Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Teguh Nugraha

NIM : 180711089

Semester :6C

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu : Agil Putra Tri Kartika, S.Kep., M.Kep., Ners

JAWABAN UTS

Nomor 1

 Immediate and timely ( segera dan tepat waktu )


 Adequate and accurate assement ( assessment yang memadai dan akurat ) karena jika
assesement tidak akurat maka bisa fatal bagi pasien
 Assement based decisions ( keputusan berdasarkan penugasan )
 Interventions according to acuity ( intervensi menurut keadaan yang sesuai pada
pasien
 Patient satisfaction ( kepuasaan pasien ) saat perawat memberikan respon time pada
saat penanganan maka itu bisa membuat kepuasaan pasien tersendiri
 Complete documentations ( dokumetasi yang lengkap )

Nomor 2.

Indicator kerja di igd

 Respon times (Response time (waktu tanggap) adalah waktu yang dibutuhkan
 pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan
 kegawatdaruratan penyakitnya sejak memasuki IGD (Depkes, 2004).
 Response time merupakan faktor penentu dalam mencapai indikator
 hasil yaitu kelangsungan hidup pasien )
 Kematian yang dapat di cegah
 Waktu yang di berikan untuk memeberikan tatalaksana yang vital
 Waktu untuk sampai ke ruang operasi

Nomor 3.

 Primary survey mengatur pendekatan ke pasien sehingga ancaman kehidupan segera


dapat secara cepat diidentifikasi dan terganggulangi dengan efektif. Primary survey
berdasarkan standar ABC (A: airway/jalan napas, B: Breathing/pernafasan, dan C:
Circulation/sirkulasi) dan ditambahkan dengan DE (D: Disability/kesadaran dan E:
exposure/paparan).
 Airway/jalan napas
1. Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Benda asing seperti
darah, muntahan, permen, gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga dapat disebabkan
oleh lidah atau edema karena trauma jaringan.
2. Jika pasien tidak sadar, selalui curigai adanya fraktur spinal servikal dan jangan
melakukan hiperekstensi leher sampai spinal dipastikan tidak ada kerusakan.
3. Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan napas.

 Breathing/pernapasan
1. Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi untuk ekspansi
bilateral pada dada.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau tidak adanya
bunyi nafas.
3. Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan pasien dengan
suatu alat oksigenasi yang sesuai

 Circulation/Sirkulasi
1. Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama dan ritmenya
dan mengkaji warna kulit.
2. Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompenssasi dada tertutup.
3. Kaji tekanan darah

 Disability (Neurologic Evaluation)


Yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda tanda lateralisasi
dan tingkat (level) cedera spinal.

 Exposure
Pasien harus membuka keselurhan pakaian yang digunakan

Nomor 4.

Nasopharingeal airway (NPA), karena pada kasus pasien tersebut mengalami jejas di bagian
leher dan dagu sehingga tidak bisa dilakukan teknik basic airway dan oropharingeal airway
(melalui mulut) oleh karena itu teknik ini adalah yang paling tepat yaitu memasukan selang
sebagai alat bantu nafas melalui hidung

Nomor 5.

Dalam kasus ini tindakan yang di lakukan yaitu dengan melakukan tindakan sunction , karena
pada kasus ini terdapat suara nafas tambahan gurgling dan frekuensi napas 28x/mnt.
Peningkatan tekanan inspirasi puncak dapat mengidentifikasi adanya penyempitan jalan nafas
dan juga menunjukkan kebutuhan untuk di lakukan sunction
Nomor 6.

Tindakan yang harus di lakukan yaitu

 Assessment triage : atypical chest pain


 Chest pain protocol
Protocol neri dada adalah nyeri dada sugestif angina atau angina ekuvalen dengan
ekg 12 lead awal non – daignostik untuk miokardial iskemia dan infark miokard
akut tetapi memiliki faktor resiko akut

 Chest pain protocol


Petugas kesehatan bisa mengeklusikan kondisi berikut sebelum menempatkan
pasien pada protocol nyeri dada
a) < 25 tahun
b) Terdapat penyakit penyerta lainnya yang memerlukan perawatan
c) Myocarditis/pericarditis berdasarkan juga hasil EKG, Troponin dan riwayat
medis
d) Penyakit katup (Aortic Stenosis) dan Hypertrophic Myocardiopathy
berdasarkan tanda-tanda fisik dan murmur
e) Diseksi aorta berdasarkan riwayat (hipertensi, Sindrom Marfan),
pemeriksaan fisik (tekanan darah, denyut), rontgen dada (mediastinum
yang melebar)
f) Emboli paru berdasarkan riwayat (kondisi predisposisi), pemeriksaan fisik
(trombosis vena dalam, takikardia, dyspnoea), EKG, analisis gas darah, D-
dimer, dan tes lainnya

 Chest pain protocol


Pedoman
a) Rekam ECG 12-lead dan periksa Troponin T pada interval ini
b) 0 jam (waktu pertama 12 lead ECG dan Troponin T dilakukan di Area
Perawatan Kritis)
c) 3 jam dari waktu masuk IGD (EKG 12-lead saja; tes darah Troponin T
tidak dilakukan lagi)
d) 6 jam dari waktu pendaftaran gawat darurat

 Di pulangkan apabila
a) Non-diabetes
b) Tidak ada riwayat coronary artery disease dan usia ≤ 50 tahun
c) Riwayat atypical, nyeri berhubungan dengan gerak tubuh
d) Nyeri tekan terlokalisasi

Anda mungkin juga menyukai