Pengertian Negosiasi
Pengertian Negosiasi
TYKA RAMONA
1006695476
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesia
ty.ramona@ymail.com
Abstrak
Negosiasi merupakan kegiatan komunikasi yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari.
Tanpa disadari semua orang pasti melakukan negosiasi. Negosiasi melibatkan memeriksa fakta-
fakta dari sebuah situasi, mengekspos kepentingan yang berlawanan dari pihak-pihak yang
terlibat, dan melakukan perundingan untuk sebisa mungkin menyelesaikan masalah. Didalam
makalah ini akan dibahas bagaimana pengertian, proses, hingga langkah-langkah melakukan
negosiasi. Setelah itu akan dibahas bagaimana pengaplikasian langkah-langkah negosiasi dalam
contoh kasus PSSI dan KPSI.
ABSTRACT
Negotiation is a communication activities can’t be separated from everyday life. Without realizing
everyone must negotiate. Negotiation involves examining the facts of a situation, exposing both
the common and opposing interests of the parties involved, and bargaining to resolve as many
issues as possible. This paper will discuss definition of negotiation, the process, and to negotiate
steps. After that it will be discussed how to applying the steps of negotiating in the case of PSSI
and KPSI.
Dalam kejadian sehari-hari, banyak pihak-pihak yang bermasalah dan tidak bisa
menyelesaikan masalahnya karena tidak bertemunya kesepakatan antara kedua belah
pihak. Baik hanya sekedar masalah kecil sampai masalah besar seperti urusan
ekonomi, bisnis, maupun politik.
Negosiasi diperlukan dalam kehidupan manusia karena sifatnya yang begitu erat
dengan filosofi kehidupan manusia dimana setiap manusia memiliki sifat dasar untuk
mempertahankan kepentingannya, di satu sisi, manusia lain juga memiliki
kepentingan yang akan tetap dipertahankan, sehingga, terjadilah benturan
kepentingan. Padahal, kedua pihak tersebut memiliki suatu tujuan yang sama, yaitu
memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Apabila terjadi benturan kepentingan
terhadap suatu hal, maka timbul lah suatu sengketa. Dalam penyelesaian sengketa
dikenal berbagai macam cara, salah satunya negosiasi. Secara umum, tujuan
dilakukannya negosiasi adalah mendapatkan atau memenuhi kepentingan kita yang
telah direncanakan sebelumnya dimana hal yang diinginkan tersebut disediakan atau
dimiliki oleh orang lain sehingga kita memerlukan negosiasi untuk mendapatkan yang
diinginkan.
Salah satu contoh kasus yang permasalahannya cukup panjang dan menghebohkan
pada tahun 2012 sampai awal tahun 2013 kemaren adalah kasus PSSI (Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia) dengan KPSI (Komite Penyelamatan Sepakbola
Indonesia). Pemicu berdamainya PSSI dan KPSI adalah karena adanya ancaman dan
sanksi dari FIFA (Federasi Asosiasi Sepakbola Internasional) apabila kedua pihak ini
tidak berdamai.
Walaupun akhirnya pertikaian ini berakhir, penulis tetap ingin menganalisa kasus ini
dan membuatkan langkah-langkah negosiasi yang tepat. Masalah ini berlalu cukup
Karena itu pada karya tulis ini, penulis akan menjadi negosiator dari pihak PSSI untuk
bernegosiasi dengan pihak KPSI. Sebelum membahas strategi-strategi negosiasi,
penulis akan terlebih dahulu membahas konsep dari Negosiasi itu sendiri. Dari
konsep-konsep tersebut baru akan dibuat langkah-langkah kongkrit untuk
menyelesaikan permasalahan dari pihak PSSI.
Permasalahan
Permasalahan PSSI dan KPSI bermula pada bulan September 2011, akibat adanya
ketidakpuasaan kepada PSSI. Salah satunya adalah Toni Aprilani dan La Nyalla
Matalitti yang akhirnya membentuk KPSI pada akhir tahun. Selain itu, dua eks
anggota exco Roberto Rouw dan Erwin Dwi Budiman turut bergabung.
Sebagai komite yang resmi dari kemenpora, PSSI ingin agar KPSI dibubarkan agar
tidak adanya dualisme kompetisi. Tapi KPSI tidak mau mematuhi PSSI karena tidak
bertemunya kesepakatan bersama. Karena itulah diperlukan langkah-langkah
negosiasi dari pihak PSSI yang dapat disetujui oleh KPSI dan tetap tidak merugikan
PSSI.
Kerangka Konsep
Pengertian Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat
berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan
(Elizabeth.2003,5-6). Dalam hal ini, ada dua pihak yang berkepentingan dalam
bernegosiasi yaitu pembeli dan penjual. Lebih jelasnya bahwa negosiasi merupakan
suatu proses komunikasi antara dua pihak, yang masing-masing mempunyai tujuan
dan sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai kesepakatan yang
memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama. Shani and Lau (2005,
176) mendefinisikan negosiasi sebagai : “In situations where there is both conflict and
interdependency, the process used to deal with conflict is negotiations” Dalam hal ini,
negosiasi diartikan sebagai proses penyelesaian konflik, dimana pihak-pihak yang
terlibat konflik saling bergantung.
Salah satu tujuan orang bernegosiasi adalah menemukan suatu keputusan atau
kesepakatan kedua belah pihak secara adil dan dapat memenuhi harapan atau
keinginan kedua belah pihak tersebut.
Untuk mendapatkan suatu kesepakatan kedua belah pihak, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain :
• Persiapan yang cermat
• Presentasi dan evaluasi yang jelas mengenai posisi kedua belah pihak
Proses Bernegosiasi
Proses negosiasi bukanlah proses sesaat kemudian dapat dengan segera diperoleh
hasilnya. Oleh karena itu negosiasi merupakan suatu proses yang berlangsung secara
kontinu atau terus-menerus hingga tercapai suatu kesepakatan bagi kedua belah pihak.
Persiapan yang baik sebelum bernegosiasi merupakan salah satu kunci sukses
bernegosiasi.
Menurut Casse (2000), proses bernegosiasi ada tiga tahapan penting , yaitu sebagai
berikut :
I. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan negosiasi membutuhkan tiga tugas utama, yaitu
merencanakan sasaran negosiasi, strategi negosiasi, dan memperjelas proses
negosiasi.
Sasaran negosiasi adalah hasil yang diharapkan dalam bernegosiasi. Hal ini
merupakan salah satu alasan utama mengapa seseorang bernegosiasi.
Penentuan sasaran sangatlah penting sebagai arahan atau petunjuk dalam
bernegosiasi.
Strategi negosiasi yang merupakan cara untuk mencapai tujuan bernegosiasi.
Untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak memang diperlukan strategi
yang tepat.
Proses negosiasi merupakan suatu proses tawar-menawar yang diharapkan
mampu menghasilkan suatu kesepakatan dikedua belah pihak yang saling
menguntungkan
II. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahapan peranan atau tindakan yang
diperlukan agar mencapai sukses dalam bernegosiasi.
Implementasi negosiasi memiliki beberapa komponen penting, antara lain :
• Taktik cara anda
Pembahasan
Jika rekonsiliasi PSSI dan KPSI tidak menemukan titik terang maka akan ada
dualisme federasi (PSSI dan KPSI), dualisme timnas (timnas versi PSSI dan timnas
versi KPSI), dualisme liga (IPL dan ISL) di dunia sepak bola Indonesia. Selain itu
FIFA akan memberikan sanksi terhadap persepakbolaan Indonesia yaitu absennya
timnas Indonesia dari semua ajang kompetisi resmi di kejuaraan dunia.
Kepengurusan PSSI pun akan diambil alih oleh KONI.
Persiapan yang dilakukan untuk menghadapi KPSI adalah mencari celah untuk
berunding yang menghasilkan win-win solution. Hal ini dengan mengkaji ulang Task
Force, MOU KL, Surat peringatan FIFA/AFC, dan keputusan-keputusan PSSI yang
kontroversial di mata KPSI. Selain itu perlu dikaji pula hasil KLB Ancol yang
diadakan internal KPSI.
Perundingan yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi segala resiko yang akan
dialami oleh pihak PSSI. Karena itu perlu dicari tahu keinginan masing-masing kedua
belah pihak. Hal-hal yang diinginkan oleh PSSI dari KPSI adalah KPSI dapat
menghormati PSSI sebagai organisasi satu-satunya yang sah dan diakui oleh negara
maupun FIFA/AFC, KPSI membubarkan diri, pemain dari timnas bentukan KPSI
tidak akan dimasukkan dalam timnas bentukan PSSI dan pengakuan IPL sebagai liga
Sedangkan hal-hal yang diinginkan KPSI dari PSSI adalah PSSI dibubarkan dan KPSI
diakui sebagai federasi sepak bola Indonesia yang sah, timnas bentukan KPSI dapat
mengikuti ajang kompetisi sepak bola dunia seperti AFF, World Cup, dan pengakuan
ISL sebagai liga kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia dengan diikuti oleh 18 klub
dari kasta tertinggi versi KPSI.
Menurut KPSI di mata PSSI, pembentukan KPSI adalah bentuk kudeta dan upaya
delegitimatisasi dari sebagian anggota PSSI yang tidak puas dengan kepemimpinan
Djohar Arifin. Segala aktifitas yang dilakukan KPSI adalah ilegal dan lebih
menunjukkan ketidakdewasaan para anggota KPSI yang tidak memikirkan nasib
sepak bola Indonesia. Sedangkan PSSI di mata KPSI, PSSI yang dipimpin oleh
Djohar Arifin mengingkari statuta dengan mengganti nama liga, menambah kuota
klub, dan bersikap tidak profesional. PSSI dianggap tidak lagi dapat membawa
persepakbolaan nasional ke arah yang lebih baik. KPSI juga tidak mempercayai
kepemimpinan Djohar Arifin.
Dalam upaya berdamai, PSSI di dalam perseteruannya dengan KPSI sudah bersikap
kooperatif dengan upaya-upaya rekonsiliasi yang direncanakan PSSI, namun KPSI
tetap bersikap kompetitif dan tidak mengindahkan ajakan PSSI untuk berunding,
terbukti dari surat panggilan PSSI yang ditolak. Selain itu KPSI seperti ingin
menunjukkan kekuatannya dengan mengajak timnas bentukan PSSI untuk bertanding
dengan timnas bentukan KPSI. Di dalam konsep negosiasi, PSSI bertindak sebagai
problem solver dan KPSI bertindak sebagai competitor.
Goals yang dirancang oleh PSSI termasuk goal yang realistis dan memiliki tujuan
yang mulia yaitu untuk menyelamatkan persepakbolaan Indonesia. KPSI juga
mempunyai tujuan yang sama dari awal yaitu membuat sepak bola Indonesia lebih
maju dan mempunyai prestasi di mata dunia. Jadi pada dasarnya PSSI dan KPSI
mempunyai tujuan yang sama.
Dalam penyelesaian masalah ini, perlu adanya keinginan untuk berekonsiliasi dari
kedua belah pihak, selama ini pihak KPSI hanya memfokuskan diri pada penekanan
kesalahan-kesalahan PSSI tanpa mau berunding dengan damai. Untuk menyelesaikan
konflik dengan KPSI ini PSSI menawarkan opsi: (1) PSSI akan melegalkan ISL dan
diselenggarakan bersamaan dengan IPL. Hal ini berdasarkan pernyataan FIFA yang
menekankan peran PSSI adalah mengatur dan mengawasi semua bentuk kompetisi di
tingkat nasional serta mengontrol asosiasi sepak bola wilayah Indonesia, hal ini sesuai
dengan statuta FIFA pasal 10 dan 13. (2) KPSI bubar beserta timnas yang
dibentuknya. Berdasarkan hasil MOU KL federasi sepak bola Indonesia yang dakui
oleh AFC/FIFA adalah PSSI. KPSI hanya merupakan kelompok yang
memperjuangkan kepentingan sebagian anggota PSSI. KPSI tidak berbadan hukum
dan tidak memiliki wewenang untuk membentuk timnas ataupun menyelenggarakan
liga di saat PSSI sebagai federasi legal masih berdiri dan diakui oleh negara maupun
FIFA/AFC. Selain itu KLB Ancol yang digunakan KPSI untuk melawan PSSI ditolak
terlebih dahulu oleh CAS kemudian oleh FIFA pada MOU KL. Timnas yang dibentuk
oleh KPSI belum melalui tahap seleksi pemain yang diakui oleh FIFA/AFC seperti
timnas yang dibentuk PSSI. PSSI tidak akan memasukkan pemain ISL dalam timnas
yang dibentuk PSSI karena AFC menganggap ISL merupakan break away league dan
pembentukan timnas oleh KPSI digolongkan pelanggaran sangat serius oleh AFC.
Tidak perlu adanya Tim Gugus Tugas yang dibentuk oleh Kemenpora. Pemerintah
seharusnya tidak mengintervensi kepengurusan sepak bola negara anggota (dalam hal
ini PSSI) karena akan mempertegas sanksi FIFA. Selain itu berdasarkan UU Nomor 3
tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan PP Nomor 16 tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Keolahragaan pemerintah hanya tunduk pada aturan FIFA
dan AFC, sehingga tidak mempunyai wewenang untuk mengintervensi kepengurusan
Karena PSSI sudah terlanjur mengakui ISL maka untuk menyelesaikan permasalahan
dan terhindar dari sanksi FIFA adalah Unifikasi liga ISL dan IPL tahun 2014 sebagai
Top Tier League di bawah manajemen PSSI dengan format baru serta pemakaian
operator pelaksana liga unifikasi yang berasal dari luar negeri yang memiliki sistem
audit yang baik. Masalah internal klub sebaiknya diselesaikan secara internal, apabila
tidak tercapai mufakat dapat menempuh jalur hukum melalui CAS maupun
pengadilan tinggi negeri, tidak menyebarkan isu negatif dengan memutarbalikkan
fakta di media yang justru memperburuk masalah. Klub ISL harus berstatus badan
hukum jika mau diakui oleh PSSI, karena hal ini pula salah satu dari persyaratan
verifikasi AFC. Jumlah peserta liga unifikasi tetap 24 klub menggunakan sistem rotasi
pemain. Klub yang ikut dalam liga unifikasi adalah klub-klub yang telah diverifikasi
oleh PSSI, dan hal ini tidak dapat diganggu gugat karena PSSI merupakan federasi
sepak bola satu-satunya yang legal dan diakui oleh AFC maupun FIFA. Mengenai
perseteruan PSSI dengan KPSI tentang jumlah peserta liga dapat dibantahkan dengan
adanya aturan teknis turunan yang dapat dibahas dalam Rapat Exco PSSI selain
statuta. KPSI dan pendukungnya berhenti melakukan kudeta karena apapun alasannya
PSSI adalah federasi legal satu-satunya yang diakui oleh FIFA maupun AFC sehingga
keputusannya tidak dapat diganggu gugat.
Hal yang harus segera dilakukan oleh PSSI adalah mempercepat kongres tahunan
untuk memperkokoh kinerja PSSI guna membangun tata kelola sepak bola nasional
dan membantah tudingan KPSI yang menganggap PSSI tidak profesional. Dan
melibatkan pihak lain dari common enemies yang terdiri dai Tim Gugus Tugas dan
KONI. Serta pihak Influencers dari FIFA dan AFC.
Konsep yang perlu dibuat pada dasarnya PSSI mengupayakan rekonsiliasi dengan
KPSI dengan tujuan untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia dari kisruh
kepengurusan PSSI maupun sanksi FIFA yang akan mengancam sepak bola Indonesia
apabila masalah tidak diselesaikan dengan segera. Untuk itu perlu diakui organisasi
yang sah , dalam hal ini PSSI atau KPSI, hanya satu tidak bisa dua-duanya. PSSI juga
berupaya menyadarkan KPSI bahwa segala tindakannya adalah ilegal dan menyalahi
Aksi yang harus dilakukan PSSI dan menjadi prioritas utama adalah jika tidak ada
titik temu antara PSSI-KPSI maka perlu ada intervensi dari pihak ketiga. Perlu
diadakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang mempertemukan PSSI, KPSI, dan pihak
ketiga (FIFA, AFC, dan pemerintah) dengan menyerahkan semua keputusan pada
pihak ketiga.
Strategi yang dijalankan oleh PSSI dalam negosiasinya adalah “act strong” dan
fleksibel dengan menawarkan solusi alternatif dan menyerahkan segala keputusan
pada pihak ketiga sebagai pihak yang netral. Selain itu PSSI juga akan
memperlihatkan keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan KPSI.
Dalam kongres yang mempertemukan pihak yang berseteru (PSSI dan KPSI) dan
pihak ketiga akan disusun beberapa agenda, yaitu pengesahan ISL, pemantapan
kedudukan PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia satu-satunya yang legal serta
Pembubaran KPSI.
Selain itu harus dibuat komitmen yang disepakati kedua belah pihak agar tidak terjadi
perseteruan kembali. Win-win solution yang ditawarkan oleh PSSI, disepakati oleh
KPSI, dan didukung oleh pihak ketiga adalah KPSI dibubarkan, pelegalan ISL, ISL
dan IPL akan berada di bawah manajemen PSSI sebagai organisasi yang legal,
penggantian kepengurusan PSSI, timnas KPSI boleh digabungkan dengan timnas
PSSI, dan Tim Gugus Tugas dibubarkan
Langkah Berikutnya Dari komitmen yang diajukan oleh PSSI maka yang perlu
dilakukan oleh PSSI, KPSI maupun pihak ketiga antara lain pembubaran KPSI, KPSI
dan pendukungnya berhenti melakukan kudeta terhadap PSSI baik sekarang maupun
di masa yang akan datang, pembubaran Tim Gugus Tugas, dan penyelenggaraan ISL
dan IPL di bawah manajemen PSSI
Menurut Oliver (2000), negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak
mempunyai hak atas hasil akhir. Hal ini memerlukan persetujuan kedua belah pihak
sehingga terjadi proses yang saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai
kesepakatan bersama. Sementara itu Casse, negosiasi adalah proses dimana paling
sedikit ada dua pihak dengan persepsi, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda
mencoba untuk bersepakat tentang suatu hal demi kepentingan bersama.
Proses negosiasi selalu melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi,
mencari suatu kesepakatan kedua belah pihak, dan mencapai tujuan yang dikehendaki
bersama kedua belah pihak yang terlibat dalam negosiasi. Seorang negosiator dapat
melakukan berbagai peran penting dalam bernegosiasi, antara lain : Berperan sebagai
seorang pemimpin, faktual, analitis, reliasional, intuitif.
Negosiasi tidak akan akan pernah mencapai kesepakatan atau keputusan positif kalau
sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai
kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah
pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam
awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain
Daftar Referensi