Anda di halaman 1dari 19

HAND OUT

PEMBUKUAN TUNGGAL DAN BERPASANGAN


AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH

Untuk Kelas TAHUN AJARAN


2021/2022
XI SMK / MAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya
sehingga Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah untuk siswa/i kelas XI
Akuntansi SMK ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Bahan Ajar ini disusun dengan tujuan agar siswa/i dapat mencapai kompetensi dasar
yang telah ditentukan yaitu memahami pembukuan tunggal, dan pembukuan berpasangan
untuk akuntansi keuangan pemerintah daerah. Bahan Ajar ini memaparkan secara singkat dan
jelas materi pembelajaran serta dilengkapi pula dengan evaluasi yang akan mendukung
ketercapaian kompetensi dasar sesuai dengan yang diharapkan.

Penyusun meyakini bahwa dalam pembuatan Bahan Ajar ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang relevan dan membangun guna
penyempurnaan bahan ajar ini di masa yang akan datang. Semoga bahan ajar ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi siswa/i kelas XI Akuntansi SMK . Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Jombang, 20 April 2021

Tim Penyusun
I. KOMPETENSI INTI

KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,


operasi dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan
Kaeuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim
dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan
standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

II. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Menganalisis pembukuan tunggal dan 3.1.1. Menguraikan Definisi, karakteristik dan syarat-
pembukuan berpasangan untuk akuntansi syarat akuntansi keuangan pemerintahan
keuangan pemerintah daerah 3.1.2. Menganalisis teknik pencatatan akuntansi
keuangan pemerintah daerah
3.1.3. Merumuskan sistem pencatatan pembukuan
tunggal dan berpasangan akuntansi keuangan
pemerintah daerah
4.1 Menerapkan pembukuan tunggal dan 4.1.1. Menunjukan pembukuan tunggal dan
pembukuan berpasangan untuk akuntansi berpasangan akuntansi keuangan pemerintah
keuangan pemerintah daerah daerah
4.1.2. Mempraktekkan kegiatan pembukuan tunggal
dan pembukuan berpasangan akuntansi
keuangan pemerintah daerah
III. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Setelah mengamati media dari guru, peserta didik mampu menguraikan Definisi,
karakteristik dan syarat-syarat akuntansi keuangan pemerintahan dengan benar.
2. Peserta didik mampu menganalisis teknik pencatatan akuntansi keuangan
pemerintah daerah dengan benar, setelah membaca handout yang dibagikan guru
dan studi literasi dengan benar.
3. Setelah guru menjelaskan dan berdiskusi peserta didik diharapkan dapat
merumuskan sistem pencatatan pembukuan tunggal dan berpasangan akuntansi
keuangan pemerintah daerah dengan benar .
4. Setelah berdiskusi dengan kelompok peserta didik diharapkan mampu menujukkan
pembukuan tunggal dan berpasangan akuntansi keuangan pemerintah daerah
dengan benar.
5. Setelah mengerjakan contoh soal yang diberikan guru diharapkan peserta didik
mampu mempraktekkan kegiatan pembukuan tunggal dan pembukuan berpasangan
akuntansi keuangan pemerintah daerah dengan benar.

IV. PETA KONSEP

AKUNTANSI
KEUANGAN
PEMERINTAH
DAERAH

DEFINISI, SISTEM
KARAKTERISTIK AKUNTANSI
DAN SYARAT KEUANGAN

PEMBUKUAN PEMBUKUAN
TUNGGAL / SINGLE BERPASANGAN /
ENTY DOUBLE ENTRY
V. MATERI PEMBELAJARAN

A. Definisi, karakteristik dan syarat-syarat akuntansi pemerintah


1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan Menurut Para Ahli

Revrisond Baswir (2000:7)

Menurut Revrisond Baswir, Akuntansi


Pemerintahan (termasuk akuntansi untuk
lembaga non- profit pada umumnya)
adalah bidang akuntansi yang berkaitan
antara lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga yang bertujuan untuk tidak mencari laba. Walaupun suatu lembaga
pemerintah senantiasa berukuran besar, tetapi sebagaimana dalam perusahaan hal
tersebut tergolong ke dalam lembaga mikro.

Bachtiar Arif dkk (2002:3)

Menurut Bachtiar Arif dkk, Akuntansi pemerintahan sebagai suatu aktivitas pemberian
jasa untuk menyediakan suatu informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses
pencatatan, pengklaifikasian, penafsiran atas informasi keuangan serta pengikhtisaran
suatu transaksi keuangan pemerintah tersebut.

Abdul Halim (2002:143)

Menurut Abdul Halim, Akuntansi Pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam
rangka menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari entitas
pemerintah sebagai pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang
berkepentingan atas berbagai alternatif arah suatu tindakan.

2. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan


Akuntansi Pemerintahan mempunyai karakteristik tersendiri bila dibandingkan
dengan akuntansi bisnis. Berdasarkan tujuan pemerintah tersebut, Bachtiar Arif, Muclis,
Iskandar (2002:7) mengungkapkan beberapa karaktristik akuntansi pemerintahan yaitu
sebagai berikut:
 Pemerintah membukukan anggaran ketika anggaran tersebut dibukukan.
 Pemerintah tidak berorientasi pada laba sehingga dalam akuntansi pemerintah tidak ada
laporan laba (income statement) dan treatment akuntansi yang berkaitan dengannya.
 Dalam akuntansi pemerintahan dimungkinkan mempergunakan lebih dari satu jenis
dana.
 Akuntansi pemerintahanan bersifat kaku karena sangat bergantung pada peraturan
perundang-undangan.
 Akuntansi pemerintahan akan membukukan pengeluaran modal.
 Akuntansi pemerintahan tidak mengenal perkiraan modal dan laba yang ditahan dalam
neraca.

Karakteritik lainnya
a) Tidak Berorientasi Laba artinya Pencatatan dalam akuntansi pemerintah tidak terdiri
dari laporan laba (income statement) dan perlakuan sesuai hakikat akuntansi yang
terkait dengan hal itu.
b) Kepemilikan Pemerintah Bersifat Kolektif Sesuai Konstituen, artinya Kepemilikan
seperti jenis modal dalam akuntansi oleh pemerintah tidak bisa direalisasikan dalam
bentuk kepemilikan modal yang dapat dialihkan kepada siapapun.
c) Kontribusi Keuangan Tidak Terkait Secara Langsung dengan Pelayanan (Jasa)
Pemerintah artinya, pembayar pajak kemungkinan besar bukan merupakan pihak
penerima layanan terbesar dari pemerintah di negara mana pun karena pengenaan pajak
biasanya didasarkan pada kekayaan/kenikmatan yang dikonsumsi oleh pembayar pajak
sehingga kaum menengah ke atas biasanya memberikan subsidi kepada kaum bawah.
d) Keputusan Kebijakan dan Operasional Dibuat Oleh Lembaga Perwakilan di Negara-
Negara Penganut Demokrasi Indonesia
e) Keputusan atau kebijakan wajib dibuat secara terbuka

3. Syarat – Syarat Pemerintahan


Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintahan sesuai dengan
karakteristik dan tujuan untuk memenuhi akuntabilitas keuangan negara yang memadai.
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau sering disebut dengan “PBB” mengeluarkan suatu
pedoman untuk akuntansi pemerintahan (A Manual Governmental Accounting) yang bisa
diringkas seperti dibawah ini (dalam Bahctiar Arif dkk, 2002:9) :
a. Dikaitkan dengan klasifikasi anggaran
Sistem Akuntansi Pemerintah harus dikembangkan sesuai dengan klasifikasi anggaran
yang sudah disetujui pemerintah dan lembaga legislatif. Fungsi anggaran dan akuntansi
harus saling melengkapi dalam pengelolaan keuangan negara serta harus diintegrasikan.

b. Dapat memenuhi persyaratan UUD, UU, dan Peraturan lain.


Akuntansi pemerintahan dirancang sebagai persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh
Undang Undang Dasar, Undang-Undang, dan Peraturan lain. Jika terdapat dua pilihan yaitu
untuk kepentingan efisiensi dan ekonomis di satu sisi, sedangkan disisi lain hal tersebut
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, Undang-Undang atau Peraturan lainnya, jadi
akuntansi tersebut harus disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar, Undang-Undang dan
Peraturan lainnya.

c. Perkiraan-perkiraan yang harus diselenggarakan


Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-perkiraan untuk mencatat
transaksi uang terjadi. Perkiraan-perkiraan yang dibuat harus bisa menunjukkan
akuntabilitas keuangan negara yang handal dari sisi

d. Sistem akuntansi harus terus dikembangkan


Dengan adanya perubahan lingkungan dan sifat transaksi, sistem akuntansi pemerintahan
harus terus disesuaikan dan dikembangkan sehingga tercapai hal yang efisiensi, efektivitas
dan relevansi.

e. Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur negara


Sistem akuntansi pemerintah yang dikembangkan harus memungkinkan aparat
pemeriksaan untuk menjalankan tugasnya.

f. Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif


Sistem akuntansi pemerintahan harus mengembangkan perkiraan-perkiraan secara efektif
sehubungan dengan sifat dan perubahan lingkungan sehingga bisa mengungkapkan hasil
ekonomi dan keuangan dari pelaksanaan suatu program.
g. Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan guna
pengembangan rencana dan program.
Sistem akuntansi pemerintahan harus dikembangkan untuk para pengguna informasi
keuangan, yaitu pemerintah, lembaga dodnor, rakyat (lembaga legislatif), Bank Dunia, dan
lain sebagainya.

h. Pengadaan suatu perkiraan


Perkiraan yang dibuat harus memungkinkan analisis ekonomi atas data keuangan dan
mereklasifikasi transaksi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka
pengembangan perkiraan-perkiraan nasional.

4. Dasar Peraturan
No Peraturan Tentang

1 PP No 71/2010 Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

2 PMK No 238/ 2011 Pedoman Umum Sistim Akuntansi Pemerintahan

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis


3 Permendagri No 64/2013
Akrual pada Pemerintah Daerah

B. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


1. Teknik pencatatan akuntansi keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian integral dari manajemen
anggaran publik yang mencerminkan rangkaian perhitungan anggaran dan pendapatan
(belanja) pemerintah negara yang meliputi penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan
pengawasan (evaluasi) pendayagunaan keuangan. Menurut Mardiasmo (2016:150) bahwa
teknik-teknik akuntansi keuangan daerah terdiri dari beberapa hal, sebagai berikut :

1.1. Akuntansi Anggaran


Akuntansi anggaran yaitu teknik menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan
jumlah aktual secara berpasangan (double entry). Akuntansi anggaran merupakan praktek
akuntansi yang banyak digunakan organisasi sektor publik, khususnya mencatat dan
menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Tujuan
utama sistem ini adalah untuk menekankan anggaran dalam siklus perencanaan,
pengendalian dan akuntabilitas. Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran
adalah bahwa anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi apabila terdapat varians (selisih). Salah satu kelemahan teknik akuntansi
anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks.
Akan lebih mudah dan lebih komperhensip apabila
akun-akun yang ada menunjukkan pendapatan dan biaya
aktual dan anggaran menunjukkan pendapatan dan biaya
yang di anggarkan.

1.2. Akuntansi Komitmen


Menurut Mardiasmo (2009:151) mengatakan bahwa akuntansi komitmen adalah
sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan.
Akuntansi komiten dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atas akuntansi
akrual. Akuntansi komiten terkadang hanya menjadi subsistem dari akuntansi utama yang
dipakai organisasi. Tujuan utama akuntansi komiten adalah untuk pengendalian anggaran.
Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, manajer perlu mengetahui seberapa besar
anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order yang
dikeluarkan.

1.3. Akuntansi Dana


Mardiasmo (2009:153) mengatakan terdapat dua jenis dana yang digunakan dalam
organisasi sektor publik, yaitu:
1. Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
2. Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendable fund)
Dana yang tidak dapat dibelanjakan yakni digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang,
perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak
bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan
(governmental funds). Sedangkan dana yang tidak dapat dibelanjakan ini digunakan untuk
mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari
laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis (proprietary funds).

1.4. Akuntansi Kas


Mardiasmo (2009:154) mengatakan bahwa:
“Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan pengeluaran
dicatat ketikas kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran
yang aktual, riil dan objektif”.
Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan (revenue)
bukan sebagai utang. Untuk mengkoreksi hal tersebut, kebanyakan sistem akuntansi kas
tidak mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan utang yang timbul sebelum terjadi
transaksi kas. Namun demikian, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan
bahwa pada setiap waktu, obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order
pembelian yang dikeluarkan tidak dampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya
adalah saldo yang tercatat akan dicatat lebih (overstead). Hal tersebut dapat menyebabkan
pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending).

1.5. Akuntansi Akrual


Akuntansi akrual dianggap lebih baik dari akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis
akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih
akurat, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan
politik. Pengaplikasian accrual basis dalam sektor publik pada dasarnya adalah untuk
menentukan cost of services, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan
kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor
swasta yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap
pendapatan (proper matching cost againts revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada
sektor swasta lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profir oriented),
sedangkan dalam sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik
(public service orinted).

Perbedaan antara akuntansi kas dengan akuntansi akrual menurut Mardiasmo (2009:155)
dapat dilihat sebagai berikut:

Cash Basis Penerimaan Kas – Pengeluaran Kas = Perubahan Kas

Accrual Basis Pendapatan (income) – Biaya-biaya = Rugi/Laba


Penerimaan kas selama satu periode akuntansi – saldo awal
Pendapatan
piutang + saldo akhir piutang

Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – saldo


Biaya
awal utang + saldo akhir utang

karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat diperoleh
(earned) atau terjadi (incurred) tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau
dikeluarkan.

2. Sistem pencatatan akuntansi keuangan daerah


a. Pencatatan single entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal
atau tata buku saja. Dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali (tunggal atau tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat
bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat
berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. Di Pemerintah Daerah selama
hampir 3 dekade, pencatatan ini dipraktikan, contohnya dalam Buku Kas Umum (BKU).
Berikut contoh buku single entry :
Sistem pencatatan single entry atau tata buku ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu
sederhana dan mudah dipahami. Namun sistem ini memiliki kelemahan, antara lain yaitu
kurang bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan penyusunan pelaporan keuangan),
sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit di kontrol. Oleh
karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat
mengatasi kelemahan di atas. Sistem ini disebut dengan sistem pencatan double entry.
Sistem pencatatan double entry inilah yang sering disebut dengan akuntansi

b. Pencatatan double entry


Sistem pencatatan double entry juga sering disebut sistem tata buku berpasangan.
Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi akan dicatat secara berpasangan
(double = berpasangan, entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan
istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan Kredit. Sisi Debit ada di
sebelah kiri, sedangkan sisi Kredit ada di sebelah kanan.
Sistem pencatatan double entry disebut juga sistem tata buku berpasangan dan
merupakan cikal bakal ilmu akuntansi yang dicetuskan Luca Pacioli dalam artikelnya
yang berjudul “Summa Arithmatica Geometri Proertiontent Proportionalita”. Menurut
sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat sebanyak dua kali
sehingga membentuk suatu perkiraan dalam dua sisi berlawanan yaitu sisi debet dan
kredit secara berpasangan. Dalam melakukan pencatatan, setiap pencatatan harus
menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi
merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar akuntansi
tersebut berbentuk sebagai berikut :

AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN

Suatu transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debet
sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang
sama dilakukan untuk belanja.
Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana dan pendapatan. Apabila
suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan di
sisi kredit, sedangkan jika transaksi mengakibatkan berkurangnya utang, maka
pencatatan dilakukan di sisi debet. Hal serupa dilakukan untuk ekuitas dana dan
pendapatan. Cara melakukan sistem double entry atau menjurnal ini adalah dengan
mencatat sisi debet tepat di sisi kiri dan mencatat sisi kredit agak menjorok ke kanan kira-
kira 1-2 cm.
Dengan digunakannya double entry accounting maka setiap transaksi yang terjadi akan
tercatat pada akun yang tepat, karena masing-masing penyeimbang berfungsi sebagai
media cross check. Selain ketepatan dalam pencatatan akun, double entry penting juga
memiliki kemampuan untuk mencatat transaksi dalam jumlah nominal yang akurat,
karena jumlah sisi debet harus sama dengan jumlah sisi kredit.
Kelebihan : Perhitungan lebih akurat karena menunjukkan semua saldo akun, kecil
kemungkinan terjadi keslahan pencatatan kecil karena debit kredit selalu sama kecuali
human error
Kekurangan : proses pembukuan yang rumit debit kredit harus balance, membutuhkan
sumber daya manusia tambahan serta biaya untuk melakukannya karena tidak semua
orang dapat melakukkannya dan, perlu pemeruiksaan berkala untuk menghindari human
error,

c. Pencatatan triple entry


Terakhir adalah sistem pencatatan triple entry, dalam sistem ini pelaksanaan
pencatatan menggunakan pencatatan double entry, tetapi ditambah pencatatan pada buku
anggaran. Jadi, pada saat pencatatan double entry dilakukan, PPK SKPD ataupun bagian
keuangan/SKPKD juga melakukan pencatatan transaksi pada buku anggaran, sehingga
pencatatan ini berimbas pada sisa anggaran.

VI. CONTOH SOAL

SOAL :

Buatlah pembukuan tunggal dan berpasangan atas transaksi berikut :

1. Pada tanggal 2/2/2011 menerima pemabayaran pajak sebesar Rp. 1.500.000


2. Pada tanggal 3/2/2011 menerima pembayarn pajak reklame sebesar Rp. 1.000.000
3. Pada tanggal 15/2/2011 melakukan belanja pakaian dinas sebesar Rp. 1000.000
JAWABAN:

Pembukuan Tunggal

Tanggal/ Penerimaan Pengeluaran


No No. Bukti Uraian
Bulan Rp Rp
1 2 3 4 5 6
1 2/2/2011 3 Pajak Restoran 1.500.000
2 3/2/2011 Pajak Reklame 1.000.000
3 15/2/2011 4 Belanja Pakaian 1.000.000
Dinas
Jumlah bulan Februari 2011 2.500.000 1.000.000
Jumlah s/d bulan Januari 2011 - -
Jumlah S/d bulan Februari 2011 1.000.000
2.500.000
Sisa kas 28 Februari 2011 1.500.000

Pembukuan Berpasangan

Tanggal Kode Rekening Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp

1 2 3 4 5 6

1/2/2011 xxxx121 Piutang 2.500.000

xxxx41xxx Pajak Restoran 1.500.000

xxxx41xxx Pajak Reklame 1.000.000

2/2/2011 xxxx111 Kas Daerah 1.500.000

xxxx121 Piutang 1.500.000

10/2/2011 xxxx52212x Beban Pakaian Dinas 1.000.000

xxxx211 Hutang Lancar 1.000.000

22/2/2011 xxxx211 Hutang Lancar 1.000.000

xxxx111 Kas di Bendahara 1.000.000


Pengeluaran
RANGKUMAN

1. Akuntansi Pemerintahan (termasuk akuntansi untuk lembaga non- profit pada


umumnya) adalah bidang akuntansi yang berkaitan antara lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga yang bertujuan untuk tidak mencari laba. Walaupun suatu lembaga
pemerintah senantiasa berukuran besar, tetapi sebagaimana dalam perusahaan hal
tersebut tergolong ke dalam lembaga mikro.
2. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintahan sesuai dengan
karakteristik dan tujuan untuk memenuhi akuntabilitas keuangan negara yang memadai.
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau sering disebut dengan “PBB” mengeluarkan suatu
pedoman untuk akuntansi pemerintahan (A Manual Governmental Accounting) yang
bisa diringkas seperti dibawah ini (dalam Bahctiar Arif dkk, 2002:9) :
a. Dikaitkan dengan klasifikasi anggaran
b. Dapat memenuhi persyaratan UUD, UU, dan Peraturan lain.
c. Perkiraan-perkiraan yang harus diselenggarakan
d. Sistem akuntansi harus terus dikembangkan
e. Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur negara
f. Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif
g. Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan guna
h. Pengadaan suatu perkiraan
3. Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian integral dari manajemen anggaran
publik yang mencerminkan rangkaian perhitungan anggaran dan pendapatan (belanja)
pemerintah negara yang meliputi penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan
pengawasan (evaluasi) pendayagunaan keuangan. Menurut Mardiasmo (2016:150)
bahwa teknik-teknik akuntansi keuangan daerah terdiri dari beberapa hal, sebagai
berikut :
1. Akuntansi Anggaran
2. Akuntansi Komitmen
3. Akuntansi Dana
4. Akuntansi Kas
5. Akuntansi Akrual
4. Sistem pencatatan akuntansi keuangan daerah, yaitu :
a. Pencatatan single entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau
tata buku saja. Dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali (tunggal atau tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat
bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat
berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.
b. Pencatatan double entry
Sistem pencatatan double entry juga sering disebut sistem tata buku berpasangan.
Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi akan dicatat secara berpasangan
(double = berpasangan, entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan
istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan Kredit. Sisi Debit ada di
sebelah kiri, sedangkan sisi Kredit ada di sebelah kanan.
c. Pencatatan triple entry
Terakhir adalah sistem pencatatan triple entry, dalam sistem ini pelaksanaan pencatatan
menggunakan pencatatan double entry, tetapi ditambah pencatatan pada buku anggaran.
Jadi, pada saat pencatatan double entry dilakukan, PPK SKPD ataupun bagian
keuangan/SKPKD juga melakukan pencatatan transaksi pada buku anggaran, sehingga
pencatatan ini berimbas pada sisa anggaran.
Daftar Pustaka

Margono.2017.Modul Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta: Pusdiklat Kekayaan Negara dan


Perimbangan Keuangan.
Tim Penyusun Modul. Praktikum Akuntansi Lembaga/Instansi Pemerintah.Surakarta: Putra
Nugraha

Anda mungkin juga menyukai