1f05e 7 Modul Pengendalian Pengawasan Pada Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
1f05e 7 Modul Pengendalian Pengawasan Pada Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
MODUL 07
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pengendalian Pengawasan Pada Persiapan
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan
Pengendalian Pengawasan Pekerjaan Konstruksi. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
PUPR.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan
baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus
terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi
ASN di bidang PUPR.
DAFTAR ISI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 - Diagram Prinsip Pengendalian Mutu (terhadap suatu pay item) ........ 20
Gambar 2. 2 - Kerangka Pengendalian Mutu ............................................................ 21
Gambar 2. 3 - Bagan Standar Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Tanah ................. 23
Gambar 2. 4 - Bagan Standar Pelaksanaan Pekerjaan Beton .................................. 24
Gambar 2. 5 - Bagan Alir Pengawasan Kualitas ....................................................... 25
Gambar 5. 1 - Prosedur Usulan Variation Order Pekerjaan Konstruksi..................... 74
Gambar 5. 2 - Prosedur Usulan Change Order Pekerjaan Konstruksi ....................... 75
Gambar 5. 3 - Perbaikan jadwal (revised schedule) .................................................. 78
Gambar 5. 4 - Contoh Laporan Harian ...................................................................... 85
Gambar 5. 5 - Contoh laporan mingguan (1) ............................................................. 86
Gambar 5. 6 - Contoh Laporan Mingguan (2) ............................................................ 87
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Deskripsi
Persyaratan
Metode
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Pengawasan.
Modul ini terdiri dari beberapa bab yang diuraikan sebagai berikut:
16) Evaluasi
b) Materi Pokok 2: Mobilisasi & Sosialisasi
1) Pelaksanaan Mobilisasi
2) Penyiapan Fasilitas Lapangan
3) Sosialisasi
4) Latihan
5) Rangkuman
6) Evaluasi
c) Materi Pokok 3: Pemeriksaan Bersama Pertama (Mutual Chek/ MC
0%)
1) Pengukuran dan Pematokan (Uitzet/ Setting-Out)
2) Pemeriksaan Bersama Mutual Check (MC-0%)
3) Latihan
4) Rangkuman
5) Evaluasi
d) Materi Pokok 4: Tinjauan Desain, Pengendalian Volume & Biaya
1) Tinjauan Desain dan Gambar Kerja
2) Pengendalian Volume Pekerjaan
3) Pengendalian Biaya Pelaksanaan
4) Latihan
5) Rangkuman
6) Evaluasi
e) Materi Pokok 5: Penyiapan & Pengiriman Material
1) Survei Material
2) Perijinan Lokasi Quarry
3) Akses Jalan Masuk (Access Road) & Pengiriman Material
4) Latihan
5) Rangkuman
6) Evaluasi
f) Materi Pokok 6: Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Konsultan
Supervisi
1) Fungsi, Tanggung Jawab dan Tugas Konsultan Pengawas
2) Persiapan Mobilisasi Personil dan Peralatan
3) Kegiatan Persiapan Konsultan Supervisi/ Pengawas
4) Latihan
5) Rangkuman
6) Evaluasi
BAB II
KEGIATAN PERSIAPAN AWAL
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan kegiatan awal
persiapan pelaksanaan konstruksi sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.
6) Keuangan
7) Pengujian
8) PA/ KPA
c) PPHP dibentuk oleh KPA, terdiri dari unsur:
1) PA/ KPA
2) PPK
3) Direksi teknis
4) Tim uji coba (bila diperlukan)
Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam
Akta Pendirian/ Anggaran Dasar, dapat menandatangani Kontrak
Pengadaan Barang/ Jasa, sepanjang pihak tersebut adalah pengurus/
karyawan perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan
mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi
atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/ Anggaran Dasar untuk
menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa.
2.4 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/ Commencement Of Work (COW) dan
Penyerahan Lapangan (SITE HAND OVER)
Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu dari tiga
sasaran utama manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya dan tepat
waktu. Pengendalian mutu didefinisikan sebagai upaya pengawasan dan
tindak turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi agar
memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan di dalam Dokumen
kontrak. Prinsip dasar pengendalian mutu suatu pekerjaan mencakup 2 (dua)
hal yaitu:
a) Dimensi (panjang, lebar, tinggi, tebal, kemiringan, lengkung dsb)
b) Kualitas (kepadatan, kuat tekan, daya dukung tanah, kekerasan dsb)
Uji mutu kualitas hasil pekerjaan sesuai spesifikasi teknis dalam Dokumen
Kontrak, pengertian pengendalian hasil pekerjaan adalah mutu jenis pekerjaan
menurut pay item dalam dokumen kontrak yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Pengendalian mutu harus dilakukan terhadap pelaksanaan dari seluruh pay item,
secara bertahap dilakukan mulai dari komponen bahan baku, bahan olahan dan
hasil pekerjaan, Kualitas harus sesuai sebagaimana dipersyaratkan dalam
spesifikasi teknis.
Pemilihan Jenis-Jenis
Bahan Baku sesuai dg item
pekerjaan.
Lingkup Pengendalian:
Lingkup Dimensi
Lingkup Kualitas
Struktur Pengendalian:
Pengendalian Mutu
Bahan Baku Jenis Pemeriksaan
Metoda Pemeriksaan
Frekuensi
YA
TAHAP-I Spesifikasi Mutu
Toleransi
Bahan siap Olah.
Lingkup Pengendalian:
Lingkup Dimensi
TIDAK
Lingkup Kualitas
StrukturPengendalian:
Pengendalian Mutu
Bahan Olahan. Jenis Pemeriksaan
Metoda Pemeriksaan
Frekuensi
YA
TAHAP-II Spesifikasi Mutu
Toleransi
Komponen Bahan
untuk pekerjaan jadi telah
siap.
Lingkup Pengendalian:
Lingkup Dimensi
TIDAK
Lingkup Kualitas
Struktur Pengendalian:
Pengendalian Mutu
pekerjaan jadi Jenis Pemeriksaan
Metoda Pemeriksaan
TAHAP-III YA Frekuensi
Spesifikasi Mutu
Toleransi
Pekerjaan Jadi
(pelaksanaan pay
item sesuai kontrak)
a) Standar kualitas
SNI 03-6817:2002
SNI ASTM - Standar pengujian beton
2 Pekerjaan Beton C136:2012 - Standar mutu beton
SNI 1972:2008 - Syarat-syarat bahan
SNI 7656:2012
c) Standar Pelaksanaan
Standar pelaksanaan ialah prosedur untuk menjamin tercapainya kualitas
pekerjaan yang dikehendaki. Standar pelaksanaan mencakup
beberapa aspek seperti pemilihan bahan, percobaan-percobaan,
tata cara pelaksanaan (mengolah/ meramu, mengangkut dan
merekayasa). Untuk berbagai jenis pekerjaan standar pelaksanaannya
berbeda-beda, seperti terlihat pada standar pelaksanaan berikut ini:
• Pemeriksaan
bahan
Percobaan Metode Pemeriksaan
timbunan Penimbunan/
pemadatan penimbunan/ hasil
• Percobaan Pemadatan.
timbunan. pemadatan. pekerjaan.
pemadatan
laboratorium.
d) Standar Pengawasan
Standar pengawsan yaitu pengawasan yang harus dilakukan untuk
mencapai kualitas yang dikehendaki. Bagan alur pengawasan kualitas
seperti terlihat pada bagan berikut ini:
2.7 Pemeriksaan
2.7.1 Batasan
Sifat bahan dapat dipengaruhi oleh cuaca, terutama kadar air tanah dan
kadar air permukaan agregat. Sedangkan kualitas pekerjaan dipengaruhi oleh
sifat-sifat bahan. Pengawasan dilapangan dilakukan terhadap faktor-faktor
seperti dalam tabel 2.2.
terdapat:
1) Ketidakcukupan jumlah pengujian yang telah dilakukan
2) Prosedur pengambilan contoh yang digunakan adalah salah
3) Prosedur pengujian yang digunakan adalah salah
4) Alat-alat di laboratorium kontraktor dibawah standar yang sepantasnya
atau tidak mencukupi atau tidak bekerja
5) Pencatatan atau pelaporan untuk hasil-hasil pengujian adalah salah
atau dipalsukan dengan berbagai cara.
Adalah sangat penting bagi Pengendali Mutu untuk tidak mengawasi tugas
tersebut pada waktu yang bersamaan dalam 1 hari atau pada lokasi yang
sama. Kadang-kadang pekerja-pekerja di lokasi produksi bisa sangat hati-hati
apabila mereka pikir pemeriksaan akan dilakukan sebentar lagi dan kemudian
relax setelah Petugas Pengendali Mutu pergi. Apabila ini terjadi, maka
pemeriksaan akan menjadi sia-sia.
terbatas pada:
a) Peralatan laboratorium dan personil.
b) Penyimpanan bahan/ material.
c) Cara pengangkutan material/ campuran ke lokasi kerja.
d) Pengujian material yang akan digunakan.
e) Penyiapan job mix formula campuran.
f) Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan.
g) Test lapangan.
h) Administrasi dan formulir-formulir.
3
Keberadaan Bangunan Utilitas
4
Pembuangan Bahan Galian
5
Pemulihan Lokasi
6
Persiapan Lokasi Pekerjaan
7
Pemeriksaan Tebal hamparan
8
Kadar Air Pemadatan
9
Pemadatan
10
Drainase
1
Permukaan dan Ketinggian Ahir
2 t + 1, t - 2 cm
Rata dan Kelandaian Cukup
II PENGENDALIAN MUTU
1 Pengujian Awal 3 contoh
Pengujian ulang/ rutin setiap 1.000
2
m3
3 Indeks plastisitas 5 test
4 Gradasi 5 test
5 Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
6 CBR 1 test
7 Test Kepadatan sand core 100%
8 Jumlah test Kepadatan Sand core Setiap Jarak ≤ 200m
III PERALATAN
1 Jenis dan Jumlah sesuai atau tidak
Catatan:
1) Perlu Clearance dari Bakin, untuk Expatriate yang berasal dari
negara Sosialis/ Komunis dan Taiwan.
2) Perlu ijin Dep. HANKAM, untuk Expatriate yang berasal dari negara
Timor Timur/ Leste) dan Daerah Perbatasan yang dianggap rawan
(KalimantanBarat, Irian Jaya)
3) Bila Expatriate bekerja di daerah, maka Kasatker/ PPK wajib
melaporkan ke Kantor Depnaker & Kepolisian Setempat.
Pekerjaan
1) Barang/ Peralatan belum diproduksi di dalam negeri
2) Permohonan dari Kontraktor untuk mendapat Persetujuan Kasatker/
PPK
3) Kontraktor harus mendapatkan rekomendasi dari Kasatker/ PPK
sebelum memprosesnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan
baku yang berlaku di dalam urusan impor.
4) Satker/ Instansi Pusat membuat dan mengajukan Rekomendasi yang
ditujukan kepada Direktur Impor Deperindag untuk memperoleh
persetujuan impor dengan fasilitas OR-23
5) Apabila disetujui, maka Direktorat Impor Deperindag akan
menerbitkan Surat Persetujuan Impor yang ditujukan kepada Satker/
Instansi Pusat
6) Dengan dasar persetujuan ini dan pemberitahuan dari kontraktor
tentang data shipment barang/ peralatannya, Satker/ Instansi Pusat
akan membuat rekomendasi yang ditujukan kepada Ditjen Bea Cukai
untuk memperoleh fasilitas pemasukan barang impor
7) Ditjen Bea Cukai akan menerbitkan Surat Persetujuan berupa Surat
Keputusan.
b) Ijin Memasukan Barang/ Peralatan Non Impor (Barang sudah
beradadidalam Negeri) ke Lokasi Pekerjaan:
1) Kontraktor mengajukan Daftar Induk Peralatan (Master List of
Equipment) yang akan didatangkan ke lokasi pekerjaan untuk
mendapat persetujuan Kasatker/ PPK
2) Persetujuan ijin diperoleh dari Kasatker/ PPK, Pengiriman Alat berat/
Peralatan Laboratorium itu baru bisa dilakukan oleh kontraktor
apabila Kasatker/ PPK telah memberikan persetujuan atas
permohonan ijin yang diajukan oleh kontraktor.
c) Ijin Mengoperasikan Peralatan/ Kendaraan Berat
1) Ijin dapat diperoleh dari pihak Kepolisian dengan mengikuti prosedur
dan ketentuan yang berlaku.
d) Ijin Menggunakan Jalan untuk dilewati Peralatan Berat
1) Permohonan Ijin ditujukan kepada Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Raya dengan mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku
2.14 Latihan
2.15 Rangkuman
2.16 Evaluasi
BAB III
MOBILISASI & SOSIALISASI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mempalajari bab ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan kegiatan
mobilisasi dan sosialisasi yang menjadi bagian dari kegiatan pelaksanaan konstruksi.
Di sisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah prosedur pengoperasian yang
sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan serta kemampuanoperator
dalam menggunakan peralatannya. Dalam pengoperasian peralatan perlu
disediakan alat komunikasi antara operator dengan pengendali di lapangan.
PPK harus memeriksa bahwa Peralatan yang akan digunakan harus sudah
dikalibrasi terlebih dulu oleh instansi yang berwenang dan dalam kondisi
terpelihara baik. Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan
pengawasan dan pengendalian mutu atas hasil pelaksanaan pekerjaan
konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor.
lapangan (barak kerja), gudang/ tempat material (semen, koral/ split, pasir),
bengkel (work shop), tempat parkir kendaraan & alat-alat berat, tempat
pengadukan mortal/ beton yang ditakar (batching plant/ batch mixer) harus
diatur sedemikian sehingga lalu lintas dari & ke kompleks kantor lapangan
dapat praktis dan lancar. Misalnya tempat penimbunan pasir, split dan
gudang PC tidak boleh berjauhan dengan batching plant.
Penimbunan pasir dan split tidak boleh terlalu dekat yang kemungkinan
dapat tercampur. Kanan Kiri tempat penimbunanpasir dan split dibuat
saluran drainase kecil supaya air tidak dapat masuk ke daerah penimbunan
tersebut. Penumpukan PC tingginya tidak boleh lebih besar dari 1,50 m (+/ -
13 zak) dalam tempat terlindung dari hujan dan matahari.
a) Kantor Lapangan dibuat Penyedia Jasa dengan bentuk, ukuran dan lokasi
yang ditetapkan oleh Direksi sesuai spesifikasi dalam kontrak.
b) Pembangunan kantor lapangan harus dapat diselesaikan paling lambat 3
minggu untuk kontrak yang berjangka waktu 6 bulan.
3.3 Sosialisasi
3.4 Latihan
3.5 Rangkuman
BAB IV
PEMERIKSAAN BERSAMA PERTAMA (MC-0)
hal misalnya untuk pekerjaan konstruksi irigasi, bias saja terjadi lokasi
awal pengambilan jauh dari lokasi pekerjaan. Adapun yang dekat dengan
lokasi pembuatan bangunan, bisa mengambil BM awal dari daerah sekitar
yang telah ditentukan.
k) Setelah ditentukan bersama berdasarkan kesepakatan letak pengambilan
BM, kemudian dipindahkan ke lokasi pekerjaan secara bertahap sbb.:
1) Pengukuran dengan alat waterpass. Dimulai pengambilan elevasi dari
BM awal, dipindahkan secara bertahap/ berurutan dengan alat bak
ukur dan patok-patok pembantu.
2) Demikian seterusnya setiap jarak 50 m sampai dengan lokasi
pekerjaan.
3) Pada lokasi pekerjaan untuk TBM kedua setelah dari BM awal, diukur
ulang menuju ke BM awal dengan melalui bantuan-bantuan patok
yang telah ada.
4) Setelah elevasi cocok, kemudian dibuat Berita Acara antara Penyedia
Jasa dan Direksi, bahwa TBM kedua dilokasi pekerjaan dinyatakan
sah.
5) TBM kedua dst. diamankan dan diberi tanda/ pagar agar tidak
terganggu elevasinya.
6) Untuk bangunan irigasi biasanya dibuat setiap jarak 200 m sepanjang
saluran irigasi, dan ditempatkan dilokasi yang paling aman. Karena
apabila terjadi TBM yang terganggu, maka hal ini akan sangat
mempengaruhi elevasi/ debit aliran air irigasi.
7) Patok-patok beton tsb. ditanam secara permanen dan vertikal.Patok
beton diusahakan +/ - 20-30 cm diatas permukaan tanah.
8) Baut dipasang sebagai titik elevasi, yang kelihatan hanya kepala
bautnya saja.
9) Letak BM betul-betul harus aman dari gangguan orang, hewan, dll
(diberi pagar agar aman).
10) Penulisan elevasi pada tiap-tiap BM/ TBM harus jelas, dibuat daftar
untuk dibuat Berita Acara.
4.2 Pemeriksaan Bersama Mutual Check 0% (MC-0)
Serah Terima Lapangan (Site Hand Over) dan PPK supaya segera
melaporkan kepada atasan langsungnya (Kasatker) sebelum dimulai
pelaksanaan.
4.3 Latihan
4.4 Rangkuman
4.5 Evaluasi
disebut:
a. Pengkaplingan
b. Quarry
c. Uitzet
d. Asbuilt Drawing
2. Berikut ini adalah beberapa kegiatan dalam pelaksanaan uitzet, kecuali:
a. Patok dipasang sesuai jarak profil pada gambar, elevasi berpedoman
dari BM yang telah ditetapkan/ ditentukan.
b. Uitzet dilaksanakan juga untuk menentukan posisi/ letak pondasi
bangunan
c. Pada awalnya Penyedia Jasa dan Direksi mengadakan pemeriksaan
bersama ke letak/ lokasi Titik Tetap (BM = Bench Mark) yang
ditetapkan sebagai pedoman elevasi yang akan dibawa ke lokasi
pekerjaan.
d. Uitzet dilaksanakan sekaligus pada awal survei perencanaan.
3. Tujuan utama dilaksanakan Mutual Check 0 % adalah:
a. Untuk menghitung keuntungan penyedia jasa.
b. untuk mencapai kesepakatan antara direksi dan kontraktor tentang
kuantitas pekerjaan yang masuk dalam kontrak unit price sebelum
kontrak dimulai.
c. Untuk menyepakati perhitungan komitment fee.
d. Untuk menyepakati jenis-jenis pekerjaan yang wajib dilaksanakan
penyedia jasa diluar kontrak kerja.
BAB V
TINJAUAN DESAIN, PENGENDALIAN VOLUME & BIAYA
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan kegiatan
desain, gambar kerja, pengendalian volume pekerjaan, dan pengendalian biaya pelaksanaan.
Perubahan yang sering terjadi adalah pada kondisi topografi yang mengalami
perubahan drastis, sehingga pada proses selanjutnya perlu pengkajian ulang
atas data-data seperti:data pengukuran, data geoteknik, data trase saluran
dan elevasi saluran dll.
Pada umumnya sesuai dengan dokumen kontrak maka proses review desain
harus dimulai sejak tanda tangan kontrak atau berlakunya kontrak efektif
perjanjian antar pengguna jasa dan penyedia jasa. Persiapan review desain
pada umumnya dimulai pada saat rapat pra-pelaksanaan atau pre-
construction meeting, dimana pada saat rapat tersebut dihadiri oleh semua
unsur, baik dari pengguna jasa atau pemerintah, konsultan dan kontraktor
yang akan melaksanakan.
Data kontrak awal seperti nama kontrak, lokasi proyek, volume efektif, panjang
fungsional, peta lokasi proyek, waktu pelaksanaan, rencana kerja, perbedaan
kondisi desain awal dan desain usulan baru, nama kontraktor dan konsultan
serta waktu mobilisasi kontraktor dan konsultan menjadi bagian penting dalam
proses review desain.
Revisi perkiraan kuantitas ini harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak
mengubah jumlah harga kontrak secara significant. Untuk itu perlu diantisipasi
item pekerjaan yang pada awal kecil volumenya, namun pada saat
pelaksanaan volumenya melonjak tajam. Apalagi jika volume yang kecil
tersebut pada awal tender harga satuannya cukup besar sehingga kenaikan
volume akan mengakibatkan perubahan harga yang cukup besar.
a) Gambar kerja perlu dibuat, apabila: gambar kontrak tidak dilengkapi dengan
gambar penjelasan secukupnya, gambar detail penjelasan tidak ada, dan
apabila digunakan gambar standar pada pekerjaan tertentu.
b) Gambar tambahan perlu dibuat, apabila: Ada peninjauan kembali
(perubahan desain), Ada pekerjaan sementara bersifat khusus yang timbul
pada waktu pelaksanaan, dan Ada pekerjaan tidak terduga atau tidak dapat
diketahui sebelumnya.
c) Gambar kerja & gambar tambahan disebut juga gambar pelaksanaan.
d) Gambar kerja & gambar tambahan memperlihatkan dimensi konstruksi
sebagai penjabaran dari spesifikasi teknis.
e) Gambar kerja& gambar tambahan (work-shop drawing)merupakan acuan
detail untuk pelaksanaan di lapangan, sehingga disebut juga gambar
pelaksanaan.
f) Gambar gambar pelaksanaan merupakan hasil dari pemeriksaan ulang
desain terhadap keadaan lapangan karena terdapat kemungkinan
perubahan (penyesuaian) dengan situasi & kondisi di lapangan.
Gambar kerja ini harus dapat memperlihatkan cara dan urutan kerja, baik
untuk pekerjaan permanen maupun pekerjaansementara dan apabila
dimungkinkan harus detail menunjukkan bagian pembetonan, daftar potong/
bengkok dan perletakan pembesian, jenis material yang digunakan, tingkat
mutu, stasiun/ patok, dimensi pasti dan rincian lain yang dibutuhkan. Dalam
prosedur pembuatan gambar pelaksanaan (gambar kerja & gambar
tambahan), pada dasarnya dilaksanakan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut:
a) Pemeriksaan lapangan dengan melakukan pengukuran ulang.
b) Review desain dan gambar ulang
c) Evaluasi volume dan harga
Pada kondisi perlu dibuat desain ulang, maka dilakukan evaluasi volume &
harga yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas dan disetujui oleh
kontraktor & PPK/ PPTK.
Berdasarkan dari hasil perhitungan volume ini, dilakukan koreksi pada daftar
kuantitas & harga dan merupakan kelengkapan dari gambar kerja (work-shop
drawing) yang akan diakui bersama oleh penandatangan kontrak pada rapat
contract change order (CCO) atau addendum volume pekerjaan.
Perhitungan volume hasil pekerjaan setiap item pekerjaan dikumpulkan dan ini
gambar kerja.
Apabila akumulasi volume yang akan dibayar ternyata akan lebih besar dari
volume yang dihitung berdasarkan dimensi yang ada pada gambar, maka
yang dibayar harus berdasarkan volume yang dihitung berdasarkan gambar.
Tetapi apabila volume hasil pekerjaan ternyata lebih kecil dari volume yang
dihitung dari dimensi gambar, maka yang dibayarkan adalah volume sesuai
hasil pekerjaan yang dilaksanakan. Ini berarti gambar kerja tidak sesuai
dengan yang terlaksana atau terbangun di lapangan. Gambar yang sesuai
pelaksanaan harus dibuat. Gambar ini disebut gambar terlaksana atau
gambar terbangun (as built drawing).
Apabila hasil pelaksanaan pekerjaan persis sama dengan gambar kerja, maka
gambar kerja menjadi gambar terlaksana. Semua gambar, gambar teknik,
gambar kerja dan gambar terlaksana diarsipkan dengan baik, untuk dijadikan
dokumen Pekerjaan. Dokumen Pekerjaan berisi hal-hal penting tentang
Pekerjaan, mencatat hal-hal yang penting selama proses tender dan selama
masa pelaksanaan. Dokumen ini sangat perlu untuk kemudian hari setelah
berlalu bertahun-tahun atau puluhan tahun kemudian.
Contoh:
1) Perubahan tipe pintu sorong baja menjadi type pintu sorong kayu.
2) Perubahan jenis lining pasangan batu menjadi lining beton.
3) Perubahan panjang lining saluran yang menjadi bertambah/
berkurang.
Contoh:
Usulan tambahan item pekerjaan saluran ataupun bangunan yang belum
ada desainnya seperti:
1) Tambah saluran sekunder baru, saluran muka baru dan lain-lain
2) Tambah bangunan-bangunan air baru.
3) Tambah pintu-pintu baru.
5.2.2 Prosedur Pekerjaan Tambah/ Kurang dan Variation Order/ Change Order
a) Dalam keadaan mendesak, PPK dapat memberikan perintah perubahan
secara lisan dan kontraktor harus memenuhi perintah tersebut. Namun
atau kalau sudah diperkirakan tidak akan ada perubahan lagi, supaya
dituangkan dalam bentuk Amandemen Kontrak.
b) Selanjutnya pemeriksaan bersama terhadap tiap satuan kegiatan, terus
dilakukan selama periode pelaksanaan kontrak dan bila masih ada
perubahan dibuatkan Amandemen Kontrak, tetapi apabila ada perbedaan
yang berarti, supaya dibuatkan CCO.
c) Apabila perubahan dan atau penambahan pembiayaan yang
dimungkinkan adalah <10% dari nilai kontrak awal, maka dibuatkan
amandemen kontrak. Tetapi apabila ada perbedaan yang berarti dari
desain awal, maka dibuatkan CCO.
d) Perubahan kegiatan pekerjaan:
1) Apabila pada saat pelaksanaan pekerjaan terdapat perbedaan antara
kondisi lapangan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang
ditetapkan dalam dokumen kontrak, maka direksi/ PPK bersama
penyedia jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi
antara lain:
(a) Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan;
(b) Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan/ mata pembayaran;
(c) Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan lapangan.
2) Nilai pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% dari nilai harga
kontrak awal.
3) Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan
berubah lebih dari 10% dari kuantitas kontrak awal, maka harga satuan
perubahan mata pembayaran utama tersebut disesuaikan dengan
negosiasi harga.
4) Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka penyedia jasa harus
menyerahkan analisa harga satuannya kepada pengguna jasa dan
dilakukan negosiasi teknis dan harga berdasarkan analisa harga satuan
dan harga satuan dasar penawaran.
5) Perintah perubahan pekerjaan harus dibuat secara tertulis oleh Pejabat
Pembuat Komitmen kepada penyedia jasa, ditindaklanjuti dengan
negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan
yang tercantum dalam dokumen kontrak.
Catatan:
Adapun yang dimaksud dengan hal-hal yang dinilai layak atau wajar
untuk perpanjangan waktu, meskipun tidak selalu berakibat pada
perpanjangan waktu total, adalah sebagai berikut.:
1) Pekerjaan Tambah
2) Perubahan Desain
3) Bencana Alam yang dinyatakan oleh Gubernur KDH Provinsi
4) Keterlambatan yang disebabkan oleh pihak Satker/ Unit Satker (antara
lain pembebasan tanah, dan sebagainya.)
5) Masalah yang timbul diluar kewenangan kontraktor, antara lain
pengiriman bahan/ material.
6) Keadaan memaksa force majeur (antara lain huru hara, perang,
bencana alam, khusus untuk bencana alam perlu dinyatakan oleh
Gubernur KDH Provinsi.
Keterlambatan pelaksanaan karena cuaca/ hujan tidak dapat dibenarkan
sebagai alasan untuk perpanjangan waktu kontrak, kecuali hujan yang
luar biasa dan hal ini harus didukung dengan data curah hujan pada saat
pelaksanaan kontrak dibandingkan dengan data curah hujan pada tahun-
tahun sebelumnya
4) Dalam hal Pihak PA/ KPA/ PPK dapat menyetujui usulan yang
diajukan oleh kontraktor, maka terhadap kontrak pekerjaan harus
segera dilakukan proses adendum amandemen kontrak.
a) Cara Langsung
Dengan melakukan:
1) Peninjauan
2) Pengawasan
3) Pemeriksaan
4) Audit
1) Dokumen proyek
Melalui Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) proyek sebagai
pedoman biaya pelaksanaan
(a) termasuk dalam hal metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat
dan efisien
(b) termasuk dalam hal jadwal pelaksanaan proyek yang sesuai
dan efektif
(c) termasuk dalam hal unit price pekerjaan, material dan alat
sesuai rencana yang wajar, murah dan efisien.
Apabila manajemen proyek berhasil mengendalikan biaya tidak lebih dari 90%
kali pendapatan, maka proyek dianggap sukses.
WAPU pada waktu ada transaksi pembelian barang/ jasa, dengan bukti
penerimaan faktur pajak kepada WAPU.
6) Pembayaran utang
Utang yang belum direalisasi pembayaran pada tahun lalu
bisadilakukan pembayaran pada tahun berikutnya, dan hal ini akan
menjadi pengeluaran pembayaran pada arus kas periode tahun
realisasi pembayaran dilaksanakan.
c) Pengelolaan Keuangan.
Pengelolaan keuangan proyek yang baik akan sangat membantu kondisi
likuiditas perusahaan karena sebenarnya proyek merupakan miniature dari
perusahaan yang secara langsung mengelola keuangan perusahaan
sebagai sentra usaha, guna memperoleh laba (profit centre), termasuk
menentukan realisasi arus kas keuangan (cash flow) proyek.
Upaya proyek, bersama manajer proyek dan staff keuangan terkait harus
mampu serta maksimal menjadikan kondisi likuiditas proyek selalu
surplus.
MC mencakup rincian:
(a) Komulatif % kemajuan atau prestasi fisik pekerjaan, ekivalen
dengan komulatif jumlah biaya per Divisi Pekerjaan pada
bulan yang bersangkutan.
(b) Gross Monthly Certificate, (biaya total works complete + biaya
material on site)
(c) Biaya-biaya deductions (pengurangan) terdiri dari: (Retention
5.4 Latihan
perlu direspons dengan melakukan review design (desain ulang) agar umur
rencana tetap tercapai sesuai rancangan awal. Rancangan ini berakibat bill of
quantity berubah dibanding dengan original design.
5.6 Evaluasi
BAB VI
PENYIAPAN DAN PENGIRIMAN MATERIAL
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan kegiatan
penyiapan dan pengiriman material.
b) Pengiriman Material:
1) Mendatangkan material/ bahan timbunan & material agregat dari
Quarry ke gudang/ lokasi disekitar pekerjaan. Untuk mendatangkan
material/ bahan terlebih dulu dilakukan pemeriksaan mutu & volume
bahan dan setelah ternyata hasil pemeriksaannya baik, maka
dilakukan hal-hal sbb.:
(a) Kasatker/ PPK memberikan Rekomendasi terhadap penggunaan
Quarry.
(b) Pembuatan Akses Jalan ke lokasi Quarry harus memperhatikan
dan memecahkan masalah atas dampak lingkungan sekitarnya
akibat penggunaan akses jalan tsb oleh kendaraan dengan
muatan berat.
(c) Perlu Ijin Penggunaan/ Pemanfaatan Quarry dari Pemda dengan
melampirkan data tentang lokasi Quarry, Luas Lahan yang akan
digarap, Volume dan Jenis Bahan yang akan diambil/ digali,
Rencana Penggunaan dan Cara Pengambilan/ Ekspoitasinya.
(d) Mendatangkan Bahan Timbunan & Material Agregat dari Quarry
sekitar lokasi pekerjaan.
(e) Selanjutnya urusan yang berkaitan dengan kewajiban membayar
retribusi akibat penggunaan Quarry tersebut menjadi tanggung
jawab kontraktor.
2) Mendatangkan material/ bahan yang didatangkan dari Luar Lokasi
Pekerjaan seperti bahan pabrikan (aspal, semen, besi beton, kapur,
dan sebagainya). Setelah pengujian sample bahan pabrikan di
laboratorium yang dilaksanakan oleh Konsultan atas perintah
Kasatker/ PPK, maka:
(a) Apabila memang telah memenuhi syarat maka Kontraktor boleh
mendatangkan bahan-bahan di maksud untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan.
(b) Apabila tidak memenuhi syarat tetapi sudah dikirim ke lokasi
Dalam pengiriman material dikenal dengan istilah ritase atau rit. Satu rit (1
rit) artinya pengiriman barang dari lokasi A ke lokasi B dan truk langsung
pulang, atau 1 rit berarti satu kali angkut barang atau satu kali penurunan
barang. Dua rit (2 rit) berarti:
Kalau truk bisa disewa per jam maka jatuhnya nanti bisa lebih mahal,
karena dalam perjalanannya truck yang memiliki badan besar sulit untuk
melewati jalanan terutama ketika macet jam pulang kerja. Kalau dihitung
per jarak tempuh, juga tidak fair bagi pemilik kendaraan, karena waktu
tempuh serta waktu untuk memuat dan membongkar barang relatif lama.
Waktu yang terbuang ini akan sia-sia. Jadi penyewaan truck menganut
sistem ritase, yakni dihitung per satu kali muat dan bongkar barang, atau
satu kali transaksi.
6.4 Latihan
6.5 Rangkuman
100 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
6.6 Evaluasi
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 101
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
102 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
BAB VII
PERSIAPAN PELAKSANAAN JASA KONSULTAN
SUPERVISI / PENGAWASAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan kegiatan
persiapan pelaksanaan Jasa Konsultansi Supervisi/ Pengawas.
Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu:
a) Fungsi Administratif
1) Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak,
terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas
Penyedia Jasa Pemborongan.
2) Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum
atas pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis
penanganan (peningkatan pemeliharaan/ perbaikan, pembangunan
baru).
3) Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa,
foto-foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang
berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian di lapangan lainnya.
4) Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change
Order dan Addendum sehingga perubahan-perubahan kontrak yang
diperlukan dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan
semua aspek yang ada.
5) Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 103
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
104 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 105
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
mengenai kepala.
7) Sepasang sarung tangan, apabila memeriksa bahan yang mungkin
mengotori tangan.
7.4 Latihan
7.5 Rangkuman
106 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
7.6 Evaluasi
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 107
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Simpulan
Kantor Proyek; Kantor proyek dibangun sebagai tempat bekerja pagi para staf
baik staf dari Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapangan, yang
dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan,
mushola, dan toilet. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk
pekerjaan persiapan ini adalah sementara. Oleh karena itu, desain kantor
tersebut juga dibuat tidak permanen.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 109
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Kebutuhan Air Kerja; Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek bisa
diperoleh dari sumur atau PAM (Perusahan Air Minum). Air diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan-kenutuhan seperti tolilet, pencucian kenderaan proyek,
dan keperluan lain yang membutuhkan air.
Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja); Shop Drawing atau gambar kerja,
merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dengan adanya
gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan
terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail tentang pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan pengakhiran pekerjaan konstruksi, serta ketentuan pendukung
terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
110 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. Peraturan Menteri PUPR No. 06/ PRT/ M/ 2008 tentang
Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pemeriksaan
Konstruksi di lingkungan Departemen PU. Berita Negara RI Tahun 2015, No.
429. Menkumham. Jakarta.
Proyek Irigasi Jawa Barat, 1988, Penataran Konstruksi Untuk Pengawas Lapangan
dan Pengawas Pekerjaan, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU,
September 1988.
Balai Diklat. PU. Wilayah II, 2005, Diklat Pengawasan Lapangan, Pusdiklat
Sekretariat Jenderal, Kementerian PU, Oktober 2005.
Pusdiklat, 2010, Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK) Bidang Sumber Daya Air,
Sekretariat Jenderal, Kementerian PU, Oktober 2010.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 111
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
GLOSARIUM
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 113
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
114 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 115
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
116 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 117
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
efisien.
118 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 119
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
120 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 121
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
122 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 123
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
124 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 125
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
126 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
KUNCI JAWABAN
Latihan
1. Tujuan penyelenggaraan Pre Construction Meeting (PCM) adalah
menyatukan pengertian terhadap seluruh isi Dokumen Kontrak dan
membuat kesepakatan-kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum
terdapat di dalam Dokumen Kontrak serta membahas jalan keluar
terhadap kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan
konstruksi.
2. Substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting (PCM)
adalah sebagai berikut:
a) Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak
b) Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan
c) Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan
3. Kepadatan Kering Maksimal Laboratorium; Tes Kepadatan Sand Cone
Evaluasi
1. D
2. A
2. D
Latihan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 127
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Evaluasi
1. B
2. A
3. B
Latihan
1. Kegiatan pengukuran dan pemasangan tanda-tanda patok yang merupakan
pemindahan gambar rencana ke lapangan yang menggambarkan lokasi,
arah, jarak dan elevasi/ ketinggian bangunan.
2. Untuk mencapai kesepakatan antara direksi dan kontraktor tentang
kuantitas pekerjaan yang masuk dalam kontrak unit price sebelum kontrak
dimulai
3. Dalam hal Tim/ Panitia tsb. tidak dibentuk, maka untuk melakukan
pemeriksaan bersama dan melaksanakan kegiatan penelitian terhadap
kontrak, dapat dilaksanakan oleh PPK masing-masing dibantu oleh para
staf terkait pekerjaan.
128 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Evaluasi
1. C
2. D
3. B
Latihan
1. Apabila perubahan dan atau penambahan pembiayaan yang dimungkinkan
adalah < 10% dari nilai kontrak awal, maka dibuatkan amandemen kontrak.
Tetapi apabila ada perbedaan yang berarti dari desain awal, maka
dibuatkan CCO.
2. Change Order yaitu usulan pekerjaan tambah/ kurang dimana pekerjaan
utama tidak mengikuti desain awal atau terdapat usulan pekerjaan baru
sama sekali.
3. Variation Order yaitu usulan pekerjaan tambah/ kurang dimana pekerjaan
utama masih sesuai desain, tetapi terdapat usulan perubahan (variasi)
pada beberapa item mata pembayaran.
Evaluasi
1. D
2. A
3. D
Latihan
1. Pelaksanaan survai material dilakukan untuk tujuan pemeriksaan mutu &
volume bahan baku di Quarry dan pengujian bahan produk Pabrikan.
2. Proses Ijin Penggunaan/ Pemanfaatan Quarry/ Borrow Area, dilaksanakan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Kontraktor mengajukan permintaan rekomendasi penggunaan Quarry
yang ditujukan kepada Kasatker/ PPK
b) Kasatker/ PPK memberikan rekomendasi penggunaan Quarry.
Permohonan ijin penggunaan/ pemanfatan Quarry dari Kontraktor
ditujukan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 129
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Evaluasi
1. A
2. B
2. C
Latihan
1. Kegiatan yang dilakukan supervise dalam tahap persiapan pelaksanaan
konstruksi:
a) Mengajukan usulan rencana kerja pengawasan untuk mendapat
persetujuan pengguna jasa.
b) Memberikan pendapat terhadap dokumen perencanaan.
c) Mengajukan usulan wakil pengawas konstruksi beserta
kewenangannya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa.
d) Menyerahkan jaminan uang muka, dalam hal diperjanjikan adanya
pembayaran uang muka.
2. Konsultan Supervisi mendapartkan ganti rugi apabila: pengguna jasa
terlambat memberi keputusan terhadap usulan rencana kerja pengawasan
dan usulan wakil pengawas konstruksi yang dapat mengakibatkan kerugian
pada pengawas konstruksi (konsultan supervisi), serta akibat pengguna
jasa terlambat membayar uang muka.
3. Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi,
yaitu:
a) Fungsi administratif
1) Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen
kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan
tugas Penyedia Jasa Pemborongan.
2) Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat
memorandum atas pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker
130 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 131
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
132 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PENGENDALIAN PENGAWASAN PADA PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
4.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 134