2019
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI 149 CIGADUNG
Jl. Ranca Kendal No. 99 Telp. 022 – 82522557
NOMOR : 421.2/007/SK/SDN.149-Cgd/VII/2019
tentang
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 4 Juli 2019
Kepala Sekolah,
NIP. 196106301982012002
Tembusan :
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung
c,q. Yth. Kepala Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Kota Bandung
2. Yang bersangkutan
3. Arsip
LAMPIRAN I
Keputusan Kepala SDN 149 Cigadung
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung
No :421.2/007/SK/SDN.149-Cgd/VII/2019
tanggal 4 Juli 2019
KepalaSekolah,
SD Negeri149 Cigadung
Kami menyadari bahwa Kurikulum Sekolah bukanlah hal yang mudah oleh karena
itu memerlukan binaan, bimbingan serta masukan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
Kurikulum SD Negeri 149 Cigadung, semoga memperoleh imbalan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Kurikulum Pendidikan SDN 149 Cigadung di kembangkan dengan
mengintegrasikan kurikulum nasional dan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan
membangun Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) sebagai perwujudan dari
kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang mengadopsi Kurikulum 2013
sesuai dengan (Rencana Aksi Nasional 2013, Kemdiknas 2010 – 2014).
Kurikulum ini disusun oleh tim pengembang yang terdiri atas unsur sekolah dan
komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kota
Bandung serta dengan bimbingan nara sumber ahli pendidikan dan pembelajaran
dari pembina/pengawas Gugus 71 Kecamatan Cibeunying Kaler.
Masalah moral dan peduli lingkungan menjadi penting dalam penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN 149 Cigadung karena
pendidikan moral dan budaya peduli lingkungan merupakan masalah yang sangat
banyak meminta perhatian berbagai pihak sekarang ini, terutama bagi para
pendidik, ulama, pemuka masyarakat, dan para orang tua. Proses demoralisasi
terjadi dan terus berlangsung di tengah kehidupan masyarakat kita. Proses
demoralisasi ditandai oleh semakin meningkatnya perilaku yang menyimpang dari
norma-norma etika, sosial, hukum, dan agama. Nilai-nilai luhur kesopansantunan,
rasa kasih sayang terhadap sesama dan rasa hormat terhadap orang tua atau guru
mulai memudar. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan belum secara optimal
memainkan peran dalam pembangunan karakter. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan berbudaya lingkungan SDN 149 Cigadung amatlah
penting berperan sebagai pedoman pendididan karakter dan peduli lingkungan
terhadap tumbuh kembangnya anak meliputi budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.
Demikian nasehat Ki Hajar Dewantara tentang betapa besarnya peran pendidikan
dalam membangun karakter anak.
Kurikulum Sekolah Dasar Negeri SDN 149 Cigadung diharapkan mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang pada jenjang pendidikan dasar
bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian, ahklah
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
2
lanjut. Kurikulum Sekolah Dasar Negeri SDN 149 Cigadung ini merupakan acuan
bagai perwujudan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Yang mana para
pendidiknya mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan bagi peserta didik.
B. Landasan Yuridis
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemisahan Daerah.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Standar Isi.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan oleh satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah.
11. Permen 16 Tahun 2007 tentang Guru, Permen 24 Tahun 2008 tantang
Tenaga Administrasi. (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan).
3
12. Undang-Undanng Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
13. Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SD/MI.
14. Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
15. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah.
16. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
17. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SD/MI dan SMA/MA;
20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Kepeserta didikan;
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014;
23. Rencana Aksi Nasional 2013 Kementerian Pendidikan Nasional Tahun
2010–2014;
24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009
4
C. Acuan Konseptual
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Acuan
oprasional penyusunan Kurikulum sekolah dasar meliputi:
1. Peningkatan Iman, Taqwa Dan Akhlak Mulia;
Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum sekolah disusun agar
semua mata pelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak
mulia.
2. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama.
Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan
toleransi dan kerukunan interumat dan antarumat beragama.
3. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan.
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan
kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI.
Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuh kembangkan wawasan
dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat
keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
4. Pentingkatan Potensi, Kecerdasan, Bakan dan Minat sesuai dengan
Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik.
Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang memungkinkan
potensi diri (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) berkembang secara
optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memprhatikan
potensi, bakat, minat, serta tingkat perkembangan kecerdasan;
intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
5
5. Kesetaraan Warga Negara Memperoleh Pendidikan Bermutu.
Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan
kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermutu.
6. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan.
Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan
membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas
bidang keilmuan,berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi
dan berkolaborasi, menggunakan pengetahuan kesempatan secara
inovatif, mengelola keuangan, kesehatan, dan tanggung jawab warga
negara.
7. Tuntutan Dunia Kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh
kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu
mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kecakapan hidup untuk
membekali peserta didik dalam melanjutkan studi dan/atau
memasuki dunia kerja. Terlebih bagi peserta didik pada satuan
pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
8. Perkembangan IPTEKS.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan
sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus
melakukan penyesuaian terhadap perkembangan IPTEKS sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan IPTEKS.
6
9. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah Serta Lingkungan.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman
hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan daerah dan lingkungan.
10. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional.
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu
mediapengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan
wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.
11. Dinamika Perkembangan Global
Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan
oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat
memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta
mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan bangsa
lain.
12. Kondisi Soal Budaya Masyarakat Setempat.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman
budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
ditumbuhkembangkan terlebihdahulu sebelum mempelajari budaya dari
daerah dan bangsa lain.
7
13. Karakteristik Satuan Pendidikan.
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan
pendidikan.
8
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan pada masa kini
dan yang akan datang. Memiliki posisi sentral berarti bahwa kegiatan
pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat
dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa
sung tulada (di belakang memberi daya dan kekuatan, di tengan
membangun semangat dan prakarsa, di depan memberi contoh dan
teladan)
5. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaiakan, pengayaan, dan/ atau percepatan
sesuai dengan potensi tahap perkembangan dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke- Tuhanan, keindividuan, kesosialan,
dan moral.
9
6. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
7. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan
dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
8. Kurikulum yang mencakup semua komponen kompetensi mata
pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
9. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
10. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarjenjang
pendidikan.
10
BAB II
11
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Tujuan
pendidikan Sekolah Dasar dapat diuraikan secara terperinci, seperti berikut :
a. Memberikan Bekal Kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung.
Kemampuan membaca, menulis dan berhitung (Calistung) merupakan
tujuan pertama dan utama sering disebut juga tujuan yang paling
fundamental karena sifatnya sangat menentukan baik-tidaknya
kemampuan-kemampuan lain. Kemampuan ini diwujudkan dalam
kemampuan dan ketrampilan penggunaan bahasa yang meliputi membaca,
menulis, berbicara, serta kemampuan berhitung yang meliputi kemampuan
dan ketrampilan menambah, mengurangi, mengalikan, membagi,
mengukur sederhana dan memahami bentuk geografi. Semua kemampuan
ini sangat berguna dan dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
b. Memberikan Pengetahuan dan Ketrampilan Dasar yang bermanfaat bagi
siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Ketrampilan dasar yang bermanfaat dan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak SD ini sangat banyak, meliputi pengetahuan dan
ketrampilan intelektual, sosial dan personal. Menurut Ahman (2000)
tujuan pendidikan SD tidak lagi menyiapkan siswa untuk terjun ke
masyarakat, melainkan menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan
ke tingkat SLTP. Perubahan ini sejalan dengan perubahan orientasi
perkembangan anak. Oleh karena lulusan SD tidak semata-mata
mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung,
melainkan menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan intelektual,
pribadi dan sosial.
c. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pendidikan di SLTP.
Kegiatan untuk mencapai tujuan ketiga ini tidak dapat dipisah-pisahkan
dengan upaya pencapaian kedua tujuan sebelumnya. Banyak upaya yang
dilakukan oleh guru, antara lain memberi informasi lisan dan tertulis
kepada siswa kelas 5 dan 6, mengadakan diskusi alumni SD, mengadakan
kunjungan ke SLTP terdekat, dan sebagainya. Karena pada 2 atau 3 tingkat
12
kelas terakhir di SD perlu lebih ditekankan pada pembinaan pemahaman
dan penghayatan dasar akan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
sederhana, tetapi sistematik. Landasan semacam itu diperlukan untuk
mencapai keberhasilan di tingkat SLTP.
Untuk mewujudkan visi di atas indikator visi SDN 149 Cigadung adalah
sebagai berikut:
1. Terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
sekolah.
2. Terwujudnya peserta didik yang memiliki kompetensi sesuai dengan
Standar Isi.
3. Terwujudnya penyelenggara pendidikan yang berkualitas serta
berkualifikasi standar.
4. Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung
terselenggaranya PBM berkualitas.
5. Terwujudnya manajemen sekolah yang efisien dan efektif.
13
6. Terwujudnya pelaksanaan penilaian akademik ataupun non akademik
sesuai dengan standar.
7. Terwujudnya pengadaan dan pemanfaatan sumber dana secara efisien
dan efektif.
8. Terwujudnya lingkungan yang bersih, hijau dan berbunga.
14
C. Tujuan
Dalam rangka menunjang keberhasilan tujuan Pendidikan Nasional, maka
secara umum Sekolah Dasar Negeri 149 Cigadung Kecamatan Cibeunying
Kaler Kota Bandung mengembangkan tujuan sebagai berikut :
1. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan
kegiatan pembiasaan.
2. Terbentuknya budaya karakter religius, disiplin, anti korupsi, dan PHBS.
3. Mampu memberdayakan lingkungan hidup dengan cara Reuse (Guna
ulang) Reduce (Mengurangi) dan Recycle (Mendaur ulang) sehingga
tercipta Prilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ).
4. Mampu Menciptakan Green School.
5. Menciptakan pola kerja yang efektif, efisien dan tertib di berbagai bidang
garapan yakni kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana dan manajemen.
6. Mewujudkan karya nyata baik di bidang akademik maupun non
akademik, sehingga meraih prestasi akademik maupun non akademik
minimal tingkat Kecamatan.
7. Pemanfaatan IT dan multi media.
8. Meraih Standar Ketuntasan Belajar 80 % dan Kriteria Belajar Minimal
Nilai 75.
9. Memberikan dasar untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi.
10. Menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan dan ekonomi kreatif.
11. Terbentuknya budaya mutu pada setiap unsur sekolah dalam mencapai
Visi dan Misi.
15
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 atas perubahan PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa stuktur
kurikulum sebagai berikut:
1. Pasal 77B Ayat 1, “ Struktur Kurikulum merupakan
pengorganisasian Kompetensi inti, Kompetensi dasar, muatan
pembelajaran, mata pelajaran dan beban belajar pada setiap satuan
pendidikan dan program pendidikan.”
2. Pasal 77B ayat 6, “Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan
dasar berisi muatan umum.”
3. Pasal 77B ayat 9, bahwa ” muatan umum adalah muatan nasional untuk
satuan pendidikan dan muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai
dengan potensi dan keunikan lokal.”
Selanjutnya terkait struktur kurikulum sekolah dasar (SD) terdiri atas
muatan:
1. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti;
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;
3. Bahasa Indonesia;
4. Matematika.
5. Ilmu Pengetahuan Alam;
6. Ilmu Pengetahuan Sosial;
7. Seni Budaya dan Prakarya;
8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan;
9. Muatan Lokal.
16
Pengembangan Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pedidikan
dasar dan menengah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum, dan Pedoman Implementasi kurikulum.
Pengembangan kurikulum 2013 sekolah dasar pada saat ini mengacu pada
ketentuan;
1. Permendikbud Nomor 020 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
2. Permendikbud Nomor 021 Tahun 2016 tentang Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah.
3. Permendikbud Nomor 022 Tahun 2016 tentang Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah.
4. Permendikbud Nomor 023 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah.
5. Permendikbud Nomor 024 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar.
17
Struktur kurikulum SDN 149 Cigadung adalah sebagai berikut :
Keterangan:
1. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.
2. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40%
dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
3. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, menyelenggarakan
minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti
salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti
dapat diganti setiap semesternya.
18
Struktur Kurikulum SDN 149 Cigadung terdiri atas mata pelajaran umum
kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran umum
kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta
didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok
mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler
yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam
bidang sosial, budaya, dan seni. Mata pelajaran Kelompok B merupakan
kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat
dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
Mata pelajaran kelompok C merupakan mata pelajaran muatan
lokal pelajarannya disesuaikan dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan
ekonomi serta kebutuhan pembangunan, daerah yang diorganisasikan dalam mata
pelajaran yang berdiri sendiri.
Tujuan mata pelajaran muatan lokal adalah: memperkenalkan peserta didik
kepada lingkungannya sendiri, ikut melestarikan budaya daerahnya termasuk
kerajinan, keterampilan yang menghasilkan nilai ekonomi di daerahnya.
Memberikan bekal kemampuan dan keterampilan untuk hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta dapat menolong diri
sendiri dan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
19
B. Muatan Kurikulum
a. Nasional
Kurikulum 2013 memuat 8 (delapan) mata pelajaran yang
merangkum Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan ruang lingkup
materi berdasarkan tingkat kompetensi tiap tingkat pendidikan.
Kompetensi inti memayungi kompetensi dasar dan ruang lingkup
materi merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada
setiap tingkat kelas.
1. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
keterampilan. Pada Permendikbud Nomor 020 Tahun 2016 lulusan
sekolah dasar harus memiliki kompetensi sebagai beikut:
Dimensi sikap, memiliki peilaku yang mencerminkan sikap (1)
beriman dan bertakwa kepada TuhanYME; (2) bekarakter jujur dan
peduli; (3) bertanggung jawab; (4) pembelajar sejati sepanjang
hayat; dan (5) sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan
sekitar, bangsa, dan negara.
Dimensi Pengetahuan, Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan (1)
Ilmu pengetahuan; (2) Teknologi, (3) Seni, dan (4) Budaya. Mampu
mengaitkan pengetahuan di atas dalam kontek diri sendiri, keluarga,
sekolah, lingkungan sekitar, bangsa, dan negara.
DimensiKeterampilan, memiliki keterampilan berpikir dan
bertindak: (1) Kreatif, (2) Produktif, (3) Kritis, ((4) Mandiri, (5)
Kolaboratif, (6) Komunikatif dengan pendekatan ilmiah sesuai tahap
perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang diberikan.
20
2. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Ruang Lingkup Materi ada
Kurikulum Sekolah Dasar.
Kompetensi Inti pada Kurikulum 13 merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang
peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi dasar merupakan
kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta
didik untuk satu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti. Sedangkan ruang lingkup materi
merupakan rincian atau uraian materi esensial yang menunjukkan keluasan
dan kedalaman materi pada kompetensi. Uraian revisi kompetensi inti untuk
tingkat kelas 1- 6 Sekolah Dasar sebagai berikut:
Tingkat Kompetensi 1
(Tingkat Kelas I-II SD/MI)
Kompetensi Deskripsi
21
Tingkat Kompetensi 2
(Tingkat Kelas III-IV SD/MI)
Kompetensi Deskripsi
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama
Sikap Spiritual
yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
Sikap Sosial santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
Pengetahuan
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
Tingkat Kompetensi 3
(Tingkat Kelas V-VI SD/MI)
Kompetensi Deskripsi
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama
Sikap Spiritual
yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
Sikap Sosial santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan
22
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
di sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam
bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya
C. Muatan Lokal
23
Tujuan Pembelajaran muatan lokal Bahasa dan Sastra Sunda.
24
Ruang lingkup materi mata pelajaran PLH untuk jenjang Sekolah Dasar
di kota Bandung adalah sebagai berikut:
Bahan Utama
a. Pemahaman tentang lingkungan hidup
b. Apresiasi dan aplikasiP4 LH, meliputi: Pembibitan, Penanaman,
Pemeliharaan, dan Pengawasan.
25
KELAS I KELAS II KELAS III
26
KELAS IV KELAS V KELAS VI
27
gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga berbeda
dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum
sebelumnya.
28
Kewarganegaraan, dan ke Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika.
29
4. kelompok 4
Kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan
KI 4.
30
intinya, setiap kegiatan berlangsung pada batas-batas yang wajar dan
terkontrol guru.
2. Prinsip-prinsip dalam PAKEM diterapkan guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran di dalam /luar kelas.
Ini adalah salah satu cara untuk membuat anak aktif, dapat bergaul,
dan berkomunikasi dengan lingkungannya karena guru memanfaatkan
sumber belajar dari lingkungan setempat sebagai sumber belajar.
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar merupakan
salah satu strategi yang dapat dimanfaatkan guru agar pembelajaran
yang dilaksanakan benar-benar aktif dan dapat diikuti oleh peserta
didik. Peserta didik dapat meneliti, menganalisis, mempraktikkan,
menyimpulkan dan melaporkan apa yang dipelajari.
31
pajangan semata tanpa makna tertentu (misal sebagai sumber belajar,
sebagai bahan pemecahan masalah, sumber, atau sebagai bahan
konfirmasi bagi peserta didik dalam mencocokkan konsep yang
dipelajari).
4. Cara bertanya yang memotivasi peserta didik
Untuk berpikir dan mengembangkan kreativitas berpikir yang lebih
tinggi.
5. Cara pembelajaran yang bervariasi harus banyak diciptakan guru.
Sebaiknya model pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak terlalu
sering diulang walaupun dengan materi yang berbeda. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kebosanan peserta didik dengan cara
belajar tersebut.
6. Penggunaan model tes yang bervariasi.
Sebaiknya model tes yang telah dilaksanakan sedapat mungkin tidak
mengulang tes tersebut untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
memahami suatu konsep.
7. Model pembelajaran pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran model pemecahan masalah digunakan sesering
mungkin agar peserta didik terbiasa dengan soal-soal yang bersifat
pemecahan masalah.
Hal ini akan menjadi kebiasaan dan peserta didik akan selalu kritis
dalam menanggapi berbagai masalah yang terjadi di lingkungannya
sehingga membuat peserta didik semakin berpikir kreatif.
8. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menyenangkan.
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan
dari pembelajaran dengan pendekatan PAKEM. Dalam kelas yang
menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan
berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan
peserta didik tersebut sebaiknya dipajang untuk membuat kelas
menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajang
32
bisa memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi peserta didik lain. Pajangan dapat berupa
gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya yang berasal dari hasil karya perorangan, berpasangan,
atau kelompok. Guru perlu memastikan bahwa setiap peserta didik
mempunyai karya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan
pajangan hasil pekerjaan peserta didik dan ditata dengan baik, dapat
digunakan guru dalam KBM sebagai rujukan ketika membahas suatu
masalah.
9. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar.
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan
salah satu bentuk interaksi antara guru dan peserta didik. Umpan balik
hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan peserta
didik. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara
santun. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih percaya diri
dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan peserta didik dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan
peserta didik lebih bermakna bagi pengembangan diri peserta didik
daripada hanya sekadar penilaian berupa angka.
10. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para peserta
didik kelihatan sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku dan
meja diatur berkelompok serta peserta didik duduk saling berhadapan.
Keadaan tersebut belum tentu mencerminkan PAKEM. Aktif mental
lebih diinginkan daripada aktif fisik. Tetapi dalam pembelajaran,
terutama dalam praktik yang membutuhkan gerak seperti bermain
peran, aktif fisik harus dihayati dengan aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut
33
untuk mengungkapkan ide dan gagasan. Banyak peserta didik merasa
takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika ide dan
gagasannya salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menciptakan
suasana kelas di mana guru tidak marah kepada peserta didik saat ia
memberikan jawaban yang belum tepat dan peserta didik tidak
menertawakan peserta didik lain jika mereka memberi jawaban yang
tidak benar. Peserta didik harus didorong untuk mencoba, dan berbuat
kesalahan adalah bagian penting dari belajar.
11. Keteladanan
Keteladanan guru dengan segala sikap dan perilakunya dalam kegiatan
pembelajaran di dalam dan di luar kelas sangat penting.
12. Pemberian tekanan pada materi pelajaran tertentu yang terkait dengan
nilai-nilai luhur yang ingin diinternalisasikan, dilatihkan, dan
dibiasakan.
13. Kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan materi sedang dibahas
hendaknya mendukung penanaman nilai luhur dalam Kurikulum
Nasional.
Contohnya, diskusi kelompok, simulasi, bermain peran, eksperimen
34
2. Penilaian
Penilaian dalam Kurikulum SDN 149 Cigadung adalah
penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan
selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus
penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam
mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Kompetensi Inti (KI)
mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar
(KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai
peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
1. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a) Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur;
b) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya,
agama, bahasa, suku bangsa, dan jender;
d) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan Dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
f) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
35
g) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;
h) Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
i) Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
2. Teknik Penilaian
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang
dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui :
tes,
observasi,
penugasan,
jurnal,
penilaian diri, dan
penilaian antarteman
Semuanya disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan
tingkat perkembangan peserta didik.
a) Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat
benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes
praktik atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut
peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau
isian.
b) Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan
terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau
di luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk
mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan
kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal
maupun informal.
36
c) Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan
diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah,
portofolio, projek, dan/atau produk.
d) Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk
mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta
didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama
karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan
pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor.
e) Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian
melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta
pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap
persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
f) Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta
didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan
terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
g) Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran
yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap
dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
h) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.
Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
i) Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan
temannya dalam berbagai hal secara jujur. Pengumpulan data
37
penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga
penting untuk dilakukan. Data aspek afektif seperti sikap ilmiah,
minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh dengan observasi,
penilaian diri, dan penilaian antarteman.
Nilai Kompetensi
Predikat
Pengetahuan Keterampilan Sikap
A 3,85 - 4,00 3,85 - 4,00 SB
A- 3,51-3,84 3,51-3,84 SB
B+ 3,18-3,50 3,18-3,50 SB
B 2,85-3,17 2,85-3,17 B
B- 2,51-2,84 2,51-2,84 B
C+ 2,18-2,50 2,18-2,50 C
C 1,85-2,17 1,85-2,17 C
C- 1,51-1,84 1,51-1,84 C
38
Nilai Kompetensi
Predikat
Pengetahuan Keterampilan Sikap
D+ 1,18-1,50 1,18-1,50 K
D 1,00-1,17 1,00-1,17 K
Keterangan:
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
39
Tabel konversi Skore dan Predikat
NA = 76,25
Konversi Nilai = 76,25 / 100 x 4
= 3,05
40
Skala 100 Skala 4 Huruf Predikat
86 - 100 4 A
SB
81 - 85 3,66 A-
76 - 80 3,33 B+
71 - 75 3,00 B Baik
66 - 70 2,66 B-
61 - 65 2,33 C+
61 - 65 2,33 C+
Cukup
56 - 60 2,00 C
51 - 55 1,66 C-
46 - 50 1,33 D+
Kurang
00 - 45 1,00 D
4. Instrumen Penilaian
41
5. Prosedur Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk
(a) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
(b) Bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan
(c) Memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen baik tes
maupun nontes atau penugasan yang dikembangkan sesuai dengan
karateristik kelompok mata pelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh
pendidik harus terencana, terpadu, menyeluruh, dan berskesinambungan.
Dengan penilaian ini diharapkan pendidik dapat :
6. Mekanisme Penilaian
Perencanaan penilaian mencakup penyusunan kisi-kisi yang memuat
indikator dan strategi penilaian. Strategi penilaian meliputi pemilihan
metode dan teknik penilaian, serta pemilihan bentuk instrumen penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah penyajian penilaian kepada peserta didik.
Penilaian dilaksanakan dalam suasana kondusif, tenang dan nyaman
dengan menerapkan prinsip valid, objektif, adil, terpadu, terbuka,
menyeluruh, menggunakan acuan criteria, dan akuntabel.
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah
menganalisis hasil penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu
membandingkan hasil penilaian masing-masing
peserta didik dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk penilaian yang
dilakukan oleh pendidik hasil penilaian masing-masing peserta didik
dibandingkan dengan KBM. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui
42
kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik, serta untuk
memperbaiki pembelajaran.
43
7. Laporan Penilaian
Laporan penilaian dapat berupa cheklis hasil dari karakter yang tumbuh
dan berkembang pada diri peserta didik sesuai dengan karakter yang
dikembangkan di sekolah sebagai contoh :
Nilai Karakter
No Jenis Karakter Keterangan
BT MT MB MK
1 Religius
2 Jujur
3 Toleransi
4 Disiplin
5 Kerja Keras
6 Kreatif
7 Mandiri
8 Demokratis
9 Rasa Ingin Tahu
10 Semangat Kebangsaan
11 Cinta Tanah Air
12 Menghargai Prestasi
13 Bersahabat/Komuniktif
14 Cinta Damai
15 Gemar Membaca
16 Peduli Lingkungan
17 Peduli Sosial
18 Tanggung-jawab
44
Keterangan, diisi dengan :
A = MB : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara
konsisten) = 4
B = MK : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
indikator dan mulai konsisten) = 3
C = MT : Mulai Terlihat (bila peserta didik sudah mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang
dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) = 2
D = BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum
memperlihatkan tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan
dalam indikator). = 1
E. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru saja. Kegiatan Ekstrakurikuler bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan Ekstrakurikuler
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga
kependidikan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di Sekolah Dasar
Negeri 149 Cigadung terdiri atas :
peserta didik, yang terdiri atas :
2. Kesenian, diantaranya :
a) Seni Tari
b) Angklung
45
c) Degung
d) Kosidah
46
dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata
pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam
struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
2. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket adalah antara 0% - 50% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan
alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan
peserta didik dalam mencapai kompetensi.
3. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah
setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah
setara dengan satu jam tatap muka
G. Ketuntasan Belajar
KBM Semester I
Kelas Sekolah
No. Mata Pelajaran Skala Skala
1 2 3 4 5 6
100 4
Kelompok A ( Umum )
1 PABP 70 70 72 75 75 75 72.83 2,91
2 PPKN 70 70 70 75 75 75 72,50 2,90
3 Bahasa Indonesia 70 70 75 75 75 75 73,33 2,93
4 Matematika 70 70 70 70 70 70 70,00 2,80
5 Ilmu Pengetahuan Alam 75 75 75 75,00 3,00
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 75 75 75 75,00 3,00
Kelompok B ( Umum )
1 SBdP 75 75 75 75 78 78 76,00 3,04
2 PJOK 75 75 75 75 75 75 75,00 3,00
Mulok
1 Bhs dan Sastra Sunda 70 70 70 70 70 75 70,83 2,83
2 PLH 75 75 75 75 75 75 75,00 3,00
47
Kelas Sekolah
No. Mata Pelajaran Skala Skala
1 2 3 4 5 6
100 4
3 Bahasa Inggris
Jumlah 575 575 582 740 743 748 660,5 26,42
71, 71, 72, 74, 74, 74,
Rata-rata 66,05 2,642
875 875 75 00 30 80
KBM Semester 2
Kelas Sekolah
No. Mata Pelajaran Skala Skala
1 2 3 4 5 6
100 4
Kelompok A ( Umum )
1 PABP 70 70 72 75 75 75 72.83 2,91
2 PPKN 70 70 70 75 75 75 72,50 2,90
3 Bahasa Indonesia 70 70 75 75 75 75 73,33 2,93
4 Matematika 70 70 70 70 70 70 70,00 2,80
5 Ilmu Pengetahuan Alam 75 75 75 75,00 3,00
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 75 75 75 75,00 3,00
Kelompok B ( Umum )
1 SBdP 75 75 75 75 78 78 76,00 3,04
2 PJOK 75 75 75 75 75 75 75,00 3,00
Mulok
1 Bhs dan Sastra Sunda 70 70 70 70 70 75 70,83 2,83
2 PLH 75 75 75 75 75 75 75,00 3,00
3 Bahasa Inggris
Jumlah 575 575 582 740 743 748 660,5 26,42
71, 71, 72, 74, 74, 74,
Rata-rata 66,05 2,642
875 875 75 00 30 80
48
Siswa dinyatakan tidak Naik Kelas:
a) Terdapat 3 nilai Mapel yang KBMnya tidak tuntas.
b) Nilai Pengetahuan KI. 3 harus tuntas.
c) Nilai Keterampilan KI. 4 harus tuntas.
d) KI.1 dan KI.2 harus baik. (KBM) semua mapel sama.
2) Kriteria Kelulusan :
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b) Memperoleh nilai minimal Baik untuk seluruh kelompok Mata
Pelajaran ;Agama dan Akhlaq mulia, Kewarganegaraan,
Kepribadian, Estetika, Jasmani Olahraga dan kesehatan;
c) Lulus Ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan;
d) Lulus Ujian Sekolah Berstandar Daerah.
2. Strategi Penanganan Peserta didik yang Tidak Naik Kelas dan Tidak
Lulus
a) Penanganan Peserta didik yang tidak naik kelas :
b) Peserta didik yang tidak naik dapat melanjutkan dengan mengulang
dikelas tingkat yang sama;
c) Orang tua berhak untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain dengan
catatan tetap tidak naik sesuai dengan kelas yang ditinggalkan.
d) Penanganan peserta didik yang tidak lulus :
1) Peserta didik yang tidak lulus berhak untuk mengulang di kelas
tingkat yang sama;
2) Peserta didik yang tidak lulus berhak untuk pindah sekolah dengan
catatan mengulang di kelas yang sama.
