Anda di halaman 1dari 9

Usaha Pemberantasan Penyakit Kusta di Lingkungan Masyarakat

Kisi Wulandari
102016057
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta 11510
kisi.2016fk057@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kusta merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Kusta dapat terjadi akibat penularan
dalam keluarga karena kontak yang lama dan erat. Penyakit ini dapat diobati apabila diberikan
penanganan yang tepat pada pasien dan dapat dicegah bagi orang-orang yang memiliki faktor
risiko. Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk membantu mengatasi kusta. Salah satu
usaha untuk menangani kusta adalah dengan melakukan penyuluhan pengetahuan tentang kusta.
Diharapkan dengan cukupnya pengetahuan dan adanya kesadaran akan kesehatan pada
masyarakat dapat membantu menangani penyakit kusta.

Kata kunci: kusta, pelayanan kesehatan, keluarga

Abstract

Leprosy is a public health problem. Leprosy can occur due to transmission in the family due to
prolonged and close contact. This disease can be treated if appropriate treatment is given to
patients and can be prevented for people who have risk factors. Health services are very
necessary to help overcome leprosy. One effort to deal with leprosy is to educate people about
leprosy knowledge. It is hoped that with sufficient knowledge and awareness of health in the
community can help deal with leprosy.

Keyword: leprosy, health services, family

Pendahuluan

Sehat merupakan kehendak semua orang baik itu perorangan atau kelompok, bahkan
masyarakat. Menurut UU No.23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan

1
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk dapat
mewujudkan keadaan sehat banyak upaya yang harus dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang
dipandang mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan menurut Blum. Pelayanan kesehatan diartikan sebagai upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama–sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.1

Pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu pelayanan kesehatan personal (personal
health services) dan pelayanan kesehatan lingkungan (environmental health service) atau sering
juga disebut sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Pelayanan
kesehatan kedokteran lebih mengutamakan pelayanan dalam menyembuhkan penyakit (curative)
dan memulihkan kesehatan (rehabilitative), sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat
mengutamakan pelayanan meningkatkan kesehatan (promotive) dan mencegah penyakit
(preventive). Yang menjadi sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini adalah perseorangan
dan keluarga untuk pelayanan kedokteran serta kelompok masyarakat untuk pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan
pelayanan dokter keluarga (family practice).2

Kusta
Kusta (lepra) atau morbus hansen merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan
oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Diagnosis penyakit kusta
didasarkan gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis, dan imunologis. Bentuk tipe klinis
bergantung pada sistem imunitas seluler (SIS) penderita. Bila SIS baik akan tampak gambaran
klinis kearah tuberkuloid, sebaliknya SIS rendah memberikan gambaran lepromatosa. Ridley
dan Jopling memperkenalkan istilah spectrum determinate pada penyakit kusta yang terdiri atas
berbagai tipe atau bentuk yaitu TT (Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil), Ti (Tuberkuloid
indefinite), BT (Bordeline tuberkuloid), BB (Mid borderline), BL (Borderline lepromatous), Li
(Lepromatosa indefinite), LL (Lepromatosa polar, bentuk yang stabil).3,4

Lepra menular melalui kontak langsung dengan penderita (keduanya harus ada lesi baik
mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang). Selain itu
melalui inhalasi atau pernapasan, sebab Mycobacterium leprae masih dapat hidup beberapa hari

2
dalam droplet. Kusta bukan penyakit keturunan. Bakteri ini mengalami proses
perkembangbiakan dalam waktu 2-3minggu, pertahanan bakteri ini dalam tubuh manusia
mampu bertahan 9 hari di luar tubuh manusia kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21
hari dengan masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun. Setelah itu, tanda-tanda penyakit
kusta ini mulai muncul seperti timbul bercak putih pada kulit, merah, kesemutan. Bila tidak
ditangani maka dapat menjadi progresif dan menyebabkan kerusakan permanen pada kulit,
saraf, anggota gerak, dan mata. 3,4

Analisis Faktor terjadinya Kusta


Tiga teori terjadinya penyakit yaitu teori segitiga (triangle theory) yang menggambarkan
interaksi tiga komponen penyebab penyakit yaitu manusia (host), penyebab (agent), dan
lingkungan (environment), lalu jarring-jaring sebab akibat (the web of causation) yang
menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor, lalu teori roda (the
well of causation) yang memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam
timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen dan mementingkan
hubungan antar manusia dengan lingkungan hidupnya. Teori lainnya yaitu teori Hippocrates ,
teori Miasma, dan teori jasad renik.5 Timbulnya penyakit merupakan suatu interaksi antara
berbagai faktor penyebab yaitu penjamu (host), kuman (agent), dan lingkungan (environment)
melalui suatu proses yang dikenal sebagai rantai penularan yang terdiri dari enam komponen
yaitu penyebab, sumber penularan, cara keluar dari sumber penularan, cara penularan, cara
masuk ke penjamu, penjamu. Rantai penularan yang menentukan terjadinya penyakit kusta
adalah:3,4,5

1. Penyebab
Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae ditemukan oleh G.H.Armauer
Hansen pada tahun 1873 dan dikenal juga sebagai penyakit Morbus Hansen.
2. Sumber penularan
Manusia sebagai sumber penularan. Kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpase
dan telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus (athymic nude mouse).
3. Cara keluar dari penjamu
Kuman kusta banyak ditemukan di mukosa hidung manusia. Telah terbukti bahwa
saluran napas bagian atas dari pasien tipe lepromatosa merupakan sumber kuman.

3
4. Cara penularan
Kuman kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun. Akan tetapi dapat juga
bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M.leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh
pasien dan masuk kedalam tubuh orang lain. Dapat terjadi dengan cara kontak yang lama
dengan pasien. Pasien yang sudah minum obat MDT tidak menjadi sumber penularan ke
orang lain.
5. Cara masuk kedalam penjamu
Menurut teori cara masuknya kuman kedalam tubuh adalah melalui saluran pernapasan
bagian atas dan melalui kontak kulit yang lama dan erat.
6. Penjamu
Hanya sedikit orang yang terjangkit kusta setelah kontak dengan pasien kusta, hal ini
disebabkan adanya kekebalan tubuh.
Sedangkan, faktor eksternal juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya
penyakit kusta, yaitu: 3,4,5
1. Kepadatan hunian
Penularan penyakit kusta dapat terjadi melalui droplet infeksi atau melalui udara. Dengan
penghuni yang padat maka dapat mempengaruhi kualitas udara sehingga bila ada anggota
keluarga yang menderita kusta maka anggota yang lain akan rentan tertular. Namun
kuman kusta akan inaktif bila terkena cahaya matahari dan sinar ultra violet dapat
merusak dan mematikan kuman kusta.
2. Perilaku
Pengertian perilaku menurut Skiner merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar) dan terjadi melalui proses stimulus lalu organisme, lalu
respons (teori SOR). Sedangkan pengertian Perilaku Kesehatan (health behavior)
menurut Skiner adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan
dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit
(kesehatan) seperti lingkungan, makanan dan minuman yang tidak sehat, dan pelayanan
kesehatan. Secara garis besar perilaku kesehatan dibagi dua yaitu perilaku sehat (healthy
behavior) dan perilaku orang yang sakit (health seeking behavior). Perilaku sehat
mencakup perilaku dalam mencegah dan perilaku dalam mengupayakan peningkatan

4
kesehatan. Perilaku orang yang sakit mencakup tindakan yang diambil seseorang bila
sakit atau terkena masalah untuk memperoleh kesembuhan
3. Sosial Ekonomi
Sekitar 90 % penderita kusta menyerang kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin.
Sosial ekonomi rendah akan menyebabkan kondisi kepadatan hunian yang tinggi dan
buruknya lingkungan, selain itu masalah kurang gizi dan rendahnya kemampuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak juga menjadi problem bagi golongan yang
sosial ekonominya rendah.
Promosi Kesehatan
Penyuluhan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan masyarakat oleh petugas kesehatan sehingga masyarakat dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Penyuluhan juga dapat menjadi
upaya pencegahan primordial untuk orang-orang yang belum memiliki faktor resiko penyakit
kusta. Isi dari materi penyuluhan adalah: 3
1. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
2. Sekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
3. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
4. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara
teratur
5. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik

Salah satu masalah yang menghambat upaya penanggulangan kusta adalah stigma pada
penyakit kusta dan orang yang mengalami kusta bahkan keluarganya. Dalam kehidupan sehari-
hari, perlakuan diskriminaif dapat terjadi dalam hal kesempatan mencari pekerjaan, beribadah di
rumah ibadah, menggunakan kendaraan umum, mendapatkan pasangan hidup, dan lain-lain.
Keadaan ini berdampak negatif secara psikologis bagi mereka yang dapat menyebabkan self
stigma, frustasi, bahkan upaya bunuh diri.

Pencegahan Penyakit Kusta


Promosi kesehatan memiliki dua definisi yaitu sebagai bagian pencegahan penyakit dan
sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan atau mengenalkan kesehatan sehingga masyarakat
menerima pesan kesehatan dan mau berperilaku hidup sehat. Lima tingkat pencegahan penyakit

5
menurut Leavel dan Clark yaitu health promotion, specific protection, early diagnosis and
prompt treatment, disability limitation, rehabilitation.5
Anak- anak dari orang tua yang teinfeksi diberikan kemoprofilaksis dengan sulfon
sampai orang tua tidak infeksius lagi. Jika salah satu anggota dalam keluarga menderita lepra
lepromatosa, maka profilaksis demikian diperlukan bagi anak-anak dalam keluarga tersebut.
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan seseorang yang telah memiliki
faktor resiko agar tidak sakit. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi
penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor resikonya.
Untuk mencegah terjadinya penyakit kusta, upaya yang dilakukan adalah memperhatikan dan
menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, personal hygiene, deteksi dini adanya penyakit
kusta dan penggerakan peran serta masyarakat untuk segera memeriksakan diri atau
menganjurkan orang-orang yang dicurigai untuk memeriksakan diri ke puskesmas. 3,4,5
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan penyakit dini yaitu mencegah orang
yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindari komplikasi.
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita dan mengurangi akibat-akibat
yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan pemeriksaan
neuritis, deteksi dini adanya reaksi kusta, pengobatan secara teratur melalui kemoterapi atau
tindakan bedah. Pencegahan tersier untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk memulihkan seseorang yang sakit
sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif, mengikuti gaya hidup yang
memuaskan dan untuk memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin sesuai tingkatan
penyakit dan ketidakmampuannya. 3,4,5

Pengobatan Kusta
Obat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah DDS (diaminodifenil
sulfon), kemudian klofazimin, dan rifampisin. Tiga obat antibiotik untuk pengobatan alternatif
yaitu ofloksasin, minosiklin dan klaritomisin. Adanya multi drug treatment (MDT) merupakan
usaha untuk mencegah dan mengobati resisten, memperpendek masa pengobatan, mempercepat
pemutusan mata rantai penularan. Timbulnya resistensi disebabkan oleh karena dosis rendah
pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra reaksi dan waktu makan obat sangat
lama sehingga membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teratur. 3,4

6
Usaha Pemberantasan Kusta
Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam hingga 7-9 hari, tergantung
dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia. Makin panas cuaca makin cepat kuman kusta mati.
Maka penting sinar matahari masuk ke dalam rumah dan menghindari tempat yang lembab.
Kondisi rumah didaerah yang padat penghuninya juga sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan seseorang, oleh karena itu dalam membuat rumah harus memperhatikan persyaratan
sebagai berikut:6
1. Bahan bangunan
a. Lantai tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan
b. Dinding tembok adalah baik, namun bila didaerah tropis dan ventilasi kurang
lebih baik dari papan
c. Atap genting cocok untuk daerah tropis, sedangkan atap seng atau esbes tidak
cocok untuk rumah pedesaan menimbulkan suhu panas di dalam rumah.
2. Ventilasi cukup
Minimal luas jendela/ventilasi adalah 15% dari luas lantai untuk menjaga agar udara
di ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
3. Cahaya matahari cukup
Tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya Matahari ini dapat diperoleh dari
ventilasi maupun jendela/genting kaca, suhu udara yang ideal didalam rumah adalah
18–30°C. Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi, Mycobacterium
Leprae tumbuh optimal pada suhu 37°C. Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat
membunuh Mycobacterium Leprae. Bakteri ini tahan hidup pada tempat gelap,
sehingga perkembangan bakteri lebih banyak dirumah yang gelap.
4. Luas bangunan rumah cukup
Luas lantai bangunan rumah harus cukup sesuai dengan jumlah penghuninya. Rumah
yang terlalu padat penghuninya menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila
salah satu anggota keluarganya ada yang sakit infeksi maka akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain.
Pemberian kemoprofilaksis dapat menurunkan insidens penyakit kusta sebesar 30-72%.
Terdapat empat obat antimikroba yang masuk dalam kriteria yang menunjukkan aktivitas
bakterisidal dengan dosis tunggal, yaitu rifampisin, rifapentin, moksifloksasin, dan R207910

7
(diarylquinoline). Dari keempat antimikroba ini, rifampisin merupakan pilihan obat yang paling
mudah diperoleh, diberikan dengan dosis 600 mg untuk dewasa, atau 10 mg/kgBB untuk anak-
anak.7
Kedokteran Keluarga
Dokter keluarga adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan lini pertama,
pelayanan kesehatan/medis yang bersifat umum, bersifat holistik dan komprehensif,
pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan, pendekatan keluarga. Fungsi dokter keluarga
adalah sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan (care provider), penghubung atau penyampai
pesan (communicator), pembuat keputusan (decision maker), manager, pemimpin masyarakat
(community leader). Tujuannya adalah mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.2
Kesimpulan
Sehat atau bebas dari penyakit merupakan keinginan dari setiap individu, keluarga, dan
masyarakat. Dalam mewujudkan kondisi sehat tersebut, ada pelayanan kesehatan yang
disediakan, yaitu pelayanan kesehatan personal dan pelayanan kesehatan lingkungan atau
masyarakat. Pelayanan yang diberikan dapat berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam kasus lepra yang terjadi pada kasus, ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai
seorang dokter keluarga, antara lain melakukan pendekatan epidemiologi secara langsung,
melakukan pengobatan, dan melakukan promosi kesehatan mengenai lepra pada keluarga pasien
dan masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Hukun dan HAM. UU no 23 tahun 1992 tentang
kesehatan. Diunduh dari http://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu.%20no
%2023%20tahun%201992%20tentang%20kesehatan.pdf
2. Prasetyawati AE. Kedokteran keluarga dan wawasannya. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Diunduh dari
https://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Keseharan RI. Kusta.
4. Zulkifli. Penyakit Kusta dan masalah yang ditimbulkannya. Fakultas Kesehatan
masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli2.pdf
5. Irwan. Epidemiologi penyakit menular. Yogyakarta: CV Absolute Media; 2017

8
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Diunduh dari
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KEPMENKES_829_1999.pdf
7. Siskawati Y, Agustin T, Zubier F. Kusta subklinis beberapa pemeriksaan serologis dan
kemoprofilaksis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diunduh dari
http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/32/210/10_Tinjauan_Pustaka_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai