Anda di halaman 1dari 373

KUMPULAN PERATURAN

JABATAN FUNGSIONAL
APOTEKER '
EUMPULAN PERATURAN
lABATAN FUNGSIONAL
APOTEEER

DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN Rl
TAHUN 2009
KATAPENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga revisi dan
penyusunan kembali "Peraturan Jabatan Fungsional Apoteker" telah
dapat dtseiesaikan.

Perkembangan ilmu pelayanan kefarmasian yang sangat cepat,


tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang lebih balk dan
perkembangan tata kelola instansi kesehatan pemerintah daerah secara
tegas mendorong perlunya dilakukan revisi terhadap Peraturan Jabatan
Fungsional Apoteker yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
tenaga kefarmasian yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan.

Kepada Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara(Kem.


PAN),Badan Kepegawaian Negara(BKN)dan Himpunan Seminat Farmasi
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (HISFARSI) dan pihak lain yang terkait
diucapkan terima kasih atas partisipasinya sehingga pelaksanaan kegiatan
ini dapat berjalan dengan semestinya.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang


berkepentingan dalam penyelenggaraan Jabatan Fungsional Apoteker.

Jakarta, Mei 2009


Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
SekrjE

Dra. Meinarwati, Apt., M.Kes


NIP1957b6201986032001
DAFTARISI
Hal

Kata Pengantar

Daftarisi ii '-v

Tim Penyusun vi

Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparaturNegara Nomor


PER/07/M.PAN/4/2008 1

BAB I Ketentuan Umum 6

BAB II Rumpun Jabatan, Instansi Pembina, Kedudukan,dan


Tugas Pokok 8

BAB III Unsur dan Sub Unsur Kegiatan 9

BAB IV Jenjang Jabatan Dan Pangkat 11

BAB V Rincian Kegiatan Dan Unsur Yang Dinilai 13

BAB VI Penilaian Dan Pentapan Angkat Kredit 25

BAB VII Pengangkatan Dalam Jabatan Apoteker 32

BAB VIII Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali,


Dan Pemberhentian Dari Jabatan Apoteker 36

BAB IX Ketentuan Peralihan 39

BAB X Ketentuan Penutup 39

Lampiran I Rincian Kegiatan Jabatan Fungsional Apoteker Dan


Angka Kreditnya 41
Lampiran II Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal Untuk
Pengangkatan Dan Kenaikan Jenjang/Pangkat
Jabatan Fungsional Apoteker 54

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan


Kepegawaian Negara Nomor: 1113/MENKES/PB/XI1/2008 Nomor
26Tahun2008 55

BAB I Ketentuan Umum 60

BAB II Usul Penilaian Dan Penetapan Angka Kredit 63

BAB III Tim Penilai 67

BAB IV Kenaikan Jabatan/Pangkat 73

BABV Pengangkatan, Pembebasan Sementara, Dan


Pemberhentian Dalam Dan Dari Jabatan 78

BAB VI Pengangkatan Kembali Dalam Jabatan 84

BAB VII Ketentuan Lain-Lain 86

BAB VIII Ketentuan Penutup 88

Lampiran I.A Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan


Apoteker Pertama 91

Lampiran LB Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan


Apoteker Muda 98

Lampiran I.C Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan


Apoteker Madya 106

Lampiran I.D Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan


Apoteker Utama 114

III
Lampiran il Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pekerjaan
Kefarmasian 120

Lampiran ill Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pengem-


bangan Profesi 121

Lampiran IV Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penunjang


TugasApoteker 122

Lampiran V Surat Pernyataan Telah Mengikuti Pendidikan Dan


Pelatihan Apoteker 123

Lampiran VI PentapanAngka Kredit 124

Lampiran VII Keputusan Tentang Pengangkatan Pertama Kali


DalamJabatan Apoteker 125

Lampiran VIII Keputusan Perpindahan Dari Jabatan Lain Kedalam


Jabatan Apoteker 126

Lampiran IX Surat Peringatan Apoteker 127

Lampiran X Keputusan Tentang Pembebasan Sementara Dari


Jabatan Apoteker 128

Lampiran XI Keputusan Tentang Pemberhentian Dari Jabatan


Apoteker 129

Lampiran XII Keputusan Tentang Pengangkatan Kembali Dalam


Jabatan Apoteker 131

Peraturan Menteri Kesehatan R J. Nomor 377/MENKES/PERA//20Q9 133

BAB I Ketentuan Umum 138

BAB II Ruang Lingkup PetunjukTeknis Jabatan Fungsional


Apoteker 149

iv
BAB III TugasPokokDan Jenjang Jabatan/PangkatApoteker 149

BAB IV Rincian Kegiatan Yang Dinilai Dalam Jabatan


Fungsional Apoteker 150

BABV Unsur Kegiatan 161

BAB VI Tim Penilai 165

BAB VII Tata Cara Pembinaan Dalam Jabatan Fungsional


Apoteker 173

BAB VIII Tata Kerja Dan Tata Cara Penilaian 176

BAB IX Perhitungan Dan PenetapanAngka Kredit 177

BAB X Rincian Kegiatan Jabatan Fungsional Apoteker 178

BAB XI Formulir Dan Cara Pengisian Formulir 179

BAB XII Ketentuan Penutup 180

Lampiran I Rincian Kegiatan Jabatan Fungsional Apoteker Dan


Angka Kreditnya 181

Lampiran II Tata Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam


Jabatan Fungsional Apoteker 197

Lampiran III Tata Cara Kenaikan Jabatan Dan Pangkat


Apoteker 203

Lampiran IV Tata Cara Perpindahan Dari Jabatan Struktural/


Jabatan Fungsional Lain Menjadi Jabatan Fungsional
Apoteker 213

Lampiran V Tata Cara Pembebasan STementara Dari Jabatan


Fungsional Apoteker 219

V
Lampiran VI Tata Cara Pengangkatan Kemball Dalam Jabatan
FungsionalApoteker 233
Lampiran VII Tata Cara Pemberhentlan Darl Jabatan Fungslonal
Apotaker 245
Lampiran VIII Tata Keija Dan Tata Cara Penilaian 257
Lampiran IX Perhitungan Dan Penetapan Angka Kredit Dalam
Jabatan FungsionalApoteker 273
Lampiran X Formulir Dan Cara Pengisian Formulir 279
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007
Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi,
Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan!
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian!
Administrator Kesehatan. Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat
Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis '
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2008
Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Fisioterapis, Refraksionis
Optisien, Terapis Wicara, Okupasi Terapis, Ortotis Prostetis, Teknisi
Transfusi Darah dan Teknisi Gigi 337
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009
Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Psikolog Klinis, Fisikawan
Medis, dan Dokter Pendidik Klinis 353
Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Nomor: HK.02.03/1/006.1/09 Tentang Pembentukan Tim Penilai
Angka Kredit Jabatan Fungsional Apoteker Di Lingkungan
Departemen Kesehatan Rl dan Di Luar Departemen Kesehatan Rl 363

VI
TIM PENYUSUN

PERATURAN JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER DAN

ANGKA KREDITNYA

Pengarah Drs. Richard Panjaitan, Apt., SKM


Penanggung Jawab Dra. Meinarwati, Apt, M.Kes
Pelaksana

Ketua I Drs. Rlza Sultoni, Apt, MM


Ketua 11 Drs. Purwadi, Apt, MM., ME
Sekretaris Kamit Waluyo,SH., MM
Anggota 1. Drg. TritarayatI
2. Drs. Masrial Mahyudin, Apt, MM
3. Dra. Laswety Bakar,Apt, M.Epid
4. Dra. Farida IndyastutI, Apt, MM
5. Dra. Sri Suiiastuti, Apt
6. Dra. Chusun,Apt, M.Kes
7. Dra. Rida Wurjati, Apt, MKM
8. Martin Sirait, S.Si., Apt
Sekretariat 1. Drs. A. Manvan Harahap, Apt
2. Murjiyantd
3. Soebiratno

VII
-ri.
MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA


PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR :PER/ 07 /M.PAN/4/2008

TENTANG

JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,
Menimbang bahwa jabatan fungsional Apoteker dan Angka
Kreditnya yang diatur dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 140/KEP/
M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Apoteker
dan Angka Kreditnya tidak sesuai dengan
perkembangan tuntutan kompetensi dan profesi
Apoteker;

bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang


perlu mengatur kembalijabatan fungsional Apoteker
dan Angka Kreditnya dengan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;

Mengingat 1. Undang-Undang NomorSTahun 1974tentang Pokok-


pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 100,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3495);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang


Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor23,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3330);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang


Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai
Negeri(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1966 Nomor 7,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2797);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang


Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor3098);sebagaimana telah sepuluh kali diubah
terakhlr dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 2008(Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 23);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang


Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Repubiik Indonesia Tahun 1979 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Nomor 3149) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994
(Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 1994
Nomor 1);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang


Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Repubiik Indonesia Tahun 1980 Nomor 50,
Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Nomor 3176);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang


Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil(Lembaran
Negara Repubiik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22.
Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Nomor 3547);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32Tahun 1996 tentang


Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Repubiik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor 3637);

11. Peraturan Pemerintah Nomor97Tahun 2000 tentang


FormasI Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4015); sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4432);

12. Peraturan Pemerintah Nomor98 Tahun 2000 tentang


Pengadaan Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4016), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4192);

13. Peraturan Pemerintah Nomor99 Tahun 2000 tentang


Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4017); sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4193);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang


Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 198. Tambahan Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Nomor 4019);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 9Tahun 2003 tentang


Wewenang, Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Repubiik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15,
Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Nomor 4263);

16. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang


Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;

17. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang


Kedudukan,Tugas, Fungsi,Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementerian Negara Repubiik Indonesia;

Memperhatikan: 1. Usul Menteri Kesehatan dengan suratnya Nomor


1193/Menkes/XI/2007Tanggal 14 November 2007;

2. Pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara


dengan suratnya Nomor k.26-30/v.31-3/93 Tanggal
18Maret2008.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan ; PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN


APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSI
ONAL APOTEKER DANANGKAKREDITNYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara Ini yang dimaksud dengan:

1. Apoteker adalah jabatan yang mempunyai ruang


lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada unit
pelayanan kesehatan yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang dibeiikan
secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

2. Pekerjaan kefarmasian adalah penyiapan rencana


kerja kefarmasian, pengelolaan perbekaian farmasi,
pelayanan farmasi klinik, dan pelayanan farmasi
khusus.

3. Perbekaian farmasi adalah sediaan farmasi, alat


kesehatan, perbekaian kesehatan rumah tangga,
radio farmasi, dan gas medik.

4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat


tradisional, dan kosmetika.

5. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus,


mesin, implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan atau untuk membentuk staiktur dan
memperbalkl fungsl tubuh.

6. Perbekalan kesehatan rumah tangga adalah alat,


bahan atau campuran untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, hewan
peliharaan, mmah tangga dan atau tempat-tempat
umum.

7. Unit pelayanan kesehatan adalah tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yaitu rumah sakit, instalasi farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi/Kab/Kota(gudang farmasi)/ Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), puskesmas,
apotek, dan poiikiinik/balai pengobatan serta unit
pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

8. Angka kredit adalah satuan nilal dari tiap butir kegiatan


dan atau akumulasi butir-butir kegiatan yang harus
dicapai oleh seorang Apoteker dalam rangka
pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.

9. Tim penilai angka kredit adalah tim penilai yang


dibentuk dan ditetapkan oleh pejabatyang berwenang
dan bertugas untuk menilai prestasi keija Apoteker.
BAB II
RUMPUN JABATAN, INSTANSI PEMBINA,
KEDUDUKAN, DAN TUGAS POKOK

Pasal 2

Jabatan Fungsional Apoteker termasuk dalam rumpun


kesehatan.

Pasal 3

1) Instansi Pembina Jabatan Fungsional Apoteker


adalah Departemen Kesehatan.

2) Departemen Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat(1)wajib melaksanakan tugas pembinaan, yang
antara lain meliputi ;
a. Penetapan pedoman formasi Jabatan Fungsional
Apoteker;
b penetapan standar kompetensi Apoteker;
c. Pengusulan tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker;
d. Sosialisasi Jabatan Fungsional Apoteker serta
petunjuk pelaksanaannya;
e. Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan
fungsional/ teknis fungsional Apoteker;
f. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
fungsional/teknis bagi Apoteker dan penetapan
sertifikasi;
g. Pengembangan sistem informasi Jabatan
Fungsional Apoteker;
h. Fasilitasi pelaksanaan Jabatan Fungsional
Apoteker;
i. Fasllitasi pembentukan organlsasi Apoteker;
j. Fasllitasi kerjasama penyusunan dan penetapan
etika profesi dan kode etik Apoteker; dan
k. Melakukan monitoring dan evaluasi Jabatan
Fungsional Apoteker

Pasal 4

(1) Apoteker berkedudukan sebagai pelaksana teknis


fungsional pekerjaan kefarmasian pada unit
pelayanan kesehatan di lingkungan Departemen
Kesehatan dan instansi lainnya.

(2) Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat(1),


adalah jabatan karieryang hanya dapat diduduki
oleh seseorang yang telah berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil.

Pasal5

Tugas pokok Apoteker adalah melaksanakan pekerjaan


kefarmasian yang meliputi penyiapan rencana kerja
kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan
farmasi klinik. dan pelayanan farmasi khusus.

BAB III
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN

Pasal 6

Unsurdan sub unsurkeglatan Apoteker yang dinilai angka


kreditnya, terdiri dari:
a. Pendidikan, meliputi :
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/geiar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsionai di bidang
kefarmasian dan memperoleh SuratTanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan(STTPP)atau sertifikat;
dan
c. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) prajabatan dan
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP)atau sertifikat.

b. Pekerjaan kefarmasian, meliputi:


1. Penyiapan rencana kerja kefarmasian;
2. Pengelolaan perbekalan farmasi;
3. Pelayanan farmasi klinik; dan
4. Pelayanan farmasi khusus.

0. Pengembangan profesi, meliputi:


1. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang
kefarmasian/kesehatan;
2. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan
lainnya di bidang kefarmasian/kesehatan;
3. Pembuatan buku pedoman/petunjuk pelaksa-
naan/ petunjuk teknis lainnya di bidang
kefarmasian/kesehatan;
4. Penemuan/pengembangan teknologi tepat guna
di bidang kefarmasian/kesehatan;
5. Merumuskan sistem pelayanan kefarmasian; dan
6. Melakukan penyuluhan di bidang kefarmasian/
kesehatan.

d. Penunjang tugas Apoteker, meliputi:


1. Mengajar/Melatih/Membimbing yang berkaitan
dengan bidang kefarmasian/kesehatan;

10
2. Reran serta dalam seminar/lokakarya di bidang
kefarmasian/kesehatan;
3. Keanggotaan dalam organisasi profesi Apoteker;
4. Keanggotaan dalam Komite Farmasi dan Terapi
(KFT)dan atau kepanitiaan lainnya;
5. Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan
Fungsional Apoteker;
6. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya; dan
7. Perolehan penghargaan/tanda jasa.

BAB IV
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT

Pasal 7

(1)Jabatan Fungsional Apoteker adalah Jabatan Tingkat


Ahli.

(2) Jenjang jabatan fungsional Apoteker sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi, adalah:
a. Apoteker Pertama;
b. Apoteker Muda;
c. Apoteker Madya; dan
d. Apoteker Utama.

(3) Jenjang pangkat fungsional Apoteker sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi, adalah:

a. Apoteker Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat


I, golongan ruang lll/b.

11
b. Apoteker Muda, terdiri dari:
1. Penata, golongan ruang ill/c;
2. Penata Tingkat I, golongan ruang lli/d.

0. Apoteker Madya. terdiri dari:


1. Pembina, golongan ruang IV/a;
2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b;
3. Pembina Utama Muda,golongan ruang IV/c.

d. Apoteker Utama, terdiri dari:


1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/
d;
2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.

(4) Jenjang pangkat untuk masing-masing jenjang


jabatan Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) adalah jenjang pangkat dan jenjang jabatan
berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk
masing-masing jenjang jabatan.

(5) Penetapan jenjang jabatan Apoteker untuk


pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan
jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan
tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan
sebagaimana dimaksud ayat (3).

12
BABV
RiNCIAN KEGIATAN DAN UNSUR YANG DiNILAi

Pasaf 8

(1) Rincian kegiatan Apoteker sesuai dengan jenjang


jabatan, adalah sebagai berikut:

a. Apoteker Pertama, yaitu:


1. Membuat kerangka acuan daiam rangka
Penyiapan Rencana Kegiatan Kefarmasian;
2. MengklasiflkasI perbekalan farmasi dalam
rangka Pemilihan Perbekalan Farmasi;
3. Inventarisasi pemasok perbekalan farmasi
dalam rangka Pemilihan Perbekalan Farmasi;
4. Mengolah data dalam rangka Perencanaan
Perbekalan Farmasi;
5. Mengawasi kegiatan dalam rangka Sterilisasi
Sentral;
6. Menyusun perbekalan farmasi dalam rangka
Penyimpanan Perbekalan Farmasi;
7. Merekapitulasi daftar usulan perbekalan
farmasi dalam rangka Penghapusan
Perbekalan Farmasi;
8. Meracik obat resep individual dalam rangka
Dispensing;
9. Visit ke ruang rawat;
10. Pelayanan informasi obat(PIO);
11. Konseling obat;
12. Konsuitasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
13. Mendokumentasikan daiam rangka
Pemantauan Penggunaan Obat;

13
14. Pelayanan jarak jauh (Remote Service):
15. Pelayanan di tempat tinggal(Home care);
16. Ambulatory services;
17. Swamedikasi; dan
18. Pelayanan paliatif.

b. Apoteker Muda, yaitu:


1. Menelaah atau mengkaji data-data dalam
rangka Penyiapan Rencana Kegiatan
Kefarmasian;
2. Membuat rencana kegiatan dalam rangka
Penyiapan Rencana Kegiatan Kefarmasian;
3. Menentukan jenis perbekalan farmasi dalam
rangka Pemilihan Perbekalan Farmasi;
4. Menliai mutu dalam rangka Pemilihan
Pemasok Perbekalan Farmasi;
5. Menyusun rencana kebutuhan dalam rangka
Perencanaan Perbekalan Farmasi;
6. Membuat surat pesanan dalam rangka
Pembelian Perbekalan Farmasi;
7. Mengembalikan perbekalan farmasi yang
tidak sesuai dengan persyaratan/spesifikasi
dalam rangka Pengadaan Perbekalan
Farmasi Melalui Jalur Pembelian;
8. Mengajukan usulan obat program dalam
rangka Pengadaan Perbekalan Farmasi
Melalui Jalur Non Pembelian;
9. Mengembalikan perbekalan farmasi yang
tidak sesuai dengan persyaratan/spesifikasi
dalam rangka Pengadaan Perbekalan
Farmasi Melalui Jalur Non Pembelian;
10. Menganalisis/mengkaji bahan baku dan

14
metode pembuatan dalam rangka
Menetapkan Master Formula Sediaan
Farmasi;
11. Merencanakan keglatan dan kebutuhan
bahan baku dalam rangka Produksi Sediaan
Farmasi Non Steril;
12. Mengolah bahan-bahan dalam rangka
Produksi Sediaan Farmasi Non Steril;
13. Merencanakan kegiatan sterilisasi dan
' kebutuhan bahan-bahan dalam rangka
Sterilisasi Sentral;
14. Uji sterilisasi dalam rangka Sterilisasi Sentral;
15. Uji mutu secara organoleptis dalam rangka
Uji Mutu Bahan Baku;
16. Uji mutu secara organoleptis dalam rangka
Uji Mutu Sediaan Obat Jadi;
17. Uji mutu dalam proses produksi secara
organoleptis dalam rangka Uji Mutu Sediaan
Obat Jadi;
18. Memeriksa perbekalan farmasi dalam rangka
Penerimaan Perbekalan Farmasi;
19. Mengelompokkan perbekalan farmasi dalam
rangka Penyimpanan Perbekalan Farmasi;
20. Mengkaji permintaan perbekalan farmasi
dalam rangka Pendistribusian Perbekalan
Farmasi;
21. Membuatjadwal penghapusan dalam rangka
Penghapusan Perbekalan Farmasi;
22. Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi;
23. Mengkaji resep dalam rangka Dispensing;
24. Memeriksa obat dalam rangka Dosis Unit;

15
25. Menghitung kebutuhan komponen dalam
rangka Sedlaan Nutrisi Parenteral Total;
26. Mengemas sediaan nutrisi parenteral total
dalam rangka Sediaan Nutrisi Parenteral
Total;
27. Mengemas obat dalam rangka Sediaan
Sitostatika;
28. Visite ke ruang rawat;
29. Pelayanan informasi obat(PIO);
30. Konseling obat;
31. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
32. Mengumpulkan dan menganalisa data dalam
rangka Evaluasi Penggunaan Obat;
33. Mendokumentasikan hasil evaluasi dalam
rangka Evaluasi Penggunaan Obat;
34. Menelusuri catatan medik dalam rangka
Pemantauan Penggunaan Obat;
35. Pelayanan jarak jauh (Remote Services);
36. Pelayanan di tempat tinggal(Home Care);
37. Ambulatory services;
38. Swamedikasi; dan
39. Pelayanan paliatif.

c. Apoteker Madya, yaitu:


1. Menyajikan rencana kegiatan dalam rangka
Penyiapan Rencana Kegiatan Kefarmasian;
2. Menyajikan rancangan dalam rangka
Perencanaan Perbekalan Farmasi;
3. Menganalisis usulan pembelian dalam rangka
Pengadaan Perbekalan Farmasi Melalui Jalur
Pembelian;

16
4. Menilai barang droping/sumbangan dalam
rangka Pengadaan Perbekalan Farmasi
Melalui Jalur Non Pembelian;
5. Uji coba formula dalam rangka Menetapkan
Formula Induk (Master Formula) Sediaan
Farmasi:
6. Menganalisis/mengkajl bahan baku dan
teknik pembuatan dalam rangka Produksi
Sediaan Farmasi Non Steril;
7. Memeriksa label/penandaan dalam rangka
Produksi Sediaan Farmasi Non Steril;
8. Merencanakan kegiatan produksi dan
kebutuhan bahan-bahan dalam rangka
Produksi Sediaan Steril;
9. Mengolah bahan baku dalam rangka
Produksi Sediaan Steril;
10. Uji kualitatif bahan baku dalam rangka Uji
Mutu Bahan Baku;
11. Uji kuantitatif bahan baku dalam rangka Uji
Mutu Bahan Baku;
12. Uji kualitatif obat jadi dalam rangka Uji Mutu
Sediaan Obat Jadi;
13. Uji kuantitatif obatjadi dalam rangka Uji Mutu
Sediaan Obat Jadi;
14. Membuat rekomendasi uji mutu;
15. Memeriksa catatan atau bukti perbekalan
farmasi dalam rangka Penyimpanan
Perbekalan Farmasi;
16. Menganalisis daftar usulan perbekalan
farmasi dalam rangka Penghapusan
Perbekalan Farmasi;
17. Evaluasi kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi;

17
18. Memeriksa perbekalan fanmasi dalam rangka
Dispensing Resep individual;
19. Menyerahkan perbekalan farmasi dalam
rangka Dispensing Resep Individual;
20. Menyerahkan obat dalam Rangka Dispensing
Dosis Unit;
21. Merekapitulasi rincian pemakaian obat dan
biayanya dalam rangka Dispensing Dosis
Unit;
22. Meracik/mencampur komponen-komponen
dalam rangka Sediaan Nutrisi Parenteral
Total;
23. Membaca jadwal pemberian dan menghitung
jumlah pelarutnya dalam rangka Sediaan
Intravena;
24. Mengemas obat dalam rangka Sediaan
Intravena;
25. Membaca protokol kemoterapi dalam rangka
Sediaan Sitostatika;
26. Menghitung dosis sediaan farmasi dalam
rangka Sediaan Sitostatika;
27. Mengawasi proses pembuangan limbah
dalam rangka Sediaan Sitostatika;
28. Visit ke ruang rawat;
29. Pelayanan informasi obat(PIO);
30. Konseling obat;
31. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
32. Mengidentifikasi skala prioritas dan
menyusun indikator/kriteria dalam rangka
Evaluasi Penggunaan Obat;
33. Merekomendasikan rencana intervensi dalam
rangka Evaluasi Penggunaan Obat;

18
34. Menganalists, menyimpulkan dan mereko-
mendasikan upaya intervensi dalam rangka
Pemantauan Penggunaan Obat;
35. Mengklanfikast laporan efek samping obat
dalam rangka Monitoring Efek Samping Obat
(MESO):
36. Menganalisis mekanisme kerja, memantau
dan merekomendasikan upaya intervensi
dalam rangka Monitoring Efek Samping Obat
(MESO);
37. Memeriksa kadar obat dalam rangka
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah;
38. Menidentifikasi skala prioritas dalam rangka
Menganalisis Efektifitas-Biaya;
39. Mengumpulkan, mengolah dan
membandingkan data-data dalam rangka
Menganalisis Efektifitas-Biaya;
40. Menyusun laporan kegiatan farmasi klinik;
41. Pelayanan jarakjauh (Remote Services);
42. Pelayanan di tempat tinggal(Home Care);
43. Ambulatory services;
44. Swamedikasi; dan
45. Pelayanan paliatif.

d. Apoteker Utama, yaitu:


1. Menyempurnakan formula induk dalam
rangka Menetapkan Master Formula Sediaan
Farmasi;
2. Menganalisis/mengkaji bahan baku dalam
rangka Produksi Sediaan Steril;
3. Memeriksa label/penandaan dalam rangka
Produksi Sediaan Steril;

19
4. Uji klinis obat jadi dalam rangka Uji Mutu
Sediaan Obat Jadi;
5. Mengawasi proses pemusnahan dalam
rangka Penghapusan Perbekalan FarmasI;
6. Membaca dan mengkaji daftar terapi dalam
rangka Dispensing Dosis Unit;
7. Merekonstitusi obat dalam rangka Sediaan
Intravena;
8. Mengemas obat dalam rangka Sediaan
Intravena;
9. Merekomendasi obat dalam rangka Sediaan
Sitostatika;
10. Memeriksa hasil rekonstitusi dalam rangka
Sediaan Sitostatika;
11. Visit ke ruang rawat;
12. Pelayanan informasi obat(PIG);
13. Konseling obat;
14. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
15. Merekomendasikan dosis terapi dalam
rangka Pemantauan Kadar Obat dalam
Darah;
16. Pelayanan Jarakjauh (Remote Services);
17. Pelayanan di tempat tinggal(Home Care);
18. Ambulatory services;
19. Swamedikasi; dan
20. Pelayanan paliatif.

(2) Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker Utama


yang melaksanakan kegiatan pengabdian
masyarakat, bertugas di tempat yang mempunyai
resiko tinggi dan atau rawan, menjadi saksi dalam

20
penghapusan perbekalan farmasi dan atau dokumen,
memimpin instalasi farmasi dan sterliisasi (non
strukturai), melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi dan penunjang tugas Apoteker diberikan
nilai angka kredit sebagaimana tersebut datam
Lampiran t Peraturan Menteri Negara Pendaya-
gunaan Aparatur Negara ini.

Pasai 9

(1) Apabila pada suatu unit keija tidak terdapatApoteker


yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasai 8 ayat(1). maka Apoteker yang berada
satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut
berdasarkan penugasan secara teitulis dari pimpinan
unit kerja yang bersangkutan.

(2) Apabila pada suatu unit kerja dalam situasi kegawat-


daruratan tidak terdapat Apoteker sesuai dengan
tingkat jabatannya untuk melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasai8 ayat(1)maka
Apoteker dapat melakukan pekeijaan dua tingkat
diatas atau dua tingkat di bawah jenjang jabatannya.

Pasai 10

Penilaian angka kredit pelaksanaan tugas sebagaimana


dimaksud dalam Pasai 9 ditetapkan sebagai berikut:

a. Apoteker yang melaksanakan tugas di bidang

21
kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan satu
tingkat dl atasjenjang jabatannya, angka kredit yang
diperoteh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh
persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan yang
diiakukan, sebagaimana tersebut dalam Lampiran I
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara ini.

b. Apoteker yang melaksanakan tugas di bidang


kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan satu
tingkat di bawah jenjang jabatannya, angka kredit
yang diperoleh ditetapkan sama dengan angka kredit
setiap butir kegiatan yang diiakukan, sebagaimana
tersebut dalam Lampiran I Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara ini.

c. Apoteker yang melaksanakan tugas di bidang


kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan dua
tingkat di atasjenjang jabatannya, angka kredit yang
diperoleh ditetapkan 40%(empat puluh persen) dari
angka kredit setiap butir kegiatan yang diiakukan,
sebagaimana tersebut dalam Lampiran I Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini.

d. Apoteker yang melaksanakan tugas di bidang


kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan dua
tingkat di bawah jenjang jabatannya, angka kredit
yang diperoleh ditetapkan sama dengan angka kredit
setiap butir kegiatan yang diiakukan, sebagaimana
tersebut dalam Lampiran I Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara ini.

22
Pasal 11

(1) Unsur kegiatan yang dinilai dalam pemberian angka


kredit terdiri atas:
a. Unsur utama; dan
b. Unsur penunjang.

(2) Unsur utama terdiri atas:


a. Pendidikan;
b. Pekerjaan kefarmasian; dan
c. Pengembangan profesi.

(3) Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung


pelaksanaan tugas Apoteker sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 butir d.

(4) Rincian kegiatan Apoteker dan angka kredit masing-


masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran I
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara ini.

Pasal 12

(1) Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus


dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dapat
diangkat dalam jabatan dan kenaikan jenjang/pangkat
Apoteker adalah sebagaimana tersebut dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Pendaya
gunaan Aparatur Negara ini, dengan ketentuan:
a. Paling kurang 80%(delapan puluh persen)angka
kredit berasai dari unsur utama; dan

23
b. Paling banyak 20% (dua puluh persen) angka
kredit berasal dari unsur penunjang.

(2) Apoteker yang telah memiliki angka kredit melebihi


angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut
diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berikutnya.

(3) Apoteker pada tahun pertama telah memenuhi atau


melebihi angka kredit yang persyaratkan untuk
kenaikan pangkat dalam masa pangkat yang
didudukinya, maka pada tahun kedua diwajibkan
mengumpulkan paling kurang 20%(dua puluh persen)
angka kredit dari jumlah angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih
tinggi yang berasal dari kegiatan tugas pokok.

(4) Apoteker yang akan naik pangkat menjadi Apoteker


Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang
IV/b, sampai dengan Apoteker Utama, pangkat
Pembina Utama, golongan ruang IV/e, diwajibkan
mengumpulkan paling kurang 12(dua belas) angka
kredit setiap kenaikan pangkat yang berasal dari
kegiatan pengembangan profesi,

(5) Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama, golongan


ruang IV/e, setiap tahun sejak menduduki jenjang
pangkat diwajibkan mengumpulkan paling kurang 25
(dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan tugas
pokok.

24
Pasai 13

(1) Apoteker yang secara bersama membuat karya tulis/


karya llmiah di bidang kefarmasian/kesehatan,
diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Apabila terdiri dari 2(dua) orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam
puluh persen)bagi penulis utama dan 40%(empat
puluh persen) untuk penulis pembantu ;
b. Apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 50% (lima
puluh persen) bagi penulis utama dan masing-
masing 25% (dua puluh lima persen) untuk
penulis pembantu; atau
c. Apabila terdiri dari 4(empat)orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 40%(empat
puluh persen) bagi penulis utama dan masing-
masing 20% (dua puluh persen) untuk penulis
pembantu.

(2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), paling banyak 3(tiga) orang.

BAB Vi
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT

Pasal 14

(1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka


kredit, setiap Apoteker diwajibkan mencatat dan
menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan.

25
(2) Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap setiap
Apoteker dilakukan paling kurang 1 (satu) kail dalam
setahun.

(3) Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan


pangkat Apoteker yang akan dipertimbangkan untuk
naik pangkat dilakukan paling kurang 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) bulan sebelum
periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 15

(1) Pejabat yang ben/venang menetapkan angka kredit,


adalah :
a. Direktur Jenderal yang membina pelayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan atau Pejabat
Eselon II yang bersangkutan bagi Apoteker Utama
yang bekerja pada pelayanan kefarmasian di
lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi
lainnya;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal yang membina
pelayanan kefarmasian Departemen Kesehatan
bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada pelayanan kefarmasian
di lingkungan Departemen Kesehatan;
c. Pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan
Departemen/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) selain Departemen
Kesehatan (setingkat eselon II) bagi Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya yang
bekerja pada pelayanan kefarmasian di
lingkungan masing-masing;

26
d. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi bagi Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya yang
bekerja pada peiayanan kefarmasian di
iingkungan Provinsi;
e. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bagi
Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada peiayanan kefarmasian
di Iingkungan Kabupaten/ Kota.

(2) Dalam menjalankan kewenangannya, pejabat


sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibantu oleh:
a. Tim Penllai Jabatan Fungsional Apoteker pada
Direktorat Jenderal yang membina peiayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan bagi
Direktur Jenderal yang membina peiayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan atau Pejabat
Eselon II yang bersangkutan, yang selanjutnya
disebut Tim Peniiai Direktorat Jenderal;
b. Tim Peniiai Jabatan Fungsional Apoteker
Sekretariat Direktorat Jenderal bagi Sekretaris
Direktorat Jenderal yang membina peiayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan, yang
selanjutnya disebut Tim Peniiai Sekretariat
Direktorat Jenderal;
c. Tim Peniiai Jabatan Fungsional Apoteker Unit
Peiayanan Kesehatan Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) selain
Departemen Kesehatan (setingkat eselon II) bagi
PImpinan Unit Peiayanan Kesehatan Depar
temen/Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) selain Departemen Kesehatan,
selanjutnya disebut Tim Peniiai Instansi;

27
d. Tim Penilai Jabatan Fungsional Apoteker Provinsi
bagi Kepala DInas Kesehatan Provinsi.
selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi,
e. Tim Penilai Jabatan Fungsional Apoteker
Kabupaten/Kota bagi Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota,selanjutnya disebut Tim Penilai
Kabupaten/Kota;

Pasal 16

Tim Penilai Jabatan Fungsional Apoteker terdiri dari unsur


teknis yang membidangi kefarmasian. unsur
kepegawaian, dan pejabat fungsional Apoteker.
Pasal 17

(1) Susunan keanggotaan Tim Penilai sebagai berikut:


a. Seorang Ketua merangkap anggota dari unsur
teknis;
b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota dari
unsur kepegawaian;
c. Seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
d. Paling kurang 4(empat) orang anggota.

(2) Anggota Tim penilai dimaksud pada ayat(1) huruf d,


paling kurang 2(dua) orang dari pejabat fungsional
Apoteker.

(3) Syarat untuk menjadi anggota Tim Penilai adalah:


a. Menduduki jenjang/pangkat paling rendah sama
dengan jenjang/ pangkat Apoteker yang dinilai;
b. Memiliki keahlian dan kemampuan untuk menilai
prestasi kerja Apoteker; dan

28
c. Dapat aktif meiakukan penilaian.

(4) Apabila jumlah anggota Tim Penilai sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi dari
Apoteker, maka anggota Tim Penilai dapat diangkat
dari Pegawai Negeri Sipil lain yang memiliki
kompetensi untuk menilai prestasi kerja Apoteker;

(5) Masa jabatan Tim Penilai adalah 3(tiga) tahun;

(6) Apabila Tim Penilai Jabatan Fungsional Apoteker Unit


Pelayanan Kesehatan Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) selain
Departemen Kesehatan (setingkat eselon II) atauTim
Penilai Instansi belum dapat dibentuk karena belum
memenuhi syarat keanggotaan Tim Penilai yang
ditentukan, maka penilaian dan penetapan angka
kredit Apoteker dapat dimintakan kepadaTim Penilai
Direktorat Jenderal.

(7) Apabila Tim Penilai Provinsi belum dapat dibentuk


karena belum memenuhi syarat keanggotaan Tim
Penilai yang ditentukan, maka penilaian angka kredit
Apoteker dapat dimintakan kepada Tim Penilai
Direktorat Jenderal.

(8) Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kota belum dapat


dibentuk karena belum memenuhi syarat
keanggotaan Tim Penilai yang ditentukan, maka
penilaian angka kredit Apoteker dapat dimintakan
kepada Tim Penilai Kabupaten/Kota terdekat atau Tim
Penilai Provinsi atau Tim Penilai Direktorat Jenderal.

29
(9) Pembentukan dan susunan Anggota Tim Penilai
ditetapkan oleh:
a. Direktur Jenderal yang memblna pelayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan atau Pejabat
Eselon li yang ditunjuk untuk Tim Penilai
Direktorat Jenderal dan Tim Penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal Departemen Kesehatan;
b. Pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Depar
temen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND)selain Departemen Kesehatan (setingkat
eselon II) untuk Tim Penilai Instansi.
c. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk Tim
Penilai Provinsi;
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
Tim Penilai Kabupaten/Kota;

Pasal 18

(1) Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi Anggota Tim


Penilai dalam 2 (dua) masa jabatan berturut-turut,
dapat diangkat kembali setelah melampaui tenggang
waktu 1 (satu) masa jabatan.

(2) Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang ikut


dinilai, maka Ketua Tim Penilai dapat mengangkat
Anggota Tim Penilai Pengganti.

Pasal 19

Tata kerja dan tata cara penilaian Tim Penilai ditetapkan


oleh Menteri Kesehatan selaku Pimpinan Instansi
Pembina Jabatan Fungsional Apoteker.

30
Pasal 20

Usul penetapan angka kredit Apoteker diajukan oleh :

a. Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peiayanan


Kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan
(setingkat eselon 11), Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/ Kabupaten/Kota, Pimpinan Unit Peiayanan
Kesehatan Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND)selain Departemen Kesehatan
(setingkat eselon II), kepada Direktur Jenderal yang
membina peiayanan kefarmasian Departemen
Kesehatan, untuk angka kredit Jabatan Apoteker
Utama;

b. Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peiayanan


Kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan
(setingkat eselon II), kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal yang membina peiayanan kefarmasian
Departemen Kesehatan, untuk angka kredit Jabatan
Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker Madya;

c. Pejabat yang membidangi kepegawaian yang


bersangkutan kepada Pimpinan Unit Peiayanan
Kesehatan Departemen/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND)selain Departemen Kesehatan
(setingkat eselon II) untuk angka kredit Jabatan
Apoteker Pertama sampai dengan Jabatan Apoteker
Madya.

d. Pejabat yang membidangi kepegawaian pada Unit


Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)yang bersangkutan

31
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk angka
kredit Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya;

e. Pejabat yang membidangi kepegawaian pada Unit


PelaksanaTeknis Daerah(UPTD)yang bersangkutan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk angka kredit Jabatan Apoteker Pertama sampai
dengan Apoteker Madya;

Pasal 21

(1) Angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang menetapkan angka kredit, digunakan
untuk mempertimbangkan kenaikan jabatan/pangkat
Apoteker sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(2) Keputusan pejabat yang berwenang menetapkan


angka kredit, tidak dapat diajukan keberatan oleh
Apoteker yang bersangkutan.

BAB VII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN APOTEKER

Pasal 22

Pejabat yang berwenang mengangkat Pegawai Negeri


Sipil dalam jabatan Apoteker, adalah pejabat yang
berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

32
Pasal 23

(1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama


kali dalam jabatan Apoteker hams memenuhi syarat
sebagal berikut:
a. Berijazah Apoteker;
b. Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I,
golongan mang lll/b; dan
c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling rendah
bemilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

(2) Penetapan jenjang jabatan Apoteker sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), ditetapkan berdasarkan
angka kredit yang diperoleh dari unsur utama dan
unsur penunjang setelah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit.

(3) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada


ayat(1)adalah pengangkatan yang dilakukan melalui
proses pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil
untuk mengisi lowongan formasi jabatan Apoteker.

Pasal 24

Disamping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23, pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam
jabatan Apoteker dilaksanakan sesuai dengan formasi
jabatan Apoteker dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Pusat dalam

33
jabatan Apotekerdilaksanakan sesual dengan formasi
jabatan Apoteker yang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan
Aparatur Negara setelah mendapat pertlmbangan
Kepala Badan Kepegawaian Negara;

b. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam


jabatan Apotekerdilaksanakan sesual formasijabatan
Apoteker yang ditetapkan oleh Kepala Daerah
masing-masing ^telah mendapat persetujuan tertulis
dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendapat
pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Pasal 25

(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain


ke dalam Jabatan Apoteker dapat dipertimbangkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 dan Pasal 24;
b. Memiliki pengalaman dalam pekerjaan
kefarmasian paling kurang 2(dua)tahun terakhir
sebeium diangkat dalam jabatan fungsional
Apoteker;
c. Usia paling tinggi 50(lima puluh) tahun; dan
d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling rendah
bernilai balk dalam 1 (satu)tahun terakhir.

(2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil

34
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adaiah sama
dengan pangkat yang dimilikinya. dan jenjang
jabatannya ditetapkan sesuai dengan jumlah angka
kredit yang ditetapkan oieh pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit.

(3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) ditetapkan dari unsur utama dan unsur
penunjang.

Pasal 26

(1) Asisten Apoteker apabila memperoieh ijazah/geiar


Apoteker dapat diangkat dalam jabatan Apoteker
apabila:
a. Tersedia formasi untuk jabatan Apoteker;
b. Paling kurang telah 1 (satu)tahun dalam pangkat
terakhin
c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling kurang
bemilai baik dalam 1 (satu)tahun terakhir; dan
d. Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan
untuk jabatan/pangkat yang didudukinya.

(2) Asisten Apoteker yang akan beralih menjadi Apoteker


diberikan angka kredit65%(enam putuh lima persen)
dari angka kredit kumulatif Diklat, tugas pokok, dan
pengembangan profesi ditambah angka kredit
Apoteker, dengan tidak memperhitungkan angka
kredit dari unsur penunjang.

35
BAB VIII
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBAU,
DAN PEMBERHENTIAN DARIJABATAN APOTEKER

Pasai 27

Pejabat yang berwenang membebaskan sementara,


mangangkat kembali, dan memberhentikan Pegawai
Negeri Sipil dalam dan dari jabatan Apoteker. adalah
pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 28

(1) Apoteker Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I,


golongan ruang lll/bsampai dengan Apoteker Utama,
pangkat Pembina Utama Madya,golongan ruang IV/
d, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun menduduki
pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka
kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih
tinggi.

(2) Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama,golongan


ruang IV/e, dibebaskan sementara dari jabatannya
apabila setiap tahun sejak menduduki jabatan/
pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling kurang
25(dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan tugas
pokok.

(3) Selain pembebasan sementara sebagalmana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). Apoteker
dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila:

36
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau
tingkat berat berupa penurunan pangkat;
b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai
Negeri Sipii;
c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan
Apoteker;
d. Menjalani cut! di luar tanggungan negara, kecuali
untuk persaiinan keempat dan seterusnya; atau
e. Menjalani tugas belajar lebih dari6(enam)bulan.

Pasal 29

(1) Apoteker yang telah selesai menjalani pembebasan


sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
ayat (1), ayat (2). dan ayat(3) huruf a, huruf d. dan
huruf e dapat diangkat kembali dalam jabatan
Apoteker.

(2) Apoteker yang dibebaskan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf b, dapat
diangkat kembali dalam jabatan fungslonal Apoteker
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pihak yang
berwajib, yang bersangkutan dinyatakan tidak
bersalah.

(3) Apoteker yang dibebaskan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf c, dapat
diangkat kembali dalam jabatan fungsional Apoteker
paling tinggi berusia 54 (lima puluh empat)tahun.

(4) Pengangkatan kembali dalam jabatan Apoteker


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan

37
ayat(3), dengan menggunakan angka kreditterakhir
yang dimiliki dan/atau angka kredit dari prestasi kerja
di bidang pelayanan kefarmasian Apoteker yang
diperoleh selama pembebasan sementara setelah
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.

Pasal 30

Apoteker diberhentikan dari jabatannya apabila:

a. Dalam jangka waktu 1 (satu)tahun sejak dibebaskan


sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat(1), tidak dapat mengumpulkan
angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/
pangkat setingkat lebih tinggi;

b. Dalam jangka waktu 1 (satu)tahun sejak dibebaskan


sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat(2). tidak dapat mengumpulkan
angka kredit yang ditentukan: atau

c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah


mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali hukuman
disiplin tingkat berat berupa penurunan pangkat.

Pasal 31

Pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan


pemberhentian dari jabatan Apoteker sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

38
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32

Keputusan Pejabat yang berwenang tentang


pengangkatan, kenaikan jabatan/pangkat, pembebasan
sementara, dan pemberhentian daiam dan dari jabatan
Apoteker yang ditetapkan sebelum Peraturan Menteri
Negara PendayagunaanAparaturNegara ini, dinyatakan
tetap berlaku.

Pasal 33

Prestasi kerja Apoteker yang teiah dilakukan sampai


dengan ditetapkannya petunjuk pelaksanaan peraturan
ini, dinilai berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 140/KEP/
M.PAN/11/2003.

BABX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri Negara


Pendayagunaan Aparatur Negara ini diatur lebih lanjut
oleh Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara.

