak
akan kesulitan untuk mencari stok daging, atau telur unggas. Perusahaan-
perusahaan seperti restoran, pabrik pupuk, akan selalu mencari stok untuk
menjalankan bisnis mereka.
Dengan adanya asuransi ini, nantinya pihak perusahaan dapat membeli
stok dari pihak asuransi.Selain itu, sistem asuransi ini memungkinkan pendirinya
untuk meperoleh profit. Dengan menjual kembali unggas tersebut kepada
perusahaan lain, maka memungkinkan pihak asuransi untuk memperoleh
keuntungan dari hasil penjualan. Sistem ini akan membantu terwujudnya desa
yang berkualitas, desa yang sehat dan sejahtera dengan unggas sebagai unggulan.

Seiring dengan kemajuan lembaga, pelayanan kesehatan yang akan


diterima anggota juga akan semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Dengan meningkatnya produktivitas lembaga dan anggota,
pengembangan mitra yang luas, dan peningkatan kualitas hasil unggas, maka
lembaga mampu membayar pelayanan kesehatan yang lebih intens dan
berkualitas.
Diharapkan setelahnya, sistem ini menyebar dan diterapkan di desa-desa
yang ada di Jawa Tengah. Saat seluruh warga dapat terbiasa dan menikmati sistem
ini, maka yang tercipta adalah peningkatan kualitas kesehatan dan ekonomi di
lingkungan pedesaan di Jawa tengah.

BAB V
PENUTUP

.1 Kesimpulan
1. Saat ini asuransi kesehatan terbatas hanya bisa dinikmati oleh masyarakat
yang keadaan perekonomiannya menengah keatas yang disebabkan oleh
tingginya harga premi untuk memperoleh layanan tersebut.
2. Melalui sistem asuransi ini nantinya masyarakat pedesaan dapat menikmati
asuransi jaminan kesehatan melalui pembayaran premi tidak langsung yang
dianggarkan melalui budidaya unggas.
3. Asuransi unggas merupakan sistem asuransi yang dibentuk bedasarkan
lembaga yang berkordinasi dengan beberapa pihak seperti lembaga kesehatan,
masyarakat dan pihak-pihak industri unggas.
4. Selain meningkatkan taraf kesehataan dengan pemerataan jaminan kesehatan,
nantinya diharapkan sistem ini dapat membantu meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat pedesaan melalui sistem budidaya unggas yang terorganisir.

.2 Saran
1. Sosialisasi yang masif terkait pengadaan asuransi berbasis unggas di
masyarakat pedesaan.
2. Dibentuk lembaga dengan kualitas dan kuantitas SDM yang memadai untuk
menjamin kelangsungan sistem.
3. Pemberdayaan masyarakat pedesaan sebagai penggerak sistem asuransi
unggas
4. Penerapan sistem akan lebih maksimal pada pedesaan yang telah memiliki
produksi unggas yang cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

x
1. Ali MM. Kemitraan dalam Hubungan Dokter-Pasien Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia; 2007.
2. BAJARI AH. ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BAGI PESERTA.
Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, Ilmu Administrasi; 2007
Desember.
3. Littik S. HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI
KESEHATAN DAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR. MKM. 2008 Juni; III.
4. Fakhriana M. meldafakhriana.blogspot.com. [Online].; 2014 [cited 2014 Juli
Senin. Available from: http://meldafakhrina.blogspot.com/2014/01/ilmu-
pangan-dasar-daging-dan unggas.html.
5. Statistik BP. Statistik Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2007.
6. Nataamijaya AG. PENGEMBANGAN POTENSI AYAM LOKA LUNTUK
MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI. Jurnal
Litbang Pertanian. 2010 Juni; IV.
7. ANANDRA AR. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-
FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA TERNAK AYAM RAS
PEDAGING DI KABUPATEN MAGELANG. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomi; 2010.
8. Suyono A. Asuransi Kesehatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1992. Jurnal Dinamika Hukum. 2009 September; IX.
9. Hidayat B. Menjembatani Penelitian dan Kebijakan Asuransi Kesehatan
Sosial: Bukti Empiris dari Data Indonesian Family Life Survey (IFLS).
Depok: Universitas Indonesia, Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan.
10. Hartono SR. Hukum Dagang, Asuransi, dan Hukum Asuransi di Indonesia
Semarang: IKIP Semarang Press; 1985.
11. Suyono A. Op cit. In Suyono A..; 2003. p. 89-90.
12. Tengah DKJ. Profil Kesehatan Provinsi Jjawa Tengah Semarang: Dinas
Kesehatan Jawa Tengah; 2012.
13. BBC Website. [Online].; 2014 [cited 2014 Juli Selasa. Available from:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/140113 bisnis sosial
klinik.shtml.
x

LAMPIRAN 1

Biodata Peserta

Ketua

Nama lengkap : Dzikri Rahman Bijak Muhammad


NIM : 21050113130188
Fakultas/Jurusan : Teknik/Jurusan Teknik Mesin
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 30 Juli 1995
Email : rdzikri@yahoo.co.id
No telp : 081567851032
Alamat : Jl. Sirojudin no 38, Tembalang Semarang

Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat :

1. Angkringan Eco Friendly


2. “Jurusan Anti-Korupsi Sebagai Upaya Pemberantasan Korupsi Dalam
Mewujudkan World Class Civic University”

Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih:

1. Lolos Hibah PKM 5 Bidang Dikti 2014

Anggota 1

Nama lengkap : Gary Sudrajat


NIM : 21050113130180
Fakultas/Jurusan : Teknik/ Teknik Mesin
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 7 Januari 1996
Email : sudrajat7@windowslive.com
No telp : 085719479360
Alamat : Blok F8 Tembalang Regency, Tembalang

Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat :

1. Rancang Bangun Mesin Press biji Jagung sebagai Upaya Pengembangan


UMKM di Desa Tajen Kabupaten Rembang

2. “Jurusan Anti-Korupsi Sebagai Upaya Pemberantasan Korupsi Dalam


Mewujudkan World Class Civic University”
Penghargaan-penghargaan yang pernah diraih:

1. Juara Favorit Diponegoro Entrepreuner Challenge

Anggota 2

Nama lengkap : Rigo Muhammad Herriza


NIM : 21050113120005
Fakultas/Jurusan : Teknik/Jurusan Teknik Mesin
Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 17 Agustus 1995
Email : rherriza@gmail.com
No telp : 089653823738
Alamat : Jalan Timoho Barat 2 Nomor 9 Tembalang

Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat:


1. Rancang Bangun Mesin Press biji Jagung sebagai Upaya Pengembangan
UMKM di Desa Tajen Kabupaten Rembang
2. Pemanfaatan Asap Cair (Bio-Oil) dan Batok Kelapa Berbasis Pirolisis
Sebagai Solusi Kebutuhan Energi Listrik Demi Kebutuhan Masyarakat
Indonesia
3. Perancangan Ecopazzle Cnt ( Carbon Nano Tech ) Praktisi Jerami Dan
Kerang Hijau Sebagai Biomaterial Nanofibers
4. Perancangan (Mini Green House) Solusi Inovatif Peningkatan Produksi
Dan Proteksi Tanaman Dengan Menggunakan Sistem Manual Plc

Penghargaan-penghargaan yang pernah diraih:


1. Juara Favorit Diponegoro Entrepreuner Challenge

LAMPIRAN 2

Foto kopi Kartu Mahasiswa yang Masih Berlaku

Dzikri Rahman Bijak


Gary Sudrajat

Rigo Muhammad Herriza

Anda mungkin juga menyukai