Hanif Shofarudin 199706212021011002 Rancangan Aktualisasi
Hanif Shofarudin 199706212021011002 Rancangan Aktualisasi
HANIF SHOFARUDIN
NIP. 199706212021011002
Mengetahui, Mengetahui,
Coach, Mentor,
Menyetujui,
Penguji,
ii
8. Sahabat dan yang tersayang dek Wiwik yang telah banyak
memberi semangat, dorongan, motivasi dan bantuan bagi penulis
dalam menyelesaikan laporan Rancangan Aktualisasi ini;
9. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan Rancangan Aktualisasi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA
9
negara, penegakan hukum dan fasilitator pembangunan di era globaliasasi terus
mendapatkan tuntutan dari masyarakat bahkan dalam kepentingan politik.
Tuntutan terhadap HAM, hukum dan keadilan, pemberantasan KKN, demokrasi,
sistem pemerintahan yang baik (good governance), transparansi dan akuntabel,
serta percepatan pertumbuhan otonomi daerah juga menjadi aspirasi
masyarakat.3
Selain itu dasar hukum dari Kedudukan, tugas, dan fungsi Direktorat Jenderal
Imigrasi diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI. Dalam
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI mencantumkan Sekretariat
Direktorat Jenderal Imigrasi yang membawahi 5 bagian antara lain Bagian
Program dan Pelaporan; Bagian Kepegawaian; Bagian Keuangan; Bagian
Pengelolaan Barang Milik negara dan Layanan pengadaan; dan Bagian
Hubungan Masyarakat dan Umum; serta Kelompok Jabatan Fungsional.4
Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi merupakan unit
fasilitatif yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal imigrasi. Memiliki peran
penting dalam terlaksananya administrasi pelaksanaan tugas dan fungsi seluruh
pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi. Bagian Kepegawaian
Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki Visi dan Misi sesuai dengan
Direktorat Jenderal Imigrasi.
Adapun visi dan misi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
adalah sebagai berikut :
Visi : Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum
Misi :Mewujudkan Peraturan Perundang-undangan yang berkualitas;
Mewujudkan Pelayanan Hukum yang berkualitas;
Mewujudkan Penegakkan Hukum yang berkualitas;
Mewujudkan Penghormatan, Pemeneuhan, dan Perlindungan
Hak Asasi Manusia;
3
Weny Dungga, Abdul Hamid Tome, and Apriyanto Moha, “Penerapan Prinsip Good Governance
Dalam Tata Kelola Pemerintahan Desa Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo,” Maksigama Jurnal
Hukum 11, no. 1 (2017): 1–10.
4
Alfiano P Kilis, “Penerapan Standar Operasional Prosedur Dalam Pelaksanaan Tugas Pemerintah
Kecamatan Malalayang, Kota Manado.”,” Jurnal Politico (2015): 1–15.
10
Mewujudkan Layanan Manajemen Adimistrasi Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
Mewujudkan Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia yang Profesional dan Berintegritas.
Nilai Organisasi :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur sipil negara di bawah
kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memiliki moral value berupa Kami
“PASTI” yang memiliki kepanjangan berupa Professional, Akuntabel, Sinergi,
Transparan dan Inovatif. Nilai-nilai dasar yang digunakan sebagai aparatur sipil
negara yang baik kami menerapkan “ANEKA” yang memiliki kepanjangan berupa
Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.
Sedangkan nilai moral organisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi yaitu
“SMILE” Simpatik, Mumpuni, Integritas, Lugas dan Empati.
11
keimigrasian, perlintasan negara dan kerja sama luar negeri keimigrasian,
dan teknologi informasi keimigrasian;
c. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penegakan
hukum dan keamanan keimigrasian, pelayanan dan fasilitas keimigrasian,
perlintasan negara dan kerja sama luar negeri keimigrasian, dan teknologi
informasi keimigrasian;
d. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Imigrasi; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Direktorat Jenderal Imigrasi terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal;
Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian; Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian;
Direktorat Intelijen Keimigrasian; Direktorat Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian; Direktorat Kerja Sama Keimigrasian; dan Direktorat Sistem dan
Teknologi Informasi Keimigrasian. Dan sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi
merupakan salah satu penyelenggara administrasi di lingkungan Direktorat
Jenderal imigrasi yang memiliki peran sangat vital.
12
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Imigrasi dan satuan kerja di bawahnya. Dengan susunan Struktur
Organisasi yang terdiri dari Bagian Program dan Pelaporan; Bagian
Kepegawaian; Bagian Keuangan; Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara dan
Layanan Pengadaan; dan Bagian Hubungan Masyarakat serta Kelompok Jabatan
Fungsional.
Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Direktorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran;
b. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang
keimigrasian;
c. Fasilitasi pelaksanaan penataan kelembagaan dan tata laksana;
d. Pembinaan dan pengelolaan urusan kepegawaian;
e. Pembinaan dan pengelolaan urusan keuangan;
f. Pembinaan dan pengelolaan urusan barang milik negara pada direktorat
jenderal imigrasi dan satuan kerja di bawahnya;
g. Fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi, evaluasi dan penyusunan
laporan direktorat jenderal imigrasi; dan
h. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat dan umum pada direktorat
jenderal imigrasi.
13
b. penyiapan penetapan mutasi, pemberhentian, dan pensiun pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan tugas di Bagian Kepegawaian terdapat 3 Sub Bagian antara
lain Sub Bagian Umum Kepegawaian, Sub Bagian Mutasi dan Administrasi
Jabatan dan Sub Bagian Pengembangan dan Penghentian.
a. Subbagian Umum Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan formasi, pendataan, pengelolaan sasaran kinerja
pegawai, tabungan, pengurusan kartu pegawai dan fungsional di
lingkungan Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan.
b. Subbagian Pengembangan dan Penghentian mempunyai tugas
melakukan penyiapan pengembangan pegawai, kartu suami dan kartu
istri, pengurusan tabungan asuransi kesehatan pegawai, asuransi
pensiun, pengelolaan administrasi jabatan structural, pemberhentian,
pensiun, cuti, dan pemberian tanda penghargaan pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan.
c. Subbagian Mutasi dan Administrasi Jabatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penetapan pengangkatan, kepangkatan, penyusunan
daftar urutan kepangkatan, pemindahan, mutasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Peraturan Perundang-undangan.
14
D. Tugas dan Fungsi Jabatan Peserta
Merujuk pada Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: SEK.2-1136.KP.03.01 Tahun 2020 Tentang Pengangkatan Calon
Pegawai Negeri Sipil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
terhitung tanggal 1 Januari 2021 dengan Jabatan sebagai Analis Keimigrasian.
Lulusan Politeknik Imigrasi Tahun Anggaran 2020, formasi peserta adalah sebagai
kandidat Analis Keimigrasian Pertama. Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Analis Keimigrasian dan Angka Kreditnya dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Jabatan Fungsional Analis Keimigrasian ditetapkan bahwa tugas pokok
Analis Keimigrasian adalah untuk melaksanakan analisa keimigrasian.
Dalam proses penempatan di Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat
Jenderal Imigrasi pelaksanaan tugas peserta pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil Angkatan I antara lain :
a. Membuat Konsep Surat;
b. Menyusun Laporan Kegiatan;
c. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh Pimpinan.
Secara umum peserta pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Angkatan I
merupakan aparatur sipil negara yang berperan sebagai penyedia pelayanan publik
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik. Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, Penyelenggara
pelayanan publik atau Penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara
negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang
untuk kegiatan pelayanan publik.
Dalam pelaksanaan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur sipil
negara masih banyak terjadi permasalahan. Salah satunya di bagian kepagawaian
Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi. Meskipun bagian kepegawaian Sekretariat
Direktorat Jenderal Imigrasi tidak secara langsung melaksanakan pelayanan publik
bagi masyarakat umum. Namun bagian kepegawaian Sekretariat Direktorat
15
Jenderal Imigrasi melaksanakan pelayanan bagi pegawai Direktorat Jenderal
Imigrasi seluruh Indonesia. Contoh dari pelayanan yang dilaksanakan bagian
kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi yaitu pelayanan pensiun,
pelayanan cuti, pelayanan pembuatan paspor dinas, pelayanan kartu istri dan kartu
suami serta pelayanan lainnya yang berkaitan dengan bagian kepegawaian
Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi.
Namun pelayanan bagian kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi
terhambat dan terkendala karena beberapa permasalahan terutama lay out ruangan
bagian kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi yang berbentuk
setengah lingkaran dengan dua pintu berapa di ujung setengah lingkaran tersebut.
Lay out ruangan bagian kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi yang
berbentuk setengah lingkaran membuat mobilitas pegawai menjadi kurang efektif
dan fleksibel. Pelaksanaan pelayanan menjadi terganggu sehiungga membutuhkan
adanya permbaharuan lay out ruangan.
Pintu Pintu
16
menerapkan prinsip ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi) sehingga diharapkan dapat memahami,
mengaktualisasikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip dasar profesi
Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lingkungan
instansi pemerintah terkait sesuaian dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
khususnya dilingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi. Sehingga Manajemen Lay
Out tata ruang Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi
menjadi aktualisasi penulis yang harus dilaksanakan guna meningkatkan efisiensi
dan efektifitas kinerja Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal
Imigrasi.
17
BAB II
DESKRIPSI ISU
5
wijayanti, “Manajemen Organisasi Kesenian” (2008): 5–20.
18
a. Sasaran Kinerja Pegawai
1. Menyusun Laporan Kegiatan;
2. Membuat Konsep Surat;
3. Melaksanakan Perintah Pimpinan.
19
membuat aktualisasi perubahan berupa melaksanakan optimaliasasi Lay
out ruangan Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi.
20
BAB III
PENENTUAN CORE ISSUE
6
Nova Syafira Ariyanti Et Al., “Strategy To Determine The Priority Of Teachers’
Quality Problem Using Usg (Urgency, Seriousness, Growth) Matrix,” International Research-
Based Education Journal 2, No. 2 (2020): 54, Https://Doi.Org/10.17977/Um043v2i2p54-62.
Kriteria
No. Masalah Total
U S G
Belum optimalnya pemberian informasi
terkait dengan pelayanan Kepegawaian
1. 4 3 3 10
di Bagian Kepegawaian Sekretariat
Direktorat Jenderal Imigrasi.
Belum optimalnya lay out ruangan Bagian
Kepegawaian Sekretariat Direktorat
2. 5 5 5 15
Jenderal Imigrasi dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi.
Kurangnya sarana dan prasarana yang
3. memadai Bagian Kepegawaian 4 5 4 13
Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi.
Keterangan :
U (Urgent) : Mendesak permasalahannya
S (Serious) : Akibat jika tidak segera diatasi
G (Growth) : Berkembangnya masalah jika penyebabnya dibiarkan
Skala :
1. Sangat Kecil
2. Kecil
3. Sedang
4. Besar
5. Sangat Besar
22
bahwa efektifitas dalam pelaksanaan tugas belum tercapai.
Permasalahan yang di hadapi antara lain :
1. Mobilitas para pegawai terganggu dengan lay out ruangan Bagian
Kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi yang ada
karena pintu keluar dan masuk ada di ujung ruangan;
2. Jumlah pegawai di Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat
Jenderal Imigrasi yang rata-rata perempuan merasa lelah dengan
jalur lay out ruangan yang harus memutar;
23
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
24
4.3. ISU YANG : Berdasarkan metode tapisan isu yang telah dilakukan
DIANGKAT
sebelumnya, maka isu yang diangkat dalam
rancangan aktualisasi ini ialah Belum optimalnya lay
out ruangan Bagian Kepegawaian Sekretariat
Direktorat Jenderal Imigrasi dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi.
25
4.4. GAGASAN PEMECAHAN ISU
Dalam penyusunan sasaran kinerja pegawai (SKP) harus memperhatikan proses Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Terry. Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan
keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Organizing yaitu proses pengelompokan
kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang pimpinan. Actuating
adalah merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan
dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama. Controlling atau pengawasan adalah
penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Sehingga dalam proses penyusunan sasaran kinerja pegawai (SKP) harus terus menjadi lingkaran
program perencanaan kinerja pegawai agar target kinerja tercapai dengan pasti.
Dalam mengatasi isu strategis yang telah dijelaskan, maka penulis merencanakan kegiatan Inisiatif sendiri atas izin
atasan sebagai unsur inovasi dalam rangka menerapkan tuntutan sebagai peserta Latsar CPNS dalam berpikir kreatif.
Adapun problem solving yang direncanakan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan Atasan terkait gagasan dalam merencanakan kegiatan inisiatif sendiri untuk memperoleh
dukungan dan persetujuan;
2. Merancang Desain lay out ruangan;
3. Mensosialisasikan lay out ruangan;
4. Melaksanakan Koordinasi dengan stakeholder pelaksanaan perubahan lay out ruangan;
5. Melaksanakan perubahan lay out ruangan;
6. Mengevalusi hasil kegiatan;
7. Membuat laporan.
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk merealisasikan gagasan di atas di atas terdiri dari 6 (enam) tahapan, yakni:
melaksanakan koordinasi dengan Atasan terkait gagasan dalam merencanakan kegiatan inisiatif sendiri untuk memperoleh
dukungan dan persetujuan; Merancang Desain lay out ruangan; Mensosialisasikan lay out ruangan; berkoordinasi dengan
stakeholder pelaksanaan perubahan perubahan lay out ruangan; Melaksanakan perubahan lay out ruangan; Mengevalusi
hasil kegiatan; Membuat laporan terkait dengan hasil pelaksanaan aktualisasi berupa perubahan lay out ruangan, dengan
rincian pada setiap tahapan sebagaimana diuraikan dalam matrik di bawah ini:
Keterkaitan
Kontribusi Terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Output/has Substansi Mata
Tusi/Tujuan Organisasi Organisasi
Kegiatan il Pelatihan
1 2 3 4 5 6 7
27
1 Koordinasi Melaksanakan Analisis isu 1. Akuntabilitas Berkontribusi untuk Sinergitas
dengan Atasan diskusi terkait strategis dan 2. Nasionalisme menciptakan pelayanan Integritas
terkait gagasan dengan diagnosa 3. Etika Publik publik yang PASTI. Ilmiah
dalam permasalahan organisasi. Akuntabel
4. Komitmen
merencanakan dalam unit kerja Inovatif
kegiatan inisiatif kemudian Mutu
sendiri untuk menyampaikan 5. Anti Korupsi
memperoleh solusi dan
dukungan dan mengambil
persetujuan; keputusan terkait
dengan lay out
ruangan.
2 Merancang Desain Membuat Hasil analisa 1. Akuntabilitas Menciptakan suasana Inovatif
lay out ruangan; rancangan Design kebutuhan 2. Nasionalisme baru dalam pelaksanaan Akuntabel
lay out ruangan tahapan yang akan 3. Etika Publik tugas dan fungsi Sinergitas
yang sesuai diimplementasikan organisasi guna
4. Komitmen
dengan kebutuhan pada habituasi meningkatkan
organisasi. proses aktualisasi Mutu produktivitas kinerja
perubahan. 5. Anti pegawai.
Korupsi
28
3 Mensosialisasikan Mengkomunikasik Persetujuan dari 1. Akuntabilitas Menciptakan harmonisasi Sinergitas
lay out ruangan; an design lay pegawai di bagian 2. Nasionalisme antar pegawai. Akuntabilitas
out ruangan kepegawaian 3. Etika Publik Transparansi
melalui Sekretariat
4. Komitmen
aplikasi grup Direktorat Jenderal
whatsapp Imigrasi dan Mutu
agar berdasarkan atas 5. Anti
mendapatkan keputusan atasan. Korupsi
respon yang
baik dari
masing-
masing
pegawai.
4 Melaksanakan Koordinasi Perencanaan 1. Akuntabilitas Menciptakan pelaksanan Sinergitas
Koordinasi dengan pelaksanaan pelaksanaan 2. Nasionalisme tugas yang sesusai Akuntabilitas
stakeholder perubahan lay 3. Etika Publik dengan prosedur.
stakeholder.
pelaksanaan out ruangan.
4. Komitmen
perubahan lay out
ruangan; Mutu
5. Anti
Korupsi
29
5 Melaksanakan Pelaksanaan Uji coba 1. Akuntabilitas Berkontribusi terhadap Sinergitas
perubahan lay out perubahan lay pelaksanaan 2. Nasionalisme misi Kementerian Hukum Akuntabilitas
ruangan out ruangan perubahan lay 3. Etika Publik dan HAM Transparansi
out ruangan 4. Komitmen
Mutu
5. Anti
Korupsi
6 Mengevalusi hasil Mengevalusi hasil Hasil uji coba 1. Akuntabilitas Berkontribusi terhadap Integritas
kegiatan kegiatan dan catatan 2. Nasionalisme misi Kementerian Hukum Unggul
berdasarkan 3. Etika Publik dan HAM Sinergitas
hasil evaluasi
proses Akuntabilitas
4. Komitmen
monitoring Transparansi
dan evaluasi Mutu
lay out 5. Anti
ruangan. Korupsi
7 Membuat laporan Melakukan hasil 1. Akuntabilitas Berkontribusi terhadap Integritas
penyusunan pelaksanaan 2. Nasionalisme misi Kementerian Hukum Unggul
laporan aktualisasi 3. Etika Publik dan HAM Sinergitas
berupa Akuntabilitas
4. Komitmen
perubahan lay Transparansi
Mutu
out ruangan
5. Anti
dituangkan
dalam laporan
Korupsi
dan memberikan
saran atau
rekomendasi
30
4.6. KETERKAITAN GAGASAN DENGAN MATERI PELATIHAN
DASAR
7
Indonesia, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (Indonesia, 2012),
https://simpeg.bnn.go.id/berita/permenpan---rb-nomor-35-tahun-2012-tentang-pedoman-
penyusunan-sop-ap.
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip,
yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan Jabatan.
Sebagai salah satu kompetensi sosio kultural, Aparatur Sipil
Negara (ASN) diwajibkan mampu memahami nilai akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi
(ANEKA).
1. Akuntabel
Akuntabilitas secara umum dapat diartikan sebagai
permintaan pertanggungjawaban atas pemenuhan tanggung
jawab yang diserahkan kepada pegawai atau pemangku
wewenang jabatan terkait. Akuntabilitas adalah sebuah konsep
etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan
(lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan
lembaga yudikatif kehakiman) yang mempunyai beberapa arti
antara lain, hal ini sering digunakan secara sinonim dengan
konsep-kosnep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan
(responsibility), kemampuan memberikan jawaban (answeraility),
yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang
mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang
mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat
menerangkannya.8
Akuntabilitas juga dapat merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi wewenang dalam sebuah tugas kinerja,
yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai
akuntabilitas antara lain :
a. Mampu memilih yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan;
8
I Wahyu Cahyadi and I Jati, “Pengaruh Kesadaran, Sosialisasi, Akuntabilitas Pelayanan
Publik Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor,” E-Jurnal
Akuntansi 16, no. 3 (2016): 2342–2373.
32
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran tentang netralitas
ASN;
c. Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil;
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan
dapat diandalkan.
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sebuah nilai dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemahaman terkait
dengan nilai nasionalisme harus mendalam dalam jiwa bangsa
Indonesia. Menurut Kosasih Djahiri adalah sesuatu (belief) yang
bersumber pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang
patut atau tidak patut silakukan seseorang mengenai apa yang
berharga dan apa yang tidak berharga. Sedangkan nasionalisme
adalah ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara
sendiri. Nasionalisme dapat juga diartikan sebagi kesadaran
disuatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama
mencapai, mempertahankan dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu, semangat
kebangsaan. Sedangkan nasionalis adalah orang yang
mencintai bangsa dan tanah airnya atau mereka yang
memperjuangkan kepentingan bangsanya. ASN dituntut untuk
dapat mementingkan kepentingan Negara dan masyarakat
diatas kepentingan pribadi atau golongan. Pemerintah juga
berperan untuk memperoleh masukan dari masyarakat atas
pelayanan yang dilaksanakan.
Empat unsur yang mengaspirasi pembentukan nasionalisme
adalah :
a. Pencapaian persatuan nasional
b. Pencapaian kemerdekaan
c. Mandiri
d. Menjaga keunikan nasional
33
3. Etika Publik
Dibutuhkan pemahaman yang mendalam untuk mengkaji
pengertian etika publik. Hal ini dikarenakan dalam
pelaksanaannya membutuhkan penerapan yang bersifat
continouitas. Namun etika lebih dipahami sebagai refleksi atas
baik/ buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik
menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001).
Pelayan publik yang profesional tidak hanya memiliki
kompetensi teknis serta sifat leadership, namun juga wajib
memiliki etika publik yang baik. Dengan penerapan kode etik
ASN, perilaku pejabat publik harus berubah ke arah yang lebih
baik, diantaranya :
a. Berubah dari dilayani menjadi melayani
b. Berubah dari wewenang menjadi peranan
c. Menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah yang
harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi
juga kepada Tuhan YME.
4. Komitmen Mutu
Komitmen Mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga
34
mutu kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/jasa berupa ukuran
baik/buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab ASN
semua harus dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi
kepuasan kepada masyarakat. Setelah mengikuti pembelajaran
ini, peserta diharapkan mampu memahami tindakan yang
menghargai efektivitas, efisiensi, mengandung inovasi, dan
kinerja yang berorientasi mutu, dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
Pencapaian target mutu kinerja pegawai seringkali
mengalami fluktuasi, naik-turun. Ketika terjadi penurunan mutu
kinerja pegawai, kewajiban pemimpin untuk mengingatkan dan
menyemangati mereka. Sebaliknya, untuk merespon mutu
kinerja yang tinggi (superior) maka pemimpin berkewajiban untuk
menetapkan reward system yang dapat memotivasi pegawai
untuk terus berprestasi. Zulian Yamit (2010: 41) mengidentifikasi
berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk meningkatkan
mutu, yaitu: “brainstorming, multi voting, nominal group
technique (NGT), flow chart, cause and effect diagram, data
collection, pareto chart, histogram, scatter diagram, and control
chart.” Indikator komitmen mutu pegawai antara lain :
a. memahami tindakan yang menghargai efektivitas,
efisiensi, inovasi dan kinerja berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
b. menunjukan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif
yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
5. Anti Korupsi
Setiap negara mempunyai undang-undang yang berbeda
terkait dengan Tindak Pidana Korupsi . Menurut UU No. 31/1999
35
jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi
yang terdiri dari : (1) Kerugian keuangan negara, (2) Suap-
menyuap, (3) Pemerasan, (4) Perbuatan Curang, (5)
Penggelapan dalam Jabatan, (6) Benturan Kepentingan dalam
Pengadaan, (7) Gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan
delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub c UU
no.3/71).9
Dalam proses pemahaman arti pentingnya Kesadaran Anti
korupsi maka dalam puncak tertinggi akan menyentuh spiritual
accountability. Pegawai yang spiritual accountability akan selalu
ingat pada perjanjian dengan Tuhannya tersebut, yang pada
dasarnya :
a. merupakan tujuan hidup; dan
b. kesadaran bahwa hidup pada suatu saat nanti akan
dipertanggung jawabkan.
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan
norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan Negara atau masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung. KPK bersama dengan para pakar telah
melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi, dan
dihasilkan sebanyak Sembilan nilai anti korupsi yaitu ; jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana,
berani dan adil. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta
diharapkan mampu membentuk sikap dan perilaku yang
amanah, jujur, dan mampu mencegah terjadinya korupsi di
lingkungannya. Indikatornya adalah peserta dapat:
a. menyadari dampak perilaku dan tindak pidana korupsi
bagi kehidupan diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan
bangsa;
9
Komisi Pemberantasa Korupsi, “‘Anti Korupsi’ Modul Pendidikan Dan Pelatihan
Prajabatan Golongan I/II Dan III,” Lembaga Administrasi Negara (2015): 1–122.
36
b. menjelaskan cara-cara menghindari perilaku dan tindak
pidana korupsi;
c. menjelaskan pembangunan sistem integritas untuk
mencegah terjadinya korupsi di lingkungannya; dan
d. mengaktualisasikan nilai dasar anti korupsi bagi
kehidupan diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
1. Good Governance
Reformasi birokasi pemerintahan melakukan perubahan
mindset untuk berorientasi terhadap proses digitalisasi
kesisteman dan fokus terhadap kualitas tatanan birokrasi yang
baik.10 Good Governance adalah konsep dalam manajemen
organisasi yang tidak hanya melibatkan faktor utama dari
pemerintah. Good Governance berorientasi pada kemampuan
untuk berkompetisi, akuntabilitas, cepat dalam merespon
perubahan, transparan, berdasarkan atas peraturan, memacu
adanya partisipasi dalam pemenuhan kebutuhan, berorientasi
pada kualitas, efektif serta efisien dan berlandaskan atas
kesetaraan keadilan bagi setiap orang.11
Good Governance mengutamakan terciptanya nilai
kehidupan masyarakat mendorong adanya partisipasi
masyarakat untuk berperan aktif mencapai tujuan pemerintah
yang berskala nasional berdasarkan atas kemandirian,
berkelanjutan dan sesuai dengan keadilan sosial. Pelaksanaan
Good Governance menggunakan 9 Prinsip sebagai berikut
partisipasi, penegakan hukum, transparansi, daya tanggap,
10
Hayat, “Paradigma Good Governance Menuju Shared Governance Melalui Reformasi
Birokrasi Dan Inovasi Pelayanan Publik.,” Jurnal Aristo ( Social, Politic, Humaniora) 08, no. 1
(2020): 1–23.
11
Syofian et al., “Pelayanan Publik Dan Ombudsman,” Jurnal Ekonomi Keuangan dan
Kebijakan Publik 1, no. 2 (2019): 56–63.
37
berorientasi pada konsensus, keadilan atau kesetaraan,
efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi yang strategis.12
Dalam pelaksanaannya aparatur sipil negara harus mampu
menjalankan prinsip-prinsip yang terkandung dalam teori Good
Governance. Dan kemudian mencapai pelaksanaan Whole of
Governance sebagai bentuk sinergitas antar instansi
pemerintahan khususnya di lingkungan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia. Pembangunan kebijakan yang
berorientasi pada kemudahan, efisiensi dan efektifitas kinerja
merupakan puncak dari tercapainya prinsip Good Governace.
2. Manajemen ASN
Manajemen aparatur sipil negara adalah pengelolaan
aparatur sipil negara untuk menghasilkan Pegawai aparatur sipil
negara yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Penjelasan ini tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan
diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor 8 Tahun 2021 tentang Manajemen Karier
Pegawai Negeri Sipil
Menjelaskan tentang pemahaman merit sistem, manajemen
talenta serta kompetensi yang harus dimiliki oleh aparatur sipil
negara saat ini. Pemahaman Sistem Merit adalah kebijakan dan
manajemen PNS yang berdasarkan pada kualifikasi,
Kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama,
asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan. Sedangkan Manajemen Talenta adalah sistem
12
Abdul Manaf, Modul Materi “Good Governance Dan Pelayanan Publik” Komisi
Pemberantasan Korupsi 2016, ed. Teguh Handoko et al., Modul Materi Good Governance Dan
Pelayanan Publik, Pertama. (Jakarta: Direktorat pendidikan dan Pelayanan Masyarakat,
Kedeputian Bidang Pencegahan, Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016).
38
manajemen karier ASN yang meliputi tahapan akuisisi,
pengembangan, retensi, dan penempatan Talenta yang
diprioritaskan untuk menduduki Jabatan target berdasarkan
tingkatan potensial dan kinerja tertinggi melalui mekanisme
tertentu yang dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan
untuk memenuhi kebutuhan organisasi Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
Merit sistem dan manajemen talenta merupakan sebuah
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini mendorong agar
aparatur sipil negara mampu bersaing dan berjuang untuk
mendapatkan capaian kinerja berdasarkan kompetensi yang
dimiliki. Tentunya kita harus memahami kompetensi aparatur
sipil negara. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan
dan sikap/perilaku yang harus dipenuhi oleh pegawai ASN
untuk menjalankan fungsi dan tugas Jabatan secara efektif dan
efisien. Dalam kompetensi tersebut terdapat dua unsur yaitu
kompetensi manajerial dan kompetensi sosio kultural.
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi. Kompetensi
Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk
dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan
Jabatan. Sehingga manajemen ASN saat ini sangat dipengaruhi
dengan adanya
3. Pelayanan Publik
39
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Secara universal Pelayanan Publik dapat diartikan kedalam
berbagai macam jasa pelayanan administrasi pemerintah, yang
diimplementasikan melalui pelayanan barang publik ataupun
jasa publik. Penyelenggaraan administrasi pemerintah dalam
proses pelayanan publik dalam kerangka reformasi birokrasi
dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik yang berada di
daerah dan pusat, dilingkungan BUMD (Badan Usaha Milik
Daerah) atupun BUMN (Badan Usaha Milik Negara). BUMN
dan BUMD melaksanakan tugas dan bertanggung jawab
kepada Presiden dalam proses pemenuhan pelayanan publik
bagi masyarakat. Perwujudan penyelenggaraan administrasi
pemerintah dalam kerangka reformasi birokrasi bertujuan untuk
menghasilkan birokasi yang ideal. Dalam proses pelaksanaan
pelayanan publik maka aparatur sipil negara harus mampu
menerapkan Prinsip Good Governance dan pedoman AUPB
digunakan sebagai alat untuk mencapai visi operasional teknis
penyelenggaraan administrasi pemerintah yang efektif dan
efisien dan sesuai dengan peraturan perundang undangan
sehingga fungsi penyelenggaraan administrasi pemerintahan
berjalan sesuai yang diharapkan.13
13
Muhammad Burhan, “Maladministrasi Dan Etika Pelayanan Publik,”
Ombudsman.Go.Id, last modified 2020, accessed July 26, 2020,
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--maladministrasi-dan-etika-pelayanan-publik.
40
Adapun gagasan yang dikemukakan diatas berkaitan dengan
beberapa materi yang telah didapatkan selama mengikuti Pelatihan
Dasar, yakni:
41
BAB V
JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI
Berikut merupakan jadwal kegiatan aktualisasi yang disusun berdasarkan kegiatan pada tiap tahapan dalam
jangka waktu habituasi selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan Juli 2021 hingga bulan September 2021.
7 Membuat Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 8 Tahun 2021
tentang Manajemen Karier Pegawai Negeri Sipil
44
DAFTAR LAMPIRAN
46
Lay Out Ruangan Bagian Kepegawaian Sekarang
Lay Out Ruangan Bagian Kepegawaian Sekarang
Keterangan :
Internet
MASALAH UTAMA
PENYEBAB SOLUSI
1. Melakukan diskusi dengan pimpinan
1. Permintaan Pimpinan untuk
terkait dengan perubahan Design
melakukan perubahan Lay Out Kurang optimalnya Lay out ruangan Bagian
ruangan yang belum dirubah sejak
tahun 2019;
Lay Out Ruangan Kepegawaian;
Bagian 2. Pembuatan Design Lay out ruangan
2. Mobilitas para pegawai terganggu
Bagian Kepegawaian yang efektif;
dengan lay out ruangan Bagian Kepegawaian
Kepegawaian karena pintu keluar
dan masuk ada di ujung ruangan;
Sekretariat
3. Jumlah pegawai di Bagian Direktorat Jenderal
Kepegawaian di dominasi Imigrasi
perempuan merasa terhambar
kinerjanya karena jalur keluar yang
harus memutar;
Merancang Design
Mensosialisasikan
Pembuatan Laporan
Kondisi Saat Ini
Terima Kasih