49
H. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah
1. Hakikat Pendidikan Karakter
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi
dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat
kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya
nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi
bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Sumber: Buku Induk
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Untuk
mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi
permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan
pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan
nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di
mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila.” Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan
karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal
yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional --UUSPN). Dengan demikian,
50
RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan
secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai
prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang
dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010):
pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER Panduan Pelaksanaan
Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011 6 keputusan
baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik & mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar
apa yang telah diungkapkan di atas, pendidikan karakter bukan hanya
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari
itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan
bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.
Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan
pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving
good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga
terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik
51
Pendidikan karakter berfungsi
(1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural;
(2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan
mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat
manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran
baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik;
(3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan
Mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media
massa.
3. Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan
melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional
satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan
karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya diperkuat dengan 18
nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi yang dimaksud
seperti: keagamaan, gotong royong, kebersihan, kedisiplinan, kebersamaan,
peduli lingkungan, kerja keras, dan sebagainya.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada
satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta
Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
Sosial, (18) Tanggung Jawab (Sumber: Pusat Kurikulum. Pengembangan dan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9- 10).
Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun
satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk
melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-
52
nilai tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan
masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam
implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang
dikembangkan antara satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan lainnya.
Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari
nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan, seperti: bersih,
rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Olah Pikir: cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka,
produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif
Olah Hati: beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban,
dan berjiwa patriotik
Olah Rasa/ Karsa ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka
menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan
kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja
Olah Raga bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya
tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih
53
sejumlah nilai sebagaimana dapat di lihat pada gambar di atas (Sumber:
Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8- 9).
5. Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan
suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Agar pendidikan karakter dapat
dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter diimplementasikan melalui
langkah-langkah berikut:
1) Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, lembaga-
lembaga)
2) Pengembangan dalam kegiatan sekolah
54
Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian
berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
7. Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik
dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar
kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran
berbasis dapat digunakan untuk pendidikan karakter.
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin,
upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,
shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran
dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru,
tenaga pendidik, dan teman. Membacakan Asmaul Husna sebelum
pembelajaran dimulai, hapalan surat pendek/ membaca Al Quran (± 3
ayat) sebelum belajar dan renungan bagi agama non muslim, Sholat Dhuha
hari Jumat ketika sekolah pagi, sholat dzuhur dan atau ashar di mesjid
terdekat dengan diawasi salah seorang guru, Jum’at rohani ( Jumroh ) dan
Jumat shodaqoh atau infaq, merayakan dan menghormati hari-hari besar
agama, Menerapkan Rebo nyunda dengan kegiatan sebagai berikut
(Memakai adat sunda siswa laki-laki memakai baju pangsi, perempuan
memakai baju kebaya, berbicara menggunakan bahasa sunda,
Menampilkan kesenian sunda dan makanan sunda setiap minggu ke empat
setiap bulannya).
55
b. Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga,
misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena
musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan
Merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik
dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin
(kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik) , kebersihan,
kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras dan
percaya diri.
d. Pengkondisian
Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang
bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster
kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas.
8. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung
pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan,
pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang
sudah dilakukan sekolah.
9. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan
antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah
dan masyarakat. Sekolah dapat membuat angket berkenaan nilai yang
dikembangkan di sekolah, dengan responden keluarga dan lingkungan
terdekat anak/siswa. Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran Terkait
dengan pendidikan karakter, SD Negeri 149 Cigadung mengefektifkan
alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nilai
budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini dapat
dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung,
56
pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara
individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar.
Strategi yang dilakukan oleh SD Negeri 149 Cigadung sejak awal datang di
sekolah, anak dibiasakan untuk saling menyapa, mengucapkan salam ketika
bertemu sesama mereka dan guru, beberapa orang guru menyambut anak
murid dengan sapaan, senyum dan salaman. Dalam rangka pembiasaan, juga
dilakukan pelaksanaan ibadah dengan memanfaatkan waktu istirahat.
Berikut beberapa strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat
dilakukan, misalnya:
1. Sebelum pembelajaran di mulai atau setiap hari seluruh siswa diminta
membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama kurang
lebih 5 menit.
2. Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dapat dilakukan
berbagai kegiatan paling lama 30 menit. Kegiatan itu berupa baca
Kitab Suci maupun siswa berceramah dengan tema, kegiatan ajang
kreatifitas seperti: menari, bermain musik dan baca puisi. Selain itu
juga dilakukan kegiatan bersih lingkungan (GPS) dihari Senin, Rabu,
dan Jum’at
3. Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter
di satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian
dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu
tertentu.
57
I. Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar
1. Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat
dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan
memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi,
pembelajaran di sekolah saat ini belum mampu mewujudkan hal tersebut.
Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca
peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi
untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for
Economic Cooperation and Development) dalam Programme for
International Student Assessment (PISA). PISA 2009 menunjukkan peserta
didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata
OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia
berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496)
(OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan
2012. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya
menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar
sepanjang hayat. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang
melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain
itu, pelibatan unsur eksternal dan unsur publik, yakni orang tua peserta
didik, alumni, masyarakat, dunia usaha dan industri juga menjadi komponen
penting dalam GLS. GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda
prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud,
khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. Butir Nawacita yang
dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
58
saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi
karakter bangsa; (9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia. Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan
komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
Untuk melaksanakan kegiatan GLS, diperlukan suatu panduan yang
merupakan penjabaran lebih lanjut dari Desain Induk Gerakan Literasi
Sekolah (2016). Buku Panduan GLS ini berisi penjelasan pelaksanaan
kegiatan literasi yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan,
pengembangan, dan pembelajaran beserta langkah-langkah operasional
pelaksanaan dan beberapa contoh praktis instrumen penyertanya. Panduan
ini ditujukan bagi kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan untuk
membantu mereka melaksanakan kegiatan literasi di SD.
b. Pengertian
1. Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan/ atau berbicara.
2. Gerakan Literasi Sekolah GLS merupakan sebuah upaya yang
dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui
pelibatan publik.
c. Tujuan
1. Tujuan Umum: Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan
dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
59
2. Tujuan Khusus:
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca
d. Ruang Lingkup
1. Lingkungan fisik sekolah (fasilitas dan sarana prasarana literasi).
2. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif seluruh
warga sekolah).
3. Lingkungan akademik (program literasi yang menumbuhkan minat baca
dan menunjang kegiatan pembelajaran di SD)
e. Sasaran Sasaran
Panduan GLS adalah pendidik, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan
di SD.
60
pengayaan.
3.Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran:
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata
pelajaran.
GLS di SD Negeri 149 Cigadung dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan
kapasitas fisik
Tahap pembiasaan
1. Apa kecakapan literasi yang ditumbuhkan pada tahap pembiasaan?
2. Apa fokus dan prinsip kegiatan di tahap pembiasaan?
3. Apa prinsip-prinsip kegiatan membaca di tahap pembiasaan?
4. Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi di tahap
pembiasaan.
5. Langkah-langkah kegiatan:
a. Membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai
b. Menata sarana dan lingkungan kaya literasi
c. Menciptakan lingkungan kaya teks
d. Memilih buku bacaan di SD
e. Pelibatan public
61
2) Membaca Dalam Hati Membaca dalam hati (sustained silent reading)
adalah kegiatan membaca 15 menit yang diberikan kepada peserta
didik tanpa gangguan. Guru menciptakan suasana tenang, nyaman,
agar peserta didik dapat berkonsentrasi pada buku yang dibacanya.
Tujuan :
a) Menumbuhkan kebiasaan membaca pada peserta didik
b) Menata sarana dan lingkungan kaya literasi Sarana literasi
mencakup perpustakaan sekolah, Sudut Baca Kelas, dan area baca.
Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD.
Pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting
dari pelaksanaan gerakan literasi SD dan pengelolaan pengetahuan
yang berbasis pada bacaan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik
mampu meningkatkan minat baca warga SD dan menjadikan mereka
pembelajar sepanjang hayat. Perpustakaan SD idealnya berperan
dalam mengkoordinasi pengelolaan Sudut Baca Kelas, area baca, dan
prasarana literasi lain di SD.
1) Perpustakaan SD
a) Fungsi perpustakaan SD adalah sebagai pusat pengelolaan
pengetahuan dan sumber belajar di SD yang dikelola oleh kepala
SD.
b) Perpustakaan SD dapat dikelola oleh tim perpustakaan yang terdiri
atas tenaga yang terlatih di dalam pengelolaan bahan literasi.
c) Perpustakaan SD sebaiknya dilengkapi oleh berbagai sistem dan
aplikasi untuk mencatat pengunjung, dan aktivitas membaca, dan
sarana literasi lain.
2) Sudut Baca Kelas
a) Sudut Baca Kelas adalah sebuah sudut di kelas yang dilengkapi
dengan koleksi buku yang ditata secara menarik untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik.
b) Sudut Baca Kelas adalah sudut di ruangan kelas yang digunakan
untuk memajang koleksi bacaan dan karya peserta didik.
62
c) Sudut Baca Kelas berperan sebagai perpanjangan fungsi
perpustakaan SD, yaitu mendekatkan buku kepada peserta didik.
d) Sudut Baca Kelas dikelola oleh guru, peserta didik, dan orang tua.
3) Area Baca Area baca meliputi lingkungan sekolah (serambi, koridor,
halaman, kebun, ruang kelas, tempat ibadah, tempat parkir, ruang
UKS, ruang kepsek, ruang guru, ruang tunggu orang tua, toilet dll.)
yang dilengkapi oleh koleksi buku untuk memfasilitasi kegiatan
membaca peserta didik dan warga sekolah.
63
pendidikan keluarga di rumah, dan pendidikan literasi di masyarakat agar
upaya penumbuhan budaya literasi dapat terjalin dengan lebih optimal.
J. Pendidikan Inklusif
Pendidikan nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
merupakan pendidikan yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Pada UU No. 20
Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 5 ayat 1
berbunyi setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan tidak hanya ditujukan
untuk anak normal saja, tentu bermanfaat pula untuk anak berkebutuhan
khusus (ABK). Namun, sangat sedikit dari ABK yang dapat menikmati
indahnya pendidikan karena adanya diskriminasi dari lingkungan
sekitarnya. Salah satu wadah bagi para ABK untuk mengenyam pendidikan
yang telah di upayakan oleh pemerintah Indonesia yaitu di Sekolah Luar
Biasa (SLB). Pendidikan untuk semua (Education for all) menjadi solusi
alternatif sebagai pencetus adanya pendidikan inklusif di masyarakat.
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif ini diperlukan wadah yang nantinya
disebut sebagai sekolah inklusi, sekolah inklusi di definisikan sebagai
sekolah reguler yang bersedia menerima ABK sebagai peserta didiknya.
Pendidikan inklusif di kota Bandung dilaksanakan berpedoman pada
Peraturan Gubernur Nomor: 72 Tahun 2013 tentang Pedoman Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Menindaklanjuti hal tersebut,
Pemerintah Kota melalui Dinas Pendidikan menyatakan SD Negeri 127
sebagai sekolah formal yang melayani pendidikan inklusif . Jenis ABK
yang diterima di SD Negeri 149 Cigadung seperti anak lamban belajar,
anak kesulitan belajar, ABK pada tahun ajaran 2017/2018 yakni berjumlah 8
siswa dengan keterangan kedelapan siswa tersebut mengalami lamban
belajar dan berkesulitan belajar. Pembelajaran inklusi di SD Negeri 149
Cigadung menggunakan kurikulum sekolah reguler umum yang di
modifikasi dengan kebutuhan siswa inklusi. Di SD Negeri 149 Cigadung
64
mempunyai 2 orang guru yang telah mendapat pelatihan tentang pendidikan
inklusif sebelumnya. Menurut Pergub No. 72 Tahun 2013 “Satuan
Pendidikan anak usia dini, Satuan Pendidikan dasar, Satuan Pendidikan
menengah, atau bentuk lain yang sederajat menyelenggarakan pendidikan
khusus bagi peserta didik yang mendapat pembelajaran inklusif. Dengan
program pelayanan sebagai berikut:
1. Program remidial
2. Program percepatan
3. Program pengayaan
4. Gabungan program percepatan dan program pengayaan
5. Penyesuaian /modifikasi program media, alat/sarana, waktu, dan
tempat
6. Program lain yang ditentukan kemudian
65
komunikasi merupakan langkah yang paling mudah dan efektif untuk
penyampaian informasi suatu kebijakan baik yang masih dalam perumusan
maupun kebijakan yang baru di buat. Dengan adanya komunikasi ini, salah
satu tujuannya kebijakan yang di buat dapat sampai pada sasaran yang
dituju dari suatu kebijakan. Ketika pelaksana kebijakan kekurangan
sumberdaya sesuai dengan yang dibutuhkan ini menyebabkan perintah
implementasi tidak akan diteruskan secara jelas dan konsisten maka
implementasi pun cenderung kurang efektif, sehingga perlu adanya
perintah yang tegas dan konsisten. SDM berpengaruh terhadap
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kebijakan. Dalam proses
pendidikan inklusif SD Negeri 149 Cigadung menggunakan kurikulum
yakni kurikulum yang dimodifikasi dari kurikulum sekolah reguler
sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan ABK. Implementasi
Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam
Lingkup Sekolah Inklusi di SD Negeri 149 Cigadung secara umum sudah
berjalan walaupun belum maksimal karena Tenaga pengajar yang khusus
belum memadai. yakni ketersediaan sumber daya manusianya masih
kurang, kurangnya jumlah tenaga pendidik seperti Guru Pendamping
Khusus dalam mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus. Belum ada
kurikulum anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan kondisi
anak, belum adanya standar mempermudah atau dimodifikasi.
66
BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN SDN 149 CIGADUNG
TAHUN PELAJARAN 2018-2019
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
selama 1 tahun pelajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
SEMESTER 1
2-14 Juli : Libur smt 2 dan libur sekitar hari 1 Agustus Rapat rutin bulanan 1 September Rapat Guru
2-6 Juli : PPDB 2017/2018 22 Agustus Libur Hari Raya Idul Adha 11 Sept : Libur tahun baru Islam 1440 H
16 Juli : Hari pertama masuk sekolah 24-29 Sept : Prakiraan jeda tengah semester
60
SEMESTER 2
1 Jan : Tahun Baru Masehi 1 Feb : Rapat guru 1 Maret : Rapat guru
2 Jan : Hari pertama masuk sekolah 5 Feb : Tahun Baru Imlek 12 Maret : Pembuatan soal PTS
2 Jan : Rapat guru 7 Maret : Hari Raya Nyepi
11-16 Maret : Prakiraan jeda
tengah semester 2
17 Maret : Praktek renang
1 April : Rapat guru 1 Mei : Hari Buruh 1 Juni : Hari Lahir Pancasila
4 April: Latihan ujian ke 1 2 Mei : Hari Pendidikan Nasional 3 Juni Rapat guru
19 April : Libur Wafat Isa almasih 3 - 6 Mei : Ujian Sekolah 2-16 Juni: Libur hari raya Idul Fitri
17 April: Libur Pilpres/Pileg 6-8 Mei : Prakiraan libur awal Ramadhan 18 Juni : Pelepasan kelas 6
21 April: Memperingati hari Kartini 9-11 Mei: Kegiatan penumbuhan 21 Juni : Titimangsa rapor smt 2
22-25 April: Ujian Nasional budi pekerti 21/22 Juni: Pembagian rapor smt 2
23 April : Pasanggiri Tk. Kota 19 Mei : Hari Waisak 24 Juni-14 Juli: Libur akhir tahun
29 April- 4 Mei Ujian Sekolah 22-23 Mei : Pesantren Ramadhan pelajaran
13-25 Mei: Prakiraan PAT
30 Mei : Libur Kenaikan Isa al masih
61
JUMLAH HARI
1 JULI 31 17 14
2 AGUSTUS 31 5 26
3 SEPTEMBER 30 5 25
134
4 OKTOBER 31 4 27
5 NOVEMBER 30 5 25
6 DESEMBER 31 14 17
7 JANUARI 31 9 22
8 PEBRUARI 29 4 25
9 MARET 31 6 25
10 APRIL 30 8 22 122
11 MEI 31 19 12
12 JUNI 30 14 16
13 JULI 0
71
KALENDER PENDIDIKAN SD TAHUN PELAJARAN 2019-2020
SD NEGERI 149 CIGADUNG
SEP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 30 5 25
134
OKT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 31 4 27
NOP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 30 5 25
DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 31 14 17
JAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 31 9 22
PEB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 29 4 25
29 30 31 31 6 25
2020
MAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
APR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 30 8 22 122
MEI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 31 19 12
JUNI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 30 14 16
JUL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 0
Jumlah Hari 366 110 256
Keterangan: HK = 366 Hari Kalender HL = 110 Hari Libur HE = 256 Hari Efektif
SEMESTER 1 SEMESTER 2
Masuk awal sekolah 15 Juli 2019 9 Tahun Baru 2020 01 Januari 2020
y MPLS 16-17 Juli 2019 Masuk sekolah semester 2 6 Januari 2020 8 Wafat Isa Almasih 21 Mei 2020
z Orientasi 18-19 Juli 2019 Tahun Baru Imlek 25 Januari 2020 Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2020
Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2019 [ Penilaian Tengah Semester 2 9 - 14 Maret 2020 PenilaianAkhir Semester 2 3-13 Juni 2020
O I'dul Adha 1440 H 11 Agustus 2019 / Peringatan Isro Mi'raj 22 Maret 2020 ݘPekan Olahraga dan Seni 15-16 Juni 2020
ﷲ Tahun Baru Islam 1441 H 1 September 2019 : Hari Raya Nyepi 25 Maret 2020 " Pentas Seni 18 Juni 2020
Z Penilaian Tengah Semester 1 23-27 September 2019 Kenaikan Isa Almasih 10 April 2020 _ Pembagian Buku Rapor 19 Juni 2020
& Maulid Nabi Muhammad 9 November 2019 & Libur Awal Ramadhan 23-25 April 2020
ﶏ Penilaian Akhir Semester 1 2-14 Desember 2019 / Kegiatan Penumbuhan Budi Pekerti27-30 April 2020 2
" Pekan Olahraga dan Seni 16-19 Desember 2019 Hari Buruh 1 Mei 2020 ݜ
r Pembagian Buku Rapor 20 Desember 2019 / Hari Raya Waisak 7 Mei 2020 ﷲ
1 Natal 25 Desember 2019 y Ujian Sekolah 11-16 Mei 2020 1
% Libur Semester 1 22 Des 2019 - 5 Januari 2020 ^ Libur Hari Raya Idul Fitri 18-30 Mei 2020
<
Latihan Ujian 1 25 -27 Feb 2019
Rapat orang tua kelas 6 10 Januari 2019
Ujian Praktek 4 Mart - 2 Apr 2019
PBM SDN 149 Cigadung
HK HL HE HE SMT
31 24 7
31 10 21
30 16 14
80
31 9 22
30 14 16
31 31 0
31 9 22
28 19 9
31 17 14
30 23 7 52
31 31 0
30 30 0
31 31 0
396 264 132
olah raga 6
agama 7
pbb 10 fasion
pensi 11
ekskul 12
KALENDER PENDIDIKAN SDN 149 CIGADUNG
TAHUN PELAJARAN 2020-2021
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
selama 1 tahun pelajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
SEMESTER 1
BULAN BULAN BULAN
J U L I 2020 A G U S T U S 2020 S E P T E M B E R 2020
HARI HARI HARI
MINGGU 5 12 19 26 MINGGU 2 9 16 23 30 MINGGU 6 13 20 27
SENIN 6 13 20 27 SENIN 3 10 17 24 31 SENIN 7 14 21 28
SELASA 7 14 21 28 SELASA 4 11 18 25 SELASA 1 8 15 22 29
RABU 1 8 15 22 29 RABU 5 12 19 26 RABU 2 9 16 23 30
KAMIS 2 9 16 23 30 KAMIS 6 13 20 27 KAMIS 3 10 17 24
JUM'AT 3 10 17 24 31 JUM'AT 7 14 21 28 JUM'AT 4 11 18 25
SABTU 4 11 18 25 1 SABTU 8 15 22 29 SABTU 5 12 19 26
Keterangan
Juli
1-12 Juli : Libur semester 2
13 Juli : Hari pertama masuk sekolah
13 - 15 Juli : MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah)
16 Juli : Rapat guru awal TP baru 2020-2021
31 Juli : Libur Hari Raya Idul Adha
Agustus
1 Agustus : Rapat rutin bulanan
14 Agustus : HUT Pramuka
17 Agustus : HUT Kemerdekaan RI
20 Agustus : Tahun Baru Islam 1441 H
21 Agustus : Cuti bersama
September
Keterangan
Oktober
7 Oktober : Rapat guru
28 - 30 Oktober : Cuti bersama
November
4 November : Rapat guru
5 - 15 November : Pembuatan soal PAS
18 November : Pengumpulan soal PAS
19 - 22 November : Revisi soal PAS
23 - 28 November : Penggandaan soal PAS
30 November : Penilaian Akhir Semester 1
Desember
1 - 9 Desember : Penilaian Akhir Semester 1
10 - 15 Desember : Rekap Nilai
17 Desember : Rapat guru
18 Desember : Pembagian Buku Rapor
19 - 31 Desember : Libur Semester 1
25 Desember : Libur hari natal
SEMESTER 2
Keterangan
Januari
1 Januari : Tahun Baru 2020 Masehi
6 Januari : Masuk sekolah semester 2
7 Januari : Rapat guru
10 Januari : Rapat orang tua siswa kelas 6
25 Januari : Tahun Baru Imlek
Februari
3 Februari : Rapat guru
Februari : Lomba-Lomba PTK
Februari : Lomba-Lomba Peserta didik
Tingkat Kecamatan
Maret
3 - 6 Maret : Pembuatan soal PTS
9 - 14 Maret : Penilaian Tengah Semester 2
16 - 17 Maret : Jeda Tengah Semester 2
22 Maret : Peringatan Isro Mi'raj
25 Maret : Hari Raya Nyepi
Maret : Lomba-Lomba Peserta didik
Tingkat Kota
BULAN BULAN BULAN
A P R I L 2021 M E I 2021 J U N I 2022
HARI HARI HARI
MINGGU 4 11 18 25 MINGGU 2 9 16 23 MINGGU 7 14 21 28
SENIN 5 12 19 26 SENIN 3 10 17 24 SENIN 1 8 15 22 29
SELASA 6 13 20 27 SELASA 4 11 18 25 SELASA 2 9 16 23 30
RABU 7 14 21 28 RABU 5 12 19 26 RABU 3 10 17 24
KAMIS 1 8 15 22 29 KAMIS 6 13 20 27 KAMIS 4 11 18 25
JUM'AT 2 9 16 23 30 JUM'AT 7 14 21 28 JUM'AT 5 12 19 26
SABTU 3 10 17 24 SABTU 1 8 15 22 29 SABTU 6 13 20 27
Keterangan
April
1 April : Rapat guru
1 - 20 April : Ujian Praktek
10 April : Kenaikan Isa Almasih
13 - 15 April : Latihan Ujian 1
21 April : Memperingati hari Kartini
23 - 25 April : Libur Awal Ramadhan
27 - 30 April : Kegiatan Penumbuhan Budi Pekerti
27 - 30 April : Pembuatan soal PAS
Mei
1 Mei : Hari Buruh
2 Mei : Hari Pendidikan Nasional
3 Mei : Rapat guru
4 - 8 Mei : Ujian Praktek
4 Mei : Pengumpulan soal PAS
5 - 6 Mei : Revisi soal PAS
7 Mei : Hari Raya Waisak
8 - 9 Mei : Penggandaan soal PAS
11 - 16 Mei : Ujian Sekolah
18 - 30 Mei : Libur Hari Raya Idul Fitri
Juni
1 Juni : Hari Lahir Pancasila
2 Juni : Rapat guru
3 - 12 Juni : PenilaianAkhir Semester 2
15 - 18 : Pekan Olahraga dan Seni
19 Juni : Pembagian Buku Rapor Semester 2
21 Juni - 12 Juli: Libur akhir tahun pelajaran
embelajaran peserta didik
BAB V
PENUTUP
penyusun, oleh sebab itu masukkan yang berupa kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga saja
apa yang telah menjadi jerih payah penyusun dapat memberikan sesuatu yang
baik yang kita lakukan demi kemajuan pendidikan anak-anak bangsa ini. Amiin.
Tim Penyusun
72
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI 149 CIGADUNG
Jl. Ranca Kendal No. 99 Telp. 022 – 82522557
BERITA ACARA
NOMOR : 421.2/002/SDN 149-Cgd /VII/2019
Pada hari ini Selasa, tanggal sembilan Juli tahun dua ribu sembilan belas, telah
dilaksanakan rapat Tim Pengembang Kurikulum bersama Komite Sekolah tentang
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri 149 Cigadung
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung tahun pelajaran 2019-2020 dimulai dari
tanggal 9 Juli sampai 11 Juli tahun 2019 pukul 08.00 sampai dengan 11.00. Hasil rapat
menetapkan pengembangan silabus setiap mata pelajaran disesuaikan dengan kurikulum
yang digunakan setiap tingkatan. (Dokumen terlampir).
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 9 Juli 2019
Kepala Sekolah,
BERITA ACARA
NOMOR : 421.2/003/SDN 149-Cgd /VII/2019
Pada hari ini Rabu, tanggal sepuluh Juli tahun dua ribu sembilan belas, telah
dilaksanakan rapat Tim Pengembang Kurikulum bersama Komite Sekolah tentang
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri 149 Cigadung
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung tahun pelajaran 2019-2020 dimulai dari
tanggal 9 Juli sampai 11 Juli tahun 2019 pukul 08.00 sampai dengan 11.00. Hasil rapat
menetapkan Nilai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) untuk kelas 1 – 6 SD Negeri 149
Cigadung tahun pelajaran 2019-2020.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 10 Juli 2019
Kepala Sekolah,
BERITA ACARA
NOMOR : 421.2/004/SDN 149-Cgd /VII/2019
Pada hari ini Kamis, tanggal sebelas Juli tahun dua ribu sembilan belas, telah
dilaksanakan rapat Tim Pengembang Kurikulum bersama Komite Sekolah tentang
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri 149 Cigadung
Kelurahan Sekeloa Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung tahun pelajaran 2019-
2020 dimulai dari tanggal 9 Juli sampai 11 Juli tahun 2019 pukul 08.00 sampai dengan
11.00. Hasil rapat menetapkan VISI, MISI, TUJUAN, SD Negeri 149 Cigadung tahun
pelajaran 2019-2020.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 11 Juli 2019
Kepala Sekolah,
1. Strength ( Kekuatan )
Keadaan Geografis
Letak SD Negeri 149 Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung
di Jalan Ranca Kendal No 99 Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota
Bandung. Berdekatan dengan SMPN 19 dan SMPN 35 Bandung. Sekolah ini
pun terletak di pinggir jalan tetapi tidak begitu ramai sehingga tidak
mengganggu suasana belajar, Halaman yang luas dan tanaman yang tumbuh
subur di sekitar sekolah menjadikan lingkungan sekolah sejuk, asri, sehingga
menambah kenyamana suasana belajar. Sekolah ini pun berada di pemukiman
yang cukup padat sehingga siswa baru yang mendaftar setiap tahunnya selalu
banyak.
2. Weakness ( Kelemahan )
a. Keterbatasan Ruang Kelas
SD Negeri 149 Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung
yang memiliki ruang 15 lokal, 1 lokal dipergunakan untuk ruangan
guru,UKS, dan mushola. 1 lokal dipergunakan untuk ruang kepala sekolah,
TU, dan Operator. 1 lokal untuk ruang Perpustakaan. 12 lokal untuk
ruangan kelas. Jumlah peserta didik saat ini (Juli 2019) berjumlah 854
peserta didik. Dengan jumlah peserta didik yang ada menyebabkan tenaga
pendidik, ruangan kelas juga WC siswa masih kurang, hal ini dapat
berpengaruh terhadap optimalisasi pencapaian tujuan pendidikan.
b. Kemampuan Ekonomi Orang Tua
Dapat dikatakan sekitar 35 % orang tua siswa SD Negeri 149 Cigadung
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung tergolong orang tua siswa
tidak mampu. Hal ini menyebabkan daya dukung terhadap kebutuhan
pengembangan bakat, minat, dan kebutuhan siswa terhadap pendidikan
masih merupakan penghambat. Namun kepedulian terhadap pendidikan
cukup baik.
3. Opportunity ( Peluang )
a. Tersedianya jalur non akademik untuk ke SMP
Pemanfaatan jalur non-akademik merupakan peluang yang masih terbuka
karena sebagian besar orang tua masih berharap bahwa prestasi non
akademik dapat dilaksanakan dan dikembangkan dari tahun ketahun
berikutnya.
4. Threat ( Ancaman )
a. Tingkat kepercayaan masyarakat masih labil
Tingkat kepercayaan mesayarakat secara tidak langsung menuntut pihak
sekolah untuk senantiasa menjaga kualitas mengajarnya. Kepercayaan akan
semakin kuat apabila pihak sekolah dapat membuktikan kinerja yang baik
dengan disertai prestasi yang meningkat pula. Apabila hal tersebut terwujud,
maka dukungan masyarakat akan semakin besar.
b. Tuntutan masyarakat yang tinggi
Tuntutan yang tinggi ini bila tidak disikapi dengan benar dan diwujudkan
dengan program yang jelas akan menimbulkan efek negatif, baik bagi warga
sekolah maupun bagi masyarakat itu sendiri, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan ketidakharmonisan hubungan sekolah dan masyarakat.