Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di dalam perkembangan dunia perekonomian saat ini dan semakin tingginya tingkat
persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing
(competitive advantage) untuk terus berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang
terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi
perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena
perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaan, ditambah lagi
dengan kurangnya tenaga profesional di dalam perusahaan dan perusahaan tidak
dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini, hal ini menuntut adanya
efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Semakin berkembangnya perusahaan tentunya diikuti dengan semakin kompleks dan


luasnya aktivitas serta permasalahan yang dihadapi sehingga dibutuhkan sistem
informasi akuntansi untuk memecahkan masalah tersebut.

Dalam perusahaan, siklus konversi merupakan bagian yang penting demi mendukung
kemajuan perusahaan dalam meningkatkan keunggulan kompetitif. Siklus konversi
perusahaan mengubah berbagai sumber daya input, seperti bahan baku, tenaga kerja,
dan overhead, menjadi produk jadi atau jasa untuk dijual. Siklus konversi tersebut
adalah yang paling formal dan tampak jelas dalam perusahaan manufaktur.

Perusahaan manufaktur AS berada dalam periode transformasi yag dinamis.


Perubahan yang cepat dalam permintaan pelanggan, siklus hidup produk yang lebih
pendek, dan persaingan dengan pihak asing secara radikal telah mengubah berbagai
aturan di pasar.

1
Dalam usaha untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ini, berbagai
produsen mulai melakukan bisnis dalam cara yang secara dramatis baru. Istilah kelas
dunia merujuk pada era bisnis yang baru ini.

Progression of Automation toward World-Class Sta

Gambar diatas menyajikan lingkungan manufaktur sebagai sebuah kontinum (rangkaian


kesatuan), dengan perusahaan tradisional di satu sisi dan perusahaan kelas dunia di
sisi lainnya.
Sedikit perusahaan yang relative baru telah mencapai status kelas dunia. Banyak yang
mengarah kearah tersebut, tetapi lebih banyak lagi yang tetap tradisional.
Untuk membahas berbagai perbedaan dalam praktik tersebut, makalah ini akan
membahas mengenai siklus konversi dan penerapannya.

1.2. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
 Memahami berbagai elemen dan prosedur dasar yang melintasi proses produksi
tradisional
 Memahami arus data dan berbagai prosedur dalam sistem akuntansi biaya
tradisional
 Mengenali berbagai pengendalian akuntansi yang terdapat dalam lingkungan
tradisional
 Memahami berbagai fitur operasional, filosofi, dan teknologi yang merupakan ciri
dari perusahaan kelas dunia.

2
 Memahami berbagai tujuan dari sistem just-in-time dan mengenali berbagai
implikasi mempertahankan persediaan yang berlebih di lingkungan global
 Mengenali peran penting kualitas dalam lingkungan global
 Memahami berbagai kelemahan dalam metode akuntansi tradisional di
lingkungan global
 Mengenal berbagai karakteristik sistem informasi kelas dunia.

3
BAB II
ISI
Siklus konversi perusahaan mengubah (mengonversi) berbagai sumber daya input,
seperti bahan baku, tenaga kerja, dan overhead, menjadi produk jadi atau jasa untuk
dijual. Siklus konversi tersebut adalah paling formal dan tampak jelas dalam
perusahaan manufaktur. Akan tetapi, siklus ini ada, secara konseptual, dalam berbagai
industri jas tertentu, seperti perawatan kesehatan, konsultasi, dan akuntan publik
(KAP). Dalam pembahasan mengenai siklus konversi in, kita akan mengasumsikan
lingkungan manufaktur.
Perusahan manufaktur di AS berada dalam periode transformasi yang dinamis.
Perubahan yang cepat dalam permintaan pelanggan, siklus hidup produk yang lebih
pendek, dan persaingan dengan pihak asing secara radikal telah merubah berbagai
aturan di pasar, dalam usaha untuk menyesuaikan diri dalam berbagai perubahan ini,
berbagai produsen mulai melakuka bisnis dalam cara yang secara dramatis baru. Istilah
kelas dunia merujuk pada era bisnis baru ini. Figur 7-1 menyajikan lingkungan
manufaktur sebagai sebuah kontinum (rangkaian kesatuan), denga perusahaan
tradisional di satu sisi dan perusahaan kelas dunia di sisi lainya. Titik di sepanjang garis
adalah berbagai perusahaan yang berada dalam berbagai tahapan informasi yang
berbeda dan yang bergerak menuju status kelas dunia.

4
2.2 PERUSAHAAN KELAS DUNIA

Perusahaan kelas dunia adalah perusahaan yang telah mencapai standar tinggi dan
yang telah mengalami berbagai perubahan fundamental dari bentuk serta manajemen
perusahaan tradisional.

Mencapai ststus kelas dunia membawa implikasi signifikan bagi akuntansi san sistem
informasi akuntansi. Informasi tradisional yang dihasilkan di bawah teknik akuntansi
konvensional tidak cukup mendukung kebutuhan perusahaan kelas dunia. Perusahaan
ini membutuhkan berbagai metode akuntansi baru dan sistem informasi baru yang :

1. Menunjukan apa saja hal yang menjadi perhatian pelanggan (seperti


kualitas dan layanan)
2. Mengidentifikasi berbagai produk yang menguntungkan.
3. Mengidentifiksi pelanggan yang menguntungkan
4. Mengidentifikasi peluang utntuk perbaikanoperasioanal dan produk.
5. Mendorong adopsi aktivitras serta proses bermilai tambah dalam
perusahaan dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.
6. Secara efisien mendukung berbagai pengguna melalui informasi
keuangan dan non keuangan.

Peran yang dimainkan oleh informasi akuntansi adalah determinan penting dalam
keberhasilan perusahan sebagai pesaing kelas dunia dan akan menjadi fokus dalam
bab ini.

2.4 LINGKUNGAN MANUFAKTUR TRADISIONAL

2.4.1 Sistem Produksi

5
Beberapa pendekatan metode produksi, antara lain:

 Pemrosesan berkelanjutan
Pendekatan ini membuat produk yang sama melalui rangkaian berkelanjutan
berbagai prosedur standar. Biasanya perusahaan mencoba menyimapan
persediaan barang jadi pada tingkat yang dibutuhkan untuk memenuhi perkiraan
permintaan penjualan. Perkiraan penjualan bersama dengan informasi tingkat
persediaan saat ini adalah pemicu proses ini.
 Pemrosesan Batch
Pemrosesan batch menghasilkan berbagai kelompok (batch) yang berbeda. Tiap
barang dalam batch hamper sama, yaitu membutuhkan bahan baku serta oprasi
yang sama. Mekanisme pemicu untuk proses ini adalah kebutuhan untuk
mempertahankan tingkat persediaan barang jadi sesuai dengan prediksi
kebutuhan penjualan.
 Pemrosesan Berdasarkan Pesanan
Pendekatan ini melibatkan pembuatan berbagai produk yang berbeda sesuai
dengan spesifikasi pelanggan. Proses ini dipicu oleh pesanan pelanggan bukan
oleh tingkat persediaan yang menurun.

2.4.2 Sistem Pemrosesan Batch

Dokumen yang memicu serta mendukung aktivitas batch umumnya adalah:

 Prakiraan penjualan (sales forecast) menunjukkan perkiraan permintaan


barang jadi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Funsi pemasaran
biasaya menghasilkan perkiraan permintaan tahunan berdasarkan produk.
 Jadwal Porduksi (production schedule) adalah rencana dan otorisasi formal
untuk memulai produksi.
 Daftar kebutuhan bahan baku ( bill of material-BOM), kebutuhan bahan baku
untuk seluruh batch ditetapkan dengan mengalikan BOM dengan jumlah
barang dalam batch.
 Lembar proses kerja(route sheet) menspesifikasi urutan operasi serta waktu
standar yang dialokasikan untuk tiap pekerjaan.

6
 Perintah kerja/perintah produksi (work order/production order) dibuat
berdasarkan BOM dan lembar proses kerja untuk menspesifikasikan bahan
baku dan produksi (mesin, perakitan, dan lain-lain) untuk tipa batch.
 Lembar perpindahan (move ticket) mencatat pekerjaan yang dilakukan di tiap
tempat kerja serta mengotorisasi perpindahan pekerjaan atau batch dari satu
tempat kerja ke tempat kerja berikutnya.
 Permintaan bahan baku (material requisition) mengotorisasi karyawan
gudang untuk mengeluarkan bahan baku (dan subperakitan) ke orang-orang
atau tempat kerja dalam proses produksi

2.4.2.1 Proses Produksi Batch

7
Proses ini dimulai dari tahap perencanaan dan pengendalian produksi dalam system
tersebut. Tahap ini melibatkan 2 prosedur yaitu spesifikasi permintaan kebutuhan bahan
baku dan operasional (materials and operation requirement) serta penjadwalan
produksi.

 Permintaan kebutuhan bahan baku operasional


Kebutuhan operasional ditentukan dengan mempelajari pekerjaan mesin serta
pekerjaan produksi lainnya yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah unit
barang jadi. Determinan utama untuk permintaan bahan baku dan kebutuhan
operasional adalah prediksi penjualan laporan status persediaan, dan spesifikasi
teknis untuk barang jadi.

 Penjadwalan produk
Jadwal untuk operasi produksi dibuat didasarkan pada informasi yang diberikan
dalam BOM serta lembar proses kerja. Staf administrasi bagian penjadwalan
juga membuat perintah kerja, lembar perpindahan, dan pemintaan bahan baku

8
untuk tiap batch dalam operasi produksi. Sebelum mengeluarkan dokumen ini ke
berbagai atempat kerja, staf administrasi tersebut membuat file perintah kerja
terbuka dan mengirimkan sebuah salinan perintah kerja ke bagian akuntansi
biaya

Tahap selenjutnya dari sistem produksi adalah pengendalian persediaan, yang memiliki
tiga fungsi penting dalam proses produksi, yaitu:

1. Memicu keseluruhan proses dengan menyediakan laporan status persediaan


bahan baku dan barang jadi bagi perencanaan dan pengendalian produksi
2. Personal bagian pengendalian persediaan secara terus menerus terlibat dalam
pembaruan record persedian bahan baku berdasarkan permintaan bahan baku,
dan lembar pengembalian bahan baku
3. Setelah menerima perintah kerja dari tempat kerja yang terakhir akan mencatat
produk yang jadi dalam record persediaan barang jadi.

2.4.2.2 Model EOQ (economic order quantity)

Berbagai model persediaan yang digunakan untuk meminimalkan biaya persediaan


dengan tetap memastikan bahwa terdapat persediaan dengan jumlah yang memadai
untuk memenuhi permintaan saat ini dapat membantu menjawab dua pertanyaan dasar
yaitu:

1. Kapan seharusnya persediaan dibeli?


2. Seberapa banyak persediaan yang harus dibeli?

Model EOQ didasarkan pada asumsi yang tidak selalu mencermikan kenyataan
ekonomi. Aumsi-asumsinya adalah:

 Permintaan produk konstan dan diketahui secara pasti


 Waktu tunggu―waktu antara memasukkan pesanan persediaan sehingga
kedatangannya―diketahui dan konstan
 Semua persediaan yang dipesan tiba pada saat yang sama
 Biaya total pertahun untuk memesan adalah dapat bervariasi dan menurun
sejalan dengan peningkatan jumlah pesanan. Biaya pemesanan meliputi biaya

9
membuat dokumen, menghubungi pemasok, memproses penerimaan
persediaan, memelihara rekening pemasok, dan menulis cek.
 Biaya total pertahun untuk menyimpan persediaan (biaya penggudangan) adalah
biaya yang bervariasi yang akan meningkatkan sejalan dengan peningkatan
jumlah yang dipesan. Biaya-biaya ini meliputi biaya kesempatan dari dana yang
diinvestasikan, biaya penyimpanan, pajak property, dan asuransi.
 Tidak ada diskon jumlah. Oleh karenanya, harga total pembelian persediaan
untuk tahun terkait adalah konstan.

Tujuan dari model EOQ adalah untuk mengurangi biaya persediaan. Parameter penting
dalam model ini adalah biaya penggudangan dan biaya pemesanan.

Biaya Tahunan

Kurva Biaya

Biaya Persediaan Minimum

Kurva Biaya Total Penyimpanan

Kurva Biaya Total Pesanan

Jumlah Pesanan
Jumlah Pesanan Optimal

Kurva tersebut menggambakan hubungan antara berbagai biaya dengan jumlah


pesanan. Ketika jumlah pesanan naik, jumlah kegiatan pemesanan menurun, hingga
menyebabkan biaya total pertahun untuk memesan menurun. Akan tetapi, ketika jumlah
yang dipesan anik, rata-rata persediaan yang dimiliki akan naik, hingga menyebabkan
biaya penggudangan persediaan tahunan total akan naik. Oleh karena harga pembelian
total persediaan konstan(asumsi 6), maka biaya persediaan total akan diminimalkan
dengan meminimalkan biaya penggudangan total serta pemesanan total. Titik yang
menggabungkan kurva biaya total yang diminimalkan adalah perpotongan antara kurva
biaya pemesanan dengan kurva biaya total yang diminimalkan adalah perpotongan

10
antara kurva biaya pemesanan dengan kurva biaya penggudangan. Ini adalah yang
disebut dengan jumlah pemesanan ekonomi.

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Reorder point (ROP) yaitu, batas/titik jumlah pemesanan kembali. ROP berguna untuk
mengetahui kapan suatu perusahaan mengadakan pemesanan. Terjadi apabila jumlah
persediaan yang terdapat dalam stock berkurang terus sehingga harus ditentukan
berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga
tidak terjadi kekurangan persediaan.
Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, ditambah dengan
persediaan pengaman (safety stock) yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang (lead time).
Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, semakin besar tingkat permintaan atau
Waktumasa
Tunggutenggang menyebabkan jumlah safety stock harus lebih banyak sehingga dapat
memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan.

Permintaan Harian

Q Siklus Persediaan

Tingkat
Persediaan

ROP

Waktu (hari)

2.4.3 Sistem Akuntansi Biaya

Sistem akuntansi biaya memberikan arus informasi dan pekerjaan yang umum dalam
sistem akuntansi biaya. Proses akuntansi biaya untuk suatu operasi produksi dimulai
ketika bagian perencanaan dan pengendalian mengirimkan sebuah salinan dari
perintah kerja yang asli ke bagian akuntansi biaya. Staf administrasi kemudian

11
membuat record biaya baru untuk batch yang memulai produksi dan menyimpannya
dalam file barang dalam proses. File ini bertindak sebagai buku pembantu bagi akun
pengendali barang dalam proses di buku besar.

Ketika bahan baku dan tenaga kerja ditambahkan di sepanjang proses produksi,
berbagai dokumen yang mencerminkan peristiwa-peristiwa ini mengalir masuk ke
bagian akuntansi biaya. Bagian pengendalian persediaan mengirimkan salinan
permintaan bahan baku, permintaan tambahan bahan baku, dan pengembalian bahan
baku. Tempat-tempat kerja akan mengirim lembar pekerjaan dan mengisi lembar
perpindahan. Dokumen-dokumen in, bersama dengan berbagai standar yang
ditetapkan oleh file biaya standar, memungkinkan stag administrasi bagian akuntansi
biaya untuk memperbarui akun WIP yang terpengaruh dengan biya standar untuk
tenaga kerja langsung, bahan baku dan overhead pabrik.

Penerimaan lembar perpindahan yang terakhir untuk suatu batch menandakan


selesainya proses produksi. Pada tahap in, staf administrasi memindahkan lembar
biaya dari file WIP. Hal ini mewakili transfer produk dari WIP ke persediaan barang
jadi(finished good―FG). Secara berkala, informasi ringkasan mengenai berbagai biya
ini (debit) ke WIP. Mengurangi (kredit) WIP, dan berbagai selisihnya akan dicatat dalam
voucher jurnal serta dikirimkan ke bagian buku;; besar untuk dicatat ke dalam akun
pengendalinya.

2.4.4 Pengendalian Dalam Lingkungan Tradisional


 Otorisasi Transaksi
1. Aktivitas produksi diotorisasi oleh bagian perencanaan dan pemgendalian
produksi melalui perintah kerja yang formal. Dokumen ini mencerminkan
kebutuhan produksi, yang merupakan selisih antara perkiraan permintaan
atas produk (didasarkan pada perkiraan penjualan) dan persediaan barang
jadi yang dimiliki
2. Lembar perpindahan ditandatangani oleh supervisor tiap tempat kerja untuk
mengotorisasi berbagai aktivitas di tiap batch dan untuk perpindahan produk
melalui berbagai tempat kerja

12
3. Permintaan bahan baku dan permintaan tambahan bahan baku
mengotorisasi staf gudang untuk mengeluarkan bahan baku ke berbagai
tempat kerja.
 Pemisahan Tugas
Tujuan dari pemisahan tugas adalah untuk memisahkan berbagai pekerjaan
otorisasi transaksi dari pemrosesan transaksi dan memisahkan penyimpanan
catatan dengan penyimpanan aktiva.
Pemisahan tugas yang berlaku dalam siklus produksi tradisional adalah sebagai
berikut:
1. Pemeliharaan record akuntansi atas persediaan bahan baku dan barang
jadi oleh bagian pengendalian persediaan dipisahkan dari fungsi
penyimpanan bahan baku di gudang dan dari penggudangan barang jadi,
yang memiliki kewajiban penyimpanan untuk berbagai aktiva ini.
2. Fungsi akuntansi biaya untuk barang dalam proses seharusnya
dipisahkan dari tempat kerja dalam proses produksi
3. Departemen buku besar harus terpisah dari departemen yang mencatat
buku pembentu berbagai akun. Oleh karenanya departemen buku besar
secara organisasional terpisah dari pengendalian persediaan dan
akuntansi biaya.

 Supervisi
Berikut ini adalah prosedur supervise yang berlaku dalam siklus konversi:
1. Supervisor dalam berbagai tempat kerja mengeawasi penggunaan bahan
baku dalam proses produksi. Hal ini membantu untuk memastikan bahwa
semua bahan baku yang dikeluarkan dari gudang memang digunakan
dalam produksi dan bahwa sisa yang terbuang dapat diminimalkan. Kartu
kerja karyawan dan lembar pekerjaan juga harus diperiksa
keakuratannya.
2. Supervisor juga mengamati dan melihat kembali aktivitas pencatatan
waktu kerja. Hal ini akan mendorong adanya kartu kerja dan ;embar
pekerjaan karyawan yang akurat.
 Pengendalian Akses
Siklus konversi memungkinkan akses langsung dan tidak langsung ke aktiva
1. Akses langsung ke aktiva. Sifat dari produk fisik dan proses produksi
memengaruhi berbagai jenis pengendalian akses yang dibutuhkan.

13
• Perusahaan membatasi akses ke berbagai area sensitif seperti gudang,
tempat kerja produksi, dan gudang barang jadi. Metode pengendalian
yang digunakan meliputi kartu identifikasi, petugas keamanan, peralatan
keamanan dan berbagai sensor serta alarm elektronik.
• Penggunaan biaya standar memberikan suatu jenis pengendalian akses.
Dengan menetapkan jumlah bahan baku tenaga kerja yang diotorisasi
untuk tiap produk, perusahaan membatasi akses tidak sah ke berbagai
sumber daya tersebut. Untuk mendapatkan tambahan jumlah akan
membutuhkan otorisasi khusus dan dokumen formal.
2. Akses tidak langsung ke aktiva, berbgai dokumen uang penting meliputi
permintaan bahan baku, permintaan tambahan bahan baku, dan kartu kerja
karyawan harus ada pembatasan akses karena untuk menghindari
pemanipulasian kas dan persediaan. Metode pengendalian yang juga
mendukung jejak audit adalah penggunaan dokumen yang diberi nomor
telebih dahulu.
 Pencatatan Akuntansi
Tujuan pencatatan akuntansi sebagai teknik pengendalian untuk membuat jejak
audit untuk tiap transaksi, mendeteksi kesalahan dalam produksi dan
pencatatan, mendeteksi batch yang yang hilang dan untuk melakukan audit
secara berkala.
Hal tersebut dicapai dengean penggunaan perintah kerja, lembar biaya, lembar
perpindahan, lembar pekerjaan, permintaan bahan baku, file WIP, dan file
persediaan barang jadi serta memberikan nomor terlebih dahulu ke dokumen
sumber dan menggunakannya sebagai referensi dalam record WIP.
 Verifikasi Independen
berbagai tahapan verifikasi dalam siklus konversi sebagai berikut:
1. Bagian akuntansi biaya merekonsiliasi penggunaan bahan baku dan tenaga
kerja yang dioambil dari permintaan bahan baku dan lembar pekerjaan,
dengan standar yang telah ditetapkan. Personel bagian akuntansi biaya
kemudian dapat mengidentifikasi berbagai penyimpangan dari standar yang
telah ditetapkan, yang secara formal akan dilaporkan sebagai selisih
2. Bagian buku besar juga memiliki fungsi verifikasi yang pentoing melalui
pemeriksaan perpindahan total produk dan WIP hingga barang jadi. Hal ini
dilakukan dengan merekonsilasi voucher jurnal dari bagian akuntansi biaya

14
dengan ringkasan buku pembantupersediaan dari bagian pengendalian
persediaan.
3. Terakhir, auditor internal dan eksternal secara berkala akan memverifikasi
persediaan bahan baku dan perseediaan barang jadi yang dimiliki melalui
perhitungan fisik. Mereka akan membandingkan jumlah sesungguhnya
dengan record persediaan serta membuat penyesuaian record jika perlu.

2.5 Lingkungan Manufaktur Kelas Dunia


Bagi produsen tradisional profil pelanggan modern yang menginginkan produk
berkualitas, beraneka ragam serta segera mendapakannya akan sangay
membebankannya. Karena produsen tradisional cenderung berorientasi pada
lingkungan terstruktur, dan tidak fleksibelnya proses produksi akan sangat
menghambat sehingga tidak efektif dalam lingkungan ini.
Sebaliknya, para pesaing kelas dunia memenuhi berbagai tantangan
konsumerismemodern melalui sistem produksi fleksibel.
Untuk mencapai fleksibilitas produksi mengagabungkan empat karakteristik,
yaitu:
 Reorganisasi fisik pabrik
 Otomatisasi proses produksi
 Pengurangan persediaan
 Kualitas produk yang tinggi

2.5.1 Reorganisasi Fisik Fasilitas Produksi


2.5.2 Otomatisasi Proses Produksi
Otomatisasi merupakan inti dari lingkungan produksi yang berfungsi dengan
baik. Melalui penggantian tenaga kerja dengan otomatisasi, perusahaan dapat
menjadi lebih efisien sehingga akan menjadi lebih kompetitif.
Ada beberapa generasi kemajuan otomatisasi menuju kelas dunia yang terdiri
dari:
 Produksi tradisional
Lingkungan produksi tradisional terdiri dari berbagai jenis mesin, yang
masing-masing dikendalikan oleh seorang operator. Karena mesin-mesin

15
ini membutuhkan banyak waktu penyetelan , biaya penyetelan harus
disebarkan dalam operasi produksi berjumlah besar.
 Teknologi yang berdiri sendiri (island of technology)
Otomatisasi digambarkan dalam pulau-pulau yang terpisah-pisah dan yang
berdiri sendiri dalam lingkungan tradisional. Teknologi yang berdiri sendiri
ini dikendalikan oleh mesin numeric computer (CNC―computer numerical
controlled).
 Penyederhanaan proses
Penyederhanaan proses berfokus pada kompleksitas tata letak fisik
produksi di lantai pabrik. Berbagai jenis mesin CNC diatur dalam sel (cell)
untuk menghasilkan sebuah bagian lengkap dari awal sampai akhir di satu
lokasi dan tidak ada keterlibatan manusia dalam sel.

 Desain berbantuan computer (computer aided design―CAD)


CAD digunakan untuk untuk produk yang lebih baik secara lebih cepat.
Sistem CAD juga meningkatkan produktivitas teknisi, meningkatkan
akurasi dengan otomatisasi pekerjaan desain yang berulang,
memungkinkan perusahaan untuk menjadi lebih responsive pada
permintaan pasar, dan menghubungkan sistem CAM dan MRPII, serta
lingkungan eksternal.

MRP II, EDI dan ERP

 MRP (manufacturing resource planning―MRP II),


merupakan perluasan dari konsep sederhana yang masih digunakan
dan disebut MRP (material requirement planning). MRP II adalah
teknik rekayasa yang mengintegrasikan beberapa proses bisnis untuk
melaksanakan perencanaan produksi, memberikan umpan balik, dan
mengendalikan proses.
Produsen kelas dunia bias mewujudkan sejumlah sejumlah manfaat
dari sistem MRP II yang sangat terintegrasi dalam hal perbaikan
layanan pelanggan, pengurangan investasi pada persediaan,
peningkatan produktivitas serta fleksibilitas produksi.

16
 ERP (Enterprise resources planning)
Sistem ERP dapat menghitung kebutuhan sumber daya, pembuatan
jadwal, dan mengelola perubahan konfigurasi produk. Selain itu, ERP
menyediakan fungsi entri pesanan, penerimaan kas, pengadaan dan
pengeluaran kas bersama dengan pelaporan keuangan serta
manajerial penuh.
 EDI (electronic data interchange)
Perusahaan kelas dunia akan memiliki sistem ERP yang dapat
berkomunikasi secara eksternal dengan para pelanggan dan
pemasoknya melalui pertukaran data (EDI). Saluran komunikasi EDI
(melalui internet atau koneksi lngsung) akan memungkinkan
peusahaan secara elektronik menerima pesanan penjualan dan
menerima kas dari pelanggan serta mengirim dan menerima
dokumen pengiriman.

2.5.3 Pengurangan Persediaan

Symbol dari perusahaan kelas dunia adalah keberhasilannya dalam mengurangi


persediaan. Jika perudsahaan lainnya menyimpan persediaan untuk beberapa minggu
bahkan beberapa bulan, perusahaan kelas dunia hanya memiliki persediaan untuk

17
beberapa hari atau kadang hanya untuk beberapa jam karena persediaan menpunyai
beberapa sisi buruk, yaitu:

 Persediaan membutuhkan biaya


Terdapat berbagai biaya lain yang yang berhubungan dengan persediaan
dan seringkali tersembunyi. Persediaan harus dipindahkan ke seluruh
pabrik, ditangani, disimpan dan dihitung. Selain itu, persediaan akan hilang
nilainya karena usang.
 Persediaan menyamarkan masalah produksi
Jika kapasitas mesin tidak seimbang dalam proses produksi hingga
menyebabkan ketidakseimbangan, persediaan barang dalam proses akan
menumpuk di titik keseimbangan tersebut. Jika pesanan pelanggan dan
produksi tidak sinkron, persediaan akan menumpuk.
 Menyimpan persediaan dapat menimbulkan kelebihan produksi
Jika terjadi hambatan biaya penyetelan, perusahaan cenderung untuk
menghasilkan lebih banyak persediaan dalam batch besar untuk
menyebarkan biaya yang dialokasikan serta membuat persepsi adanya
peningkatan efisiensi. Biaya sesungguhnya dari aktivitas disfungsional ini
tersembunyi dalam persediaan yang berlebih.

Perusahaan yang telah berhasil mengurangi persediaan mengadopsi model produksi


just ini time (JIT). JIt tidak hanya sekedar teknik pengurangan persediaan tetapi Jit
merupakan filosofi yang menyerang berbagai masalah produksi yang melalui
penyederhanaan proses serta p[engurangan persediaan

Konsep JIT bergantung pada berbagai asumsi debagai berikut:

 Tingkat cacat nol : pemrosesan berkelanjutan membutuhkan bahan baku barang


dalam proses, dan barang jadi dengan tingkat cacat nol.
 Waktu penyetelan nol : prosedur penyetelan mesin yang lama menambah biaya
dan menunda prosesperusahaan harus berusaha untuk mengurangi waktu
penyetelan.
 Ukuran lot kecil
 Persediaan nol
 Waktu tunggu nol dan pemasok yang andal : perusahaan JIT harus membuat
dan memelihara hubungan kerja sama dengan para pemasoknya. Kiriman yang

18
terlambat , bahan baku yang cacat, atau pesanan yang salah akan segera
menghentikan produksi. Tidak ada cadangan persediaan dalam JIT.
 Sikap tim : JIT bergantung pada sikap tim yang dilibatkan dalam proses terbut.

2.5.4 Kualitas produk

Salah satu cara perusahaan dapat meningkatkan kualitas adalah dengan menempatkan
titik pengendaliandi sepanjang proses produksi untuk mengidentifikasi operasi yang
tidak terkendali ketika operasi tersebut terjadi.

Pengendalian proses secara statistic adalah metode untuk mengendalikan sistem


produksi otomatis. Sebuah proses produksi dapat menggunakan ratusan titik
pengendalian yang dimonitor untuk melihat kondisi yang tidak terkendali. Banyak
perusahaan telah menggunakan metode ini dan berhasil dengan sangat baik.

2.6 IMPLIKASI UNTUK AKUNTANSI DAN SIA

Lingkungan produksi yang baru membawa banyak implikasi untuk akuntansi dan SIA
dalam dua area reformasi,yaitu:

1. Perubahan dalam teknik akuntansi


2. Perubahan dalam pelaporan akuntansi

2.6.1 Perubahan dalam teknik akuntansi


Teknik akuntansi tradisional perlahan mulai ditinggalkan karena berbagai
kelemahannya, antara lain:
 Alokasi biaya yang tidak akurat

19
Sistem akuntansi tradisional tidak secara akurat meneluri biaya ke produk
dan proses. Tanpa informasi biaya yang akurat perusahaan tidak dapat
berfokus pada pasar yang menguntungkan, melayani pelanggan yang
menguntungkan dan tidak dapat secara akurat mengukur biaya desain
produk dan desain proses.

 Ketertinggalan waktu
Data akuntansi tradisional untuk pelaporan manajemen pada dasarnya
adalah data historis. Jadi, data tertinggal di belakang aktivitas produksi yang
sesungguhnya dengan asumsi bahwa pengendalian dapat diaplikasikan
setelah kejadian untuk memperbaiki masalah.
 Orientasi keuangan
Orientasi informasi akuntansi tradisional tidak secara memadai
mengidentifikasi produk atau proses yang tidak benar
 Penekanan pada biaya standar
Akuntansi yang konvensional menekankan pada biaya standard an analisis
varian. Tujuan yang mendasari konvensi ini tidak lagi relevan dalam
lingkungan manufaktur yang baru.

Teknik akuntansi tradisional digantikan oleh perhitungan biaya berdasarkan


aktivitas (activity based costing ― ABC). ABC adalah sistem informasi yang
member para manajer informasi mengenai berbagai aktivitas dan objek biaya.

Berbgai asumsi yang mendasari perhitungan biaya berdasarkan aktivitas


(ABC) berbeda jauh dari asumsi dalam akuntansi biaya tradisional. Akuntansi
tradisional berasumsi bahwa produk menyebabkan biaya. ABC berasumsi
bahwa aktivitas yang menimbulkan biaya dan produk (serta berbagai objek
biaya lainnya) membuat permintaan atas suatu aktivitas.

20
Dari figure tersebut digambarkan alokasi biaya overhead ke produk dalam
ABC. ABC mengalokasikan biaya ke produk secara lebih akurat daripada
metode tradisional. Melalui informasi biaya yang lebih baik, perusahaan dapat
secara lebih baik menganalisis keputusan yang penting seperti perhitungan
harga, bauran produk, desain produk, dan desain proses.

2.6.2 Perubahan dalam pelaporan informasi


Dalam beberapa perusahaan, mengelola berbagai aktivitas bisnis hanyalah
pekerjaan rutin. Tidak demikian halnya dalam perusahaan kelas dunia.
Manajemen aktivitas harus merupakan usaha tanpa henti dan berkelanjutan
untuk perbaikan.
Pekerjaan manajemen aktivitas yang membutuhkan dukungan dari informasi
akuntansi jenis baru antara lain:
 Mengevaluasi aktivitas produk
Dengan model proses ABC dapat memberikan informasi penting
mengenai penggerak biaya dan ukuran kinerja.
 Mengidentifikasi aktivitas yang tidak penting
 Mengidentifikasi penggerak biaya
 Membandingkan aktivitas dengan baku mutu
Dalam menilai tambahan nilai aktivita, para manajer seringkali
membandingkan berbagai aktivitas utama dengan aktivitas yang sama di
perusahaan tersebut atau di perusahaan lain, hal ini disebut bencmarking.

21
 Membuat hubungan antara aktivitas utama

2.7 SISTEM INFORMASI KELAS DUNIA

Kunci dari sistem informasi kelas dunia (world class information system―WCIS) adalah
integrasi semua komponen fungsi dan teknologi sistem.

Integrasi adalah perekaat yang mengikat berbagai sistem bersama dan meliputi aplikasi
akuntansi dasar, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, perencanaankebutuhan
bahan baku, perencanaan kapasitas, pengendalian persediaan, daftar kebutuhan
bahan baku, jadwal produksi induk, perkiraan, entri pesanan, CAD, CAM, dan saluran
komunikasi EDI.

2.7.1 Karakteristik sistem informasi tradisional

Dalam lingkungan produksi tradisional, teknologi umumnya sigunakan secara tidak


beraturan dan tanpa rencana. Tujuannya seringkali untuk mengatasi masalah berulang
tertentu untuk bagian tertentu tanpa melihat integrasi teknologi dalam keseluruhan
proses. Hasilnya adalah berbagai teknologi berdiri sendiri yang tidak terintegrasi dan
seringkali dapat diintegrasikan hanya dengan biaya yang tinggi. Hal ini berlaku tidak
hanya untuk teknologi otomatisasi pabrik tetapi juga untuk sistem informasi dan
berbagai aplikasi bisnis.

Teknologi informasi yang digunakan oleh produsen tradisional biasanya akan terdiri
atas sebuah mainframe yang menangani berbagai fungsi utama akuntansi, seperti
pemrosesan penjualan, pemrosesan pembelian, dan penggajian. Aplikasi mainframe
terutama akan berorientasi pada batch, dan hanya ada sedikit sistem real time.

2.7.2 Karakteristik sistem informasi kelasa dunia

Karakteristik sistem informasi kelas dunia ditunjukkan oleh SAP R3 yaitu:

A. Financial

22
1. FI-Financial Accounting

Software bisnis SAP ditujukan untuk menyediakan pengukuran secara kontinu


terhadap profitabilitas perusahaan. Modul FI juga mengukur kinerja keuangan
perusahaan, berdasarkan pada data transaksi intenal maupun eksternal. Modul
FI menyediakan dokumen keuangan yang mampu melacak (mengaudit) setiap
angka yang terdapat dalam suatu laporan keuangan hingga ke data transaksi
awalnya.

2. CO-Controlling
Fungsi dari modul CO adalah untuk mendukung empat kegiatan operasional:
- Pengendalian capital investment

- Pengendalian aktivitas keuangan perusahaan, memonitor dan merencanakan

pembayaran
- Pengendalian pendanaan terhadap procurement, pengadaan dan penggunaan

dana di setiap area

- Pengendalian biaya dan profit berdasarkan semua aktivitas perusahaan

3. IM- Investment Management

Fungsi dari modul IM ini overlapping dengan fungsi yang dijalankan oleh modul
TR, namun modul IM lebih spesifik ditujukan untuk menganalisis kebijakan
investasi jangka panjang dan fixed assets dari perusahaan dan membantu
manajemen dalam membuat keputusan.

4. EC-Enterprise Controlling

Tujuan dari modul EC adalah untuk memberikan akses bagi Enterprise Controller
kepada Information Warehouse mengenai hal-hal berikut:

· Kondisi keuangan perusahaan

23
· Hasil dari perencanaan dan pengendalian perusahaan

· Investasi

· Maintenance dari aset perusahaan

· Akuisisi dan pengembangan SDM perusahaan

· Kondisi pasar yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, seperti ukuran

pasar, market share,competitor performance

· Faktor-faktor struktural dari proses bisnis, seperti struktur produksi, struktur

biaya, financial accounting dan profitability analysis.

5. TR-Treasury

Modul TR berfungsi untuk mengintegrasikan antara cash management dan cash


forecasting dengan aktivitas logistik dan transaksi keuangan.

B. Logistics

1. LE-Logistics Execution

Modul LO juga merupakan modul yang terintegrasi dengan modul yang lainnya,
yaitu modul PP, EC, SD, MM, PM dan QM. Pada intinya, modul ini fokus pada
pengaturan logistik dari masa purchasing hingga distribusi. Dari purchase
requisition, good receipt hingga delivery.

2. SD-Sales Distribution

24
Desain dari modul SD ditekankan kepada penggunaan strategi penjualan yang
sensitif terhadap perubahan yang terjadi di pasar. Prioritas utama dari
penggunaan modul ini adalah untuk membuat struktur data yang mampu
merekam, menganalisis, dan mengontrol aktivitas untuk memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan menghasilkan profit yang layak dalam periode akuntansi
yang akan datang.

3. MM-Materials Management

Fungsi utama dari modul MM adalah untuk membantu manajemen dalam aktivitas
sehari-hari dalam tipe bisnis apapun yang memerlukan konsumsi material,
termasuk energi dan servis.

4. PP-Production Planning

Modul PP ini didasarkan pada pendekatan klasik Materials Requirement Planning


(MRP II), dan dengan demikian menjalankan fungsi yang serupa dengan MRP II
dalam merencanakan dan mengendalikan jalannya material sampai kepada
proses delivery produk.

6. PM-Plant Maintenance

Modul PM berfungsi untuk mendukung dan mengontrol pemeliharaan peralatan


dan bangunan secara efektif, mengatur data perawatan, dan mengintegrasikan
data komponen peralatan dengan aktivitas operasional yang sedang berjalan.

7. QM-Quality Management

Modul QM terintegrasi dengan modul PP-PI Production Planning for Process


Industries. Salah satu fungsi dari modul QM adalah untuk menyediakan master
data yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi dari ISO-9000 series.

8. PS-Project System

25
Modul PS dikonsentrasikan untuk mendukung kegiatan-kegiatan berikut ini:
· Perencanaan pendahuluan terhadap waktu dan value

· Perencanaan detail dengan menggunakan perencanaan cost element atau unit

costing dan menetapkan waktu kritis, pendeskripsian aktivitas dan penjadwalan


· Koordinasi dari resources melalui otomasi permintaan material, manajemen

inventori, network planning dari orang, kapasitas, material, operating resources

dan servis

· Monitoring terhadap material, kapasitas dan dana selama proyek berjalan


· Penutupan proyek dengan analisis hasil dan perbaikan

C. Human Resource

Berfungsi untuk:

· Memudahkan melaksanakan manajemen yang efektif dan tepat waktu terhadap

salary, benefit dan biaya yang berkaitan dengan SDM perusahaan


· Melindungi data personalia dari pihak luar

· Membangun sistem rekruitmen dan pembangunan SDM yang efisien melalui

manajemen karir

2.7.3 Isu pengendalian dalam WCIS

Tingginya tingkat otomatisasi dalam WCIS menciptakan sejumlah isu pengendalian


khusus yang menjadi perhatian para akuntan dengan tujuan untuk mengarahkan

26
perhatian pada berbagai potensi risiko yang harus ditangani oleh pihak manajemen dan
akuntan.

Berbgai isu tersebut adalah sebagai berikut:

 Lingkungan tanpa kertas


WCIS sebenarnya dapat meniadakan arus dokumen kertas tradisional dalam
siklus pesanan-pengiriman-faktur-pembayaran karena sistem terbut
memungkinkan berbagai transaksi dilakukan, dicatat disetujui, dan dilaksanakan
oleh elektronik. Dokumen kertas sangat mahal dari segi biaya penanganannya
dan kesalahan entri datanya. Oleh karena itu, dokumen kertas akan dicetak,
ditangani dan disimpan hanya jika benar-benar dibutuhkan.
Lingkungan tanpa tersebut memeiliki dampak signifikan atas sistem
pengendalian internal perusahaan. Hasilnya adalah bukti pengendalian akan
dapat ditemukan dalam format yang dapat dibaca oleh mesin dan yang dapat
berada di lokasi yang tidak menembus berbagai atasan

2.8. ANCAMAN DAN PENGENDALIAN DALAM SIKLUS PRODUKSI

Prosedur Pengendalian
Proses/Aktivitas Ancaman
yang dapat diterapkan

1. Desain produk yang kurang  Perbaiki informasi


Desain produk
baik tentang pengaruh
desain produk atas

27
biaya
 Data terinci mengenai
biaya jaminan dan
perbaikan
Perencanaan dan 2. Kelebihan produksi atau  Sistem perencanaan
penjadwalan kekurangan produksi produksi yang lebih baik
3. Investasi yang tidak optimal  Tinjau dan setujui
dalam aktiva tetap perolehan aktiva tetap;
pengendalian anggaran
Operasi produk 4. Pencurian atau perusakan  Batasi akses fisik ke
persediaan dan aktiva tetap persediaan dan aktiva
tetap
 Dokumentasikan semua
perpindahan persediaan
sepanjang proses
produksi
 Identifikasi semuaaktiva
tetap
 Dokumentasi yang
memadai dan tinjau
semua transaksi yang
melibatkan
pembuangan aktiva
tetap
 Asuransi yang memadai
Akuntansi biaya 5. Kesalahan pencatatan dan  Pengendalian edit entri
memasukkan data data;Penggunaan
mengakibatkan ddata biaya pemindai kode garis jika
yang tidak akurat memungkinkan;
rekonsiliasi jumlah yang
tercatat dengan
perhitungan fisik secara
periodic
Ancaman umum 6. Hilangnya data  Buat cadangan dan

28
perencanaan pemulihan
dari bencana; batasi
akses ke data biaya
 Pelaporan yang lebih
7. Kinerja yang kurang baik
baik dan tepat waktu

BAB III
STUDI KASUS

Solusi Teknologi IBM Mempersingkat Siklus Produksi & Mempercepat Time To


Market di PT Panasonic

Kebutuhan Bisnis
Akhir tahun 1990-an merupakan masa-masa sulit bagi para produsen maupun
konsumen peralatan elektronik di Indonesia. Produk-produk elektronik murah dari
negara-negara Asia lainnya membanjiri pasar Indonesia. Hal ini menjadi fenomena
yang menarik bagi segmen konsumen yang relatif sensitif terhadap perubahan harga.

29
PT Panasonic (PT Nasional Gobel) adalah salah satu pemain utama di industri
elektronika yang pantang menyerah menghadapi tantangan tersebebut. Bahkan dalam
kurun waktu satu tahun, mereka berhasil meraih memperbesar pangsa pasarnya dari
10% menjadi 13%. Pada tahun 2002, PT Panasonic mampu mencapai pertumbuhan
sebesar 15%.

Krisis berkepanjangan yang melanda Indonesia juga memilki dampak bagi PT


Panasonic. Ekspor PT Panasonic ke pasar utamanya yaitu Timur Tengah-- menurun
dari 38% menjadi 27% dari total penjualannya. Pada saat yang sama, biaya produksi
melambung karena naiknya harga bahan bakar, listrik dan telepon. Menurut estimasi
National Gobel, biaya produksi meningkat 3 persen setiap tahunnya, dan hal ini tidak
diimbangi oleh peningkatan daya beli konsumen.

Tantangan yang dihadapi


PT Panasonic menyadari bahwa tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Untuk dapat
tetap memenangkan persaingan di pasar, diperlukan kerja ekstra keras dan dukungan
solusi teknologi yang dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan efisiensi biaya.
PT Panasonic, telah lama menjalin hubungan kerja sama dengan IBM. Untuk itu, IBM
membantu mengatasi tantangan yang dihadapi PT Panasonic melalui integrasi
berbagai solusi yang dimiliki IBM.

Memaksimalkan Efisiensi Horisontal


IBM, sebagai mitra yang membantu pelanggan meraih kesuksesan, membantu PT
Panasonic dalam mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi ke dalam seluruh
proses bisnis yang berlaku di Panasonic.

Keputusan PT Panasonic untuk membangun infrastruktur TI yang berbasis pada IBM


eServer pSeries dan iSeries terbukti dapat memaksimalkan efektifitas serta efisiensi
proses bisnis perusahaan. Hal ini dilanjutkan dengan implementasi sistem Enterprise
Resource Planning dan Supply Chain Management dengan IBM DB2 sebagai fondasi

30
database mereka. Sistem-sistem ini terbukti berhasil mencapai misi utamanya, yaitu
meningkatkan efisiensi horizontal -- mulai dari tahap pembelian suplai hingga
pengiriman produk akhir.

Memaksimalkan Efisiensi Vertikal


Di bidang perencanaan, perancangan dan pemanufakturan produk, Panasonic
mengadopsi sebuah konsep menyeluruh yang dinamakan "Digital Manufacturing".
Konsep ini melibatkan pengintegrasian seluruh kegiatan perancangan ke dalam sebuah
divisi. Di waktu yang lalu, setiap divisi bertanggung jawab untuk mengembangkan lini
produk masing-masing,” jelas Heru Santoso, Manufacturing Director PT Panasonic
Indonesia. “Kini, kami telah membentuk sebuah Pusat Kreasi yang memungkinkan kami
untuk menjadi trendsetter gaya hidup konsumen dan mempertahankan kepemimpinan
kami di pasar elektronik di Indonesia.”

Solusi Teknologi dari IBM Membantu Perpendek Siklus Desain Produk


Di awal tahun 1990-an, PT Panasonic sudah menggunakan alat desain canggih yang
dinamakan Professional CADAM untuk merancang produk-produk mereka. Piranti lunak
ini merupakan cikal bakal dari apa yang saat ini kita kenal sebagai IBM Computer Aided
Three Dimensional Interactive Application, atau biasa disebut CATIA.

Software suite CAD/CAE/CAM ini digunakan oleh ribuan industri besar maupun UKM di
seluruh dunia -- mulai dari pembuat komponen otomotifhingga industri penerbangan.
Pada tahun 2001, PT Panasonic membeli IBM CATIA versi terbaru dan mulai
menggunakannya secara lebih intensif untuk merancang produk-produk baru. Hal ini
bertujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan, sehingga PT Panasonic dapat
memenuhi preferensi pelanggan mereka secara lebih baik.

Selain adanya pertimbangan bahwa para insinyur kami tidak perlu mempelajari aplikasi
baru, keputusan untuk terus menggunakan CATIA adalah karena CATIA mudah untuk
digunakan, mudah di-install, serta mudah pengelolaanya disamping itu harganya pun
cukup kompetitif. Hal ini memungkinkan kami untuk menata ulang seluruh proses yang

31
ada serta mempersingkat proses bisnis kami ,” papar Heru Santoso. “Sebagai
perbandingan, di waktu yang lalu desain sketsa produk dibuat dengan komputer
Macintosh dan pembuatan dimensinya dilakukan dengan Adobe Illustrator sehingga
proses desain memakan waktu yang cukup lama, bahkan berbulan-bulan. CATIA
dengan sistem pengelolaannya yang mudah digunakan, membantu memperpendek
siklus desain ke dalam hitungan minggu.” Tutur Heru Santoso “Dengan fitur CATIA yang
berpusat pada proses, serta sistem pengelolaan CATIA yang cukup mudah, kami dapat
melakukan segalanya dengan tingkat pengintegrasian yang tinggi,” Heru Santoso
menambahkan.

Nilai Bisnis yang Diberikan IBM Bagi PT Panasonic


Dengan bantuan IBM CATIA, yang berjalan pada workstation IBM Intellistation,
Panasonic dapat meraih efisiensi yang signifikan. Setahun setelah PT Panasonic
menggunakan IBM CATIA, waktu yang diperlukan untuk mengembangkan sebuah
produk dapat dipersingkat hingga 33%. Apabila di masa lalu perusahaan ini
membutuhkan waktu satu tahun penuh untuk menyelesaikan sebuah desain baru, kini
mereka hanya membutuhkan delapan bulan.

PT Panasonic percaya bahwa solusi teknologi terintegrasi yang diberikan IBM dapat
lebih meningkatkan produktifitasnya sehingga mempercepat time to market. Solusi
CATIA 5 dari IBM membantu PT Panasonic dalam mengembangkan sistem protipe
yang memberikan nilai tambah bagi
PT Panasonic, sehingga PT Panasonic dapat lebih berinovasi dalam mengembangkan
produknya. CATIA, mempercepat proses time to market kami. Bagian Penelitian dan
Pengembangan kami tidak perlu melalui dua tahap dalam suatu siklus perancangan.
“Dulu, sebuah siklus yang lengkap terdiri dari tahap pembuatan sketsa, pembuatan
model lunak, pembuatan dimensi dan pembuatan mockup digital. Dengan CATIA, kita
dapat melompat langsung pada tahap pembuatan model lunak dan mockup digital.
Namun demikian, kami masih dapat menjamin konsistensi data antara bagian desain,
engineering dan pemanufakturan.”

32
Dengan siklus produksi yang lebih pendek, PT Panasonic memperoleh nilai tambah
bagi perkembangan bisnisnya seperti :
- dapat lebih responsif terhadap selera pasar yang terus berubah
- terhindar dari kemungkinan pemalsuan produk.
Kini, PT Panasonic dapat meluncurkan empat buah produk dengan desain baru
sekaligus -- sebuah pesawat televisi, sebuah kipas angin, sebuah radio kaset jinjing dan
sebuah lemari es. “Produk-produk ini bukan merupakan produk lama yang didaur ulang,
tetapi didesain dari nol,” Heru menegaskan. Solusi terintegrasi yang diberikan IBM
memberikan manfaat serta nilai bisnis bagi PT Panasonic. Biaya untuk
mengembangkan sebuah kipas angin baru, mulai dari perancangann hingga
pembuatan prototipe misalnya, dapat dipangkas hingga 50%. “Dengan akurasi desain
dan mockup digital, misalnya, kami dapat mengurangi jumlah cetakan yang harus
diubah dalam proses pemanufakturan,” tutur Heru . “Kini, kami dapat mengurangi
kebutuhan untuk modifikasi cetakan hingga dua kali per produk, hal ini tentu saja
meningkatkan keunggulan kompetitif bagi PT Panasonic .” Heru menambahkan bahwa
solusi dari IBM Catia membantu PT Panasonic hingga PT Panasonic dapat
meluncurkan lebih dari 25 produk baru setiap tahun.

Menatap Masa Depan


PT Panasonic menyadari bahwa mereka harus terus mengembangkan infrstruktur TI
mereka agar dapat terus memimpin. Perusahaan ini kini sedang membangun sebuah
fasilitas Pemulihan Bencana, yang antara lain akan menggunakan produk-produk LTO
IBM. “Kerja sama dengan IBM yang memuaskan dan telah berlangsung lama membuat
kami berharap dapat meneruskan kerja sama ini untuk membangun fasilitas pemulihan
bencana kami,” Heru Santoso menyimpulkan.

Tentang PT National Gobel


Sebagai sebuah perusahaan ventura antara Matsushita Electric Industrial, Co. Ltd. di
Jepang dan PT Gobel International di Indonesia, PT National Gobel merupakan
produsen dan pemanufaktur peralatan elektronik konsumen terbesar di Indonesia.
Sejak didirikan pada tahun 1970, perusahaan ini kini menjadi sebuah perusahaan besar

33
dengan aset sebesar Rp 819 milyar dan pendapatan sebesar Rp 1.8 trilyun di tahun
2002. Kualitas produknya -- seperti radio, radio kaset, perangkat stereo, perangkat
stereo untuk mobil, televisi, lemari es, AC, kipas angin, setrika, pompa air, kotak
pengeras suara, dan mesin pres celana -- telah mendapatkaan kepercayaan
konsumen. Para pelanggan percaya bahwa setiap kali mereka membeli sebuah produk
merk National atau Panasonic, mereka akan mendapatkan produk yang bermutu.

Tentang IBM
IBM adalah perusahaan teknologi informasi dengan pengalaman selama 80 tahun
dalam membantu dunia bisnis berinovasi. Dengan dukungan sumber daya yang dimiliki
IBM dan mitra bisnis utamanya, IBM menawarkan berbagai layanan, solusi dan
teknologi yang memungkinkan pelanggan untuk menikmati seluruh manfaat era e-
business yang baru ini.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Siklus konversi mengubah sumber daya input (bahan baku, tenaga kerja, dan
modal) ke dalam berbagai produk dan jasa yang dapat dipasarkan
 Untuk mencapai status kelas dunia membutuhkan berbagai perubahan signifikan
dari teknik akuntansi tradisional, perusahaan kelas sunia telah mengadopsi
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, yang memberikan alokasi biaya ke
produk secara lebih tepat dan akurat
 Isu pengendalian dalam WCIS digunakan untuk mengarahkan perhatian
berbagai potensi resiko yang harus ditangani oleh pihak manajemen dan
akuntan

34
DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A. Accounting Information System, 3rd. 2001. South Western Publishing. USA

Romney, Marshal B. Paul John Steinbart. Accounting Information System, 9th edition. New

Jersey. Pearson_Prentice Hall.

http://www.sap.com/index.epx

http://priandoyo.wordpress.com/2007/03/30/belajar-sap-r3-dari-mana/

35
36

Anda mungkin juga menyukai