Anda di halaman 1dari 24

NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

ARTIKEL

Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja


Serta Implikasinya pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta.

Oleh :
Nice Dwi Pratika
NPM : 158020047

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja
terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya pada Kinerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengkaji dan menganalisis:
Konflik interpersonal perawat, beban kerja, stres kerja dan kinerja perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Ramahadi, serta pengaruh Konflik interpersonal
perawat, beban kerja dan stres kerja terhadap kinerja perawat baik secara parsial
maupun simultan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode survey.
Survey yang digunakan adalah bersifat deskriptif dan verifikatif dengan konsep
riset evaluasi. Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis jalur (path analysis)
untuk melihat secara langsung pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Unit observasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap Rumah
Sakit Ramahadi Kab. Purwakarta. jumlah sampel yang digunakan adalah seluruh
perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Ramahadi tahun 2017
berjumlah 65 orang karena ada 6 orang perawat tidak memenuhi kriteria inklusi.
Sampel dalam penelitian terdiri dari perawat pelaksana yang terbagi kedalam tiga
shift kerja (pagi, siang dan malam).
Hasil penelitian deskriptif menunjukkan skor rata-rata variabel konflik
interpersonal sebesar 3,249 dengan kategori cukup baik, variabel beban kerja
sebesar 3,402 dengan kategori baik, stres kerja sebesar 2,911 dengan kategori
cukup baik dan kinerja perawat sebesar 3,205 dengan kategori cukup baik. Hasil
pengolahan data melalui analisis jalur, menunjukan bahwa total pengaruh variabel
Konflik Interpersonal (X1) terhadap Stres Kerja (Y) sebesar 39,7% dan variabel
Beban Kerja (X2) terhadap Stres Kerja (Y) sebesar 29%. Dan total pengaruh
secara simultan sebesar adalah sebesar 68,7%. sedangkan sisanya (Ɛ) sebesar
3,13%. Dan total pengaruh dari stres kerja terhadap kinerja perawat sebesar 70,6%
sedangkan sisanya (ε2) 0,294 atau 29,4% merupakan faktor lain yang tidak diteliti
yang mempengaruhi kinerja perawat.

Kata Kunci : Konflik Interpersonal, Beban Kerja, Stres Kerja dan Kinerja

ABSTRACT

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

The purpose of this study is to know Workload (X2) to Job Stress (Y) by
the study and analyze: Interpersonal 29%. And the total effect
conflicts nurses, workload, work simultaneously amounted to 68.7%.
stress and performance of nurses in while the rest (Ɛ) amounted to 3.13%.
hospitals Hospitals Istana, and And the total influence of work stress
influence Interpersonal conflicts on nurse performance is 70,6% while
nurses, workload and job stress on the rest (ε2) 0,294 or 29,4% is
nurse performance either partially or another un-researched factor
simultaneously. affecting nurse's performance.

This research is a survey method. The


survey used is descriptive and
verifikatif with the concept of Keywords: Interpersonal conflicts
evaluation research. This research nurse, workload, work
uses path analysis technique to see stress and nurse
directly the influence of independent performance
variable to dependent variable. The
observation unit in this research is A. Pendahuluan
the nurse in the inpatient room of Keberhasilan Rumah Sakit
Rumah Sakit Ramahadi Kab. dalam menjalankan fungsinya
Purwakarta. the number of samples ditandai dengan adanya mutu
pelayanan prima Rumah Sakit. Mutu
used is all nurses in the inpatient unit
pelayanan Rumah Sakit sangat
Rumahadi Hospital in 2017 dipengaruhi oleh beberapa faktor
amounted to 65 people because there diantaranya yang paling dominanan
are 6 nurses do not meet the criteria adalah sumber daya manusia
of inclusion. The sample in the study (Kepmenkes No.836 Tahun 2005).
consisted of executor nurses divided Perawat merupakan salah satu
into three work shifts (morning, day komponen yang mempunyai peranan
penting dalam memberikan pelayanan
and night).
kesehatan di Rumah Sakit lebih jauh
The result of descriptive research lagi perawat merupakan staf
kesehatan yang mempunyai intensitas
shows that the average score of
interaksi yang paling tinggi dengan
interpersonal conflict variable is pasien dan keluarga dalam
3,249 with good enough category, memberikan pelayanan kesehatan.
work load variable 3,402 with good Karena itu kinerja perawat terus
category, work stress 2,911 with good menjadi perhatian berbagai pihak.
category and nurse performance Kinerja seorang perawat dapat dilihat
3,205 with good category. dari mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Asuhan
Results of data processing through keperawatan berkualitas perlu
path analysis, showed that the total berorientasi pada hasil pasien yang
lebih baik. Kondisi tersebut dapat
influence of Interpersonal Conflicts tercapai apabila ditunjang oleh
(X1) to Job Stress (39.7%) and

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

sumber daya manusia yang memadai berakibat pada stres kerja perawat di
secara kualitas maupun kuantitas. ruang rawat inap. Berdasarkan data
Sumber daya manusia dalam yang diperoleh peneliti dari instalasi
profesi keperawatan merupakan Rekam Medik Rumah Sakit
faktor terpenting dalam pelayanan Ramahadi, menunjukan bahwa length
rumah sakit, karena di hampir setiap of stay (LOS) pada bulan Mei rata-
negara hingga 80% pelayanan rata nya berada pada kisaran (2,9),
kesehatan diberikan oleh perawat bulan Juni (2,8) dan Juli (2,5) masih
(Baumann, 2007). Swansburg (2000) dibawah indikator Depkes, yaitu 5-12
mengatakan bahwa 40%-60% sumber hari. Data ini menunjukan belum
daya manusia di rumah sakit adalah sesuai dengan standar yang
tenaga keperawatan. Menurut Depkes ditetapkan, artinya kinerja belum
RI tahun 2006 sebanyak 40% pemberi memuaskan untuk pelayanan rumah
pelayanan kesehatan di Indonesia sakit . Hasil survei menggambarkan
adalah tenaga keperawatan. Oleh bahwa kinerja perawat di ruang rawat
karena itu pelayanan keperawatan inap Rumah Sakit Ramahadi belum
merupakan indikator baik buruknya sepenuhnya baik, hal ini terlihat dari
kualitas pelayanan Rumah Sakit. 37% responden menyatakan
Hasil dari wawancara yang menyelesaikan pekerjaan kadang
dilakukan dengan kepala bidang tidak sesuai dengan waktu yang
Rawat Inap RS Ramahadi pada ditentukan, kemudian 40% responden
tanggal 1 Agustus 2017, bahwa RS menyatakan jumlah pekerjaan yang
Ramahadi ini mengalami diselesaikan kadang tidak melebihi
permasalahan dalam hal LOS (Length target yang telah ditetapkan dan 44%
Of Stay) atau yang biasa disebut responden menyatakan bahwa beban
dengan lamanya pasien di rawat, hal kerja yang diberikan melebihi
ini mengindikasikan bahwa kinerja kemampuannya.
dari perawat RS Ramahadi Kabupaten Salah satu penyebab utama
Purwakarta mengalami penurunan. masalah kinerja tenaga keperawatan,
Berdasarkan data yang diperoleh adalah stres kerja perawat. Pelayanan
peneliti dari instalasi Rekam Medik kesehatan yang kontinu dan
RS Ramahadi, Jumlah tenaga sistematik serta peran dan tuntutan
keperawatan berjumlah 73 orang yang yang banyak sering memunculkan
terdiri dari 17 orang S1+ ners, DIII kondisi yang dapat memicu terjadinya
Keperawatan 56 orang denganjumlah stres kerja pada perawat.
tempat tidur 89, dan jumlah Stres yang dihadapi perawat di
kunjungan Tahun 2017 per Bulan dalam bekerja akan sangat
cukup banyak mencapai 412 pasien mempengaruhi kualitas pelayanan
dapat dilihat bahwa jumlah tenaga keperawatan yang diberikan kepada
keperawatan di ruang rawat inap pasien. Stres yang berkelanjutan dan
Rumah Sakit Ramahadi dibandingkan individu tidak dapat beradaptasi
dengan jumlah tempat tidur masih dengan baik akan menjadi stres yang
belum sesuai menurut Kepmenkes dapat menyebabkan gangguan fisik,
no.262 Tahun 1979 bahwa mental,sosial, dan spiritual. Stres
perbandingan tempat tidur dan jumlah adalah suatu keadaan yang dihasilkan
perawat adalah 2 : 3-4 dengan asumsi oleh perubahan dalam lingkungan
bahwa hal ini akan memperberat kerja yang dirasakan sebagai tantangan atau
tenaga keperawatan sehingga ancaman dan atau merusak terhadap

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

keseimbangan dinamik seseorang angkatan kerja mencapai 120.4 juta


(Utomo, 2009). orang pada Januari 2012, atau
Profesi perawat merupakan bertambah sebesar 1.0 juta orang
salah satu profesi yang rentan dibanding Februari 2011, hal ini
terhadap stres. Stres di tempat kerja memiliki potensi kerugian sangat
telah menjadi masalah manajemen besar sebagai dampak dari stres kerja
yang sangat penting, Manajer (Fitri, 2013). Berdasarkan tabel diatas
perusahaan mengakui bahwa stres dapat dilihat bahwa perawat merasa
telah mewabah, dua dari tiga pekerja banyaknya beban kerja yang
mengaku mengalami stres kerja dan memperlambat kerjanya sebesar 53%,
menyebabkan pemilik perusahaan tidak adanya ketenangan yang
harus mengeluarkan sekitar 200 dirasakan dalam bekerja sebesar 65%
milyar USD per tahun karena masalah sedangkan mereka memiliki tanggung
absen, keterlambatan, kejenuhan, jawab yang besar terhadap orang lain
produktivitas yang semakin rendah, 72%. Ini membuktikan bahwa
angka keluar masuk yang tinggi, perawat merasa memiliki beban kerja
kompensasi pekerja, dan peningkatan yang berlebih. Stres biasanya dilihat
biaya asuransi kesehatan. Diyakini sebagai hasil dari beban kerja yang
bahwa sekitar 80% penyakit dan tinggi, hubungan antara konstruksi ini
kesakitan dipicu atau diperburuk oleh kompleks, karena beban kerja yang
stres (National Safety Council, 2004). tinggi, karyawan tersebut tidak dapat
dapat diketahui bahwa perawat ruang melaksanakan tugas dengan baik
rawat inap Rumah Sakit Ramahadi maka stres tersebut muncul (Gunov et
sering mengalami pusing sebesar al., 2011). Menurut Munandar (2001)
53%, mengalami susah berkonsentrasi Beban kerja ini timbul sebagai akibat
akhir akhir ini sebesar 47% dan 50% dari tugas-tugas yang terlalu banyak
responden mengatakan bahwa akhir- atau sedikit diberikan kepada tenaga
akhir ini merasakan perasaan yang kerja untuk diselesaikan dalam waktu
lebih sensitif. tertentu. Beban kerja berlebihan atau
Sebanyak 90% dari pelayanan terlalu sedikit (kualitatif) yaitu jika
kesehatan di rumah sakit adalah orang merasa tidak mampu untuk
pelayanan keperawatan sehingga melakukan suatu tugas, atau tugas
dikemukakan bahwa stres kerja tidak menggunakan keterampilan atau
merupakan hal yang lazim bagi potensi dari tenaga kerja. Disamping
perawat. Apabila perawat memiliki itu beban kerja berlebihan kuantitatif
tingkat stres yang tinggi, maka akan dan kualitatif dapat menimbulkan
menurunkan kinerja perawat. Selain kebutuhan untuk bekerja selama
itu profesi sebagai perawat jumlah jam yang sangat banyak, yang
memberikan kontribusi cukup tinggi merupakan sumber tambahan dari
terhadap kejadian stres kerja. stres.
Menurut hasil survey dari PPNI Melihat pada kenyataan di atas
(Persatuan Perawat Nasional maka peneliti bermaksud untuk
Indonesia) Tahun 2006 sekitar 50.9% mengambil judul Pengaruh Konflik
perawat yang bekerja di empat Interpersonal dan Beban Kerja
provinsi di Indonesia mengalami stres terhadap Stres Kerja Serta
kerja, sering pusing, lelah, tidak Implikasinya pada Kinerja Perawat di
istirahat karena beban kerja yang Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
tinggi. Di Indonesia perawat memiliki Ramahadi Kab.Purwakarta.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

hubungan antara dua pihak atau lebih


B. Tinjauan Pustaka yang memiliki tujuan atau
Manajemen banyak dikatakan kepentingan yang berbeda. Konflik
sebagai ilmu dan seni mengatur biasanya dilatarbelakangi oleh
proses pemanfaatan sumber daya individu maupun kelompok karena
manusia dan sumber-sumber lainnya ketidakcocokan atau perbedaan
secara efektif dan efisien untuk pendapat dalam hal tujuan yang akan
mencapai suatu tujuan tertentu. dicapai. Konflik atau perbedan
Stoner (2008) mengemukakan bahwa merupakan suatu hal yang sering
manajemen adalah proses terjadi didalam suatu organisasi.
merencanakan, mengkoordinasikan, Bukan hanya dalam hal berorganisasi
memimpin, mengendalikan usaha- tetapi hal ini juga sering terjadi dalam
usaha anggota organisasi dan proses kehidupan bermasyarakat Dalam
penggunaan sumber daya organisasi proses interaksi antara suatu hal
untuk mencapai tujuan-tujuan dengan hal lainnya tidak ada jaminan
organisasi yang sudah ditetapkan. akan selalu terjadi kesesuaian antara
Sedangkan Sedarmayanti (2010) individu atau kelompok
mengemukakan manajemen adalah pelaksananya.
fungsi yang berhubungan dengan Menurut Robbin (1996) , keberadaan
upaya mewujudkan hasil tertentu konflik dalam organisasi dalam
kegiatan orang lain , hal ini berarti organisasi ditentukan oleh persepsi
bawha sumber daya manuisa individu atau kelompok. Jika mereka
mempunyai peran penting dan tidak menyadari adanya konflik di
dominan dalam manajemen. dalam organisasi maka secara umum
Berdasarkan beberapa definisi di atas, konflik tersebut dianggap tidak ada.
dapat dikatakan bahwa manejemen Sebaliknya, jika mereka
adalah sebuah proses memberdayakan mempersepsikan bahwa di dalam
sumber daya yang dimiliki organisasi organisasi telah ada konflik maka
dengan efektif dan efisien melalui konflik tersebut telah menjadi
kegiatan perencanaan, kenyataan. Menurut Gibson, et al
pengorganisasian, pelaksanaan, dan (1997), hubungan selain dapat
pengawasan. Dengan demikian dapat menciptakan kerjasama, hubungan
dikatakan bahwa manajemen adalah saling tergantung dapat pula
suatu kemamampuan untuk mengatur melahirkan konflik. Hal ini terjadi
atau menata organisasi dengan jika masing – masing komponen
memanfaatkan sumber daya yang ada. organisasi memiliki kepentingan atau
tujuan sendiri – sendiri dan tidak
1. Teori Konflik bekerja sama satu sama lain. Jehn
Konflik berasal dari kata kerja Latin (dalam Hung et al., 2013)
configere yang berarti saling mengatakan bahwa konflik
memukul. Secara sosiologis, konflik interpersonal telah didefinisikan
diartikan sebagai suatu proses sosial secara luas sebagai persepsi yang
antara dua orang atau lebih (bisa juga terjadi ketika pihak yang berbeda
kelompok) dimana salah satu pihak terus berbeda pandangan atau konflik
berusaha menyingkirkan pihak lain ketika adanya ketidakcocokan antar
dengan menghancurkannya atau individu satu dengan yang lainnya.
membuatnya tidak berdaya. Konflik Wijono (2015) mengatakan konflik
juga dapat diartikan sebagai interpersonal adalah suatu konflik

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

yang mempunyai kemungkinan lebih dilakukan melalui perubahan reaksi


sering muncul dalam kaitannya antara psikologis dan perubahan perilaku
individu dengan individu yang ada karena strain secara subjektif
dalam suatu organisasi berkaitan erat dengan harapan,
keinginan, kepuasan, dan penilaian
2. Teori Beban Kerja subjektif lainnya. Secara lebih ringkas
Beban kerja (workload) dapat faktor internal meliputi:
didefinisikan sebagai suatu perbedaan a. Faktor somatik (jenis kelamin,
antara kapasitas atau kemampuan umur,ukuran tubuh, kondisi
pekerja dengan tuntutan pekerjaan kesehatan. Status gizi).
yang harus dihadapi (Tarwaka, 2015). b. Faktor psikis (motivasi,
Mengingat kerja manusia bersifat persepsi, kepercayaan, keinginan,
mental dan fisik, maka masing- kepuasan, dan lain-lain)
masing mempunyai tingkat 2. Beban Kerja Eksternal
pembebanan yang berbeda-beda. Faktor eksternal beban kerja adalah
Tingkat pembebanan yang terlalu beban kerja yang berasal dari luar
tinggi memungkinkan pemakaian tubuh pekerja yang termasuk beban
energi yang berlebihan dan terjadi kerja eksternal, yaitu:
“overstres”, sebaliknya intensitas a. Tugas-tugas yang dilakukan
pembebanan yang terlalu rendah baik bersifat fisik seperti, stasiun
memungkinkan rasa bosan dan kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan
kejenuhan atau “understres” sarana kerja. Sedangkan tugas-tugas
(Tarwaka,2015). yang bersifat mental seperti
Menurut Hart & Staveland (1988 kompleksitas pekerjaan atau tingkat
dalam Tarwaka, 2015), bahwa beban kesulitan pekerjaan yang
kerja merupakan sesuatu yang muncul mempengaruhi tingkat emosi pekerja,
dari interaksi antara tuntutan tugas- tanggung jawab terhadap pekerjaan
tugas, lingkungan kerja dimana dan lain-lain.
digunakan sebagai tempat kerja, b. Organisasi kerja yang dapat
keterampilan, perilaku dan persepsi mempengaruhi beban kerja seperti :
dari pekerja. lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
Menurut Tarwaka (2015) bahwa kerja bergilir, kerja malam, sistem
secara umum hubungan antara beban pengupahan, sistem kerja, musik
kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi kerja, model struktur organisasi,
oleh berbagai faktor yang sangat pelimpahan tugas, tanggung jawab
komplek, baik faktor internal maupun dan wewenang, dll.
eksternal. c. Lingkungan kerja yang dapat
1. Beban Kerja Internal memberikan beban kerja tambahan
Faktor internal beban kerja adalah pekerja adalah: lingkungan kerja
faktor yang berasal dari dalam tubuh fisika, lingkungan kerja kimiawi,
itu sendiri sebagai akibat dari reaksi lingkungan kerja biologis, lingkungan
dari beban eksternal. Reaksi tubuh kerja psikologis (Tarwaka, 2015).
tersebut dikenal sebagai strain. Berat
ringannya strain dapat dinilai baik 3. Teori Stres Kerja
secara objektif maupun subjektif, The National Institute for
penilaian secara objektif yaitu melalui Occupational Safety and Health
perubahan reaksi fisiologis. mendefinisikan stres kerja sebagai
Sedangkan penilaian subjektif dapat suatu kondisi fisik dan emosional

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

yang berbahaya yang terjadi ketika tugas dengan akibat suatu


pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai ketidaknyamanan dalam kerja.
dengan kemampuan, sumber daya dan Berdasarkan beberapa uraian
kebutuhan pekerja Stres kerja diatas dapat disimpulkan bahwa
merupakan suatu tekanan yang tidak stres kerja disebabkan adanya
dapat ditoleransi oleh individu baik ketidakseimbangan antara
yang bersumber dari dirinya sendiri karakteristik kepribadian pekerja
maupun dari luar dirinya. Telah lama dan karakteristik aspek pekerjannya
diketahui bahwa tenaga kesehatan yang dapat terjadi pada segala
memiliki tekanan psikologi yang kondisi pekerjaan.
tinggi dibandingkan dengan profesi Untuk mengetahui secara pasti
lainnya. Para pekerja kesehatan faktor apa saja yang dapat
terpapar oleh beberapa penyebab menyebabkan stres sangatlah rumit.
stres, mulai dari beban kerja yang Tarwaka (2015) menuturkan bahwa
berlebihan, tekanan waktu pengerjaan suatu keadaan yang dapat
tugas (NIOSH, 2008). menimbulkan stres pada seseorang
Stres kerja adalah suatu tetapi belum tentu akan
kondisi dari hasil penghayatan menimbulkan hal yang sama
subjektif individu yang dapat berupa terhadap orang lain. Menurut Patton
interaksi antara individu dan (1998 dalam Tarwaka, 2015) bahwa
lingkungan kerja yang dapat perbedaan reaksi antara individu
mengancam dan memberi tekanan tersebut sering disebutkan karena
secara psikologis, fisiologis dan sikap faktor psikologis dan sosial yang
individu (Wijono, 2015). Stres kerja dapat merubah dampak stresor bagi
yang terlalu besar dapat mengancam individu faktor tersebut antara lain :
kemampuan seseorang untuk 1. Kondisi individu seperti umur,
menghadapi lingkungannya. Sebagai jenis kelamin, temperamental,
hasilnya pada diri karyawan tersebut genetik, intelegensia, pendidikan,
berkembang berbagai macam gejala kebudayaan, masa kerja dan lain-
stres yang dapat mengganggu lain.
pelaksanaan kerjanya (Hambali, 2. Ciri kepribadian seperti
2015) introvert atau ekstrovert, tingkat
Menurut Manuaba (1998 emosional, kepasrahan, kepercayaan
dalam Tarwaka, 2015) memberikan diri dan lain-lain.
definisi stres adalah segala 3. Sosial kognitif seperti
rangsangan atau aksi dari tubuh dukungan sosial, hubungan sosial
manusia baik yang berasal dari luar dengan lingkungan sekitarnya.
maupun dari dalam tubuh itu sendiri 4. Strategi untuk menghadapi
yang dapat menimbulkan bermacam- setiap stres yang muncul.
macam dampak yang merugikan
mulai dari menurunnya kesehatan Kaitannya dengan tugas-tugas
sampai kepada di derita nya suatu dan pekerjaan di tempat kerja, faktor
penyakit sedangkan Mendelson (1990 yang menjadi penyebab stres
dalam Tarwaka, 2015) kemungkinan besar lebih spesifik,
mendefinisikan stres akibat kerja dimana menurut Handoko (2005).
secara lebih sederhana, dimana stres
merupakan suatu ketidakmampuan
pekerja untuk menghadapi tuntutan 4. Teori Kinerja Perawat

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Kinerja adalah hasil kerja pekerjaan atau suatu profesi dalam


yang dapat dicapai oleh seseorang waktu tertentu”.
atau kelompok orang dalam suatu Mangkunegara (2009)
organisasi, sesuai dengan wewenang menyatakan “hasil kerja secara
dan tanggung jawab masing-masing kualitas dan kuantitas yang dicapai
dalam upaya mencapai tujuan oleh seorang pegawai dalam
organisasi bersangkutan secara legal, melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tidak melanggar hukum dan sesuai tanggung jawab yang diberikan
dengan moral maupun etika. kepadanya”. Rivai (2010) “Kinerja
Disamping itu, kinerja (performance) merupakan perilaku yang nyata yang
diartikan sebagai hasil kerja seorang ditampilkan setiap orang sebagai
pekerja, sebuah proses manajemen prestasi kerja yang dihasilkan oleh
atau suatu organisasi secara pegawai sesuai dengan perannya
keseluruhan, dimana hasil kerja dalam perusahaan”. Berdasarkan
tersebut harus dapat ditunjukan pendapat beberapa ahli di atas
buktinya secara konkrit dan dapat menunjukan bahwa kinerja
diukur (dibandingkan dengan standar merupakan hasil kerja yang
yang telah ditentukan). Kinerja dihasilkan baik dari segi kualitas
merefleksikan seberapa baik maupun kuantitas pekerjaannya dan
karyawan memenuhi persyaratan dapat dipertanggung jawabkan sesuai
sebuah pekerjaan. Sering disalah dengan perannya di dalam organisasi
tafsirkan sebagai upaya yang atau perusahaan, dan disertai dengan
mencerminkan energi yang kemampuan, kecakapan, dan
dikeluarkan, kinerja diukur dari keterampilan dalam meyelesaikan
sebuah hasil akhir. Beberapa definisi pekerjaannya.
kinerja menurut pendapat beberapa Kinerja bisa mempengaruhi
ahli. berlangsungnya kegiatan organisasi
Kinerja adalah catatan perusahaan, semakin baik kinerja
mengenai akibat-akibat yang yang ditunjukan oleh pegawai atau
dihasilkan pada sebuah fungsi karyawan akan sangat membantu
pekrjaan atau aktivitas selama periode dalam perkembangan organisasi atau
tertentu yang berhubungan dengan perusahaan. Kinerja pegawai atau
tujuan organisasi (Suhendi dan karyawan adalah yang mempengaruhi
Anggara, 2010). Keberhasilan dan seberapa banyak mereka memberi
pelayanan keperawatan sangat kontribusi kepada organisasi.
ditentukan oleh kinerja para perawat. Kinerja perawat sebagai ujung
Oleh karena itu, peningkatan kinerja tombak pelayanan kesehatan
perawat perlu dan harus selalu merupakan masalah yang sangat
dilaksanakan melalui sistem yang penting untuk dikaji dalam rangka
terstandar sehingga lebih optimal. mempertahankan dan meningkatkan
Robins (2008) menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan. Kinerja
kinerja adalah ukuran mengenai apa perawat yang baik merupakan
yang dikerjakan dan apa yang tidak jembatan dalam menjawab jaminan
dikerjakan oleh karyawan. Wirawan kualitas pelayanan kesehatan yang
(2009) mengemukakan “keluaran diberikan terhadap pasien baik yang
yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi sakit maupun sehat. Kunci utama
atau indikator-indikator suatu dalam peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan adalah perawat yang

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

mempunyai kinerja tinggi. Namun terhadap variabel terikat. Unit


tidak jarang ditemukan keluhan observasi dalam penelitian ini adalah
berkaitan dengan kualitas pelayanan perawat di ruang rawat inap Rumah
keseahatan yang muaranya berasal Sakit Ramahadi Kab. Purwakarta..
dari kinerja petugas kesehatan Dalam penelitian ini ada empat
termasuk perawat. Untuk itu perlu pokok variabel yang akan diteliti,
kiranya Rumah Sakit memfokuskan yaitu varibel X1, X2, Y dan varibel Z.
masalah kualitas pelayanan terhadap Variabel-variabel tersebut adalah
kinerja perawat. Peningkatan dan sebagai berikut:
pemantapan peran bagi perawat akhir- 1. Konflik interpersonal sebagai
akhir ini menjadi tuntutan variabel bebas (independent)
masyarakat, baik dalam layanan (X1).
kesehatan pada umumnya maupun 2. Beban kerja sebagai variabel
keperawatan pada khususnya. Tingkat bebas (independent) (X2).
kinerja perawat dapat diukur 3. Stres kerja sebagai variabel
berdasarkan beberapa indikator, Intervening.
indikator kinerja tersebut antara lain 4. Kinerja sebagai variabel
kuantitas hasil kerja, kualitas hasil (dependent) (Y).
kerja, efisiensi dalam melaksanakan Proses menganalisa data yang
tugas, disiplin kerja, inisiatif, telah dikumpulkan adalah dengan
ketelitian, kepemimpinan, kejujuran analisis kuantitatif. Untuk mengetahui
kreatifitas. Tuntutan dan kebutuhan pengaruh konflik interpersonal dan
asuhan keperawatn yang berkualitas beban kerja terhadap stres kerja serta
di masa depan merupakan tantangan implikasinya pada kinerja perawat,
yang harus dipersiapkan secara benar- maka untuk keperluan analisis
benar dan ditangani secara mendasar, kuantitaif setiap jawaban dari
terarah dan sungguh-sungguh dari kuesioner penelitian diberi skor
rumah sakit. dengan menggunakan skala likert.
(Sugiyono, 2007).
C. Metode Penelitian Pengumpulan data dengan
Penelitian ini merupakan menggunakan daftar pertanyaan
penelitian dengan metode survey. tertutup. Daftar pertanyaan tertutup
Survey yang digunakan adalah adalah daftar pertanyaan yang
bersifat deskriptif dan verifikatif diajukan dalam penelitian terkait
dengan konsep riset evaluasi. Adanya dengan dimensi-dimensi variabel
hipotesis yang akan diuji penelitian, dari pertanyaan ini
kebenarannya melalui penelitian ini, dilakukan skala pengukuran dengan
maka jenis penelitian yang dilakukan 1-5.
adalah explanatory research,
(Sugiyono, 2008). Dengan jenis D. Hasil Penelitian
penelitian hubungan (assosiatif),
rancangan ini dilakukan pengukuran
secara individual maupun bersamaan
baik pada variabel bebas maupun
variabel terikat. Penelitian ini akan
menggunakan tekhnik analisis jalur
(path analysis) untuk melihat secara
langsung pengaruh variabel bebas

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

1. Gambaran Konflik Interpersonal Berdasarkan pada hasil


RS. pengolahan data deskriptif
menunjukan persespsi responden
mengenai konflik internal diperoleh
nilai rata-rata jawaban sebesar 3,249
dengan kategori Cukup Baik, namun
demikian masih terdapat aspek yang
lemah berdasarkan persepsi perawat
yaitu mengenai : Adanya kerukunan
antar perawat di satu ruangan,
sebagian besar responden
mempersepsikan lemah atas
pernyataan tersebut dikarenakan
berdasarkan pengamatan penulis
dilapangan masih adanya persaingan
antar sesama perawat, terutama pada
para perawat senior dan junior bahkan
perawat dengan jenjang pendidikan
diploma dengan sarjana, Etika adalah
ilmu tentang kesusilaan yang
mengatur bagaimana sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat
yang melibatkan aturan atau prinsip
menentukan yang benar, yaitu baik
dan buruk atau kewajiban dan
tanggung jawab contohnya dengan
melakukan komunikasi. Ada
hubungan komunikasi antara perawat
dengan teman sejawat. Dalam
membina hubungan antar sesama
perawat yang ada, diperlukan adanya
sikap saling menghargai dan saling
toleransi sehingga sebagai perawat
baru dapat mengadakan pendekatan
yang baik dengan kepala ruangan, dan
juga para perawat lainnya. Masalah
teman sejawat perawat di Rumah
Sakit, Perawat vocasional (perawat
pelaksana) di rumah sakit terkadang
memandang teman sejawat sebagai
saingan mereka. Selain itu Ada
jurang pemisah yang seolah
menganga diantara mahasiswa S1
keperawatan dan mahasiswa D3
dimana saling merasa lebih unggul.
Pemikiran-pemikiran seperti inilah
yang akhirnya mengkotak-kotakkan
perawat pada strata yang seolah-olah

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

berbeda, padahal semuanya sama harus dilakukan untuk mencegah


berasal dari pendidikan keperawatan. terputusnya proses keperawatan yang
Sebagai anggota profesi di selenggarakan. Gangguan
keperawatan, perawat harus dapat komunikasi antar perawat dapat
bekerja sama dengan sesama perawat mengakibatkan proses keperawatan
dalam rangka meningkatkan mutu terhenti, kinerja asuhan keperawatan
pelayanan keperawatan terhadap juga akan menurun.
klien. Dalam menjalankan tugasnya, Gambaran konflik interpersonl
perawat harus dapat membina dikaitkan dengan karakteristik
hubungan baik dengan sesama responden yang menunjukan adanya
perawat yang ada di lingkungan kesenjangan pada tingkat pendidikan,
tempat kerjanya. Dalam membina dari total 65 orang perawat, terdapat
hubungan tersebut, sesama perawat 51 orang perawat yang bergelar
harus mempunyai rasa saling Sarjana (S1) atau sebanyak 78,5%,
menghargai dan saling toleransi yang sedangkan pada jenjang D3 sebanyak
tinggi agar tidak terjadi sikap saling 14 orang perawat atau 21,5%, konflik
curiga dan benci. yang terjadi biasanya terjadi pada
Pernyataan dengan nilai rata- perawat senior yang masih bergelar
rata terendah kedua adalah mengenai D3 dan masa kerja diatas 5 tahun
Setiap perawat di satu ruangan saling dengan perawat junior yang bergelar
mendukung ide anggota lainnya, hal S1. Selain itu masih adanya konflik
ini berkaitan dengan pernyataan antara perawat rumah sakit dengan
terlemah pertama, pada umumnya para mahasiswa keperawatan yang
masih adanya gap antar perawat di RS praktek di tempat yang bersangkutan.
Ramahadi. Komunikasi antar perawat Perawat vocasional (perawat
belum berjalan dengan lancar pelaksana) di rumah sakit, terkadang
sehingga tidak begitu mendapat memandang para S1 Keperawatan
dukungan terhadap ide dari sesama sebagai saingan mereka. Namun
perawat. Konflik dapat terjadi jika demikian konflik yang terjadi hanya
komunikasi dalam suatu komunitas sebatas perbedaan pendapat dan
yang tidak berjalan lancar, kondisi senioritas saja dan masih dapat
yang seperti ini akan menimbulkan diselesaikan dengan baik.
misunderstanding / kesalahpahaman.
Koordinasi dan komunikasi 2. Gambaran Beban Kerja
diperlukan dalam suatu tim profesi, Perawat di RS. Ramahadi
termasuk perawat. Dengan demikian, Hasil pengolahan data deskriptif
perawat mampu melaksanakan peran menunjukan persespsi responden
dan fungsinya secara mengenai beban kerja diperoleh nilai
berkesinambungan. Telah disadari rata-rata jawaban sebesar 3,402
bersama bahwa tenaga keperawatan dengan kategori Baik. Hal ini
harus bekerja sepanjang waktu untuk menunjukan bahwa beban kerja yang
memberikan pelayanan pemenuhan dirasakan oleh para perawat masih
kebutuhan dasar pasien. Perawat berada pada kategori baik, namun
merupakan profesi yang harus setia demikian masih terdapat aspek yang
setiap saat di sisi pasien sehingga lemah, yaitu mengenai : Banyak
kerjasama, koordinasi, dan jumlah proyek dan tugas yang sudah
komunikasi antar perawat yang anda selesaikan.
terlibat dalam tim perawatan pasien

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Berdasarkan pengamatan penulis kesehatan senantiasa memberikan


dilapangan, hal ini disebankan oleh pelayanan secara kontiyu dan
karena banyaknya beban tugas asuhan konsisten selama 24 jam. Gejala
keperawatan serta beban ganda dari secara psikologis individu yang
non keperawatan seperti merapikan mengalami stres, antara lain memiliki
ruang rawat; mengangkut pasien; kecenderungan banyak merenung atau
memesan peralatan/persediaan memusatkan diri yang berlebihan.
logistik ruangan; mengambil Kondisi seperti ini akan diikuti oleh
peralatan/persediaan yang dipesan; individu dengan perilaku
mengatur rujukan dan transportasi mengasingkan diri dari kelompok
(administrasi rutin); phlebotomies atau lingkungannya. Oleh karena itu,
rutin; mengisi waktu untuk layanan jika tidak cepat diambil tindakan
non-keperawatan dan tugas untuk terapi, individu tersebut
administrasi dan lain-lain. Dengan cenderung akan cepat naik kelas dari
melakukan aktivitas pekerjaan, tubuh stres menjadi depresi.
akan menerima beban dari luar Keterkaitan beban kerja dengan
tubuhnya. Dengan kata lain, bahwa karakteristik responden menunjukan
setiap pekerjaan merupakan beban bahwa adanya keterkaitan beban kerja
bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat dengan karakteristik usia perawat.
berupa beban kerja fisik dan mental pada tingkat usia diatas 30 tahun dan
(Tarwaka,2015). mayoritas perawat perempuan
Sebagai seorang perawat menunjukan bahwa masih adanya
pelaksana tentu tugas yang dimiliki perasaan bahwa beban kerja semakin
pun tidak sedikit, tugas sebagai meningkat dikarenakan faktor fisik.
perawat mengharuskan kontak paling
lama dengan pasien dan keluarga 3. Gambaran Stres Kerja Perawat
pasien. Perawat di ruang rawat inap di RS. Ramahadi
Rumah Sakit Ramahadi memang Hasil pengolahan data deskriptif
meimliki jumlah rata-rata 412 pasien menunjukan persespsi responden
per bulan. Unsur yang menimbulkan mengenai stres kerja diperoleh nilai
beban berlebih ialah desakan waktu rata-rata jawaban sebesar 2,911
dan jumlah pasien yang banyak, disisi dengan kategori Cukup Baik.
lain setiap tugas diharapkan dapat Hasil penelitian ini menunjukan
diselesaikan secepat mungkin secara bahwa tingkat stres kerja perawat
tepat dan cermat. masih berada pada kategori wajar.
Aspek terlemah kedua adalah Namun demikian masih terdapat
mengenai : Selama bekerja, banyak aspek yang lemah mengenai stres
waktu yang saya butuhkan untuk kerja yaitu mengenai : saya tidak
berpikir dan merenung. Lemahnya pernah merasa gelisah ketika tidur.
persepsi responden mengenai hal ini Dan aspek terlemah kedua adalah
dikarenakan tingginya kesibukan para mengenai pernyataan saya tidak
perawat dalam memberikan pernah merasakan Otot terasa kaku
pelayanan pada pasien. Pelayanan dan tegang Hal ini dipersepsikan
keperawatan di rumah sakit lemah oleh para perawat, artinya
merupakan bagian utama dari sebagian besar para perawat selalu
pelayanan kesehatan yang diberikan merasakan gelisah pada saat tidur,
kepada pasien. Tenaga keperawatan serta para perawat sebagian besar
yang terlibat dalam pelayanan mengalami otot kaku dan tegang.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Pengamatan penulis dilapangan, hal kondisi seperti itu berlangsung lama


ini terjadi pada saat para perawat maka akan membahayakan kesehatan
yang bekerja pada shift malam, dan individu. Untuk itu, diperlukan
tingginya mobilitas kerja perawat relaksasi pada kelompok otot yang
membeikan dampak pada otot relatif mudah tegang akibat stress
menjadi tegang dan kaku. tersebut. Selain daripada itu keluhan-
Perawat mempunyai aspek- keluhan pada tulang persendian sering
aspek tugas yang potensial pula dialami, misalnya rasa ngilu atau
menimbulkan stres. akibat stres yang rasa kaku bila menggerakan anggota
berkepanjangan dan terus-menerus tubuhnya.
menimbulkan adanya gejala-gejala Keterkaitan stres kerja dengan
yang dirasakan oleh perawat. Gejala karakteristik responden menunjukan
psikologis yang dirasakan perawat di bahwa adanya keterkaitan stres kerja
ruang rawat inap Rumah Sakit dengan karakteristik masa kerja, pada
Ramahadi yang paling mencolok umumnya perawat pada masa kerja 1-
sebagai akibat dari stres diantaranya 5 tahun, terutama pada perawat baru
adalah merasa gelisah ketika tidur. yang bekerja di RS Ramahadi, para
Hal ini akibat kerja sistem saraf yang perawat baru tersebut memiliki
terlalu aktif/berlebihan. Stimulasi tingkat stres kerja yang cukup tinggi
saraf yang berlebihan pada jaringan dikarenakan padatnya jam kerja dan
otak dan otot menyebabkan rasa masih belum terbiasa bekerja dengan
gelisah atau resah baik pada waktu beban kerja yang tinggi.
siang maupun malam hari, yang
semuanya berkaitan dengan cemas 4. Gambaran Kinerja Perawat di
saraf. Gangguan tidur dan stres RS. Ramahadi
merupakan hubungan yang bersifat Hasil pengolahan data deskriptif
timbal balik. Artinya, gangguan menunjukan persespsi responden
ketika tidur dapat diakibatkan karena mengenai kinerja perawat diperoleh
stres dan stres dapat mengkibatkan nilai rata-rata jawaban sebesar 3,205
gangguan ketika tidur. Padahal tidur dengan kategori Cukup Baik.. hal ini
yang berkualitas merupakan proses memberikan gambaran bahwa kinerja
yang penting guna mengistirahatkan perawat di RS Ramahadi sudah baik.
(recovery) kondisi fisik maupun Namun demikian masih terdapat
psikis. Selain itu, pada saat individu aspek yang lemah yaitu mengenai :
tidur merupakan proses pembangunan Selalu menerapkan 5S ; senyum,
sel-sel yang rusak akibat akitifitas salam, sapa, sopan dan santun.
fisik. Gejala stres yang menonjol Pengamatan penulis dilapangan hal
dapat muncul berbeda pada tiap ini disebabkan oleh karena
orang. Stres dapat pula menjelma Banyaknya jumlah pasien setiap
dalam bentuk keluhan-keluhan pada harinya tidak memungkinkan bagi
otot dan tulang (musculoskeletal). seorang individu untuk menerapkan
Pada umumnya, ketegangan terjadi 5S setiap saat, hal ini terkadang
pada kelompok otot di daerah menjadi masalah antara perawat dan
tengkuk, leher, bahu, dan rahang. pasien. Jumlah pasien yang tidak
Ketegangan otot di sekitar tengkuk sesuai dengan jumlah perawat, dalam
akan mengganggu suplai darah ke hal ini jumlah pasien yang lebih
otak, akibatnya kepala terasa nyeri banyak dari jumlah perawat akan
karena kekurangan suplai darah. Jika menimbulkan beban psikis bagi

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

perawat tetapi disatu sisi perawat secara langsung atau tidak langsung
dituntut untuk tetap professional kepada pasien. Pemberian asuhan
dengan memperhatikan aspek kualitas keperawatan tidak dapat dilaksanakan
pelayanan keperawatan yang meliputi sendiri oleh perawat tapi perlu adanya
sikap perawat yang selalu ramah, kerja sama dengan anggota tim dan
periang, selalu tersenyum, menyapa antar tim perawat. Maka akan tercapai
semua pasien. Perawat perlu memiliki pelayanan kesehatan yang ideal.
minat terhadap orang lain, menerima Keterkaitan kinerja perawat
pasien tanpa membedakan golongan, dengan karakteristik responden
pangkat, latar belakang sosial menunjukan bahwa adanya
ekonomi dan budaya, sehingga keterkaitan kinerja perawat dengan
pribadi utuh. Agar dapat melakukan karakteristik jenis kelamin, pada
pelayanan sesuai aspek penerimaan umumnya perawat perempuan
perawat harus memiliki minat memiliki hasil kerja yang optimal
terhadap orang lain dan memiliki dibandingkan dengan perawat laki-
wawasan luas. Diharapkan perawat laki, pada umumnya perawat laki-laki
pelaksana dapat meningkatkan masih belum optimal dalam
pelayanan kesehatan yang optimal melaksanakan praktik keperawatan,
dan pemahaman tentang Standar tindakan mandiri perawat
Asuhan Keperawatan professional melalui kerjasama yang
(SAK),mengembangkan jiwa luhur bersifat kolaborasi, baik dengan klien
perawat ( ramah, perhatian, maupun tenaga kesehatan lainnya
komunikatif, kerjasama, tanggung dalam memberikan asuhan
jawab). keperawatan holistik sesuai
Aspek terlemah kedua adalah wewenang tanggung jawabnya.
mengenai Koordinasi saat ada
kendala atau problem di ruangan; 5. Pengaruh Konflik Intepersonal
fakta dilapangan menunjukan bahwa (X1) terhadap Stres Kerja Perawat
Semakin baik pengetahuan seorang (Y)
perawat akan lebih cepat dan tanggap Hasil pengolahan data melalui
akan kebutuhan bio, psio, sosial dan analisis jalur, menunjukan bahwa
spiritual bagi pasien maupun keluarga total pengaruh langsung variabel
pasien. Sehingga perawat akan lebih Konflik Interpersonal (X1) terhadap
mampu dalam membantu pasien Stres Kerja (Y) sebesar 24,6% dan
untuk mengatasi masalah kesehatan total pengaruh tidak langsung variabel
yang dihadapi. Dalam hal ini Konflik Interpersonal (X1) terhadap
koordinasi antar perawat sangat Stres Kerja (Y) melalui Beban Kerja
kurang sehingga seringkali pasien (X2) sebesar 15,1%. Total Pengaruh
harus mengulang berbagai pertanyaan Konflik Interpersonal (X1) terhadap
atau permintaan kepada semua Stres Kerja (Y) sebesar 39,7%.
petugas yang datang kepadanya. Konflik memberikan pengaruh yang
Informasi yang disampaikan bersifat paling dominan terhadap stres kerja,
verbal, yang seringkali terlupakan artinya bahwa semakin tinggi konflik
karena tidak didokumentasikan dan interpesonal antar perawat akan
tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan dampak yang sangat
memberikan asuhan keperawatan. besar pada stres kerja. Setiap
Peran perawat dalam memberikan pekerjaan pasti mengharuskan
asuhan keperawatan dilaksanakan pekerjanya untuk berinteraksi dengan

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

orang lain. Dalam beberapa mendahului, dan kondisi itu


pekerjaan interaksi sosial merupakan merupakan sumber munculnya
sumber kepuasan kerja. Akan tetapi, konflik (Hardjana, 1994). Dengan
disisi lainnya interaksi sosial demikian munculnya berbagai konflik
berpotensi menimbulkan konflik yang merupakan dinamika dan
dapat mengakibatkan stres. Konflik perkembangan organisasi, karena itu
interpersonal mempunyai dampak pimpinan perlu memahami beberapa
jangka panjang yaitu stres kerja. sebab yang dapat menimbulkan
Bentuk konflik interpersonal dapat konflik, dan mencermati konflik
terjadi dalam bentuk aktif maupun sebagai suatu kejadian yang tidak
pasif. Konflik interpersonal secara dapat dipisahkan dari persoalan
aktif dapat terjadi ketika seseorang organisasi. Hal serupa dikemukakan
berargumen dan mengeluarkan kata- oleh Stafylal et al (2013) dalam
kata kasar kepada orang lain. penelitiannya mengenai 271 orang
Sedangkan konflik interpersonal pasif dewasa di Yunani menunjukan bahwa
dapat terjadi ketika seseorang lupa adanya hubungan positif dan
mengundang rekannya untuk signifikan variabel konflik
menghadiri sebuah pertemuan yang interpersonal terhadap stres kerja.
dianggap penting. Sehingga dapat 6. Pengaruh Beban Kerja (X2)
dikatakan bahwa konflik interpersonal terhadap Stres Kerja Perawat (Y)
merupakan salah satu variabel penting Hasil pengolahan data melalui
yang dapat berdampak kompleks bagi analisis jalur, menunjukan bahwa
pekerja yang mengalaminya (Jex & Total pengaruh langsung variabel
Britt, 2008). Beban Kerja (X2) terhadap Stres
Konflik dapat terjadi dalam Kerja (Y) sebesar 13,9% dan total
berbagai situasi kerja organisasi, pengaruh tidak langsung variabel
Susanto (2006) mengatakan bahwa, Beban Kerja (X2) terhadap Stres
aturan-aturan yang diberlakukan dan Kerja (Y) melalui Konflik
prosedur yang tertulis dan tidak Interpersonal (X1) sebesar 15,1% total
tertulis dapat menyebabkan konflik, pengaruh Beban Kerja (X2) terhadap
jika penerapannya terlalu kaku dan Stres Kerja (Y) sebesar 29%. Beban
keras. Setiap anggota organisasi kerja memberikan kontribusi terbesar
mewarisi nilai-nilai berdasarkan latar terhadap kinerja, hal ini berarti bahwa
belakang kehidupannya, penerapan semakin tinggi beban kerja pegawai
hukuman sebagai akibat dari maka akan meningkatkan stres kerja
penerapan aturan yang ketat para perawat. Perawat adalah orang
menyebabkan individu bekerja yang di didik menjadi paramedis
berdasarkan ancaman bukan didasari untuk menyelenggarakan perawatan
oleh motivasi. Konflik muncul karena orang sakit atau secara khusus untuk
adanya kenyataan bahwa, para mendalami bidang perawatan tertentu.
anggota bersaing untuk mendapatkan Perawat merupakan salah satu
sumber daya organisasi yang terbatas, komponen penting dan strategis
bertambahnya beban kerja, aliran dalam pelaksanaan layanan
tugas yang kurang dimengerti kesehatan. Kehadiran dan peran
bawahan, kesalahan komunikasi, dan perawat tidak dapat diabaikan. Dalam
adanya perbedaan status, tujuan atau menjalankan tugasnya tersebut,
persepsi (Handoko, 2005). Konflik seorang perawat dituntut untuk
terjadi dikarenakan ada kondisi yang

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

memahami proses dan standar praktik menegangkan, adanya konflik


keperawatan (Sudarma, 2009). interpersonal dengan staf lain dan
Stres kerja perawat dapat terjadi kurangnya pengalaman bekerja di
apabila perawat dalam bertugas ruang IGD. Penelitian Restiaty
mendapatkan beban kerja yang (2006), mendapatkan hasil bahwa
melebihi kemampuannya sehingga kelelahan kerja yang merupakan
perawat tersebut dikatakan gejala fisik stres kerja, artinya
mengalami stres kerja. Manifestasi semakin berat beban kerja di tempat
dari stres kerja perawat antara lain kerja maka semakin tinggi tingkat
akibat karakterisasi pasien, stres kerja.
pengkajian terhadap pasien, dan
aspek lingkungan kerja yang 7. Pengaruh Konflik Intepersonal
mengganggu merupakan langkah (X1) dan Beban Kerja (X2) terhadap
awal dalam menangani masalah- Stres Kerja Perawat (Y)
masalah yang datang mengenai Hasil perhitungan Koefisien
tingkat kepadatan ruangan determinasi (R kuadrat) yang
emergency, efisiensi pelaksanaan dinyatakan dalam persentase
tugas, serta adanya tuntutan untuk mengambarkan besarnya kontribusi
menyelamatkan pasien Levin et al Konflik Interpersonal dan Beban
(dalam Haryanti, 2013). Kerja dalam menentukan variasi
Menurut Munandar (2001) Stres Kerja adalah sebesar 68,7%.
akibat negatif dan meningkatnya sedangkan sisanya (Ɛ) sebesar 3,13%
beban kerja adalah kemungkinan merupakan variabel lain yang tidak
timbul emosi perawat yang tidak diteliti yang mempengaruhi Stres
sesuai yang diharapkan pasien. Beban Kerja selain Beban Kerja pegawai dan
kerja yang berlebihan ini sangat Konflik Interpersonal.
berpengaruh terhadap produktivitas
kerja tenaga kesehatan dan tentu saja
berpengaruh terhadap produktifitas
perawat. Perawat merasakan bahwa
jumlah perawat yang ada tidak
sebanding jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan. Kondisi ini dapat
memicu munculnya stress kerja,
karena semua pasien yang berkunjung
menuntut mendapat pelayanan efektif
dan efisisen sehingga permasalahan
yang dihadapi pasien segera
terselesaikan. Penelitian tentang stres
perawat IGD yang dilakukan di
Malaysia oleh Lexshimi et al. (2007),
hasilnya menunjukan bahwa mereka
mengalami keluhan sakit kepala,
nyeri dada dan nyeri perut. Dari
responden didapatkan bahwa yang
menyebabkan mereka stres
diantaranya adalah: beban bekerja
dengan alat canggih yang sangat

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Hasil penelitian ini 8. Pengaruh Stres Kerja Perawat


membuktikan bahwa konflik (Y) terhadap Kinerja Perawat (Z)
interpersonal dan beban kerja akan Berdasarkan diagram jalur pada
memberikan dampak pada stres kerja gambar 4.3 menunjukan bahwa nilai
perawat di RS Ramahadi. Seseorang dari persamaan regresi, dapat
yang terlalu ambisius memiliki dijelaskan bahwa jika nilai Y (Stres
dorongan kerja yang besar atau beban Kerja ) bernilai nol, maka Z (Kinerja
kerja yang berlebihan, tuntutan Perawat) bernilai 47,663. Sementara
pekerjaan tinggi maka kinerja akan jika Y (Stres Kerja) berubah sebesar
menjadi rendah. Stres kerja akan satu satuan, maka akan memberikan
melemahkan sesorang secara fisik pengaruh penurunan terhadap Z
maupun mental, tanda-tanda beban (Kinerja Perawat) sebesar 0,938.
kerja berlebih adalah mudah Koefisien determinasi
tersinggung, kelelahan fisik dan digunakanuntuk mengetahui seberapa
mental, ketidaktegasan, hilangnya besar persentase pengaruh stres kerja
obyektivitas, kecenderungan berbuat terhadap terhadap Kinerja Perawat
salah, kekhilafan dalam ingatan dan (variabel Z) atau R2 dari stres kerja
terjadinya konflik interpersonal terhadap kinerja perawat sebesar
(Munandar, 2001). Konflik ditempat 70,6% sedangkan sisanya (ε2) 0,294
kerja yang berkepanjangan dan atau 29,4% merupakan faktor lain
pemberian beban kerja yang terlalu yang tidak diteliti yang
berlebihan terhadap karyawan dapat mempengaruhi kinerja perawat.
menimbulkan stres kerja yaitu Hasil penelitian menunjukan
kondisi atau keadaan yang tidak bahwa stres kerja memiliki korelasi
menyenangkan yang dihadapi oleh negatif, artinya apabila stres kerja
setiap orang baik secara fisik maupun meningkat maka akan berdampak
mental. Stres ditempat kerja dapat pada penurunan kinerja pegawai. Ini
memberikan pengaruh buruk terhadap juga berarti bahwa jika para perawat
kinerja individu yang berdampak di RS Ramahadi memiliki stres kerja
negatif terhadap kinerja perusahaan. yang tinggi dalam bekerja, maka
Dalam hubungan secara sifnifikan akan berdampak
interpersonal, komunikasi memiliki pada penurunan kinerja perawat.
peranan yang sangat penting. Stres kerja juga memberikan
Komunikasi menjembatani interaksi kontribusi pengaruh yang cukup
antar individu. Interaksi antar tinggi pada kinerja perawat RS.
individu selalu melibatkan harapan- Ramahadi. Stres kerja dapat sangat
harapan dari tiap individu tersebut. membantu atau fungsional, tetapi juga
Melalui proses komunikasilah dapat berperan salah atau merusak
harapan tersebut disampaikan. Ide kinerja. Secara sederhana hal ini
atau gagasan tiap orang disampaikan berarti bahwa stres kerja mempunyai
juga melalui komunikasi. Komunikasi potensi untuk mendorong atau
yang baik akan mempermudah mengganggu pelaksanaan kerja,
memahami harapan dan keinginan tergantung seberapa besar tingkat
orang lain yang pada akhirnya akan stres. Bila tidak ada stres, tantangan-
mencegah terjadinya kesalahpahaman tantangan kerja juga tidak ada, dan
dan konflik. (Russeng, 2007). prestasi kerja atau kinerja perawat
akan cenderung rendah. Sejalan
dengan meningkatnya stres, kinerja

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

perawat cenderung naik, karena stres signifikan diantara dua variabel


membantu karyawan untuk tersebut.
mengerahkan segala sumber daya
dalam memenuhi berbagai
persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. E. Simpulan
Bila stres telah mencapai “puncak”, Berdasarkan hasil pembahasan
yang dicerminkan kemampuan di bab sebelumnya mengenai
pelaksanaan kerja harian perawat, Pengaruh variable Konflik
maka stres tambahan akan cenderung Interpersonal dan Beban Kerja
tidak menghasilkan perbaikan kinerja. terhadap Stres Kerja serta
Bila stres menjadi terlalu besar, Implikasinya pada Kinerja Perawat
kinerja akan mulai menurun, karena RS Ramahadi, dapat di ambil
stres mengganggu pelaksanaan kesimpulan sebagai berikut :
pekerjaan. Perawat akan kehilangan
kemampuan untuk 1. Berdasarkan pada hasil pengolahan
mengendalikannya, menjadi tidak data deskriptif menunjukan
mampu untuk mengambil keputusan- persespsi responden mengenai
keputusan dan perilakunya menjadi konflik internal diperoleh nilai
tidak teratur. Akibat paling ekstrim, rata-rata jawaban sebesar 3,249
adalah kinerja karyawan menjadi nol, dengan kategori Cukup Baik
karena karyawan menjadi sakit atau 2. Hasil pengolahan data deskriptif
tidak kuat bekerja lagi, putus asa, menunjukan persespsi responden
keluar atau “melarikan diri” dari mengenai beban kerja diperoleh
pekerjaan, dan diberhentikan. nilai rata-rata jawaban sebesar
Munandar (2001) menyatakan 3,402 dengan kategori Baik.
dalam jangka pendek stres kerja yang 3. Hasil pengolahan data deskriptif
dibiarkan begitu saja tanpa menunjukan persespsi responden
penanganan yang serius dari pihak mengenai stres kerja diperoleh
perusahaan dapat membuat karyawan nilai rata-rata jawaban sebesar
menjadi tertekan, tidak termotivasi, 2,911 dengan kategori Cukup
dan frustai yang menyebabkan Baik.
karyawan bekerja tidak optimal 4. Hasil pengolahan data deskriptif
sehingga kinerjanya pun akan menunjukan persespsi responden
terganggu. mengenai kinerja perawat
Hubungan stres kerja dengan kinerja diperoleh nilai rata-rata jawaban
diperkuat oleh penelitian Mokhtar sebesar 3,205 dengan kategori
(2016) mengenai stresor kerja dan Cukup Baik
Kinerja di antara Perawat yang 5. Hasil pengolahan data melalui
bekerja di Unit Perawatan Pediatrik analisis jalur, menunjukan bahwa
dan Intensif menunjukkan bahwa total pengaruh variabel Konflik
Secara keseluruhan, kebanyakan Interpersonal (X1) terhadap Stres
perawat mengalami tingkat stres kerja Kerja (Y) sebesar 39,7%
di atas rata-rata. Penelitian Azmi et al 6. Hasil pengolahan data melalui
(2016) mengenai stres kerja dan analisis jalur, menunjukan bahwa
kinerja petugas Front-liners di Pusat Total pengaruh variabel Beban
Layanan Bersama Malaysia Kerja (X2) terhadap Stres Kerja
menunjukkan adanya hubungan yang (Y) sebesar 29%.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

7. Hasil perhitungan Koefisien 1. Rumah sakit harus segera


determinasi (R kuadrat) yang meminimalisir terjadinya konflik
dinyatakan dalam persentase interpersonal antar perawat satu
mengambarkan besarnya ruangan agar tercipta hubungan
kontribusi Konflik Interpersonal yang rukun dan harmonis, karena
dan Beban Kerja dalam hal ini akan mengakibatkan
menentukan variasi Stres Kerja penurunan kinerja perawat serta.
adalah sebesar 68,7%. sedangkan dan harus menciptakan hubungan
sisanya (Ɛ) sebesar 3,13% komunikasi yang baik agar tercipta
merupakan variabel lain yang tidak rasa toleransi dan mendukung satu
diteliti yang mempengaruhi Stres sama lain sehingga perawat mudah
Kerja selain Beban Kerja pegawai untuk diajak bersama-sama dalam
dan Konflik Interpersonal. hal mencapai tujuan organisasi.
8. Berdasarkan diagram jalur pada Sebagai anggota profesi
gambar 4.3 menunjukan bahwa keperawatan, perawat harus dapat
jika nilai Y (Stres Kerja ) bernilai bekerja sama dengan sesama
nol, maka Z (Kinerja Perawat) perawat dalam rangka
bernilai 47,663. Sementara jika Y meningkatkan mutu pelayanan
(Stres Kerja) berubah sebesar satu keperawatan terhadap klien. Dalam
satuan, maka akan memberikan menjalankan tugasnya, perawat
pengaruh penurunan terhadap Z harus dapat membina hubungan
(Kinerja Perawat) sebesar 0,938. baik dengansesama perawat yang
Koefisien determinasi ada di lingkungan tempat kerjanya.
digunakanuntuk mengetahui Dalam membina hubungan
seberapa besar persentase tersebut, sesama perawat harus
pengaruh stres kerja terhadap mempunyai rasa saling
terhadap Kinerja Perawat (variabel menghargai dan saling toleransi
Z) atau R2 dari stres kerja. yang tinggi agar tidak terjadi sikap
terhadap kinerja perawat sebesar saling curiga dan benc
70,6% sedangkan sisanya (ε2) 2. Pihak Rumah Sakit Ramahadi
0,294 atau 29,4% merupakan Kabupaten Purwakarta harus
faktor lain yang tidak diteliti yang memperbaiki segala hal yang
mempengaruhi kinerja perawat berhubungan beban kerja baik fisik
maupun mental agar agar perawat
E. Rekomendasi tidak memiliki beban pekerjaan
yang berlebih dan dapat bekerja
Berdasarkan kesimpulan dengan optimal dalam melakukan
mengenai Pengaruh variabel Konflik asuhan keperawatan kepada
Interpersonal dan Beban Kerja pasien.
terhadap Stres Kerja serta 3. Rumah sakit harus lebih
Implikasinya pada Kinerja Perawat memperhatikan perihal segala
RS Ramahadi, penulis bermaksud sesuatu yang berhubungan dengan
memberikan saran sebagai suatu stres kerja perawat, karena dilihat
pertimbangan bagi pihak RS dari hasil penelitian menunjukan
Ramahadi Kabupaten Purwakarta bahwa sembilan dari empat belas
sebagai berikut : indikator mengenai stres kerja
berada dalam kategori cukup yang
Saran Praktis
mengarah kepada titik ekstrim

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

kurang memuaskan, yang mana hal Ayed et al. 2014. Exploring the Work
tersebut perlu adanya perhatian Related Stress Sources
mengenai gejala-gejala stres kerja and Its Effect among the
yang dialami perawat agar dapat Palestinian Nurses at the
diminimalisir. Governmental Hospitals,
4. Rumah sakit harus menerapkan vol.5 No 21, 2014.
standar perihal pelayanan yang Diakses pada Tanggal 20
diberikan oleh perawat terhadap Juni 2017.
pasien, agar perawat senantiasa
ramah ketika melakukan asuhan Abu-Helalah et al. 2014. Job Stress
keperawatan serta pentingnya and Job Satisfaction
kesadaran untuk selalu melakukan among healthcare
koordinasi apabila ada kendala professional, European
dalam melakukan asuhan Scientific Journal
keperawatan. November 2014 edition
vol.10, No.32. Diakses
pada Tanggal 20 Juni
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Lain 2017.
1. Penelitian ini baru sebagian
faktor stres kerja dan kinerja Azmi et al. 2016. The Relationship
perawat. Jika dilihat dari faktor between Job Stress and
lain yang mempengaruhi stres Front-liners’ Job
kerja dan kinerja perawat masih Performance in a Shared
cukup besar, diantaranya adalah Service Center in
kondisi fisik pekerjaan dan Malaysia. International
kepuasan. Faktor-faktor tersebut Journal of Social Science
dapat diteliti lebih lanjut oleh and Humanity, Vol. 6,
peneliti berikutnya. No. 7, July 2016. Diakses
2. Selain konflik interpersonal dan pada Tanggal 20 Juni
beban kerja masih ada variabel 2017.
lain yang memberikan pengaruh
terhadap kinerja perawat Baumann A. 2007. Positive Practice
berdasarkan pada pengaruh Environment: Quality
epsilon yaitu sebesar 29,4%. Workplaces = Quality
Oleh karena itu perlu dilakukan Patient Care.
penelitian lanjutan untuk meneliti International Council of
variabel-variabel lain yang Nurses. Diakses pada
mempengaruhi kinerja perawat. Tanggal 13 Mei 2017.
DAFTAR PUSTAKA Cherry, B., & Jacob, S.R. (2005).
Contemporary nursing:
Anoraga, P. 2009. Manajemen Bisnis.
issues, trends, &
Jakarta: Rineka Cipta.
management. Third
edition. Philadelphia:
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Elsevier Mosby.
penelitian suatu
pendekatan praktik.
Clark, J.M. dan Fabien E. Deswarte .
Jakarta: Rineka Cipta.
2008. Introduction to

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Chemicals from Biomass.


A Jhon Wiley and Sons, Handoko. T, Hani. 2005. Manajemen
Ltd Publication. UK. Personalia dan Sumber
Daya Manusia.
Depkes RI. (2006). Instrument Yogyakarta: BPFE.
Evaluasi Penerapan
Standar Asuhan Hardjana, M. A. 1994. Konflik di
Keperawatan Di Rumah tempat kerja. Salatiga :
Sakit, Edisi 6. Jakarta: Satya Wacana.
DepKes.
Haryanti. (2013). Hubungan Antara
Fitri, A. M. 2013. Analisis Faktor- Beban Kerja Dengan
Faktor Yang Stres Kerja Perawat Di
Berhubungan Dengan Instalasi Gawat darurat
Kejadian Stres Kerja RSUD Kabupaten
pada Karyawan Bank. Semarang. STIKES
Jurnal Kesehatan Ngudi Waluyo, Unggaran,
Masyarakat, 2. Diakses Indonesia. Vol 1 No 1 Hal
pada tanggal 15 juni 48-56. Diakses pada
2017. tanggal 7 Juni 2017

Gibson,J.L, Ivancevich, JM & Hung, Kuang Peng., Chung Kuang


Donnelly, J.H. Alih Ling. 2013. When
Bahasa Andriani, N. Communication Effective
1997. organisasi: prilaku, for Reducing
struktur dan proses. (edisi Interpersonal Conflict?
ke-8). Jakarta:Aksara The Moderating Effect of
Binarupa. Credibility and
Benevolence. Department
.2008, Organisasi dan of Business
Manajemen: Perilaku, Administration, Ming
Struktur, Proses, Edisi Chuan University. pp :
Keempat, Terjemahan, 141-152. Diakses pada
Erlangga, Jakarta. Tanggal 22 Juli 2017.

Gunov, Svyatoslav., Gerald M., Ilies. R., Johnson, M., Judge, T.,
Gregory F., Allen D. Keeney, J. 2011. A
2011. Use of the Roboflag within-individual study of
Sythetic Task interpersonal conflict as a
Environment to the work stressor:
Vestigate Workload and Dispositional and
Stress Respons in UAV situational moderators.
Operation. Psychonomic Journal of Organizational
Society, pp : 771-781. Behavior. 32, 1, pp. 44-
64. Diakses pada Tanggal
Hambali, Adang. 2015. Psikologi 22 Juli 2017.
Industri dan Organisasi.
Bandung: Pustaka Setia.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Jex, Steve M & Britt, Thomas W. Performance amongst


(2008). Organizational Nurses Working in
Psychology: A Scientist Pediatric and Intensive
Practitioner Approach Care Units, American
(second edition). New Journal of Nursing
Jersey: John Wiley & Research, 2016, Vol. 4,
Sons, Inc. No. 2, 34-40. Diakeses
pada Tanggal 20 Juni
Kepmenkes RI. 2005. No. 2017.
836/MENKES/SK/VI/200
5 tentang pedoman Mooney, D, James. (2006). Konsep
pengembangan Pengenbangan
manajemen kinerja Organisasi Publik.
perawat dan bidan. Bandung: Sinar Baru
Diakses pada Tanggal 1 Algesindo.
Juli 2017.
Munandar, AS. 2001. Psikologi
Kepmenkes RI. 1979. Surat industri dan organisasi.
Keputusan Menteri Edisi 1. Jakarta : UI Press.
Kesehatan RI No. 262
Tahun 1979 tentang National Safety Council. (2004).
Ketenagaan Rumah Sakit. Management Stress.
Diakses pada Tanggal 14 Jakarta. EGC.
September 2017.
NIOSH. 1999. Stress At Work.
Lexshimi, R., Tahir. S., Santhna, L.P., Columbia. NIOSH.
Nizam, M. D., (2007). Diakses pada Tanggal 9
Prevalence of Stress and Maret 2017
Coping Mechanism
among Staff Nurses in the . 2008. Exposure to
Intensive Care Unit., 2 Stress: Occupational
(2): 146-153. Diakses Hazards in Hospital.
pada Tanggal 22 Juli
2017. Nugrahaeni, D.K. dan Mauliku, N.E.
(2011). Metodologi
Lupiyoadi, Rambat. 2007. Penelitian Kesehatan.
Manajemen Jasa. Cimahi : Stikes A. Yani
Yogyakarta: Andi. Press.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Rasmun. 2004. Stress Koping dan


Evaluasi Kinerja SDM, Adaptasi. Jakarta
Cetakan Keempat, :CV.Sagung Seto.
Penerbit Refika Aditama,
Jakarta. Restiaty.2006. Hubungan tentang
beban kerja dengan
Mokhtar. 2016. The Relationship kelelahan kerjadi RS
between Occupational Surabaya.
Stressors and

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Rivai, Veithzal. 2010. Manajemen a moderator.Journal of


Sumber Daya Manusia Occupational Health
untuk Perusahaan, dari Psychology, 16, 4, pp.
Teori ke Praktik, Jakarta: 424-440. Diakses Pada
PT Rajagrafindo Persada. Tanggal 3 Agustus 2017

Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Stafyla et al. 2013. Gender


Organisasi, Konsep, Differences in work
Kontroversi danAplikasi. Stress, Related to
Alih Bahasa : Hadyana Organizational Conflict
Pujaatmaka. Edisi and Organizational
Keenam. Jakarta: Constrains : An
PT.Bhuana Ilmu Populer. Empirical Research.
International Journal of
.2008. Organizational Economic Science and
Behaviour, Edisi Applied Research, 6(1),
Kesepuluh, Penerjemah PP : 91-101. Diakses
Benyamin Molan, PT. Tanggal 24 Juli 2017
Indeks Kelompok
GRAMEDIA. Stoner, James, A.F. (2008).
Management. Englewood
Saha et al. 2011. Understanding Job cliffs, N.J: prentice hall,
Stress among Healthcare inc.
Staff. Journal of Health
and Allied Suhendi, H & Anggara. 2010.
Science,Volume 10, Issue Perilaku Organisasi.
1; Jan-Mar 2011. Diakses Bandung: CV. Pustaka
pada tanggal 2 Maret Setia.
2017
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Schuller, Randal. S. (1999). Administrasi, Cetakan
Manajemen Sumber Daya Kelima Belas, Penerbit
Manusia Menghadapi Alfabeta, Jakarta.
Abad ke-21, edisi ke-6,
jilid 2. Jakart: Penerbit 2008. Statistika Untuk
Erlangga. Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sedarmayanti. 2010. Sumber Daya
Manusia dan 2014. Metode Penelitian
Pruduktivitas Kerja, Bisnis, Cetakan Ketujuh
Bandung: Mizan. Belas, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Sliter, M.T., Pui, S.Y., Sliter, K.A.,
Lex, S.M. 2011. The Susanto M. (2006). Pengaruh Stes,
differential effects of Konflik dan Hukum
interpersonal conflict Disiplin Terhadap
from customers and Produktivitas Kerja
coworkers: Trait anger as Pegawai di Kantor

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika
NPM :158 020 047 MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT - 2017

Pelayanan Bea dan Cukai Diakses pada Tanggal 3


Tipe A3 Samarinda Mei 2017
Kalimantan Timur.
Diakses pada Tanggal 2 Wahyudi. 2006. Manajemen Sumber
Februari 2017 Daya Manusia. Sulita ;
Bandung.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar
Kepemimpinan dan Wijaya, Jeck Prodes. 2013.
Manajemen Pengertian Dan Teori
Keperawatan. Konflik Sosial.
Terjemahan. Jakarta:
EGC Wijono, S. 2015.Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta:
Tarwaka, (2015). Ergonomi Industri. Prenamedia Group.
Harapan Press, Surakarta
Indonesia Winardi. 2004. Manajemen Perilaku
Organisasi. Cetakan
Ullah. 2012. Job Stress As A Result kedua. Kencana Prenada
OF Interpersonal Media Group, Jakarta.
Conflict. An Empirical
Evidence From The Wirawan, 2009. Sumber Daya
Banking Sector Of Manusia. Jakarta:
Pakistan. Interdiciplinary Salemba Empat.
Journal Of Contemporary
Research In Business,
Vol 3, No 9. Diakses pada
Tanggal 1 Agustus 2017

Utomo, D.P. (2009). Hubungan Stres


Kerja Dengan Adaptasi
Pada Perawat Di
Instalasi Gawat Darurat
RSUD Pandan Arang
Boyolali. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta Vol 2 No 3 Hal
101-105. Diakses pada
Tanggal 2 Maret 2017

PPNI. (2006). Survei Stres Kerja


Perawat.

Russeng, dkk. 2007. Stres Kerja


Pada Perawat di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit
Dr.Tadjuddin Chalid
Makassar. Jurnal FKM
UNHAS Vol.3 No 1.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Serta Implikasinya
pada Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ramahadi Kab.Purwakarta
Nice Dwi Pratika

Anda mungkin juga menyukai