Anda di halaman 1dari 6

BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH q

Oleh:
Ust. Dr. Abu Hafizhah Irfan, MSI 2

Dari Abu Hurairah y ia berkata, Nabi a bersabda, Allah q berfirman;

         !‫   


   א     א  כ      כ        כ‬ 
   ‫ א‬
         
  " "
   ‫אא‬   ) ( ! " ,  ) +  * ) ( !    ' &   "% $ #     ! ‫  כ‬#       ‫ כ‬
/ .  % +  -
.4/ +  3  2 %!  , 1 0 ‫אא     ! א‬ /   %+  -
  ( ! ‫אא‬
/ .  +  * ( !
     ) ) )
“Aku tergantung pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku (akan) bersamanya jika ia
mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, (maka) Aku (akan) mengingatnya
dalam Diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di suatu keramaian, (maka) Aku (akan)
mengingatnya di suatu keramaian yang lebih baik dari mereka. Apabila ia mendekatkan diri
kepada-Ku satu jengkal, (maka) Aku (akan) mendekat kepadanya satu hasta. Apabila ia
mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, (maka) Aku (akan) mendekat kepadanya satu depa.
Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, (maka) Aku (akan) mendatanginya dengan
berjalan cepat.”1

BIOGRAFI SAHABAT PERAWI HADITS


Abu Hurairah y nama aslinya adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausi.2 Beliau
dilahirkan pada tahun 21 sebelum hijrah bertepatan dengan 602 M. Semasa kecil beliau
adalah anak yatim yang lemah pada masa Jahiliyah. Datang ke Madinah pada saat Rasulullah
a ke Khaibar. Beliau masuk Islam di tahun Perang Khaibar yaitu pada tahun 7 H,3 namun
tidak diketahui dengan pasti apakah beliau mengikuti perang tersebut atau tidak.4
Abu Hurairah y pernah menjadi gubernur Madinah beberapa saat. Ketika khilafah
dipegang oleh ‘Umar y, beliau diangkat menjadi gubernur Bahrain. Tetapi kemudian ‘Umar
y menggantinya, karena tabiat beliau yang lembut dan sibuk dengan ibadah. Selang beberapa
waktu Abu Hurairah y ditawari kembali, namun beliau menolaknya.5 Marwan bin Hakam
pernah menguji tingkat hafalan hadits Abu Hurairah y. Pada masa itu banyak muncul hadits-
hadits palsu yang dinisbatkan kepada Abu Hurairah y.
Abu Hurairah y adalah seorang Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari
Rasulullah a.6 Beliau telah meriwayatkan sebanyak 5.374 hadits,7 yang meriwayatkan darinya
mencapai 800 orang lebih dari kalangan Sahabat ataupun Tabi’in, di antaranya adalah Anas
bin Malik, Ibrahim bin Ismail, Hasan Al-Bashri, Hafsh cucu dari ‘Umar bin Khaththab dan
yang lainnya.8 Abu Hurairah y wafat di Madinah pada tahun 59 H bertepatan dengan 679 M9
dalam usia 79 tahun,10 jenazahnya dimakamkan di Baqi’.11

1
Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari : 7405, lafazh ini miliknya, Muslim : 2675, Tirmidzi : 3603, Ibnu Majah : 3822
dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahih Ibni Majah : 3080.
2
Bidayah wan Nihayah, 11/362.
3
Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ash-hab, 4/332.
4
Siyar A’lamin Nubala’, 2/588.
5
Ikhtar Isma Mauludika, Muhammad ‘Abdurrahim.
6
Asadul Ghabah fi Ma’rifatish Shahabah, 6/313.
7
Tadribur Rawi, 2/675.
8
Tahdzibul Kamal fi Asmair Rijal, 34/366.

1
PELAJARAN DARI HADITS
Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari hadits di atas, antara lain :

1. Perintah untuk berbaik sangka kepada Allah q


Disebutkan dalam hadits di atas;

 
  

   ‫ א‬
 
“Aku tergantung pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.”