39
Pasal 35

Pada saat Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 140/
KEP/ M.PAN/ 11/ 2003 tentang Jabatan Fungsional
Apoteker dan Angka Kreditnya, dinyatakan tidak beriaku.
Pasal 36

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 April 2008

MENTERI NEGARA
^N APARATUR NEGARA

AUFIQ EFFENDI

40
LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR : PER/07/M.PAN/4/2008
TANGGAL ; 16 April 2008

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER DAN ANGKA KREDITNYA

SATUAN ANGKA
m UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGtATAN REtAKSANA
HAStt KREOIT

1 PENDIDIKAN A. Pendidlkan sekolah dan 1. Strata 3(S-3) Farmasi/Doktor ijazah 200.000 Semua Jenjang
mempfifoleh ijazah atau gelar Farmasi
2. Apoteker Ijazah 150.000 Semua Jenjang

B. Pandldlkan dan palatlhan 1. LamanyalebihdariSSOjam Sertifikat 15.000 Semua Jenjang


fungsional dl bidang ponyiapan 2. Lamanya antara (641 - 950)jam Sertifikat 9.000 Semua Jenjang
kofarmasian dan mondapatican 3. Lamanya antara (401 - 640)jam Sertifikat 6.000 Semua Jenjang
Surat Tanda Tamat Pendidlkan 4. Lamanya antara (161 • 400)jam Sertifikat 3.000 Semua Jenjang
atau Pelatihan(8TTPP) S. Lamanya antara (81 • 160)jam Sertifikat 2.000 Semua Jenjang
atau Sertifikat 6. Lamanya antara (30 - 60)jam Sertifikat 1.000 Semua Jenjang

C. Pendidlkan dan pelatihan Pendidlkan dan pelatihan (Oiklat) Sertifikat 2.000


prajabatan dan mendapatkan prajabatan Golongan ill
Surat Tanda Tamat Pendidlkan
atau Pelatihan(STTPP)atau
Sertifikat

2 PEKERJAAN A. Penyiapan Rencana Kerja Menyiapkan renoana kegiatan


KEFARMASIAN Kefarmasian a. Membuat kerangka acuan Tijplerangkiaaiifl 0.009 AA Pertama
b. Menelaah atau mengkaji data-data TiapkHjnjiQ acuan 0.020 Apt. Muda
c. Membuat rencana kegiatan Tiapierafluka acuan 0.006 Apt. Muda
d. Menyajikan rancangan kegiatan Tiapterangka acuan 0.020 Apt. Madya

B. Pengelolaan 1. Pemilihan
Perbekalan Farmasi a. Perbekalan Farmasi
SATUAN anoka
BUTIR KEGIATAN PELAKSANA
uo UNsUtl dUB tiNSUR HASfL KREDIT

- Mengkiasifikasi perbekalan tiap paket 0.010 Apt. Pertama


farmasi
• Menentukan jenis perbskaian Tlap daftar 0.004 Apt Muda
farmasi akhir

b. Pomasok
- Inventarisasi Tiap daftar 0.008 Apt. Pertama
- Meniiai mutu Tiap daftar 0.007 Apt. Muda

2. Perencanaan
• Mengolah data Tiap paket 0.009 Apt. Pertama
- Menyusun rencana kebutuhan Tiap paket 0.020 Apt. Muda
• Menyajikan rancangan Tiap 0.040 Apt. Madya
rancangan

ro
3. Pengadaan
a. Pembelian
- Membuat surat pasanan Tiap surat 0.004 Apt. Muda
pesanan
• Menganalisa usulan pembelian Tiap paket 0.010 Apt. Madya
- Meretur (mengembalikan) Tiap nota 0.005 Apt. Muad
perbekalan farmasi yang tidak retur
sesuai persyaratan/spesifikasi

b. Note Pembelian
- Menilai barang droping/ Tiap paket 0.010 Apt. Madya
sumbangan
- Mengajukan usulan obat Tiap paket 0.010 Apt. Muda
program
- Meretur (mengembalikan) Tiap nota 0.004 Apt. Muda
perbekalan farmasi yang tidak retur
sesuai persyaratan/spesifikasi
: dATiii: ANOKA
NO mB BUtlUKI^OfAtAN lllllllllll
liiiiii
c. Produksi Sediaan Farmasi

1) Menetapkan formula induk


{Matttr Formula)
• Menganalisis/mengkajj bahan Tiap formula 0.010 Apt. Muda
baku dan metode pambuatan
- Uii coba formula Tlap formula 0.050 Apt. Madva
• Menyempumakan formula induk Tlap formula 0.070 Apt. Utama

2) Non steril
• Merencanakan kegiatan dan Tlap rencana 0.010 Apt. Muda
kebuluhan bahan baku
• fyienganalisis /mengkajl bahan Tiap iaporan 0.020 Apt. Madya
O) baku dan teknik pembuatan
• Mangolah bahan-bahan Tiapobatjadi 0.010 Apt. Muda
• Memerlksa label/penandaan Tiap obat jadi 0.004 Apt. Madya
sediaan farmasi

3) Steril
- Merencanakan kegiatan Tiap rencana 0.023 Apt. Madya
produksi dan kebuluhan bahan baku
• Menganalisis/mengka^ bahan baku Tiap rencana 0.027 Apt. Utama
• Mengolah bahan baku Tiap rencana 0.040 Apt. Madya
- Memeriksa label/penandaan Tiap obat jadi 0.010 Apt. Utama

4. Sterillsasisentral
• Merencanakan kegiatan sterilisasi Tiap rencana 0.020 Apt. Muda
sentral dan k^utuhan bahan-bahan
SATUAN ANGKA
NO UNSUR UN^R BUTIRKEOfATAN PEtAKSANA
HASIL KRIEOIT

- Mengawasi kegiatan Tiap laporan 0.007 Apt. Pertama

• Ujisteriitsasi Tiap laporan 0.030 Apt. Muda

6. Uji mutu bahan baku


a) Uji mutu secara organoleptis Tiap laporan 0.002 Apt. Muda

b) Uji kualitatif bahan baku Tiap laporan 0.008 Apt. Madya

c) Uji kuantitatif bahan baku Tiap laporan 0.010 Apt. Madya

6. Uji mutusadlaanobatjadi
a) Uji mutu secara organoleptis Tiap laporan 0.003 Apt. Muda

b) Uji mutu dalam proses produksi Tiap laporan 0.004 Apt. Muda

t c) Uji kualitatif obatjadi Tiap laporan 0.007 Apt. Madya

d) Uji kuantitatif obat jadi Tiap laporan 0.009 Apt. Madya

e) Uji klinis obat jadi Tiap laporan 1.600 Apt. Utama

7. Membuat rekomendasi uji mutu

• Membuat rekomendasi uji mutu Tiap 0.008 Apt. Madya


rekomendasi

8. Penerimaan

- Memeriksa perbekalan farmasi Tiap berita 0.008 Apt. Muda


acara

9. Penyimpanan

a. Mengelompokkan perbekalan Tiap paket 0.010 Apt. Muda


farmasi
SATUAN ANiii
NO UNdUR 'SUB UNSUR BUTIRKEQtAtAN fELAKSANA
HASIt KRiii
b. Menyusun p&rbekalan farmasi Tiap pake! 0.007 Apt. Peitama
c. Memeriksa catatan atau bukti Tiap paket 0.010 Apt. Madya
perbekalan farmasi

10. Pendistribusian
• Mengkaji permintaan perbekalan Tiap paket 0.004 Apt. Muda
fermasi

11. Penghapusan
a. Merekapltuiasldaftarusulan Tiap paket 0.008 Apt. Pertama
b. Menganalisis daflarusulan Tiap paket 0.020 Apt. Madya
c. Membuat jadwal penghapusan Tiap paket 0.004 Apt. Muda
d. Mengawasi proses pemusnahan Tiap laporan 0.200 Apt. Utama

Ol
12. Panyusunan laporan kegiatan Tiap laporan 0.020 Apt. Muda
ptngalalaan perbakalanNrmasi

13. Evaluasi kegiatan pengelolaan Tiap laporan 0.030 Apt. Madya


parbekalan farmasi

C. Polayinan FarmasI Klinik 1. Dispensing


a. Resep Individual
• Mengkaji resep Tiap 10 0.004 Apt. Muda
lembar reset
• Meracikobat Tiap 10 0.003 Apt. Pertama
lembar resep
- Memeriksa perbekalan farmasi Tiap 10 0.005 Apt. Madya
lembar reset
• Menyerahkan perbekalan farmai Tiap 10 0.006 Apt. Madya
lembar resep
SATUAN ANGKA
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEOIATAN PELAK8ANA
HASIL KREOIT
b. Dosis Unit
• Membaca dan mengkaji Tiap lembar 0.010 Apt. Utama
daflarterapi resep
- Memeriksa obat Tiap lembar 0.001 Apt. Muda
resep
• Menyerahkan obat Tiap lembar 0.002 Apt. Madya
resep
- Merekap rtncian pemakaian Tiap lembar 0.004 Apt. Madya
obat dan biaya resep

e. Sediaan Nutrisi Parenteral Total


(Total Pareniaral Nutrition)
' Menghitung kebutuhan Tiap lembar 0.003 Apt. Muda
komponen permintaan
6 • Meracik/mencampur Tiap sediaan 0.005 Apt. Madya
komponen-komponen
• Mengemas sediaan TPN Tiap sediaan 0.002 Apt. Muda

d. Sediaan Intra Vena (IV)


• Membaca jadwal pemberian Tiap lembar 0.002 Apt. Madya
dan menghitung jumlah pelarulnya permintaan
• Merekonstitusi obat Tiap obat 0.005 Apt. Utama
• Mengemas obat Tiap obat 0.002 Apt. Madya

e. Sediaan SItostatika
• Membaca protokol kemoterapi Tiap lembar 0.002 Apt. Madya
permintaan
• Menghitung dosis sediaan farmasi Tiap obat 0.002 Apt. Madya
• Merekonstitusi obat Tiap obat 0.007 Apt. Utama
• Memeriksa hasil rekonstitusi Tiap sediaan 0.005 Apt. Utama
MO kimm dUB umm BATOAM AMiii
BUmKEGtATAM
HABtU KRiil RELAKBAMA
• Mengemas obat Tiap obat 0.003 Apt. Muda
• Mengawasi proses pembuangan Tlap laporan 0.006 Apt. Madya
limbah

2. VisKe ke ruang rawat Tiap pasien 0.004 Semua jenjang

3. Pelayanan Informasi Obat(PIG) Hap kegiatar 0.005 Semua jenjang

4 Konsaling obat Tiap kunjungar 0.008 Semua jenjang

6. KonsultasI dengan dokter, psrawat Tiap kasus 0.030 Semua jenjang


dan tenaga kesahatan lalnnya

6. Evaluasi panggunaan obat


->l
a. Mengidantifiteisi skala prioritas Tiap pasien 0.007 Apt. Madya
dan menyusun indikator/krlteria
b. Mengumpulkan dan menganalisa Tiap kasus 0.009 Apt. Muda
data
c. Merekomendasi rencana intervensi Tiap pasien 0.008 Apt. Madya
d. Mendokumentasikan hasil evaluasi Tiap lasus 0.005 Apt. Muda

7. Pamantauan panggunaan obat


a. Menelusuri Catalan medik Tiap pasien 0.007 Apt. Muda
b. Menganalisis, menyimpullan dan Tiap obat 0.020 Apt. Madya
tner^omsndaakan upaya intervensi
c. Mendokumentasikan Tiap kasus 0.004 Apt. Pertama

8. Monitoring Efek Sam ping Obat(MESO)


a. Mengklarlfikasi laporan efek Tiap kasus 0.010 Apt. Madya
samping obat
SATUAN ABGKA
NO UNSUR sue UN$UR BUTIR KBGIATAN fELAKSANA
BASIL KREDIT

b Menganalisis mekanisme kerja, Tiap kasus 0.020 Apt. Madya


memantau dan merekomendasikan
upaya intervensi

9. Pemantauan kadar obat dalam dar^h


a. Memeriksa kadar obat Tiap has!! 0.020 Apt. Madya
analisa
b. Merekomendasikan dosis terapi Ti^ rekonefldasi 0.010 Apt. Utama

10. Menganalisis efektifitas<biaya


a. MengidentlfikasI skala prioritas Tiap kasus 0.010 Apt. Madya
b. Mengumpulkan, mengoiah dan Tiap kasus 0.030 Apt. Madya
membandingkan data

11. Ponyusunan laporan farmasi klinik


• Menyusun laporan kegiatan Tiap laporan 0.030 Apt. Madya
00
farmasi klinik

D. Pelayanan Farmasi Khusus 1. Pelayanan Kefarmasian Jarak Jauh Tiap pasien 0.003 Semua jenjang
{Remote aervlee)

2. Homeeere Tiap pasien 0.008 Semua jenjang

3. Ambulatory oervieee Tiap pasien 0.004 Semua jenjang

4. Swamedikasi Tiap pasien 0.008 Semua jenjang

6. Pelayanan paliatif Tiap prograrr 0.017 Semua jenjang

E. PengabdianMasyarakat 1. Kejadlan Luar Biasa(KLB)/Wabah/ Tiap kali 0.500 Semua jenjang


Benoana Alam

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Tiap l^li 0.250 Semua jenjang


_i!«i
BATUAM m&m
MO UMSUft dUEt UMSUR! BUTIR KBGIATAN
KABtL KRH; t»EL.AKBANA
3. Program Khusus Sarana Pelayanan Trap kali 0.250 Semua jenjang
Kasehatan

F. Pelaksanaan tugas diten^at Malaksanakan tugas ditempat yang Tiap tahun 0.500 Semua jenjang
yang mempunyai resikotinggi mempunyai resiko tinggi dan atau rawan
dan atau rawan

a Menjadi saksi dalam penghapusan ManjadI saksi dalam penghapusan Tiap berita 0.390 Semua jenjang
perbakalan farmasi dan atau dokumannya acara
parbekaian Mrmasi dan atau
dokumennya

H. Mamimpin satuan unit karja Mamimpin satuan unit karja Tiap tahun 0.017 Apt Muda
Apt. Madya
Apt Utama

3 PENOEMBANGAN A. Mambuat karya tuiis/iintiah dl 1. Karya tulis 1 karya ilnuah hasil


PROFESI bidang kafermaslan/kasahatan panetitian, pengujian,survai atau
CO
avaluasi di bidang kafermasian/
kasehatan yang dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang diterbilkan Tiap buku 12.500 Semua Jenjang
dan edarkan secara nasional
b. Dalam majalah ilmiah yang diakui Tiap naskah 6.000 Semua Jenjang
deh Lembaga limu Pmgetahuan
Indonesia

2. Karya tuiis 1 karya ilmiah hasii


panalitian, pengujian, survai,atau
avaluasi di bidang kefarmasian/
kasehatan yang tidak dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku Tiao buku 8.000 Semua Jeniana
b. Dalam bentuk makalah Tiap naskah 4.000 Semua Jenjang
3. Karya tulis / karya ilmiah barupa
tinjauan atau ulasan ilmiah hasil
gagasan sendiri di bidang kefarmasian
/kasehatan yang dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang dilerbilkan Tiap buku 8.000 Semua Jenjang
dan edarkan secara nasional
SATUAN ANGKA
NO UNSUR $im uNauR BUTIR KEOlATAN PELAKSANA
HASIL KREDIT

b. Dalam majalah ilmiah yang diakui Tiap naskah 4.000 Semua Jenjang
deh Lembaga l!mu Pefigalahuan Indonesia

4. Karya tulis I karya ilmiah berupa


tinjauan atau ulasan ilmiah hasil
gagasan sendiri di bidang kafarmasian/
kesehatan yang tidak dipublikasikan ;
a. Dalam bentuk buku Tiap buku 7.500 Semua Jenjang
b. Dalam bentuk makalah Tiap naskah 3.500 Semua Jenjang

6. Membuat tuiisan iimaih popular di Tiap naskah 2.000 Semua Jenjang


bidang kefarmasian/kesehatan yang
disebarluaskan malalui madia massa

6. Menyampaikanprasaran berupa Tiap kali 2.500 Semua Jenjang


tinjauan, gagasan dan atau ulasan
oi ilmiah dalam pertemuan ilmiah
o

B. Penetjemahan/penyaduran buku 1. Menerjemahkan/menyadurbuku


dan bahan lainnya di bidang atau bahan lainnya di bidang
kefarmasian/kesehatan kefarmasian/kesehatan yang
dipublikasikan;
a. Dalam bentuk buku yang diterbilkan Tiap buku 7.000 Semua Jenjang
dan diedarkan secara nasional
b. Dalam bentuk majalah ilmiah yang Tiap majalah 3.500 Semua Jenjang
diakui LIPI

2. Menerjemahkan/menyadurbuku
atau bahan lainnya di bidang
kefarmasian/kesehatan yang
tidak dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku Tiap buku 3.500 Semua Jenjang
b. Dalam bentuk makalah Tiap makalat 1.500 Semua Jenjang

3, Membuat abstrak tuiisan ilmiah Tiap abstrak 1.500 Semua Jenjang


yang dimuat dalam penerbitan
SATUAM ANGKA
3UB UNSUR BUTIR KBGIATAN PELAKS/UgA
li UN^Utl HASIL KRBOIt

C. Membuat buku pedoman/petunjuk Membuat buku pedoman/petunjuk Tiap naskah 2.000 Semua Jenjang
petaksanaan/teknis di bidang pelaksanaan / teknis di bidang
pelayanan kefarmasian pelayanan kefarmasian

D. Mensmukan atau mengembangkan Menemukan atau mengembangkan Tlap kali 5.000 Semua Jenjang
teknologi tepat guna di bidang teknologi tepat guna di bidang kefarmasan
kefarmasian

1. Merumuskan sistem pelayanan Tiap rumusar 7500 Semua Jenjang


E. Merumuskan sistem pelayanan
kefarmasian kefarmasian yang mengandung
nilai pembaharuan

2. Merumuskan sistem pelayanan Tiap rumusar 4.500 Semua Jenjang


kefarmasian yang mengandung
nilai-nilai penyempumaan atau
perbaikan
Ol

Melakukan penyuluhan di bidang Tiap prograrr 0.200 Apt. Pertama


F, Melakukan penyuluhan di
kefarmasian / kesehatan 0.400 Apt. Muda
bidang kefarmasian/kesehatan
0.600 Apt. Madya
asoo Apt. Utama

Mengajari/melatih/membimbing yang Tiap 2(dua) 0.040 Semua Jenjang


I) PENUNJANQ A. Mengajar/meiatih/membimbing
jam pelajarai 1
TUOAS yang berkaitan dengan bidang berkaitan dengan bidang kefarmasian/
kefarmasian/kesehatan kesehatan

B. Peran seria dalam seminar/ 1. Seminar/lokakarya atau simposium


lokakarya di bidang kefarmasian/ dll, sebagai:
a. Pemasaran Tiap kali 3000 Semua Jenjang
kesehatan
b. Pembahas/moderator/narasumber Tiap kali 2.000 Semua Jenjang
c. Peserta Tiap kali 1.000 Semua Jenjang

2. Mengikuti/berperanseita sebagai
delegasi ilmiah,sebagai:
a. Ketua Tiap kali 1.500 Semua Jenjang
SATUAN ANGKA
NO UNSUN SUB iimjR BUTiR KEGIATAN PELAKSANA
HASIL KREDJT

b. Anggota Tiap kali 1.000 Semua Jenjang

C. KeanggotaandalamKomite Koanggotaan dalam Komite Farmasi Tiap tahun 0.750 Semua Jenjang
Farmasi dan Terapi(KPT)atau dan Terapi(KFT)atau kepanitian
kepanitian iainnya Iainnya

D. Keanggotaandalamorganisasi 1. TingkatNasional/lnternaslonal,
profesiApotekcr sebagai:
a. Pengurus aktif Tiap tahun 1.000 Semua Jenjang
b. Anggota aktif Tiap tahun 0.750 Semua Jenjang

2. Tingkat Prov/Kab/Kota,sebagai:
a. Pengurus aktif Tiap tahun 0.500 Semua Jenjang
b. Anggota aktif Tiap tahun 0.350 Semua Jenjang

E. Keanggotaan dalam Tim Penllal 1. Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Tiap tahun 1.000 Apt. Utama
Angka Kredit Jabatan Fungsional 2. Anggota Tiap tahun 0.750 Apt. Muda
Apoteker,sebagal: Apt. Madya
Apt. Utama

F. Memparolahgolarkasarjanaan 1. Memperoleh ijazah/gelardi bidang


kesehatan
a. Strata 2(S• 2) Tiap ijazah 15.000 Semua Jenjang
b. Gelarkehormatanakademis Tiap ijazah 15.000 Semua Jenjang

2. Memperoleh ijazah/gelar di luar


bidang kesehatan
a. Strata 1 (S • 1)/DipIonia IV (D • IV) Tiap Ijazah 5.000 Semua Jenjang
b. Strata 2{S-2) Tiap ijazah 10.000 Semua Jenjang
c. Strata 3(S - 3)/Doktor Tiap ijazah 15.000 Semua Jenjang
d. Gelar kehormatan akademis Tiap ijazah 15.000 Semua Jenjang
mwm AROKA
Vo dtfd tiNstm BUtIR KEBIAtAN
nmi KRiii
a Mtmptrolth pligam Salya Laneana Karyasa^:
kthamuitan/penshargun/
tendajasa
a. 30(tiga puluh) tahun Tiap 3.0M Semua jenjang
panghargaan

b. 20(dua puluh) tahun Tiap 2.000 Semua janjang


panghargaan

c. 10(sepuluh)tahun Tiap 1.000 Samua jenjang


,
panghargaan

Ol
o>

MENTERINEGARA
UNAAN APARATUR NEGARA

m
TAUFIQEFFENDI
LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR : PER/07/M.PAN/4/2008
TANGGAL:15 April 2008

JUMLAH AN6KA KREDIT KUMULATIF MINIMAL UNTUK PENGANGKATAN DAN


KENAIKAN JENJANG/PANGKAT JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER
JENJANG JABATAN/GOLONGAN RUANG DAN ANGKA KREDIT APOTEKER

Apoteker
NO UNSUR PERSENTASE Apoteker Muda Apoteker Madya Apoteker Utama
Pertama

ill/b lll/c ill/d IV/a IV/b iV/c IV/d IV/e

A UTAMA

I Pendidikan
II Pekerjaan >80% 120 160 240 320 440 560 660 840
kefarmaslan
2 III Pengembangan
profesi

B PENUNJANG

Kegiatan yang
mendukung <20% 30 40 60 80 110 140 170 210
pelaksanaan
tugas Apoteker

Jumlah 100% 150 200 300 400 550 700 850 1050

MENTERI NEGARA
lUNAAN APARATUR NEGARA

TAUFIQEFFENDI
Mi
PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN
DAN
KERALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR 1113/MENKES/PB/XII/2008
NOMOR 26 TAHUN 2008
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL
APOTEKER DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN
DAN
KERALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

Menimbang a. bahwa dengan Peraturan Menteri Negara


Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/
07/M.PAN/4/2008 telah ditetapkan Jabatan
Fungslonal Apoteker dan Angka Kreditnya;

b. bahwa untuk tertib administrasi dalam


pelaksanaannya, perlu menetapkan Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker dan
Angka Kreditnya dengan Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang


Pokok-pokok Kepegawaian(Lembaran Negara

55
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041),sebagaimanatelah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3495);

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966


tentang Pemberhentian / Pemberhentian
Sementara Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2797);

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977


tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3098); sebagaimana
telah sepuluh kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 23);

56
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipii
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran negara
Republik Indonesia Nomor 3149) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 1994(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 1);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3176);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3547);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996


tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000


tentang FormasI Pegawai Negeri SIpll(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
194, Tambahan Lembaran Negara Republik
57
Indonesia Nomor 4015); sebagalmana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 4332);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000


tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4016), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2002 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4192);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000


tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4017); sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4193);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000


tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan

58
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4019);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003


tentang Wewenang, Pengangkatan, Pemln-
dahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4263);

14. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999


tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;

15. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001


tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewena-
ngan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

16. Peraturan Presiden Nomor9Tahun 2005 tentang


Kedudukan,Tugas, Fungsi,Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia;

17. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor PER/07/M.PAN/4/2008
tentang Jabatan Fungsional Apotekerdan Angka
Kreditnya;

59
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN


DAN KERALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN
FUNGSIONAL APOTEKER DAN ANGKA
KREDITNYA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud


dengan:

1. Apoteker adalah jabatan yang mempunyai mang


lingkup, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmaslan pada unit
pelayanan kesehatan yang diduduki oleh Pegawai
Negerl Sipil dengan hak dan kewajiban yang
diberikan secara penuh oleh pejabat yang
berwenang;

2. Pekerjaan kefarmaslan adalah penylapan


rencana kerja kefarmasian, pengelolaan
perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, dan
pelayanan farmasi khusus.

3. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi, alat


kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga,
radio farmasi, dan gas medik.

60
4. Sediaan fanmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetika.

5. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen,


aparatus, mesin,implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawatorang sakit serta memulthkan
kesehatan pada manusia dan atau untuk
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.

6. Perbekalan kesehatan aimah tangga adalah alat,


bahan atau campuran untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, hewan
pellharaan, rumah tangga dan atau tempat-
tempat umum.

7. Unit pelayanan kesehatan adalah tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yaitu rumah sakit, instalasi farmasi
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota (Gudang
farmasiyunit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD),
puskesmas, apotek, dan poliklinik/balai
pengobatan serta unit pelayanan kesehatan
lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
8. Angka kredit adalah satuan nilal dari tiap butir
kegiatan dan atau akumulasi butir-butirkegiatan
yang harus dicapai oleh seorangApotekerdalam
rangka pembinaan karier kepangkatan dan
jabatannya.
9. Tim penilai angka kredit adalah tim penilai yang
dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang dan bertugas untuk menilai prestasi
kerja Apoteker.

10. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah


Menteri, Jaksa ^ung,Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Kepresldenan, Kepala Kepolisian
Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Marian Badan
Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekreta
riatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat
struktural eselon I dan bukan merupakan bagian
dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen.

11. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi


adalah Gubemur.

12. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah


Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota.

13. Pemberhentian adalah pemberhentian dari


Jabatan Apoteker bukan pemberhentian sebagai
Pegawai Negeri Sipil.

62
BAB II
USUL PENILAIAN DAN PENETAPAN
ANGKA KREDIT

Pasal 2

(1) Bahan penilalan angka kredit jabatan Apoteker


disampaikan pimpinan unit kerja paling rendah
pejabat struktural eselon IV yang bertanggung
jawab di bidang kepegawaian setelah diketahui
atasan langsung pejabat fungsional yang
bersangkutan kepada pejabat yang ben/venang
mengusulkan penetapan angka kredit.
(2) Pejabat yang berwenang mengusulkan
penetapan angka kredit jabatan Apoteker
menyampaikan usul penetapan angka kredit
kepada pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit melalui Tim Penilai.

(3) Usul penetapan angka kredit untuk Apoteker


dibuat menurut contoh formulir sebagaimana
tersebut dalam Lampiran l-A sampai dengan
Lampiran l-D Peraturan Bersama ini.

(4) Setiap usul penetapan angka kredit Apoteker


dilampiri dengan;
a. surat pernyataan melakukan kegiatan
pekerjaan kefarmasian dan bukti fisiknya,
dibuat sesuai contoh formulir sebagaimana
tersebut pada Lampiran II Peraturan Bersama
ini;

63
b. surat pernyataan melakukan kegiatan
pengembangan profesi dan buktl fisiknya,
dibuat sesuai contoh formullr sebagaimana
tersebut pada Lampiran ill Peraturan
Bersama ini;
c. surat pernyataan melakukan kegiatan
penunjang tugas dan buktl fisiknya, dibuat
sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut
pada Lampiran IV Peraturan Bersama ini;
d. surat pernyataan telah mengikuti pendidikan
dan pelatihan, dibuat sesuai contoh formulir
sebagaimana tersebut pada Lampiran V
Peraturan Bersama ini.

Pasal 3

(1) Setiap usul penetapan angka kredit bagi Apoteker


harus dinilai secara seksama oleh Tim Penilai
berdasarkan rincian kegiatan dan nilai angka
kredit sebagaimana tersebut dalam, Lampiran I
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/07/M,PAN/4/2008.
(2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), disampaikan kepada Pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit untuk
ditetapkan angka kreditnya.

Pasal 4

(1) Penetapan angka kredit Apoteker sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat(2)ditetapkan oleh

64
pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit, dibuat menumt contoh sebagalmana
tersebut datam Lampiran VI Peraturan Bersama
ini;

(2) Asli Penetapan Angka kredit(PAK)disampaikan


kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN) atau Kepala Kantor Regional BKN yang
bersangkutan dan tembusan disampaikan
kepada;
a. Apoteker yang bersangkutan;
b. Sekretaris Tim Penilai Apoteker yang
bersangkutan;
c. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang
bersangkutan;
d. Pejabat lain yang dipandang perlu.
Pasal 5

(1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka


kredit, setiap Apoteker diwajibkan mencatat dan
menginventarisirsemua kegiatan yang dilakukan.
(2) Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap
setiap Apoteker dilakukan paling kurang 1 (satu)
kali dalam setahun.

(3) Dalam ha!Apoteker akan dipertimbangkan untuk


naik pangkat, ditetapkan paling lambat 3 (tiga)
bulan sebelum periode kenaikan pangkat
Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:

65
a. untuk kenaikan pangkat periode April, angka
kredit ditetapkan paling lambat pada buian
Januari tahun yang bersangkutan; dan
b. untuk kenaikan pangkat periode Oktober,
angka kredit ditetapkan paling lambat pada
bulan Juli tahun yang bersangkutan.
Pasal 6

(1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka


kredit dalam menetapkan angka kredit dapat
mendelegasikan atau memberikan kuasa kepada
pejabat lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat(1) Peraturan Menteri Negara Pendaya-
gunaan Aparatur Negara Nomor PER/07/M.PAN/
4/2008.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dalam rangka tertib administrasi dan pengen-
dalian harus membuat spesimen tanda tangan
dan disampaikan kepada Kepala BKN atau
Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan.
(3) Apabila terdapat pergantian pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, maka
spesimen tanda tangan pejabat yang
menggantikan tetap harus dibuat dan disam
paikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor
Regional BKN yang bersangkutan.
Pasal 7

Apabila pejabat yang berwenang menetapkan angka


kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

66
berhalangan sehingga tidak dapat menetapkan angka
kredit sampai batas waktu yang ditentukan dalam
Pasal 5 ayat(2), angka kredit dapat ditetapkan oleh
pejabat lain satu tingkat dl bawahnya, yang secara
fungsional bertanggung jawab dl bidang kefarmasian
setelah mendapatkan delegasi atau kuasa dari
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
atau atasan pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.

BAB ill
TIM PENILAI

Pasal 8

(1) Syarat untuk dapatdiangkat menjadi Anggota Tim


Peniiai adalah sebagai berikut:
a. paling rendah menduduki jabatan/pangkat
setingkat dengan jabatan/pangkat Apoteker
yang dinilai;
b. mempunyai keahlian serta mampu untuk
menilai prestasi kerja Apoteker; dan
c. dapat aktif meiakukan penilaian.

(2) Masajabatan AnggotaTim Peniiai sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah 3 (tiga) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk masajabatan
berikutnya.

(3) Anggota Tim Peniiai yang telah menjabat dalam


2(dua) masa jabatan sebagaimana dimaksud

67
pada ayat (2), dapat diangkat kembali setelah
melampaui tenggang waktu 1 (satu) masa
jabatan.

(4) Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang


pensiun atau berhalangan paling singkat6(enam)
buian, Ketua Tim Penilai mengusulkan
penggantian Anggota Tim Penilai secara defenitif
sesuai masa keija yang tersisa kepada pejabat
yang ben/venang menetapkan Tim Penilai.

(5) Dalam hal terdapatAnggota Tim Penilai yang turut


dinilai, maka Ketua Tim Penilai dapat mengangkat
Anggota Tim Penilai Pengganti.

(6) Susunan keanggotaan Tim Penilai terdiri dari


unsur teknis, unsur kepegawaian, dan pejabat
fungsional Apoteker dengan ketentuan sebagai
berikut;
a. satu orang ketua merangkap anggota dari
unsur teknis;
b. satu orang wakil ketua merangkap anggota
dari unsur kepegawaian;
c. satu orang sekretaris merangkap anggota;
dan
d. paling kurang 4(empat) orang anggota.

(7) Dalam hal komposisijumlah anggota Tim Penilai


sebagaimana dimaksud pada ayat(6)tidak dapat
dipenuhi, maka anggota Tim Penilai dapat
diangkat dari pejabat lain yang mempunyai

68
kompetensi daiam penilaian prestasi kerja
Apoteken

(8) Tata kerja dan tata cara penilaian Tim Penilai


dalam melakukan tugas ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan selaku Pimpinan Instansi Pembina
Jabatan FungsionalApoteker.

Pasal 9

(1) Tugas Tim Penilai Direktorat Jenderal adalah:


a. membantu Direktur Jenderal yang membina
pelayanan kefarmasian Departemen
Kesehatan atau Pejabat Eselon II yang
bersangkutan dalam menetapkan angka
kredit Apoteker Utama yang bekerja pada
pelayanan kefarmasian di lingkungan
Departemen Kesehatan dan instansi lainnya;
b. melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Direktur Jenderal yang
membina pelayanan kefarmasian Departe
men Kesehatan atau Pejabat Eselon 11 yang
bersangkutan yang berhubungan dengan
penetapan angka kredit sebagaimana
dimaksud huruf a;

(2) Tugas Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal


adalah:
a. membantu Sekretaris Direktorat Jenderal
yang membina pelayanan kefarmasian
Departemen Kesehatan dalam menetapkan
69
angka kredit Apoteker Pertama sampai
dengan Apoteker Madya yang bekerja pada
peiayanan kefarmaslan di llngkungan -
Departemen Kesehatan; dan
b. melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal
yang membina peiayanan kefarmaslan
Departemen Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit sebagal-
mana dimaksud huruf a.

(3) Tugas Tim Penllal InstansI adalah:


a. membantu PImplnan Unit Peiayanan
Kesehatan Departemen / Lembaga Peme-
rlntah Non Departemen (LPND) selain
Departemen Kesehatan(setlngkat eselon II)
dalam menetapkan angka kredit Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya
yang bekeija pada peiayanan kefarmaslan dl
llngkungan maslng-masing; dan
b. melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh PImplnan Unit Peiayanan
Kesehatan Departemen / Lembaga Peme-
rlntah Non Departemen (LPND) selain
Departemen Kesehatan (setlngkat eselon II)
yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit sebagalmana dimaksud huruf a.

(4) Tugas Tim Penllal ProvinsI adalah :


a. membantu Kepala DInas Kesehatan ProvinsI
dalam menetapkan angka kredit bagi
70
Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada pelayanan
kefarmasian di lingkungan provinsi; dan
b. melaksanakan tugas-tugas iain yang
diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi yang berhubungan dengan
penetapan angka kredit sebagalmana
dimaksud hurufa.

(6) TugasTim Penilai Kabupaten/Kota adalah:


a. membantu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam menetapkan angka
kredit bag!Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya yang bekerja pada
pelayanan kefarmasian di lingkungan
Kabupaten/Kota: dan
b. melaksanakan tugas-tugas fain yang
diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang berhubungan dengan
penetapan angka kredit se.bagaimana
dimaksud huruf a.

(6) Dalam hal Tim Penilai Instansi belum terbentuk,


penilaian dan penetapan angka kredit Apoteker
dapat dimintakan kepada Tim Penilai Direktorat
Jenderal.

(7) Dalam hal Tim Penilai Provinsi belum terbentuk


penilaian dan penetapan angka kredit Apoteker
dapat dimintakan kepada Tim Penilai Direktorat
Jenderal.
(8) Dalam hal Tim Penilai Kabupaten/Kota belum
terbentuk penilaian dan penetapan angka kredit
Apoteker dapat dimintakan kepada Tim Penilai
Kabupaten/Kota terdekat atau Tim Penilai
Provinsi yang bersangkutan atau Tim Penilai
Direktorat Jenderal.

Rasa!10

(1) Untuk membantu Tim Penilai dalam


melaksanakan tugasnya, dibentuk SekretariatTim
Penilai yang dipimpin oleh seorang Sekretaris
yang secara fungsional dijabat oleh pejabat di
bidang kepegawaian.

(2) Sekretariat Tim Penilai dibentuk dengan


keputusan pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.

Pasal11

(1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka


kredit dapat membentukTim Penilai Teknis yang
anggotanya terdiri dari para ahli, baik yang
berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau
bukan Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai
kemampuan teknis yang diperlukan.

(2) Tugas Tim Penilai Teknis, adalah memberikan


saran dan pendapat kepada Ketua Tim Penilai
dalam hal memberikan penilaian atas kegiatan

72
yang bersifat khusus atau keglatan yang
memeriukan keahiian tertentu.

(3) Tim Penilai Teknis menerima tugas dan


bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai.

BAB IV
KENAIKAN JABATAN/PANGKAT

Pasal 12

Penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (1), digunakan sebagai dasar
untuk mempertimbangkan kenaikan jabatan/pangkat
Apoteker, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 13

(1) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12, dapat dipertimbangkan apabila:
a. paling kurang telah 1 (satu) tahun dalam
jabatan terakhir;
b. memenuhi angka kredit kumulatif yang
ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat
lebih tinggi; dan
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3)
paling rendah bemilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.

73
(2) Kenaikan jabatan dari jenjang Apoteker Madya
menjadi ^oteker Utama ditetapkan oleh Presiden
seteiah mendapat pertimbangan teknis Kepala
BKN.

(3) Kenaikan jabatan dari jenjang Apoteker Pertama


sampai dengan Apoteker Madya ditetapkan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian instansi
masing-masing.

Pasal14

(1) Kenaikan pangkatsebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12, dapat dipertimbangkan apabila:
a. paling kurang telah 2 (dua) tahun dalam
pangkat terakhir;
b. memenuhi angka kredit kumulatif yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi; dan
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3)
paling rendah bernilai balk dalam 2 (dua)
tahun terakhir.

(2) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Pusat/


Daerah yang mendudukijabatan /^oteker Madya,
pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/
b, untuk menjadi Pembina Utama Muda,golongan
ruang IV/c sampai dengan Apoteker Utama,
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e,

74
ditetapkan oleh Presiden seteiah mendapat
pertimbangan teknis Kepala BKN.

(3) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Pusat


yang menduduki jabatan Apoteker Pertama,
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
lll/b, untuk menjadi Apoteker Muda pangkat
Penata, golongan ruang lll/c, sampai dengan
Apoteker Madya, pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b, ditetapkan dengan
Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
yang bersangkutan seteiah mendapat perse-
tujuan teknis Kepala BKN.

(4) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah


Provinsi yang menduduki jabatan Apoteker
Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang lll/b, untuk menjadi Apoteker
Muda pangkat Penata, golongan ruang lll/c,
sampai dengan Apoteker Madya, pangkat
Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b,
ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah Provinsi yang bersang
kutan seteiah mendapat persetujuan teknis
Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan.

(5) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah


Kabupaten/Kota yang menduduki jabatan
Apoteker Pertama, pangkatPenata Muda Tingkat
I, golongan ruang lll/b untuk menjadi Apoteker
Muda, pangkat Penata, golongan ruang lll/c,
75
sampai dengan pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang lll/d, ditetapkan dengan
Keputusan Pejabat Pembina Kepegawalan
Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
setelah mendapat persetujuan teknis Kepala
Kantor Regional BKN yang bersangkutan.

(6) Kenaikan pangkat Pegawai Negerl Sipil Daerah


Kabupaten/Kota yang menduduki jabatan
Apoteker Muda, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang lll/d, menjadi Apoteker Madya,
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, sampai
dengan pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV/b, ditetapkan oleh Gubernur yang
bersangkutan setelah mendapat persetujuan
teknis Kepala Kantor Regional BKN yang
bersangkutan.

Pasal 15

(1) Kenaikan pangkat bagi Apoteker dalam jenjang


jabatan yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan
jika kenaikan jabatannya telah ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Apoteker yang memlliki angka kredit melebihi


angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan
angka kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk
kenaikan jabatan/pangkat berikutnya.

76
(3) Apoteker yang mencapai angka kredit untuk
kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi
pada tahun pertama dalam masa jabatan/pangkat
yang didudukinya, pada tahun berikutnya
diwajibkan mengumpuikan angka kredit paling
rendah 20%{dua puluh person)darijumlah angka
kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi yang
berasal dari kegiatan tugas pokok.

(4) Apoteker Madya, pangkat Pembina, golongan


ruang IV/a, yang akan naik pangkat setingkat
lebih tinggi menjadi pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b, sampai dengan Apoteker
Utama pangkat Pembina Utama, golongan ruang
IV/e, angka kredit kumuiatif yang dipersyaratkan
untuk setiap kenaikan pangkat paling kurang 12
(dua belas) angka kredit harus berasa! dan"
kegiatan pengembangan profesi.

(5) Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama,


golongan ruang IV/e, setiap tahun sejak
menduduki jenjang jabatan diwajibkan
mengumpuikan paling kurang 25(dua puluh lima)
angka kredit dari kegiatan tugas pokok.
BABV
PENGANGKATAN,PEMBEBASAN SEMENTARA,
DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN
DARIJABATAN

Pasal 16

Pengangkatan, pembebasan sementara, dan


pemberhentian dalam dan dari jabatan Apoteker,
ditetapkan oleh pejabat yang benwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk


pertama kali dalam jabatan Apoteker harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. berijazah Apoteker;
b. pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat
I, golongan ruang lll/b; dan
c. setiap unsur penllaian prestasi kerja dan
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3)
paling rendah bemilal baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.

(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud


pada ayat(1)adalah pengangkatan untuk mengisi
lowongan formasi jabatan Apoteker, yang telah
dipersiapkan pada waktu pengadaan Calon
Pegawai Negeri Sipil.

78
(3) Surat Keputusan pengangkatan pertama kali
dalam jabatan Apoteker dibuat menurut contoh
sebagaimana tersebut pada Lampiran VII
Peraturan Bersama ini.

Pasal 18

(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan


lain ke dalam jabatan Apoteker dapat dipertim-
bangkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat 1 Peraturan Menteri
Negara Penyagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/07/M.PAN/4/2008;
b. memiliki pengalaman dalam pekerjaan
kefarmasian minimal 2(dua) tahun terakhir
sebelum diangkat dalam jabatan Apoteker;
c. usia paling tinggi 50(lima puluh)tahun; dan
d. setiap unsur penilaian prestasi kerja dan
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pekerjaan (DP-3) paling rendah
bemllai baik dalam 1 (satu)tahun terakhir.
(2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat(1)adalah
sama dengan pangkat yang dimilikinya,
sedangkan jenjang jabatan Apoteker ditetapkan
sesuai dengan jumlah angka kredit yang diperoleh
setelah meialui penilaian dan penetapan angka
kredit dari pejabat yang benivenang menetapkan
angka kredit yang berasal dari unsur utama dan
unsur penunjang.

79
(3) Surat Keputusan pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan Apoteker
dibuat menurut contoh sebagaimana tersebut.
pada Lampiran VIII Peraturan Bersama ini.
Pasal 19

Bagi Apoteker yang karena perpindahan jabatan


memiliki pangkat/golongan ruang yang lebih tinggi dari
jabatan Apoteker yang diperolehnya dapat
mengajukan kenaikan jabatan satu tingkat lebih tinggi
setelah 1 (satu) tahun dalam jabatannya dan
memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan jabatan.

Pasal 20

(1) Asisten Apoteker apabila memperoleh ijazah/


gelar Apoteker dapat diangkat dalam jabatan
Apoteker apabila;
a. tersedia formasi untuk jabatan Apoteker;
b. paling kurang telah 1 (satu) tahun dalam
pangkat terakhir;
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3)
paling kurang bemilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir; dan
d. memenuhi jumlah angka kredit yang
ditentukan untuk jabatan/pangkat yang
didudukinya.

80
(2) Asisten Apoteker yang akan beralih menjadi
Apoteker diberikan angka kredit65%(enam puiuh
lima persen) dari angka kredit kumulatif DIklat,
Tugas Pokok, dan Pengembangan Profesi
ditambah angka kredit ijazah Apoteker, dengan
tidak memperhitungkan angka kredit dari unsur
penunjang.

(3) Asisten Apoteker yang diangkat dalam jabatan


Apoteker, apabila pangkat dan goiongan ruang
masih dibawah Penata Muda Tingkat I, goiongan
ruang lll/b, diberikan kenaikan pangkat
penyesuaian ijazah menjadi Penata Muda Tingkat
I, goiongan ruang Ill/b setelah surat keputusan
pengangkatan dalam jabatan Apoteker
ditetapkan.

Pasal 21

Selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat(1), Pasal 18 ayat(1),
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan
Apoteker dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan
Apoteker.

Pasal22

(1) Apoteker Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat


I, goiongan ruang lll/b, sampai dengan Apoteker
Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
goiongan ruang IV/d, dibebaskan sementara dari
jabatannya apabiia dalam jangka waktu 5(lima)
tahun sejak menduduki pangkat dan atau jabatan
terakhirtidak dapat mengumpulkan angka kredit
untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih
tinggi.

(2) Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama,


golongan aiang IV/e, dibebaskan sementara dari
jabatannya apabiia setiap tahun sejak menduduki
jabatan/pangkatnya tidak dapat mengumpulkan
paling kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit
dari kegiatan tugas pokok.

(3) Pembebasan sementara bagi Apoteker


sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat
(2) didahului dengan peringatan paling lambat6
(enam)bulan sebelum batas waktu pembebasan
sementara dengan menggunakan surat
peringatan yang dibuat sesuai Lampiran IX
Peraturan Bersama ini.

(4) Apoteker yang dibebaskan sementara sebagai


mana dimaksud pada ayat(1)dan ayat(2)selama
pembebasan sementara tetap melaksanakan
tugas pokoknya dan dari kegiatan tersebut dapat
ditetapkan angka kreditnya.

(5) Selain dibebaskan sementara sebagaimana


dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2), Apoteker
juga dibebaskan sementara dari jabatannya
apabiia:

82
a. dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeii Sipii
dengan tingkat hukuman disipiin sedang atau
berat berupa jenis hukuman disiplin
penurunan pangkat;
b. dibertientikan sementara sebagai Pegawai
Negeri Sipil;
c. ditugaskan secara penuh di luar jabatan
Apoteker;
d. cuti di luartanggungan negara, kecuali untuk
persaiinan keempat dan seterusnya; atau
e. tugas belajar lebih dari 6(enam) bulan.

(6) Apoteker yang dibebaskan sementara sebagai-


mana dimaksud pada ayat (5) huruf a, selama
menjalani masa hukuman disiplin, tetap
melaksanakan tugas pokoknya, dan kegiatan
tersebut dapat ditetapkan angka kreditnya.

(7) Surat Keputusan pembebasan sementara dari


jabatan Apoteker dibuat menurut contoh
sebagaimana tersebut pada Lampiran X
Peraturan Bersama ini.

Pasal23

(1) Apoteker diberhentikan dari jabatannya apabila;


a. dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan
telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
kecuali jenis hukuman disiplin berat berupa
penurunan pangkat; atau
b. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak
dibebaskan sementara dari jabatannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(1), tetap tidak dapat mengumpulkan angka
kredit yang ditentukan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi;
c. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak
dibebaskan sementara dari jabatannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(2), tetap tidak dapat mengumpulkan angka
kredit yang ditentukan.

(2) Surat Keputusan pemberhentian dari jabatan


Apoteker dibuat menurut contoh sebagaimana
tersebut pada Lampiran XI Peraturan Bersama

BAB VI
PENGANGKATAN KEMBALI DALAM JABATAN

Pasal24

(1) Apoteker yang dibebaskan sementara karena


tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih
tinggi, diangkat kembali dalam jabatan Apoteker
apabila telah memenuhi angka kredit
kekurangannya.

(2) Apoteker yang dijatuhi hukuman disipiin tingkat


sedang atau tingkat berat berupa penurunan
pangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980, dapat diangkat kembali
dalam jabatan Apoteker apabila masa beiiakunya
hukuman disiplin tersebut telah berakhir.

(3) Apoteker yang dibebaskan sementara karena


diberbentikan sementara sebagai Pegawai Negeri
Sipi) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
4 Tahun 1966, diangkat kembali dalam jabatan
Apoteker, apabila berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dinyatakan tidak bersalah atau
dijatuhi pidana percobaan.

(4) Apoteker yang dibebaskan sementara karena


ditugaskan secara penuh dl luarjabatan Apoteker
sesuai jabatan terakhir yang diduduki, dapat
diangkat kembali dalam jabatan Apoteker apabila
telah selesai melaksanakan tugas di luarjabatan
Apoteker.

(5) Apoteker yang dibebaskan sementara karena cuti


di luar tanggungan negara dan telah diangkat
kembali pada instansi semula, dapat diangkat
kembali dalam jabatan Apoteker.

(6) Apoteker yang telah selesai menjalani tugas


belajar lebih dari 6(enam) bulan, dapat diangkat
kembali dalam jabatan Apoteker.
(7) Pengangkatan kembali dalam jabatan Apoteker
sebagaimana dimaksud pada ayat(4) dan ayat
(5) dapat dilakukan apabila usia yang
bersangkutan paling kurang 2 (dua) tahun
sebelum mencapai batas usia pensiun.

(8) Surat Keputusan pengangkatan kembali dalam


jabatan Apoteker dibuat menurut contoh
sebagaimana tersebut pada Lampiran XII
Peraturan Bersama Ini.

Pasal 25

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat kembali dalam


jabatan Apoteker sebagaimana dimaksud pada Pasal
24,jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kredit
terakhir yang dimiliki dan dapat ditambah angka kredit
yang diperoleh selama tidak menduduki jabatan
Apoteker.

BAB Vil
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 26

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan


Apoteker tidak dapat menduduki jabatan rangkap,
baik dengan jabatan fungsional lainnya maupun
dengan jabatan struktural.

86
Pasal 27

(1) Untuk menjamin adanya persamaan persepsi,


pola pikir dan tindakan dalam melaksanakan
pembinaan, Departemen Kesehatan selaku
instansi Pembina Jabatan Fungsionai Apoteker
melaksanakan sosiallsasi dan fasilitasi kepada
pejabat yang berkepentingan dan Apoteker.

(2) Untuk pembinaan karler Apoteker secara


profesional sesuai kompetensi jabatan,
Departemen Kesehatan selaku Instansi Pembina,
antara lain melakukan:
a. penetapan pedoman formasi jabatan
Apoteker;
b. penetapan standar kompetensi Apoteker;
c. pengusulan tunjangan jabatan Apoteker;
d. sosiallsasi jabatan Apoteker serta petunjuk
pelaksanaannya;
e. penyusunan kurikulum pendidikan dan
pelatihan fungslonal/teknis fungsionai
Apoteker;
f. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
fungsionai/ teknis bagi Apoteker dan
penetapan sertifikasi;

87
g. pengembangan sistem informasi jabatan
Apoteker;
h. fasilitasi pelaksanaan jabatan Apoteker;
i. fasilitasi pembentukan organisasi Apoteker;
j. fasilitasi kerjasama penyusunan dan
penetapan etika profesi dan kode etik
Apoteker;
k. melakukan monitoring dan evaluasi jabatan
Apoteker.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Ketentuan teknis yang belum diatur dalam Peraturan


Bersama ini akan diatur kemudian oleh Menteri
Kesehatan dan Kepala BKN baik secara bersama
atau sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas
masing-masing.

Pasal 29

Untuk memperjelas dan mempermudah pelaksanaan


Peraturan Bersama ini, dilampirkan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

88
PER/07/M.PAN/4/2008 sebagaimana tersebut pada
Lampiran XIII Peraturan Bersama ini.

Pasal 30

Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal: 1 Desember 2008

KERALA MENTERIKESEHATAN
BA^KEPEGAWAIAN NEGARA

DYTOPOASHARI Dr.dr.SITIFADILAH SUPARI,Sp.JP(K)

89
CONTOH;
UMPtRANU
DARAR USUL PENETARVN ANGKA KREmT PERATURANBERSAMA
APOTEKER MENTERIKESEHATAN DAN
KERAU BAOAN KEPEGAWAIAN NE6ARA
NOMOR 1113MENKESff>BMi/200d
NOMOR 28TAHUN2008
TANGOAL 1C£SEMBER2008
DAFTAR USUL PENETAPAN AN6KA KREOIT
JABATAN APOTEKER PERTAMA

1 KETERANGAN PERORANGAN
1 NAMA
2 NIP

3 NOMOR SERI KARPEG


4 TEMPAT DAN TANGGAL LAHW
5 JENIS KELAMIN
6 PENDIDIKAN SEKOLAH YANG TELAH DIPERHITUNGKAN ANGKA
KREDITNYA
7 PANGKAT/GOL.RUANG/TMT
8 JABATAN APOTEKER

9 MASA KERJA LAMA


GOLONGAN BARU
10 UNIT KERJA

n UNSUR YANG raNiUU


ANGKA KREOfTMENURt/r
NO UNSURySUS UNSUR/BUIIRKEGtATAN PENGUSUL tawtPENlLAt
lAMA JUMLAH lAMA BARU ■JUMLAH

UNSUR UTAMA

1. PENDIDIKAN

A. Mengikutl pendidlkan sekolah dan memperoleh


IJazah atau geiar

B. Mengikutl pendidlkan dan pelatihan fungsional


di bidang kefarmasian dan mendapatkan Surat
Tanda Tamat Pendidlkan dan Pelatihan (STTPP)
atau Sertifikat

1. LamanyalebihdariBBOjam
2. Lamanya antara 641 - 960 jam
3. Lamanya antara 401 - 640 jam
4. Lamanya antara 161 • 400 jam
5. Lamanya antara 81-160 jam
6. Lamanya antara 30 - 80 jam

C. Mengikutl pendidlkan dan pelatihan prajabatan


golongan III dan mendapatkan Surat Tanda Tamat
Pendidlkan dan Pelatihan (STTPP) atau Sertifikat.

JUMLAH

91
AN^KREOrrW£fft«^UT
no KEOIATAN PENOUSta, imfmM
ijm ma jama im 8ARU mm

2. PEKERJAAN KEFARMASIAN

A. Penyiapan Rencana Kerja Kefarmasian


1. Menyiapkan rencana kagiatan

a. Membuat kerangka acuan

B. Pengetolaan Perbekalan Farmasi


1. PemHihan

a. Pertrekalan Farmasi

- MengMasifikasi perbekalan farmasi


b.' Pemasok

• Inventarisasi

2. Perencanaan

• Mengolah data

3. Sterilisasi sentral

- Mengawasi kegiatan

4. Penylmpanan

- Menyusun perbekalan farmasi

5. Penghapusan

- Merekapitulasi daftar usulan

C. Pelayanan Farmasi Klinik

1. Dispensing

a. Resep Individual

• Meracik obat

2. Visite ke ruang rawat

3. Pelayanan Informasi Obat(PIG)


4. Konseling obat

5. Konsultasi dengan dokter, perawat dan


tenaga kesehatan lainnya
6. Pemantauan Penggunaan Obat

- Mendokumentaslkan

92
ANGKAKREDITMKNURI^
m UNSUR/$UB t/NSUR^UTIRfOcGiATAN PENGUSUL -nMPENILAI
im, SARU ^lAH um BARU

D. Pelayanan Farmasi Khusus

1. Pelayanan ketarma^an Jarak Jauh (R&note


service)

2. Home care

3. Ambulatory services

4. Swamedikasi

6. Pelayanan paliatif

E. Pengabdian Masyarakat

1. Kejadlan Luar Blasa (KLSyWabah/Bencana


Alam

2. Kesehatan dan Kesetamatan Keija(K-3)

3. Program Khusus Sarana Pelayanan


Kesehatan

F. Peiaksanaan tugas ditempat yang mempunyal


resiko tinggi dan atau rawan

a Menjadi saksl dalam penghapusan perbekalan


farmasi dan atau dokumen

H. Memlmpin InstalasI farmasi dan sterlilsasi


Pekerjaan kefarmaslan yang tidak sesuai dengan
jenjang Jabatannya

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

JUMLAH

93
AN6KAKRECrrft«HURUT
NO IWSUR/We UNSyR®UTIR Ke<3JATAN PENGUSUL mfPEWLAI
LAMA im mjn
3. PENGEMBANGANPROFESI
A. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang
fcebirnBsian/kesehatan
1. Karya tulis/karya Bmiah basil penelitian,pengu ian,
survei atau evaluasi di bidang kefarmaslan/
kesehatan yang dipubfikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional
b. Oalam majalah ilmiah yang dtakui oleh Lembaga
llmu Pengetahuan Indonesia
Z Karya tulls 1 karya ilmiah basil penelitian,
pengujian, survei, atau evaluasi di bidang
kefarmasian/kesebatan yang tidak dipubiikasi-
kan:
a. Dalam bentuk buku
b. Dalam bentuk makaiah
3. Karya tuli^karya iitniab berupa tinjauan atau
uiasan ilmiah basil gagasan sendiri dibidang
kebirmasian/kesebatan yang dipublikasikan
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional
b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh Lembaga
llmu Pengetahuan Indonesia
4. Karya tuiis/karya ilmiah berupa tinjauan atau
uiasan ilmiah basil gagasan sendiri di bidang
kefarrrasian/kesehatan yang tidak dipublikasikan
a Dalam bentuk buku
b. Dalam bentuk makaiah
5. Membuat tuiisan ilmiah populer di bidang
kefarmasian/kesebatan yang disebarluaskan
meialui media massa.
6. Menyanraikan prasaran berupa tinjauan,gagasan
dan atau uiasan ilmiah daiam pertemuan iimiah.
B. Peneijemahan/penyaduran buku dan baban iainnya
di bidang kefarmasian/kesebatan
1. Menerjemahkan/menyadur buku atau bahan
Iainnya di bidang kefarmasian/kesebatan yang
dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang ditertjitkan dan diedar
kan secara nasional
b. Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui LIPI
2. Menerjemahkan/menyadur buku atau baban
Iainnya di bidang kefarmasian/kesebatan yang
tidak dipublikasikan.
a. Dalam bentuk buku
b. Dalam bentuk makaiah
3. Membuatabstrak tuiisan ilmiab yang dimuatdaiam
penerbitan

94
- ANQKAKREDnrii/ENURUT
NO UN8UIWSOfft^$UF5»UmKEOWrAN ?e«3«sui ^TWI»ENJLAI
LAtlift mam. LAMA BAi;u/ JUMLAH
C. Membuatbukupedoman/petut^ukpelaksanaan/
petunjukteknis di bidang pdayanan kefannaslan
D. Menemukan atau mengembangkan tefcnologi
tepat guna di bidang kefarmasian
E. Merumuskan sistem pelayanan kefarmasian
1. Merumuskan sistem pelayanan kefarmasian
yang mengandung nliai-nilai pembaharuan
2. Merumuskan sistem pelayanan kefarmasian
yang mengandung nilaiHiilai penyempumaan
atau perbaikan
F. Melakukan penyutuhan di bidang kefarmasian/
kesehatan

JUMLAH

JUMLAH UNSUR UTAMA

II PENUNJAN6 TUGAS

A. Mengajar/melatih/membimbing yang berkaltan


dengan bidang kefarmasian/kesehatan
B. Reran serta dalam semlnar/lokakarya di bidang
kefarmasian/kesehatan

1. Semlnar/lokakarya atau simposlum dli,


sebagai:
a. Pemasaran

b. Pembahas/mcderator/narasumber

c. Peseda

2. Menglkuti/berperan serta sebagai delegasi


ilmiah,setragai:
a. Ketua

b. Anggota

C. Keanggotaan dalam Komite Farmasi dan Terapi


(KFT)dan atau kepanitlaan lainnya
D. Keanggotaan dalam organlsasi profesi Apoteker
1. TIngkat Nasional/Intemaslonal sebagai:
a. Pengurus aktif
b. Anggota aktif
2. TIngkatProv/Kab/Kota,sebagai:
a. Pengurus aktif
b. Anggota aktif

95'
ANGKA KREOITMENURUT
NO UNSUR/SUB UNSUR/BUTW KEOfATAN PENGUSUt TIMP€NIIAI
lAMA SAftU iMK SARU JUMLAH

E. Memperoleh gelar kesarjanaan

1. Memperoleh ijazah/geiar di bidang kesehatan

a. Strata 2(S-2)

b. Gelar kehormatan akademis

2. Memperoleh ijazah/gelar di luar bidang


kesehatan

a. Strata 1(S - 1)/Diploma iV(D - IV)

b. Strata 2(S-2)

c. Strata 3(S • 3)/Doktor

d. Gelar kehormatan akademis

F. Memperoleh piagam kehormatan/tandajasa

- Satya Lancana Karyasatya:

a. 30(Tiga puluh tahun)

b. 20(Dua puluh tahun)

c. 10(Sepuluh tahun)

JUMLAH UNSUR PENUNJANG

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

96
LAMPIRAN USUUBANAN YANG OINILAI:

3. DST

Tanggal
Pejabat Pengusul

NIP.

CATATAN/PENDAPAT TIM PENILAI:

Tanggal
KetuaTim Penilai

NIP

CATATAN PEJABAT PENILAI:

Tanggal
Pejabat Penilai

NIP

97
LAMPIRANI.B
CONTOH; PERATURAN BERSAMA
DAFTAR USUL PENETARAN ANGKA KREDIT MENTERIKESEHATANDAN
APOTEKER kefala badan kepegawaian negara
NOMOR 1113AV£NKESff>BO(Ba008
NOMOR 28TAHUN2008
TANGGAL 1 DESEMBER2008

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN APOTEKER MUDA

Instan

1
KETERANGAN PERORANGAN
1 NAMA

2 NIP

3 NOfylOR SERI KARPEG


4 TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR
5 JENIS KELAMIN
6 PENDIDIKAN SEKOLAH YANG TELAH DIPERHITUNGKAN ANGKA
KREDITNYA
7 PANGKAT/GOL.RUANG/TMT
8 .lARATAN APOTEI^R

g
LAMA
MASA KERJA
golongan BARU

10 UNIT KERJA

ANGKA KRSJIT NENURUT


PENGUSUL mPEhKLA)
NO UNSUR/SUB UNSUR/BUm KEGIATAN
LAMA BARU lAlilA BARU JUMLAH

UNSUR UTAMA

1. PENDIDIKAN

A. MenglkutI pendidlkan sekolah dan memperoleli


Ijazah atau gelar
B. MengikutI pendfdikan dan peiatlhan fungslonal
di bidang kefannaslan dan mendapatkan Surat
Tanda Tamat Pendidlkan dan Peiatlhan(STTPP)
atau Sertlfikat

1. Lamanya lebih dari 960 jam


2. Lamanya antara 641 - 960 jam
3. Lamanya antara 401 -640)am
4. Lamanya antara 161 -400 jam
5. Lamanya antara 81-160 jam
6. Lamanya antara 30 - 80 jam

C. MengikutI pendidlkan dan peiatlhan prajabatan


golongan III dan mendapatkan Surat Tanda Tamat
Pendidlkan dan Peiatlhan(STTPP)atau Sertlfikat.
JUMLAH

98
ANOKAKREWTMENURUT
NO UNSUB/SOB JUNSUFyeUTIR'tCEGWAN TIM PEhBLAI
ma lAMA 8AR.U AIiytLAH

2. PEKERJAAN KEFARMASIAN

A. Penyiapan Rencana Kerja Kefarmasian


1. Menylapkan rencana keglatan
a. Menelaah atau mengkaji data-data
b. Membuat rencana kegiatan
B. Pengetolaan Perbekalan Farmast
1. Pemillhan

a. Perbekalan Famiasi

- Menentukan jenis perbekalan farmasi


b. Pemasok

- Menilai mutu

2. Perencanaan

- Menyusun rencana kebutuhan


3. Pengadaan
a. Pembellan

• Membuat surat pesanan


• Meretur (mengembalikan) perbekalan
farmasi yang tidak sesuai persyaiatan/
spestfikasi
b. Non Pembellan

- Mengajukan usulan oted program


- Meretur (mengembalikan) pert>el(alan
farmasi yang tidak sesuai persyaratan/
spestfikasi
c. Produksi Sediaan Farmasi

1) Menetapkan formula induk (Master


Formula)
• Menganalisis/mengkaji bahan baku
dan metode pembuatan
2) Nonsteri!
- Merencanakan kegiatan dan
■ kebutuhan bahan baku

• Mengolah bahan-bahan
4. Steriiisasi sentral

• Merencanakan kegiatan steriiisasi dan


kebutuhan bahan-bahan

- Uji steriiisasi

99
m UNSUWSU8 UNSUWBOTR KeOJAT/W
vm mi mm im. 8^8

6. UJi mutu bahan baku


- Uji mutu secara organoleptis
6. Uji mutu sediaanobatjadi
a) Uji mutu secara organoleptis
b) Uji mutu dalam proses produksi
7. Penerimaan
- Memeriksa perbekalan tarmasi
8. Penyimpanan
- Mengelompokkan perbekalan (armasi
9. Pendistribusian

- Mengkaji permintaan perbekalan farmasi


10.Penghapusan
- Membuatjadwal peng hapusan
11. Penyusunan iaporan kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasl
C. Pelayanan Farmasl Kllnik
1. Dispensing
a. Resep Individual
- Mengkaji resep
b. DosisUnIt

- Memeriksa obat

c. Sediaan NutrisI Parenteral Total [Total


Parenteral Nutrition)
- Menghitung kebutuhan komponen
• Mengemas sediaan TPN
d. Sediaan Sitostatika

- Mengemas obat
2. Visite ke ruang rawat
3. Pelayanan Informasi Obat(PIC)
4. Konseling obat
6. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya
6. Evaluasi penggunaan obat
a. Mengumpulkan dan menganalisa data
b. Mendokumentasikan hasil evaluasi

7. Pemantauan penggunaan obat


- Menelusuri catatan medik

100
NO ,*»4SU»${ffit#N$UR»UW(KE6{ATAN. ' tasifPEfBlAI
um JMAH
D. Pelayanan Farmasi Khusus

1. Pelayanan kefamaslan Jarak Jauh (Remote


service)

2. Homeccue

3. Ambulatory sendees

4. Swaim^ikasi
S. Pelayanan paliatif

E. PengabdianMasyarakat

1. Kejadian Luar Biasa (KLB)AMabali/Bencana


Aiam

2. KesehatandanKeselainatanKefja(K-a)
3. Program Khusus Sarana Pelayanan
Kesehatan

F. PHaksanaan tugas ditempat yang mempunyal


re^otlnggi dan atau rawrin

GL Menjadi saksi dalam penghapusan perfaekalan


farmasi dan atau dokumen

H. Memfmidn Instalasi farmasi dan sterOlsasi

Pekeijaan kefarmasian yang tidak sesual dengan


JenJang jabatannya

1.

2.

3.

4.

6.

6.

7.

8.

9.

10.

JUMLAH

JUMLAH

101
AN6KA KBEOmvENyRUT
NO UNSUR/SU8 UNSUR®UT« KEOATAN PENGUSUL TiMPENILAI
im mi im mi iHiim

3. PENGEMBANGAN PROFESI

A. Membuat karya tulls/karya llmiah di bidang


k^armasian/kesehatan

1. Kaiya tulis/karya ilmiah basil penelitlan,


pengujian, survel atau evaluasi dl bidang
kefannasian/kesehatan yang dipublikaslkan
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional

b. Oalam majalah ilmiah yang diakul oleh


Lembaga Umu Pengetahuan Indonesia
2. Karya tulls / karya ilmiah basil penelltian,
pengujian, survel, atau evaluasi di bidang
kefarmasian/kesebatan yang tidak
dipublikaslkan:
a. Dalam bentuk buku

b. Oalam t>entuk makalah

3. Karya tulis/karya llmiabberupatinjauan atau


ulasan ilmiah basil gagasan sendiri dibidang
kefarmasian/kesebatan yang dipublikasikan
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional

b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh


Lembaga Rmu Pengetahuan Indonesia
4. Karya tulis/karya ilmiab berupa tinjauan atau
ulasan ilmiah basil gagasan sendiri di bidang
kefarmasian/kesebatan yang tidak
dipublikasikan
a. Dalam bentuk buku

b. Dalam bentuk makalah

6. Membuat tulisan ilmiah populer di bidang


kefarmasian/kesebatan yang disebarluaskan
melalui media massa.

6. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan,


gagasan dan atau ulasan ilmiah dalam
pertemuan ilmiah.
B. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan
lainnya di bidang kefarmasian/kesebatan
1. Menerjemahkan/menyadur buku atau bahan
lainnya dl bidang kefarmasian/kesebatan
yang dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
dedarkan secara nasional

b. Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui LIPI

102
; ANOKAKREEHTIvetMRUT
NO UNSUR^SOSUNSWRmumKEeWTAN ' . . ...
TJMFEPBIAI
'ma mm um ma
2. Menerjemahkan/menyadur buku atau bahan
lainnya di bidang kefarmasian/kesehatan
yang tidak dipublikasikan.

a. Dalam bentuk buku

b. Dalam bentuk makalah

3. Membuatabstraktulisannmiahyangdimuat
dalam penerbKan
C. Membuatbukupedoman/petuf^ukpelaksanaan/
petunjuk teknis di bidang pdayanan k^sumasian
0. Menemukan atau mengembangkan teknologi
tepat guna di bidang kefannaslan

E. Merumuskan sistem peiayanan kefarmasian


1. Merumuskan sistem peiayanan kefarmasian
yang mengandung irilai-nllal pembaharuan

2. Merumuskan sistem peiayanan kefarmasian


yang mengandung nOai-nQal penyempumaan
atau peitiaikan

F. Melakukan penyuluhan di bidang ktfarmasian/


kesehatan

JUMLAH

JUMLAH UNSUR UTAMA

n UNSUR PENUNJANG TU6AS

A. Mengajar/melatih/membimbing yang berkatian


dengan bidang kefarmasian/kesehatan

B. Reran serta dalam semlnar/lokakarya di bidang


kefarmasian/kesehatan

1. Seminar/lokakarya atau simposium dll,


sebagai;

a. Pemasaran

b. Pembahas/moderator/naiasumlier

c. Peserta

2. Mengikuti/berperan serta sebagai deiegasl


timiah,sebagai:

a. Ketua

b. Anggota

103
KREOrr MENWRUT

NO tWSUWSUB WSUR/BOTfR XeOtWWI pERoijs^iii


im ma PP
C. Keanggotaan dalam Komite FarmasI dan Terapi
(KPT)dan atau kepanltiaan iaipnya
D. Keanggotaan dalam organlsaslprofesiApoteker
1. TIngkat Naslonal/lntemaslonal sebagai:
a. Pengunis aktif

b. Anggota aktif

2. TIngkat Prov/Kab/Kcta,s^gal:
a. Pengunis aktif

b. Anggota aktif

E. Keanggotaan dalam Tim Penilal Angka Kredit


Jabatan Fungsional Apoteker,sebagai:
1. Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris

2. Anggota

F. Memperolehgelarkesaijanaan
1. Memperoieh IJazah/gelar di bidang kesehatan
a. Strata 2(3-2)

b. Gelar kehormatan akademis

2. Memperoieh IJazah/gelar di luar bidnag


kesehatan

a. Strata 1(S - 1)/Diptoma IV(D - IV)


b. Strata 2(3-2)

c. Strata 3(S - 3)/Doktor

d. Gelar kehormatan akademis

a Memperoieh piagam kehormatan/tandajasa


- Satya Lancana Karyasatya:

a. 30(Tiga puluh tahun)

b. 20(Dua puluh tahun)

c. 10(Sepuluh tahun)

JUMLAH UNSUR PENUNJANG

JUMLAH UNSUR UTAMADAN UNSUR PENUNJANG

104
LAMPiRAN USUUBAHAN YANG DINILAI:

3. DST

Tangga!
P^abat Pengusul

NIP.

CATATANff>ENDAPAT TIM PENILAI:

Tanggal
Ketua Tim Penilai

NIP.

CATATAN PEJABAT PENILAI:

Tanggal
P^bat Penilai

NIP.

105
LAMPtRAN I.C
CONTOH: PERATURANBERSAMA
DAFTAR USUL PENETAPANANGKA KREDfT MENTERIKESEHATANDAN
APOTEKER KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR 1113rt«ENKEaPBO(lIC008
NOMOR 26TAKUN2008
TANGGAL 1DESEMBER2008

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN APOTEKER MADYA

InstansI
Masa Penllalan Tanggal s/d Tanggal.
KETERANGAN PERORANGAN
NAMA

NIP

NOMOR SERI KARPEG


TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR
JENIS KELAMIN
"PENDIDIKAN SEKOLAH YANG TELAH DIPERHITUNGKAN ANGKA
KREDITNYA
PANGKAT/GOL.RUANCm^T
JABATAN APOTEKER
LAMA
MASA KERJA
GOLONGAN BARU

lU

11
UNSUR YANG DINILAI ——
ANGKA KREDIT MENURUT
PENGUSUL TIM PENiLAI
NO UNSUR/SUB UNSUFVBUTIR KEGJATAN
LAMA fiARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH

1 UNSUR UTAMA

1. PENDIDIKAN

A. Menglkuti pendidikan sekolah dan memperoleh


ijazah atau gelar

B. Menglkuti pendidikan dan pelatihan fungslonal


di bidang kefarmaslan dan mendapatkan Surat
Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan(STTPP)
atau Sertlfikat

1. Lamanya lebih darl 960 jam


2. Lamanya antara 641 - 360 jam
3. Lamanya antara 401 - 640 jam
4. Lamanya antara 161 - 400 jam
5. Lamanya antara 81-160jam
6. Lamanya antara 30 - 80jam

C. Menglkuti pendidikan dan pelatihan prajabatan


goiongan Hi dan mendapatkan Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan(STTPP)atau Sertlfikat.

JUMLAH

106
. ANGKAKREI3ITIVENUR0T
NO UNSUR/$UB UNSURyBUTIRKEOIATAN mPEffllAI
8ARU BAKU <fUMLAH

2. PEKERJAAN KEFARMASIAN
A. Penylapan Rencana Keija Kefartnasian
1. Menyiapkan rencana kegiatan
- Menyajikan rancangan kegiatan
B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Perencanaan

Menyajikan rancangan
2. Pengadaan
a. Petnbelian

- Menganalisis usuian pembelian


b. Non Pembelian

- Menilai barang drop/ng/sumbangan


c. Produksl Sediaan Farmasi

1) Menetapkan formula induk [Master


Formula)
• Uji coba formula
2) Nonsteril
- Menganaiists/inengkaji bahan baku
dan teknik pembuatan
- Memeriksa label/penandaan
sediaan iarmasi

3) Steril
- Merencanakan kegiatan produksi
dan kebutuhan bahan baku

- Mengolah bahan baku


3. Uji mutu batian baku
a) Uji kualitatif bahan baku
b) Uji kuantitatif bahan baku
4. Uji mutu sediaan obatjadi
a) Uji kualitatif obatjadi
b) Uji kuantitatif obat jadi
5. Membuat rekomendasi uji mutu
- Membuat rekomendasi uji mutu
6. Penyimpanan
- Memeriksa catatan atau bukti perbekalan
farmasi

107
ANGKAKREOrTNENURUT

NO UM$UR/SU8 UNSUR/BUTIR Ke<»AT>W PERGUSUL IKWiPENIUy


\Mk SARU iSAfiUi

7. Penghapusan
- Menganalisis dsftarusulan
8. Evaluasi kegiatan pengeloiaan perbekalan
farmasi

—Melaksanakan dan mendokumentasikan


penghapusan
C, Pelayanan Farmasi Klinik
1. Dispensing
a. Resep Individual
- Memeriksa perbekalan farmasi
- Menyerahkan perbekalan farmasi
b. Dosis Unit

- Menyerahkan obat
- Merekap rincian pemakaian obai dan
biaya
c. Sediaan Nutrisi Parenteral Total {Total
Parenteral Nutrition)
- Meracik/mencampur komponen-
komponen
d. Sediaan tntra Vena (IV)
- Membaca jadwal pemberian dan
menghitung jumiah pelarutnya
- Mengemas obat
e. Sediaan Sitostatika

- Membaca protokol kemoterapi


- Menghitung dosis sediaan farmasi
- Mengawasi proses pembuangan llmba
2. Visite ke ruang rawat
3. Pelayanan Informasi Obat(PIG)
4. Konseling obat
S. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya
6. Evaluasi penggunaan obat
a. Mengidentifikasi skala prioritas dan
menyusun indikator/kriteria
b. Merekomendasi rencana intervensi

7. Pemantauan penggunaan obat


- Menganalisis, menyimpulkan dan
merekomendasikan upaya intervensi

108
' j«<«^KRED|0fWEl««UT,
<»<SU»$USUfls|SUWBUmKE^TOK , ,
im] mm mm

8. Monitoring efek samping obat(MESO)


a. Mengklarifikasi iaporan efek samping obat

b. Menganalisismekanismekeija.memantau
dan merekomendasikan upaya intervensi

9. Pemantauan kadar obat dalam darati

a. Memeriksa kadar obat

10. Menganalisis 6fefctifitas-t>laya

a. Mengidentitikasi skaia prioritas

b. Mengumpulkan, mengolah dan memban-


dingkan data

11.Penyusunan iaporan kegiatanfarmasikiinik

- Menyusun Iaporan kegiatan faimasi idinik

D. Peiayanan Farmasi Khusus

1. Peiayanan kefynnasianJarakJauh(Remote
senflce)

2. Home care

3. Ambulatory services

4. Swamedikasi

5. Peiayanan pafiatif

E. Pengabdian Masyarakat

1. Kejadian Luar Biasa(Kl.B)fWabalifBencana


Aiam

2. Kesehatan dan Keselamatan Keija(K-S)

3. Program Khusus Sarana Peiayanan


Kesehatan

F. Pelaksanaan tugas ditempat yang mempunyai


resiko tinggi dan atau rawan

a Menjadi saksi dalam penghapusan perbekalan


farmasi dan atau dokumen

H. Memlmpin instalasi farmasi dan sterilisasl

109
ANGKA KREOrr jyENURUT
NO unsur/sub uNsyoBonf?\<Bmm |>jENGUSUL timpenium
mi AiiMM im m\i

Pekeijaan kefarmasian yang tidak sesuai dengan


JenJang Jabatannya
1.

2.

3.

4.

6.

6.

7.

8.

9.

10.
JUMLAH

JUMLAH

3. PENGEMBANGAN PROFESI
A. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang
kefarmaslan/kesehatan
1. Karya tulis/karya ilmiah hasii penelitian,
pengujian, survei atau evaluasi di bidang
kefarmasian/kesehatan yang dipublikasikan
a. Oalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional
b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh
Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia
2. Karya tulis / karya ilmiah hasil penelitian,
pengujian, survei, atau evaluasi di bidang
kefarmasian/kesehatan yang tidak
dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku
b. Dalam bentuk makalah
3. Karya tulTs/karya ilmiah berupa tinjauan atau
ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dibidang
kefarmasian/kesehatan yang dipublikasikan
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional

b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh


Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia
4. Karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau
ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang
kefarmasian/kesehatan yang tidak
dipublikasikan
a. Dalam bentuk buku
b. Dalam bentuk makalah

110
NO UNSUR/SU8 UNSUPVBUTtR KEOWTAN PENGUSUl
im SARU mm ym. wm mM
5. Membuat tuiisan ilmiah popular di bidang
kefarmaslan/kesehatan yang disebartuasfcan
melalul media massa.
6. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan,
gagasan dan atau ulasan limiah dalam
pertemuan Ilmiah.
B. Penerjenilahan/menyadur buku dan bahan
lainnya di bidang kefarmasianykesehatan
1. Meneijemahkan/menyadur buku atau bahan
lainnya di bidang kefarmaslan/kesehatan
yang dipublikasikan:
a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
dedarkan secara nasional
b. Dalam bentuk tnsyalahiiintah yang diakinLPI
2. Meneijemahkan/menyadur buku atau bahan
lainnya di bidang kefarmaslan/kesehatan
yang tidak dipublikasikan.
a. Dalam bentuk buku
b. Dalam bentuk makalah
3. Membuatabstrak tuiisan ilmiah yang dimuat
dalam penerbKan
C. Membuat buku pedoman/petunjukpelaksanaan/
petunjuk teknis di bidang pelayanan k^armasian
D. Menemukan atau mengembangkan teknologi
tepat guna di bidang kefarmaslan
E. Merumuskan sistem pelayanan kefarmaslan
1. Merumuskan sistem pelayanan kefarmaslan
yang mengandung nilai-nilai pembaharuan
2. Merumuskan sistem pelayanan kefarmaslan
yang mengandung nllai-nllai penyempumaan
atau perbaikan
F. Melakukan penyuluhan dl bidang kefarmaslan/
kesehatan

JUMLAH
JUMLAH UNSUR UTAMA
11 UNSUR PENUNJANG TUGAS
A. Mengajar/melatih/memblmbing yang berkatian
dengan bidang kefarmaslan/kesehatan
B. Peran serta dalam seminar/lokakarya di bidang
kefarmaslan/kesehatan

1. Seminar/lokakarya atau simposium dll,


sebagal:
a. Pemrasaran
b. Pembahas/modeiator/narasumber
c. Peserta

111
ANGKAKREOJTNENURUT

fK5 UNSUR/BUTW KE<31AT/\N TIMPENILAI


LAMA &ARU

2. Mengikuti/berperan serta sebagai delegasi


ilmlah,sebagai:

a. Kstua

b. Anggota
C. Keanggotaan dalam Komite Farmasi dan Terapl
(KFT)dan atau kepanitlaan lainnya
0. Keanggotaan daiam organlsasi profesi Apoteker
1. Tingkat Naslonal/tnternasional sebagai:
a. Pengurus aktif
b. Anggota aktif

2. Tingkat Prov/Kab/Kota,sebagai:
a. Pengums aktif
b. Anggota aktif
E. Keanggotaan daiam Tim Peniiai Angka Kredit
Jabatan Fungsional Apoteker,sebagai:
- Anggota

F. Memperoieh gelar kesarjanaan


1. Memperoieh ijazah/geiar di bidang kesehatan
a. Strata 2(S-2)

b. Gelar kehormatan akademis

2. Memperoieh ijazah/geiar di luar bidang


kesehatan

a. Strata 1 (S - 1)/Diploma IV(D - IV)


b. Strata 2(S-2)

c. Strata 3(S - 3)/Doktor


d. Gelar kehormatan akademis

G. Memperoieh piagam kehormatan/tandajasa


• Satya Lancana Karyasatya:

a. 30(Tiga puluh tahun)


b. 20(Qua puluh tahun)

c. 10(Sepuluh tahun)

JUMLAH UNSUR PENUNJANG

JUMLAH UNSUR UTAMADAN UNSUR PENUNJANG

112
LAMPtRAN USUUBAHAN YANG DINILAI:

3, DST

Tanggal
P^abat Pengusul

NIP.

CATATANff>ENDAPAT TIM PENILAI:

Tanggal
KetuaTimPenilal

NIP.

CATATAN PEJABAT PENILAI:

Tanggal
Pejabat Penitai

NIP.

113
LAMPtRAN ID
CONTOH;
PERATURANBERSAMA
DAFTAR USUL PENETAWVN ANGKA KREDIT MENTERIKESEHATAN DAN
APOTEKER KEFALA BADAN KEPEGAWAIAN NE6ARA
NOMOR 1113/MENKES/PBO(II/2008
NOMOR 26TAHUN2008
TANGGAL 1DESEMBER2008

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN APOTEKER UTAMA

1 KETERANGAN PERORANGAN
1 NAMA

2 NIP

3 NOMOR SERI KARPEG


4 TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR
5 JENIS KELAMIN

6 PENDiDlKAN SEKOLAH YANG TELAH DiPERHITUNGKAN ANGKA


KREDITNYA
7 PANGKAT/GOL.RUANG/TMT
8 JABATAN APOTEKER
LAMA
9 MASA KERJA
GOLONGAN BARU

10 UNIT KERJA

11 UNSURYANG DINILAI
ANGKA KREDIT MENURUT .

NO UNSUR/SUB UNSURaUTIR KEGIATAN PENGUSUL TIM PENILAI


LAMA SAFIU JUMLAH tAMA 8ARU JUMLAH

1 UNSUR UTAMA

1. PENDiDlKAN

A. MenglkutI pendidikan sekolah dan memperoleh


Ijazah atau gelar

B. MenglkutI pendidikan dan pelatihan fungsional


di bidang kefarmaslan dan mendapatkan Surat
Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan(STTPP)
atau Sertlfikat

1. Lamanya lebih dari 360jam


2. Lamanya antara 641 - 960 jam
3. Lamanya antara 401 •640 jam
4. Lamanya antara 161 - 400 jam
5. Lamanya antara 81 -160 jam
6. Lamanya antara 30 - 80 jam

C. Mengikuti pendidikan dan pelatihan prajabatan


gotongan III dan mendapatkan Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan(STTPP)atau Sertlfikat.

JUMLAH

114
. ANOKA^iiEDirk^r^^UT
NO UNSUR/SUB UN$UR»UTIR KESWTAW PENOUSUL
um 6ARU mAH

2. PEKERJAAN KEFARMASIAN

A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


1. Pengadaan
a. Produksi Sediaan Fannasi

1) Menetapkan formula induk (Master


Formula)
• Menyempumakan formula indu
2) Stern
- Menganalisis/mengkajibahanbaku
- Memeriksa label/penandaan
2. Uji mutu sedtaan obat jadi
- Uji klinis obat jadi
3. Penghapusan
- Mengawasi proses pemusnahan
B. Peiayanan Farmasi Klinik
1. Dispensing
a. Dosis Unit

- Membaca dan mengkaji daftar terapi


b. Sediaan intra Vena(IV)
- Merekonstitusi obat

c. Sediaan Sitostatika
• Merekonstitusi obat

- Memeriksa basil rekonstitusi


2. Visite ke ruang rawat
3. Peiayanan Informasl Obat(PiO)
4. Konsefing obat
6. Konsuitasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lalnya
6. Pemantauan kadar obat daiam darah
- Merekomendasikan dosis terapi
C. Peiayanan Farmasi Khusus
1. Peiayanan kefarmasianjarakjauh (Remote
service)
2. Home care

3. Ambulatory services
4. Swamedlkasi
6. Peiayanan paiiatif

115
ANSKAKREDrrWENUNUT

NO UN^R/SUB UNStiWBUTR KEOIATAN PENGUSUL TJMPENIIAJ


SARU LAMA BAKU

D. Pengabdian Masyarakat
1. Kejadian Luar BiasaA/Vabah/Bencana Alam
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K-3)

3. Program Khusus Sarana Pelayanan


Kesehatan

E. Pelaksanaan tugas ditempat yang mempunyai


resiko tinggi dan atau rawan

F. Menjadi saksi dalam penghapusan perbekalan


farmasi dan atau dokumen

G. Memimpin In^alasi farmasi dan sterillsasi


Pekerjaan kefarmasian yang tidak sesual dengan
jenjang jabatannya

1.

2.

3.

4.

6.

6.

7.

8.

9.

10.

JUMLAH

JUMLAH

3. PENGEMBANGAN PROFESI

A. Membuat karya tulis/karya llmiah dl bidang


kefarmaslan/kesehatan

1. Karya tulis/karya iimiah hasil penelitian,


pengujian, survei atau evaluasi di bidang
kefarmasian/kesehatan yang dtpublikasikan

a. Dalam bentuk buku yang dlterbitkan dan


diedarkan secara nasional

b. Dalam majalah iimiah yang diakui oleh


Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia

116
ANQ<AKREDtrh«t«^BUT
m UNSUR/$UB UNSUPyei/TIR KEGWAN |»EfiGUSyt
LAMA tjm BARU
2. Karya tuiis / karya Hmiah hash penelitian,
pengujian, survei, atau evaluasi di bidang
kefarmasian/kesehatan yang ddak dipublikasi-
kan:
a Oalam bentuk buku
b. Oalam bentuk makalah
3. Karya tulis/karya itmiah benipa tinjaiian atau
ulasan ilndah hasil gagasan sendiri dibidang
keformasian/kesehatan yang dipubSkasikan
a Oalam bentuk buku yang diterfactkan dan edatkan
secatanaslonal
b. Oalam majalahSmiah yang diakuioiehLembaga
llmu Pengetahuan Indonesia
4. Karya tulis/karya ilmiah benipa tinjauan atau
ulasan itmiah hasil gagasan sendiri di bidang
kefarmasian/kesehatan yang tidak dipubllkasikan
a Oalam bentuk buku
b. Oalam bentuk makalah
5. Membuat tuiisan ilmiah populer di bidang
kefarmasian/kesehatan yang disebarluaskan
melalui media massa.
6. Menyampaikanpfasaranbefupath^uan,gagasan
dan atau ulasan itmiah dalampeftemuan ilmiah.
B. Peneijemahan/penyaduran buku dan bahanl^nnya
di bidang kefannasian/kesehatim
1. Meneijemahkan/menyadur buku atau bahan
iainnya di bidang kdiarmasian/kesehatan yang
dipubiikasikan:
a Oalam bentuk buku yang diterfaitisn dan died^>
kan secatanaslonal
b Oalam bentd<matalahinrah yang di^oaLIPl
2. Menerjemahkan/menyadur buku atau l»han
iainnya di bidang kefermasian/kesehatan yang
tidak d^nddScasikan.
a Oalam beiTtuk buku
b. Oalam bentukmakalah
3. Membuatabsbaktuiisanilmbhyangdlmuatdalam
penerbitan
C. Membuat buku pedoncin/petunjuk peiaksanaan/
petunjuk teknis di bidang pdayanan kefarmasian
D. Menemukanataumengembangkanteknologitepat
guna di bidang kefarmasian
E Merumuskansistempelayananktfarmasian
1. Merumuskansistmpelayanankdiarmasianyang
mengandung niiai-nhai pembahanian
2. Menimuskansistem pdayanan k^umasian yang
mengandung niiai^iiai penyentpumaan atau
perbalkan
F. Meiakukan penyuluhan di bidang kefarmasian/
kesehatan

JUMLAH
JimiLAHUNSURUTAMA

117
ANGKA KREOIT MEN^UT
UNSOfVSUB UNSUfVBUTW KBGIATAN PENOUSUL TIWPEWIAI
NO
LAMA msi JUMLAH LAMA &AHU JUMLAH

II UNSUR PENUNJANG TUGAS


A. Mengajar/melatlh/memblmblng yang berkaltan
dengan bidang kefarmaslan/kesehatan
B. Peran serta dalam semlnar/lokakarya dl bidang
kefarmaslan/kesehatan
1. Seminar/lokakarya atau simposium dll,
sebagai:

b. Pembahas/moderator/narasumber
c. Peserta
2. Mengikuti/berperan serta sebagai delegasi
ilmiah,sebagai:
a. Ketua
b. Anggota
C. Keanggotaan dalam Komlte Farmasi dan Terapi
(KPT)dan atau kepanitiaan lainnya
D. Keanggotaan dalam organisasi profesi Apoteker
1. Tingkiat Nasional/lnternasional sebagai:
a. Pengurus aktif
b. Anggota aiclif
2. Tlngkat Prov/Kab/Kota,sebagai:
a. Pengurus aktif
b. Anggota aktif
E. Keanggotaan dalam Tim Penilai Angka Kredit
Jabatan Fungslonal Apoteker,sebagai:
• Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris
- Anggota
P. Memperoleh gelar kesarjanaan
1. Memperoleh ijazah/gelar di bidang kesehatan
a. Strata 2(S-2)
b. Gelar kehormatan akademis
2. Memperoleh ijazah/gelar dl iuar bidang
kesehatan
a. Strata 1(S - 1)/Dip!oma IV P - IV)
b. Strata 2(S-2)
c. Strata 3(S - 3)/Doktor
d. Gelar kehormatan akademis
G Memperotet) piagam kehoRnatan/penghargaan/tanda Jasa
- Satya Lancana Karyasatya:
a. 30(Tiga puluh tahun)
b. 20(Dua puluh tahun)
c. 10(Sepuluh tahun)

JUMLAH UNSUR PENUNJANG

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

118
LAMPiRAN USUL/BAHAN YANG OINILAI:

. 2

3. DST

Tanggal
P^abat Pengusul

NIP.

CATATAfUPENDAPAT TIM PENtLAI:

Tanggal
KeluaTHn PenHal

NIP.

CATATAN PEJABAT PENILAl:

Tanggal
Pejabat Penilai

NIP.

119
CONTOH:
LAMPIRANII: PBWURAN BERSAMA
MENTERIKESEHATAN DAN
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN
KEPALABADAN KEPEGAV\AIAN NEGARA
KEGIATAN PEKERJAAN KEFARMASIAN 1113/MB4KESVPB/XII/2008
NOMOR
APOTEKER
NOMOR 26TAHUN2008
TANGGAL 1DESEMBER2008

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PEKERJAAN KEFARMASIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama
NIP
Pangkat/goiongan ruang/TMT
Jabatan

Unit Keija
Menyatakan bahwa :
Nama

NIP
Pangkat/goiongan mang/TMT
Jabatan

Unit Kerja

Telah melakukan kegialan pekerjaan kefarmasian


TANGGAL SATUAN JUMLAH JUMLAH KETERANGAN
NO URAtAN
HASIL VOLUME ANGKA BUKTI/RSIK
KEGIATAN
PEKERJAAN KEGIATAN KREDIT
KEFARMASIAN

1-

2.

3.

4.
5.

dst

Demikian Surat Pemyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun


Atasan iangsung,

Nama Jelas
NIP.

120
CONTW:
LAMPiRANIII: PERATURANBS?SAMA
SURAT PERNYATAAN MB^KAN
KEGIATAN PBIGEMBANGAN PR0FES1 MENTBRIKESBWAN DAN
KERALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
APOTB<ER
NOMOR :1113mBNKESVPB0ai«X»
NOMOR :26TAHUN2008
TANGGAL :10ESEMBB^ 2008

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI
Yang bertanda tangan dibawah ini ;
Nama
NIP

Pangkat/gdongan mang/TMT
Jabatan
Unit Ketja
Menyatakan bahwa :
Nama
NIP

Pangkat/golongan ruang/TMT
Jabatan

Unit Keija

Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagal berikut


NO URAIAN TANGGAL SATUAN JUMLAH JUMLAH KETERANGAN
KEGIATAN HASIL VOLUME ANGKA BUKTI/FISIK
PENGEMBANGAN KEGIATAN KREOIT
PROFESI

1.
2.

3.

4.

5.

dst

Demikian Surat Pemyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Tempat, Tanggai, Bulan, Tahun


Atasan langsung.

Nama Jelas
NIP.

121
ODNTOH; LAMPIRANiV: PERATURAN BERSAMA
SURATPERNYATAAN MELAKUKAN MBTTERIKESBWTAN DAN
KE6IATAN PENUNJANGTUGAS
KEPALABADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
APOTEKER
NOMOR :1113/MB{KESff'B0(lt/2OO8
NOMOR :26TAHUN2008
TANGGAL :1DESEMBER 2008

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS APOTEKER

Yang bertanda tangan dibawah In! :


Nama

NIP
Pangkal/golongan ruang/TMT
Jabatan

Unit Kerja
Menyatakan bahwa :
Nama

NIP
Pangkat/golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Keija

Telah melakukan kegiatan penunjang tugas Apoteker sebagai berikut


NO URAIAN TANGGAL SATUAN JUMLAH JUMLAH KETERANGAN
KEGIATAN HASIL VOLUME ANGKA BUKTIff^lSiK
PENUNJANG KEGIATAN KREorr
TUGAS APOTEKER

1.
2.

3.

4.
6.
dst

Demtldan Surat Pemyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun


Atasan langsung,

Nama Jelas
NIP.

122
CONTOH:
SURAT PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI LAMPIRANV; PERATURANBERSAMA
PENDOKAN DAN PBATIHAN MENTERIKESEHATAN DAN
AP07EKER KEPALA8ADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR :1113/MENKESPB«im)8
NOMOR :26TAHUN20C8
TANGGAL :1DESEMBER2008

SURAT PERNYATAAN
TELAH MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APOTEKER
Yang bertanda tangan dibawah ini ;
Nama
Nip

Pangkat/goiongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Kerja
Menyatakan bahwa ;
Nama
NIP

Pangkat/goiongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Kerja

Telah mengikuti pendidikan dan pelatitian Apoteker sebagai berikut


Juntlah Jumlah
No. Uraian Keglatan Satuan Angka
Tanggal Volume Angka Keterangan/
Hasa Kredit
Keglatan buktifisik
Kredit
1 • 2
ii^lP '"4 9 S ^ f '9
1.

2.

3.

dst

Demikian Surat Pemyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun


Atasan langsung,

NIP.

123
CONTOH : LAMRRAN VI : PERATURANBERSAMA
PENETAF^N ANGKA KREDIT MENTERIKESEHATAN DAN
KEPALA BAOAN KEPEGAWAIAN NEGARA
APOTEKER 1113/MENKES/PBMII/2008
NOMOR
NOMOR 26TAHUN2008
TANGGAL 10ESEMBER200S

PENETAPAN AN6KA KREDIT


NOMtSR;

1 NO KETERANGAN PER0RAN6AN
1 NAMA
2 NIP
3 NO SERI KARPEG
4 JENIS KELAMIN
5 PENDIDIKAN SEKOLAH YANG TELAH DIPERHITUNGKAN
ANGKA KREDITNYA
6 PANGKAT/GOL.RUANGmvrr
7 JABATAN APOTEKER
LAMA
8 MASA KERJA GOLONGAN
BARU
9 UNIT KERJA
II PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH

1 UNSUR UTAMA
a. Pendidikan
1) Pendidikan sekotah dan memperoteh ijazah/gelar
2) Pendidikan dan pelatihan fiingsional dibidang kefiarmasian
dan mendapatkan Surat Tanda Tamat/Pendidikan dan
Pelatihan(STTPP)atau serlifikat
3} Pendidikan dan pelatihan prajabatan golongan III dan
mendapatkan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan(STTPP)atau sertifikat
b. Pekerjaan kefiarmasian
c. Pengembangan profesi
JUMLAH
2. UNSUR PENUNJANG
Kegiatan yang menunjang pelaksanaan tugas Apoteker
JUMLAH
JUMLAH UNSUR UTAMADAN UNSUR PENUNJANG
Hi Dapat dipertimbangkan untuk diangkat/dinaikkan *)dalam Jabatan pangkat ,
TMT

Asll dlsampalkan dengan hormat kepada : Ditetapkan dl


Pada tanggal

NIP.

TEMBUSAN,disampaikan Kepada Ylh.


1. Kepata Badan Kepegawaian Negata/Kepala Kantor Regional BKN *);
2. Kepala Badan Kepegawaian Daerah(BKD)/Kepala Bagian Kepegawaian Instansi
3. Pejabatyang berwenang menetapkan angka kredit;
4. Kepala l^ntor Perbendabaraan dan Kas Negata/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah *);
5. Pejabta Instansi lain yang berkepentingan
*) Coret yang tidak pertu

124
CONTOH.
LAMPIRAN VII: PERATURAN BERSAMA
KEPUTUSAN TENTANG
MENTERIKESEHATAN DAN
PENGANGKATAN PERTAMA KERALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
DALAM JABATAN APOTEKER NOMOR :1113fl«ENKESPB«II«)08
NOMOR : 26 TAHUN 2008
TANGGAL : 1 DESEMBER2008

KEPUTUSAN
MENTERI /PIMPINAN LPNO/GUBERNUR/BUPATIWALIKOTAM
NOMOR: '
TENTANG
PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN APOTEKER
MENTERI /PIMPINAN LPND/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)
Menimbang а. bahwa sebagai pelaksanaan Pasat... (....) dati Peraturan Menteri Negara Perdayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/07/M.PAN/4/2008Tanggal ISAprii 2008 dipandang perlu untuk
mengangkat Saudara dalam Jabatan Apoteker;
b
Mengingat 1 Undang-UndangNoiTior8Tahun 1974sebagaHnanatelahdiubahdenganUndang-UndangNomor
43Tahun1999:
2 Peraturan Pemenntah Nomor 7Tahun1977 sebagaimanateiahsembiiankalidiubahterakhir
dengan Peraturan Pemenntah Nomor9 Tahun 2007;
3. Peraturan Pemenntah Nomcr 16 Tahun 1994;
4. Peraturan Pemenntah Nomor 9 Tahun 2003;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor; PER/07/M.PAN/4/2008;
б. P^hrran Bersama Menteri Kese^iatanr^l^palaBadanKepegawalan Negara Nomor; 1113/
MENKES/PBA(n/2008 dan Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 1 Desember 2008
MBMUTUSKAN:
Menetetpkan
PER1AMA Terhitung mulai tanggal Mengangkat Pegawal Negerl SIptI;
a. Nama ;
b. NIP
& Pangkat/GoL Ruang/TMT :
d. UnitKerja
dalam Jabatan dengan angka loedit sefaesar ( )
KEDUA
KETIGA
KEBARAT Apabila dikemudian hari temyataterdapat k^eliruan dalam keputusan ini akan diadakan parbaikan
Asll keputusan Ira" drsampatkan kqjada Pegawal Negeri Srpil yang bersangkutan untuk diketahui dan
diindahkan sebagaimana mestinya

Oitetapkandi

NIP.

TEMBUSAN;
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN/BKD yang bersangkutan;*)
2. Kepala Biro/Bagian Kegegawaian/BKD yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit:*)
4. Kepala l^ntor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro Keuangan
atau Bagain Keuangan Daerah yang bersangkutan*)
5. Pqatrat Instansi lain yang berkepentingan.
*) Coret yang tidak pertu

125
LAMPIRAN VIII:PERATURAN BERSAMA
CONTTOH:
MENTERIKESEHATAN DAN
KEPUTUSAN TEMTANG PERPINDAHAN DARI KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JABATAN LAIN KEDALAM JABATAN NOMOR ;1113MENKESff»B«II«008
APOTEKER NOMOR :26 TAHUN 2008
TANGGAL ;1 DESEMBER 2008

KEPUTUSAN
MENTERI /PIMPINAN LPND/6UBERNUR/BUPATIWALIK0TA*)
NOMOR:
TENTANG
PERPINDAHAN DARI JABATAN LAIN KEDALAM JABATAN APOTEKER
MENTERI /PIMPINAN LPND/GUBERNUR/BUPATUWALIKOTA«)
Menimbang a bahwasebagaitnanadimaksuddalamPasaipelaksanaanRasai...(....)Peraturan MenteriNegara
Pendayagunaan Aparatur Negara NotnorPER/07/M.PAN/4/2008 Tanggal 15April 2008 dipandang
pertu untuk mengangkat Saudata dalam Jabatan Apoteken

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor8Tahun 1974 sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor


43Tahun1999;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 sebagaimana telah sembilan kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor9 Tahun 2007:
3. Peraturan Pemerintah Nomor9Tahun 2003;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:PER/07/M.PAN/4/2008;
6. Peraturan Bersama Menterl Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 1113/
MENKES/PB/xti/2008 dan Nomor 26 Tahun 2008tanggal 1 Desember 2008
MBIUTUSKAN:

Menetapiian
PERTAMA Terhitung mulai tanggal Mengangkat Pegawai Negeri Sipil:
a Nama
b. NIP
c Pangkat/Gol. Ruang/TMT :
d UnitKerja
dalam Jabatan dengan angka kredit sebesar ( )
KEDUA n
KEUGA
KEEMPAT Apabtia dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
dan perhitungan kembafisebagaimana mestinya.
Asli keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan
diindahkan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di

NIP.
TEMBUSAN:
1. Kepala BKN/KantorRegional BKN/BKD yang bersangkutan;*)
2. Kepala Biro/Baglan Kegegawaian/BKDyang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit:*)
4. Kepala l^ntoi Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro Keuangan
atau Bagain Keuangan Daerah yang bersangkutan*)
5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan.
*)Corel yang tidak peilu
*^ Diisi apabila ada penambahan diktum yang dtanggap pertu

126
^SraivrATAM lAMPIRANIX: PSWURANBWSAMA
menterikesehatandan
APOTEKER KEPAUBAOANKEPEGAWAIANNEGARA
NOMOR :1113rt«ENKESff»B/Xll/20C8
NOMOR ;26TAHUN200S
TANGGAL ;1 OESEMBER 2008

SURAT PERIN6ATAN

NOMOR;

DARI

KEPADAYTH
ALAMAT
TANGGAL

1. Dengan ini diperingatkan kepada Saudara ;

Nanrta

NIP

Pangkat/Gol. Ruang
Jabatan

Unit Kerja

berkenaan sampai dengan tanggal Surat Peringatan mi Saudara sudah ( )tahun menduduki Jabatan
telapi belum dapat mengumpuikan angka kredit minimal yang dilentukan sebagaimana temebut
dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegavvaian Negara Nomor:1113/MENKES/
PB/XII/2G08 dan Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 1 Desember 2008

2. Apabila sampai dengan Saudara belum dapat memenuhi jumlah angka kredit tersebut di alas.
maka sesuai dengan ketentuan Peraturan MENPAN Nomor PER/07/M.PAN/4/2008 Tanggal 15 April 2008
dan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegavvaian Negara Nomor: 1113/MENKES'
PB/XII/2008 dan Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 1 Desember 2008.

3. Demikian untuk dimaklumi dan harap perhatian Saudara sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di
Pada tanggal

NIP.

TEMBUSAN :
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN/BKO yang bersangkutan;*)
2. Kepala Biro Kepegavvaian Instansi/Badan Kepegavvaian Daerah yang bersangkutan (BKD)*);
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah*};
5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan.

Corel yang tidak perlu

127
CONTOH :
LAMPIRANX ; PERATURAN BERSAMA
MENTERIKESEHATAN DAN
KEPUTUSAN TENTANG PEMBEBASAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
SEMENTARA DARIJABATAN NOMOR 1113AAENKESff>B/XlI/2008
APOTEKER NOMOR 26TAHUN2008
TANGGAL 1 DESEMBER2008

KEPUTUSAN
MENTERI /PIMPINAN LPND/6UBERNUR/BUPATIAA/ALIKOTA-)
NOMOR:
TENTANG
PEMBEBASAN SEMENTARA DARI JABATAN APOTEKER
MENTERI /PIMPINAN LPND/GUBERNUR/BUPATUWALIKOTA*)
Menimbang a. bahwa Saudara NIP pangkat/golongan ruang
berdasarkan Keputusan dari Nomor. tanggal
b. bahwa untuk tertib administrasi dan menjamin kualitas profesionalisme Pegawai Negeti Sipil
dalam Jabatan Frngsiona!Apotekar, dipandang periu membebaskan sementara Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan dari Jabatan Apoteker
Mengingat 1. Undang-Undang NomorS Tahun 1974sebagaimana telah diubah der^an Undang-Undang Nomor
43Tahun1999:
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003
3. Peraturan Pemerintah Nomor9 Tahun 2003;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994;
5. Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparaturNegara Nomor:PER/07/M.PAN/4/2008;
6. Peraturan Bersama Menteri l^sehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor:1113/
MENKES/PB/xii/2008 dan Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 1 Desember 2008
MBMUTUSKAN:

Menetipkan
PERTAMA Terhitung mulai tanggal membebaskan sementara Pegawai Negeri Sipil
a. Nama
b. NIP
t Pangk^Gol. Ruang/TMT :
d. Unit Keija
dalam Jabatan dengan angka kredit sebesar ( )
KEDUA Saudara dapat diangkat kembali dalam Jabatan apabila telah

KETIGA
KEBAPAT Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
dan perhitunghan kembali sebagaimana mestinya.
Asli keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan
diindahkan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di:
Pada tanggal :.

NIP.
TEMBUSAN:
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN/BKD yang bersangkutan;*)
2. Kepala Biro/Bagian Kegegawaian/BKD yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit:*)
4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro Keuangan
atau Bagain Keuangan Daerah yang bersangkutan*)
')Coret yang tidak periu
**) Oiisi apabila ada penamtiahan diktum yang dianggap periu

128
^^iufPEMBERHEMmN
OARIJABAIANAPOIEKER
UMPWANXl :l^sSi^gSrvyAIANKBSARA
NOMOR :1113ffl«ENKESff>B«llC008
NOMOR ; 26 TAHUN 2008
TANGGAL :1 DESEMBER 2008

KEPUTUSAN
MENTERI/PIMPINAN LPND/GUBERNUR/BUPATI/WAUKOTA
NOMOR:
TENTANG

tingkat J?am lit


TINGKAT BERAT DAN AO™
TELAH '^poteker
MEMPUNYAI KARENA HUKUM
KEKUATAN DIJATUHITETAP/TIDAK
HUKUMAN DISIPLIN
DAPAT
MENGUMPULKAN ANGKA KREDIT YANG DITENTUKAN*)
MENTERI/PIMPINAN LPND/GUBERNUR/BUPATI/WAUKOTA
Menimbang a. bahwa Saudara : nip • jabatan
pangkat golongan ruang terhitung mulai tanggal
telah dijatuhi hukuntan dislplln tingkat berat berdasarkan keputusan
pejabat yang befwenang Nomor tanggal
/dinyatakan tidak dapat mengumpulkan angka kredit dalam jangte waktii
1 (satu) tahun sejak dtbebaskan sementara*);
b. bahwa urtuk tertib adminlstrasl dan menjamin kualitas profesionallsme
Pegawai Negerl SIpil dalam Jabatan Apoteker, dipandang perlu
memberhentaon Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan darl Jabatan
Apoteker.

Menglngat 1 Undang-Undang Nomor8Tahun 1974 sebagalmana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagalmana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005;
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003;
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 sebagalmana telah
t)eberapa kail (fiubah teiakhlr dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2006;
Peraturan Menteii Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/08/M.PAN/4/2008;
Peraturan Bersama Menterl Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawalan
Negara Nomor 1113/MENKES/PB/XII/2008 dan Nomor 26.Tahun 2008
tanggal 1 Desember 2008.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Peitama Terhitung mulal tanggal : memberhentikan


dengan hormat darl Jabatan Apoteker:
a. Nama
b. NIP :
0. Pangkat/Golongan ruang/TMT :
d. Unit Kerja :

129
Kedua Sejalan dengan pemberhentian sebagaimana tersebut pada diktum Peitama,
memberhentikan tunjangan jabatan fungsionalnya terhitung mulai bulan
berikutnya darj tanggal ditetapkan keputusan mi.

Ketiga •)

Keempat Apabiia dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembati sebagaimana mestinya.

Asli keputusan Ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang


bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di
Pada tanggal

Nama jelas
NIP.

Tembusan ;
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN yang bersangkutan*);
2. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang
bersangkutan;
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
4. Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan *).
5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan.

*) Coret yang tidak perlu.


**) dlisi apabiia ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

130
CONTOH:
LAMPtRANXIl :PERATURANBBRSAMA
KEPUTUSANTENTANG
MENTERIKESEHATAN DAN
PENGANGKATAN KEMBALI KERALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
DALAM JABA1AN APOTEKER NOMOR 1113/MENKES/PB/Xa«XJ8
NOMOR 28TAHUN2008
TANGGAL 1 DESEMBER2008

KEPUTUSAN

NOMORrZZZZ."
TENTANG
PENGANGKATAN KEMBAU DALAM JABATAN APOTEKER
Menimbang tehwase^aip^ksanaanPasal ( )dari Peraturan Merteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor: PERrt)7/M.PAN/4/2008 Tanggal 15April 2008 dipandang perlu
untuK rnengsngkat kombali Ssudsra dslsm Jdbatan Apotekcr.

Mengingat
Nomor
43 Tahun 1999
Peratur^ Pemerintah Nomor 7Tahun 1977sebagaimana teteh sembilan kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor9Tahun 2007;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994;
4. Peraturan Pemerintah Nomor9Tahun 2003;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor;PERA)7/M.PAN/4/2008;
MENKES/PB/XII/20C8 dan Nomor26Tahun 2008tanggal 10esember2008
MaiUTUSKAN:

Menebpkan

PER1AMA
mengangkat kembali *)Pegawai NegeriSipil
b. NIP i
c Pangkat/Gol.Ruang/TMT :
d. UnitKeija
dalam Jabatan

KEDUA

KETIGA

KEBflMT Apabila dikemudian hari temyala teidapat kekeltruan dalam keputusan ini akan diadakan perbalkan
dan perhrtunghan kembafi sebagaimana mesb'nya.
^li keputusan in!disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahul dan
diindahkan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di :.

NIP.
TEMBUSAN:
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN/BKD yang bersangkutan;*)
2. Kepala Biro/Bagian Kegegawaian/BKD yang bersangkutan;*)
3.Pejabat yang b^enang menetapkan anglra kredit:*)
4. Kepala l^ntor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro Keuangan
atau Bagain Keuangan Daerah yang bersangkutan*)
*)Coret yang tidak periu

131
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

PERATURAN MENTERl KESEHATAN REPUBUK INDONESIA


NOMOR : 377/MENKES/PERA//2009
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL
APOTEKER DAN ANGKA KREDITNYA

MENTERl KESEHATAN REPUBUK INDONESIA,


Menimbang bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepaia Badan Kepegawaian
Negara Nomor 11IS/MENKES/PB/ XII/2008 dan
Nomor26 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Apoteker danAngka Kreditnya,
dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Apoteker danAngka Kreditnya.
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041),sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik

133
menteri kesehatan
rEPUBUK INDONESIA

Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3495);

Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah C-embaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 12 ,
Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
diubah terakhlrdengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);

1 Peraturan Pemerlntah Nomor 7 Tahun 1977


tentang Peraturan Gajl Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3098); sebagalmana
telah beberapa kali diubah terakhir
Peraturan Pemerlntah Nomor 8 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 21);

5 Peraturan Pemerlntah Nomor 32 Tahun 1979


tentang Pemberhentlan Pegawai Negeri SIpil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1979 Nomor 47. Tambahan Lembaran negara

134
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Repubiik Indonesia Nomor 3149) sebagaimana


telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Repubiik Indonesia Tahun 1994 Nomor
141);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994


tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun
1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Nomor 3547);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996


tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Nomor 3637);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000


tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun
2000 Nomor 196,Tambahan Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Nomor 4017); sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Nomor 4193);

135
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Umsan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999


tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;

11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2007


tentang Penyesuaian Tunjangan Jabatan
Fungsional Dokter, DokterGigi.Apoteker,Asisten
Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan,
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,
Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, PerawatGigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 613/


MENKES/PER/IV/2005 tentang Pemberian
Kuasa dan Pendelegasian Kewenangan
Penandatanganan Keputusan Mutasi Kepega-
waian Dalam Lingkungan Departemen
Kesehatan;

136
MENTERI KESB1ATAN
REPUBUK INOONESiA

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1254A/


MENKES/ SK/VIII/2005 tentang Pedoman
Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional
Kesehatan di Lingkungan Departemen Keseha
tan;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/


MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan,sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1295/MENKES/PER/XII/2007;
15. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/07/M.PAN/4/2008
tentang Jabatan Fungsional ^oteker dan Angka
Kreditnya;

16. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan


Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1113/
Menkes/PB/XII/2008 dan Nomor26 Tahun 2008
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL
APOTEKER DAN ANGKA KREDITNYA

137
MENTERI KESEHATAN
rEPUBUK INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang


dimaksud dengan;

1. Apoteker adalah jabatan yang mempunyai ruang


lingkup, tugas,tanggung jawab, dan wewenang
untuk melaksanakan pekerjaan kefannasian pada
unit pelayanan kesehatan yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban
yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang
berwenang.

2 Pekerjaan kefarmasian adalah penyiapan


rencana kerja kefarmasian, pengeloiaan
perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, dan
pelayanan farmasi khusus.
3. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga,
radio farmasi, dan gas medik.

4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat


tradisional, dan kosmetika.

5. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen.


aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung
138
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

obatyang digunakan untuk mencegah, mendiag-


nosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan
kesehatan pada manusia dan atau untuk
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.

6. Perbekaian kesehatan rumah tangga adaiah alat,


bahan atau campuran untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, hewan
peliharaan, rumah tangga dan atau tempat-
tempat umum.

7. Penyiapan rencana kerja kefarmasian adaiah


menyiapkan rencana kegiatan dalam rangka
menjamin teriaksananya pekerjaan kefarmasian
yang dilakukan secara profesional.

8. Pengelolaan perbekaian farmasi adaiah


rangkaian kegiatan yang meliputi pemilihan,
perencanaan, pengadaan, sterilisasi sentral, uji
mutu bahan baku, uji mutu sediaan obat jadi,
membuat rekomendasi uji mutu, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan,
penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan
pengelolaan perbekaian farmasi.

9. Pelayanan farmasi klinik adaiah rangkaian


kegiatan yang meliputi dispensing, visite ke ruang

139
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

rawat, pelayanan informasi obat, konseling obat,


konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, evaluasi penggunaan obat,
pemantauan penggunaan obat, monitoring efek
samping obat, pemantauan kadar obat dalam
darah, menganalisis efektifitas-biaya dan
penyusunan laporan farmasi klinik.

10. Pelayanan farmasi khusus adalah kegiatan-


kegiatan yang dilakukan y'^oteker kepada pasien/
keluarga pasien untukmeningkatkan pelayanan
kefarmasian dan pengetahuan pasien terhadap
manfaat terapi/pengobatan seperti pelayanan
kefarmasian jarak jauh, home care, ambulatory
services, swamedikasi dan pelayanan paliatif.

11. Pengabdian masyarakat adalah kegiatan-


kegiatan yang dilakukan Apoteker dalam rangka
mengabdikan tenaga dan ilmu pengetahuan
kepada masyarakat dalam kondisi-kondisi
tertentu seperti kejadian luar biasa/wabah/
bencana alam, kesehatan dan keselamatan kega,
dan program khusus sarana pelayanan
kesehatan.

12. Unit pelayanan kesehatan adalah tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yaitu rumah sakit, instalasi farmasi
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota (Gudang
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

FarmasiyUnit PelaksanaTeknis Daerah(UPTD),


puskesmas, apotek, dan poliklinik/balai
pengobatan serta unit pelayanan kesehatan
lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
13. Jabatan Fungsionai adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas,tanggung jawab, wewenang
dan hak seorang Pegawai Negeri Sipii dalam
rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi
keahlian dan atau keterampiian untuk mencapai
tujuan organisasi.
14. Angka Kredit adalah satuan nilai darl tlap butir
kegiatan dan atau akumulasi butir-butir kegiatan
yang hams dicapai oleh seorang Apoteker dalam
rangka pembinaan karler kepangkatan dan
jabatannya.

15. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)


adalah formulir yang berisi keterangan
perorangan Apoteker dan butir kegiatan yang
dinilai dan hams diisi oleh Apoteker dalam rangka
penetapan angka kredit.

16. Penetapan Angka Kredit (PAK) adalah formulir


yang berisi keterangan perorangan Apoteker dan
satuan nilai dari hasil penilaian butir kegiatan dan
atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang telah
dicapai oleh Apoteker yang telah ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit.

141
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

17. Tim Penilal Angka Kredit adalah tim penilai yang


dibentuk dan ditetapkan oieh pejabat yang
berwenang dan bertugas untuk meniiai prestasi
kerja Apoteker.

18. Tim Penilai DirektoratJenderal adalah Tim Penilai


yang dibentuk oleh Direktur Jenderal yang
membina pelayanan kefarmasian Departemen
Kesehatan atau Pejabat Eselon II yang
bersangkutan dalam menetapkan angka kredit
bag!Apoteker Utama di lingkungan Departemen
Kesehatan dan instansi iainnya.

19. Tim Penilai Sekretariat DirektoratJenderal adalah


Tim Penilai yang dibentuk oleh Sekretaris
Direktorat Jenderal yang membina pelayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan dalam
menetapkan angka kredit bagi Apoteker Pertama
sampai dengan Apoteker Madya di lingkungan
Departemen Kesehatan.

20. Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Departemen Kesehatan adalah tim penilai yang
dibentuk oleh Pimpinan Unit Pelaksana Teknis
(setingkat eselon II) dalam menetapkan angka
kredit bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Muda di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan.

142
MENTERI KESEHATAN
RBHiBUK INDONESIA

21. Tim Penilai Instansi adalah tim penilai yang


dibentuk oleh Pimpinan Unit Pelayanan
Kesehatan Departemen/Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND) selain Departemen
Kesehatan (setingkat eselon II) dalam
menetapkan angka kredit bagi /^poteker Pertama
sampai dengan Apoteker Madya yang bekeija
pada pelayanan kefarmasian di lingkungan
maslng-masing.

22. Tim Penilai Provinsi adalah tim penilai yang


dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dalam menetapkan angka kredit bagi Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya yang
bekerja pada pelayanan kefarmasian di
lingkungan Provinsi.

23. Tim Penilai Kabupaten/Kota adalah tim penilai


yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam menetapkan angka kredit
bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada pelayanan kefarma
sian di lingkungan Kabupaten/Kota.

24. Seketariat Tim Penilai adalah sekretariat yang


dibentuk untuk membantu tim penilai dalam
melakukan penitaian angka kredit Apoteker.

25. Unit Petaksana Teknis (UPT) adalah unit


organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

yang melaksanakan tugas pelayanan kefarma-

26. Pimpinan Unit Kerja adaiah pejabat yang diberi


tugas, tanggung jawab,wewenang dan hak oleh
pejabat yang berwenang untuk memimpin suatu
unit kerja sebagal bagian dari organisasi.

27. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adaiah


Menteri, Jaksa /^ung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian
Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan
Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekreta
riatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat
struktural eselon I dan bukan merupakan bagian
dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen(LPND).

28. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi


adaiah Gubemur.

29. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabu-


paten/Kota adaiah BupatiA/Valikota.

30. Pemberhentian adaiah pemberhentian dari


JabatanApoteker bukan pemberhentian sebagai
Pegawai Negeri Sipii.
£:=ir=:33

MENTERl KESEHATAN
REPUBUK iNDONKIA

31. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan


tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian
susunan kepegawaian dan digunakan sebagai
dasarpenggajian.

32. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang


diberikan atas prestasi kega dan pengabdian
pegawai negeri sipil terhadap negara.

33. Pendidikan adalah semua program pendidikan


yang berhubungan dengan tugas pokok dan
fungsi tenaga Apoteker, sehingga didapatkan
peningkatan ilmu pengetahuan dan/atau
keterampilan dan/atau perbaikan sikap dan
perilaku yang berguna dalam peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian.

34. Pengembangan profesi adalah pengembangan


pengetahuan, keahlian, dan bakat yang
bermanfaat bagi profesi Apoteker dalam
melaksanakan tugasnya.

35. Penulis utama adalah seseorang yang mempra-


karsai penulisan, pemilik ide tentang hal yang
akan di tulis, pembuat outline, penyusunan
konsep serta pembuat konsep akhir dari
penulisan tersebut, sehingga nama yang
bersangkutan tertera pada urutan pertama atau
dinyatakan secara jelas sebagai penulis utama.

145
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

36. Penulis pembantu adalah seseorang yang


memberikan bantuan kepada penulis utama
dalam hal mengumpulkan data, mengolah data,
menganalisa data, menyempurnakan konsep/
penambahan materi, dan penunjang.
37. Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun balk
secara kelompok maupun perorangan yang
membahas suatu pokok bahasan dengan
menuangkan gagasan-gagasan tertentu melalui
identifikasi dan deskripsi permasalahan, analisa
permasaiahan dan saran-saran pemecahannya.
38. Karya tulis adalah suatu karya tulisan yang
membahas tentang suatu pokok bahasan yang
merupakan hasil penelitian/survey/evaluasi
kebijakan di bidang kefarmasian/kesehatan.

39. Makalah berupa penelitian adalah suatu karya


tulis yang disusun oleh seseorang atau tim yang
membahas suatu pokok persoalan yang
merupakan penelitian ilmiah di bidang kefarma
sian/kesehatan.

40. Makalah berupa tinjauan/ulasan ilmiah kesehatan


adalah suatu karya tulis yang berdasarkan kaidah
ilmu disusun oleh seseorang atau tim yang
membahas suatu pokok persoalan berdasarkan
kaidah-kaidah ilmu kesehatan;
MENTERJ KESEHATAN
R^BLIK INDONESIA

41. Pertemuan llmiah adalah pertemuan yang


dilaksanakan untuk membahas suatu masalah
yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.

42. Saduran adafah naskah yang disusun


berdasarkan tuiisan orang lain yang telah diubah
dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
berlaku tanpa menghilangkan atau merubah
gagasan penulisasli.

43. Terjemahan adalah naskah yang berasal dari


tuiisan orang lain yang dialih- bahasakan ke
dalam bahasa lain.

44. Penemuan/pengembangan teknologi tepat guna


dibidang kefarmasian adalah penemuan/
pengembangan teknologi yang menggunakan
sumber daya yang ada untuk memecahkan
masalah yang ada secara berdaya guna dan
berhasil guna.

45. Kegiatan penunjang tugas Apoteker adalah


kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker daiam
rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan
pekerjaan kefarmasian dan kegiatan iainnya yang
berhubungan dengan bidang kefarmasian.
46. Mengajar/melatih/membimbing adalah kegiatan
yang berkaltan dengan bidang kefarmasian/
kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

47. Seminar dalam bidang kefarmasian adalah


merupakan satu metode belajar dimana para
peserta dilatih saling bekerja sama dengan berfikir
dan berpendapat untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi sehingga tercapai suatu
kesimpulan/pendapat bersama.

48. Lokakarya di bidang kefarmasian adalah suatu


pertemuan ilmiah sebagaiwakii instansi/unit keija/
negara dalam rangka pengembangan atau saling
tukar informasi ilmu pengetahuan yang
diselenggarakan ditempattertentu.
49. Menjadi delegasi ilmiah adalah mengikuti
pertemuan ilmiah sebagai wakil negara dalam
rangka pengembangan atau saling tukar
informasi ilmu pengetahuan yang diselengga
rakan di suatu negara tertentu dan diikuti oleh
beberapa negara.

50. Organisasi profesi adalah organisasi yang dalam


pelaksanaan tugasnya didasarkan pada disiplin
ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian.
51. Gelar tambahan gelar sarjana/keahlian yang
relevan atau tidak relevan dengan bidangnya
adalah gelar sarjana/keahlian di bidang keseha-
tan dan di luar bidang kesehatan.

52. Tanda jasa adalah tanda kehormatan yang


diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

148
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

BAB li
RUANG LINGKUP PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONALAPOTEKER

Pasal2

Ruang Lingkup Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional


Apoteker dan Angka Kredltnya Ini terdiri dari tugas
pokok Apoteker, jenjang jabatan/pangkat, rincian
kegiatan, unsur kegiatan, tim penilai, tata cara
pembinaan, tata kerja dan tata cara penilaian,
perhitungan dan penetapan angka kredit serta formulir
dan cara pengisian formulir.

BAB III
TUGAS POKOK DAN JENJANG JABATAN I
PANGKAT APOTEKER

Pasal 3

Apoteker mempunyal tugas pokok melaksanakan


pekerjaan kefarmasian yang meliputi penyiapan
rencana kerja kefarmasian, pengelolaan perbekalan
farmasi, peiayanan farmasi klinik, dan pelayanan
farmasi khusus.

Pasal 4

(1) Jabatan Fungsional /^oteker merupakan Jabatan


TingkatAhli.

149
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

(2) Jenjang Jabatan Fungsional Apoteker sebagai-


mana dimaksud pada ayat(1), dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi adalah:
a. Apoteker Pertama, pangkat Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang Ill/b.
b. Apoteker Muda, terdiri dari:
1. Penata, golongan ruang lii/c;
2. Penata Tingkat I, golongan ruang lll/d.
c. Apoteker Madya, terdiri dari:
1. Pembina, golongan ruang IV/a;
2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b;
3. Pembina Utama Muda, golongan ruang
IV/c.
d. Apoteker Utama, terdiri dari:
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang
IV/d;
2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.

BAB IV
RINCIAN KEGIATAN YANG DINILAI DALAM
JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER

Rasa!5

Rincian kegiatan Apoteker sesuai dengan jenjang


jabatan, adalah sebagai berikut:

1. Apoteker Pertama, yaitu:


a. Membuat kerangka acuan dalam rangka
Penyiapan Rencana Kegiatan Kefarmasian;
MENTERJ KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

b. Mengklasifikasi perbekalan farmasi dalam


rangka Pemilihan Perbekalan Farmasi;
c. inventarisasi pemasok perbekalan farmasi
dalam rangka Pemilihan Perbekalan Farmasi;
d. Mengolah data dalam rangka Perencanaan
Perbekalan Farmasi;
e. Mengawasi kegiatan dalam rangka Sterilisasi
Sentral;
f. Menyusun perbekalan farmasi dalam rangka
Penyimpanan Perbekalan Farmasi;
g. Merekapitulasi daftar usulan perbekalan
farmasi dalam rangka Penghapusan
Perbekalan Farmasi;
h. Meracik obat resep individual dalam rangka
Dispensing-,
i. Visite ke ruang rawat;
j. Pelayanan Informasi Obat(PIG);
k. Konseling obat;
I. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
m. Mendokumentasikan dalam rangka
Pemantauan Penggunaan Obat;
n. Pelayanan jarak jauh {Remote Service);
o. Pelayanan di tempat tinggal {Home care);
p. Ambulatory services;
q. Swamedikasi;
r. Pelayanan paliatif.

151
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Apoteker Muda, yaitu:


a. Menelaah atau mengkaji data-data dalam
rangka Penyiapan Rencana Kegiatan
Kefarmasian;
b. Membuat rencana kegiatan daiam rangka
Penyiapan Rencana Kegiatan Kefarmasian;
c. Menentukan jenis perbekalan farmasi dalam
rangka Pemilihan Perbekalan Farmasi;
d. Menilai mutu dalam rangka Pemilihan
Pemasok Perbekalan Farmasi;
e. Menyusun rencana kebutuhan dalam rangka
Perencanaan Perbekalan Farmasi;
f. Membuat surat pesanan dalam rangka
Pembelian Perbekalan Farmasi;
g. Mengembalikan perbekalan farmasi yang
tidak sesuai dengan persyaratan /spesifikasi
dalam rangka Pengadaan Perbekalan
Farmasi Melalui Jalur Pembelian;
h. Mengajukan usulan obat program dalam
rangka Pengadaan Perbekalan Farmasi
Melalui Jalur Non Pembelian;
i. Mengembalikan perbekalan farmasi yang
tidak sesuai dengan persyaratan /spesifikasi
dalam rangka Pengadaan Perbekalan
Farmasi Melalui Jalur Non Pembelian;
j. Menganalisis/mengkaji bahan baku dan
metode pembuatan dalam rangka
Menetapkan Master Formula Sediaan
Farmasi;

152
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

k. Merencanakan keglatan dan kebutuhan


bahan baku dalam rangka Produksi Sediaan
Farmasi Non Steril;
I. Mengolah bahan-bahan dalam rangka
Produksi Sediaan Farmasi Non Steril;
m. Merencanakan kegiatan sterilisasi dan
kebutuhan bahan-bahan dalam rangka
Sterilisasi Sentral;
n. Uji sterilisasi dalam rangka Sterilisasi Sentral;
0. Uji mutu secara organoleptis dalam rangka
Uji Mutu Bahan Baku;
p. Uji mutu secara organoleptis dalam rangka
Uji Mutu Sediaan Obat Jadi;
q. Uji mutu dalam proses produksi secara
organoleptis dalam rangka Uji Mutu Sediaan
Obat Jadi;
r. Memeriksa perbekalan farmasi dalam rangka
Penerimaan Perbekalan Farmasi;
s. Mengelompokkan perbekalan farmasi dalam
rangka Penyimpanan Perbekalan Farmasi;
t. Mengkaji permintaan perbekalan farmasi
dalam rangka Pendistribusian Perbekalan
Farmasi;
u. Membuatjadwal penghapusan dalam rangka
Penghapusan Perbekalan Farmasi;
V. Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi;
w. Mengkaji resep dalam rangka Dispensing,
X. Memeriksa obat dalam rangka Dosis Unit;

153
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

y. Menghitung kebutuhan komponen dalam


rangka Sediaan Nutrisi Parenteral Total;
z. Mengemas sediaan nutrisi parenteral total
dalam rangka Sediaan Nutrisi Parenteral
Total;
aa. Mengemas obat dalam rangka Sediaan
Sitostatika;
bb. Visite ke ruang rawat;
cc. Pelayanan Informasi Obat(PIG);
dd. Konseling obat;
ee. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
ff. Mengumpulkan dan menganalisa data
dalam rangka Evaluasi Penggunaan
Obat;
gg. Mendokumentasikan hasil evaluasi
dalam rangka Evaluasi Penggunaan
Obat;
hh. Menelusuri catatan medik dalam rangka
Pemantauan Penggunaan Obat;
ii. Pelayanan jarak jauh(Remote Services)-,
jj. Pelayanan di tempat tinggal (Home
Care);
kk. Ambulatory services-,
II. Swamedikasi;
mm.Pelayanan paliatif.
3. ApotekerMadya, yaitu;
a. Menyajikan rencana kegiatan dalam rangka
Penyiapan Rencana Kegiatan Kefarmasian;
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

b. Menyajikan rancangan dalam rangka


Perencanaan Perbekalan Farmasi;
c. Menganaiisis usuian pembellan dalam rangka
Pengadaan Perbekalan Farmasi Melalui
Jalur Pembellan;
d. Menilai barang droping/sumbangan dalam
rangka Pengadaan Perbekalan Farmasi
Melalui Jalur Non Pembellan;
e. Uji coba formula dalam rangka Menetapkan
Formula Induk {Master Formula) Sediaan
Farmasi;
f. Menganalisis/mengkaji bahan baku dan
teknik pembuatan dalam rangka Produksi
Sediaan Farmasi Non Steril;
g. Memeriksa label/penandaan dalam rangka
Produksi Sediaan Farmasi Non Steril;
h. Merencanakan kegiatan produksi dan
kebutuhan bahan-bahan dalam rangka
Produksi Sediaan Steril;
i. Mengolah bahan baku dalam rangka
Produksi Sediaan Steril;
j. Uji kualitatif bahan baku dalam rangka Uji
Mutu Bahan Baku;
k. Uji kuantitatif bahan baku dalam rangka Uji
Mutu Bahan Baku;
I. Uji kualitatif obatjadi dalam rangka Uji Mutu
Sediaan Obat Jadi;
m. Uji kuantitatif obatjadi dalam rangka Uji Mutu
Sediaan Obat Jadi;

155
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

n. Membuat rekomendasi uji mutu;


o. Memeriksa catatan atau bukti perbekalan
farmasi dalam rangka Penyimpanan
Perbekalan Farmasi;
p. Menganalisis daftar usulan perbekalan
farmasi dalam rangka Penghapusan
Perbekalan Farmasi;
q. Evaluasi kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi;
r. Memeriksa perbekalan farmasi dalam rangka
Dispensing Resep Individual;
s. Menyerahkan perbekalan farmasi dalam
rangka Dispensing Resep Individual;
t. Menyerahkan obat dalam rangka Dispensing
Dosis Unit;
u. Merekapitulasi rincian pemakaian obat dan
biayanya dalam rangka Dispensing Dosis
Unit;
V. Meracik/mencampur komponen-komponen
dalam rangka Sediaan Nutrisi Parenteral
Total;
w. Membacajadwal pemberian dan menghitung
jumlah pelarutnya dalam rangka Sediaan
Intravena;
X. Mengemas obat dalam rangka Sediaan
Intravena;
y. Membaca protokol kemoterapi dalam rangka
Sediaan Sitostatika;
z. Menghitung dosis sediaan farmasi dalam
rangka Sediaan Sitostatika;

156
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

aa. Mengawasi proses pembuangan limbah


dalam rangka Sediaan Sitostatika;
bb. Visite ke ruang rawat;
cc. Pelayanan Informasi Obat(PIO);
dd. Konseling obat;
ee. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan iainnya;
ff. Mengidentifikasi skala prioritas dan
menyusun indikator/kriteria dalam rangka
Evaluasi Penggunaan Obat;
gg. Merekomendasikan rencana intervensi
dalam rangka Evaluasi Penggunaan
Obat;
hh. Menganalisis, menyimpulkan dan
merekomendasikan upaya intervensi
dalam rangka Pemantauan Penggunaan
Obat;
ii. Mengklarifikasi laporan efek samping
obat dalam rangka Monitoring Efek
Samping Obat(MESO);
jj. Menganalisis mekanisme kerja, meman-
tau dan merekomendasikan upaya
intervensi dalam rangka Monitoring Efek
Samping Obat(MESO);
kk. Memeriksa kadar obat dalam rangka
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah;
11. Mengidentifikasi skala prioritas dalam
rangka Menganalisis Efektifitas-Biaya;
mm. Mengumpulkan, mengolahdan memban-
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

dingkan data-data dalam rangka


Menganalisis Efektifitas-Biaya;
nn. Menyusun laporan kegiatan farmasi
klinik;
00. Pelayanan jarakjauh {Remote Services)]
pp. Pelayanan di tempat tinggal {Home
Care);
qq. Ambulatory services]
nr. Swamedikasi;
ss. Pelayanan paliatif.

Apoteker Utama, yaitu:


a. Menyempurnakan formula induk dalam
rangka Menetapkan Master Formula Sediaan
Farmasi;
b. Menganalisis/mengkaji bahan baku dalam
rangka Produksi Sediaan Steril;
c. Memeriksa label/penandaan dalam rangka
Produksi Sediaan Steril;
d. Uji klinis obat jadi dalam rangka Uji Mutu
Sediaan Obat Jadi;
e. Mengawasi proses pemusnahan dalam
rangka Penghapusan Perbekalan Farmasi;
f. Membaca dan mengkaji daftar terapi dalam
rangka Dispensing Dosis Unit;
g. Merekonstitusi obat dalam rangka Sediaan
Intravena;
h. Mengemas obat dalam rangka Sediaan
Intravena;

158
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

i. Merekomendasi obat daiam rangka Sediaan


Sitostatika;
j. Memeriksa hasii rekonstitusi daiam rangka
Sediaan Sitostatika;
k. Visite ke ruang rawat;
I. Pelayanan Informasi Obat(PIG);
m. Konseling obat;
n. Konsultasi dengan dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya;
o. Merekomendasikan dosis terapi daiam
rangka Pemantauan Kadar Obat daiam
Darah;
p. Peiayanan jarakjauh {Remote Services)]
q. Pelayanan di tempat tinggai {Home Care)]
r. Ambulatory services]
s. Swamedikasi;
t. Peiayanan paiiatif.

Pasal6

(1) Apabiia pada suatu unit kerja tidak terdapat


Apotekeryang sesuai dengan jenjang jabatannya
untuk meiaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud daiam pasai 5 ayat(1), maka Apoteker
yang berada satu tingkat di atas atau satu tingkat
di bawah jenjang jabatannya dapat meiakukan
kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara
tertuiis dari pimpinan unit kerja yang bersang-
kutan;

159
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

(2) Apabila pada suatu unit kerja dalam situasi


kegawat-daruratan tidak terdapat Apoteker
sesuai dengan tingkat jabatannya untuk
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (1), maka Apoteker dapat
melakukan pekerjaan dua tingkat di atas atau
dua tingkat di bawah jenjang jabatannya.

Pasal 7

Penilaian angka kredit pelaksanaan tugas


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, ditetapkan
sebagai berikut;

a. Apoteker yang melaksanakan tugas satu tingkat


di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang
diperoleh ditetapkan sebesar80%(delapan puluh
persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan
yang dilakukan, sesuai peraturan Perundangan-
undangan yang berlaku;

b. Apoteker yang melaksanakan tugas satu atau dua


tingkat di bawah jenjang jabatannya, angka kredit
yang diperoleh ditetapkan sama dengan angka
kredit setiap butir kegiatan yang dilakukan, sesuai
peraturan Pemndangan-undangan yang berlaku;

c. Apoteker yang melaksanakan tugas di bidang


kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan dua

160
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

tingkat di atas jenjang jabatannya, angka kredit


yang diperoleh ditetapkan sebesar40%(empat
puluh persen) dari angka kredit setlap butir
kegiatan yang dilakukan, sesuai peraturan
Perundangan-undangan yang berlaku.

BABV
UNSUR KEGIATAN

Pasai 8

(1) Unsur kegiatan yang dinilai dalam memberikan


angka kredit terdin atas:
a. Unsur Utama; dan
b. Unsur Penunjang.
(2) Unsur utama terdiri dari:
a. Pendidikan;
b. Pekerjaan kefarmasian; dan
c. Pengembangan profesi.
(3) Unsur penunjang merupakan yang mendukung
pelaksanaan tugas Apoteker yang terdiri dari:
a. Mengajar/melatih/membimbing yang
berkaitan dengan bidang kefarmasian/
kesehatan;
b. Berperan serta dalam seminar/lokakarya di
bidang kefarmasian/kesehatan;
c. Keanggotaan dalam Komite Farmasi dan
Terapi(KPT)dan atau kepanitiaan lainnya;

161
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

d. Keanggotaan dalam organisasi profesi


Apoteker;
e. Keanggotaan dalam Tim Penilai Angka Kredit
Jabatan Fungsional Apoteker;
f. Memperoieh gelarkesarjanaan;
g. Memperoleh piagam kehormatan/penghar-
gaan/tandajasa.

(4) RIncian kegiatan Apoteker dan angka kredit serta


penjelasannya dari masing-masing unsur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 9

(1) Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus


dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk
dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan
jabatan/pangkat Apoteker sesuai peraturan
Perundangan-undangan yang berlaku:
a. Paling kurang 80% (delapan puluh persen)
angka kredit berasal dari unsur utama; dan
b. Paling banyak 20%(dua puluh persen)angka
kredit berasal dari unsur penunjang.

(2) Apoteker yang telah memiliki angka kredit


melebihi angka kredit yang telah ditentukan

162
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA

untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih


tinggi, keiebihan angka kredit tersebut diper-
hitungkan untuk kenaikan jabatan/pangkat
berikutnya.

(3) Apablla keiebihan jumiah angka kredit


sebagaimana dimaksud pada ayat(2) memenuhi
jumiah angka kredit untuk kenaikan jabatan dua
tingkat atau lebih dari jabatan terakhir yang
diduduki, maka Apoteker yang bersangkutan
dapat diangkat dalam jenjang jabatan sesuai
denganjumiah angka kredit yang dimiliki, dengan
ketentuan:
a. Paling kurang telah 1 (satu) tahun dalam
jabatan terakhir; dan
b. Setiap unsur penilaian prestasi keija atau
pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3)
paling rendah bemilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.

(4) Apoteker yang naik jabatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), setiap kali kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi disyaratkan
mengumpulkan 20% (dua puluh persen) dari
jumiah angka kredit untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi, yang berasal dari kegiatan
tugas pokok.

163
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

(5) Apoteker yang telah mencapai angka kredit untuk


kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi
pada tahun pertama dalam masajabatan/pangkat
yang didudukinya, pada tahun berikutnya
diwajibkan mengumpulkan angka kredit paling
kurang 20%(dua puiuh persen)darijumlah angka
kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan/
pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari
kegiatan tugas pokok.

(6) Untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi


menjadi pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV/b, sampai dengan Apoteker Utama,
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e,
diwajibkan mengumpulkan angka kredit minimal
12 (dua belas) yang berasal dari kegiatan
pengembangan profesi.

(7) Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama,


golongan ruang IV/e, setiap tahun sejak
menduduki jenjang jabatan diwajibkan
mengumpulkan minimal 25 (dua puluh lima)
angka kredit yang berasal dari kegiatan tugas
pokok.

Pasal 10

(1) Apoteker yang secara bersama membuat karya


tulis/karya ilmiah di bidang kefarmasian/keseha-

164
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

tan, pembagian angka kreditnya ditetap-kan


sebagai berikut:
a. Apabila terdiri dari 2(dua)orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 60%
(enam puluh persen)untuk penulis utama dan
40% (empat puluh persen) untuk penulis
pembantu; atau
b. Apabila terdiri dari 3(tiga)orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 50%(lima
puluh persen) untuk penulis utama dan
masing-masing 25%(dua puluh lima persen)
untuk penulis pembantu; atau
c. Apabila terdiri dari 4(empat) orang penulis
maka pembagian angka kreditnya adalah
40% (empat puluh persen) untuk penulis
utama dan masing-masing 20%(dua puluh
persen) untuk penulis pembantu.

(2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), paling banyak 3 (tiga)
orang.

BAB VI
TIM PENILAi

Pasal11

(1) Penilaian terhadap prestasi kerja Apoteker


dilakukan oleh Tim Penilai.

165'
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

(2) Syarat untuk menjadi Anggota Tim Penilai sebagai


berikut:
a. Menduduki jenjang jabatan/pangkat paling
rendah sama dengan jenjang jabatan/
pangkatApotekeryang dinilai;
b. Memiliki keahlian dan kemampuan untuk
menilal prestasi kerja Apoteker; dan
c. Dapat aktif melakukan penilaian.

(3) Masa jabatan Aiggota Tim Penilai adalah 3(tiga)


tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa
jabatan berikutnya.

(4) Anggota Tim Penilai yang telah menjabat dalam


2 (dua) masa jabatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dapat diangkat kembali setelah
melampaui tenggang waktu 1 (satu) masa
jabatan.

(5) Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang


pension atau berhalangan paling singkate(enam)
bulan, KetuaTim Penilai mengusulkan penggan-
tian Anggota Tim Penilai secara defenitif sesuai
masa kerja yang tersisa kepada pejabat yang
benA^enang menetapkan Tim Penilai.

(6) Dalam hal terdapat Anggota Tim penilai yang turut


dinilai, maka KetuaTim Penilai dapat mengangkat
Anggota Tim Penilai Pengganti.

166
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

(7) Susunan Keanggotaan Tim Penilai terdiri dari


unsur teknis kefarmasian, unsur kepegawaian,
dan pejabat fungsional Apoteker dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Seorang Ketua merangkap anggota dari
unsur teknis;
b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota
dari unsur kepegawaian;
c. Seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
d. Paling kurang 4(empat) orang anggota.
(8) Anggota Tim Penilai dimaksud pada ayat(7) huruf
d, paling kurang 2 (dua) orang dari pejabat
fungsional Apoteker.

(9) Apabilajumlah Aiggota Tim Penilai sebagaimana


dimaksud pada ayat (8) tidak dapat dipenuhi.
maka Anggota Tim penilai dapat diangkat dari
Pegawai Negeri Sipil lain yang memiliki
kompetensi untuk menilai prestasi keija /^^oteker.

(10) ApabiiaTim Penilai Jabatan Fungsional Apoteker


Unit Pelayanan Kesehatan Departemen/Lembaga
Pemerintah Non departemen (LPND)(setingkal
eselon 11) atau Tim Peniiai instansi belum dapat
dibentuk karena belum memenuhi syarat
keanggotaan Tim Penilai yang ditentukan, maka
penilaian dan penetapan angka kredit dapat
dimintakan kepada Tim Penilai Direktorat
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Jenderal/Tim Penilai Sekretariat Direktorat


Jenderal.

(11)Apabila Tim Penilai Provinsi belum dapat dibentuk


karena belum memenuhi syarat keanggotaan Tim
Penilai yang ditentukan, maka penilaian angka
kredit Apoteker dapat dimintakan kepada Tim
Penilai Direktorat Jenderal/Tim Penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal.

(12)Apabila Tim Penilai Kab/Kota belum dapat


dibentuk karena belum memenuhi syarat
keanggotaan Tim Penilai yang ditentukan, maka
penilaian angka kredit /^oteker dapat dimintakan
kepada Tim Penilai Kab/Kota terdekat atau Tim
Penilai Provinsi yang bersangkutan atau Tim
Penilai Direktorat Jenderai/Tim Penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal.

(13)Pembentukan dan susunan Anggota Tim Penilai


ditetapkan oleh:
a. Direktur Jenderal yang membidangi pelaya-
nan kefarmasian Departemen Kesehatan
atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk untuk
Tim Penilai Direktorat Jenderal;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal yang membi
dangi pelayanan kefarmasian Departemen
Kesehatan untuk Tim Penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal;
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

c. Pimpinan Unit Peiaksana Teknis (minimal


eseion II) di lingkungan Departemen
Kesehatan untukTim Penilai Unit Peiaksana
Teknis(UPT)Departemen Kesehatan;
d. Pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan
Departemen/Lembaga Pemehntah Non
Departemen (LPND) selain Departemen
Kesehatan (minimal eseion II) untuk Tim
Penilai Instansi.
e. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk Tim
Penilai Provinsi; dan
f. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk Tim
Penilai Kab/Kota;

Pasai 12

(1) Tugas pokokTim Penilai Direktorat Jenderal:


a. Membantu Direktur Jenderal yang membina
pelayanan kefarmasian Departemen Keseha
tan atau Pejabat Eseion II yang bersangkutan
dalam menetapkan angka kredit bagi
Apoteker Utama yang bekerja pada unit
pelayanan kefarmasian di lingkungan
Departemen Kesehatan dan instansi lainnya;
dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diben-
kan oleh Direktur Jenderal yang membina
pelayanan Kefarmasian Departemen
Kesehatan atau pejabat Eseion II yang

169
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

bersangkutan yang berhubungan dengan


penetapan angka kredit sebagaimana
dimaksud huruf a.

(2) Tugas pokok Tim Penilai Sekretariat Direktorat


Jenderal:
a, Membantu Sekretaris Direktorat Jenderal
yang membina pelayanan kefarmasian
Departemen Kesehatan dalam menetapkan
angka kredit bagi Apoteker Pertama sampai
dengan Apoteker Madya yang bekerja pada
unit pelayanan kefarmasian di lingkungan
Departemen Kesehatan dan instansi lainnya;
dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal
yang membina pelayanan kefarmasian
Departemen Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit sebagai
mana dimaksud huruf a.

(3) Tugas pokok Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis


(UPT)Departemen Kesehatan:
a. Membantu Pimpinan Unit Pelaksana Teknis
Departemen Kesehatan (setingkat eselon III)
dalam menetapkan angka kredit bagi
Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Muda yang bekerja pada unit pelayanan
kefarmasian di lingkungan masing-masing;
dan

170
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang


dibarikan oleh Pimpinan Unit Palaksana
Teknis Departemen Kesehatan (setingkat
eselon ill) yang berhubungan dengan
penetapan angka kredit sebagaimana
dimaksud hurufa.

(4) Tugas pokok Tim Penilai Instansi:


a. Membantu Pimpinan Unit Pelayanan
Kasehatan Dapartaman/Lambaga Pamerin-
tah Non Dapartaman (LPND) saiain
Dapartaman Kasahatan(satingkat asalon II)
dalam manatapkan angka kradit bagi
Apotakar Partama sampai dangan Apotakar
Madya yang bakaga pada unit palayanan
kafamnaslan di lingkungan masing-masing*
dan
b. Malaksanakan tugas-tugas lain yang
dibarikan olah Pimpinan Unit Palayanan
Kasahatan Dapartaman / Lambaga Pamarin-
tah Non Dapartaman (LPND) saiain
Dapartaman Kasahatan (setingkat asalon II)
yang berhubungan dangan panatapan angka
kradit sebagaimana dimaksud huruf a.

(5) Tugas pokok Tim Panilai Provinsi:


a. Membantu Kapala Dinas Kesehatan Provinsi
dalam manatapkan angka kradit bagi
Apotakar Partama sampai dengan Apotakar

171
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Madya yang bekerja pada unit pelayanan


kefarmasian di iingkungan provinsl; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi yang berhubungan dengan pene-
tapan angka kredit sebagaimana dimaksud
huruf a.

(6) Tugas pokok Tim Penilai Kabupaten/Kota;


a. Membantu Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
dalam menetapkan angka kredit bagi
Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada unit pelayanan
kefarmasian di Iingkungan kab/kota; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab/
Kota yang berhubungan dengan penetapan
angka kredit sebagaimana dimaksud
huruf a.

Pasai 13

(1) Untuk membantu Tim Penilai dalam melaksana


kan tugasnya, dibentuk Sekretariat Tim Penilai
yang dipimpin oleh seorang Sekretaris.

(2) Sekretariat Tim Penilai dibentuk dan ditetapkan


dengan keputusan pejabat yang berwenang
sesuai peraturan Perundangan-undangan yang
beiiaku.

172
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Pasal 14

(1) Apabila dipandang perlu, pejabat yang


berwenang menetapkan angka kredit dapat
membentukTIm Penilal Teknis yang anggotanya
terdiri dari para ahli, baik yang berkedudukan
sebagai Pegawal Negeri atau bukan Pegawai
Negeri yang mempunyal kemampuan teknis yang
diperlukan.

(2) Tugas pokok Tim Penilai Teknis memberikan


saran dan pendapat kepada Ketua Tim Penilai,
untuk memberikan penilaian kegiatan yang
bersifat khusus dan atau keahlian tertentu.

(3) Tim Penilal Teknis menerima tugas dari dan


bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai.

BAB VII
TATA CARA PEMBINAAN
DALAM JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER

Pasal 15

Tata Cara Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam


Jabatan Fungsional ^otekermeliputi: pengangkatan
pertama, kenaikan jabatan dan pangkat, perpindahan
darijabatan struktural/jabatan fungsional lain ke dalam
Jabatan Fungsional Apoteker, pembebasan semen-

173
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

tara, pengangkatan kembaii,dan pember-hentian dari


Jabatan Fungsional Apoteker.

Pasal16

(1) Pengangkatan pertama Pegawai Negeri Sipil


dalam Jabatan Fungsional Apoteker meliputi
persyaratan, kelengkapan berkas dan tata cara
pengangkatan serta pejabat yang berwenang
menetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II peraturan ini.

(2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil, sebagai


mana dimaksud pada ayat(1)dilakukan di tingkat
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Pasal17

(1) Kenaikan pangkat dan atau jabatan Pegawai


Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Apoteker
meliputi persyaratan, kelengkapan berkas dan
tata cara pengusulan serta pejabat yang
berwenang menetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III peraturan ini.

(2) Kenaikan pangkat dan jabatan Pegawai Negeri


Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.

174
MENTERI KESEHATAN
REPUBLfK INDONESIA

Pasai 18

(1) Perpindahan Pegawai Negeri Sipil dari Jabatan


Struktural/Jabatan Fungslonal Lain ke dalam
Jabatan Fungslonal Apoteker meliputi persya-
ratan, kelengkapan berkas dan tata cara
pengusulan serta pejabat yang berwenang
menetapkan sebagalmana tercantum dalam
Lampiran IV peraturan ini.

(2) Perpindahan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana


dimaksud pada ayat(1)dilakukan di tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Pasal 19

(1) Pembebasan sementara dari Jabatan Fungslonal


Apoteker meliputi persyaratan, kelengkapan
berkas, dan tata cara pembebasan sementara
dari Jabatan Fungslonal Apoteker serta pejabat
yang berwenang sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V peraturan ini.

(2) Pembebasan sementara Pegawai Negeri Sipil,


sebagaimana dimaksud pada ayat(1)dilakukan
di tingkat Pusat. Provinsi. dan Kabupaten/Kota.

175
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Pasai 20

(1) Pengangkatan kembali ke dalam Jabatan


Fungsional Apoteker bagi Pegawai Negeri Sipil
yang dibebaskan sementara dari jabatannya serta
pejabat yang berwenang sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VI peraturan ini.

(2) Pengangkatan kembali Pegawai Negeri Sipil,


sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan
di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Pasal 21

(1} Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Apoteker


meliputi persyaratan, kelengkapan berkas dan
tata cara pemberhentian dari jabatannya serta
pejabat yang berwenang sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VII peraturan ini.

(2) Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, sebagai


mana dimaksud pada ayat(1) dilakukan di tingkat
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

BAB Vill
TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN

Pasal 22

(1) Tata kerja dan tata cara penilaian meliputi tata


kerja tim penilai dan tata cara penilaian.

176
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA

(2) Tata kerja Tim Peniiai sebagaimana dimaksud


pada ayat(1) mencakup kedudukan, tugas, dan
fungsiTim Peniiai Direktorat Jenderal,Tim Peniiai
Sekretariat Direktorat Jenderal, Tim Peniiai Unit
Pelaksana Teknis(UPT),Tim Peniiai Instansi, Tim
Peniiai Provinsi, dan Tim Peniiai Kabupaten/Kota.

(3) Tata cara penilaian sebagaimana dimaksud pada


ayat(1) terdiri dari daftar usul penetapan angka
kredit, penilaian oleh tim peniiai, dan atau
penilaian oleh tim peniiai teknis.

(4) Tata kerja dan tata cara penilaian angka kredit


sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII
peraturan ini.

BAB IX
PERHITUNGAN DAN PENETAPAN
ANGKA KREDIT

Pasal 23

(1) Perhitungan dan penetapan angka kredit meliputi


pejabat yang benwenang menetapkan angka
kredit, tim peniiai, dan tata cara perhitungan
angka kredit.

(2) Perhitungan dan penetapan angka kredit


Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dilakukan di tingkat Pusat, Provinsi dan
kabupaten/ kota.

177
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

(3) Perhitungan dan penetapan angka kredit


Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat(2),
bagi Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada unit
pelayanan kefarmasian.

(4) Perhitungan dan penetapan angka kredit Jabatan


Fungsional Apoteker sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IX
peraturan ini.

BABX
RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL
APOTEKER

Pasal 24

(1) Rincian kegiatan Jabatan Fungsional Apoteker


meliputi unsur,sub unsurdan butir kegiatan serta
penjelasannya.

(2) Rincian kegiatan sebagaimana dimaksud pada


ayat(1)sesuai peraturan Perundangan-undangan
yang berlaku.

178
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

BAB XI
FORMULIR DAN CARA PENGISIAN FORMUUR

Pasal 25

(1) Formulir-formuiir yang diperlukan dalam Jabatan


Fungsional Apoteker meliputi Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit (DUPAK), Formulir
Catatan/Laporan Prestasi Kerja Harian, Formulir
Catatan/Lapcran Prestasi Keija Bulanan, Formulir
Surat Pemyataan Melakukan Kegiatan Pekerjaan
Kefarmasian, Formulir Surat Pemyataan
Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi,
Formulir Surat Pemyataan Melakukan Kegiatan
Penunjang Tugas,dan Formulir Penetapan Aigka
kredit(PAK);

(2) Formulir-formulir sebagaimana dimaksud pada


ayat(1)dan cara pengisiannya tercantum dalam
Lampiran X peraturan ini.

179
MENTERI KESEHATAN
REPUBLfK INDONESIA

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor 1581/MENKES/SK/11/
2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Apoteker, dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 27

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Jakarta
Pada tanggal : 13 Mei 2009

^ ^MENTERI KESEHATAN

dr. SIti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

180
LAMPIRAN I : PERMENKES
MENTERI KESEHATAN
NOMOR : 376/MENKES/PERA//2009
REPUBLIK INDONESIA TANGGAL : 13 MEI 2009

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER DAN ANGKA KREDITNYA


m KjEGlAtAtl PEtldBLASAM l9AtUAft ANGKA
MASIt I'Elaksara
KRsorr
1 PENOIDIKAN A Pendidikan sekolah dan 1. Strata 3(8-3)Fanmasi/Doktor Farmasi liazah 200.000 Semua Jen|ana
memDeroleh ilazah alau aelar 2. Aooteker 1 wU.lAAJ Semua Jeniana
Bl Pendidikan dan pelatihan 1. Lamanva iebih dari 960 am Sertffikat 15.000 Semua Jeniana
fungsional di bidang kefamesian Z. Lamanvaantara 1641 - am ._Sertifikat Semua Jeniana
dan mendapatkan Surat Tanda 6.000 Semua Jeniana
Tamat Pendidikan dan Pelatihan 4. Lamanva antara f161 - 400)lam Sertifikat 3.000 Semua Jeniana
(STTPP)atauSertifikat 6. Lamanva antara (61•160)iam Sertifilcat 2.000 Semua Jeniana
Semua Jeniana
C Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan (Diktat) Sertifikat 2.000
00 prajabatan dan mendapatkan prajabatan Golongan III
Surat Tanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan(STTPP)atau
Seitlflkat
2 PEKERJAAN A Penylapan Rencana Kerja
KEFARMASIAN Keformasian
1. Menylapkan rencana kegiatan Menylapkan dan menyusun perangkat lunak
dalam rangka menjamin tercapainya
pekerjaan kefarmasian yang optimal,
terpadu dan berkesinambungan
a. Membuat kerangka acuan Cukupjelas Tiap kerangka 0.009 Apt. Pertama
acuan
b. Menelaah atau mengkaji data-data Cukupjelas Tiap kerangka 0.020 Apt. Muda
acuan
a Membuat rencana kegiatan Cukup jelas Tiap kerangka 0.006 Apt. Muda
acuan
d. Menyajikan rancangan kegiatan Menyajikan dan menyempumakan Tiap kerangka 0.020 Apt. Madya
rancangan kegiatan setelah mendapatkan acuan
masukan dan tanooaoan
B. Pei^elolaan Perbekalan Farmasi
1. Pemilihan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

SATUAN i AtwifA. RIUK$ANA


NO eUT1R«!NCIA3N moiPitm PEN40.ASAN NAlSilL

a. Perfoekalan Farmasi
• Mengldasifikasi perbekalan Mengklaslfikasi perbekalan farmasi sesuai Tiappaket 0.010 Apt. Pertama
faimasi skala prioritasnya
Menentukan jenis perbekalan Menentukan/menetapkan jenis pert>ekalan Tiap daftar 0.004 Apt. Muda
farmasi farmasi akhir

b. Pemasok
Inventarisasi Inventarisasi semua pemasok pert>ekalan Tiap daftar 0.008 Apt. Pertama
fannasi
• Menilai mutu Menilai mutu dan menetapakan pemasok Tiap daftar 0.007 Apt. Muda
(legalitas & kemampuan)
00 2. Perencanaan
ro
- Mengolah data Mengolah data dan menghitung kebutuhan Tiap paket 0.009 Apt. Pertama
sesuai ketentuan yang tierlaku dan dasar-
dasar perencanaan
Menyusun rencana kebutuhan Menganalias, menyusun dan menyempumakan Tiappaket 0.020 Apt. Muda
konsep rencana kebutuhan perbekalan
farmasi
- Menyajikan rancangan Memaparkan konsep rencana kebutuhan Tiap rancangan 0.040 Apt Madya
untuk mendapatkan masukan dan tanggapan
3. Pengadaan
a. Pembelian
• Membuat surat pesanan Membuat surat pesanan dan diteruskan Tiap surat 0.004 Apt. Muda
ke pemasok terpilih pesanan

- Menganalisisusulan pembelian Mengkaji/menganalisis usulan pembelian Tiap paket 0.010 Apt. Madya
pesanan oleh Tim Pengadaan
- Meretur(mongembaiikan) Mengembalikan perbekalan farmasi yang Tiap nota retur 0.005 Apt. Muda
p8rt>ekalan farmasi yang tidak tidak sesuai dengan persyaratan dan
sesuai persyaratan^pe^kasi spesifikasi yang ditentukan
b. Non Pembelian
- Menilai barang droping/ Meniiai barang droping /sumbangan untuk Tiappaket 0.010 Apt. Madya
sumbangan diterima atau tidak
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

WTUAfi AWKA
SU74B/RtNCiAN K60IATAN PgfMKUV^AN
tiASIL Kfmrt
Mengajukan usulan obat Membuat dan mengajukan ususlan obat Tiappaket 0.010 Apt. Muda
program program kepada pemenntah atau institusi lain
• Meretur(mengembalikan) Mengembalikan pertiekalan farmasi yang Tiap nota retur 0.004 Apt. Muda
perbekahan farmasi yang tidak tidak sesuai dengan persyaratan dan
sesuai persyaratan/spesifikasi spesifikasi yang ditentukan
c. ProduksiSediaan Farmasi
1) Menetapkan formula Induk Melakukan uji coba formula pembuatan
(AfetforFomiufti) sediaan farmasi hingga diperoleh formula
induk {MasterFormica)
- Manganalisis/meflgkaji Melakukan analisis atau kajian terhadap Tiap formula 0.010 Apt. Muda
bahan baku dan metode bahan baku dan teknik pembuatan
00
CO pembuatan
- Ujicoba formula Melakukan uji coba formula dan metode/ Tiap formula 0.050 Apt Madya
teknik pembuatan
• Manyempumakan formula Menyempumakan formula hingga Tiap formula 0.070 Apt. Utama
induk diperoleh formula induk dan metode/teknik
pembuatan sediaan farmasi yang tepat
2) Nonsteril
- Merencanakan kegiatan Membuat rencana kegiatan produksi untuk Tiap rencana 0.010 Apt. Muda
dan kebutuhan bahan baku periode waktu tertentu
• Manganalisis/mangkaji Melakukan analisis atau kajian terhadap Tiap laporan 0.020 Apt. Madya
bahan baku dan bahan baku dan teknik pembuatan
teknik pembuatan
• Mengolah bahan-bahan Menyediakan bahan baku/obat dan Tiap obat jadi 0.010 Apt. Muda
pengemas dan melakukan proses produksi
obat sesuai dengan formula induk
• Memeriksalabal/penandaar Memeriksa iabel/penandaan sediaan farmasi Tiap obat jadi 0.004 Aot Madya
3)
- Merencanakan kegiatan Membuat rencana kegiatan produksi untuk Tiap rencana 0.023 Apt Madv.'i
produksl dan kebutuhan periode waktu t^entu
bahan baku
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

NO
ftNQKft
$UjB UN$UR wnwmmm nmfkrm P£LAK$Ar<A
MA$(L : KR£&ir
Menganallsis/mengksjl Melakukan anatisis atau kajian terhadap Tiaprencana 0.027 Apt. Utama
bahan baku bahan baku dan tekntk pembuatan

Mengolah bahan baku Menyediakan bahan baku/obat dan Tiap rencana 0.040 Apt Madya
pangamas dan melakukan proses produksi
obat sesual dengan formula Induk
- Memeriksa label/penandaar Memeriksa label/penandaan sediaan farmasi Tiap obatjadi 0.010 Apt. Utama

4. Stediisaslsentral

- Merencanakan kegiatan steriiisasi Membuat rencana kegiatan steriiisasi Tiap rencana 0.020 Apt. Muda
00 sentral dan kebutuhan bahan- sentral dan kebutuhan bahan baku untuk
bahan penode waktu tertentu

Mengawasi kegiatan Mengawasi kegiatan steriiisasi sentral Tiap laporan 0.007 Apt. Pertama
sesual dengan metode sten'lisasi yang benar

Melakukan uji steriiisasi terhadap produk Tiap laporan 0.030 Apt. Muda
dan menyimpulkan hasil ujinya
5. Uji mutu bahan baku
a) Uji mutu secara organoleptis Memeriksa kelengkapan sertiflkat anaiisa Tiap laporan 0.002 Apt. Muda
bahan t>aku/obat dan menguji secara
organoleptis
b) Uji kualitatif bahan baku Menguji dan menyimpulkan bahan baku/ Tiap laporan 0.008 Apt Madya
obatsecara kualitatif

c) Uji kuantitatif bahan baku Menguji dan menyimpulkan bahan baku/ Tiap laporan 0.010 Apt Madya
obat secara kuantitatif

6. Uji mutu sediaan obatJadl


a) Uji mutu secara organoleptis Menguji dan menyimpulkan mutu ottat jadi Tiap laporan 0.003 Apt. Muda
secara organoleptis
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

SATUAI4 AftOKA
NO SUB UNSUR BUTiR/RINCtAN KE6IATAN PENUELASAft PEUAKSArW
HASIU KREpfT
b) Uji mutu dalam proses Menguji dan menyimpulkan mutu produk Tiaplaporan 0.004 Apt. Muda
produksi dalam proses produksi

c) Uji kualitatif obat jadi Menguji dan menyimpulkan mutu obat jadi Tiap laporan 0.007 Apt Madya
secara kualitatif

d) Uji kuantitatif obat jadi Menguji dan menyimpulkan mutu obat jadi Tiap laporan 0.009 Apt Madya
secara kuantitatif

e) Uji kilnis obat jadi Menguji dan menyimpulkan hasll uji klinik Tiap laporan 1.600 Apt. Utama
obat jadi
7. Uembuat rekomendasiujimutu
• Membuat rekomendasi uji Cukupjelas Tiap 0.008 Apt Madya
mutu r^omendasi
CO
cn
8. Penerimaan
- Memeriksa perbekalan Memeriksa perbekalan farmasi sesuai Tiapberita 0.006 Apt. Muda
faimasi dengan spesifikast yang telah ditentukan acara

9. Penyimpanan
a. Mengelompokkan perbekalan Mengelompokkan perbekalan farmasi Tiap paket 0.010 Apt. Muda
farmasi berdasarkan bentuk sediaan, kelas terapi
dan kondisi penyimpanan
b. Menyusun perbekalan farmasi Menyusun perbekalan farmasisecara Tiap paket 0.007 Apt. Pertama
alfabetis sesuai dengan prinsip First in
First Out dan First Expire First Out
c. Memeriksa catatan atau bukti Memeriksa catatatn dan bukti fisik Tiap paket 0.010 Apt Madya
perbekalan farmasi perbekalan farmasi yang diterima ke dalam
kartu dan buku kenaali
10. Pendistribuslan

• Mer^kaji permintaan Menerima dan mengkaji permintaan Tiap paket 0.004 Apt. Muda
farmasi perbekalan farmasi
11. Penghapusan
a. Merekapitulasi daftar usuIan Merekapitulasi daftar usulan perbekalan Tiap paket 0.008 Apt. Pertama
farmasi/resep yang akan dihapuskan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

'SfttMAM i A?teKA
MO $USl.iM$OR ws/mrm PEMOaASAM REUVKEAMA
MASiL <
b. Menganalisis daftarusulan Mengkaji/menganalisis daftar usulan Tiap paket 0.020 Apt. Madya
pertiekalan farmasi/resep yang akan
dihapuskan

c. Membuatjadwal Membuatjadwal kegiatan penghapusan Tiappaket 0.004 Apt. Muda


penghapusan sedaan farmasi/resep

d Mengawast proses Mengawasi pelaksanaan pemusnahan Tiap laporan 0.200 Apt. Utama
pemusnahan perbekalan tarmasi/resep sesuai dengan
ketentuan yang bedaku dan membuat
berita acaianya

00 12 Penyusunan laporan kegiatan Menyusun laporan-lapcian dalam Tiap laporan 0.020 Apt. Muda
a> pengelolaan perbekalan pengelolaan pett>ekalan farmasi
fiannasi

13. Evaluati kegiatan pengelolaan MengevaluasI setiap kegiatan dalam Tiap laporan 0.030 Apt Madya
perbekalan fannasi pengelolaan pertietolan farmasi

C Pelayanan Fannasi Kllnik


1. Dispensing Pelayanan yang (fimula daii tahap vaSdasi,
inteipretasi, penyiapan obat, pemberian
etiket, penyerahan, Informasi dan
dokumentasi
a. Resep Individual Melayani perbekalan farmasi resep per-
orangan pasien rawatjalan dan inap
- Mengkaji resep Mengkaji resep dimulai daii seleksi Tiap 10lembar 0.004 Apt. Muda
persyaratan administrasi,farmasi, dan Minis resep
Da9(untuk paaen rawatinap maupun rawatjdan

• Meracik obat Mencampur/mengolah bahan-bahan obat/ Tiap 10lembar 0.003 Apt. Pertama
baku dan slap untuk diserahkan resep

Memeriksa perbekalan farmasi Cukupjelas Tiap 10 lembar 0.005 Apt. Madya


resep
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

NO 5U& UNSOR BUTIfVRINCiAN KSOIATAN 1 i


'

Menyerahkan parbekalan TIaplOlembar 0.006 Apt Madya


faimasi pasien diserta/dengan pemberian in^rmas resep
pasif
b. Dosis Unit Melayani perbekalanfarmasi melalui resep
per-oranganyang disiapkan dalam sistem
dosis unit untuk pemakaian selama 24
(dua puluh empat)jam
• Membaca dan mengkaji daftar Membaca daftar terapi di ruang rawat dan Tiaplembar 0.010 Apt. Utama
terapi mengkaji ketepatan indikasi, waktu resep
penggunaan obat, duplikasi dalam
pengobatan, reaksi alergi, interaksi obat
00
dan efek samping obat serta kontrainditesi
• Memeriksa obat Memeriksa obat yang siap diserahkan Tiap lembar 0.001 Apt. Muda
kepada pasien resep
Menyerahkan obat Meriyerahkan perbekaian farmasi kepada Tiap lembar 0.002 Apt Madya
pasien disertai dengan pemberianinformasi resep
pasif
Merekap rincian pemakaian Merekapituiasi rincian pemakaian dan Tiaplembar 0.004 Apt Madya
obat dan biaya biaya obat pasien selama dirawat resep
c. Sedlaan Nutrisi Parenterai Melakukan pencampuran nutrisi parenterai
Total(TotalPtaanteral Nutrition) total secara aseptis berdasarton
protokol/prosedur bakunya
• Menghitung kebutuhan Membaca dan menghitung jumlah kebubJhan Tiaplembar 0.003 Apt. Muda
komponen masing-masing komponen dari sediaan permintaan
nutrisi parenterai
- Meracik/mencampur Mencampur/mengolah komponen - Tiap sediaan 0.005 Apt Madya
komponen-komponen komponen daii sraiaan nutnsi parenterai
total secara aseptis untuk kebutuhan
per-orangan -

• Mengemas sediaan TPN Mengemassediaan TPN yang siap untuk Tiap sediaan 0.002 Apt. Muda
digunakan
d. Sediaan Intra Vena(IV)
MENTeRI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

P^UKSAflA
w mtit. mmtr
- Membaca iadwal pembenan Membaca jadwai pembenan obat suntik Tiaplembar 0.002 Apt Madya
dan menghitung Jumlah yang tertulis dalam terapllist, menentukan permintaan
pejarumya jems pelarut yang tepat dan menghitung
volume pelamtnya
Melakukan rekonstitusi obat intra vena Tiap obat 0.005 Apt. Utama
• Merekonstitusi obat
secara aseptis
• Mengemas obat Mengemas obat intra vena yang sudah Tiap obat 0.002 Apt. Madya
direkonstitusi untukdikirim ke ruang rawat
e. Sedlaan SItosteitlka Menyiapkan obat kanker secara aseptis
dalam kemasan siap pakai berdasarkan
protokol/prosedur tekunya
06 Tiaplembar 0.002 Apt Madya
CO • Membaca protokol kemoterapi Membaca protokol kemoterapi, memeriksa
kelengkapan dan kesesuaiannya dengan permintaan
protokol standar
- Menghitung dosis sediaan fannas Menghitung dosis sediaan farmasi yang Tiap obat 0.002 Apt Madya
dibutuhkan
- Merekonstitusi obat Menyiarton obat untuk direkonstitusi dan Tiap obat 0.007 Apt. Utama
melakuKan rekonstitusi
• Memeriksa hasil retonstitusi Memeriksa hasil rekonstitusi sesuai Tiap sediaan 0.005 Apt. Utama
permintaan, jenis, dan kualitas sediaan
• Mengemas obat Mengemas obat sitostatika yang sudah Tiap obat 0.003 Apt. Muda
direkonstitusi untukdikirim ke ruang
• Mengawasi proses pembuangan Mengawasi proses pembuangan limt}ah ke Tiap laporan 0.006 Apt Madya
limbah dalam tempat khusus
Z Visitekeruangrawat Melakukan visite ke ruang rawat untuk Tiap pasien 0.004 Semuajenjang
melaksanakan asuhan kefarmasian
3. Pelayanan Informasl Obat(PIG) Menyiapkan dan memtierikan pelayanan Tiap kegiatan 0.005 Semuajenjang
informasl obat

4. Konsellngobat Memberikan solusi atas keluhan-keluhan Tiap kunjungai 0.008 Semuajenjang


pasien yang berkenan dengan penggunaar
obat dan memotivasinya sehingga tujuan
terapi tercapai secara optimal
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

«ATUA«
HO eUtli^N01A» PENJEUHEIAN
tIASiL
5. Konsuitasi dengan dokter, parawat Melakukan konsuitasi dengan tenaga medis/ Tiapkasus 0.030 Semua jenjang
dan tenaga kesehatan lainnya paramedis tentang asuhan kefarmasian

6. EvaluasipenMunaanobat
a Mengidentmkasiskala prioritas Mengidentifikasi skala prioritas evaluasi Tiap pasien 0.007 Apt Madya
dan manyusun indikator/kritsria dan menyusun indikator, kriteria dan standar
oembandino
b. Mengumpulkan dan menganalisa Cukupjelas Tiap kasus 0.009 Apt. Muda
data
CukuD lelas Tiaopsien 0.008 Aot Madva
c. MarekomendasI rencana intervensi
d. Mendokumentasikanhastlevaluasi Cukupjelas Tiap kasus 0.005 Ap Muda

CO
7. PemantauanPenggunaanObat
a Menelusuri cata£an medik Meneiusuri catatan medik/data penunjang Tiappsien 0.007 Ap Muda
<o hnrknitnn rinnnan rira^nrtsis pAOuakit
b. Menganalisis, menyimpulkandan Menganalisis dan mehyimpulkan(^t Tiap obat 0.020 Apt Madya
msrekomendaskan upaya inteivensi yang digunakan apakah sesuai dengan
indikasi serta merekomendasikan inteivens

c Mendokumentasikan Mendokumentasikan semua kegiatan Tiap kasus 0.004 Apt. Pertama


secara ^tematls

8. UonHodng Efek Samping Obat(MESO) Memantau efek samping yang kemungldnan


timbul dari penggunaan obat dan menindak
•lanjutinya
a Mengldarifikasi laporan efek Menerima dan mengldarifikasi iaporan Tiap kasus 0.010 Apt Madya
samping obat efek samping obat serta mengumpulkan data

b. Menganalisis mekanisme keija, Mengumpulkan data medik, menganalisis Tiap kasus 0.020 Apt. Madya
memantau dan merekomendasikan metenisme ketja obat berdasarkan data
upaya intervensi medHdpenur^ang dan merekomendasikan
upaya intervensi untuk meminimalkan efek
samping obat
9. Pemantauan kadar obat dalam darah Menentukan kadar obat dalam darah
psien atas parmintaan dokter yang
bertujuan untuk menjamin tercapinya efek
terapi yang diinginkan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

; AKQKA
PENdiaASAK 1*£iAK$Ar<A
MAl&fL mmr
a. Memenksa kadar obat Menenma permmtaan pamenksaan kadar Tiaphasil 0.020 Apt Madya
obat dalam darah, menganalisis data medik analtsa
dan melakukan pemerik^an dan mengolah
hasi! pemeriksaan
b. Mer^omendasikan dosis terapi Mambuat rekomendasi dosis terapi yang Tiap 0.010 Apt. Utama
tepat kepada dokter rekomendasi

10. Menganallsis efekttfltas-biaya Mengkaji atau menelaah rasionaiitas


penggunaan obat
a Mengidentifikasi skala prioritas Mengidentidikasi skala prioritas dari Tiap kasus 0.010 Apt. Madya
analisis efektivitas•biaya
b. Mengumpulkan, mengdah dan Mengumpulkan data penggunaan obat Tiap kasus 0.030 Apt Madya
<0
O membandingkan data pada kasustertentu, mengolah dan
membandingkan biaya pengobatan dan
efek terapi

11. Penyusunan laporan kegiatan


fannasi klinlk
- Menyusun laporan kegiatan Menyusun laporan farmasi klinik seperti; Tiap laporan 0.030 Apt Madya
faimasi klinlk dosis unit, sediaan nutrisi parenteral total,
sediaan sitostatika, pelayanan informasi
obat, dll

D. Pelayanan Fartnasi Khusus


1. Pelayanan Kefermasian Jarak Jauh Pelayanan kefarmasian jarak Jauh kepada Tiap pasien 0.003 Semuajenjang
(Remeto«erv/ee; pasien/keluarga pasien
Z Homocen Pelayanan kefamnasian yang dilaksanakan Tiap pasien 0.008 Semuajenjang
di tempat tinggal pasien (pelayanan
residensial)
3. AnAulatorynrvleoa Pelayanan kefarmasian kepada pasien Tiap pasien 0.004 Semuajenjang
yang dalam kondisi gawat darurat
4. SwamedikasI Memberikan edukasi untuk melakukan Tiap pasien 0.008 Semua jenjang
pengobatan sendiri khususnya penyakit
yang ringan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

P6l«i£tASAV( «ATUAW Amo^ca


MO sue UMSVR eUTIRflfllNClAM «eOIATAM peWKSAMA
MASIL KBEDIt
5. Pelayanan pallatif Melakukan pelayanan paEatif Tiap program 0.017 Semuajenjang

E Pengabdian Masyarakat
1. Kejadian Luar Biasa(KLSyWabah/ Cukupjelas Tiap kali 0.500 Semuajenjang
BencanaAlam

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Cukupjelas Tiap kali 0.250 Semuajenjang


(K-3)

3. Program KhususSarana Pelayanan Cukupjdas Tiap kali 0.250 Semua jenjang


Kesehatan
(O F. Pelaksanaan tugas dltempat yang Cukupjelas Tiaptahun 0.500 Semuajenjang
mempunyai resiko tinggi dan atau
rawan

a MenJadI saksl dalam penghapusan Cukupjelas Tiap berita 0.390 Semuajenjang


perbekalan farmasi dan atau acara
dokumennya
H. Mendmpinsatuan unit kerja Memimpin satuan unit keija Tiaptahun 0.017 A|:rf. Muda
ApL Madya
Apt. Utama

3 PENGEMBANGAN A. Membuat karya tulls/ilmiah di bidang


PROFESI kefarmasian/kesehatan

1. Karya tulls/karya llmlah hasll Perorangan atau kelompok yang membahas


penelltian, p«igujlan,survel atau suatu pokok bahasan ilmiah dengan
evaluasi dl bidang keformasian/ menuangkan gamsan tersebut secara
kesehatan yang dipublikasikan sislemafis melanilTdefllifikad s«ta kedmpidan
dan saran-saran pemecahannya yan^
mengikuti kaidah imu pengetahuan di
bidang kefannasian/kesehatanyang
dipublikasikan
a Oalam bentuk buku yang diterbitfcan
dan diedarkan secara nasional Cukupjelas Tiap buku 12.500 Genius Jmjang
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

SATUAH AISQKA
'm peUA«$A«A
HASlit XA£Dir
b. Dalam majalah ilmiah yang diakui Cukup jelas Tiap naskah 6.000 Semua Jenjang
oleh Lembaga llmu Pengetahuan
Indonesia
2. Karya tulls/karya ilmiah hasll Peforangan atau kelompok yang membahas
penelltian, pengujian,survel.atau suatu pokok bahasan ilmiah dengan
evaluasi dl bidang kefarmaslan/ menuangkan gagasan tersebut secara
kesehatan yang ddak dipublikaslkan sistemalis melalui idenfitkasi serta kesimpulan
dan saran-saran pemecahannya yang
mengikuti kaidah ilmu pengetahuan di
bidang kefannasian/kesehatan yang
a Dalam bentukbuku Cukup jelas Tiap buku 8.000 Semua Jenjang
(O b. Dalam bentuk makalah Cukup jelas Tiap naskah 4.000 Semua Jenjang
ro
3. Kaiya tulis/karya ilmiah berupa
dnjauan atau ulasan ilndah hasii
gagasan sendiri di bidang
kefarmasian/kesehatan yang
dipublikaslkan
a Dalam bentukbuku yang diteibitkan Cukup jelas Tiap buku 8.000 Semua Jenjang
dan edarkan secara nasional
b. Dalam majalah ilmiah yang diakui Cukup jelas Tiap naskah 4.000 Semua Jenjang
oleh Lembaga llmu Pengetahuan
Indonesia
4. Katya tulls/kaiya ilmiah berupa Karya tulis/ilmiah yang menipakan gagasan/
tinjauan atau ulasan ilndah hasll pemikiran sendiri yang ditinjau untuk diulas
gagasan sendiri dl bidang secara ilmiah di bidang kefarmasian/kese
kefarmasian/kesehatan yang tidak hatan untuk kalangan sendiri
dipublikaslkan
a Dalam bentuk buku Cukup jelas Tiap buku 7.500 Semua Jenjang
b. Dalam bentuk makalah Cukup jelas Tiap naskah 3.500 Semua Jenjang
5. Membuattullsan ilmiah populer di Cukup jdas Tiap naskah 2.000 Semua Jenjang
bidang kefarmasian/kesehatan
yang disebariuaskan melalul media
massa
MENTERt KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

NO WtiWfmcm KSOIATAN P6K.}EtA$AII


Kwewt
6. Menyampaikan prasaian benipa Menyampaikan pendapat atau prasarana Tiapkali 2.500 Semua Jenjang
tinjauan, gagasan dan atau ufasan dalam pertemuan ilmiah yang
linriah dalampertemuan llmiah mempakan tinjauan, gagasan dan
atau ulasan ilmiah

B. Peneijemahan/penyaduran buku dan


bahan lainnya di bidang kefermaslan/
kesehatan

1. Meneijeirahkan/menyadurbuku Membuat karya tulls secara bebas dengan


atau bahan lainnya di bidang meringkaskan atau menyederhanakan
kefannaslan/kesehatan yang atau mengembangkan tullsan tanpa
dipublikasikan: menguban pokok pikiran asal dan
to disebailua^n
a Dalam bentuk buku yang diterfoitkan Cukupjelas Tiap buku 7.000 SemuaJenjang
dan diedarkan secara nasional

b. Dalam bentuk majalah ilmiah yang Cukupjelas Tiap majalah 3.500 Semua Jenjang
diakuLIPI

2. Menerjemahkan/menyadur buku atau Membuat karya tulis secara bebas dengan


bahan lainnya di bidang kefarmasian/ meringkaskan atau menyederhanakan
kesehatan yang tidak dipublikasikan: atau mengembangkan tullsan tanpa
mengubah pokok pikiran asal dan tidak
diserariua^n
a Dalam bentuk buku Cukupjelas Tiap buku 3.500 Semua Jenjang
b. Dalam bentuk makalah Cukupjelas Tiap makalah 1.500 SemuaJenjang
3. Membuat abstrak tullsan llmiah yang Membuat ringkasanlint'sari/iktisar yang Tiap abstrak 1.500 SemuaJenjang
dimuatdalam penerbitan mempakan pokt^ bahasan dari suatu tuTisan
ilmian di bidang kefermasian yang dimuat
dalam suatu penertiitan
C. MenAuatbukupedoman/petunluk Cukupjelas Tiapnaskah 2.000 Semua Jenjang
pclaksanaan/teknis di bidang pefayanan
kefannasian
:
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
C-'X
GAtvAN
wummcm kegiatak f>EWVK$AflA
HAAIL knmtt
D. Menemukan atiu inengent)angkan Menemukan teknologi dengan menggunakan Tiapkali 5.000 SemuaJenjang
teknologi tepatgunadlbidang unsur-unsur sumber daya yang ada untuk
kefanraslan memecahkan suatu masalah dl bidang
kefarmasian
E. Merairniskansistempelayanan
k^rmasiaii
1. Merumuskansisteinpelayanan Membuatiumusan perekaan metode, proses Tiap rumusan 7.500 Semua Jenjang
kefarmadan yang mengandung atau desain kegiatan pelayanan kefarmasian
nilal pen4>aharuan yang baru dan secara nyata menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dl bidang pelayanan
kefarmasian yang tertrukti kebenarannya
t di dalam praldek
2. Merumuskansisteinpelayanan Membuat rumusan penyempisnaan/per* Tlap rumusan 4.500 SemuaJenjang
kebrmaslan yang mengandung baikan sistem pelayanan kefarmasian yang
nllai-nllai penyempumaan atau terbukti kebenarannya di dalam praktek
peitalkan
F. Meiakukan penyuluhan dl bidang Cukupjelas Tiap program 0.200 Apt. Pertama
kefermasian/keseliatan 0.400 Apt. Muda
0.600 Apt Madya
0.800 Apt. Utama
4 PENUNJANG A. Mengaiar/melatih/rnemblniblngyang Cukupjetas Tiap 2(dua) 0.040 SemuaJenjang
lUGAS berkaliin dengan bidang kefarmasian/ jam pelajaran
kesehatan

B. Peran serta dalam seminar/lokakarya dl


bidang kefermasian/kesehatan
1. SeminarAokakarya atau simposium
dll.sebagal:
a Pemrasaran Cukupjelas Tiapkali 3.000 Semua Jenjang

b. Pembahas/moderator/narasumber Cukupjelas Tiapkali 2.000 Semua Jenjang


mm

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PENJCLA9AN 1
tMtGkA\
NO! SUBUNSUR BUTIR/RINCIAN KEOIATAK
HASIL KRBOIT

Cukup jelas Tiap kali 1.000 Semua Jenjang


2. Mengikuti/berperan seria sebagal
delegasl llmiah, sebagal;
Cukupjelas Tiap kali 1,500 SemuaJenjang
b. Anggota Cukup jelas Tiap kali 1.000 Semua Jenjang
C. KeanggotaandalamKomtteFarmasi Cukupjelas Tiap tahun 0.750 ! Semua jenjang
(KFT)dan Terapl atau kepanitlaan
lalnnya
0. Keanggotaan dalam organlsasi profetl
Apoteker
1. TingkatNasionaUlntemaslonal,
sebagai:
a Pengurus aktif Cukupjelas Tiaptatiun 1.000 Semua Jenjang
b. Anggota ^if Cukup jelas Tiap tahun 0.750 1 SemuaJenjang
2. TlngkatProv/Kab/Kota,sebagaJ:
a Pengurus aktif Cukup jelas Tiaptahun 0.500 SemuaJenjang
b. Anggota aktif Cukup jelas Tiap tahun 0.350 SemuaJenjang

E Keanggotaan dalam Tim Penilal


Angka Kredit Jabatan Fungslonai
Apoteker,sebagal:
1. Ketua/WakI Ketua/Sekretarls Cukupj^ Tiap tahun 1.000 Apt. Utama
1 Anggota Cukupjelas Tiap tahun 0.750 Apt. Muda
Apt MTiJva
1
Apt U'.iina
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

ANGKA.
fiUTIft/AIMCiAf^ K6QIATAM PENJELASAN PELAKSANA i
KREDIT

F. Mcn^rolehgetarke«arjanaan

1. Memperolehljazah/gelardtbidang
kesehatan

a Strata 2(S-2) Cukup jelas Tiap ijazah 15.000 Semua Jenjang

b. Geiar kehormatan akademis Cukupjelas Tiapijazah 15.000 Semua Jenjang

2. Men^erolehijazah/gelardlliiar
bidang kesehatin

a Strata 1 (S-1)/Diploma IV (D-IV) Cukupjelas i Tiap ijazah 5.000 Semua Jenjang

c. Strata 2(S-2) Cukupjelas Tiapijazah 10.000 Semua Jenjang

c Strata 3(S•3)/Doktor Cukupjelas Tiapijazah 15.000 Semua Jenjang

d. Gelar kehormatan akademis Cukupjelas Tiapijazah 15.000 Semua Jenjang

G Memperolehpiagam kehormatan/
penghargaan/landa jasa

1. Satya Lancana Karyasatya:

a 30(tiga puluh) tahun Cukupjelas Tiap pertghargaan 3.000 Semua Jenjang

b. 20(dua puluh)tahun Cukup jelas Tiap penghargaan 2.000 Semua Jenjang

c 10(sepuluh)tahun Cukup jelas Tiap penghargaan 1.000 Semua Jenjang


MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN II :PERMENKES
NOMOR :377/MENKES/PERA//2009
TANGGAL :13MEI2009

TATA CARA PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL


DALAM JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER

1. Persyaratan

Pegawal Negeri Sipll yang diangkat untuk pertama kail dalam Jabatan
Fungsional Apoteker hams memenuhi syarat sebagaimana tersebut
pada Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/07/M.PAN/4/2008
tentang Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka Kredltnya, sebagai
berikut:

a. Persyaratan Umum:
1) Tersedianya formasi;
2) Sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil;
3) Usia paling tinggi 50(Lima puiuh tahun)
4) Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian dari pejabat yang ben/venang;
5) Surat Pernyataan Bersedia Melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian dari yang bersangkutan; dan
6) Setiap unsur prestasi keija atau pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan(DP-3)paling rendah
bemilai baik dalam 1 (satu)tahun terakhir.

b. Persyaratan Teknis:
1) Berijazah Apoteker;

197
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2) Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat 1, golongan


ruang lii/b; dan
3) MemilikI Angka Kredit Kumulatif Minimal yang ditentukan;

2. Ketengkapan Berkas

Berkas-berkas yang diperlukan untuk Pengangkatan dalam Jabatan


Fungsional Apoteker antara lain:
a. Foto copy SK Calon Pegawai Negeri Sipil, SK Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil atau SK Kenaikan Pangkat terakhir;
b. Foto copy SK Penetapan Angka Kredit(PAK)yang telah dilegalisin
c. Surat Pemyataan Melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian yang
ditandatangani Pejabatyang ben/venang;
d. Surat Pemyataan Bersedia Melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian
dari yang bersangkutan;
e. Foto copy Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan(DP-3)1 (satu)
tahun terakhir;
f. Foto copy Kartu Pegawai; dan
g. Foto copy Ijazah Apoteker yang dilegalisin

3. Tata Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan


Fungsional Apoteker

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Calon pejabat Apoteker melengkapi dan menyerahkan berkas
yang dipersyaratkan untuk Pengangkatan Jabatan Fungsional
Apoteker kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Depkes;

198
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2) Kepala Unit Peiaksana Teknis(UPT) Depkes mengusulkan


kepada Pimpinan Unit Utama Depkes yang membawahi UPT
yang bersangkutan meialui Kepala Bagian/Unit yang
membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Jenderal Depkes meialui Kepala Biro Kepegawaian
untuk proses Surat Keputusan Pengangkatan Pertama
Jabatan FungsionalApoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional Apoteker dan
disampaikan kepada pejabatyang berwenang menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker dalam Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan
Jabatan Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
atau pejabat lain yang ditunjuk Menteri Kesehatan;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker dalam Jabatan Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara(BKN),Sekretaris
Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama, Kepala Unit
Peiaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

b. Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)Selain Departemen Kesehatan

199
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

1) Calon pejabat /^oteker melengkapi dan menyerahkan berkas


yang dipersyaratkan untuk Pengangkatan Jabatan Fungsional
Apoteker kepada Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja
Departemen/LPND;
2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/
LPND membuat usulan kepada Pimpinan Unit Utama yang
membawahi Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja yang
bersangkutan melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang
membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Jenderal Departemen/LPND melalui Kepala Biro
Kepegawaian untuk proses Surat Keputusan Pengangkatan
Pertama Jabatan Fungsional Apoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional Apoteker dan
disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker dalam Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan
Jabatan Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan
Departemen/LPND atau pejabat lain yang ditunjuk Pimpinan
Departemen/LPND;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker dalam Jabatan Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara(BKN),Sekretaris

200
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Jenderal Departemen/LPND, Kepala Unit Pelayanan


Kesehatan/Unit Kerja Departemen/LPND, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Dl Instansi Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
1) Galon pejabat Apoteker melengkapi dan menyerahkan berkas
yang dipersyaratkan untuk Pengangkatan Jabatan Fungsional
Apoteker kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD)Prov/Kab/Kota;
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota
mengusulkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota
melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi
kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota melalui Kepala Badan
Kepegawaian Daerah untuk proses Surat Keputusan
Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional Apoteker;
4) Badan Kepegawaian Daerah membuat konsep Surat
Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker dalam Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan
Jabatan Apoteker Madya ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/
Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk Gubernur/Bupati/
Walikota;

201
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

6) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional


Apoteker dalam Jabatan Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara(BKN)Regional/
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD)/Kepala Biro
Kepegawaian Prov/Kab/Kota, Kepala Dinkes Prov/Kab/Kota
atau Kepala UPTD Prov/Kab/Kota, dan Kepala Biro Keuangan
Daerah Prov/Kab/Kota.

Menteri Kesehatan

&/K ino5
Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

202
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN III PERMENKES


NOMOR 377/MENKES/PERA//2009
TANGGAL 13MEi 2009

TATA CARA KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT APOTEKER

Persyaratan

Seorang Pejabat Apoteker dapat naikjabatan/pangkat apabila telah


memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Kenaikan Jabatan:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu)tahun dalam jabatan terakhir;
b. Telah memperoleh angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan
untuk kenaikan jabatan setingkatlebih tinggi, dengan ketentuan :
1) Paling kurang 80% (delapanpuluhpersen)berasaldanunsur
utama; dan
2) Paling banyak 20% (dua puluh persen) berasal dari unsur
penunjang.
c. Setiap unsur prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling rendah
bernilai baik dalam 1 (satu)tahun terakhir.

Kenaikan Pangkat:
a. Sekurang-kurangnya telah 2(dua)tahun dalam pangkat terakhir;
dan
b. Setiap unsur prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling rendah
bernilai baik dalam 2(dua)tahun terakhir.
MENTERI KESEHATAN
f^UBUK INDONESSA

2. Kelengkapan Berkas

Kelengkapan berkas untuk kenaikan Jabatan meliputi;


a. Surat Keputusan Kenaikan Jabatan terakhir;
b. Foto copy SK Penetapan Angka Kredit(PAK) terakhir;
c. DP-3 1 (satu) tahun terakhir; dan
d. Foto copy Kartu Pegawai.
Kelengkapan berkas untuk kenaikan pangkat meliputi:
a. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
b. Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit(PAK)terakhir;
c. DP-3 2(dua)tahun terakhir; dan
d. Foto copy Kartu Pegawai.

3. Tata Cara Kenaikan Jabatan dan Pangkat

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan

Kenaikan Jabatan:
1) PejabatApotekermelengkapi dan menyerahkan berkas yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan kepada Kepala Unit
Pelaksana Teknis(UPT)Depkes;
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes mengusuikan
kepada Pimpinan Unit Utama yang membawahi UPT yang
bersangkutan melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang
membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusuikan kepada
Sekretaris Jenderal Depkes melalui Kepala Biro Kepegawaian
untuk proses Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker;
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan


Kenaikan JabatanApotekerdan disampaikan kepada pejabat
yang berwenang menetapkan;
5) Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker bagi Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan;
6) Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker bagi Apoteker
Utama ditetapkan oleh Presiden atau pejabatlain yang ditunjuk
oleh Presiden: dan
7) Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Fungsional Apoteker yang
asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama, Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).
Kenaikan Pangkat:
1) PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat kepada Kepala Unit
Pelaksana Teknis(UPT) Depkes;
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis(UPT) Depkes mengusulkan
kepada Pimpinan Unit Utama yang membawahi UPT yang
bersangkutan melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang
"membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro Kepegawaian untuk
proses Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker;
205
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

4) Biro Kepegawaian membuat nota persetujuan dan


mengusulkan kepada Kepaia Badan Kepegawaian Negara
(BKN)untuk mendapatkan persetujuan;
5) Setelah mendapatkan persetujuan, Biro Kepegawaian
membuat konsep Surat Keputusan Kenalkan Pangkat
Apoteker dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
6) Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker bagi pangkat
Penata Muda Tk. I, golongan ruang lll/b, menjadi pangkat
Penata, golongan ruang lll/c, sampai dengan pangkat
Pembina Tk. 1, golongan ruang IV/b ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan;
7) Surat Keputusan Kenaikan PangkatApoteker bagi pangkat
Pembina Tk. I, golongan ruang IV/b, menjadi Pembina Utama
Muda,golongan ruang IV/c, sampai dengan pangkat Pembina
Utama, golongan ruang IV/e ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
8) Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepaia Badan Kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama Depkes, Kepaia Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepaia Kantor
Pelayanan Pert>endaharaan Negara(KPPN).

b. Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)selain Departemen Kesehatan
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Kenaikan Jabatan:
1. PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan kepada Kepala Unit
Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND);
2. Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/
Lembaga Pemerintah Non Departemen(LPND)mengusulkan
kepada Pimpinan Unit Utama yang membawaht Unit
Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja melalui Kepala Bagian
Kepegawaian/Unityang membidangi kepegawaian;
3 Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Jenderal Departemen/LPND melalui Kepala Biro
Kepegawaian untuk proses Surat Keputusan Kenaikan
Jabatan Apoteker;
4 Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Kenaikan Jabatan Apoteker dan disampaikan kepada pejabat
yang berwenang menetapkan;
5 Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker bagi Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya ditetapkan oleh
Pimpinan Departemen/LPND atau pejabat lain yang ditunjuk
oleh Pimpinan Departemen/LPND; ., ,,
6 Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Fungsional Apoteker bagi
Apoteker Utama ditetapkan oleh Presiden atau pejabat lam
yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7 Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker yang ash
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Jenderal Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen


(LPND), Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja, dan
Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

Kenaikan Pangkat:
1) PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas yang
dipersyaratkan untuk pengusulan kenaikan pangkat kepada
Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Keija Departemen/
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND);
2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Ketja Departemen/
Lembaga Pemerintah Non Departemen(LPND)mengusulkan
kepada Pimpinan Unit Utama melalui Kepala Bagian
Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Jenderal Departemen/LPND melalui Kepala Biro
Kepegawaian untuk proses Surat Keputusan Kenaikan
PangkatApoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep nota persetujuan dan
mengusulkan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN) untuk mendapatkan persetujuan;
5) Setelah mendapatkan persetujuan, maka Biro Kepegawaian
membuat konsep.Surat Keputusan Kenaikan Pangkat
Apotekei'dan disampaikan kepada pejabat yang benArenang
menetapkan;
6) Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker bagi pangkat
Penata Muda Tk. I, golongan ruang lll/b, menjadi pangkat
Penata, golongan ruang lll/c, sampai dengan pangkat
Pembina Tk. I, golongan ruang IV/b ditetapkan oleh Pimpinan

2D8
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Departemen/LPND atau pejabat lain yang ditunjuk oleh


Pimpinan Departemen/LPND;
7) Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker bag! pangkat
Pembina Tk. I, goiongan ruang IV/b, menjadi Pembina Utama
Muda,goiongan ruang IV/c, sampai dengan pangkat Pembina
Utama, goiongan ruang IV/e ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
8) Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Departemen/LPND, Pimpinan Unit Utama
Departemen/LPND, Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit
Keija, dan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).

c. Di Instansi Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

Kenaikan Jabatan;
1. PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan kepada Kepala Unit
Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota;
2. Kepala UPTD Prov/kab/Kota mengusulkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota melalui Kepala Bagian
Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian;
3. Bagian Kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
mengusulkan kepada Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota
melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk proses
Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker;

209
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

4. Badan Kepegawaian Daerah membuat konsep Surat


Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker bagi /^oteker Pertama
sampai dengan Apoteker Madya dan disampaikan kepada
pejabatyang berwenang menetapkan;
5. Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker bagi Apoteker
Pertama sampai dengan Apoteker Madya ditetapkan oleh
Gubemur/BupatiA/Valikota atau pejabatlain yang ditunjuk oleh
Gubemur/BupatiAA/alikota;
6. Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker bagi Apoteker
Utama ditetapkan oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk
oleh Presiden; dan
7. Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Kepala Badan
Kepegawaian Negara Regional/Kepala Badan Kepegawaian
Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota, Kepala
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala Unit Pelayanan
Teknis Daerah (UPTD) Prov/Kab/Kota, dan Kepala Biro
Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

Kenaikan Pangkat;
1. Pejabat Apoteker melengkapi dan menyerahkan berkas yang
dipersyaratkan untuk pengusulan kenaikan pangkat kepada
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota;
2. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota
mengusulkan kepada Kepala Dinas Kesehatan(Dinkes) Prov/
Kab/Kota melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang
membidangi kepegawaian;

210
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Bagian kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan


mengusulkan kepada Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota
melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk proses
Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker;
Badan Kepegawaian Daerah Prov/Kab/Kota membuat nota
persetujuan dan mengusulkan kepada Kepala Badan
Kepegawaian Regional untuk memperoleh persetujuan;
Setelah mendapatkan persetujuan, maka Badan Kepegawaian
Daerah membuat konsep Surat Keputusan Kenaikan Pangkat
Apoteker dan disampaikan kepada pejabatyang berwenang
menetapkan;
Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker bagi pangkat
Penata Muda Tk. I, goiongan ruang lll/b, menjadi pangkat
Penata, goiongan ruang lll/c, sampai dengan pangkat Penata
Tk. I, goiongan ruang lli/d ditetapkan oleh Gubemur/Bupati/
Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Gubernur/Bupati/
Walikota;
Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker bagi pangkat
Penata Tk. I. goiongan ruang lll/d, menjadi pangkat Pembina,
goiongan ruang IV/a, sampai dengan pangkat Pembina Tk.
I, goiongan ruang IV/b ditetapkan oleh Gubernur atau pejabat
lain yang ditunjuk oleh Gubernur;
Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker bagi pangkat
Pembina Tk. I. goiongan mang IV/b, menjadi Pembina Utama
Muda,goiongan ruang IV/c, sampai dengan pangkat Pembina
Utama, goiongan ruang iV/e, ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Apoteker yang asli


disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepaia Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Badan
Kepegawaian Regional/Badan Kepegawaian Daerah (BKD),
Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota, Kepaia Dinas Kesehatan
Prov/Kab/Kota, Kepaia UnitPelaksanaTeknis Daerah(UPTD)
Prov/Kab/Kota, dan Kepaia Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/
Kota.

Menteri Kesehatan

dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

212
MENTERJ KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA

LAMPIRAN IV PERMENKES
NOMOR 377/MENKES/PER/V/2009
TANGGAL 13MEI 2009

TATA CARA PERPINDAHAN DARI


JABATAN STRUKTURAUJABATAN FUNGSIONAL LAIN
MENJADI JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER

Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan strukturai/jabatan


fungsional lainnya untuk dapat diangkat dalam Jabatan Fungsional
Apoteker hams memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tersedianya formasi;
b. Usia setinggi-tingginya 50 {lima puluh)tahun;
c. Berijazah Apoteker;
d. Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I. golongan ruang
lll/b;
e. Bagi pejabat struktural/fungsional lain, telah memperoleh Surat
Keputusan Pemberhentian dari Jabatan Struktural/Fungsional Lain
yang didudukinya;
f. Memiliki pengalaman dalam pekerjaan kefarmasian paling kurang
2(dua)tahun terakhir sebelum diangkat dalam Jabatan Fungsional
Apoteker; dan
g. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling
rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Kelengkapan Berkas

Keiengkapan berkas untukperpindahan dari Jabatan Srukturai/Jabatan


Fungsional Lain menjadi Jabatan Fungsional Apoteker meliputi:
a. Foto copy SK Pemberhentian dari Jabatan Struktural/Fungsional
lain;
b. Foto copy SK Penetapan Angka kredit(PAK);
c. Surat Pemyataan Melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian dari
pejabatyang berwenang;
d. Surat Pemyataan Bersedia Melaksanakan Pekeijaan kefarmasian
dari yang bersangkutan;
e. Foto copy DP-3 1 (satu)tahun terakhir;
f. Foto copy ijazah Apoteker yang diiegaiisir; dan
g. Foto copy Kartu Pegawai.

3. Tata Cara Perpindahan dari Jabatan Struktural/Fungsional Lain


Menjadi Jabatan Fungsional Apoteker

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Galon PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas
yang dipersyaratkan untuk perpindahan jabatan kepada
Kepala Unit Pelaksana Teknis(UPT)Depkes;
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes mengusulkan
kepada Pimpinan Unit Utama Depkes yang membawahi UPT
yang bersangkutan melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit
yang membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
214
MENJERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

SGkretaris Jenderal Depkes melalui Kepala Biro Kepegawaian


untuk proses Surat Keputusan Pengangkatan Jabatan
Fungsional Apoteker;
4) Biro Kepegawaian meinbuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dan disampaikan
kepada pejabatyang benwenang menetapkan;
5) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dalam
Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan Jabatan Apoteker
Madya ditetapkan oleh Menteii Kesehatan atau pejabat lain
yang ditunjuk Menteri Kesehatan;
6) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dalam
Jabatan Apoteker Utama ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk Presiden;
7) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama, Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

b. Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)Selain Departemen Kesehatan
1) Calon PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas
yang dipersyaratkan untuk perpindahan jabatan kepada
Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/
LPND;

215
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Keija Departemen/


LPND mengusulkan kepada Pimpinan Unit Utama
Departemen/LPND yang membawahi Unit Pelayanan
Kesehatan/Unit Kerja yang bersangkutan melalui Kepala
Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/U nit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Jenderal Departemen/LPND melalui Kepala Biro
Kepegawaian untuk proses Surat Keputusan Pengangkatan
Jabatan FungsionalApoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Jabatan Fungsional /ipotekerdan disampaikan
pejabat yang berwenang menetapkan;
5) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dalam
Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan Jabatan Apoteker
Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/LPND;
6) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dalam
Jabatan Apoteker Utama ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Departemen/LPND, Kepala Unit Pelayanan
Kesehatan/Unit Kerja. dan Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negafa(KPPN).

216
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK iNOONEStA

c. Di Instansi Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota


1) Calon PejabatApoteker melengkapi dan menyerahkan berkas
yang dipersyaratkan untuk Perpindahan Jabatan kepada
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota;
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota
mengusulkan kepada Kepala Dinkes Prov/Kab/Kota melalui
Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi
kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengusulkan kepada
Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota melalui Kepala Badan
Kepegawaian Daerah untuk proses Surat Keputusan
Pengangkatan Jabatan Fungsional;
4) Badan Kepegawaian Daerah membuat Surat Keputusan
Pengangkatan Jabatan Fungsional dan disampaikan kepada
pejabat yang berwenang menetapkan;
5) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dalam
Jabatan Apoteker Pertama sampai dengan Jabatan Apoteker
Madya ditetapkan oleh Gubernur/Walikota/BupatI atau pejabat
lain yang ditunjuk oleh Gubernur/Walikota/Bupati;
6) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker dalam
Jabatan Apoteker Utama ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) SK Pengangkatan Jabatan Fungsional Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
menteri kesehatan
REPUBLtK INDONESIA

Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Badan


Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/
Kota Kepala DInas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala Unit
PelaksanaTeknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota,dan Kepala
Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

Menteri Kesehatan

&/K in?2
Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

218
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN V :PERMENKES
NOMOR :377/MENKES/PERA//2009
TANGGAL :13MEI2009

TATA CARA PEMBEBASAN SEMENTARA DARi


JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER

1. Persyaratan

a. Apoteker dibebaskan sementara dari jabatannya apabila tidak


dapat memenuhi angka kredit sebagai berikut:
1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam
pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit
kumulatif minimal yang ditentukan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi bagi Apoteker Pertama, pangkat Penata
Muda Tk. I, golongan ruang lll/b, sampai dengan Apoteker
Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/
d; dan
2) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diangkat dalam
pangkat terakhir, tidak dapat mengumpulkan paling kurang
25(dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan tugas pokok
bagi Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama, golongan
ruang IV/e.

b) Apoteker dibebaskan sementara dari jabatannya karena alasan


lain sebagai berikut:
1) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat
berupa penurunan pangkat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980; atau

219
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2) Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966
tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai
Negeri Sipil; atau
3) Ditugaskan secara penuh di luar Jabatan Fungsional Apoteker;
atau
4) Cuti di luar tanggungan negara kecuali untuk persalinan
keempat dan seterusnya; atau
5) Menjalani tugas belajar iebih dari6(enam)bulan.

2. Kelengkapan Berkas

Kelengkapan berkas untuk Pembebasan Sementara meliputi:


a. Foto copy SK Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Apoteker;
b. Foto copy SK Kenaikan Pangkat terakhir;
c. Foto copy SK Penetapan Angka Kredit(PAK)terakhir;
d. Surat Keputusan Hukuman Disiplin Sedang atau Berat bagi PNS
yang dikenakan Hukuman Disiplin Sedang atau Berat; atau
e. Foto copy SK Pemberhentian Sementara sebagai PNS(PP No.4
tahun 1966); atau
f. Foto copy SK Pengangkatan dalam Jabatan Struktural; atau
g. Surat Penugasan secara penuh di luar Jabatan Fungsional
Apoteker; atau
h. Surat cuti di luar tanggungan negara; atau
i. Surat Keputusan Tugas Belajar bagi yang melaksanakan tugas
belajar Iebih dan 6(enam) bulan; dan
j. Foto copy Kartu Pegawai.

220
MENTEFU KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Tata Cara Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsiona!


Apoteker Karena Tidak Dapat Mengumpulkan Angka Kredit

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Dalam jangka waktu 4 (empat) tahun 6(enam) bulan, bagi
Apoteker Pertama, pangkat Penata MudaTingkatI, golongan
ruang iii/b, sampai dengan Apoteker Muda, pangkat Penata
Tingkat i, golongan ruang lll/d, tidak dapat memenuhi angka
kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagaimana
tersebut pada butir 1.a.1) di atas, maka Tim Penilai Unit
Pelaksana Teknis(UPT) Depkes membuat Nota Penngatan
kepada pejabatfungsional yang bersangkutan;
2) Dalam jangka waktu 4 (empat) tahun 6(enam) bulan, bagi
Apoteker Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a,
sampai dengan Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama
Madya, golongan ruang IV/d, tidak dapat memenuhi angka
kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagaimana
tersebut pada butir 1.a.1) di atas, maka Tim Penilai Direktorat
Jenderal/Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal membuat
Nota Peringatan kepada pejabat fungsional yang
bersangkutan;
3) Dalam jangka waktu 6(bulan) bagi Apoteker Utama, pangkat
Pembina Utama,golongan ruang IV/e, tidak dapat memenuhi
angka kredit sebagaimana tersebut pada butir 1.a.2) di atas,
maka Tim Penilai Direktorat Jenderal membuat Nota
Peringatan kepada pejabatfungsional yang bersangkutan;
4) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah Nota
Peringatan disampaikan tetapi Apoteker yang bersangkutan
tetap tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan,

221
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

makaTim Penilai Direktorat Jenderal/Tim Penllai Sekretariat


Direktorat Jenderal/Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis(UPT)
Depkes membuat Nota Pemberitahuan, dan menyiapkan
konsep Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit(PAK) yang
berisi catatan pertimbangan untuk pembebasan sementara
dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
5) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
mempelajari Nota Pemberitahuan dan menandatangani Surat
Keputusan Penetapan Angka Kredit(PAK), selanjutnya PAK
tersebut disampaikan kembali kepada Tim Penilai melalui
Kepala Bagian Kepegawaian;
6) Bagian Kepegawaian/Sekretaris Tim Penilai membuat konsep
Surat Usulan Pembebasan Sementara dan PAK yang berisi
catatan pertimbangan untuk pembebasan sementara dan
usulan pemberhentian sementara tunjangan jabatannya
kepada Kepala Biro Kepegawaian Setjen Depkes;
7) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pembebasan Sementara dan Surat Keputusan
Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
8) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;
9) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan

222
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh


Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
10) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai
Negeri Sipil(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN), Sekretaris Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama,
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

b. Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)Selain Depertemen Kesehatan
1) Dalam jangka waktu 4(empat) tahun 6(enam) bulan, bagi
Apoteker Pertama,pangkatPenata MudaTlngkatI, golongan
mang lll/b, sampai dengan Apoteker Madya,pangkat Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c, tidak dapat memenuhi
angka kreditkumuliatif minimal yang ditentukan sebagaimana
tersebut pada butir 1.a.1) di atas, maka Tim Penilai Instansi
membuat Nota Peringatan kepada pejabat fungsional yang
bersangkutan;
2) Dalam jangka waktu 4 (empat) tahun 6(enam) bulan, bagi
Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan
ruang IV/d, tidak dapat memenuhi angka kredit kumulatif
minimal yang ditentukan sebagaimana tersebut pada butir
l.a.1)di atas, maka Tim Penilai Direktorat Jenderal membuat
Nota Peringatan kepada pejabat fungsional yang
bersangkutan;

223
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

3) Dalam jangka waktu 6(enam) bulan bagi Apoteker Utama,


pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, tidak dapat
memenuhl angka kredit sebagaimana tersebut pada butir
1.a.2) di atas, maka Tim Penilai Direktorat Jenderal membuat
Nota Peringatan kepada pejabat fungsional yang
bersangkutan;
4) Apablla daiam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah Nota
Peringatan disampaikan tetapi Apoteker yang bersangkutan
tetap tidak dapat mengumpuikan angka kredit yang ditentukan,
maka Tim Penilai Direktorat Jenderal/Tim Penilai Instansi
membuat Nota Pemberitahuan, dan menyiapkan konsep Surat
Keputusan Penetapan Angka Kredit(PAK)yang berisi catatan
pertimbangan untuk pembebasan sementara dan disampaikan
kepada pejabat yang benwenang menetapkan;
5) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
mempelajari Nota Pemberitahuan dan menandatangani PAK,
selanjutnya PAK tersebut disampaikan kepada Tim Penilai
Ditjen/Tim Penilai Instansi melalui Kepala Bagian
Kepegawaian;
6) Bagian Kepegawaian/Sekretaris Tim Penilai Instansi
menyiapkan konsep Surat Usulan Pembebasan Sementara
dan PAK yang berisi catatan pertimbangan untuk pembebasan
sementara dan usulan pemberhentian sementara tunjangan
jabatannya kepada Kepala Biro Kepegawaian Setjen
Departemen/LPND;
7) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pembebasan Sementara dan Surat Keputusan Pember
hentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional Apoteker
bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker Madya dan

224
MB4TER> KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk


ditetapkan;
8) Biro Kepegawaian Setjen Departemen/LPND menyampaikan
Surat Usulan Pembebasan Sementara dan Surat usulan
Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker bag!Apoteker Utama kepada Kepaia Biro Personll/
Unit yang membidangi kepegawaian Sekretariat Negara
(Setneg);
9) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/
LPND;
10) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
11) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai
Negeri Sipil(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan
disampaikan kepada Kepaia Badan Kepegawaian Negara
(BKN),Sekretaris Jenderal Departemen/LPND, Pimpinan Unit
Utama, Kepaia Unit Peiayanan Kesehatan/Unit Kerja
Departemen/LPND, dan Kepaia Kantor Peiayanan
Perbendaharaan Negara(KPPN).
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

c. Di Instansi Kesehatan Prov/Kab/Kota


1) Dalam jangka waktu 4 (empat) tahun 6(enam) bulan, bagi
Apoteker Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
mang lll/b, sampai dengan Apoteker Madya, pangkat Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c, tidak dapat memenuhi
angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagaimana
tersebut pada butir 1.a.1) di atas, makaTim Penilai Prov/Kab/
Kota membuat Nota Peringatan kepada pejabat fungsional
yang bersangkutan;
2) Dalam jangka waktu 4(empat) tahun 6(enam) bulan, bagi
Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan
ruang IV/d, tidak dapat memenuhi angka kredit kumulatif
minimal yang ditentukan sebagaimana tersebut pada butir
1.a.1) di atas, makaTim Penilai Direktorat Jenderal membuat
Nota Peringatan kepada pejabat fungsional yang
bersangkutan;
3) Dalam jangka waktu 6(enam) bulan bagi Apoteker Utama,
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, tidak dapat
memenuhi angka kredit sebagaimana tersebut pada butir
1.a.2) di atas, maka Tim Penilai Direktorat Jenderal membuat
Nota Peringatan kepada pejabat fungsional yang
bersangkutan;
4) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah Nota
Peringatan disampaikan tetapi Apoteker yang bersangkutan
tetap tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan,
maka Tim Penilai Direktorat Jenderal/Tim Penilai Prov/Kab/
Kota membuat Nota Pemberitahuan, dan menyiapkan konsep

226
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK !NDONESIA

Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit(PAK) yang berisi


catatan pertimbangan untuk pembebasan sementara dan
disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan;
5) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
mempelajari Nota Pemberitahuan dan menandatangani PAK,
selanjutnya PAK tersebut disampaikan kembali kepada Tim
Penilai Ditjen/Tim Peniiai Prov/Kab/Kota melalui Kepala
Bagian Kepegawaian;
6) Bagian Kepegawaian/Sekretaris Tim Penilai Prov/Kab/Kota
menyiapkan konsep Surat Usulan Pembebasan Sementara
dan PAK yang berisi catatan pertimbangan untuk
pembebasan sementara dan usulan pemberhentian
sementara tunjangan jabatannya kepada Sekretaris Daerah
Prov/Kab/Kota melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah;
7) Badan Kepegawaian Daerah Prov/Kab/Kota menyiapkan
Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker dan disampaikan kepada pejabat yang
berwenang;
8) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Gubemur/Bupati/Walikota
atau pejabat lain yang ditunjuk Gubernur/ Walikota/Bupati;
9) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
227
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

10) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat


Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
FungsionalApotekeryang asli disampaikan kepada Pegawai
Negeri SIpll(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN)/Kepala Badan Kepegawaian Regional/Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/
Kota, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Prov/
Kab/Kota, dan Kepala Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

4. Tata Cara Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional


Apoteker Karena Alasan Lain

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Kepala UPT Depkes menyampaikan Usulan Pembebasan
Sementara Jabatan Apoteker Karena Alasan Lain
sebagaimana tersebut pada butir 1.b. di atas, kepada Pimpinan
Unit Utama Depkes yang membawahi UPT yang bersangkutan
melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
2) Bagian kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
mengusulkan berkas usulan pembebasan sementara kepada
Sekretaris Jenderal Depkes melalui Kepala Biro Kepegawaian
untuk proses Surat Keputusan Pembebasan Sementara dari
Jabatan Apoteker Karena Alasan Lain;
3) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pembebasan Sementara dan Surat Keputusan
Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;

228
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

4) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat


Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;
5) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
6) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Slpil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara(BKN), Sekretaris
Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama, Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

b. Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen Selain Departemen Kesehatan
1) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/
LPND menyampaikan Usulan Pembebasan Sementara
Jabatan Fungsional Apoteker Karena Alasan Lain
sebagaimana tersebut pada butir 1.b. di atas, kepada
Pimpinan Unit Utama yang membawahi Unit Pelayanan
Kesehatan/Unit Kerja melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
2) Bagian Kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
mengajukan kepada Sekretaris Jenderal Departemen/LPND
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK iNTONESIA

melalui Kepala Biro Kepegawaian untuk proses Surat


Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan Apoteker
KarenaAlasan Lain;
3) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pembebasan Sementara dan Surat Keputusan
Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabatyang berwenang
menetapkan;
4) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/
LPND;
5) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
6) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai
Negeri Sipil(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN), Sekretaris Jenderal Departemen/LPND, Kepala Unit
Kerja/Unit Pelayanan Kesehatan, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

230
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

c. Di Instansi Kesehatan Prov/Kab/Kota


1) Kepala UPTD Prov/Kab/Kota menyampaikan Usulan
Pembebasan Sementara Apoteker Karena Alasan Lain
sebagaimana tersebut pada butir 1.b. dl atas, kepada Kepala
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota melalui Kepala Bagian
Kepegawaian;
2) Bagian kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
mengajukan kepada Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota meiaiui
Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk proses proses
Surat Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan
Apoteker Karena Alasan Lain;
3) Badan Kepegawaian Daerah membuat Surat Keputusan
Pembebasan Sementara dan Surat Keputusan
Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
4) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Pemberhentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Gubemur/Bupati/Walikota
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Gubemur/Bupati/Walikota;
5) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Keputusan Penghentian Sementara Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
6) Surat Keputusan Pembebasan Sementara dan Surat
Penghentian Sementara Tunjangan Jabatan Fungsional
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipi!


(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Kepala
Badan Kepegawaian Daerah(BKD),Sekretaris Daerah Prov/
Kab/Kota Kadinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala Unit
PelaksanaTeknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota, dan Kepala
Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

Menteri Kesehatan

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

232
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN VI :PERMENKES
NOMOR :377/MENKES/PERA//2009
TANGGAL :13MEI2009

TATA CARA PENGANGKATAN KEMBALI DALAM


JABATAN FUNGSIONALAPOTEKER

1. Persyaratan

a. Apoteker yang dibebaskan sementara karena tidak dapat


memenuhi angka kredit dapat diangkat kembali dalam jabatannya
apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut
1) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan
sementara sudah dapat mengumpulkan angka kredit kumuiatif
minimal untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi
Apoteker Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang lll/b, sampai dengan Apoteker Utama, pangkat Pembina
Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan
2) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan
sementara sudah dapat mengumpulkan paling kurang 25(dua
puluh lima) angka kredit dari kegiatan tugas pokok bagi
Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama. golongan ruang
IV/e.

b. Apoteker yang dibebaskan sementara dari jabatannya karena


alasan lain dapat diangkat kembali kedalam jabatannya apabila
telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Apoteker telah selesai menjalani hukuman disiplin tingkat
sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat

233
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

berdasarkan Peraturan Pemerlntah Nomor 30 Tahun 1980;


atau
2) Apoteker yang dikenakan pemberhentian sementara
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966
berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dinyatakan tidak bersalah atau
dijatuhi hukuman pidana percobaan; atau
3) Telah seiesai menjalani tugas di luar Jabatan Fungslonal
Apoteker dan paling tinggi berusia 54(lima puluh empat)tahun;
atau
4) Telah seiesai menjalani cuti di luar tanggungan negara dan
telah diaktifkan kembali; atau
5) Telah seiesai menjalani tugas belajar lebih dari6(enam)bulan.

2. Kelengkapan Berkas

Kelengkapan berkas untuk pengangkatan kembali meliputi:


a. Surat Keterangan Seiesai Menjalani Hukuman Disiplin Pegawai
Negeri Sipil(PNS),Surat Keputusan Pengadilan Menyatakan Tldak
Bersalah atau Dihukum Pidana Percobaan, Seiesai Menjalankan
Tugas diluar Jabatan Fungsional Apoteker,Seiesai Menjalankan
Cuti diluar Tanggungan Negara, dan Seiesai Melaksanakan Tugas
Belajar;
b. Bukti fisik pengumpulan angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit;
0. Foto copy Surat Keputusan Pengangkatan kedalam Jabatan
Apoteker terakhir;
d. Foto copy Surat Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
e. Foto copy Surat Keputusan Kenaikan Jabatan terakhir;

234
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

f. Foto copy Surat Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan


Fungsional Apoteker;
g. Foto copy SK Penetapan Angka Kredit(PAK)terakhir;
h. Surat Pemyataan Melaksanakan Tugas dalam Jabatan Fungsional
Apoteker;
I. Setiap unsur prestasi keija atau pelaksanaan pekerjaan dalam
DP-3 paling rendah bemilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;
dan
j. Foto copy Kartu Pegawai.

Tata cara Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional


Apoteker Karena Sudah Dapat Mengumpulkan Angka Kredit

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Apoteker yang dibebaskan sementara darijabatannya,setelah
dapat mengumpulkan angka kredit sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sebagaimana tersebut pada butir 1.a.1)dan butir
1.a.2) di atas dan telah memperoleh penetapan Surat
Keputusan Penetapan Angka Kredit(PAK)dapat mengajukan
usulan pengangkatan kembali dalam jabatannya kepada
Kepala UnitPelaksana Teknis(UPT)Depkes(setingkateselon
III) melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
2) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan membuat konsep Surat
Usulan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional
Apoteker dan PAK yang berisi catatan pertimbangan untuk
pengangkatan kembali kepada Pimpinan Unit Utama yang
membawahi UPT yang bersangkutan melalui Kepala Bagian
Kepegawaian;

235
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian


mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal Depkes melalui
Kepala Biro Kepegawaian untuk proses Surat Pengangkatan
Kembali dalam Jabatan FungsionalApoteker,
4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Kembali dalam Jabatan FungsionalApoteker
dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
FungsionalApoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh Presiden atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan kepegawaian Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Depkes, Pimpinan Unit Utama, Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

b. Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)Selain Departemen Kesehatan
1) Apoteker yang dibebaskan sementara darijabatannya setelah
dapat mengumpulkan angka kredit sesuai dengan ketentuan
sebagaimana tersebut pada butir 1.a.1) dan butir 1.a.2) di
atas dan telah memperoleh penetapan Surat Keputusan PAK

236
MENTERI KESEHATAN
RSHJBUK fNOONEStA

dapat mengajukan usulan pengangkatan kembali dalam


jabatannya kepada Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit
Kerja Departemen/LPND;
2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja mengajukan
usulan pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional
Apoteker kepada Pimpinan Unit Utama Departemen/LPND
yang membawahi Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Keija yang
bersangkutan melalui kepala Bagian Kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan mengajukan usulan
kepada Sekretaris Jenderal Departemen/LPND melalui Kepala
Biro Kepegawaian untuk proses Surat Pengangkatan Kembali
dalam Jabatan Fungsional Apoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional Apoteker
dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/
LPND;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali kedalam Jabatan
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Badan

237
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Jenderal Depar-


temen/LPND, Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja,
dan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).

Di InstansI Kesehatan Provinsl/Kabupaten/Kota


1) Apoteker yang dibebaskan sementara darijabatannya setelah
dapat mengumpulkan angka kredit sesuai dengan ketentuan
sebagalmana tersebut pada butir 1.a.1) dan butir 1.a.2) di
alas dan memperoleh penetapan Surat Keputusan Penetapan
Angka Kredit(PAK) dapat mengajukan usulan pengangkatan
kembali dalam jabatannya kepada Kepala UPTD Prov/Kab/
Kota;
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota
mengusulkan pengangkatan kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker kepada Kepala Dinkes Prov/Kab/kota
melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi
kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan membuat konsep Surat
Usulan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional
Apoteker dan PAK yang berisi catatan pertimbangan untuk
pengangkatan kembali kepada Sekretaris Daerah Prov/Kab/
Kota melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah;
4) Badan Kepegawaian Daerah membuatSurat Pengangkatan
Kembali dalam Jabatan Fungsional Apoteker dan disampaikan
kepada pejabatyang berwenang menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker

238
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Madya ditetapkan oieh Gubemur/Walikota/Bupati atau pejabat


lain yang ditunjuk oleh Gubemur/Waiikota/Bupati;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungslonal Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali kedalam Jabatan
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipii
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/Badan
Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/
Kota, Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala Unit
PelaksanaTeknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota,dan Kepala
Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

4. Tata Cara Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungslonal


Apoteker Karena Alasan Lain

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Apoteker yang dibebaskan sementara dari jabatannya karena
alasan lain,setelah selesai menjalankan tugas sesuai dengan
ketentuan sebagaimana tersebut pada butir 1.b. di atas dapat
mengajukan usulan pengangkatan kembali dalam jabatannya
kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes
(setingkat eselon III) melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
2) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan membuat konsep Surat
Usulan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungslonal
Apoteker dan disampaikan kepada Pimpinan Unit Utama yang
membawahi UnitPelayanan Kesehatan melalui Kepala Bagian
Kepegawaian;

239
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

3) Bagian Kepegawalan memeriksa kelengkapan berkas dan


mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal Depkes melalui
Kepala Biro Kepegawalan untuk proses Surat Pengangkatan
Kemball dalam Jabatan Fungslonal Apoteker;
4) Biro Kepegawalan membuat konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungslonal Apoteker
dan disampalkan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
5) Surat Keputusan Pengangkatan Kemball dalam Jabatan
Fungslonal Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Kemball dalam Jabatan
Fungslonal Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Preslden;
7) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali yang asll
disampalkan kepada Pegawal Negerl SIpll (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampalkan kepada
Kepala Badan Kepegawalan Negara (BKN), Sekretaris
Jenderal Depkes, PImplnan Unit Utama, Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).
b. Dl LIngkungan Departemen/Lembaga Pemerlntah Non
Departemen(LPND)Selain Departemen Kesehatan
1) Apoteker yang dibebaskan sementara darijabatannya dengan
alasan lain sesual dengan ketentuan sebagalmana tersebut
pada butir 1.b, mengajukan usulan pengangkatan kembali
dalam jabatannya kepada Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/
Unit Kerja Departemen/LPND (setingkat eselon II);

240
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONEStA

2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/


LPND mengusulkan kapada Pimpinan Unit Utama yang
membawahi Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja
Departemen/LPND melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
3) Bagian kepegawaian memenksa kelengkapan berkas dan
menyiapkan konsep Surat Usulan Pengangkatan Kembali
dalam Jabatan Fungsional ^otekerdan disampaikan kepada
Pimpinan Unit Utama yang membawahi Unit Pelayanan
Kesehatan/Unit Keija;
4) Bagian Kepegawaian mengusulkan kepada Sekretaris
Jenderal Departemen/LPND melalui Kepala Biro Kepegawaian
untuk proses Surat Keputusan Pengangakatan Kembali dalam
Jabatan Fungsional Apoteker;
5) Biro Kepegawaian menyiapkan konsep Surat Keputusan
Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional Apoteker
dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
6) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/
LPND;
7) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
8) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali kedalam Jabatan
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan kepegawaian Negara(BKN),Sekretaris

241
MENTERI KESEHATAN
rEPUBUK INDOKESIA

Jenderal Departemen/LPND, Kepala Unit Pelayanan


Kesehatan/Unlt Kerja, dan Kepala Kantor Pelayana
Perbendaharaan Negara(KPPN).
Di Instansi Kesehatan Prov/Kab/Kota
1) Apoteker yang dibebaska'n sementara dari jabatannya karena
^ 7asanlain,sLiah selesal menjalankantugassesua,dengan
ketentuan sebagalmana tersebut pada butir 1 b.di ates dapat
mengajukan usulan pengangkatan kembali Jabatannya
keoada Keoala Unit Pelaksana Teknis Daerati Prov/kab/Kota,
2) Ba SSelaksanaTeknis Daerah(UPTD)Prov/kab/Kota
mengusulkan pengangkatan kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker kepada Kepala Dinas Kesehatan Prov/
Kab/Kota melalui Kepala Bagian Kepegawaian/Unit yang
membidangi kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan
Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota melalui Kepala Badan
Kepegawaian Daerah untuk proses Surat Pengangkatan
Kembali dalam Jabatan Fungsional Apoteker.
4) Badan Kepegawaian Daerah membuatSurat Pengangkatan
Kembali dalam Jabatan Apoteker dan disampaikan kepada
peiabat yang benwenang menetapkan,
5) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker P®'*®'"®
Apoteker Madya ditetapkan oleh Gubemur/BupatiWalikota
atau peiabat lain yang ditunjuk oleh Gubemur/Bupati/Walikota,
6) Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dalam Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
242
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

7) Surat Keputusan Pengangkatan Kembaii yang asii


disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara/Badan Kepegawaian
Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota, Kepala
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Prov/kab/Kota, dan Kepala Biro
Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

Menteri Kesehatan

Ir. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

243
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN VII :PERMENKES


NOMOR :377/MENKES/PER/V/2009
TANGGAL :13MEI2009

TATA CARA PEMBERHENTIAN DARI JABATAN


FUNGSIONAL APOTEKER

1. Persyaratan

Apoteker diberhentikan dari jabatannya apabila tidak dapat


memenuhi angka kredlt sebagai berikut:
1) Dalam jangka waktu 1 (satu)tahun sejak ditetapkannya Surat
Keputusan Pembebasan Sementara, bagi /^oteker Pertama,
pangkat Penata Muda Tk.l, golongan ruang lll/b, sampai
dengan Apoteker Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang iV/d, tidak dapat mengumpulkan angka kredlt
kumulatif minimal yang ditentukan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi; dan
2) Dalam jangka waktu 1 (satu)tahun sejak ditetapkannya Surat
Keputusan Pembebasan Sementara, bagi Apoteker Utama,
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, tidak dapat
mengumpulkan paling kurang 25(dua puluh lima)angka kredit
dari kegiatan tugas pokok.

Apoteker diberhentikan darijabatannya karena alasan lain sebagai


berikut:
1) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian
sebagai Pegawai Negeri Sipil, berdasarkan Peraturan
Pemerintah NomorSO Tahun 1980 yang dijalaninya dan telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap; atau

245
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2) Pemberhentian Sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966
yang dijalaninya telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap berdasarkan Keputusan Pengadllan dan yang
bersangkutan dinyatakan bersalah.

2. Kelengkapan Berkas

Kelengkapan berkas untuk Pemberhentian darl Jabatan Fungsional


Apoteker meiiputi:
a. Surat Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan
Fungsional Apoteker; atau
b. Surat Keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap; atau
c. Surat Keputusan Pemberhentian Sementara sebagai PNS;
d. Foto copy SK Penetapan Angka Kredit(PAK)terakhir;
e. Foto copy SK Kenaikan Pangkat terakhir;
f. Foto copy SK Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional /Apoteker
terakhir;
g. Foto copy Kartu Pegawai; dan
h. Surat/Nota Peringatan Pemberhentian Sementara.

3. Tata cara Pemberhentian dari Jabatan Apoteker Karena TIdak


Dapat Mengumputkan Angka Kredit

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan


1) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu)tahun dari pembebasan
sementara, pejabat Apoteker tidak dapat memenuhi angka
kredit yang dipersyaratkan sebagaimana tersebut pada butir

246
MBITBU KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

1.a. atas, makaUm Penilai Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Depkes/TIm Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal/Tim
Penilai Direktorat Jenderal membuat usulan pertimbangan
pemberhentian berdasarkan Penetapan Angka Kredit(PAK)
yang bersangkutan dan disampaikan kepada Kepala UPT
Depkes (setingkat eselon III) melalui Kepala Bagian
Kepegawaian;
2) Bagian Kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
menyiapkan konsep Surat Usulan Pemberhentian Jabatan
Fungsional Apotekerdan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apotekerdan disampaikan kepada Pimpinan Unit
Utama yang membawahi UPT yang bersangkutan melalui
Kepala Bagian Kepegawaian;
3) Bagian kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal Depkes melalui
Kepala Biro Kepegawaian untuk proses Surat Keputusan
Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker dan Surat
Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep Surat Keputusan
Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker dan Surat
Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabatyang benA^enang
menetapkan;
5) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional /^oteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;

247
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK tttOONESIA

6) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker


dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bag! Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Preslden; dan
7) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil
(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara(BKN). Sekretaris
Jenderal Depkes,Pimpinan Unit Utama UPT Depkes, Kepala
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes, dan Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)Selain Departemen Kesehatan
1) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu)tahun dari pembebasan
sementara pejabat Apoteker tidak dapat memenuhi angka
kredit yang dipersyaratkan sebagaimana tersebut pada butir
1.a. atas, maka Tim Penilai Instansi/Tlm Penilai Direktorat
Jenderal membuat usulan pertimbangan pemberhentian
berdasarkan Penetapan Angka Kredit (PAK) yang
bersangkutan dan disampaikan kepada Kepala Unit Pelayanan
Kesehatan/Unit Kerja (setlngkat eselon II);
2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja mengajukan
Usulan Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Apoteker dan
Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional Apoteker
kepada Pimpinan Unit Utama melalui Kepala Bagian
Kepegawaian;
3) Bagian kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan

248
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal Departemen/LPND


melalui Kepala Biro Kepegawaian untuk proses Surat
Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker dan
Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker;
4) Biro Kepegawaian menyiapkan konsep Surat Keputusan
Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker dan Surat
Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker dan disampaikan kepada pejabatyang berwenanq
menetapkan;
5) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional /^oteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND
3^3u^ejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/
6) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional /apoteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional /^oteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai
Negeri Sipil(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN), Sekretaris Jenderal Departemen/LPND, Kepala Unit
Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/LPND, dan
Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN).

249
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

c. Di Instansi Kesehatan Prov/Kab/Kota


1) Apablla dalam jangka waktu 1 (satu)tahun dari pembebasan
sementara pejabat Apoteker tidak dapat memenuhi angka
kredityang dipersyaratkan sebagaimana tersebut pada butir
1.a. atas, maka Tim Penilai Prov/Kab/Kota atau Tim Penilai
Direktorat Jenderal membuat usulan pertimbangan
pemberhentian Jabatan Fungsionai Apoteker berdasarkan
Penetapan Angka Kredit (PAK) yang bersangkutan dan
disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota
melaiul Kepala Baglan Kepegawaian/U nit yang membidangi
kepegawaian;
2) Bagian Kepegawaian/Unit yang membidangi kepegawaian
memeriksa kelengkapan berkas dan membuat konsep Surat
Usulan Pemberhentian dari Jabatan Fungsionai Apoteker dan
Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsionai Apoteker dan
disampaikan kepada Sekretaris Daerah Prov/Kab/kota melalui
Kepala Badan Kepegawaian Daerah;
3) Badan Kepegawaian Daerah membuat konsep Surat
Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsionai Apoteker dan
Surat Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsionai /^oteker
dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan;
4) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsionai Apoteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsionai Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Gubemur/Bupati/Walikota;
5) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsionai
Apoteker dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan

260
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Jabatan FungsionalApotekerbagi /^oteker Utama ditetapkan


oieh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden;
dan
6) Surat Keputusan Pemberbentian Jabatan /^poteker dan Surat
Keputusan Pemberhentian Tunjangan Apoteker yang asll
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Badan
Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/
Kota, Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala UPTD
Prov/Kab/Kota, dan Kepala Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/
Kota.

4. Tata Cara Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Apoteker


Karena Alasan Lain

a. Di Lingkungan Departemen Kesehatan.


1) Tim Penilai UPT Depkes membuat usulan Pertimbangan
Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker Karena Alasan
Lain sesuai dengan ketentuan sebagaimana tersebut pada
butir 1.b. di atas, dan disampaikan kepada Kepala UPT Depkes
(setingkat eselon 111) melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
2) Bagian Kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
membuat Usulan Pemberhentian Jabatan Fungsional
Apoteker Karena Alasan Lain dan disampaikan kepada
Pimpinan Unit Utama yang membawahi UPT yang
bersangkutan melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian memeriksa kelengkapan berkas dan
mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal Departemen
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Kesehatan melalui Kepala Biro Kepegawaian untuk proses


SK Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker dan Surat
Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional
Apoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep SK Pemberhentian
Jabatan Fungsional Apoteker dan Surat Keputusan
Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional Apoteker dan
disampaikan kepada pejabatyang berwenang menetapkan;
5) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;
6) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker yang asli disampaikan kepada Pegawai
Negeri Sipil(PNS)yang bersangkutan dan petikan/tembusan
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN),Sekretaris Jenderal Depkes,Pimpinan Unit Utama UPT
Depkes, Kepala UPT, dan Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara(KPPN).

Di Lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah Non


Departemen(LPND)Selain Departemen Kesehatan
1) Tim Penilai Instansi membuat Usulan Pertimbangan

252
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK [NOONESIA

Pemberhentian Jabatan Fungsional ^oteker Karena Aiasan


Lain sesuai dengan ketentuan sebagaimana tersebut pada
butir 1.b. di atas, dan disampaikan kepada Kepala Unit
Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Departemen/LPND
(setingkat eselon II);
2) Kepala Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja Depailemen/
LPND mengajukan usulan kepada Pimpinan Unit Utama yang
membawahi Unit Pelayanan Kesehatan/Unit Kerja yang
bersangkutan melalui Kepala Bagian Kepegawaian;
3) Bagian Kepegawaian memeriksa kelengkapan berl^as dan
mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal Departemen/LPND
melalui Kepala Biro Kepegawaian untuk proses SK
Pemberhentian Jabatan Fungsional Apoteker dan
Pemberhentian Tunjangan Jabatan Fungsional Apoteker;
4) Biro Kepegawaian membuat konsep SK Pemberhentian
Jabatan Fungsional Apoteker dan Pemberhentian Tunjangan
Jabatan Fungsional Apoteker dan disampaikan kepada
pejabatyang benvenang menetapkan;
5) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional ^oteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya ditetapkan oleh Pimpinan Departemen/LPND
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Departemen/
LPND;
6) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional /^oteker
dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oleh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
7) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Apoteker dan Surat

253
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Keputusan Pemberhentian Tunjangan Apoteker yang asli


disampalkan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
barsangkutan dan patikan/tambusan disarnpalkan kapada
Kapala Badan Kapagawaian Nagara (BKN), Pimpinan Unit
Utama, Sakrataris Jandaral Dapartaman/LPND, Kapala Unit
Palayanan Kasahatan/Unit Karja Dapartaman/LPND. dan
Kapala Kantor Palayanan Parbandaharaan Nagara(KPPN).
c. Di Instansi Kasahatan Prov/Kab/Kota
1) Tim Panilai Prov/Kab/Kota membuat usulan Partimbangan
Pambarhentian Jabatan Fungsional Apotakar KaranaAlasan
Lain sasuai dangan katantuan sebagaimana tarsabut pada
butir 1.b, di atas, dan disampaikan kapada Kapala Dinas
Kasahatan Prov/Kab/Kota malalui Kapala Bagian
Kapagawaian;
2) Bagian Kapagawaian/Unit yang mambidangi kapagawaian
mamariksa kalangkapan barkas dan mambuat surat usulan
kapada Sakrataris Daarah Prov/Kab/Kota malalui Kapala
Badan Kapagawaian Daarah Prov/Kab/Kota;
3) Badan Kapagawaian Daarah mambuat konsap SK
Pambarhantian Jabatan Fungsional Apotakar dan Surat
Kaputusan Pambarhantian Tunjangan Jabatan Fungsional
Apotakar dan disampaikan kapada pajabatyang barwanang
manatapkan;
4) Surat Kaputusan Pambarhantian Jabatan Fungsional Apotakar
dan Surat Kaputusan Pambarhantian Tunjangan Jabatan
Fung-sional Apotakar bagi Apotakar Partama sampai dangan
Apotakar Madya ditatapkan olah Gubamur/Bupati/Walikota
atau pajabat lain yang ditunjuk olah Gubamur/Bupati/Walikota;

254
MENTERI KESEHATAN
RBHJBUK INOONEStA

5) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Fungsional /^oteker


dan Surat Keputusan Pemberhentian Tunjangan Jabatan
Fungsional Apoteker bagi Apoteker Utama ditetapkan oieh
Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden; dan
6) Surat Keputusan Pemberhentian Jabatan Apoteker dan Surat
Keputusan Pemberhentian Tunjangan Apoteker yang asli
disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dan petikan/tembusan disampaikan kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Badan
Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Daerah Prov/Kab/
Kota, Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, Kepala Unit
Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Prov/Kab/Kota. dan Kepala
Biro Keuangan Daerah Prov/Kab/Kota.

Menteri Kesehatan

dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

255
MENTBU KESBIATAN
REPUBUK CNOONESIA

LAMPIRAN VIII:PERMENKES
NOMOR :377/MENKES/PERA//2009
TAN6GAL :13MEI2009

TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN

I. TATA KERJA TIM PENILAI

A. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

1) Tim Penilai Direktorat Jenderal

Sesuai dengan Bab VI Rasa!15 PERMENPAN No. PER/07/


M.PAN/4/2008, maka Tata Keija dan Tata Cara Penilaian
Jabatan Fungsional Apotekeradalah sebagai berikut:

a. Kedudukan
1. Tim Penilai Direktorat Jenderal berkedudukan di
Direktorat Jenderal yang membidangi pelayanan
kefarmasian Departemen Kesehatan.
2. Tim Penilai Direktorat Jenderal dalam melaksanakan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal yang membidangi
pelayanan kefarmasian Departemen Kesehatan.

b. Tugas
Tim Penilai DirektoratJenderal mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Membantu Direktur Jenderal yang membidangi

257
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

pelayanan kefarmasian Departemen Kesehatan


dalam melaksanakan penilaian dan penetapan angka
kredit bagi Apoteker Utama yang bekeija pada sarana
pelayanan kefarmasian di lingkungan Departemen
Kesehatan maupun Instansi-instansl lainnya.
2. Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker di
lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi-
instansl lainnya.

Fungsi
Tim Penilai Direktorat Jenderal mempunyai fungsi sebagai
berikut;
1. Melaksanakan pengkajian terhadap usulan angka
kredit yang diajukan dalam Daftar Usul Penetapan
Angka Kredit(DUPAK)dan pengkajian terhadap bukti
fisikyang dilampirkan.
2. Melakukan penilaian akhirterhadap angka kredit yang
diajukan pada setiap usul penetapan angka kredit
Jabatan Fungsional Apoteker yang menjadi
kewenangannya.
3. Menyampaikan hasil rapat Tim Penilai Direktorat
Jenderal kepada Direktur Jenderal yang membidangi
pelayanan kefarmasian Departemen Kesehatan atau
Pejabatyang ditunjuk, berupa angka kredit yang telah
dituangkan dalam Penetapan Angka Kredit (PAK)
untuk ditetapkan.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Apoteker

258
MENTERl KESB1ATAN
REPUBLtK IKDONEStA

di lingkungan Departemen Kesehatan maupun


instansi-instansi lainnya setiap tahun.
5. Melaporkan hasil pelaksanaan penilaian angka kredit
Jabatan FungsionalApoteker setiap tahun.

2) Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal

a. Kedudukan
1. Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal
berkedudukan di Direktorat Jenderal yang membi-
dangi pelayanan kefarmasian Departemen Keseha
tan.
2. Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal yang membidangi pelayanan kefarmasian
Departemen Kesehatan.

b. Tugas
Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai
tugas sebagai berikut
1. Membantu Sekretaris Direktorat Jenderal yang
membidangi pelayanan kefarmasian Departemen
Kesehatan dalam melaksanakan penilaian dan
penetapan angka kredit bagi Apoteker Pertama
sampai dengan Apoteker Madya yang bekerja pada
sarana pelayanan kefarmasian di lingkungan Depkes
maupun instansi-instansi lainnya.
2. Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan

259
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

pelaksanaan Jabatan Fungsionai Apoteker dt


iingkungan Departemen Kesehatan maupun instansi-
instansi lainnya.

c. Fungsi
Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian terhadap usulan angka
kredit yang diajukan dalam DUPAK dan pengkajian
terhadap bukti fisik yang dilampirkan.
2. Melakukan penilaian akhir terhadap angka kredit yang
diajukan pada setiap usul penetapan angka kredit
Jabatan Fungsionai Apoteker yang menjadi
kewenangannya.
3. Menyampaikan hasil rapat Tim Penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal yang membidangi pelayanan kefarmasian
Departemen Kesehatan atau Pejabat yang ditunjuk,
berupa angka kredit yang telah dituangkan dalam
PAK untuk ditetapkan.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penilaian angka kredit Jabatan Fungsionai Apoteker
di Iingkungan Departemen Kesehatan maupun
instansi-instansi lainnya setiap tahun.
5. Melaporkan hasil pelaksanaan penilaian angka kredit
Jabatan Fungsionai Apoteker setiap tahun.
3) Tim Penilai Instansi

a. Kedudukan

260
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

1. Tim Penilai Instansi berkedudukan dl Departemen/


Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
Seiain Departemen Kesehatan.
2. Tim Penilai instansi dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Pimpinan Instansi(Departemen/Lembaga Pemerintah
Non Departemen)Seiain Departemen Kesehatan.

Tugas
Tim Penilai Instansi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Membantu Pimpinan Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) Seiain
Departemen Kesehatan (setingkat eselon II) dalam
melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit
bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada Unit Pelayanan
Kefarmasian/Unit Kerja Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) Seiain
Departemen Kesehatan.
2. Membantu Pimpinan Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) Seiain
Departemen Kesehatan dalam mengajukan usulan
DUPAK bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya yang bekerja pada Unit Pelayanan
Kesehatan/unit Kerja di lingkungan Departemen/
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
Seiain Departemen Kesehatan.
3. Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
penetapan angka kredit bagi Apoteker Pertama

261
MENTSU KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

sampai dangan Apotakar Madya di Dapartaman/


Lambaga Pamarintah Non Dapartaman (LPND)
Salain Dapartaman Kasahatan.

c. Fungsl
Tim Panilai Instansi mampunyai fungsl sabagal berikut:
1. Malaksanakan pangkajian tarhadap usulan angka
kradit yang diajukan dalam DUPAK dan bukti fisik
yang dilampirkan.
2. Malakukan panilaian akhir tartiadap angka kradit yang
diajukan pada satiap usul panatapan angka kradit
Jabatan Fungsional Apotakar yang manjadi
kawanangannya.
3. Manyampaikan hasil rapatTim Panilai Instansi kapada
Pimpinan Dapartaman/LPND Salain Dapkas atau
Pajabatyang ditunjuk, barupa angka kradit yang talah
dituangkan dalam PAK untuk ditatapkan.
4. Malaksanakan monitoring dan avaluasi Jabatan
Fungsional Apotakar satiap tahun.
5. Malaporkan hasil pelaksanaan panilaian angka kradit
Jabatan Fungsional Apotakar satiap tahun.

4) Tim Panilai Unit Peiaksana Teknis (UPT) Dapartaman


Kasahatan

a. Kadudukan
1. Tim Panilai UPT Dapkas barkadudukan di Unit
Palaksana Taknis(UPT) Dapkas.
2. Tim Panilai UPT Dapkas dalam malaksanakan

262
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab


kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis(UPT)Depkes.
Tugas
Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Membantu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan (setlngkat eselon III) dalam
melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit
bag! Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Muda yang bekerja pada Unit Pelaksana Teknis(UPT)
Departemen Kesehatan.
2. Membantu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan dalam mengajukan DUPAK
bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Muda yang bekerja pada Unit Pelaksana Teknis(UPT)
Departemen Kesehatan.
3. Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
penetapan angka kredit Apoteker Pertama sampai
dengan Apoteker Muda yang bekerja pada Unit
Pelaksana Teknis(UPT)Departemen kesehatan.

Fungsi
Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian terhadap usulan angka
kredit yang diajukan dalam DUPAK dan bukti fisik
yang dilampirkan.
2. Melakukan penilaian akhir terhadap angka kredit yang

263
MENTERt KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

diajukan pada setiap usui penetapan angka kredit


Jabatan Fungsional Apoteker yang menjadi
kewenangannya.
3. Menyampaikan hasil rapatTim Penilai Unit Pelaksana
Teknis(UPT) kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis
(UPT)atau pejabatyang ditunjuk, berupa angka kredit
yang telah dituangkan dalam PAK untuk ditetapkan.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi Jabatan
Fungsional Apoteker setiap tahun.
5. Melaporkan hasil pelaksanaan penilaian angka kredit
Jabatan Fungsional Apoteker setiap tahun.

5) Tim Penilai Provinsi

a. Kedudukan
1. Tim Penilai Provinsi berkedudukan di Dinas
Kesehatan Provinsi.
2. Tim Penilai Provinsi dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

b. Tugas
Tim Penilai Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Membantu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dalam
melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit
bagi Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker
Madya yang bekerja pada sarana pelayanan
kefarmasian/UPTD tingkat Provinsi.
2. Membantu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dalam

264
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

mengajukan usulan DUPAK bagi Apoteker Utama


yang bekeija pada sarana pelayanan kefarmasian
tingkat Provinsi kepada Tim Penilai Direktorat
Jenderai Departemen Kesehatan.
3. Melaksanakan tugas lain yang dlberikan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi berkaitan dengan penetapan
angka kredit bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya yang bekerja di sarana pelayanan
kefarmasian di lingkungan provinsi.

Fungsl
Tim Penilai Provinsi mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian terhadap usulan angka
kredit yang diajukan dalam DUPAK dan bukti fisik
yang dilampirkan.
2. Melakukan penilaian akhir terhadap angka kredit yang
diajukan pada setiap usul penetapan angka kredit
Jabatan Fungsional Apoteker yang menjadi
kewenangannya.
3. Menyampaikan hasil rapatTim Penilai Provinsi kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Pejabat yang
ditunjuk, berupa angka kredit yang telah dituangkan
dalam PAK untuk ditandatangani.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi Jabatan
Fungsional Apoteker setiap tahun.
5. Melaksanakan hasil pelaksanaan penilaian angka
kredit Jabatan Fungsional Apoteker setiap tahun.

265
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

6) Tim Penilai Kabupaten/Kota


a. Kedudukan
1. Tim Penilai Kabupaten/Kota berkedudukan di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Tim Penilai Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Tugas
Tim Penilai Kabupaten/Kota mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Membantu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam melaksanakan penilaian dan penetapan angka
kredit bagi Apoteker Pertama sampai dengan
Apoteker Madya yang bekerja pada Unit Pelaksana
Teknis Daerah(UPTD)Kabupaten/Kota.
2. Membantu K^pal^ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam mengajukan DUPAK bagi Apoteker Utama
yang bekerja pada sarana pelayanan kefarmasian
kepada Tim Penilai Direktorat Jenderal Departemen
Kesehatan.
3. Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker yang
bekerja di sarana pelayanan kefarmasian/UPTD
tingkat Kabupaten/ kota.

c. Fungsi
Tim Penilai Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai
berikut:

266
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

1. Meiaksanakan pengkajian terhadap usuian angka


kredit yang diajukan dalam DUPAK dan bukti fisik
yang diiampirkan.
2. Melakukan penilaian akhir terhadap angka kredit yang
diajukan pada setiap usul penetapan angka kredit
Jabatan Fungsional Apoteker yang menjadi
kewenangannya.
3. Menyampaikan hasil rapat Tim Penilai Kabupaten/
Kota kepada Kepaia Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota atau pejabat yang ditunjuk, berupa angka kredit
yang teiah dituangkan dalam PAK untuk ditetapkan.
4. Meiaksanakan monitoring dan evaluasi Jabatan
Fungsional Apoteker setiap tahun.
5. Meiaksanakan hasil pelaksanaan penilaian angka
kredit Jabatan Fungsional Apoteker setiap tahun.

7) Tim Penilai Teknis

a. Kedudukan
1. Tim Penilai Teknis berkedudukan di Depkes,
Departemen/LPND Selain Depkes, dan Provinsi/
Kabupaten/Kota;
2. Tim Penilai Teknis dalam meiaksanakan tugas dari
dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai
Direktorat Jenderal/Ketua Tim Penilai Sekretariat
Ditjen/Ketua Tim Penilai Instansi, dan Ketua Tim
Penilai Provins'i/Kabupaten/Kota.

b. Tugas
1. Memberi saran dan pendapat kepada Ketua Tim

267
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Penilai dalam hal memberikan penilaian terhadap


kegiatan yang bersifat khusus atau memerlukan
keahlian tertentu;
2. Menerima tugas dari dan bertanggung jawab kapada
Ketua Tim Penilai Direktorat Jenderal/Ketua Tim
penilai Sekretariat Ditjen, Ketua Tim Penilai Instansi,
dan Ketua Tim Penilai Provinsi/Kab/kota.

Tim Penilai Teknis terdiri dari seorang ketua, sekretaris


merangkap anggota dan anggota tim yang jumlahnya sesuai
pertimbangan teknis Tim Penilai.
B. Sekretariat Tim Penilai

a. Kedudukan
1. Sekretariat Tim Penilai berkedudukan di Direktorat
Jenderal Depkes, UPTDepkes,Departemen/LPND Selain
Depkes,dan Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota;
2. Sekretariat Tim Penilai dipimpin oleh sekretaris yang
secara fungsional dijabat oleh pejabat di bidang
kepegawaian.
3. Sekretaris Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang
dalam menetapkan PAK.

b. Tugas
Menerima dan mengadministrasikan DUPAK,SK PAK, bukti
fisik, dan kelengkapan administrasi Apoteker;
1. Menyiapkan bahan konsep surat dan instrumen penilaian
prestasi kerja Apoteker.

268
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Menyiapkan rapat Tim Penllai.


3. Memfasilitasi keperluan Tim Penilai dalam melaksanakan
tugasnya;
4. Mendokumentasikan hasil kerja Tim Penilai dan bukti fisik
yang telah diniiai.
5. Menuangkan angka kredit hasil penilaian Tim Penilai ke
dalam PAK, yang akan ditetapkan oleh pejabat yang
benvenang.
6. Mengirimkan PAK yang sudah ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang kepadayang bersangkutan dan instansi-
instansi terkait.

11. TATA CARA PENILAIAN

Tata cara penilaian angka kredit dilaksanakan sebagai berikut:

A. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit(DUPAK)

1) DUPAK diajukan oleh pejabatApoteker yang bersangkutan.


2) Penilaian dilakukan 2(dua)kali dalam satu tahun yaitu pada
bulan Januari untuk usul kenaikan pangkat periode bulan April
dan pada bulan Juli untuk usul kenaikan pangkat periode bulan
Oktober.
3) DUPAK harus sudah diterima oleh Tim Penilai paling lambat
pada pertengahan bulan Januari atau bulan Juli.
4) DUPAK yang diajukan harus dilengkapi dengan bukti fisik yang
diperlukan untuk penilaian seperti ;
a. Foto copy ijazah;
b. Foto copy Karpeg;

269
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK (NDQNESIA

c. Foto copy STTPP/Sertifikat;


d. Catatan dan laporan prestasi harian dan bulanan; dan
e. Surat Pemyataan:
(1) Melakukan kegiatan pekerjaan kefarmasian;
(2) Melakukan kegiatan pengembangan profesi; dan
(3) Melakukan kegiatan penunjang tugas
f. Bukti-bukti iainnya, misalnya karya tulis, sertifikat dan Iain-
lain;
g. Perbandingan jumlah angka kredit dari unsur utama dan
unsur penunjang adalah:
(1) Paling kurang 80% (delapan puluh persen) angka
kredit berasal dari unsur utama; dan
(2) Paling banyak 20%(dua puluh persen) angka kredit
berasal dari unsur penunjang.

B. Penilaian oleh Tim Penilai

DUPAK diterima oleh Sekretaris Tim Penilai dan diperiksa serta


diteiiti kelengkapannya termasuk bukti fisik yang dilampirkan.
DUPAKyang telah diperiksa diserahkan kepada Ketua Tim Penilai,
selanjutnya Ketua Tim Penilai membagi tugas kepada para
Anggota Tim Penilai untuk mengkaji DUPAK yang diusulkan
berdasarkan kelengkapan bukti fisik.
Hasil pengkajian oleh Anggota Tim Penilai disampaikan kepada
Ketua Tim Penilai. Selanjutnya Ketua Tim Penilai mengadakan
rapat anggota untuk melakukan verifikasi atas hasil kajian anggota
Tim Penilai tersebut.

270
MENTERI KESBMTM4
REPUBUK INDONESIA

Hasil keputusan rapat diusulkan kepada pejabatyang berwenang


menetapkan angka kredit sebagai PAK(Penetapan Aigka Kredit).
Bila da!am pengkajian DUPAK tersebut terdapat hal-ha! yang
meragukan dan memeriukan bantuan Tim Penilai Teknis, maka
berkas DUPAK tersebut meialui Ketua Tim Peniiai dikirimkan
kepada Tim Penilai Teknis.

Penilaian oleh Tim Peniiai Teknis

DUPAK yang diajukan oleh Tim Penilai dibahas dalam rapat Tim
Penilai Teknis.
Dalam rapat ini Tim Penilai Teknis mengkaji hal-hal teknis yang
diminta pertlmbangannya.
Hasil pengkajian tersebut disampaikan kepada Ketua Tim Penilai.

D. Penetapan Angka Kredit (PAK) yang telah ditandatangani


Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit, dibuat
rangkap 5(lima) untuk :

a. Kepada Badan Kepegawaian Negara/Kepala Badan


Kepegawaian Regional/Kepala Badan Kepegawaln Daerah
(BKD)(Asli):
b. Pejabat yang bersangkutan;
c. Kepaia Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis(UPT)/Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD)yang mengusulkkan DUPAK;
d. Sekretarls Tim Penilai yang bersangkutan; dan
e. Pejabat yang menetapkan angka kredit sebagai pertinggai.
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

E. Penilaian angka kredit bagi pejabat Apoteker yang diangkat


pertama kali dan perplndahan dari jabatan lain untuk
menentukan jenjang jabatan

Untuk menentukan jenjang jabatan bagi Apoteker yang akan


diangkat pertama kali dan perpindahan darijabatan lain diperlukan
penetapan angka kredit.
Usul penetapan angka kredit diajukan dengan Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit(DUPAK)seperti untuk kenaikan jabatan/
pangkat.

Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai untuk menilai angka kredit


yang berasal dari unsur pendidikan, pekerjaan kefarmasian,
pengembangan profesi dan penunjang tugas kegiatan Apoteker.
Masil penilaian Tim Penilai diusulkan kepada pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit untuk ditetapkan dalam PAK.

Menteri Kesehatan

dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

272
MENTERi.KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN IX :PERMENKES
NOMOR :377/MENKES/PERA^/2009
TANGGAL :13MEI2009

PERHITUNGAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT


DALAM JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER

Unsur dan subunsur kegiatan Jabatan Fungsiona!Apoteker yang dinilai


angka kreditnya sesuai dengan Pasai 6 dan niiai angka kreditnya pada
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/
07/M.PAN/4/2008.

A. Unsur Pendidlkan

1) Unsur Pendidlkan terdiri dari:


a. Pendidlkan sekolah dan memperoleh ijazah atau gelar;
b. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional dibidang Pelayanan
Kefarmasian dan mendapatkan SuratTanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan(STTPP)atau Sertifikat; atau
c. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dan mendapatkan Surat
Tanda Tamat Pendidikan atau Pelatihan (STTPP) atau
Sertifikat.

2) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah:


a. Foto copy ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
dan
b. Foto copy STTPP/sertifikat kegiatan ilmiah.

3) Pemberian Angka Kredit


a. Pendidikan sekolah

273
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Yang dimaksud pendidikan sekolah adalah pendidikan yang


diakui atau diakreditasi oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan dan Organisast Profesi /^poteker yaitu:
Apoteker • diberikan angka kredit
sebesar 150 (seratus
lima puluh)
ta 3 {S-3)/Doktor Farmasi ; diberikan angka kredit
Strata
sebesar 200(dua ratus)
Apoteker yang memperoteh ijazah Strata 2 (S-2)
dibidang kesehatan diberikan angka kredit sebagai
berikut:
- Strata 2(S-2) : diberikan angka kredit
sebesar 15(lima belas)
Apoteker yang memperoleh Ijazah Strata 1 (S-1)/
Diploma IV (D-IV), Strata 2 (S-2), dan Strata 3(S-3)
diluar bidang kesehatan misalnya Sarjana
Administrasi. Sarjana Ekonomi, Sarjana Sosial dan
Sarjana lainnya diberikan angka kredit sebagai
berikut:
Strata 3(S-3 diberikan angka kredit
sebesar 15(lima belas)
Strata 2(S-2) diberi angka kredit
sebesar 10(sepuluh)
Strata 1 (S-1)/D-IV diberi angka kredit
sebesar 5(lima)

b. Pendidikan dan Pelatihan Teknis dibidang pelayanan


kefarmasian
1. Yang termasuk pendidikan dan pelatihan teknis dibidang
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

pelayanan kefarmasian adalah semua program


pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan
teknis pelayanan kefarmasian sehingga diperoleh
penlngkatan iimu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna daiam penlngkatan mutu pelayanan kefarmasian
dan diselenggarakan oleh lembaga Pendikan dan
Pelatihan (Diklat) yang berwenang/sesuai peraturan yang
berlaku.
2. Penilaian dilaksanakan dengan meneliti bukti berupa foto
copy sertifikatSTTPP yang sudah disyahkan oleh pejabat
berwenang.
Angka kredit yang diberikan sesuaijumlah jam pelajaran
yang diikuti seperti tertulis dalam Lampiran I PerMenpan
No. PER/07/M.PAN/4/2008.

B. Pekerjaan Kefarmasian

1) Unsur pekerjaan kefarmasian terdiri dari:


a. Penyiapan rencana kerja kefarmasian;
b. Pengelolaan perbekalan kefarmasian;
0. Pelayanan farmasi klinik; dan
d. Pelayanan farmasi khusus

2) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah:


Hasil kegiatan dibuat berupa kerangka acuan, daftar akhir,
nota, laporan, rencana, berita acara, dan naskah yang telah
ditandatangani oleh atasan langsung unit kerja.
Pemberian angka kredit
Pemberian angka kredit untuk kegiatan pekerjaan kefarmasian

275
MENTER] KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

yang dilakukan oleh Apoteker, diberikan sesuai dengan


kegiatan yang dilakukan, dan dilengkapi dengan bukti fisik.

C. Pengembangan Profesi

1) Unsur pengembangan profesi terdiri atas:


a. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah dibidang kefarmasian/
kesehatan;
b. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya dibidang
kefarmasian/kesehatan;
c. Pembuatan buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis di bidang kefarmasian/kesehatan;
d. Menemukan atau mengembangkan teknologi tepat guna
dibidang kefarmasian;
e. Merumuskan sistem pelayanan kefarmasian; dan
f. Melakukan penyuluhan di bidang kefarmasian/kesehatan.

2) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasarpenilaian adalah hasil


kegiatan yang berupa buku, majalah ilmiah, makalah, buku
pedoman/juklak/juknis, terjemahan, saduran, dan naskah yang
telah disyahkan/ditandatangani oleh Kepala Unit Keija.

3) Pemberian angka kredit


Pemberian angka kredit untuk kegiatan pengembangan profesi
yang dilaksanakan oleh Apoteker sebagaimana tercantum pada
rincian kegiatan, akan mendapatkan nilai angka kredit yang
besamya sama untuk semua jenjang jabatan Apoteker.
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INIXJNESIA

D. Unsur penunjang tugas

1) Kegiatan ini terdiri dari atas:


a. Mengajar/Melatih/Memblmbing yang berkaitan dengan bidang
kefarmasian/kesehatan;
b. Reran serta dalam kegiatan seminar/lokakarya dibldang
kefarmasian/kesehatan;
c. Keanggotaan dalam Komite Farmasi dan Terapi (KPT) dan
atau kepanitiaan lainnya;
d. Keanggotaan dalam organisasi profesi Apoteker;
e. Keanggotaan dalam Tim Penilai Angka Kredit Jabatan
Fungsional Apoteker;
f. Memperoleh gelarkesarjanaan; dan
g. Memperoleh piagam kehormatan/penghargaan/tanda jasa.

2) Bukti fisik yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah:


a. Surat pernyataan melaksanakan kegiatan mengajar dan
mengikuti seminar yang diketahui oleh Kepala Unit Kerja;
b. Surat tanda bukti sebagai anggota organisasi anggota Komite
Farmasi dan Terapi profesi/Anggota Profesi/Anggota Tim
Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Apoteker, sertifikat/
ijazah dan tanda kehormatan/ penghargaan/tanda jasa yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang;

3) Pemberian angka kredit


Penilaian diiaksanakan dengan meneliti bukti teiah melakukan
kegiatan penunjang pelayanan kefarmaslan berupa surat
pernyataan sesuai dengan kegiatannya sebagai berikut;
a. Untuk mengajar, melatih dan membimbing dalam bidang

277
MENTER] KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

pelayanan kefarmasian, surat pemyataan dari Kepala Unit


Kerja yang bersangkutan.
b. Untuk seminar/lokakarya berupa sertlfikat yang dikeluarkan
oleh lembaga yang diakui/terakreditasi sebagal penyeleng-
gara.
c. Sebagai Anggota Komite Farmasi dan terap (KPT) atau
kepanitiaan lainnya/Anggota organisasi profesi berupa kartu
keanggotaan/SK yang disyahkan oleh Ketua Komite Farmasi
dan Terapi atau Ketua Organisasi Profesi.
d. Sebagai anggota Tim Penilai Jabatan Fungsionai Apoteker
berupa SKTim Penilai.
e. Gelar kesarjanaan berupa Ijazah dari institusi yang
berwenang.
f. Memperoleh penghargaan/kehormatan/tanda jasa dengan
bukti berupa piagam/surat penghargaan dari lembaga atau
institusi yang berwenang.
g. Memperoleh gelar kehormatan dibidang akademis berupa
ijazah/gelardari lembaga yang benwenang.

Besamya angka kredit sesuai dengan Lampiran I PerMenpan No.


PER/07/M.PAN/4/2008.

Menteri Kesehatan

Dr. dr. Siti Fadilah Suparl, Sp.JP(K)

278
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN X :PERMENKES
NOMOR :377/MENKES/PER/V/2009
TANGGAL :13MEI2009

FORMULIR DAN CARA PENGISIAN FORMULIR

Formuiir-formuiir yang digunakan adalah sebagai benkut;


A. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit(DUPAK).
B. Catatan dan laporan prestasi keija harian.
C. Surat Pemyataan melakukan kegiatan pekerjaan kefarmasian.
D. Surat Pemyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi.
E. Surat Pemyataan melakukan kegiatan penunjang tugas.
F. Surat Keterangan sebagai anggota organisasi profesi.
G. Penetapan Angka Kredit(PAK).

A. DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT(DUPAK)

Formulir DUPAK diisi oleh yang bersangkutan dan ditandatangani oleh


pimpinan unit keija sebagai pejabat pengusul.

Disamping lampiran yang dipersyaratkan, perlu dilengkapi dengan


bukti-bukti fisik yang disyaratkan dari unsur yang dinilai, Surat
Keputusan Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Apoteker atau
Surat Keputusan Pengangkatan Kembali menjadi Apoteker yang
pemah dibebastugaskan.

279
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Contoh formulir DUPAK dan cara pengisiannya sebagai berikut ;
»Mi II IR A
1. CONTOH:FORMULIR A LAMPIRAN lA
PPNFT^AN
DAFTAR USUL PENETAPAN PERATURAN BERSAMA
TI APOTEKER
ANGKA KREDIT AKUI tiKcn MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR 1113/MENKES/PB/X11/2008
NOMOR 26 TAHUN 2008
TANGGAL 1 OESEMBER 2008

Instansi :
KETERANGAN PBtWANGAN

NAMA
NIP

NOMOR SERI KARPEG


TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR
JENIS KELAMIN
PENDIDIKAN SEKOLAH YANG TELWH DIPERHITUNGKAN
ANGKA KREDITNYA
PANGKAT/GOL-RUANG/rraT
JABATAN APOTEKER

9 MASAKERJAGOLONGAN

UNSUR/SUB UNSUR KEGIATAN


Jum ah

UNSUR UTAMA

Surat Keputusan
PENDIDIKAN
Mengikuti Pendldikan Sekolah Dan
Memperoleh Ijazah/Gelar:
Apoteker/Doktor Farmasi (S-3) dst
Lamplran Usul^ahan Yang Dinilai:
1.
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Tanggal
3. Pejabat Pengusul

NIP.

Catatan/PendapatTim Penilai Tanggal


Ketua Tim Penilai

NIP

Catatan Pejabat Penilai Tanggal


Pejabat Penilai

NIP

Catatan: Surat Keputusan tentang jabatan terakhir yang ada angka kreditnya, perlu dicantumkan

2. Cara Pengisian FormulirA


Nomor diisi nomor agenda dari
masing-masing unit yang
bersangkutan
Masa Penilaian diisi sesuai periode
kegiatan yang diusulkan
angka kreditnya
Keterangan Perorangan
a. Pengisian
Nama diisi nama pejabat Apote-
ker yang bersangkutan
sesuai dengan SK terakhir.
NIP diisi NIP pada SK yang
bersangkutan.

281
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

- Nomor sen KARPEG dlisi Nomor seri Kartu


Pegawal yang bersang-
kutan.
- Tempat dan tanggal lahir : dlisi tempat dan tanggal
lahir yang bersangkutan.
Jenis kelamin diisi laki-laki atau perem-
puan
Pendidikan sekolah yang : diisi pendidikan yang telah
telah diperhitungkan diperhitungkan angka
angka kreditnya kredit nya.
Pangkat/Golongan Ruang : diisi pangkat/gol.ruang
TMT terhitung mulai tanggal
(TMT)yang bersangkutan
sesuai SK.
JabatanApoteker diisijenjang jabatan Apote-
ker yang bersangkutan.
Masa Kerja Golongan diisi masa keija Golongan
yang bersangkutan sesuai
SK terakhir.
- Unit kena diisi unit keija tempat yang
bersangkutan bekeija.

b. Penglsian Angka Kredit

1) InstansiPengusul
Diisi oleh pejabat pengusul pada unit kerja pejabat yang
bersangkutan
Lama diisi dengan angka kredit sesuai dengan
Penetapan Angka Kredit(PAK)yang terakhir.

282
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

diisi dengan penambahan angka kredit yang


diperoleh dalam periode waktu antara
penetapan angka kredit yang terakhir sampai
dengan saat pengusulan penetapan angka
kredit ini.
Jumlah diisi hasil penjumlahan angka kredit Lama
dan Baru.

2) Instansi Penilai
Diisi oleh Tim Penilai yang menerima DUPAK
Lama diisi dengan angka kredit sesuai dengan
Penetapan Angka Kredit(PAK)yang terakhir
Baru : diisi dengan pertambahan angka kredit yang
disetujul oleh Tim Penilai yang diperoleh
pejabat Apoteker tersebut dalam periode
waktu antara penetapan angka kredit yang
terakhir sampai dengan saat pengusulan
penetapan angka kredit ini.
Jumlah : diisi hasil penjumlahan angka kredit Lama
dan Baru.

c. Pengisian "Lampiran usul/bahan yang dinilai" ditulis


lampiran-lampiran yang disertakan.
Tanggal : diisi tanggal surat saat
DUPAK dibuat
Pejabat Pengusul : diisi jabatan, tanda tangan,
Nama dan NIP Kepala Unit
tempat Pejabat Apoteker
bekerja.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA

Ketua Tim Penilai diisi Ketua Tim Penilai.


Pengisian Catatan Tim diisi oleh Tim Penilai
Penilai
e. Pengisian Catatan diisi oleh pejabat yang berwe-
Pejabat Penilai nang menetapkan angka
kredit

B. CATATAN DAN LAPORAN PRESTASI KERJA MARIAN

Formulir ini diisi setiap hari kerja oleh pejabat Apoteker yang
bersangkutan dan diparaf oleh atasan langsung.

Formulir digunakan sebagai catatan kegiatan pejabat Apoteker dan


sebagai dasar untuk pengisian formulir Surat Pemyataan melakukan
kegiatan pekerjaan kefarmasian.

Contoh Formulir dan cara pengisiannya sebagai berikut:

1 Contoh formulir B

Nama
NIP
Jabatan
Golongan ruang
Unit Organisasi
Kabupaten/ Kota
Propinsi
Bulan/tahun

284
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Sa- Jumlah Prestasi KeijaTanggal


No Kegiatan
tuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Ji!

1 2 3

Paraf
Atasan
Langsung

Catalan : Butir kegiatan yang ditulis dalam formuiir sesuai dengan kegiatan yang diiaksanakan
berdasarkan jenjang jabatan.

2. Cam pengisian formuiirB

Nama diisl nama lengkap pejabat


Apoteker, sesuai dengan SK
pengangkaian PNS
NIP dlisi NIP yang bersangkutan.
Jabatan dllsl jenjang jabatan Apoteker
sesuai SK Penetapan Jabatan
Apoteker.
Golongan ruang diisi golongan ruang kepangkatan
Apoteker sesuai dengan SK
terakhir.
Unit Organisasi diisi nama unit organisasi tempat
yang bersangkutan bekerja.
Kabupaten/ Kota diisi nama wilayah Kab/Kota
dimana unit organisasi berada

285
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INTONESIA

Propinsi diisi nama wilayah propinsi dimana


unit organisasi berada.
Bulan/tahun sebutkan bulan dan tahun.
Nomor nomor urut dengan angka latin dari
butir kegiatan.
Kegiatan diisi butir-butir kegiatan yang
dilakukan oleh pejabat Apoteker
yang bersangkutan daiam bulan
tersebut di atas, sesuai dengan
pasal 8 PerMenpan Nomor PER/
07/M.PAN/4/2008.
Satuan diisi satuan kegiatan (laporan, tiap
formula, tiap berita acara dll) dari
masing-masing butir kegiatan
seperti yang tercantum pada
lampiran PerMenpan Nomor PER/
07/M.PAN/4/2008.
Jumiah prestasi kerja diisi jumlah kegiatan dari masing-
masing butir kegiatan pada tanggal
yang sesuai pada setiap kolom
yang dilakukan setiap hari sesuai
dengan satuan butir kegiatan yang
bersangkutan.
Jumlah Jumlahkan semua satuan prestasi
kerja dalam satu bulan untuk
masing-masing butir kegiatan.
Paraf atasan langsung diparaf setiap hari oleh atasan
langsung.

286
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

3. Contoh pengisian formulirB

Dra.Andriasih,sebagai Apoteker Madya yang bekerja pada RSU


di Provinsi Papua, pada tanggal 1 Juli 2007 meiaksanakan
kegiatan dalam pekerjaan kefarmasian sebagai berikut:
Meiakukan ujl coba formula sebanyak 3(tiga)formula untuk
1 (satu)sediaan farmasi;
Memeriksa label/penandaan sediaan farmasi hasil dari
produksi 2(dua) bentuk sediaan sirup;
Membuat rekomendasi ujl mutu 1 (satu)sediaan farmasi; dan
Menganalisis daftar usulan penghapusan barang farmasi.

Sa-
Jumlah Prestasi Keija Tanggal
No Kegiatan
tuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 to It 12 13 14 15 16 17 IB 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 2 3

1 3

2 2

3 1

4 1

Paraf
Atasan
Langsung

C. SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PEKERJAAN


KEFARMASIAN

Formulir ini dibuat setiap 1 (satu) kali tiap 6(enam)bulan dan dibuat
pada bulan Juni dan Desember.
Formulir ini merupakan rekapitulasi jumlah prestasi kerja bulanan,
dibuat rangkap 3(tiga) masing-masing untuk:
1. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit.
2. Unit Kerja yang bersangkutan.
3. PejabatApoteker yang bersangkutan.

287
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Contoh Formulir dan cara pengisiannya sebagai berikut:


1. Contoh fomi^rC LAMPIRANII:
CONTOH; PBRATURANKRSAMA
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN MBITERIKESBIATAN DAN
KEGIATAN PB<BRJAAN KEFARMASIAN KffALABADAN KEPEGAWMAN NEGARA
NOMOR 1113/MENKES/PBXIIC008
NOMOR 26TAHUN2008
TANGGAL 10ESEM6ER2008

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PEKERJAAN KEFARMASIAN
Yang beitanda tangan dibawah ini ;
Nama
NIP
Pangkat/goiongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Keqa
Menyatakan bahvy^ :
Nama
NIP
Pangkat/goiongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Kerja
Telah melakukan kegiatan pekerjaan kefarmasian sebagai berikut
URAIAN
JUMLAH
KEGIATAN JUMLAH KETERANGAN/
NO TANGGAL SATUAN VOLUME ANGKA
PEKERJAAN
HASIL KEGIATAN KREDIT AK BUKTI RSIK
KEFARMASIAN

1 2 3 4 6 6 7 8

1.

2.

JUMLAH

Demikian Pemyataan in! dibuat untuk dapat dipergunakan sebagalmana mestinya


Tempat, Tanggal, Bulan, Tatiun
Atasan langsung,
Nama Jelas
NIP.

288
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

2. Cara pengisian formulir C

Yang bertanda tangan di bawah ink

Nama diisi nama lengkap atasan


langsung/Kepala unit/lnsta-
lasi/UPTD dimana Apoteker
yang bersangkutan bekerja.
NIP diisi NIP atasan langsung/
Kepala unit Kerja
Pangkat/ Gol. mang/ TMT diisi pangkat/gol. ruang/
terhitung mulai tanggal(TMT)
atasan langsung/Kepala unit
kerja/lnstalasi/UPTD sesuai
SK.
Jabatan diisi jabatan atasan langsung/
Kepala unit kerja/UPTD.
Unit Keija diisi unit kerja yang bersang
kutan.
Menyatakan bahwa
Nama diisi nama lengkap pejabat
Apoteker yang bersangkutan.
- NIP diisi NIP pejabat Apoteker
yang bersangkutan.
Pangkat/ Go. Ruang/ TMT diisi pangkat/gol. ruang/TMT
yang bersangkutan sesuai
SK.
Jabatan diisi jenjang jabatan Apoteker
yang bersangkutan

289
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Unit Keija dilsi unit kerja yang bersang-


kutan.
Kolom 1 dilsi nomor urut.
Koiom 2 diisi butir kegiatan sesuai
dengan kegiatan pada
catatan harian.
Kolom 3 diisi tanggal pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Kolom 4 diisi satuan dari butir kegiatan
yang dilakukan sesuai de
ngan Lampiran I PerMenpan
Nomor PER/07/M.PAN/4/
2008.
Kolom 5 diisi dengan jumlah beban
kerja tiap kegiatan yang
dilakukan selama 1 (satu)
periode.
Kolom 6 diisi angka kredit yang
diperoleh dari hasil kali
volume kegiatan dengan
angka kredit sesuai dengan
Lampiran I PerMenpan PER/
07/M.PAN/4/2008.
Kolom 7 diisi dengan Jenis bukti fisik/
keterangan lainnya.

290
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

D. SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN


PROFESI

Formullr ini dibuat untuk dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan


Angka Kredit(DUPAK).

Dibuat rangkap tiga masing-masing untuk:


a. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
b. Unit Keija yang bersangkutan.
c. PejabatApotekeryang bersangkutan.

