Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PERENCANAAN PROYEK INDUSTRI

“PENGOLAHAN PLANET BISKUIT ”


Dosen Pengampu : Endah Lestari

Disusun oleh:
Andre Wijaya Abenar (185100307111045)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cokelat berasal dari kata Xocolat yang merupakan kombinasi kata xocolli yang
artinya pahit dan alt yang artinya air. Suku Maya adalah suku pertama yang
menemukan rahasia cokelat pada tahun 250 M. Pada sekitar tahun 900M biji
cokelat menjadi komoditas utama penduduk Meso-Amerika. Tahun 1521 M,
Hernan Cortes mengambil alih Meksiko dan Spanyol dan mulai mendalami Cokelat.
Tidak lama kemudian, biji cokelat dan cokelat mulai merambah spanyol. Dalam
waktu 100 tahun, kecintaan kepada cokelat mewabah di seluruh Eropa. Budidaya
kakao di Indonesia bertahun-tahun setelah kemerdekaan telah mengalami
perkembangan. Tercatat pada tahun 2007 Indonesia merupakan produsen kakao
terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana di Afrika Barat
(Departemen Perindustrian, 2007). Namun sayangnya, kualitas kakao Indonesia
masih rendah di pasar internasional. Kakao Indonesia didominasi oleh biji-biji tanpa
fermentasi, biji dengan kadar kotoran tinggi serta terkontaminasi serangga, jamur
dan mikotoksin.
Biskuit merupakan salah satu produk makanan yang sangat digemari oleh
berbagai kalangan masyarakat. Biskuit memiliki tekstur yang renyah dan memiliki
beragam jenis, bentuk dan rasa yang membuat konsumen menyukai dan memilih
produk biskuit. Selain itu, biskuit dapat dikonsumsi oleh berbagai segmen umur,
mulai dari orang tua, dewasa, remaja, hingga anak-anak. Pasar biskuit di Indonesia
meningkat 5-8% pada 2012 dari 2011 didorong oleh peningkatan konsumsi oleh
masyarakat terutama masyarakat usia produktif (Saksono,2012). Pada tahun 2011
kapasitas produksi biskuit mencapai 373.832 ton/tahun yang kemudian meningkat
sebanyak 7% mencapai 400.000 ton/tahun pada tahun 2012 (Suratmo,2012).
Biskuit merupakan produk hasil pemanggangan campuran (adonan) yang terbuat
dari tepung terigu, gula, lemak, dan air, dengan penambahan emulsifier, bahan
pengembang, ragi, enzim, flavor, termasuk juga susu, coklat bubuk, buah kering
dan kacang-kacangan sehingga dihasilkan produk akhir yang mempunyai kadar air
tidak lebih dari 10% (Whiteley, 1971). Salah satu jenis biskuit yang banyak
digemari adalah cracker.Cracker adalah jenis biskuit yang berbentuk pipih, terbuat
dari adonan keras (hard dough), melalui proses fermentasi, dan rasanya asin-gurih
dan renyah, serta jika dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis. Cracker
merupakan biskuit banyak digemari masyarakat karena teksturnya yang renyah,
tersedia dalam berbagai bentuk dan rasa, memiliki umur simpan yang panjang (± 1
tahun), dan harganya relatif murah. Kebutuhan dan keinginan konsumen akan
makanan yang praktis seperti biskuit membuat permintaan pasar akan produk
biskuit terutama jenis cracker terus meningkat. Hal tersebut membuka peluang bagi
industri pangan untuk memperluas dan memungkinkan munculnya perusahaan
baru yang memproduksi biskuit, seperti cracker. Oleh karena itu, masih ada
peluang bagi industri pangan untuk mendirikan perusahaan cracker dengan
kapasitas tepung terigu 2.000 kg/hari.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pengembangan produk biskuit coklat yaitu untuk memanfaatkan
produk coklat khusunya di Kabupaten Malang dan Kota Batu yang mana memiliki
jumlah produksi melimpah sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari coklat
dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu diharapkan
juga produk biscuit coklat dapat diterima oleh pasar dan dapat diproduksi dalam
jumlah besar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Produk

2.1.1 Definisi Perancangan Produk

Desain produk adalah mengandung dan memberi bentuk pada barang dan jasa
yang memenuhi kebutuhan. Aktivitas perancangan produk dapat dianggap terdiri dari
beberapa keputusan penting. Karena keputusan desain produk tidak memetakan
dengan rapi ke salah satu disiplin akademis, subjek tersebut belum mengumpulkan
cukup perhatian di bidang mana pun untuk mengembangkan identitas akademisnya
secara keseluruhan. Penelitian ilmiah dalam desain produk sering dibudidayakan
dengan munculnya paradigma metodologis. Sementara beberapa paradigma
semacam itu sedang digunakan, beberapa lainnya menawarkan janji yang substansial
(Ulrich, 2011).

2.1.2 Tahapan Perancangan Produk

Perancangan untuk manufaktur meliputi dua aktivitas penting yaitu


perancangan dan pengembangan produk. Perancangan dan pengembangan produk
harus dilakukan secara matang, karena proses ini akan menentukan proses
selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang desainer
dalam perancangan dan pengembangan produk adalah sebagai berikut
mengidentifikasi kebutuhan konsumen, membuat spesifikasi produk, menganalisa
kompetensi produk di pasar, pengembangan konsep, penyempurnaan spesifikasi,
analisa secara ekonomi, dan juga merencanakan proyek (Dantes, 2013).

