ABSTRACT
This article is part of the Competitive Grants study entitled “Prototipe Gamelan Sistem Sepu-
luh Nada dalam Satu Gembyang.” The concept of ten tones in one gembyang (oktav) has once been
formulated by Raden Angga Mahyar Kusumadinata, Indonesian musicologist. In Balinese, gamelan
scales with ten-tone system are written in the Prakempa manuscript. This interesting musical con-
cept has not been thoroughly investigated. The previous research has produced a prototype set of ten
system gamelan tones in one gembyang whose try out uses the existing gending Bali.This research
is expected to provide significant contribution in supporting the creativity of Karawitan artists.
Balinese Karawitan Artists no longer need to carry a lot of gamelan to play all the Balinese gamelan
since they are already represented in the gamelan of ten tones system in one gembyang.
85
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 2 Desember 2016 -
dan cenderung bergerak ke arah kepunah- Machjar Angga Kusumadinata dari Sunda
an. Perkembangan musik barat ditunjang menjabarkan bahwa pelog sepuluh nada ini
dengan penggunaan teknologi, sehing- mempunyai jarak yang sama antara nada
ga perkembangan musik seiring dengan yang satu dengan nada yang lainnya, yaitu
perkembangan teknologi. Kreativitas seni- 120 cent, sehingga satu gembyangnya mem-
man karawitan di nusantara yang tinggi se- punyai jarak 1200 cent.
perti pada uraian terdahulu perlu ditunjang Berbagai latar belakang tersebut me-
dengan perkembangan media (gamelan) nunjukan bahwa penelitian ini penting un-
untuk menuangkan kreativitasnya. tuk dilakukan mengingat banyaknya ma-
Dasa Nada adalah sebuah konsep sistem hasiswa karawitan khususnya dan seniman
nada dengan menggunakan sistem 10 nada karawitan di luar lingkungan kampus yang
pada satu gembyang. Konsep sistem nada mencari-cari instrumen dengan nada lebih,
ini dirumuskan oleh etnomusikolog Indo- padahal instrumen dan ensembel di Bali
nesia yaitu oleh Raden Machjar Angga Ku- sangatlah beragam dan masing-masing mem-
sumadinata dengan teori larasnya. Konsep punyai keunikan dan kekhasan tersendiri.
10 nada didukung pula oleh etnomusikolog Penelitian ini akan berdampak dan berkon-
lainnya seperti Atik Sopandi dengan teori tribusi pada khazanah musik Indonesia
lingkaran kempyung, R. Hardjo Subroto de- karena bersifat rekayasa gamelan dengan
ngan teori skema larasnya, walaupun se- sistem sepuluh nada. Seniman karawitan
cara fisik belum ditemukan hasil percobaan akan dapat bereksperimen dalam pencipta-
dari kedua etnomusikolog tersebut. Sistem an musik-musik baru, daya kreativitas seni-
tangga nada sembilan dan sepuluh nada man karawitan akan semakin bertambah.
dalam satu gembyang, tersirat pula pada se- Penelitian ini memakan waktu selama
buah manuskrip lontar tentang gamelan di enam tahun yang terbagi dalam tiga tahap-
Bali yang bernama Lontar Aji Gurnitha dan an yang masing-masing lama penelitiannya
Lontar Prakempa yang termaksud dalam dua tahun. Target penelitian tahap pertama
konsep Pengider Bhuana. antara lain adalah terbentuknya prototipe
Pengider Bhuana adalah konsep dasar instrumen 10 nada baik secara virtual mau-
dari berbagai macam tindakan, merupakan pun petuding (panduan) nada-nada yang
unsur pokok dalam pembentukan nada- terbuat dari kayu, dan sebagian instrumen
nada pada gamelan Bali. Disebutkan bah- gamelan Dasa Nada. Adapun untuk tahun
wa laras nada-nada pelog dan selendro di- kedua targetnya adalah penambahan in-
cantumkan dalam sebuah urutan lingkaran strumen dan diseminasi prototipe dengan
dengan delapan arah mata angin di tambah melibatkan mahasiswa dalam praktik lagu-
satu untuk bagian pusat (tengah) ini adalah lagu lama. Instrumen yang dibuat ben-
konsep untuk tangga nada sembilan nada tuknya akan mirip dengan gangsa gamelan
dalam satu gembyang, dan untuk konsep Gong Kebyar, yaitu bilahnya digantung.
sepuluh nada dalam satu gembyang adalah Tahap kedua, memerlukan waktu selama
sebuah lingkaran dengan delapan arah dua tahun adalah dengan tujuan membuat
mata angin ditambah dua nada di pusat gending-gending baru sebanyak 6 buah gen-
bagian atas dan bawah. Kalau nada-nada ding yang tentunya dipadukan pula dengan
tersebut disusun dimulai dari tengah men- gending yang sudah ada dan hasilnya dapat
jadi ndong, dung, ndung, dang, ndang, ding, didiseminasikan baik berupa pementasan
nding, deng, ndeng, ding, nding, dan dong. langsung maupun berupa rekaman audio
Musikolog yang pernah menuliskan video. Penelitian tahap ketiga dilakukan
teori tentang interval nada pada pelog sepu- selama 2 tahun dan fokus pada perbaikan
luh nada dalam satu gembyang yaitu Raden prototipe gamelan seperti penambahan bi-
86
- Santosa dan Saptono: Gamelan Sistem Sepuluh Nada dalam Satu Gembyang -
lah, penambahan instrumen bilah dan pen- terapan yang bersifat kualitatif yang harus
con, dan tidak menutup kemungkinan menggunakan pendekatan multi-disiplin.
penambahan reportoar gending. Dengan Pendekatan multi-disiplin ilmu yang di-
terbentuknya prototipe gamelan 10 nada lakukan adalah pendekatan matematis un-
maka diharapkan para kreator karawi- tuk mengukur interval, pendekatan estetis
tan tidak perlu bersusah payah mencari untuk menentukan nada dasar, pendekat-
gamelan yang berlaras pelog dan gamelan an ilmu sampling nada pada sofware Fruity
berlaras selendro yang kemudian digabung- loops untuk membuat sampler nada-nada
kan menjadi satu, tetapi cukup menggu- secara virtual, pendekatan ilmu pembuatan
nakan gamelan bernada 10 untuk keper- gamelan atau organologis untuk mewu-
luan kreativitasnya. judkan nada-nada dalam instrumen, dan
Penelitian ini bertujuan untuk mening- pendekatan musikologis untuk mengeta-
katkan perkembangan dunia karawitan hui teknik menabuh gamelan.
baik secara teoritis maupun praktis. Dilihat Prototipe instrumen 10 nada yang ter-
dari segi teoritis dapat mengembangkan buat dari kayu akan dieksplorasi sedemiki-
pengetahuan instrumentasi, pengetahuan an rupa melalui berbagai macam percobaan
pembuatan gamelan, pengetahuan konsep dengan cara memainkan berbagai lagu
dasar nada, sehingga nantinya diharapkan yang telah ada. Instrumen-instrumen dari
pengguna hasil penelitian ini akan kembali prototipe gamelan dasa nada dibuat dengan
pada sumber teori musik Indonesia yang memerhatikan berbagai faktor teknis mena-
sangat beragam. Penelitian ini berdasarkan buh. Hasil dari percobaan ini merupakan
beberapa teori, antara lain teori nada ber- dasar penetapan model ensambel dari pe-
dasarkan arah mata angin (lontar prakem- runggu yang akan dibuat.
pa), teori laras oleh Raden Machjar Angga Bahan pertimbangan prototipe gamelan
Kusumadinata, lingkaran kempyung oleh 10 nada adalah: 1) Bahan instrumen yang
Atik Sopandi, dan teori skema laras oleh dibuat tahun pertama terbuat dari kayu,
R Hardjo Subroto. Dengan penerapan be- dan prototipe gamelan akan dibuat dari
berapa teori tersebut, maka penelitian ini perunggu. 2) Jumlah nada dalam satu
dapat mewujudkan sebuah gamelan baru gembyang biasanya 5 nada dan atau 7 nada
yang mempunyai sistem 10 (sepuluh) nada berubah menjadi 10 nada. 3) Bilah-bilah
dalam satu gembyang. instrumen apakah akan digantung atau
Hadirnya gamelan yang mempunyai 10 ditancapkan. 4) Teknik menabuh apakah
nada dalam satu gembyang, akan menambah menggunakan 2 tangan atau satu tangan. 5)
kemampuan praktis penabuh karawitan, Pemukul yang dipergunakan apakah kayu
berlanjut pada pertambahan pengetahuan polos atau kayu dengan pelembut.
karawitan, daya cipta seni karawitan, dan Pada penelitian “Nawa Swara: Gamelan
keterampilan teknik bermain karawitan. Sistem Sembilan Nada dalam Satu Gembyang”,
Tujuan penelitian dalam dua tahun beri- lima bahan pertimbangan tersebut terea-
kutnya mendapatkan prototipe gamelan 10 lisasikan pada saat sudah mulai mencoba
nada dan telah terdiseminasikan pada ma- menabuh gamelan Nawa Swara dengan
syarakat. menggunakan lagu-lagu yang sudah ada.
Pendekatan yang dilakukan untuk Pada saat itu diperlukan perubahan ben-
menjawab permasalahan sistem tangga tuk instrumen dan penempatan posisi bilah
nada, interval nada, bentuk/perwujudan bernada tinggi maupun bernada rendah,
gamelan menggunakan 10 nada dalam satu tetap menggunakan satu pemukul kayu
gembyangnya, jelas merupakan penelitian polos, gaung yang ditimbulkan tidak se-
87
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 2 Desember 2016 -
88
- Santosa dan Saptono: Gamelan Sistem Sepuluh Nada dalam Satu Gembyang -
tangga nada salendro jumlahnya 17 swara Lontar prakempa dalam bukunya berjudul
(Herdini, 2002). Literature of Java dalam kelompok wariga
Susunan nada-nada dalam pelog Dasa (Wariga, Tutur, Kanda, dan Usada) karena
Nada RMK, jika dibandingkan dengan nada isinya tentang gejolak dunia yang berkait-
pada sistem notasi Kepatihan, sistem no- an dengan bunyi gamelan Bali. Lontar
tasi Damina dan sistem notasi Dingdong, di- prakempa juga mempunyai tutur (nasehat)
peroleh hasil seperti dapat dilihat pada tabel Bhagawan Gottama (Bandem, 1986:8-9).
1. Perbandingan tersebut mengungkapkan Pada syair nomor 7, tersurat: Adapun
bahwa dalam berbagai sistem notasi yang di sekeliling dan di tengah-tengahnya ada
ada (Damina, Kepatihan, dan Dingdong tidak cahaya beraneka warna disertai dengan ak-
terdapat nada-nada mutlak lainnya seperti sara dan bunyinya:
yang ada dalam susunan nada Nawa Nada. Di Timur rupanya putih aksaranya Sang
Oleh karenanya pada sistem notasi Damina dan suaranya dang
ada nada sisipan antara nada 5+ dan nada 5 Di Tenggara rupanya dadu, aksaranya
Nang dan suaranya ndang
serta nada antara nada 3 dan 3-. Pada sistem Di Selatan rupanya merah, aksaranya Bang,
notasi Kepatihan terdapat 2 nada sisipan dan suaranya ding
Di Barat Daya rupanya jingga, aksaranya
yaitu nada antara nada 7 dan 1 serta nada Mang, dan suaranya nding
sisipan antara nada 3 dan 4. Adapun tabel 2 Di Barat, rupanya kuning, aksaranya Tang,
merupakan tabulasi teori RMK yang menye- dan suaranya deng
Di Barat Laut rupanya hijau, aksaranya
butkan nada dalam sistem 10 nada dalam Sing, dan suaranya ndeng
satu gembyang mempunyai jarak yang sama Di Utara rupanya hitam, aksaranya Ang,
dan suaranya dung
yaitu 120 cent (Sopandi, 1975:34). Di Timur-Laut rupanya biru, aksaranya
Kita tinggalkan dahulu teori yang di- Wang, dan suaranya ndung
ungkapkan oleh RMK. Berikut ini adalah Di tengah rupanya lima warna, aksaranya
Ing, di tengah atas I di tengah Bawah Y, dan
suratan teori yang diungkapkan dalam suaranya di atas dong, dan di bawah ndong
Lontar Prakempa dan Lontar Aji Gurnita. (Bandem, 1986:33).
Lontar prakempa merupakan sebuah karya
prosa yang terdiri dari 84 alinea, berba- Gambaran dari konsep Pengider Bhuana
hasa Jawa Kuna dan ditulis dalam huruf dapat dilihat pada gambar 1. Untuk meng-
Bali yang sejajar dengan bahasa yang di- urai konsep 10 nada dalam lontar prakempa
pergunakan dalam babad-babad Bali yang maka dilakukan pengukuran nada-nada
diperkirakan muncul pada pertengahan pada gamelan yang mempunyai laras selen-
abad ke-18, namun diperkirakan jauh le- dro dan mengambil beberapa contoh dari
bih muda lagi. Pigeaud mengelompokan gamelan Jawa dan Gender Wayang.
89
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 2 Desember 2016 -
Tabel 3. Hasil pengukuran instrumen Saron Slendro pada Saron Gamelan Jawa
90
- Santosa dan Saptono: Gamelan Sistem Sepuluh Nada dalam Satu Gembyang -
E F+40 E F+30
220 290
U G#-40 U G#+20
260 230
A A#+20 A B-50
230 230
I C#-50 I C#-30
220 310
O D#-30 O E-20
91
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 2 Desember 2016 -
Tabel 6. Susunan Interval Pelog Lima Nada dalam Gamelan Sistem 10 Nada
Tabel 7. Susunan Interval Pelog Tujuh Nada dalam Gamelan Sistem 10 Nada
92
- Santosa dan Saptono: Gamelan Sistem Sepuluh Nada dalam Satu Gembyang -
Permasalahan rasa antara pelog Jawa de- mat mungkin dengan kualitas yang cukup
ngan pelog Degung pada gamelan Degung, baik, sesuai dengan perhitungan ketika
dalam praktek/menabuh dengan meng- membuat prototipe gamelan Nawa Swara
gunakan gamelan Jawa pada nada 3 (lu) yang dibuat di Jawa, yaitu antara Pande
dan nada 3 (na) gamelan Degung berbeda. Cukrik di Kandang Sapi Jebres Solo, maka
Menurut R. Machjar A. K., menyebutkan keputusan membuat prototipe gamelan 10
bahwa laras/nada pada gamelan Degung nada karena pertimbangan tersebut. Per-
bukan berasal atau turunan dari laras pelog timbangan lainnya karena Pande Cukrik
melainkan berasal dari laras selendro. Hal ini juga telah berpengalaman membuat alat
menyebabkan perbedaan rasa karena nada musik hampir dari seluruh Nusantara.
3 (lu) pada gamelan Jawa lebih rendah dari Setelah berdiskusi dengan Pande Cukrik
nada (3) na pada gamelan Degung. Berdasar- maka Prototipe gamelan sepuluh nada ini
kan pola interval pada gamelan jawa dengan akan mengambil format gamelan-gamelan
sistem notasi kepatihan adalah X X - X X X - X kuno yang ada di Bali yaitu yang memadu-
XX, sedangkan nada dalam gamelan Degung kan antara gamelan bahan logam dengan
memiliki pola intervalnya adalah X - - X X bilah bambu maupun kayu seperti gamelan
- X – X, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambang dan gamelan Gong Luang.
perbandingannya pada tabel 8. Pada tahun pertama mengingat per-
bandingan biaya maka yang dapat dibuat
Prototipe Gamelan Sistem Sepuluh Nada adalah gangsa gantung dua buah dan ding-
klik kayu dua buah. Standar atau tungguh
Pembuatan prototipe gamelan sistem yang dipergunakan merupakan modifi-
10 nada dilakukan melalui berbagai perhi- kasi antara teknik menabuh berdiri dan
tungan antara lain biaya yang harus dike- teknik menabuh duduk di kursi, sehingga
luarkan, bahan yang dipergunakan, bentuk
kedua teknik menabuh dapat diperguna-
instrumen, dan kerumitan dalam mena-
kan dalam memainkan prototipe gamelan
buh. Dari segi biaya, diperhitungkan sehe-
sistem sepuluh nada.
Tabel 8. Perbandingan nada-nada dalam interval gamelan Degung dan Gamelan Jawa
93
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 2 Desember 2016 -
94
- Santosa dan Saptono: Gamelan Sistem Sepuluh Nada dalam Satu Gembyang -
95
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 2 Desember 2016
Kusumadinata, Raden Machjar Angga. 1967. Soedarsono, R.M. 2001. Metodologi Penelitian
Pangawikan Rinengga Swara. Ban- Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Cet.
dung: Pelita Bandung. 2, Bandung: Masyarakat Seni Per-
tunjukan Indonesia.
---------------. 1973. Titilaras. Bandung.
Sopandi, Atik, 1975. Pengetahuan Dasar Ka-
Martopangrawit. 1975. Pengetahuan Karawi- rawitan. Bandung: Proyek pengem-
tan, jilid I, II. Surakarta: ASKI Surakarta. bangan budaya Sunda.
Rai, I Wayan. 1997. Standarisasi Laras (Tuning ----------------. 1988. Pengetahuan Titi laras.
Sistem) Gamelan Gong Kebyar Game- Bandung: ASTI Bandung.
lan Gong Kebyar. Denpasar: UPM
STSI Denpasar. webtografi:
---------------. 1997. Peranan Sruti dalam pe- Herdini, Heri. 2002. Gamelan Ki Pembayun,
patutan Gamelan Smar Pagulingan Bukti Sejarah yang Hilang tanpa Jejak
Saih Pitu, dalam Mudra, Jurnal Budaya. http://www.pikiran-rakyat.com/ce-
tak/0902/26/khazanah/utama2.htm,
Santosa, Hendra. 2005. Pengetahuan Multi- diakses tanggal 26 Agustus 2006
pukul 13.30 WITA.
96