O l e h:
FAZAR SODIK
2286040019
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
1445 H / 2023 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik dan masalah dapat terjadi kapanpun dan dimanapun serta dapat
melibatkan pihak manapun, karena dalam kehidupan sosial sehari-hari selalu terjadi
pertentangan yang diakibatkan oleh perbedaan tujuan, termasuk konflik antara
pemerintah dan masyarakat yang memiliki perbedaan pendapat mengenai sesuatu,
seperti yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan Perusahaan
ataupun antara Perusahaan dengan Perusahaan. Untuk menghindari terjadinya konflik
maka dibutuhkan sebuah cara untuk mencapai kesepakatan antara pihak yaitu
menggunakan negoisasi.
Negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang
pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga pada akhirnya mencapai satu
kesepakatan. Sehingga peneliti berpandangan dari berbagai pandangan para ahli
tersebut, pengertian negosiasi adalah suatu cara untuk mencari penyelesaian masalah
melalui diskusi (musyawarah) secara langsung antara pihak-pihak yang bersengketa
yang hasilnya diterima oleh para pihak tersebut1. Negosiasi adalah sebuah transaksi
dimana kedua belah pihak mempunyai hak atas hasil akhir. Hal ini memerlukan
persetujuan kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang saling memberi dan
menerima sesuatu untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Negosiasi yang efektif
terjadi apabila kedua belah pihak mendapatkan keinginannya 2. Negosiasi adalah
kontribusi, dan kontribusi merupakan sebuah gerakan komunikatif oleh dua atau lebih
mitra diskusi demi sebuah tujuan3.
1
Jackman ,2005, How To Get Negosiate: Teknik Sukses Bernegosiasi, Jakarta, Erlangga.
2
Ati, P., Aster. 2015. KETERAMPILAN BERBICARA DALAM NEGOSIASI. Jurnal Applied
Buiasiness and Economies, vol 1(3), 200 – 212..
3
Pramudya, A.D., dkk.,. 2022. PERAN ESTABLISHING COMMON GROUND SEBAGAI
PENDEKATAN PENYELESAIAN NEGOTIATION IMPASSE. JMD: Jurnal Manajemen dan Bisnis
Dewantara Vol 5 no 2, Juli – Desember 2022, Hal. 61.
2
B. Metode Penelitian
C. Rumusan masalah
4
V.Wiratna Sujarweni, Metodeologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Baru Perss, 2014), hal 57
5
Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis,(Jakarta : Salemba Empat,2016), Hal.32
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Negosiasi.
Konflik sudah dianggap menjadi sesuatu yang lumrah terjadi, termasuk oleh
pemimpin organisasi. Pada kenyataannya, konflik didefinisikan sebagai sesuatu yang
sulit dihindari karena kaitannya yang erat dengan proses interaksi manusia. Oleh
karena itu, sebagai pemimpin perusahaan harus bisa menangani konflik tersebut agar
dapat memberikan dampak yang konstruktif dan signifikan 6. Untuk menyelesaikan
konflik tersebut terdapat beberapa cara salahsatunya adalah negoisasi.
Negosiasi merupakan perundingan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan
karena negosias adalah proses mencapai kesepakatan bersama antara dua pihak atau
lebih mau itu individu, kelompok ataupun organisasi dan pihak yang lain yang
dimana tiap kelompok mempunyai kepentingan yang sama dan akan tetapi terkadang
mereka mempunyai kebutuhan dan motivasi yang lain. Lax dan Sebenius 7
mendefinisikan negosiasi sebagai suatu proses interaksi yang dimana dua atau lebih
pihak, dengan beberapa konflik yang tampak, berusaha untuk berbuat baik atau
menyelesaikannya melalui perundingan. Selanjutnya, menurut Li dan Wang 8
negosiasi adalah proses antara dua pihak atau lebih atau organisasi yang bertujuan
untuk menemukan kesamaan dan mencapai kesepakatan bersama untuk memecahkan
masalah bersama bagi peserta negosiasi. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat
disimpulkan bahwa negosiasi adalah proses komunikasi dimana ada pihak yang
mengalami masalah yang sama dengan pihak lain kemudian yang kedua belah pihak
menginginkan penyelesaian masalah tersebut.
6
Zumaeroh. (2010). MENGENALI KONFLIK DALAM NEGOSIASI. Majalah Ilmiah
Ekonomika, 13(4), 130–162.
7
Shakun, M. F. (2013). The Connectedness Decision Paradigm: Group Decision, Negotiation
and Leadership in World Problems. Group Decision and Negotiation, 22(4), 599–615.
8
Li, J., Song, J., & Wang, C. (2021, October). The Business Negotiation Between Apple,
Netflix and Samsung: An Interest-based Analysis. In 2021 6th International Conference on Modern
Management and Education Technology. Atlantis Press..
4
9
Utami, F. I. D. (2017). Efektivitas Komunikasi Negosiasi Dalam Bisnis. Komunike, 9(2), 105-
122.
10
Yanfang, H. O. U. (2017). The Nonverbal Language in Cross-Cultural Communication and Its
Application in International Business Negotiation. Cross-Cultural Communication, 13(5), 34-37.
Communication and Its Application in International Business Negotiation. Cross-Cultural
Communication, 13(5), 34-37
11
http://www.managementstudyhq.com/approaches-to-negotiation.html, Diakses pada tanggal
27 September 2023 Pukul 00.32
12
Nimet Beriker-Atiyas, ‘An Analysis of Integrative Outcomes in the Dayton Peace
Negotiations’ (nd) (2000) 11 The International Journal of Conflict Management 11, 360.
5
juga tidak menginginkan pihak lawannya untuk menang. Akibatnya, pihak yang
merasa tidak mungkin menang dalam negosiasi akan melakukan berbagai langkah
untuk menghalangi pihak lawan meraih apa yang menjadi tujuannya13.
Pendekatan kompromis diterapkan ketika para pihak dalam negosiasi
menyadari bahwa mereka akan berada dalam situasi lose-lose apabila secara rigid
tetap berorientasi pada tujuan masing-masing, sehingga untuk menghindari situasi
tersebut pihak-pihak dalam negosiasi saling menurunkan target negosiasi. Pendekatan
integratif, pendekatan kolaboratif atau value-creating adalah pendekatan negosiasi di
mana pihakpihak dalam negosiasi mencoba mencapai tujuan yang tidak secara
fundamental berbeda dari lawan negosiasi sehingga tujuan masingmasing pihak dapat
diintegrasikan dan dapat dicapai oleh masing-masing pihak tanpa membuat pihak lain
kalah. Pendekatan ini juga dikenal dengan istilah pendekatan win-win, karena tidak
ada pihak yang sepenuhnya kalah. Di antara keempat pendekatan tersebut,
pendekatan integratif merupakan pendekatan yang dianggap ideal karena secara
umum dipandang lebih produktif untuk menghasilkan kesepakatan di antara pihak-
pihak yang berunding14.
Hal yang memiliki peran penting dalam bernegoisasi adalah komunikasi.
Komunikasi antara dua pihak harus memiliki makna atau pesan yang sama.
Komunikasi proses mempengaruhi tindakan orang lain. Hovland, dalam bukunya
Effendy berjudul Ilmu Komunikasi,15. Komponen pesan dalam komunikasi yang
efektif meliputi pengirim pesan, penerima pesan, media, penguraian kode pesan,
tanggapan pesan, umpan balik pesan, dan gangguan pesan, yang semuanya dapat
dipantau melalui elemen pesan dan proses komunikasi.Oleh karena itu, seorang
komunikator harus menyadari audiens yang dituju komunikasi dan media yang
digunakan, karena faktor-faktor ini dapat memengaruhi bagaimana pesan akan
13
Siswanto., 2017. Pendekatan Dan Strategi Negosiasi Dalam Normalisasi Hubungan
Diplomatik Amerika Serikat - Kuba., REFLEKSI HUKUM Vol. 2, No. 1, 2017 Hal 56
14
Ibid., Hal 56
15
Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
6
diterima dan ditafsirkan, serta tanggapan dan umpan balik komunikator atas pesan
yang dikomunikasikannya16.
Bagian penting komunikasi dapat dipaparkan sebagai berikut: a)
Komunikator, seorang utusan diibaratkan sebagai individu, grup, dan lainnya. b)
Pesan, memiliki makna sebagai apa yang disampaikan dari sumber kepada penerima.
Pesan mengandung beberapa elemen, yaitu makna, simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna, dan bentuk atau struktur pesan. c) Saluran atau media,
perangkat atau media yang bertujuan mentransfer pembicaraan dari sumber ke tujuan
penerima. d) Penerima komunikasi, Penerima suatu komunikasi yang dikirimkan oleh
seorang komunikator. e) Efek, yaitu reaksi dari penerima setelah mendapatkan pesan
dari komunikator. Perspektif Komunikasi Komunikasi dan pengambilan keputusan
adalah komponen penting dari negosiasi. Oleh karena itu, seorang negosiator yang
sukses adalah seseorang yang dapat berkomunikasi dengan jelas, akurat, dan
persuasif, dan yang berempati karena mereka mengakui bahwa para negosiator saling
bergantung. Selain itu, negosiator yang kompeten mampu membuat penilaian yang
tepat, memilih opsi terbaik, mengusulkan penawaran terbaik17.
Pentingnya perspektif komunikasi dalam negosiasi bisnis. Dengan
pengambilan keputusan yang baik, komunikasi dapat mendukung keberhasilan
negosiasi18. Peran Penting Perspektif Komunikasi Negosiasi berbasis norma memiliki
makna untuk mencapai kesepakatan melalui otorisasi/kewajiban. Negosiasi berbasis
norma ini paling actual, dimana dalam proses negosiasinya sangat formal dan
komunikasi yang cenderung sedikit, hal tersebut membuat negosiasi berbasis norma
relatif mudah dan tidak memicu tantangan besar19.
16
Albertina, F., dkk. 2022., Peran Penting Efektivitas Komunikasi Dalam Persepsi Negosiasi
Bisnis., BISNIS DAN IPTEK VOL.15, NO. 2, OKTOBER 2022, 120-128., Hal.,124
17
Schoop M, Reiser A (2007) Analysing strategy patterns of ofer communication in electronic
negotiations. PROCEEDINGS OF GROUP DECISION AND NEGOTIATION 2007:279–292.
18
Weigand, H., Schoop, M., de Moor, A., & Dignum, F. (2003). B2B negotiation support: The
need for a communication perspective. GROUP DECISION AND NEGOTIATION, 12(1), 3-29.
19
Schoop, M. (2021). Negotiation communication revisited. Central European Journal of
Operations Research, 29(1), 163-176.
7
Tahap Perencanaan
a. Sasaran Negosiasi
Sasaran negosiasi adalah apa hasil yang diharapkan dalam bernegosiasi. Hal ini
merupakan salah satu alasan utama mengapa seseorang bernegosiasi. Penentuan
sasaran atau target dalam bernegosiasi sangatlah penting sebagai arahan atau
petunjuk dalam bernegosiasi. Ada dua jenis sasaran dalam bernegosiasi, yaitu
sasaran ideal dan sasaran dasar (batas minimal yang dapat dicapai).
b. Strategi Negosiasi
Komponen kedua adalah strategi negosiasi yang merupakan cara atau teknik untuk
mencapai tujuan bernegosiasi. Untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak
memang diperlukan strategi yang tepat. Ada beberapa strategi negosiasi yang dapat
anda gunakan dalam bernegosiasi, antara lain: strategi kooperatif, strategi
kompetitif, dan strategi analitis.
1) Strategi Kooperatif :
2) Strategi Kompetitif :
3) Strategi Analitis:
(a) mempunyai filosofi bahwa seorang negosiator adalah pemecah masalah, bukan
seorang petarung,
(b) memandang negosiasi sebagai bentuk latihan dalam memecahkan masalah, dan
bukannya sebagai permainan,
(c) berusaha kreatif dan bersama-sama mencari alternatif solusinya,
(d) menggunakan kriteria yang objektif dalam mengambil keputusan,
(e) membuat alasan yang rasional dan bukan atas dasar perasaan
c. Proses Negosiasi
Lebih lanjut. Menurut Casse dalam proses negosiasi ada enam tahapan penting
perlu diperhatikan, antara Iain :
Tahap kedua: kontak pertama, merupakan tahap pertemuan secara langsung antara
kedua belah pihak yang terlibat dalam proses negosiasi. Mereka saling berusaha untuk
memperoleh informasi selengkapnya demi kepentingnn mereka sendiri. Pada tahap inilah,
proses negosiasi akan memunculkan kesan pertama. Hati-hati dan waspadalah terhadap
kesan pertama tersebut! Tahap penilaian mulai berlangsung di anrara para negosiator
tersebut.
Tahap kelima: solusi, merupakan tahap di mana kedua belah Pihak saling menerima
dan memberi. Para negosiator mulai menemukan titik-titik kesepakatan bagi kedua belah
pihak dengan cara mereka masing-masing. Setiap kesuksesan satu poin akan diikuti oleh
kesuksesan berikutnya. Kembangkan sikap relasional, yaitu sikap yang selalu berorientasi
untuk menang bersama. Janganlah bimbang dan ragu untuk selalu menumbuhkan sikap
saling memberikan solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
dalam menerjemahkan kesepakatan ke dalam suatu tindakan yang riil. Jangan mudah
percaya bahwa proses negosiasi telah usai. Jadilah semakin kuat dan upayakan agar setiap
pengalaman bernegosiasi menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi Anda.
Bersikaplah relasional.20
Salah satu tujuan bernegosiasi adalah menemukan kesepakatan kedua belah pihak
secara adil dan dapat memenuhi harapan atau keinginan kedua belah pihak. Dengan kata
Iain, hasil dari sebuah negosiasi adalah adanya suatu kesepakatan yang memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak. Artinya, tidak ada satupun pihak yang merasa
dikalahkan atau dirugikan akibat adanya kesepakatan dalam bernegosiasi. Selain alasan
tersebut di atas, tujuan dari negosiasi adalah untuk mendapatkan keuntungan atau
menghindarkan kerugian atau memecahkan masalah yang Iain
Ada beberapa tujuan dari sebuah negosiasi dalam bisnis, yaitu sebagai berikut :
20
Purwanto, Djoko, Komunikasi Bisnis Edisi 4 (Jakarta: Erlangga, 2010)
11
Proses negosiasi bisnis juga akan menghasilkan harga yang lebih baik dan
efisien yang memberikan keuntungan lebih. Berikut ini adalah beberapa
alasan terjadinya negosiasi : (1) ada pihak yang berkepentingan, (2) ada
suatu masalah yang dirundingkan, (3) ada keinginan untuk mencapai
kesepakatan dalam membagi hak atau kewajiban, dan (4) ada upaya menjaga
kehormatan masing-masing pihak.21
1. Senantiasa melibatkan orang lain, baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
2. Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi
mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
3. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar Inenawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter).
4. Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh,
maupun ekspresi wajah.
5. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum
terjadi dan kita inginkan terjadi.
6. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah
pihak meskipun kesepakatan adalah ketidaksepakatan.22
Hukum tawar menawar dalam Islam berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur‟an
dan Hadist ialah halal atau diperbolehkan selama dijalankan sesuai syariat Islam. Hukum
tawar menawar berdasarkan hadist. Rasulullah pernah melakukan perdagangan dengan
tawar menawar, diriwayatkan dari Anas “Rasulullah pernah menjual anak panah dan alas
pelana dengan tawar menawar”. (H.R Muslim).
21
Rizali Hadi and Fauziah, Buku Ajar Komunikasi Binis ABKA 3208/2 SKS (Banjarmasin:
Aswajaya, 2018).
22
Mahmudah Nursolihah, ‘Analisis Karakteristik Khusus Teks Negosiasi’, LITERASI: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia Dan Daerah, 10.Volume 10 (2020), 24–41
<https://doi.org/10.23969/literasi.v10i1.2062>.
12
Tawar menawar menurut hadist hukumnya halal juga dengan syariat syariat yang
tentunya menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk kedua belah pihak. Dari hadist di atas dapat
disimpulkan bahwa hukum tawar menawar dalam Islam ialah halal atau diperbolehkan
dengan ketentuan tidak bertujuan untuk harta duniawi semata dan dengan kesepakatan kedua
belah pihak. Sedangkan di dalam Islam negosiasi terjadi langsung kepada Rasulullah pada
Peristiwa Isra-Mi‟raj.
Dalam peristiwa Mi‟raj, Anas bin Malik menyebutkan, “Nabi SAW bersabda :
“Kemudian Allah „azza wajalla mewajibkan kepada ummatku shalat sebanyak lima puluh
kali. Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia
bertanya, “Apa yang Allah perintahkan buat umatmu?” Aku jawab : “Shalat lima puluh kali”.
Lalu dia berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tidak akan sanggup!” Maka
aku kembali dan Allah megurangi setengahnya. Aku kemudian kembali menemui Musa dan
aku katakana bahwa Allah telah megurangi setengahnya. Tapi Musa berkata, “Kembalilah
kepada Rabbmu karena umatmu tidak akan sanggup.” Aku lalu kembali menemui Allah dan
Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi.” Kemudian aku kembali menemui Musa, ia
lalu berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tidak akan sanggup.” Aku lalu
kembali menemui allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi.” Kemudian aku
kembali menemui Musa, ia lalu berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tetap
tidak akan sanggup”. Maka aku kembali menemui Allah Ta‟ala, Allah lalu berfirman : “Lima
ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku!
“Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, “Kembalillah kepada Rabbmu!”
Aku katakana,
“Aku malu kepada Rabbku”. (Shahih Bukhari, Hdist Nomor 336 dan 3094‟ Shahih Muslim,
Hadis Nomor 237).
Dari peristiwa di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasanya negosiasi di dalam
Islam merupakan hal yang sah-sah saja apabila negosiasi semacam itu merupakan negosiasi
yang proses transaksinya berlangsung antara satu orang atau lebih dengan kesepakatan
bersama. Sedangkan di dalam praktik jual beli negosiasi diterangkan di dalam Q.S An-Nisa
ayat 29.
13
Ada beberapa rukun dan syarat dalam Islam yang membuat suatu transaksi dianggap
sah, sebagaimana berikut :
1. Ada orang yang berakad, dalam hal ini orang yang berakad haruslah orang yang
berakal dan telah baligh, jadi orang-orang yang tidak memenuhi criteria ini dianggap
tidak sah jika melakukan proses transaksi jual beli;
2. Ada sighat (lafadz Ijab Qabul)
Mengenai persyaratan yang ketiga ini, yang layak diperjual belikan adalah yang
pertama produk yang diperjual belikan harus jelas adanya, bukan barang yang tidak pasti.
Yang kedua barang yang diperjual belikan harus jelas kepemilikannya, bukan milik orang
lain. Yang ketiga barang yang diperjual belikan adalah barang yang bermanfaat dan
memberikan maslahat bagi keberlangsungan hidup manusia, dan yang keempat barang yang
diperjual belikan harus diserahkan pada waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Negosiasi dalam Islam yakni tercantum di dalam Al-Qur‟an dan Hadist, yakni proses
interaksi sosial berupa sebuah pemikiran atau permintaan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak baik individu maupun kelompok atau organisasi guna mencapai sebuah kesepakatan
bersama yang saling menguntungkan.23
23
Septian Hidyat, ‘Analisis Hukum Islam Tentang Negosiasi Penjualan Sepeda Motor Hasil
Sitaan Kepada Konsumen’, 2018.
14
BAB III
KESIMPULAN
Ada enam tahapan penting yang perlu diperhatikan dalam proses negosiasi,
antara lain (1) persiapan, (2) kontak pertama, (3) konfrontasi, (4)
konsiliasi/kompromi (5) solusi. Dan (6) pascanegosiasi/konsolidasi.
Negosiasi dalam Islam yakni tercantum di dalam Al-Qur‟an dan Hadist, yakni
proses interaksi sosial berupa sebuah pemikiran atau permintaan yang dilakukan oleh
kedua belah pihak baik individu maupun kelompok atau organisasi guna mencapai
sebuah kesepakatan bersama yang saling menguntungkan
15
DAFTAR PUSTAKA