2.1.3 Hal- Hal Pertimbangan dalam Perancangan Produk

Konsumen memandang sebuah merek sebagai bagian yang penting dari


produk, dan pemberian merek dapat menambah nilai produk. oleh karena itu
perusahaan atau bisnis sangat penting untuk memperhatikan perihal produk iti.
Menciptakan Produk harus memeperhatikan aspek-aspek dari mutu kualitas dan
kuantitas yang memang dibutuhkan oleh konsumen sesuai kebutuhan mereka. Pada
dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjual untuk secara konsisten
menyampaikan serangkaian ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para pembeli.
Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas
( Nurdjanah, dkk, 2011).

2.2 Biskuit Coklat

2.2.1 Definisi Biskuit Coklat

Biskuit adalah salah satu produk pangan yang diolah menggunakan bahan
baku tepung terigu. Tetapi biskuit ini juga dapat dibuat dari tepung selain tepung terigu
seperti tepung pisang. Biskuit memiliki karakteristik yang dapat memberi kenikmatan
tersendiri bagi pembeli seperti tekstur dan tingkat kerenyahan biskuit.
(Nurdjanah.,dkk.2011).

2.2.2 Bahan-bahan Pembuatan Biskuit Coklat

Bahan dasar adonan biskuit adalah tepung gandum lembut, gula, lemak, dan
air. Mereka dicampur dengan bahan-bahan kecil lainnya (seperti baking powder, susu
skim, pengemulsi, dan sodium metabisulfit) untuk membentuk adonan yang
mengandung jaringan gluten yang berkembang dengan baik. Sifat dan jumlah bahan
dalam adonan menentukan kualitas biskuit. Beberapa peneliti telah menggambarkan
efek bahan utama dalam sistem adonan biskuit pada produk akhir ( Mamat dan Hill,
2018).

2.2.3 Proses Pembuatan Produk Biskuit Coklat

Pembuatan biskuit dilakukan dengan cara mencampur margarin, gula halus,


telur, kemudian diaduk dengan menggunakan mixer dalam waktu lima menit. Setelah
semua bahan tercampur tepung terigu , susu bubuk coklat dan baking powder
dimasukkan kedalam adonan tadi dan dicampur sampai homogen. Adonan yang sudah
homogen dipipihkan kurang lebih 0,5 cm, lalu dicetak. Kemudian diletakkan di atas
loyang yang sebelumnya telah diolesi margarin. Loyang berisi adonan dipanggang
dengan oven pada suhu 160 derajat celcius selama 40 menit ( Marsigit, dkk., 2017 ).

2.2.4 Bahan Pengemas Produk Biskuit Coklat


Kemasan memiliki peranan yang sangat penting dalam dalam pengawetan
bahan, karena dapat membantu dalam mencegah atau mengurangi terjadinya
kerusakan. Secara umum kemasan berfungsi untuk menempatakan suatu produk yang
memudahkan dalam penympanan, pengakutan dan pendistribusian pada pembeli.
Kemasan yang digunakan dalam produk biscuit coklat ialah kemasan kertas lilin, yang
dapat menjaga kualitas biscuit coklat (Pakri, 2015).

2.3 Deskripsi Perusahaan


PT. Biskuit Planet adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pangan.
PT. Planet Biskuti sendri berdiri sejak tahun 2020, sejak berdirinya hingga sekarang,
perusahaan kami masih terletak pada Jl. Karya Timur Gang 1 No 5F, Kota Malang,
Jawa Timur. Perusahaan kami memilih tempat tersebut dikarenakan akses jalan yang
mudah sehingga memudahkan dalam pendistribusian bahan baku dan juga produk
kami.
Adapun visi misi yang menjadi pedoman pandangan pada PT. Planet Biskuti.
Visi PT. Biskuit Planet yaitu menjadi perusahaan pembuat biskuit coklat pertama di
Indonesia yang menjadikan produknya dapat dikenal oleh negara luar terlebih neegara
asia. Misi dari PT. Planet Biskuit adalah untuk selalu menjaga kualitas rasa dari produk
kami, menjadikan kebutuhan pelanggan prioritas nomor satu, dan meningkatkan
kualitas rasa dan juga kemasan pada produk.
PT. Planet Biskuit sendiri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pangan. Fokus produksi dari PT. Planet Biskuit sendiri hingga saat ini masih pada
produk makan ringan yaitu produk biskuit coklat. Kapasitas produksi yang mampu
dibuat perusahaan ini dalam satu jam adalah 100 produk biskuit coklat.

2.4 Deskripsi Produk


PT. Planet Biskuit membuat suatu inovasi produk makan ringan yaitu sebuah biskuit
coklat dengan bentuk menyerupai bintang. Bahan-bahan yang digunakan dalam
proses pembuatannya hampir sama dengan proses pembuatan biskuit coklat pada
umumnya hanya saja kami memberikan bentuk yang berbeda agar lebih menarik bagi
mata pelanggan . Branding merk dari produk kami sendiri adalah BISKUIT ALL STAR
yang harapannya dengan branding merk seperti produk kami mampu terus menjaga
kualitas rasa pada produk kami dan dapat mudah diingat oleh masyarakat.
Biskuit coklat kami memiliki beberapa ciri khas fisik jika dibandingkan dengan
produk lain. Karena produk biskuit kami memiliki bentuk bintang dimana belum ada
produk biskuit yang berbentuk bintang. Selain itu cita rasa dari biskuit coklat buatan
kami memiliki karakteristik tersendiri yaitu rasa manis yang tidak terlalu berlebihan
sehingga tidak akan menimbulkan kadar gula berlebih dalam tubuh, dan juga rasa
yang renyah dengan susunan chocholate chip yang pas.

2.5 Gambar Produk


2.5.1 Tampak Atas

2.5.2 Tampak Bawah

2.5.3 Perspektif Burung


2.6 Kemasan
2.6.1 Gambar Kemasan
a) Kemasan Primer

b) Kemasan Sekunder
c) Kemasan Tersier
Deskripsi Kemasan
Kemasan yang digunakan di PT. Planet Biskuit teridiri dari tiga jenis kemasan.
Kemasan yang pertama ialah kemasan primer. Kemasan primer ini sendiri terbuat
dari plastik. Kemasan primer berukun 8 cm x 4 cm ini memiliki paduan warna
coklat tua dan coklat muda, juga pada bagian atas terdapat logo dari produk kami.
Menurut Endang (2010), kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan karena
sifatnya yang kuat, tetapi ringan, inert, tidak karatan, dan bersifat termoplastik
(heatseal) serta dapat diberi warna. Kemasan plastik juga mempunyai kelemahan
yaitu adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain dari plastik yang melakukan
migrasi ke dalam bahan makanan yang akan dikemas.
Kemasan yang kedua ialah kemasan sekunder. Pada kemasan sekunder
digunakan bahan berupa karton / kardus yang berukuran 4 cm x 25 cm x 12 cm.
Pada satu kemasan sekunder terdapat 18 buah kemasan primer didalamnya.
Menurut Yuyun dan Delli (2011), kemampuan wadah karton adalah lebih kuat dan
mampu untuk menahan cairan. Makanan mudah rusak seperti biskuit, keripik, kue
dan cake juga bisa menggunakan kemasan jenis karton agar tidak mudah rusak.
Kelemahan dari kertas kardus adalah beberapa jenis mudah menjadi lembap dan
kehilangan kekuatannya sehingga tinggi tumpukan harus dibatasi.
Kemasan yang ketiga ialah kemasan tersier. Pada kemasan tersier digunakan
bahan berupa karton / kardus yang berukuran 48 cm x 50 cm x 25 cm. Pada satu
kemasan tersier terdapat 8 buah kemasan sekunder didalamnya. Menurut Yuyun
dan Delli (2011), kemampuan wadah karton adalah lebih kuat dan mampu untuk
menahan cairan. Makanan mudah rusak seperti biskuit, keripik, kue dan cake juga
bisa menggunakan kemasan jenis karton agar tidak mudah rusak. Kelemahan dari
kertas kardus adalah beberapa jenis mudah menjadi lembap dan kehilangan
kekuatannya sehingga tinggi tumpukan harus dibatasi.
BAB III
PEMBUATAN PETA OPERASI DAN PETA PERAKITAN

3.1 Diagram Alir


Mentega Coklat Bubuk Tepung Terigu

Penimbangan Pencucian Skrap 1 % Penimbangan

Sentrifugasi Skrap 40 % Pemanggangan Skrap 1 % Pencucian Skrap 1 %

Skrap 1 %
Pendinginan Pendinginan Pengirisan

Pengoco kan Pemecahan Skrap 5 % Penggilingan Skrap 1 %

Pembekuan Pengempaan Pengayakan Skrap 5 %

Pencampuran Tepung Terigu, Coklat


Bubuk, Mentega + Coklat Pasta,
Gula, Perasa

Pemipihan

Pencetakan Skrap 5 %

Pengovenan

Pelumuran

Pendinginan

Biskuit Coklat

Pengemasan
Primer

Pemeriksaan
Biskuit

Pengemasan
Sekunder

Pengemasan
Tersier

Biskuit Coklat Dalam


Kemasan
3.2 Peta Proses Operasi
3.2.1 Waktu Operasi

 Tepung Terigu
1. Penimbangan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
=60/3000 x 40% x 253 = 2.024
2. Pencucian
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
=60/2000 x 40% x 253 = 3.036
3. Penirisan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/500 x 40% x 253 = 1.214
4. Penggilingan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/1000 x 40% x 253 = 6.072
5. Pengayakan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/1500 x 40% x 253 = 4.048

 Coklat Bubuk
1. Pencucian
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/2000 x 23% x 253 = 1.745
2. Pemanggangan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/3000 x 23% x 253 = 1.163
3. Pendinginan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/1000 x 23% x 253 = 3.491
4. Pemecahan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/3000 x 23% 253 = 1.168
5. Pengempaan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/2000 x 23% x 253 = 1.745

 Mentega
1. Penimbangan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/3000 x 15% x 253 = 0.759
2. Sentrifugasi
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/5000 x 15% x 253 = 0.455
3. Pendinginan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/1000 x 15% x 253 = 2.277
4. Pengocokan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/4000 x 15% x 253 = 0.569
5. Pembekuan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/2000 x 15% x 253 = 1.138

 Pembuatan Biskuit
1. Pencampuran 140,150,160, coklat pasta, gula dan perasa
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/4000 x 23% x 253 = 0.872
2. Pemipihan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/3000 x 23% x 253 = 1.163
3. Pencetakan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/3000 x 23% x 253 = 1.163
4. Pengovenan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/3000 x 23% x 253 = 1.163
5. Pelumuran
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/2000 x 23% x 253 = 1.745
6. Pendinginan
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
= 60/1000 x 23% x 253 = 3.491

 Pengemasan dan Pemeriksaan


1. Pengemasan Primer
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
=60/500 x 100% x 253 = 30.36
2. Pengemasan Biskuit
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
=60/500 x 100% x 253 = 30.36
3. Pengemasan Sekunder
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
=60/1500 x 100% x 253 = 10.12
4. Pengemasan Tersier =
60
Waktu Operasi = ( ) x %bahan x Kapasitas Produksi
KapasitasTeoritis
60/1500 x 100% x 253 = 10.12
3.2.2 Peta Proses Operasi
PETA PROSES OPERASI
Nama Objek : Biskuit Coklat
Dipetakan Oleh : Kelompok 53
Tanggal Pemetaan : 22 April 2020
No. Peta :1

Mentega Coklat Bubuk Tepung terigu

Penimbangan Pencucian Peimbangan


0,759' IO-2 1,745' O-5 Bak Pencucian 2 2,024' IO-1
Timbangan 2 Timbangan 1

0,455 Sentrifugasi 1,163' Pemanggangan 3,036' Penc ucian


IO-3 O-6 O-1
' Separator Rooster Bak Pencucian 1

Pendinginan 3,491' Pendinginan Penirisan


2,277' O-10 O-7 1,214' O-2 Rak Peniris
Rak Pendingin 2 Rak Pendingin 1

Pengoc okan 1,168'


Pemecahan Penggilingan
0,569' O-11 O-8 6.072' O-3
Mixer 1 Pod Beaker Mesin Penggiling

1,745' Pengempaan
Pembekuan O-9 Mesin Pengempa 4,048'
Pengayakan
1,138' O-11 O-4
Freezer Mesin Ayak

O-12 Pencampuran
0,872' Mixer 2

Pemipihan
1,163' O-12
Creeper

Pencetakan
O-13 Mesin Pencetak
1,163'

Pengovenan
1,163' IO-4
Oven

Pelumuran
1,745' O-14 Enrober

Pendinginan
3,491' O-15 Rak Pendingin 3

Pengemasan Primer
30,36' O-16 Ruang Pengemas 1

30,36' IO-5 Pemeriksaan Biskuit


RINGKASAN Ruang pemeriksaan 1
86,7 18
Pengemasan Sekunder
10,12' O-17
0 0 Ruang Pengemas 2

34,761 5 Pengemasan Tersier


10,12' O-18 Warehouse
1
Total 121,461 24
3.3 Peta Perakitan

PETA PERAKITAN
Nama Produk : Biskuit Coklat
Dipetakan Oleh : Kelompok 53
Tanggal Dipetakan : 22 April 2020
Nomor Peta :1

Tepung Terigu
140

Mentega
160 A-1

Air
150 Coklat Bubuk
O-1 Dicampur

O-2 dipipihkan

O-3 diecetak

O-4 Di oven

O-5 Dilumurkan

IO-1 Di dinginkan

O-7
Dikemas
Primer

I-1 Diperiksa

Dikemas
O-8
Sekunder

Dikemas
O-9
Tersier

Disimpan
BAB IV
STRUKTUR PERUSAHAAN
4.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagian penting dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Struktur organisasi berfungsi untuk mengetahui dan menjalankan system
manajemen, fungsi dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi juga penting untuk
menentukan kedudukan dan spesifikasi pekerjaan. Bentuk struktur organisasi
mempunyai 4 jenis yaitu organisasi lini, lini dan staff, fungsional, lini dan fungsional
(Badui, 2012). Struktur organisasi Planet Biscuit dapat dilihat dibawah ini merupakan
struktur organisasi perusahaan.
Struktur organisasi dari Planet Biscuit yaitu mempunyai bentuk struktur
organisasi lini dan staf. Bentuk organisasi ini berarti terdapat departemen lini kerja
dan staf. Departemen lini kerja dipimpin oleh seorang Kepala Manager yang
memegang department tersebut dan membawahi seorang staff di departemen
tersebut. Dalam setiap bentuk organisasi pasti terdapat kelebihan dan kelemahan.
Untuk bentuk lini dan staff terdapat beberapa kelemahan dan kelebihan. Keuntungan

CEO

Directur Utama

departemen departemen
departemen departemen
departemen HRD Infrastruktur &
keuangan Produksi pemasaran
logstic

Kadep Kadep Kadep Kadep Kadep

Staff staff staff staff staff

dari bentuk ini adalah ada pembagian tugas yang jelas, Kerjasama dan koordinasi
dapat dilaksanakan dengan jelas, Pengembangan bakat segenap anggota organisasi
terjamin, Staffing dilaksanakan sesuai prinsip the right man on the right place, Bentuk
organisasi ini fleksibel untuk diterapkan. Kelemahan bentuk organisasi ini adalah
Tugas pokok orang-orang sering dinomor duakan, Proses decesion makin berliku-
liku, Jika pertimbangan tidak terkontrol maka sering menimbulkan nepotism
spoilsystem patronage, Persaingan tidak sehat antara pejabat yang satu dengan
pejabat lainnya (Ariman, 2010)
No. Bagian Operasi Jumlah Jumlah
Operator Mesin Aktual
1. Penimbangan 3 3
2. Pencucian 5 5
3. Penirisan 3 3
4. Pengayakan 10 5
5. Pemanggangan 12 6
6. Pendinginan 3 3
7. Pemecahan 4 4
8. Pengempaan 2 2
9. Sentrifugasi 2 2
10. Pengocokan 2 2
11. Pembekuan 4 2
12. Pencampuran 4 2
Semua Bahan
13. Pemipihan 2 2
14. Pencetakan 4 2
15. Pengovenan 3 3
16. Pelumuran 4 2
17. Pengemasan 12 3

No. Nama Jabatan Jumlah Tenaga Kerja


1 CEO 1
2 Direktur Utama 1
3 Kepala Departemen 5
4 Staff 10
5 Satpam 3
6. Office Boy 4

4.2 Tata Letak


Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas merupakan cara pengaturan fasilitas-
fasilitas pabrik untuk menunjang kelancaran proses produksi. Tata letak pabrik ini
meliputi perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan
orang-orang yang bekerja pada masing-masing stasiun kerja. Jika disusun secara
baik, maka operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Tata letak fasilitas yang
baik dan sesuai dengan keadaan perusahaan merupakan salah satu faktor utama
untuk mengoptimalkan waktu dan biaya produksi. Tata letak departemen-
departemen yang kurang terencana dengan jarak perpindahan material yang
kurang baik menimbulkan sejumlah masalah seperti penurunan produksi dan
peningkatan biaya yang harus dikeluarkan. Dengan melakukan perancangan ulang
tata letak fasilitas diharapkan proses produksi menjadi lancar (Pailin, 2013).

Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Plant
layout atau facilities layout didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-
fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi,jarak material handling
dalam area produksi akan mempengaruhi lintasan dan waktu proses dari produksi.
Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut
menentukan efisiensi dan akan menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan
suatu industry (Pratiwi dkk, 2012).

Perhitungan Luas Lantai


4.2.1 Perhitungan Storage
● Jumlah kapasitas produksi = 0,253 kg
● Jumlah jam kerja/hari = 8 jam/hari
● Jumlah shift =2
● Jumlah hari kerja/minggu = 5 hari kerja/minggu
● Jumlah jam kerja/minggu = 8 jam x 2 shift x 5 hari/minggu = 80
jam
● Jumlah jam kerja/bulan = 80 jam x 4 minggu = 320 jam
● Jumlah kapasitas produksi/bulan = 0,253 kg x 320 jam = 80,96kg/bulan
● Asumsi tinggi tumpukan maksimal = 6 m = 600 cm
● Ukuran tinggi pallet = 15 cm
● Ukuran cooling unit (p x l x t) = 200 cm x 200 cm x 150 cm
(2000 L = 2000 kg)
● Ukuran karung (p x l x t) = 100 cm x 40 cm x 30 cm
(kapasitas 25 kg)
● Ukuran tangki (d x t) = 100 cm x 200 cm
(kapasitas 1200 L)
● Ukuran kardus = 40 cm x 30 cm x 20 cm
(kapasitas 15 kg)
● Ukuran kemasan primer = 4 x 4 x 0,5 cm3
● Ukuran kemasan sekunder = 25 x 12 x 4 cm3
● Ukuran kemasan tersier = 50 x 50 x 48 cm3

a. Perhitungan Bahan Baku


Tepung Terigu

 Jumlah yang diperhitungkan : 40% x 57,091 = 22,836


 Kebutuhan Komponen : 80 jam x 57,091 = 4567,28
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 cm – 15 cm / 30 cm = 19,5 cm
 Jumlah karung : 4567,28 / 25 kg = 182,68
 Banyak tumpukan : 182,68 / 19,5 = 9,368
 Luas lantai : 9,368 x 4000 = 37.472 cm2
= 3,7472 m2
Coklat Bubuk
 Jumlah yang diperhitungkan : 23% x 32,109 =7,385
 Kebutuhan komponen : 80 x 32,109 = 2568,72
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 cm – 15 cm / 30 cm = 19,5 cm
 Jumlah karung : 2568,72 / 19,5 = 131,72
 Banyak tumpukan : 131,72 / 19,5 = 6,754
 Luas lantai : 7,754 x 4000 = 31.016 cm2
=3, 1016 m2
Mentega

 Jumlah yang diperhitungkan : 15% x 25,296 = 3,794


 Kebutuhan komponen : 80 x 25,296 = 2.023,68
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 cm – 15 cm / 20 cm = 29,25 cm
 Jumlah kardus : 2.023,68 / 29,25 = 69,162
 Banyak tumpukan : 69,162 / 29,25 = 2,364
 Luas lantai : 2,364 x 1200 = 28,368 cm2
= 2.8368 m

b. Kemasan Primer
 Jumlah yang diperhitungkan : 253 / 0,1 = 2530
 Kebutuhan komponen : 80 x 2530 = 202.400
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 – 15 / 0,5 = 1.170
 Jumlah karung/kardus : 202.400 / 15 = 13.493
 Banyak tumpukan : 13.493 / 1.170 = 11,532 ≈ 12
 Luas lantai : 12 x 4 X 4 = 192 cm2
= 0,0192 m2
c. Kemasan Sekunder
 Jumlah yang diperhtingkan 253 / 0,1 = 2530
 Kebutuhan komponen : 80 x 2530 / 18 = 11.244
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 – 15 / 4 = 146
 Jumlah karung/kardus : 11.244 / 10 = 1.124
 Banyak tumpukan : 1.124 / 146 = 7,698 ≈ 8
 Luas lantai : 8 x 12 x 25 = 2400 cm2
= 0,24 m2

d. Kemasan Tersier
 Jumlah yang diperhitungkan : 253 / 0,1 = 2530
 Kebutuhan komponen 80 x 2530 / 8 = 25.300
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 - 15 / 48 = 12,187 ≈ 12
 Jumlah karung/kardus : 25.300 / 10 = 2530
 Banyak tumpukan : 2530 / 12 = 210.83 ≈ 210
 Luas lantai : 210 x 50 x 50 = 525000 cm2
= 40 m2

e. Selotip
 Asumsi Selotip : p x l x t = 20 x 15 x 10
: 1 kardus menampung 20 selotip
:1 selotiip untuk 5 kardus tersier
 Kebutuhan komponen : 25.300 / 5 = 5060
 Jumlah kardus : 5060 / 20 = 253
 Jumlah tumpukan maksimal : 600 – 15 / 10 = 58,5
 Banyak tumpukan : 253 / 58,5 = 4,324 ≈ 4
 Luas lantai : 4 x 20 x 15 = 1200 cm2
= 0,12 m2

Perhitungan
Luas Storage = Total Luas Lantai
= 62,5648 ≈ 63
4.2.2 Luas Warehouse
● Ukuran kemasan tersier = (p x l x t) cm3
= 50 x 50 x 48
= 120.000
● Kemasan tersier dihasilkan dalam 1 minggu = 25.300
● Jumlah tumpukan maksimal = 600 – 15 / 48 = 12, 187
● Banyak tumpukan = 25.300 / 1,187 = 2108
● Luas lantai = 2108 x 50 x 50 = 5.270.000 cm2
= 527 m2

4.2.3 Luas Receiving


Luas receiving < luas storage
Luas receiving = 30% x 63
=18,9 ≈ 19

4.2.4 Luas Shipping


Luas shipping < luas warehouse
Luas shipping = 70% x 527
= 368,9 ≈ 369
BAB V
PETA KERJA

5.1 Pembuatan Peta Inflow Outflow

Perhitungan untuk menemukan tabel FTC inflow dan outflow dilakukan


menggunakan rumus terpisah. Formula mereka berbeda satu sama lain. Penggunaan
rumus untuk menghitung FTC adalah sebagai berikut. Inflow FTC adalah koefisien
yang merupakan biaya dari pandangan FTC terhadap biaya yang masuk ke mesin.
FTC outflow adalah koefisien pada biaya pandangan FTC dari ongkos yang keluar dari
mesin. Berdasarkan rumus yang disebutkan di atas, perhitungan FTC untuk aliran
masuk dan keluar (Rastogi, 2010).

Cara pembuatan peta Inflow- outflow adalah membuat peta pada masing-
masing sel dibagi dua. Selain membuat peta dari ke inflow dapat juga membuat peta
dari ke outflow yaitu koefisien atas jarak pada peta dari ke dilihat dari jarak yang keluar
dari suatu mesin. Untuk menghitung peta dari ke outflow sebagai contoh gudang
bahan baku ke ruang (santy, 2011).

5.1.2 Kegunaan Peta Inflow – Outflow

Outflow - Inflow Chart adalah suatu diagram yang berfungsi untuk


menunjukkan koefisien ongkos dari setiap mesin terhadap mesin lainnya pada suatu
diagram. Pada digram ini juga digunakan untuk membuat tabel skala prioritas pada
diagram atau peta. Peta ini juga berguna untuk memberikan informasi mengenai biaya
material handling per meter dalam material (Qoryana dkk, 2014).

Peta Iflow dan Outflow memiliki fungsi atau kegunaa yang hampir sama atau
sejalan. Inflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang masuk dari suatu
departemen ke departemen lainnya. Outflow digunakan untuk mencari koefisien
ongkos yang keluar dari suatu departemen ke departemen lainnya (Nasution dan Hari,
2015).

5.1.3 Keuntungan Peta Inflow – Outflow


Keuntungan dari Outflow - Inflow Chart merupakan peta suatu diagram yang
dimanfaatkan untuk menunjukkan koefisien ongkos dari setiap mesin terhadap mesin
lainnya. Keuntungan lainnya yaitu peta ini dapat memberikan informasi mengenai
biaya material handling per meter. Data yang ditampilkan pada peta ini juga sangat
jelas (dalam luasan bangunan) (Qoryana dkk, 2014).

Terdapat beberapa keuntungan yang didapat oleh perusahaan jika menggunaan peta
atau diagram inflow – outflow . Keuntungan Menurut penelitian, sebagian besar biaya
produksi bersumber dari biaya permindahan material. Biaya pemindahan material
tergambar dalam perhitungan ongkos material handling.

5.2 Pembuatan Skala Prioritas

Skala prioritas diturunkan disintesis dengan mengalikannya dengan prioritas


simpul induk mereka dan menambahkan semua nodus tersebut. Skala prioritas
memungkinkan untuk menentukan urgensi item rencana pembelajaran. Skala prioritas
dapat digunakan untuk mata kuliah, kompetensi dan tujuan dalam rencana
pembelajaran. Skala prioritas relatif dari fasilitas, aset, kondisi, pemeliharaan dan hal-
hal lain, yang ditentukan oleh kekritisan relatif (Yuliant dkk, 2014).
Setiap pemimpin harus mempertahankan jadwal harian dan mingguan. Ini adalah
salah satu cara terbaik untuk menghindari waktu perampok dan perangkap aktivitas.
Ketika mengatur jadwal pastikan prioritas utama adalah yang pertama. Skala prioritas
adalah alat pengaturan prioritas yang sangat baik dan harus digunakan secara teratur
dalam menentukan prioritas seseorang. Prioritas membantu menjaga pemimpin atau
manajer sesuai jadwal, sehingga lebih mudah untuk mengatakan tidak ada permintaan
yang dapat menyebabkan perangkap Tabel Skala Prioritas (TSP) adalah suatu tabel
yang menggambarkan urutan prioritasantar departemen/mesin dalam suatu layout
produksi dimana urutan prioritas antar departemen tersebut merupakan letak
departemen optimal yang didapat dari hasil outflow dengan letak departemen
sebelumnya. Input TPS didapat dari perhitungan outflow, dimana prioritas diurutkan
berdasarkan harga koefisien ongkos outflow mulai dari nilai yang terbesar. Tujuan
pembuatan TSP adalah untuk meminimumkan ongkos, mengoptimalkan layout,
memperkecil jarak handling. Skala prioritas dibagi menjadi 4 nilai. Mereka kritis,
penting, nyaman, dan tidak ada atau tidak penting. Skala ini membantu pengguna
untuk menentukan prioritas pemulihan relatif terhadap seberapa parah gangguan akan
memengaruhi faktor-faktor strategis dan bisnis yang penting di berbagai fungsi yang
sangat berbeda (Corzine, 2013).

5. 3 Pembuatan Area Allocation Diagram (AAD)


Pada proses pada membuat AAD dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah ini. Pertama, membuat lebar tempat membutuhkan meja. Selanjutnya,
menggambar dan menyediakan dengan luas Template pembatasan tanda pada kertas
kosong berdasarkan skalanya. Kemudian memotong area Template. Mengatur daerah
Template sedemikian rupa berdasarkan Diagram Hubungan Aktifitas dan akan
menghasilkan Diagram Tempat Alokasi. Pertimbangkan lagi Tempatkan Diagram
Alokasi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya memasukkan. Gambar terakhir di
Area Diagram Alokasi adalah mengatur dan menggabungkan seperti yang diinginkan.
Kemudian menarik barang dan bentuk aliran orang (Zaharuddin, 2016).
Area Allocation Diagram berfungsi memberikan layout secara goobal yang
menggambarkan hubungan kedekatan antar departemen dengan skala ukuran luas
lantai yang sebenarnya. Maka dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas
harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan juga sebaliknya. Sehingga dapa
dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata
letak aktivitas tersebut (Zaharuddin, 2016).
Untuk memperoleh keberhasilan sesuai dengan tujuan dan arah yang ingin
dicapai oleh suatu usaha produksi, maka diperlukan suatu perencanaan yang benar-
benar harus dipersiapkan dan dirancang dengan matang dan baiksehingga nantinya
akan dapat menunjang pencapaian tujuan produksi. Salah satu perencanaan yang
harus diperhatikan adalah mengenai perencanaan tata letak dan penempatan tempat
usaha yang bersangkutan. Hal ini penting, karena suatu perusahaan yang tidak
memperhitungkan bagaimana sebaiknya penataan dan penempatan tempat usaha
dan produksi yang baik maka akan berpengaruh pada kegiatan perusahaan itu
nantinya. (Zaharuddin, 2016).

Peta Area Allocation Diagram (AAD)

RUANG KADEP RUANG RUANG


RUANG RUANG RUANG
DEPARTEMEN KADEP KADEP
RUAN DIREKTU KADEP KADEP
LOGISTIK DAN DEPARTEME DEPARTEME
G CEO R DEPARTEME DEPARTEME
INFRASTRUKTU N N
UTAMA N HRD N PRODUKSI
R PEMASARAN KEUANGAN
RUANG STAFF
RUANG RUANG RUANG
LOGISTIK DAN RUANG
TOILET STAFF STAFF STAFF
INFRASTRUKTU STAFF HRD
PEMASARAN PRODUKSI KEUANGAN
R

PARKI
REC STO KPS TBG2 XMR2 XMR1
R

RUANG DAYA
PARKI
WHS MXR5 MXR3 BPC3 BPC2 TBG1 (GENERATOR
R
)

SHP RPM2 RPM1 BPC1 PSU RPS1

CMX2 MGL2 RPD2 MXR4 CMX1 MGL1 IMPAL

LYG CTK PRB MPR PDF MAK1 TOILET

RUANG
IMPAL TBG4 CMP TBG3 EVP VCP
OFFICE BOY

TOILET PRS RPD1 TGR BRB

KANTIN

MUSOL RUANG
TAMAN PARKIR
A SATPAM

Layout
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Biskuit merupakan salah satu produk makanan yang sangat digemari oleh
berbagai kalangan masyarakat. Biskuit memiliki tekstur yang renyah dan memiliki
beragam jenis, bentuk dan rasa yang membuat konsumen menyukai dan memilih
produk biskuit. Selain itu, biskuit dapat dikonsumsi oleh berbagai segmen umur, mulai
dari orang tua, dewasa, remaja, hingga anak-anak. PT. Planet Biskuit sendiri adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang pangan. Fokus produksi dari PT. Planet
Biskuit sendiri hingga saat ini masih pada produk makan ringan yaitu produk biskuit
coklat. Kapasitas produksi yang mampu dibuat perusahaan ini dalam satu jam adalah
100 produk biskuit coklat. PT Planet Biskuit menyediakan biscuit dalam bentuk bintang
agar mudah diterima oleh masyarakat dan menjadi ciri khas tersendiri untuk menarik
minat masyarakat. Kemasan yang disediakan terdiri dari kemasan primer, sekunder
dan tersier. Struktur organisasi dari Planet Biscuit yaitu mempunyai bentuk struktur
organisasi lini dan staf. Bentuk organisasi ini berarti terdapat departemen lini kerja dan
staf. Departemen lini kerja dipimpin oleh seorang Kepala Manager yang memegang
department tersebut dan membawahi seorang staff di departemen tersebut,. Proses
yang dilakukan terdiri dari 17 macam proses. Dengan mesin yang berbeda beda agar
mendapat kualitas dan kuantitas yang maksimal.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada perencanaan proyek ini yaitu sebaiknya dilakukan
proses pengkajian secara lebih mendalam baik pada proses, spesifikasi bahan, dan lain-lan.
Selain itu diperlukan penunjang data yang lebih lengkap serta beberapa pertimbangan supaya
proyek dapat dijalankan sesuai dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariman, W. 2010. Strutural Organisasi Perusahaan. PT Elex Media Komputindo.


Jakarta
Badui,T 2012. Panduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah. PT
Elex Media Komputindo. Jakarta
Corzine, S. 2013. Operational and Business Continuity Planning for Prolonged
Airport Disruptions. Airport Cooperative Research Program. New York City
Dantes, K.R. 2013. Kajian Awal Pengembangan Produk Dengan Menggunakan
Metode QFD (Quality Function Deployment) (Studi Kasus Pada Tang Jepit
Jaw Locking Pliers). Jurnal Sains dan Teknologi. Hal 173-177
Mamat, H and Hill, S, E. 2018. Structural and functional properties of major
ingredients of biscuit. International Food Research Journal. 25(2): 462-471
Marsigit, W., Bonodikun., dan Lortina, S. 2017. PENGARUH PENAMBAHAN
BAKING POWDER DAN AIR TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORIS DAN
SIFAT FISIK BISKUIT MOCAF. Jurnal Agroindustri. 7 (1) : 1 - 10
Nurdjanah, S., Nanti, M., dan Dwi, I. 2011. KARAKTERISTIK BISKUIT COKLAT DARI
CAMPURAN TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana colla) DAN TEPUNG
TERIGU PADABERBAGAI TINGKAT SUBSTITUSI. Jurnal Teknologi Industri
dan Hasil Pertanian. 16 (1) : 51 - 62
Pakri, M.R., Nurul, F.L.A., and Salasiah, C.L. 2015. Reengineering Local Knowledge.
Malaysia : Penerbit Universiti Sains Malaysia
Qoriyana, Farieza. 2014. Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada
CV. Visa Insan Madani.Jurnal Online Institut Teknologi Nasional 1(3): 1- 15
Rastogi, M.K. 2010. Production and Operation Management. Laxmi
Publication. New Delhi
Santy, S. 2011. Usulan Perbaikan Tata Letak Produksi Keripik Kentang Di Industri
Kecil Menengah Bencok 26. Jurnal Teknik Industri 1(3):11-12
Ulrich, K.T. 2011. Design Is Everything?. Journal Prod Innov Manag. Vol 28. 394-398
Endang N. 2010. Keamanan Pangan Dalam Kemasan Plastik. Jakarta: Penebar
Swadaya
Yuyun A dan Delli G. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Zaharuddin, H. 2016. A To Z Entrepreneur In Practice: Business Feasibility Study.
Dian Anugerah Prakasa. Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai