Anda di halaman 1dari 2

Name : Ayu Sartika

NPM : 2120031
Class : 2B
Essay Taxt
Topic : Pendidikan Di Indonesia

Krisis Pendidikan Karakter Di Indonesia

Akhir-akhir ini banyak berita tentang penyimpangan-penyimpangan yang


dilakukan oleh pelajar. Dengan akses internet yang mudah, saat ini kita dapat melihat
permasalahan yang terjadi pada pelajar di Indonesia. Kemajuan IPTEK saat ini justru
berbanding terbalik dengan moral generasi yang semakin terdegradasi seiring perkembangan
zaman. Tak hanya pada generasi millenial, kerusakan moral saat ini sudah sampai pada tahap
yang sangat memprihatinkan. Melalui internet, beberapa tahun bahkan beberapa bulan
belakangan ini, kita banyak melihat banyak kasus seperti bullying oleh pelajar SD, SMP,
bahkan SMA, kasus pemerkosaan oleh pelajar, hamil di luar nikah, narkoba, tawuran, tidak
sopan, tidak bisa saling menghargai dan lain-lainnya. Tidak hanya pelajar, perilaku-perilaku
menyimpang juga dilakukan oleh para elite politik yang kabarnya telah terjerat kasus korupsi,
perzinahan, dan lain sebagainya.

Sebelum membahas lebih jauh lagi, mari kita perjelas mengenai pendidikan
karakter. Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1
mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana
tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus
guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.

Adapun lima nilai karakter utama yang menjadi prioritas pengembangan Penguatan
Pendidikan Karakter, seperti: Nilai Karakter Religius, nilai ini mencerminkan ketakwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan selalu giat dan ikhlas
dalam beribadah. Nilai Karakter Nasionalis, nilai ini merupakan cara berpikir, bersikap dan
memberikan perbuatan yang baik terhadap bangsa, seperti dengan menempatkan kepentingan
bangsa diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya. Nilai Karakter Integritas, nilai yang
menunjukkan perilaku seorang individu yang dapat dipercaya dalam hal apapun. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan selalu berperilaku jujur dalam setiap hal yang kita lakukan. Nilai
Karakter Mandiri, nilai yang ditunjukkan dari sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada
orang lain, seperti contohnya dengan melakukkan pekerjaannya sendiri tanpa harus selalu
mendapat bantuan dari orang lain. Nilai Karakter Gotong Royong, nilai ini mencerminkan
tindakan kerja sama dan bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, seperti
dengan mengikuti kerja bakti dan aktif dalam organisasi. Sebenarnya, pendidikan karakter
khas Indonesia sudah tertanam dalam Pancasila. Lima sila dasar negara ini memiliki makna
yang dalam untuk menciptakan karakter bangsa.

Dalam hal ini peran keluarga, peran sekolah, peran guru, peran pemerintah, media
massa dan lingkungan sangat penting dalam pembentukkan karakter. Sosialisasi utama
seorang anak adalah keluarganya. Dengan keluarga yang menerapkan atau menanamkan
karakter yang baik, maka akan membentuk karakter anak yang baik. Pengawasan orang tua
kepada anak di era modern seperti sekarang ini juga sangat penting dan harus intens karena
hadirnya gadget. Dengan gadget ini, banyak yang dapat diakses seorang anak yang jika tidak
ada filter dalam pengawasan dan pembekalan nilai-nilai akhlak yang baik, gadget ini akan
membentuk karakter negatif kepada seorang individu. Ketika memasuki sekolah, lingkungan
pun juga ikut berperan dalam pembentukan karakter ini, terutama guru. Guru juga merupakan
orang tua yang ada di sekolah dan sangat berpengaruh perannya dalam pembentukan karakter
individu. Namun, seringkali, guru secara perlahan mematikan karakter baik yang ada dalam
diri individu. Seringkali guru mematikan kepercayaan diri seorang anak, lebih melihat hasil
akhir atau nilai dalam ujian atau PR sebagai indikator dari kecerdasan tanpa menghargai
proses yang dilakukan individu dan juga kurangnya menanamkan nilai-nilai karakter yang
ada dalam pancasila. Pancasila hanya diajarkan sebagai hafalan dan tidak dimaknai dan
diimplementasikan dengan baik. Akibatnya dari hal kecil ini, menimbulkan bibit-bibit
koruptor, mudah berbohong, dan sebagainya. Tayangan-tayangan di televisi pun juga
berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Disini juga pemerintah harus berperan dalam
mengadakan acara atau tontonan televisi yang baik dan mendidik untuk anak. Pemerintah
juga harus menjadi contoh dan tokoh yang berkarakter baik dan bermoral untuk rakyatnya.
Semua aspek saling berkaitan dan berperan penting, seperti yang dikatakan oleh Talcott
Parsons tentang teori Fungsionalisme, bahwa semua memiliki peran dan saling
mempengaruhi.

Sayangnya, arus globalisasi yang deras ini, belum mampu dibentengi dengan
pendidikan karakter yang baik dan cenderung diabaikan. Oleh sebab itu, perlu adanya
kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk masa depan
bangsa yang baik. Pendidikan memang penting untuk terciptanya kecerdasan. Namun
kecerdasan tanpa karakter atau akhlak yang baik, maka kecerdasan itu akan sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai