Chapter II 2
Chapter II 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa
dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu protozoa dari genus
dijumpai.
Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam
yang intermiten, anemia sekunder dan splenomegali. Gejala didahului oleh keluhan
diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan ini sering
terjadi pada P.vivax dan P.ovale, sedangkan P.falciparum dan P.malariae keluhan
Pada malaria tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan schizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Gejala klasik
malaria biasanya terdiri atas 3 (tiga) stadium yang berurutan, yaitu (Depkes, 2005):
Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan
lemah, sianosis, kulit kering, pucat, kadang muntah. Periode ini berlangsung antara
Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas
badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, dapat terjadi syok (tekanan darah
turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari
jam. Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut tidak dapat dijadikan rujukan
Plasmodium.
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan
lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak dan
ibu hamil. Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
yang berlebihan. eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time) dan
(Mansjoer, 2001).
kronik. Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan
terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen
Siklus ini berlangsung di dalam sel hati. Jumlah merosoit yang dikeluarkan
merosoit, P. vivax lebih dari 10.000, P. ovale 15.000 merosoit. Di dalam sel darah
merah membelah, sampai sel darah merah tersebut pecah. Setiap merosoit dapat
menghasilakn 20.000 sporosoit. Pada P. vivax dan P. ovale ada yang ditemukan
dalam bentuk laten di dalam sel hati dan disebut hipnosoit sebagai suatu fase dari
siklus hidup parasit yang dapat menyebabkan penyakit kumat/kambuh (long term
relapse). Bentuk hipnosoit dari P. vivax bisa hidup sebagai dormant stage sampai
beberapa tahun. Sejauh ini diketahui bahwa P. vivax dapat kambuh berkali-kali
sampai jangka waktu 3–4 tahun, sedangkan P.ovale sampai bertahun-tahun, bila
pengobatan tidak adekuat. P. falciparum dapat persisten selama 1–2 tahun dan P.
penyakit bagi vektor malaria. Beberapa parasit tidak mengulangi siklus seksual, tetapi
berkembang menjadi gametosit jantan dan gametosit betina. Gametosit pada P.vivax
dan P.ovale timbul 2–3 hari sesudah terjadi parasitemia, P. falciparum 6–14 hari dan
2. Vektor Malaria
Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies diantaranya telah
transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies Anopheles yang
menjadi vektor penting. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-
untuk pertumbuhan telur nyamuk . Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses
penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang bervariasi yaitu:
Tempat tinggal manusia dan ternak merupakan tempat yang paling disenangi
oleh Anopheles. Ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi gigitan
nyamuk pada manusia (cattle barrier), apabila kandang hewan tersebut diletakkan di
luar rumah tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah (Depkes, 2003).
3. Faktor Manusia
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies (2006),
manusia menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit dalam jumlah
yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap darah manusia tersebut dan
imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah
risiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap
kesehatan ibu dan anak. Faktor-faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi
terjadinya malaria, dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons
4. Faktor Lingkungan
Harijanto (2000) ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu :
1) Lingkungan fisik
transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada
suhu 26,7°C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P.falciparum dan 8-11
a. Suhu
optimum berkisar antara 20 – 30°C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin
pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah
untuk memungkinkan hidup nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk
jadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
c. Hujan
terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras
hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan
d. Angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan
ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Kecepatan angin pada
saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam
e. Ketinggian
Ketinggian yang semakin naik maka secara umum malaria berkurang, hal ini
diatas permukaan laut jarang ada transmisi malaria, hal ini dapat mengalami
perubahan bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El-Nino. Di pegunungan Irian
Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria.
f. Sinar matahari
A. sundaicus lebih suka tempat yang teduh. A.hyrcanus dan A.pinctulatus lebih
menyukai tempat yang terbuka. A.barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh
g. Arus air
A.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir
lambat, sedangkan A. minimus menyukai aliran air yang deras dan A.letifer menyukai
air tergenang.
2) Lingkungan biologik
melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan
larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan
mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau
dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak
3) Lingkungan kimiawi
nyamuk, seperti A. sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya
vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk.
memiliki sikap kurang 2,7 kali dibandingkan masyarakat yang memiliki sikap baik
Masyarakat dengan kebiasaan bekerja di luar rumah malam hari mempunyai risiko
merupakan gold standard dan menjadi pemeriksaan terpenting yang tidak boleh
dilupakan. Interpretasi yang didapat dari hasil pemeriksaan darah tepi adalah jenis
preparat darah tepi atau pada daerah yang sulit dijangkau dan keadaan darurat yang
perlu diagnosis segera. Teknik yang digunakan untuk deteksi antigen adalah
Test (RDT). Alat ini dapat mendeteksi antigen dari P. falciparum dan non falciparum
Istilah relaps telah digunakan secara luas dalam dunia kedokteran yang
berarti kambuh atau adanya serangan ulang dari suatu penyakit setelah serangan
pertama hilang atau sembuh. Istilah ini juga digunakan untuk penyakit malaria,
1) Rekrudesensi (relaps jangka pendek), yang timbul karena parasit dalam darah
(daur eritrosit) menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu
eksoeitrosit (yang dormant, hipnozoit) dari hati masuk dalam darah dan menjadi
banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah
1) Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk ke dalam
peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati
tetapi beberapa di fagositosis. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian sporozoit yang
menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses
ini dianggap sebagai timbulnya relaps jangka panjang (long term relaps) atau
rekurens ( recurrence).
eksoeritrosit sekunder. Parasit dapat tetap berada di dalam darah selama berbulan-
bulan atau bahkan sampai beberapa tahun dan menimbulkan gejala berulang dari
dan dikenal dengan istilah rekrudesensi (short term relapse). Pada malaria
falciparum, rekrudesensi dapat terjadi dalam kurun waktu 28 hari dari serangan
awal dan ini mungkin menunjukkan adanya suatu resistensi terhadap chloroquine.
dari hospes yaitu dengan adanya reaksi radang, hal tersebut bergantung pada derajat
tersebut. Respon imun terhadap malaria bersifat spesies spesifik, seseorang yang
imun terhadap P.vivax akan terserang penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh
skizogoni fase eritrosit dan mengurangi gejala klinis. Karena merasa sudah sehat
penderita berhenti minum obat sebelum seluruh dosis obat habis. Kebiasaan lain
adalah penderita berbagi obat dengan penderita lain sehingga dosis yang diharapkan
tidak tercapai. Ini mengakibatkan relaps jangka pendek. Pada kasus P. vivax dan
P. ovale dapat terjadi pengaktifan kembali dari hipnozoit di hati dan menyebabkan
endemis adalah adanya reinfeksi atau infeksi ulang yang terjadi segera setelah
Masalah malaria menjadi semakin sulit untuk diatasi dan diperkirakan akan
kesakitan dapat berlangsung berulang kali dan menyebabkan kelemahan fisik bagi
penderitanya. Kerugian semakin terasa bila kelompok usia produktif yang terkena,
hari produktif dari seseorang yang menderita malaria. Bila seorang pekerja terkena
malaria, paling tidak dia akan kehilangan hari kerja 3 sampai 5 hari. Bila nilai hari
produktif diubah dengan hitungan kerugian dalam bentuk uang, maka seorang yang
biasanya memperoleh penghasilan Rp25.000 per hari, saat menderita malaria akan
Belum lagi kalau diperhitungkan dengan biaya pengobatan dan jumlah serangan
malaria dapat mencapai 11% sampai dengan 49% dari Pendapatan Asli Daerah
Pada dimensi jangka panjangnya, ternyata akibat malaria tidak kalah hebat. Ia
4. Pencegahan
terjadinya relaps adalah dengan mencegah infeksi awal terutama bila berada di
daerah endemis malaria. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan
baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari,
memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu
rumah yang tidak dipasang kawat kasa 5,2 kali lebih besar dibandingkan dengan
rumah yang dipasang kawat kasa. Masyarakat dengan kebiasaan tidak menggunakan
repellent malam hari kemungkinan risiko 3,2 kali dibandingkan masyarakat dengan
risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu
secara kontinu.
Penderita malaria diberikan obat anti malaria yang sesuai dengan dosis dan
aturan yang tepat. Seluruh kasus yang telah di konfirmasi dengan pemeriksaan
radikal dapat membunuh semua stadium parasit yang ada dalam tubuh manusia dan
1. Umur
Penyakit malaria pada umumnya dapat menyerang semua golongan umur, dan
anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria. Namun bayi di daerah
penyebaran malaria pada berbagai kelompok umur, yaitu : P. vivax lebih banyak
dijumpai pada kelompok umur muda, kemudian diikuti oleh P. malaria dan P.
2. Jenis Kelamin
malaria pada laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain pekerjaan, pendidikan, migrasi penduduk dan kekebalan (Depkes RI, 1999).
imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah
3. Pendidikan
watak yaitu nilai dan sikap disertai dengan kemampuan dalam bentuk kecerdasan,
informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi suatu informasi atau
menunjukkan bahwa kejadian malaria sebagian besar terjadi pada kelompok umur
15–49 tahun (36,4%), menyerang lebih banyak laki-laki (56,8%), dan terbanyak
berpendidikan rendah (97%) serta terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
4. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja
derajat keterpaparan tersebut serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan juga akan
berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada
Hal ini sesuai dengan penelitian Piyarat (1986) yang menyatakan bahwa orang
Dibuktikan juga oleh hasil penelitian Budarja (2001) bahwa ada hubungan
yang bermakna antara jenis pekerjaan (berkebun, nelayan dan buruh yang bekerja
dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya tersedianya
sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan non-fisik yang menyangkut perilaku
kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
berikut:
makan dengan menu seimbang, melakukan kegiatan fisik secara teratur dan cukup,
tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba, istirahat
yang cukup, mengatasi atau mengendalikan stres dan memelihara gaya hidup positif
untuk kesehatan.
Perilaku sakit adalah bentuk tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Faktor pencetus perilaku sakit adalah
faktor persepsi dipengaruhi oleh medis dan sosial budaya, intensitas gejala
(menghilang atau terus menetap gejala), motivasi individu untuk mengatasi gejala
Orang sakit yang kondisinya lemah perlu bantuan orang lain, keluarga dan
lingkungannya. Jika penyakit itu membutuhkan ketrampilan khusus maka bantuan ini
dapat dimintakan dari dokter, perawat, petugas kesehatan lainnya, dukun dan sinse.
Untuk mencapai kesembuhan maka harus minum obat sesuai dengan anjuran dokter,
dokter, ekonomi keluarga yang sulit, sosial budaya masyarakat dan minimnya
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini
1) Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
terlihat secara langsung oleh orang lain seperti berfikir, tanggapan atau sikap
batin, dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat
mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya
ke puskesmas untuk diimunisasi. Dari contoh tersebut tampak bahwa ibu telah
2) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnya pada contoh diatas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Oleh karena perilaku mereka ini sudah
dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom dalam
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
(knowledge)
2) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi yang diberikan (attitude)
3) Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si
subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang
telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh
lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap stimulus atau objek tadi. Namun
tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain
tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan yang terjadi setelah orang melakukan
indera manusia yang sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak
senang, setuju dan tidak setuju, baik dan tidak baik). Menurut Newcomb dalam
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, belum merupakan suatu tindakan atau
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
antara lain:
1) Menerima (Receiving)
yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
2) Merespon (Responding)
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu
lain untuk menggunakan kelambu pada malam hari agar terhindar dari gigitan
adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko,
adalah merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seseorang mau menjadi
kader malaria desa secara sukarela, meski mendapat tantangan dari keluarganya.
3. Tindakan (Practice)
Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Agar
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, dukungan (support) pihak
lain dan lain-lain. Praktek atau tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yakni:
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat
memilih jenis obat malaria yang tepat untuk pengobatan penyakit malaria.
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat
menggunakan obat malaria dengan benar, mulai dari dosis yang dianjurkan,
3) Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4) Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga perilaku sehat.
Mantra (1997), membedakan perilaku individu atas 3 jenis, yaitu, perilaku ideal
Bentuk perilaku ideal yang berkaitan dengan kejadian malaria pada individu
a. Malam hari berada di dalam rumah dan bila keluar rumah selalu memakai
obat anti nyamuk oles (repellent) atau mengenakan pakaian yang tertutup
b. Menggunakan obat anti nyamuk atau kelambu waktu tidur malam hari
timah, gupi, mujair) pada mata air, saluran irigasi tersier, sawah, anak sungai
yang dangkal, rawa-rawa pantai dan tambak ikan yang tidak terpelihara
Perilaku sekarang adalah perilaku yang dilakukan saat ini yang dapat
diidentifikasi melalui observasi langsung atau wawancara baik langsung atau tidak
langsung. Perilaku ini bisa sesuai atau bertentangan dengan perilaku ideal atau
adanya manusia yang rentan terhadap infeksi malaria serta keadaan lingkungan yang
mendukung berkembang biaknya vektor, keadaan iklim terutama suhu dan curah
hujan dan kontak antara manusia dan vektor. Ada beberapa faktor risiko yang
jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya,
diketahui karena akan mempengaruhi risiko terpapar oleh sumber penyakit malaria
1) Faktor predisposisi adalah ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga
status ekonomi keluarga dan akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang
ada. Dalam Notoatmodjo (1993), dikatakan bahwa faktor pendukung ini termasuk
terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
Berdasarkan beberapa kajian teori dan data yang tersedia, maka kerangka
Karakteristik Penderita
Malaria
1. Umur
2. Jenis
Kelamin
3. Pendidikan
Perilaku Penderita
Malaria Kejadian Malaria
1. Pengetahua 1. Relaps
n 2. Tidak Relaps
2. Sikap
Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Dalam
Rumah
2. Lingkungan Luar
Rumah