Berkata Ibnu Hajar 5;


“Firman Allah q, “Aku tergantung pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku” maksudnya
adalah Allah q berkuasa memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan persangkaan hamba-Nya
kepada-Nya.”12

Apabila seorang hamba menyangka bahwa Allah q akan menerima amal shalihnya,
memberikan balasan kepadanya berupan ganjaran kebaikan, mengampuninya jika ia
bertaubat, maka hamba itu akan mendapatkan apa yang ia persangkakan tersebut. Demikian
pula sebaliknya, apabila seorang hamba menyangka bahwa Allah q tidak akan melakukan
hal-hal yang telah disebutkan, maka yang akan ia dapatkan adalah seperti yang ia
persangkakan tersebut. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y, dari Rasulullah a, Allah q
berfirman;

    
   
     6  ‫א‬/ % $  )
. 6  ‫א‬8 7 ) 
   ‫ א‬
 
“Aku tergantung pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik
kepada-Ku, maka ia mendapatkan kebaikan. Jika ia berprasangka buruk kepada-Ku, maka ia
mendapatkan keburukan.”13

Sehingga orang yang melakukan suatu amalan ibadah hendaknya diiringi dengan rasa
raja’ (harapan) bahwa Allah q akan menerima amalan ibadah tersebut, karena Allah q
adalah Dzat yang tidak pernah mengingkari janji. Allah q berfirman;

 
.=‫א‬  ) ) 
  % 1+ ‫ א‬9 6: 0 ; <‫א‬
“Sesungguhnya Allah q tidak akan pernah mengingkari janji-(Nya).”14

Namun di sisi lain juga hendaknya ada perasaan khauf (takut) bahwa Allah q tidak menerima
ibadah tersebut, agar tidak muncul raja ‘ujub (bangga diri) terhadap amalan yang telah
dilakukan.

9
Tahdzibut Tahdzib, 4/602.
10
Bidayah wan Nihayah, 11/389.
11
Siyar A’lamin Nubala’, 2/627.
12
Fathul Bari, 13/7405.
13
HR. Ahmad dan Ibnu Hibban : 639. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami’ :
4315.
14
QS. Ali ‘Imran : 9.

2
Apabila seorang berprasangka buruk kepada Allah q, maka ia akan diperlakukan sesuai
dengan persangkaannya tersebut. Seorang yang berprasangka bahwa Allah q tidak akan
menerima amal ibadahnya atau berprasangka bahwa amalan tersebut tidak bermanfaat, maka
yang ia dapatkan adalah seperti yang ia persangkakan tersebut dan sikap ini merupakan
bentuk berputus asa dari rahmat Allah q. Berprasangka buruk kepada Allah q adalah di
antara ciri-ciri orang munafik. Berkata Al-Hasan 5;15

F‫ א‬E A    ) )@+‫ א‬F‫ א‬E  D ‫  א‬1 + ‫   ) א‬CB 1  + ‫ ?   א‬A    ) )@+‫ >    ?   א‬1 + ‫ ) א‬
 
.B 1  + ‫א‬
“Sesungguhnya seorang mukmin adalah orang yang berbaik sangka kepada Rabb-nya, maka
menjadi baik pula amalan(nya). Sedangkan orang munafik ia berburuk sangka kepada Rabb-
nya, maka menjadi buruk pula amalan(nya).”16

Memunculkan rasa raja’ (harapan terhadap rahmat) dan mengunggulkannya dari rasa
khauf (takut dari siksaan) lebih ditekankan ketika seorang menghadapi sakaratul maut.
Berkata Al-Karmani 5;
“Hadits ini mengisyaratkan bahwa aspek raja’ lebih diunggulkan daripada aspek khauf. Ini
berlaku terutama ketika seorang menghadapi sakaratul maut.”17

Sebagaimana diriwayatkan dari Jabir y ia berkata, aku mendengar Nabi a bersabda;

 )   G0 H3 ;)  '‫ ! ?


כ‬H10 ;
. ) )@+‫א< א‬         ) 
“Janganlah seorang dari kalian meninggal dunia, kecuali ia (telah) berbaik sangka kepada
Allah q.”18

Diriwayatkan pula dari Hayyan Abi An-Nadhr 5 –salah seorang Tabi’in,- ia berkata;

      
 % 
 0 0 H 3  N ( E L‫   א‬4 6 M‫ א‬-
‫  א‬6 $
   ! =‫א‬  % (6  =H E L‫
  א‬0 K% + ‫
א‬/ J‫ א‬-  I  $

 0 K0 U $ A T 6 I S2) ? 4 6 M‫  א‬B R A  %+  %, 0 B  I  Q


 0 P   4 6 M‫  א‬O. ‫א‬1) 6   %6 
   
<‫א‬
)  <‫א‬  
)    :X‫ א‬R <‫א‬   9 % ‫ כ‬:4 6 M‫   א‬+ X‫&   ( א‬I  S6  ‫א‬1 & 6  W  4 6 M‫ כ )  א‬
)  ‫ כ‬Z 
B) I <‫א‬ ) X‫ א‬R :X H ( 0 ' 6) E   % 6  <‫א‬  ) X HE. -1 E     , A :X‫ א‬R ?
 ) S6) ] <‫א‬          \  
.‫א‬7 )
8     ‫א‬/ % $ )     
    
   ‫  א‬:^  


15
Beliau adalah seorang tokoh Tabi’in di Bashrah yang wafat tahun 110 H.
16
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 10/241.
17
Fathul Bari, 13/7405.
18
HR. Muslim : 2877.

3
“(Suatu ketika) aku keluar untuk menjenguk Yazid bin Al-Aswad, lalu aku bertemu dengan
Watsilah bin Al-Asqa’ y yang juga ingin menjenguk Yazid. Maka kami berdua masuk ke
dalam (rumah Yazid). Ketika Yazid bin Al-Aswad melihat Watsilah bin Al-Asqa’ y, (maka)
Yazid mengulurkan tangannya dan menunjuk ke arahnya. Watsilah y mendekat (kepadanya)
hingga ia duduk (di dekatnya). Yazid mengambil kedua tangan Watsilah y lalu
meletakkannya di wajah(nya). Watsilah y bertanya kepadanya, “Bagaimana persangkaanmu
kepada Allah q?” Yazid menjawab, “Demi Allah, persangkaanku kepada Allah q adalah
baik.” Watsilah y berkata, “Bergembiralah, karena sesungguhnya aku pernah mendengar
Rasulullah a bersabda, “Allah r berfirman, “Aku tergantung pada persangkaan hamba-Ku
kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik (kepada-Ku, maka ia mendapatkan kebaikan). Jika ia
berprasangka buruk (kepada-Ku, maka ia mendapatkan keburukan).”19

2. Menetapkan adanya Ma’iyatullah


Disebutkan dalam hadits di atas;

 ‫ א     א  כ‬


 
“Aku (akan) bersamanya jika ia mengingat-Ku.”
Ma’iyatullah (kebersamaan Allah q) terbagi menjadi dua macam, antara lain :

a. Ma’iyatul ‘ammah (kebersamaan umum)


Kebersamaan umum yaitu kebersamaan Allah q dengan seluruh makhluk-Nya yang
konsekuensinya berupa sifat Al-Ilmu (mengetahui), Al-Ihathah (meliputi) dan Al-Ithla’
(melihat). Sehingga ma’iyatul ‘ammah adalah pengawasan Allah q terhadap seluruh hamba-
Nya.

b. Ma’iyatul khashah (kebersamaan khusus)


Kebersamaan khusus yaitu kebersamaan Allah q dengan orang-orang yang beriman
dan bertaqwa, yang konsekuensinya berupa penjagaan, perhatian dan pertolongan.20 Sehingga
ma’iyatul khashah adalah pertolongan Allah q kepada para kekasih-Nya.

Ma’iyatul ‘ammah termasuk salah satu sifat Dzatiyah Allah q,21 sedangkan ma’iyatul
khashah termasuk salah satu sifat Fi’liyah Allah q.22 Kebersamaan Allah q terhadap hamba-
Nya tidak berarti Allah q menyertai hamba tersebut dengan Dzat-Nya di tempat hamba
tersebut berada. Berkata Ibnu Baththal 5, “Makna kalimat, “Aku (akan) besamanya jika ia
mengingat-Ku,” adalah “Aku akan menjaga dan melindunginya.” Tidak berarti Allah q
menyertainya dengan Dzat-Nya di tempat hamba tersebut berada.”23

19
HR. Ibnu Hibban : 641. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihut Targhib wat
Tarhib : 3386.
20
Syarhul ‘Aqidah Al-Wasithiyah, Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani.
21
Sifat Dzatiyyah adalah sifat yang Allah q senantiasa bersifat dengannya. Seperti; sifat Maha Mendengar,
Maha Melihat dan sebagainya.
22
Sifat Fi’liyyah adalah sifat yang berkaitan dengan kehendak Allah q. Jika Allah q menghendakinya, maka
Allah q akan melakukannya. Jika Allah q tidak menghendakinya, maka Allah q tidak melakukannya, seperti;
Sifat Datang.
23
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani.

4
3. Keutamaan berdzikir mengingat Allah q
Disebutkan dalam hadits di atas;

      !‫    כ        כ‬


     
“Apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, (maka) Aku (akan) mengingatnya dalam Diri-
Ku.”

Maksudnya adalah; apabila seorang hamba mengingat Allah q dalam kesendirian dan
di dalam hatinya, maka Allah q akan mengingatnya dengan cara memberinya pahala yang
tidak diketahui oleh seorang makhluk pun. Di antara bentuk mengingat Allah q adalah
dengan membaca Al-Qur’an atau membaca dzikir-dzikir. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y,
dari Nabi a bersabda, sesungguhnya Allah r berfirman;

.Q‫ א‬2  7  - ‫ כ‬G !   ‫  כ‬H 3 ‫  


  א‬N  ‫ א‬
 )   
“Aku bersama hamba-Ku jika ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak-gerak
(berdzikir) kepada-Ku.”24

4. Keutamaan mengingat Allah q di tengah keramaian


Disebutkan dalam hadits di atas;

"   !‫ כ‬#


'&   "%$ # "    ‫  כ‬
               
“Apabila ia mengingat-Ku di suatu keramaian, (maka) Aku (akan) mengingatnya di suatu
keramaian yang lebih baik dari mereka.”

Maksudnya adalah; apabila seorang hamba mengingat Allah q di suatu keramaian


manusia biasa, maka Allah q akan mengingatnya di suatu keramaian yang lebih baik dari
mereka, yaitu di kalangan para Malaikat, para Nabi dan para syuhada’. Sebagaimana
diriwayatkan dari Mu’adz bin Anas y, Allah q berfirman;

"     ‫ כ‬U 0 ;  2 ‫ כ‬J ^   #


;)  # "     
              ! ‫ כ     \
      );  כ‬U 0 ;
.S6  L‫ א‬D % +‫ כ!   א‬
 ) 
“Tidaklah seorang hamba mengingat-Ku, kecuali Aku (akan) mengingatnya di tengah-tengah
kelompok dari para Malaikat-Ku. Tidaklah ia mengingat-Ku di keramaian, kecuali Aku
(akan) mengingatnya di golongan Ar-Rafiqul A’la (penduduk Surga yang tertinggi).”25

24
HR. Ahmad dan Ibnu Majah : 3792. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahih Ibni
Majah : 3059.
25
HR. Thabrani. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami’ : 4335.

5
5. Allah q mencintai para hamba-Nya yang mendekatkan diri kepada-Nya
Disebutkan dalam hadits di atas;

  ( ! ‫אא‬. +  *( !    ‫אא‬.  %+  - 


/  % +  -
‫אא‬ ) /  )  )  /     ) ( ! " , ) +  * ) ( !   
“Apabila ia mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, (maka) Aku (akan) mendekat
kepadanya satu hasta. Apabila ia mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, (maka) Aku (akan)
mendekat kepadanya satu depa.”

Satu depa adalah ukuran panjang dua hasta ditambah dengan dua lengan beserta
bentangan dada. Maksudnya adalah; apabila seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah
q dengan melakukan ketaatan kepada Allah q, maka Allah q akan mendekatinya dengan
rahmat-Nya, taufiq-Nya dan pertolongan-Nya. Allah q akan mencurahkan rahmat kepada
hamba tersebut sebelum hamba tersebut memintanya.

6. Ketaatan yang sedikit dibalas dengan pahala yang banyak


Disebutkan di akhir hadits di atas;

.4/ +  3  2 %!  , 1 0 ‫    ! א‬


   
“Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, (maka) Aku (akan) mendatanginya dengan
berjalan cepat.”

Allah q datang lebih cepat dibandingkan dengan hamba yang datang kepada-Nya
dengan berjalan. Seorang hamba yang mendekat kepada Allah q dengan sedikit ketaatan,
maka Allah q akan membalasnya dengan pahala yang banyak. Semakin banyak kadar
ketaatan yang dilakukan oleh seorang hamba, maka akan semakin banyak pula pahala yang
akan ia terima. Seorang hamba yang mendatangi Allah q dengan melakukan ibadah yang
membutuhkan jalan –seperti; berjalan ke masjid, thawaf, sa’i dan lain sebagainya,- maka
Allah q akan mendatanginya lebih cepat.26

Potongan hadits di atas hanyalah sekedar contoh, bukan merupakan pembatasan. Karena
cara mendekatkan diri kepada Allah q tidak hanya dengan berjalan saja, namun bisa pula
dengan melakukan berbagai ketaatan yang lainnya, di antaranya adalah dengan sujud.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah y, bahwa Rasulullah a bersabda;

Z ‫ כ _ א‬A
\ I‫א‬
.F‫
 א‬+‫א‬  E H3    .  
  + ‫  א‬H‫ כ‬0 ‫ * א‬R 
     
“Sedekat-dekat hamba dengan Rabb-nya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah
berdoa (ketika sujud).”27

*****

26
Al-Qawa’idul Mutsla, 94.
27
HR. Muslim : 482.

Anda mungkin juga menyukai