Difteri
Kepanjangan CVOS, cAMP?
- CVO : circumventricular organ
- cAMP : Adenosina monofosfat siklik (AMP siklik atau cAMP) adalah molekul
berbentuk cincin yang dibuat dari ATP yang merupakan molekul pensinyalan intraseluler
yang umum (mesenjer kedua) pada sel eukariota, misalnya dalam sel endokrin vertebrata.
Senyawa ini juga merupakan pengatur beberapa operon bakteri.
Leher bengkak, KGB tidak nyeri kenapa? Nyeri tekan umumnya diakibatkan peradangan
atau proses perdarahan. Bila tidak ada nyeri berarti tidak mengindikasikan adanya radang
dan perdarahan melainkan KGB membesar karena peningkatan sel-sel pertahanan tubuh.
a. Infeksi ringan : bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala
hanya nyeri menelan.
b. Infeksi sedang : bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding belakang
rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
c. Infeksi berat : bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejalakomplikasi
seperti miokarditis (radang otot jantung) paralisis (kelemahan anggota
gerak) dan nefritis (radang ginjal).
Anak usia 1 tahun sesak napas, demam, tidak mau makan dan minum, hanya mau minum ASI.
selama sakit, anaknya mengeluarkan liur terus menerus.
PF:
Jantung : Normal
Telinga : normal
Hidung: hipertrofi
Soal:
4. Jelaskan PF!
5. Jelaskan PP!
Jawab:
2. PATOFISIOLOGI DEMAM
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen terbagi dua yaitu:
a. Pirogen eksogen : berasal dari luar tubuh pasien.
Cth: produk mikroorganisme spt toksin atau mikroorganisme seutuhnya.
Pirogen eksogen klasik endotoksin lipopolisakarida (dihasilkan o/ bakteri gram - )
b. Pirogen endogen : berasal dari dalam tubuh pasien.
Cth: IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.
Sumber: monosit, neutrofil, dan limfosit. (sel lain jg bs jika terstimulasi)
3. Patofisiologi sesak
Kuman difteri menempel di mukosa (terutama saluran napas) menghasilkan
eksotoksin menyebabkan inflamasi lokal nekrosis terbentuk pseudomembran
obstruksi saluran napas
4. PF
5. PP
1) Kultur bakteri
Pengambilan sampel dengan teknik swab dari hidung, pseudomembran, kriptus tonsil,
ulserasi, atau diskolorasi (perubahan warna), kemudian dikultur dalam media Tellurite
atau Loeffler.
Identifikasi bakteri dilakukan melalui observasi morfologi koloni, secara mikroskopis,
dan reaksi fermentasi.
2) Tes toksigenisitas
Bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya produksi toksin oleh kuman difteri.
Dilakukan dengan beberapa cara :
- Elek test mendeteksi perkembangan dari pita immunoprecipitin di kertas filter yang
dilumuri antitoksin dan kemudian diletakkan di agar tempat bakteri dikultur
- Polymerase Chain Reaction (PCR) mendeteksi sekuens DNA yang mengkode strain
tox+ subunit A
Adapun pemeriksaan lab lainnya, seperti CBC (Complete Blood Count) untuk menggambarkan
leukositosis dan urinalisis untuk menunjukkan adanya protein dalam urine (proteinuria).