Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Screening


Pengayakan adalah pemisahan partikel-partikel secara mekanis berdasarkanukuran,
dan hanya dapat dilakukan pada partikel yang relatif berukuran kasar.Pemisahan dilakukan
di atas ayakan berupa batang-batang sejajar (grizzly) atau plat berlubang atau anyaman
kawat yang dapat meloloskan material. Materialyang tidak lolos atau tinggal di atas ayakan
disebut oversize atau material plussedangkan yang lolos disebut material minus atau
undersize (Prabowo, 2010).
Pengayakan dengan berbagai rancangan telah banyak digunakan dan dikembangkan
secara luas pada proses pemisahan bahan-bahan pangan berdasarkan ukuran. pengayakan
yaitu pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesin kawat ayakan, bahan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari diameter mesin akan lolos dan bahan yang mempunyai ukuran lebih
besar akan tertahan pada permukaan kawat ayakan. Bahan-bahan yang lolos melewati
lubang ayakan mempunyai ukuran yang seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan
untuk dilakukan penggilingan ulang (Suharto, 1998).
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan
pengayakan.Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke
permukaan pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau
halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar
(oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering
(McCabe, 1999).

II.2. Faktor-Faktor Screening


A. Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan screen:
1. kapasitas, kecepatan hasil yang diinginkan.
2. Kisaran ukuran ( size range),
3. Sifat bahan : densitas, kemudahan mengalir (flowability),
4. Unsur bahaya bahan : mudah terbakar, berbahaya, debu yang ditimbulkan.
5. Ayakan kering atau basah.
          (Perry, 1984).  

B. Kapasistas Screen
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bahan
3. Sifat dari umpan seperti; berat jenis, kandungan air, temperature
4. Tipe mechanical screen yang digunakan.
(Kelly,1982)

II.3. Alat Screening

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengayakan adalah jenis ayakannya.
Berdasarkan gerak pengayak, alat ayakan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu stationary screen
dan dynamic screen.
A. stationary screen
Stationary screen berfungsi untuk operasi kecil-kecilan, seperti
menyaring pasir, kerikil, atau batubara serta melakukan pengeringan dan
pemutaran bahan melalui proses aliran counter.

Macam macam Stationary screen :


a. Stationary Dewatering Screen
Kinerja alat pada stationary dewatering screen ini adalah sebuah pemisah
padat cair yang terdiri dari ruang dewatering vertikal tertutup oleh dinding
foraminous luar atau layar di mana bubur dilewatkan sehingga untuk menghapus
cairan dan mengembalikan padatan dalam ruang dewatering. Bubur masuk
dibelokkan dan diarahkan ke layar dengan sebuah penyekat pelat berbentuk X
stasioner. Padat yang tidak dapat melewati layar dan air yang tersisa, aliran oleh
gravitasi dari bagian bawah ruang dewatering dan ke layar dewatering lebih lanjut.
b. Stationary Trommel screen
Kapasitas penyaringan tinggi, keselamatan operasional, interval
pemeliharaan panjang dan adaptasi terhadap kebutuhan individu, dilaksanakan
dengan sistem penyaringan stasioner dengan panjang tambur hingga 12 m dan
diameter maksimum 2,5 m
(Anggi, 2015)

B. Beberapa alat ayakan dynamic screen, yaitu:


1. Vibrating Screen
permukaannya horizontal dan miring digerakkan pada frekuensi tinggi
(1000-7000 Hz). Satuan kapasitas tinggi, dengan efisiensi pemisahan yang
baik, yang digunakan untuk range yang luas dari ukuran partikel.

2. Occilating Screen
dioperasikan pada frekuensi yang lebih rendah dari vibrating screen (100-
400 Hz) dengan waktu yang lebih lama, lebih linier dan tajam.
3. Reciprocating Screen
dioperasikan dengan gerakan menggoyang, pukulan yang panjang (20-200 Hz).
Digunakan untuk pemindahan dengan pemisahan ukuran.
4. Shifting Screen
dioperasikan dengan gerakan dalam bidang permukaan ayakan. Gerakan
aktual dapat berupa putaran atau gerakan memutar. Digunakan untuk
pengayakan material basah atau kering.
5. Resolving Screen

Laboratorium Mekanika Fluida II-2


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ayakan miring berotasi pada kecepatan rendah (910-20 rpm). Digunakan
untuk pengayakan basah dari material-material yang relatif kasar, tetapi
memiliki pemindahan yang kasar dengan vibrating screen. (Yosita, 2015)

II.4. Perhitungan Screening


1. True Arithmatic Average Diameter (TAAD)

Diameter Total
TAAD =
Jumlah partikel total Dalam prakteknya,
menghitung jumlah
partikel sangatlah sulit, lebih menentukan massa dari masing-masing ukuran.
Oleh karena itu, dicari hubungan antara jumlah partikel dengan massa pada
masing-masing ukuran tersebut.
Pendekatan yang diambil sbb.:
Ditinjau untuk partikel berukuran Di:
 [massa total partikel] = [jumlah partikel] x [massa sebuah partikel]
Dengan,
 [massa sebuah partikel = ρ partikel x [volum sebuah partikel]
Volum sebuah partikel = c x Di2
π
 Dengan c = untuk partikel berbentuk bola
6
c = 1 untuk partikel berbentuk kubus
Jika M = massa total campuran, maka:
[massa total partikel berukuran Di] = M x Xi
Persamaan pendekatan menjadi :
 (M . Xi) = Ni x ( ρ . c . Di3)
M . Xi
 Ni =
ρ .c . Di 3
Maka jumlah partikel campuran total :
 ∑ ¿=N 1 + N 2 + N 3 +…
M . Xi M . Xi M . Xi
¿ + + +…
ρ. c . D 1 ρ . c . D 2 ρ . c . D33
3 3

M Xi
¿
ρ. c ∑ Di3

Sehingga: ∑ Di
TAAD=
M Xi
∑ 3
ρ . c Di

Keterangan:
Laboratorium Mekanika Fluida II-3
Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
M = massa partikel (gram)
ρ = berat jenis partikel (gram/in3)
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)

2. Mean Surface Diameter (Dp)


Diameter yang dapat mewakili untuk menghitung luas permukaan total.
 (luas permukaan dengan Dp) x (jumlah total partikel) = (luaspermukaan
total)
 Jika bentuk bola, luas permukaan π D2
Sehingga:

Xi



Di
Dp=
Xi
∑ 3
Di
Keterangan:
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)

3. Mean Volume Diameter (Dv)


Diameter yang dapat mewakili untuk menghitung volume total campuran.
 [volum partikel dengan Dv] x [jumlah total partikel] = [volum partikel
total]
 [volum partikel total] = [vol D1 x N1] + [vol D2 x N2] + ....
¿ ∑ ¿ ¿c . Di3 . Ni]
 Dv3 . ∑ ¿ = ∑ ¿¿c . Di3 . Ni]

∑ Xi
Dv= 3

√ c∑
Xi
c . Di3

Keterangan:
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)
c = konstanta partikel
(Chopey and Hicks, 1984)

Laboratorium Mekanika Fluida II-4


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.5 Jurnal Aplikasi Industri


Pengaruh Blancing dan Ukuran Partikel (Mesh) Terhadap
Kadar Glukomanan, Kalsium Oksalat dan Serat Makan
Tepung Umbi Porang (Amorphophallus onchophyllus)
Sri Budi Wahjuningsih dan Bambang Kunarto
2011

Komoditas porang (Amorphophallus onchophyllus) merupakan salah satu jenis


umbi-umbian komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berpotensi besar untuk
dikembangkan. Permasalahan dalam pengembangan porang sebagai bahan makanan
terutama adalah dalam pengolahan lebih lanjut adalah adanya kandungan kalsium oksalat
pada umbi porang yang menyebabkan gatal sehingga perlu penanganan untuk
menghilangkan senyawa tersebut. Tergantung jumlahnya dalam suatu bahan, kalsium
oksalat dapat diturunkan dengan cara pencucian menggunakan banyak air atau dengan cara
blansing (pengukusan atau perebusan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kombinasi blannching dan ukuran partikel umbi porang terhadap glukomanan, kadar
kalsium oksalat dan serat makan tepung umbi porang yang dihasilkan

Laboratorium Mekanika Fluida II-5


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Metode penelitian yang pertama adalah umbi porang dikupas dan dicuci lalu
dipotong setebal 0,5 cm. Setelah itu dibagi dua, yang satu diblanching selama 10 menit
yang lainnya tanpa blanching. Kedua bagian masing-masing direndam dengan NaCl 10%
selama 6 jam. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama kurang lebih 8
jam. Setelah kering dibuat tepung dengan cara digiling dan diayak dengan ukuran 60
mesh, 80 mesh dan 100 mesh. Selanjutnya dilakukan analisis kadar
glukomanan, kaslium oksalat dan serat makan. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor, yaitu blanching dan ukuran partikel.
Faktor blanching terdiri dari dua perlakuan yaitu blanching selama 15 menit (B1) dan non
blanching (B2). Sedangkan faktor pengayakan terdiri dari 4 perlakuan, yaitu engayakan
menggunakan 60 mesh (N60), 80 mesh (N80) dan 100 mesh (N100). Data yang diperoleh
dianalisis dengan sisik ragam dilanjutkan dengan duncan new methode range test
(DNMRT) pada tingkat kepercayaan 5%.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan tepung umbi
porang, semakin besar partikel (makin kecil mesh) menunjukkan kadar glukomanan
semakin meningkat dan kalsium oksalat semakin turun. Kombinasi perlakuan blanching
dan ukuran partikel yang semakin besar (makin kecil mesh) menunujukkan kadar serat
makan yang semakin meningkat.

Laboratorium Mekanika Fluida II-6


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS

Anda mungkin juga menyukai