291
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Contoh Formulir dan cara pengisiannya sebagai behkut;


1. ConlohFomuBrD LAMPiRANdl:
CXJNTOH: PERATURANBERSAMA
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN MENTERl KESBIATAN DAN
I^IATAN PB4(£MBANGAN KEPALABADAN KEPEGAVAAIAN NEGARA
PROFEa NOMOR :1113/MENKES/PB0ai/200B
NOMOR :26TAHUN2008
TANGGAL :10ESEMBER 2008

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI
Yang bertanda tangan dibawah ini ;
Nama
NIP
Pangkat/golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Kefja
Menyatakan bahwa :
Nama
NIP
Pangkat/golongan mang/TMT
Jabatan
Unit Keqa
Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut
URAIAN
JUMLAH
KEGIATAN
NO TANGGAL SATUAN VOLUME ANGKA JUMLAH KETERANGAN/
PENGEMBANGAN
HASIL KEGIATAN KREDIT AK BUKTI FISIK
PROFESI

1 2 3 4 6 6 7 8

1.

2.

dst JUMLAH

Demlkian Pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya


Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun
Afasan langsung,
Nama Jelas
NIP.

292
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Cara pengisian formulir D

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama nama lengkap atasan lang-
sung/Kepala unit/lnstalasi/
UPTD dimana Apotekeryang
bersangkutan bekeija.
NIP diisi NIP atasan langsung/
Kepala unit Kerja/UPTD.
Pangkat/ Gol. ruang/ TMT diisi pangkat/gol. ruang/
terhitung mulai tanggal(TMT)
atasan langsung/Kepala unit
kerja/lnstalasi/UPTD sesuai
SK.
- Jabatan diisi jabatan atasan langsung/
Kepala unit.
Unit Keija diisi unit kerja atasan
langsung/Kepala unit.
Menyatakan bahwa
Nama diisi nama lengkap pejabat
Apoteker yang bersangkutan.
- NIP diisi NIP yang bersangkutan.
Pangkat/ Go. Ruang/ TMT diisi pangkat/gol. ruang/TMT
yang bersangkutan.
- Jabatan diisi jenjang jabatan Apoteker
yang bersangkutan.
Unit Kerja diisi unit keija yang bersang
kutan.
Kolom 1 diisi nomor urut.

293
MENTERi KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA

Kolom 2 diisi butir kegiatan yang


dilakukan.
Kolom 3 diisi tanggal pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Kolom 4 diisi satuan sesuai dengan
butir kegiatan yang dilakukan.
Kolom 5 diisi dengan jumiah beban
kerja tiap kegiatan.
Kolom 6 diisi angka kredit yang
diperoleh dari hasil kali
volume kegiatan dengan
angka kredit sesuai Lampiran
I PerMenpan Nomor PER/07/
M.PAN/4/2008.
Kolom 7 diisi dengan jenis bukti fisik/
keterangan lainnya.

E. SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG


TUGAS

Formulir ini dibuat untuk dapat dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan
Angka Kredit.

Dibuat rangkap 3(tiga) masing-masing untuk;


a. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
b. Unit Kerja yang bersangkutan.
c. PejabatApotekeryang bersangkutan.
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Contoh Formulfr dan cara pengisiannya sebagal berikut:


1 Centoh FonnairE LAMPIRANIV;
PERATURANBKSAMA
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN MENTERI KESEHATAN DAN
KEGIATANPENUNJANGTUGAS KEPALABADANKEPEGAWAIANNEGARA
NOMOR :1113ft«ENKESPB«IIC008
NOMOR :26TAHUN2008
TANGGAL :1DESEMBER2008

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG TU6AS
Yang bertanda tangan dibawah inf :
Nama
NIP
Pangkat/golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit Kerja
Menyatakan bahwa :
Nama
NIP
Pangkat/golongan mang/TMT
Jabatan
Unit Keija
Telah melakukan keglatan penunjang tugas Apoteker sebagal berikut;
URAIAN
JUMLAH
KEGIATAN
NO TANGGAL SATUAN VOLUME ANGKA JUMLAH KETERANGAW
PENUNJANG
HASIL KEGIATAN KREDIT AK BUKTI FISIK
TUGAS

1 2 3 4 6 6 7 8

1.

2.

dst JUMLAH

Demiktan Pemyataan inl dibuat untuk dapat dipergunakan sebagalmana mestinya


Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun
Atasan langsung,
Nama Jelas
NIP.

295
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Cara pengisian formulir E

Yang bertanda tangan di bawah mi:


Nama nama lengkap atasan lang-
sung/Kepala unit dimana
Apotekeryang bersangkutan
bekerja.
- NIP diisi NIP atasan langsung/
Kepala unit/UPTD
Pangkat/ Gol. ruang/ TMT diisi pangkat/gol. ruang/
terhitung mulai tanggal(TMT)
atasan langsung/Kepala unit
kerja sesuai SK.
- Jabatan diisi jabatan atasan langsung/
Kepala unit
Unit Kerja diisi unit kerja atasan
langsung/Kepala unit.
Menyatakan bahwa
Nama diisi nama lengkap pejabat
Apotekeryang bersangkutan.
- NIP diisi NIP yang bersangkutan.
Pangkat/ Go. Ruang/ TMT diisi pangkat/gol. ruang/TMT
yang bersangkutan.
Jabatan diisi jenjang jabatan Apoteker
yang bersangkutan.
Unit Kerja diisi unit kerja yang bersang
kutan.
- Kolom 1 diisi nomor urut.

296
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INIXINESIA

Kolom 2 diisi butir kegiatan yang


dilakukan.
Kolom 3 diisi tanggal pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Kolom 4 diisi satuan sesuai dengan
butir kegiatan yang dilakukan.
Kolom 5 diisi dengan jumlah beban
kerja tiap kegiatan.
Kolom 6 diisi angka kredit yang
diperoleh dari hasil kali
volume kegiatan dengan
angka kredit kegiatan sesuai
Lampiran I PerMenpan
Nomor PER/07/M.PAN/4/
2008.
Kolom 7 diisi dengan jenis bukti fisik/
keterangan lainnya.

SURAT KETERANGAN SEBAGAI ANGGOTA ORGANISASI


PROFESI

Formulir Surat Keterangan ini diisi oleh pengurus organisasi.

Dibuat rangkap 3(tiga) masing-masing untuk:


Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angkat Kredit.
Unit Kerja yang bersangkutan.
Pejabat fungsional yang bersangkutan.

297
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

Contoh Formulirdan cara pengisiannya sebagai berikut:

1. Contoh formulir F

SURATKETERANGAN

Nomor:

Dengan ini Kami menerangkan bahwa:


Nama
Pangkat/Golongan
Jabatan

Unit Organlsasi

Maslh tercatat sebagai anggota organlsasi TIngkat


dan memenuhl kewajiban sebagai anggota sebagalmana
yang tercantum dalam AD dan ART.

Surat keterangan inl kami buat untuk dipergunakan seperlunya.

200
Pengurus Organlsasi.

298
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Cara pengisian formuHrF

Dengan ini kami menerangkan bahwa:


Nama ditulis nama pejabatApoteker
yang bersangkutan.
NIP diisi NIP yang bersangkutan.
Pangkat/ golongan diisi Pangkat/Golongan yang
bersangkutan.
Jabatan diisijenjang Jabatan Apoteker
yang bersangkutan.
Unit Organisasi diisi Unit Organisasi yang
bersangkutan.
Pengurus organisasi diisi Jabatan, Nama dan
Tanda tangan pengurus
organisasi sebagai anggota
organisasi (diisi nama
organisasi profesi misalnya
ISFI, HISFARSI, dsb).

Tingkat (diisi
wilayah organisasi tersebut
berada, misalnya Nasional,
Provinsi, Kab/Kota.)

G PENETAPANANGKAKREDIT

Formulir penetapan angka kredit diisi oleh pejabat yang berwenang


menetapkan angka kredit

299
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA

Formulir dibuat dalam rangkap 5 (lima), asli disampaikan kepada


Kepala Badan Kepegawaian(BKN)up. Deputi Bidang Pengadaan dan
Mutasi Kepegawaian atau Kepala Kantor Regional BKN atau Kepala
Badan Kepegawaian Daerah yang bersangkutan dengan tembusan
disampaikan kepada:
a. Apoteker yang bersangkutan.
b. Pimpinan Unit Kerja Apoteker yang bersangkutan.
c. Sekretaris Tim Penilai Jabatan Fungsional Apoteker yang
bersangkutan.
d. Pejabat yang benwenang menetapkan Angka Kredit.
MENTERI KESEKATAN
REPUBUK INDONESIA

Contoh Formutir dan cara pengisiannya sebagai berikut*


I.ContohtemullrO LAMPIRANVI:
oanoH: PERATURANBERSAMA
PENETAPANANGKAKREDIT MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALABADAN KEPGGAVUAIAN NEGARA
NOMOR :1113/MBlKESff>B0(il/200e
NOMOR :26TAHUN2008
TANGGAL :1DESEMBER2008

PENETAPAN AN6KA KREDU


NOMOR:

Instuisl;... Masa Pmllaltn Tansgal. .sM T^nggal.


1 NO KETERANGAN PERORANGAN
1 MAMA
2 NIP
3 NOSERIKARPEG
4 JENtS KELAMIN
5 PENDIDIKAN SEKOLAH YANG TELAH DIPERHITUNGKAN
ANGKA KREDITNYA
6 PANGKAT/GOL.RUANG/TMT
7 JABATANAPOTEKER
LAMA
8 MASA KERJA GOLONGAN
BARU
9 UNITKERJA
II PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH

1 UNSUR UTAMA

a. Pendidikan

1) Pendidikan sekolah dan memperoieh ijazah/gelar


2) Pendidikan dan peiatihan teknis di bidang transfusi darah
dan mendapatkan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Peiatihan(STTPP)atau Sertifikat.
b. Pekeijaan kefarmasian
c. Pengembangan profesi
JUMLAH

2. UNSUR PENUNJANG

Kegiatan yang menunjang pelaksanaan tugas Apoteker


JUMLAH

JUMLAH UNSUR UTAMADAN UNSUR PENUNJANG

301
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

2. Cara pengisian formulir6

Keterangan perorangan:
Nama diisi nama pejabat Apoteker
yang bersangkutan.
- NIP diisi NIP yang bersangkutan.
Nomor sen KARPEG diisi Nomor Seri Kartu
Pegawai yang bersangkutan.
Tempat dan Tanggal Lahir diisi tempat dan tanggal lahir
yang bersangkutan.
Jenis Kelamin diisi laki-laki atau perempuan
Pendidikan yang telah diisi pendidikan terakhir
diperhitungkan angka khusus yang telah diperhi
kreditnya tungkan angka kreditnya.
Pangkat/ Golongan Ruang/ diisi pangkat/gol. mang/TMT
TMT yang bersangkutan.
JabatanApoteker diisi jenjang jabatan pejabat
Apoteker yang bersangkutan.
Masa Keija Golongan diisi Masa Kerja Golongan
yang bersangkutan sesuai SK
terakhir.
Unit Kerja diisi unit kerja tempat yang
bersangkutan bekerja.
Penetapan Angka Kredit
Lama diisi dengan angka kredit
sesuai dengan Penetapan
Angka Kredit (PAK) yang
terakhir.
Bam diisi dengan pertambahan

302
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

angka kredit yang diperoleh


dalam perlode waktu antara
penetapan angka kredit
terakhir sampai dengan
Penetapan angka kredit ini.
Jumlah diisi dengan hasil penjum-
lahan angka kredit lama dan
baru.
- Jumlah Unsur Utama diisi dengan Angka Kredit
dengan jumlah butir kegiatan
di atas kolom masing-masing
lama, baru dan jumlah lama
dan baru.
Jumlah Unsur Penunjang diisi dengan angka kredit
dengan jumlah butir kegiatan
diatas kolom masing-masing
lama, baru dan jumlah lama
dan baru.
Jumlah unsur utama dan diisi dengan angka kredit dari
unsur penunjang jumlah unsur utama dan
jumlah unsur penunjang.

Menteri Kesehatan

)T. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)


303
-1

-i; f.j

■ ---rf-Ji

tr-

i:
= r-^

■^/:=i

b4
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 54 TAHUN 2007

TENTANG

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER,DOKTER GIGI,


APOTEKER,ASISTEN APOTEKER,PRANATA LABORATORIUM
KESEHATAN,EPIDEMIOLOG KESEHATAN,ENTOMOLOG KESEHATAN,
SANITARIAN,ADMINISTRATOR KESEHATAN,PENYULUH KESEHATAN
MASYARAKAT,PERAWAT GIGI, NUTRISIONIS,BIDAN,PERAWAT,
RADIOGRAFER,PEREKAM MEDIS,DAN TEKNISIELEKTROMEDIS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang a. bahwa Pegawai Negeri SIpil yang diangkat dan


ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Dokter, DokterGigi, /^oteker,Asisten
Apoteker, Pranata Laboratorlum Kesehatan,
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,
Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat,Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer,Perekam Medis, dan
Teknisi Eiektromedis, periu diberikan tunjangan
jabatan fungsional yang sesuai dengan beban
kerja dan tanggung jawab pekerjaannya;

b. bahwa sehubungan dengan ha! tersebut pada


huruf a dan dalam rangka meningkatkan

305
PREStDEN
REPUBLiK INDONESIA

kesejahteraan dan produktivitas ketja Pegavvai


Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu
mengaturTunjangan Jabatan Fungsional Dokter,
DokterGigi.Apoteker, AsistenApoteker, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Keseha-
tan, Entomolog Kesehatan,Sanitarian,Adminis
trator Kesehatan,Penyuluh Kesehatan Masyara-
kat Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat,
Ra'diografer, Perekam Medis, dan Teknisi
Elektromedis dengan Peraturan Presiden;

Wlenaingat : 1. Pasal 4 ayat(1)Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041)sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3098)sebagaimana
306
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan


Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007
(Lembaran Negara Republlk Indonesia Tahun
2007 Nomor 25);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994


tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
Negara Republlk Indonesia Tahun
1994 Nomor 22. Tambahan Lembaran Negara
Republlk Indonesia Nomor 3547);
5. Keputusan Preslden Nomor 87 Tahun 1999
tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN
JABATAN FUNGSIONAL DOKTER, DOKTER GIGI
APOTEKER, ASISTEN APOTEKER, PRANATA
LABORATORIUM KESEHATAN, EPIDEMIOLOG
KESEHATAN, ENTOMOLOG KESEHATAN
SANITARIAN, ADMINISTRATOR KESEHATAn'
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT,PERAWAT
GIGI, NUTRISIONIS, BIDAN, PERAWAT. RADIO-
GRAFER, PEREKAM MEDIS, DAN TEKNISI
ELEKTROMEDIS.

307
i

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden inl yang dimaksud


dengan:

1. Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Dokter
adalah tunjangan Jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tunjangan Jabatan Fungsional dokter Gigi, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Dokter
Gigi adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Dokter Gigi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Tunjangan Jabatan Fungsional Apoteker, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Apoteker
adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Apoteker sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

308
PREStDEN
REPUBUK INDONESIA

4. Tunjangan Jabatan Fungsional Asisten Apoteker,


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Asisten Apoteker adalah tunjangan jabatan
fungsional yan diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipii yang diangkatdan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Asisten Apoteker
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5. Tunjangan Jabatan Fungsional Pranata


Laboratorium Kesehatan, yang selanjutnya
disebut dengan Tunjangan Pranata Laboratorium
Kesehatan adalah tunjangan jabatan fungsional
yang diberikan kepada Peawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsioal Pranata Laboratorium
Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

6. Tunjangan Jabatan Fungsional Epidemiolog


Kesehatan, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Epidemiolog Kesehatan adalah
tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Epidemiolog Kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

309
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

7. Tunjangan Jabatan Fungsional Entomolog


Kesehatan, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Entomolog Kesehatan adalah
tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Entomolog Kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Tunjangan Jabatan Fungsional Sanitarian, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Sanitarian
adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Sanitarian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

9. Tunjangan Jabatan Fungsional Administrator


Kesehatan, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Administrator Kesehatan adalah
tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Administrator Kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

10. Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuiuh


Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut

310
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

dengan Tunjangan Penyuluh Kesehatan


Masyarakat adalah tunjangan jabatan fungsional
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat sesual dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

11. Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat Gigi,


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Perawat Gigi adalah tunjangan jabatan fungsional
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Perawat Gigi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

12. Tunjangan Jabatan Fungsional Nutrisionis, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Nutrisionis
adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Nutrisionis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Bidan
adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam

311
PRESIOEN
REPUBUK tNOONESIA

Jabatan Fungsional Bidan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat, yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Perawat
adaiah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Perawat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

15. Tunjangan Jabatan Fungsional Radiografer. yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Radio
grafer adaiah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Radiografer sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

16. Tunjangan Jabatan Fungsional Perekam Medis,


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Perekam Medis adaiah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Perekam Medis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

17. Tunjangan Jabatan Fungsional Teknisi Elektro-

312
PRESiOEN
REPUBLIK INDONESIA

medis, yang selanjutnya disebut dengan


Tunjangan Teknisi Elektromedis adalah tunjangan
jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Teknisi Elektromedis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 2

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan


ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional
Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker,
Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog
Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian,
Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan,
Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi
Elektromedis, diberikan tunjangan Dokter, Dokter
Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator
Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat,
Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat,
Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi
Elektromedis setiap bulan.

313
PRESiDEN
REPUBUK (NDONESIA

Pasal 3

Besamya tunjangan Dokter, Dokter Gigi, Apoteker,


AsistenApoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan,
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,
Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 adalah sebagaimana tercantum daiam
Lampiran I, Lampiran 11, Lampiran III, Lampiran IV,
Lampiran V, Lampiran VI, Lampiran VII, Lampiran VIII,
Lampiran IX, Lampiran X,Lampiran XI, Lampiran XII,
Lampiran XIII, Lampiran XIV, Lampiran XV, Lampiran
XVI, dan Lampiran XVII Peraturan Presiden ini.

Pasal4

(1) Tunjangan Dokter, Dokter Gigi,Apoteker,Asisten


Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan,
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,
Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat,Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer,Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, dibenkan terhitung mulai tanggal
1 Januari 2007.

(2) Sejak mulai tanggal pemberian tunjangan

314
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi


Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima
tunjangan Dokter, DokterGigi,Apoteker,Asisten
Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan,
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan.
Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, PerawatGigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer,Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2006 tentang
Tunjangan Jabatan FungsionI Dokter, DokterGigi,
Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium
Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog
Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan,
Penyuluh Kesehatan Masyarakat, PerawatGigi,
Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer,
Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis,
kepadanya hanya diberikan selisih kekurangan
besarnya tunjangan Dokter, Dokter GIgi,
Apoteker, listen Apoteker, Pranata Laboratorium
Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog
Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan,
Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi,
Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer,
Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis.

Pasal 5

Pemberian tunjangan Dokter, DokterGigi,Apoteker,

315
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

AsistenApoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan,


Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,
Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis dihentikan apabila Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasai 2,
diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan
fungsional lain atau karena hal lain yang
mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal6

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi


pelaksanaan Peraturan Presiden ini, diatur oleh
Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan
Kepegawaian Negara, baik secara bersama-sama
maupun secara sendiri-sendiri menurut bidang
tugasnya masing-masing.

Pasal 7

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka


Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2006 tentang
Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi,
Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium
Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog

316
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Kesehatan, Sanitarian. Administrator Kesehatan,


Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi,
Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam
Medis, dan Teknisi Elektromedis, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasai 8

Peraturan Presiden ini mulai beriaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2007

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi Sekretaris Kabinet
ing Hukum,

g^KIN^
Nahattands

317
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPiRANI
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


DOKTER

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Deleter Dokter Utama Rp. 1.400.000,00

Dokter Madya Rp. 1.200.000,00

Dokter Muda Rp. 750.000,00

Dokter Pertama Rp. 325.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
Jang Hukum,

ock V. Nahattands

319
i

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN fl
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


DOKTER GIG!

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

DokterGlgi Dokter Gigi Utama Rp. 1.400.000,00

Deleter Gigi Madya Rp. 1.200.000,00

Dokter Gigi Muda Rp. 750.000,00

Dokter Gigi Pertama Rp. 325.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
ti Sekretaris Kabinet
iang Hukum,

V. Nahattands

320
i

PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPD^ HI
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TAN6GAL :28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


APOTEKER

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Apoteker Apoteker Utama Rp. 1.400.000,00


,

Apoteker Madya Rp. 1.200.000,00

Apoteker Muda Rp. 750.000,'00


Apoteker Pertama Rp. 325.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ltd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesClai dengan aslinya
ti Sekretaris Kabinet
Jang Hukum,

V. Nahattands

321
%
PRESiOEN
RB>UBLtK INDONESIA

LAMPiRAN IV
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ASISTEN APOTEKER

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Asisten Asisten Apoteker Penyelia Rp. 500.000,00


Apoteker
Asisten Apoteker Pelaksana Rp. 265.000,00
Lanjutan

Asisten Apoteker Pelaksana Rp. 240.000,00

Asisten Apoteker Pelaksana Rp. 220.000,00


Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesual dengan aslinya
Sekretaris Kablnet
Jang Hukum,

V. Nahattands

322
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN V
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2(H)7
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PRANATALABORATORIUM KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
NO JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1. Pranata Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 850.000,00


Laboratorium Madya
KesehatanAhll Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 600.000,00
Muda
Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 300.000,00
Pertama

2. Pranata Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 500.000,00


Laboratorium Penyelia
Kesehatan Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 265.000,00
Terampil PeiaksanaLanjutan
Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 240.000,00
Peiaksana
Pranata Laboratorium Kesehatan Rp. 220.000,00
Peiaksana Pemula

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
|i Sekretaris Kabinet
Hukum,

ock V. Nahattands

323
i

PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN VI
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


EPIDEMIOLOG KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
NO JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1. Epidemiolog Epidemiolog Kesehatan Madya Rp. 850.000,00


Kesehatan Epidemiolog Kesehatan Muda Rp. 600.000,00
Ahli Epidemiolog Kesehatan Pertama Rp. 300.000,00

2. Epidemiolog Epidemiolog Kesehatan Penyelia Rp. 500.000,00


Kesehatan Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Rp. 265.000,00
Terampil Lanjutan
Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Rp. 240.000,00
Epidemiolog Kesehatan Pelaksana
Pemula Rp. 220.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
Hukum,

ock V. Nahattands

324
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN Vli
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR ;54Tahun2007
TANGGAL : 28 JunI 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ENTOMOLOG KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
NO JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1. Entomolog Entomolog Kesehatan Madya Rp. 850.000,00


Kesehatan Entomolog Kesehatan Muda Rp. 600.000,00
Ahli Entomolog Kesehatan Pertama Rp. 300.000,00

2. Entomolog Entomolog Kesehatan Penyella Rp. 500.000,00


Kesehatan Entomolog Kesehatan Pelaksana Rp. 265.000,00
Terampil Lanjutan
Entomolog Kesehatan Pelaksana Rp. 240.000,00
Entomolog Kesehatan Pelaksana
Pemula Rp. 220.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
lang Hukum,

V. Nahattands

325
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN VIU
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TANGGAL :28 JunI 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


SANITARIAN

JABATAN BESARNYA
NO JABATAN TUNJANGAN
FUNGSIONAL

1. Sanitarian Sanitarian Madya Rp. 850.000,00


Ahli Sanitarian Muda Rp. 600.000,00
Sanitarian Pertama Rp. 300.000,00

2. Sanitarian Sanitarian Penyelia Rp. 500.000,00


Terampil Sanitarian Pelaksana Lanjutan Rp. 265.000,00
Sanitarian Pelaksana Rp. 240.000,00
Sanitarian Pelaksana Pemula Rp. 220.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
ti Sekretaris Kablnet
dang Hukum,

ock V. Nahattands

326r
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPiRAN IX
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANG6AL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ADMINISTRATOR KESEHATAN

JABATAN
JABATAN BESARNYA
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Administrator Administrator Kesehatan Rp. 850.000,00


Kesehatan Madya

Administrator Kesehatan Rp. 600.000,00


Muda

Administrator Kesehatan Rp. 300.000,00


Pertama

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
Jang Hukum,

ock V. Nahattands

327
PRESfDEN
REPUBLIK INDONESIA

^RATL^N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
BESARNYA
JABATAN
JABATAN TUNJANGAN
NO FUNGSIONAL

Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rp. 850.000,00


1.
Kesehatan Madya
MasyarakatAhli Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rp. 600.000,00
Muda
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rp. 300.000,00
Pertama

Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rp. 500.000,00


2.
Kesehatan Penyelia
Masyarakat Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rp. 265.000,00
Terampil Pelaksana Lanjutan
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rp. 240.000,00
1 Pelaksana
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
ti Sekretaris Kabinet
dang Hukum,

ock V. Nahattands

328
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN XI
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PERAWATGIGI

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Perawat Perawat Gigi Penyelia Rp. 500.000,00


Gigi
Perawat Gigi Pelaksana Rp. 265.000,00
Lanjutan

Perawat Gigi Pelaksana Rp. 240.000,00

Perawat Gigi Pelaksana Rp. 220.000,00


Pemula

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kablnet
Jang Hukum,

ock V. Nahattands

329
PRESIOCN
REPU8UK [NDONSSM

LAMPtRANXa
PERATURAN PRESIDEN REPUBLfK INDONESIA
NOMOR :54 Tahun 2007
TAN6GAL :28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


NUTRISIONIS

JABATAN BESARNYA
NO JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1. Nutrisionis Nutrisionis Madya Rp. 850.000,00


ANi Nutrisionis Muda Rp. 600.000,00
Nutrisionis Pertama Rp. 300.000,00

2. Nutrisionis Nutrisionis Penyelia Rp. 500.000,00


TerampU Nutrisionis Pelaksana Lanjutan Rp. 265.000,00
Nutrisionis Pelaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Saiinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
lang Hukum,

ock V. Nahattands

330
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN Xni
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


BIDAN

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Bidan Bidan Penyelia Rp. 500.000,00

Bidan Peiaksana Lanjutan Rp. 265.000,00

Bidan Peiaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
Jang Hukum,

V. Nahattands

331
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN XIV
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PERAWAT

JABATAN
BESARNYA|
NO FUNGSIONAL
JABATAN TUNJANGAN|

Perawat Perawat Madya Rp. 850.000,00 1


Ahll Perawat Muda Rp. 600.000,00 I
Perawat Pertama Rp. 300.000,00

Perawat Perawat Penyelia Rp. 500.000,00


Terampil Perawat Pelaksana Lanjutan Rp. 265.000,00
Perawat Pelaksana Rp. 240.000,00
Perawat Pelaksana Pemula Rp. 220.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
iang Hukum,

V. Nahattands

332
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN XV
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


RADIOGRAFER

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Radiografer Radiografer Penyelia Rp. 500.000,00

Radiografer Pelaksana Lanjutan Rp. 265.000,00

Radiografer Pelaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kablnet
Jang Hukum,

ock V. Nahattands

333
PRESIDEN
REPUBLtK INDONESIA

LAMPIRAN XVI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :54Tahun2007
TANGGAL : 28Juni2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PEREKAM MEDIS

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Perekam Medis Perekam Medis Rp. 500.000,00


Penyelia

Perekam Medis Rp. 265.000,00


Pelaksana Lanjutan

Perekam Medis Rp. 240.000,00


Pelaksana

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan astinya
Sekretaiis Kabinet
Jang Hukum,

ock V. Nahattands

334
FRESB>EN
RBtlBLK mOONESIA

LAMPiRANXVa
PERATURAN PRESa>EN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :54 Tahun 2007
TAN6GAL :28Juni2007

TUNJAN6AN JABATAN FUNGSIONAL


TEKNISl ELEKTROMEDIS

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Teknisi Teknisi Elektromedis Rp. 500.000,00


Elektromedls Penyelia

Teknisi Elektromedis Rp. 300.000,00


Pelaksana Lanjutan

Teknisi Elektromedis Rp. 240.000,00


Pelaksana

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYGNO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet
3 Hukum,

V. Nahattands

335
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA


NOMOR34TAHUN2008

TENTANG

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


FISIOTERAPIS, REFRAKSIONIS OPTISIEN, TERAPIS WICARA,
OKUPASI TERAPIS,ORTOTIS PROSTETIS,
TEKNISI TRANSFUSI DARAH DAN TEKNISI GIGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA

Menimbang a. bahwa Pegawai Negeri Sipii yang diangkat dan


ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Fisioterapis, Refraksionis Optisien,
Terapis Wicara, Okupasi Terapis, Ortotis
Prostetis, Teknisi Transfusi Darah dan Teknisi
Gigi, pertu diberikantunjangan jabatan fungsional
yang sesuai dengan beban keija dan tanggung
jawab pekerjaannya;

b. bahwa sehubunagn dengan ha! tersebut pada


huruf a dan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas keija Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang peflu
mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional
Fisioterapis, Refraksionis Optisien, Terapis
Wicara, Okupasi Terapis, Ortotis Prostetis,Teknisi

337
PRESfDEN
REPUBUK INDONESIA

Transfusi Darah dan Teknisi Gigi, dengan


Peraturan Presiden;

Mengingat 1. Pasal 4 ayat(1)Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang


Pokok-pokok Kepegawalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041)sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997


tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1977 Nomro 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3098) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 23);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994


tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

338
PREStDEN
REPUBUK INDONESIA

1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara


Repubiik Indonesia Nomro 3547);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003


tentang Wewenang Pengangkatan,Pemindahan,
dan Pemberhentian Pegawal Negerl Sipil
(Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun
2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Nomor 4263);

6. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999


tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN


JABATAN FUNGSIONAL FISIOTERAPIS, REFRAK-
SIONIS GPTISIEN, TERAPIS WICARA, OKUPASI
TERAPIS, ORTOTIS PROSTETIS, TEKNISI
TRANSFUSI DARAH DAN TEKNISI GIGI

Pasall

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud


dengan:

1. Tunjangan Jabatan Fungsional Fisioterapis yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan

339
"I
PRESIOei
REPUBLIK INDONESIA

Fisioterapis adalah tunjangan jabatan fungsional


yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipi! yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Fisioterapis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tunjangan Jabatan Fungsional Refraksionis


Optisien yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Refraksionis Optisien adalah
tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Refraksionis Optisien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Tunjangan Jabatan Fungsional Terapis Wicara


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Terapis Wicara adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Terapis Wicara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

4. Tunjangan Jabatan Fungsional Okupasi Terapis


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Okupasi Terapis adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh

340
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

dalam Jabatan Fungsional Okupasi Terapis


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5. Tunjangan Jabatan Fungsional Ortotis Prostetis


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Ortotis Prostetis adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkatdan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Ortotis Prostetis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

6. Tunjangan Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi


Darah yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Teknisi Transfusi Darah adalah
tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Teknisi Transfusi Darah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

7. Tunjangan Jabatan Fungsional Teknisi Gigi yang


selanjutnya disebut dengan Tunjangan Teknisi
Gigi adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Teknisi Gigi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

341
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

Pasal 2

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan


ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional
Fisioterapis, Refraksionis Optisien, Terapis Wicara,
Okupasi Terapis, Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi
Darah dan Teknisi Gigi, diberikan tunjangan
Fisioterapis, Refraksionis Optisien, Terapis Wicara,
Okupasi Terapis, Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi
Darah dan Teknisi Gigi setiap bulan.

Pasal 3

Besarnya tunjangan Fisioterapis, Refraksionis


Optisien, Terapis Wicara, Okupasi Terapis, Ortotis
Prostetis, Teknisi Transfusi Darah dan Teknisi Gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran
II, Lamiran III, Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI,
dan Lampiran VII Peraturan Presiden ini.

Pasal 4

Pemberian tunjangan Fisioterapis, Refraksionis


Optisien, Terapis Wicara, Okupasi Terapis, Ortotis
Prostetis, Teknisi Transfusi Darah dan Teknisi Gigi
dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatan
struktural atau jabatan fungsional lain atau karena hal

342
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

lain yang mengakibatkan pemberian tunjangan


dihentikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 5

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi


pelaksanaan Peraturan Presiden ini, diatur oieh
Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan
Kepegawaian Negara, baik secara bersama-sama
maupun secara sendiri-sendiri menurut bidang
tugasnya masing-masing.
Pasal 6

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Mei 2008

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Saiinan sesuai dengan aslinya
Dexku^tSekretaris Kabinet

man Santoso

343
PREStDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PRESfDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :34Tahun2008
TANGGAL : IS Mel 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


FISIOTERAPIS

JABATAN BESARNYA
NO JENJANG JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 2 3 4

1. Fisloterapis Fisioterapis Madya Rp. 850.000,00


Ahll Fisloterapis Muda Rp. 600.000,00
Fisioterapis Pertama Rp. 300.000,00

2. Fisloterapis Fisioterapis Penyelia Rp. 500.000,00


Terampil Fisioterapis Pelaksana Lanjutan Rp. 265.000,00
Fisioterapis Pelaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan asllnya
ptaris Kabinet
'Hukum,

(man Santoso

345
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPiRAN II
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :34Tahun2008
TANGGAL : 15 Mei 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


REFRAKSIONIS OPTISIEN

JABATAN BESARNYA
NO JENJANG JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 2 3 4

Refraksionis Refraksionis Optisien Rp. 500.000,00


Optlsien Penyelia

Refraksionis Optisien Rp. 265.000,00


Peiaksana Lanjutan

Refraksionis Optisien Rp. 240.000,00


Peiaksana *

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
ptaris Kabinet
'Hukum,

Iman Santoso

346
i

PRESIOEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN III
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :34Tahun2008
TANGGAL : 15 Mel 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


TERAPIS WICARA

JABATAN BESARNYA
NO JENJANG JABATAN TUNJANGAN
FUNGSIONAL

2 3 4
1

Terapis Terapis Wicara Penyelia Rp. 500.000,00


Wicara
Terapis Wicara Pelaksana Rp. 265.000.00
Lanjutan

Terapis Wicara Pelaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekietaris Kabinet
fHukum,

Santoso

347
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN IV
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 34 Tahun 2008
TANGGAL : 15 Mel 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSiONAL


OKUPASITERAPIS

JABATAN BESARNYA
NO JENJANG JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN
1 2 3 4

Okupasi Okupasi Terapis Penyeiia Rp. 500.000,00


Terapjs
Okupasi Terapi Peiaksana Rp. 265.000,00
Lanjufan

Okupasi Terapi Peiaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesual dengan aslinya
ptarls Kabinet
'Hukum,

Santoso

345
PREStOEN
REPUBUK INDONESIA

UVMPtRAN V
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR :34Tahun2008
TANGGAL : 15 Mel 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ORTOTIS PROSTETIS

JABATAN BESARNYA
NO JENJANG JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 2 3 4

Ortotis Ortotis Prostetis Penyelia Rp. 500.000,00


Prostetis
Ortotis Prostetis Peiaksana Rp. 265.000,00
Lanjutan

Ortotis Prostetis Peiaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
ti Sekiietaris Kablnet
rHukum,

. iman Santoso

349
W PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN VI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 34 Tahun 2008
TANGGAL : 15 Mei 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


TEKNISITRANSFUSI DARAH

JABATAN BESARNYA
NO JENJANG JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 2 3 4

Teknisi Teknisi Transfusi Darah Rp. 500.000,00


Transfusi Penyella
Darah
Teknisi Transfusi Darah Rp. 265.000,00
Pelaksana Lanjutan

Teknisi Transfusi Darah Rp. 240.000,00


Pelaksana

Teknisi Transfusi Darah Rp. 220.000,-


Pelaksana Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Sallnan sesual dengan aslinya
staris Kablnet
'Hukum,

Iman Santoso

350
PREStOEN
REPUBLiK INDONESIA

LAMPIRAN VII
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 34 Tahun 2008
TANGGAL : 15 Mel 2008

TUNJANGAN JABATAN FUNGSiONAL


TEKNISIGIGI

JABATAN BESARNYA
JENJANG JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN
T
Teknisi Teknisi Gigi Penyelia 500.000,00
Gigi
Teknisi Gigi Pelaksana 265.000,00
Lanjutan

Teknisi Gigi Pelaksana Rp. 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
11 Sekietaris Kabinet
'Hukum,

Iman Santoso

361
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR42TAHUN 2009

TENTANG

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS,


FISIKAWAN MEDIS, DAN DOKTER PENDIDIK KLINIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan


ditugaskan secara penuh daiam Jabatan
Fungsional Psikolog Klinis, pjsikawan Medis, dan
Dokter Pendidik Klinis, perlu diberikan tunjangan
jabatan fungsional yang sesuai dengan beban
kerja dan tanggung Jawab pekerjaannya;

bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada


huruf a, dan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu
mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis, Fisikawan Medis, dan Dokter
Pendidik Klinis dengan Peraturan Presiden.

Mengingat Pasal 4 ayat(1) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
353
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang


Pokok-pokok Kepegawaian Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041) sebagaiman telah diubah denan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Perautran Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977


tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3098) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 nomor 21);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994


tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3547);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003


tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan
dan Pemberhentian Peagawai Negeri Sipil

354
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4263);

6. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999


tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN


JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS.
FISIKAWAN MEDIS, DAN DOKTER PENDIDIK
KLINIS

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud


dengan:

1. Tunjangan Jabatan Fungsional Psikolog Klinis


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Psikolog Klinis adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkatdan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Psikolog Klinis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

355
PRESIOEN
REPUBUK INDONESIA

2. Tunjangan Jabatan Fungsional Fisikawan Medis


yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Fisikawan Medis adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan keapda Pegawai Negeri
Sipii yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Fisikawan Medis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3. Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter Pendidik


Klinis yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Dokter Pendidik Klinis adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 2

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan


ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis, Fisikawan Medis, dan Dokter Pendidik
Klinis diberikan tunjangan Psikolog klinis, Fisikawan
Medis, dan Dokter Pendidik Klinis setiap bulan.

356
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

Pasal 3

Besarnyatunjangan Psikolog Kllnis, Fisikawan Medls,


dan Dokter Pendidik Kllnis sebagalmana dimaksud
dalam Pasal 2 adalah sebagalmana tercantum dalam
Lamplran I, Lamplran II, dan Lamplran III Peraturan
Preslden Inl.

Pasal 4

Pemberlan Tunjangan Psikolog Kllnis, Fisikawan


Medls, dan Dokter Pendidik Kllnis dihentlkan apablla
Pegawal Negerl SIpll sebagalmana dimaksud dalam
Pasal 2, diangkat dalam jabatna struktural atau
jabatan fungslonal lain atau karena hal lain yang
mengaklbatkan pemberlan tunjangan dihentlkan
sesual dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 5

Ketentuan leblh lanjut yang diperlukan bagi


pelaksanaan Peraturan Preslden Inl, diatur oleh
Menterl Keuangan dan/atau Kepala Badan
Kepegawalan Negara, balk secara bersama-sama
maupun secara sendlrl-sendirl menurut bidang
tugasnya maslng-maslng.

357
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

Pasal6

Peraturan Presiden ini mulai beriaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23September 2009

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA


ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi Sekretaris Kabinet
lukum

Iman Santoso

358
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
NOMOR : 42 Tahun 2009
TANGGAL : 23 September 2009

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PSIKOLOG KLINIS

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Psikoiog Klinis Psikoiog Klinis Madya Rp. 850.000,00


Ahli
Psikoiog Klinis Muda Rp. 600.000,00

Psikoiog Klinis Pertama Rp. 300.000,00

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
staris Kablnet
'Hukum,

Iman Santoso

359
i

PREStDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPiRAN II
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 42 Tahun 2009
TANGGAL : 23 September 2009

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


FISIKAWAN MEDIS

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Fisikawan Medis Fisikawan Medis Madya Rp. 850.000,00

Ahli
Fisikawan Medis Muda Rp. 600.000,00

Fisikawan Medis Pertama Rp. 300.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
ptaris Kabinet
'Hukum,

(man Santoso

360
PRESIOEN
REPUBUK INDONESIA

LAMPiRAN III
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ; 42 Tahun 2009
TANGGAL : 23 September 2009

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


DOKTER PENDIDIK KLINIS

JABATAN BESARNYA
JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Dokter Pendidik Dokter Pendidik Kiinis Rp. 1.400.000,00


KlinisAhii Utama

Dokter Pendidik Kiinis Rp. 1.200.000,00


Madya

Dokter Pendidik Kiinis Rp. 750.000,00


Muda

Dokter Pendidik Kiinis Rp. 325.000,00


Pertama

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesual dengan aslinya
ptaris Kabinet
*Hukum,

Iman Santoso

361
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL
BraA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN INDONESIA
SEHAT
2010
Jl. H.R.Rasuna Said Blok X5 Kapiing No.4-9 Te^.:5201590(Hunting)PES.2029,5006,5900
Jakarta 12950 Fax.:52964838 TromolPos:203

KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL BiNA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
NOMOR:HK.02.03/1/006.1/09

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PENILAIAN6KA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL


APOTEKER Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN Rl
DAN Dl LUAR DEPARTEMEN KESEHATAN Rl

DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN,

Menimbang bahwa untukkelancaran pelaksanaan penetapan


angka kredit Jabatan Fungsional Apoteker di
lingkungan Departemen Kesehatan Rl dan diluar
Departemen Kesehatan Rl di pandang perlu
membentuk Tim Penilai Jabatan Fungsional
Apoteker.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a perlu ditetapkan
keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan tentang Pembentukan Tim
Penilai Aigka Kredit Jabatan Fungsional /^oteker
di lingkungan Departemen Kesehatan dan di luar
Departemen Kesehatan Rl.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor23Tahun 1992 tentang


Kesehatan(Lembaran Negara Tahun 1992

363
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN •ndon^ia
2010

Jl H R. Rasuna Said Blok X5 Kapiing No.4-9 Tdp.:5201590(Hunting)PES.2029,5006, 5900


Jakarta 12950 Fax. :52964838 Tromol Pos: 203

Nomor 100,Tambahan Lembaran Negara Nomor


3495);

2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang


Perubahan Undang-undang Nomor8Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3890);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000


tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003


tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan
dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;

5. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor 140/KEP/M.PAN/I1/2003
tentang Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka
Kreditnya;

6. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Ri dan


Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1739/MENKES/SKB/XII/2003 dan Nomor 53
Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka
Kreditnya;

364
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Indonesia
2010

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No.4-9 Telp.:5201590(Hurrting) PES.2029,5006.5900


Jakarta 12950 Fax. :52964838 TromolPos;203

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoinesia


Nomor 613/Menkes/PER/IV/2005 Tahun 2005
tentang Pemberian Kuasa dan Pendelegasian
Kewenangan Penandatanganan Keputusan
Mutasi Kepegawaian Dalam Lingkungan
Departemen Kesehatan Rl;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tanggal 16
Nopember 2005 tentang OrganlsasI dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

Kesatu KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA


KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENILAI ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER Dl
LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN Rl DAN
Dl LUAR DEPARTEMEN KESEHATAN Rl.

Kedua SusunanTim PenllalAngka Kredit Jabatan Fungslonal


Apotekerterdiri darl:
Ketua Sekretaris Ditjen BIna Kefarmaslan dan Alat
Kesehatan
Wakll Ketua Kepala Baglan Umum dan Kepegawaian
Sekretaris Kepala Sub Baglan Kepegawaian

365
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DKEKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN INDONESIA
SEHAT
2010

Jl. H.R.Rasuna Said Blok XS Kapling No. 4-9 Telp.:5201590(Hunting)PES.2029,5006,5900


Jakarta 12950 Fax. :52964838 Tromol Pos:203

Anggota 1. Drs. Chusun,AptM.Kes


2. Dra. Resworini, Apt.
3. Dra. Dara Amelia, Apt.MM
4. Dra. Nadirah Rahim,AptM.Kes
5. Drs. Elon Sirait, AptM.Sc.PH
6. HarwantlNanaAndinI, S.Si.Apt
7. Martin Sirat, S.Si.Apt
8. Murjiyanto
9. Subiratno

Ketiga Tugas Pokok Tim Penilai adalah sebagai berikut:


(1) Membantu Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Rl
dalam melaksanakan penilaian dan penetapan
angak kredit Apoteker Utama yang bekerja di
lingkungan Departemen Kesehatan Rl
Pemerintah Daerah dan Instansi lainnya;
(2) Membantu Sekretaris Ditjen Binfar dan Alkes
dalam melaksanakan penilaian dan penetapan
angka kredit jenjang Madya kebawah yang
bekerja di lingkungan Departemen Kesehatan Rl
Pemerintah Daerah dan Instansi lainnya.
(3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan Rl yang
berkaitan dengan pelaksanaan Jabatan
Fungsional Apoteker di lingkungan Departemen
Kesehatan, Pemerintah Daerah dan Instansi
lainnya.

366
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN INDONESIA
SEHAT
2010

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapfing No.4-9 Telp.:5201590(Hunting)PES.2029,5006,5900


Jakarta 12950 Fax. :52964838 Tromd Pbs:203

Keempat (1) Untuk membantu Tim Penilal dalam melaksana-


kan tugas, Ketua Tim membentuk Sekretariat
yang dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilal.
(2) Biia dipandang perlu, Ketua Tim dapat mem
bentuk Tim Penilal Teknis yang anggotanya terdiri
dari para ahli yang berkedudukan sebagai
Pegawai Negeri Sipil atau bukan Pegawai Negeri
Sipil, yang mempunyai kemampuan teknis dalam
bidang Apoteker serta bertanggung jawab kepada
Ketua Tim Penilal.

Kelima Apabila terdapat anggota yang ikut dinilai maka ketua


Tim Penilal dapat mengangkat pengganti anggota Tim
yang bersangkutan.

Keenam Dalam melaksanakan penilaian, Tim Penilal


berpedoman pada Keputusan Menteri Negara
PendayagunaanAparaturNegara Nomor: 140/Kep/
M/PAN/ll/2003 tentang Jabatan Fungsional Apoteker
dan Angka Kreditnya.serta Keputusan Bersama
Menteri Kesehatan Rl dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 1739/Menkes/SKB/XII/
2003 dan Nomor 53 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan FungsionalApoteker dan Aigka
Kreditnya.

Ketujuh Dalam Melaksanakan tugasnya Panitia bertanggung


jawab pada Direktur Jederal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Rl.

367
H 000(J3

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I


DDtEKTOR&T JENDERAL
rnwA KRFARMASIAN DAN ALAT KESEBATAN
2010

Jl. HK.Rasuna Said Btok X5l^pling No.4-9 Tek).:5201590(Hunting PES.2029.5006.5900


Jakuta 12950 Fax. :»964838TromolPos:203

Kedeiapan Masa berlaku Tim Penilai teitiitung mulal tanggal


1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember2009.

Kesembilan Segata biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan


keputusan in! dibebankan pada DlPA Direktorat
Jenderal BIna Kefarmasian dan Aat Kesehatan Tahun
Anggaran2009.

Kesepuluh Keputusan in! mulal beriaku sejak tanggal ditetapkan.


DItetapkan dl: Jakarta
Pada tanggal:6 Januari 2009
)irektur Jenderal
Cefarmasian dan Alat Kesehtan

Custantinah,AptM.App.Sc
NIP. 140100965

Tembusan, disampaikan kepada Yth:


1. Menteri Kesehatan Rl(sebagai laporan)
2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dl Jakarta
3. Kepala Badan Kepegawaian Negara di Jakarta
4. Kepala Kantor Perbendaharaan Negara dan Kas Negara Jakarta V
Asll Keputusan in! diberikan kepada masing-masing anggota Tim untuk
diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

368

Anda mungkin juga menyukai