6419 13978 1 PB
6419 13978 1 PB
1 – Juni 2015
ABSTRAK : Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang mempunyai
nilai yang tinggi. Pengakuan UNESCO tahun 2009 yang menyebutkan batik
merupakan warisan budaya Indonesia, berimbas pada dunia batik Indonesia dan
diikuti meningkatnya industri batik di Indonesia. Tetapi yang disayangkan,
perkembangan batik dan diikuti pertumbuhan usaha batik di Indonesia ini, belum
sejalan dengan positioning-nya batik di hati konsumen batik. Salah satu
penyebabnya adalah tidak semua pengusaha batik sadar akan kekuatan merek
kepada usahanya. Padahal Brand (branding) merupakan salah satu elemen penting
untuk menentukan apakah sebuah industri batik bisa mendapatkan eksistensi usaha.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesadaran pemilik usaha
batik Pekalongan Jawa Tengah terhadap Branding (merek) usahanya, dan untuk
mengetahui pengaruh branding batik terhadap perilaku pembeli batik dan loyalitas
konsumen. Penelitian ini akan dilakukan terhadap pemilik usaha batik di dua sentra
terbesar batik Pekalongan, yaitu di Sentra Batik Kauman dan Pesindon. Variable
strategi branding adalah: citra merek (brand image), karakteristik merek, brand
equity, differential effect, brand knowledge, loyalitas merek dan investasi merek.
Objek penelitian kedua adalah konsumen batik yang membeli produk batik di UMKM
batik pekalongan. Akan mengupas tentang perilaku konsumen dan loyalitas
konsumen. Penelitian pada tahun pertama, meliputi 3 tahap 1)melakukan pemetaan
tentang strategi branding (merek) UMKM batik Pekalongan, 2)menganalisa perilaku
konsumen batik terhadap adanya branding batik, 3)menganalisa loyalitas konsumen.
Metode analisis data responden pemilik usaha batik adalah dengan analisis cluster,
dan data responden konsumen menggunakan analisis SEM AMOS 16,0.
Hasil analisis data adalah, bahwa pengusaha di Pekalongan sudah memiliki strategi
branding (merek), tetapi belum berjalan dengan baik. Nilai penerapan strategi
branding adalah sebesar 49% dalam kategori sedang dan 29% dalam kategori baik.
Nilai tertinggi adalah indikator citra merek sebesar 7,52, sedangkan nilai terendah
adalah loyalitas merek sebesar 5,1. Sedangkan hasil kedua menunjukkan hasil
bahwa Perilaku Konsumen tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
Strategi Branding usaha batik di Pekalongan. Dan Loyalitas Konsumen tidak memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap Strategi Branding usaha batik di
Pekalongan. Dan saran yang diajukan, pengusaha batik di Pekalongan walaupun
sistem order didominasi oleh pesanan partai besar oleh toko batik besar, sebaiknya
tetap memperhatikan strategi Branding (merek) usahanya, hal ini karena
berhubungan dengan kualitas produk yang berimbas terhadap eksistensi usaha batik
di Pekalongan.
Keyword : strategi Branding, perilaku konsumen, loyalitas konsumen, batik
Pekalongan
19
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
sebagai warisan budaya milik Indonesia (sistem subcont). Pengrajin pasrah saja
pada tanggal 9 Oktober 2009. Hal ini jika produk batik yang mereka hasilkan
menjadi titik balik batik di Indonesia. Ini diberi label nama pabrik lain. Hal ini
berimbas pada dunia batik Indonesia terjadi karena banyak faktor, salah satu
yang mulai bergeliat dan semakin maju. faktor kendalanya adalah belum ada
Semakin menggeliatnya batik di kesadaran dari pengrajin batik
Indonesia, berimbas pula dengan tradisional ini untuk membuat merek
meningkatnya industri batik di Indonesia. (branding) untuk kain batik yang mereka
Pedagang-pedagang batik tumbuh produksi. Secara kualitas pengrajin
bagaikan jamur di musim penghujan. tradisonal ini tidak kalah bersaing, tetapi
Sistem penjualan mereka juga semakin secara positioning yang berdampak
beragam dan kreatif, yaitu perjualan pada kelangsungan hidup usaha,
secara tradisional maupun penjualan mereka belum mampu bersaing dengan
secara online. Salah satu contoh sistem pengusaha batik yang sudah sadar dan
penjualan secara tradisional adalah menerapkan strategi merek (branding)
pasar batik di Pekalongan. Pasar batik untuk usahanya.
Pekalongan semakin hari semakin Pengusaha batik ataupun
bertambah banyak jumlah pengrajin batik seharusnya mulai sadar
pedagangnya. Hal ini sejalan dengan tentang pentingnya pemasaran. Salah
permintaan batik yang semakin satu strategi pemasaran adalah
meningkat dari hari kehari. marketing mix (4P), dan secara kusus
Tetapi yang disayangkan, adalah strategi promosi (promotion mix).
perkembangan batik dan diikuti Salah satu strategi promotion adalah
pertumbuhan usaha batik di Indonesia strategi Merek (branding).
ini, belum sejalan dengan positioning- Permasalahan branding batik pernah
nya batik di hati konsumen batik. disampaikan oleh Rahardi Ramelan,
Sebagian besar konsumen batik, hanya bahwa supaya industri batik dapat
mengerti corak batik, menyukai warna bertahan (eksistensi) dipersaingan
batik, dan mencari harga yang murah, bisnis global maka harus melakukan
tanpa mempedulikan dari mana batik itu pendekatan merek (branding) dan
diproduksi. Pengusaha dan pengrajin pengamanan supply chain. Brand
batik juga tidak mempedulikan merek (branding) atau merk tidak pelak lagi
(brand) batik mereka. Bahkan fenomena merupakan salah satu elemen penting
yang terjadi, banyak pengrajin batik untuk menentukan apakah sebuah
hanya membuat dan memproduksi kain industri batik bisa terus menjulang dan
batik untuk memenuhi pesanan produk mendapatkan eksistensi usaha. Sebuah
dari produsen batik yang lebih besar merk yang kuat (strong brand) akan
20
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
21
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
22
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
23
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
24
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
"amba", yang bermakna "menulis" dan batik kauman pekalongan dan kampung
"titik" yang bermakna "titik". batik Pesindon pekalongan.
Batik secara historis berasal Tujuan dan manfaat penelitian
dari zaman nenek moyang yang dikenal 1. Memberikan gambaran rinci
sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis tentang strategi branding (merek)
pada daun lontar. Saat itu motif atau batik pada UMKM batik Pekalongan
pola batik masih didominasi dengan Jawa Tengah
bentuk binatang dan tanaman. Namun 2. Memberikan gambaran tentang
dalam sejarah perkembangannya batik kontribusi strategi branding (merek)
mengalami perkembangan, yaitu dari usaha batik dengan perilaku
corak-corak lukisan binatang dan konsumen dan loyalitas konsumen
tanaman lambat laun beralih pada motif di UMKM batik pekalongan Jawa
abstrak yang menyerupai awan, relief Tengah.
candi, wayang beber dan sebagainya. 3. Memberikan informasi kepada
F. UMKM Batik Di Pekalongan Jawa wirausahawan yang akan dan
Tengah sudah membangun usaha batik,
Batik Pekalongan termasuk tentang pentingnya strategi
batik pesisir yang paling kaya akan branding (merek) untuk
warna. Sebagaimana ciri khas batik mengembangkan usaha mereka.
pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat 4. Sebagai dukungan terhadap
naturalis. Jika dibanding dengan batik penelitian terdahulu, dan
pesisir lainnya Batik Pekalongan ini dikembangkan penelitian terhadap
sangat dipengaruhi pendatang usaha batik.
keturunan China dan Belanda. Motif 5. Pengelolaan strategi branding
Batik Pekalongan sangat bebas, dan (merek) adalah hal yang
menarik, meskipun motifnya terkadang merupakan dasar untuk sebuah
sama dengan batik Solo atau Yogya, usaha, tetapi untuk membuat dan
seringkali dimodifikasi dengan variasi memantapkan secara hukum (HKI
warna yang atraktif. Tak jarang pada merek) memerlukan biaya yang
sehelai kain batik dijumpai hingga 8 tidak sedikit. Untuk itu pengolahan
warna yang berani, dan kombinasi yang harus dilakukan dengan cermat,
dinamis. Motif yang paling populer di terinci dan memerlukan
dan terkenal dari pekalongan adalah penanganan yang kreatif dari mulai
motif batik Jlamprang. pembuatan rancangan design
Ada dua tempat sentra batik merek, pemasaran, sampai ke
terbesar di pekalongan, yaitu Kampung proses pematenan merek untuk
usaha. Oleh karena itu perlu
25
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
adanya jaringan dengan pihak lain, table random sampling. Jumlah sample
misalnya dengan Dinas ditentukan menggunakan dasar bahwa
Perindustrian Kabupaten jumlah sample yang representatif untuk
Semarang, KADIN Jawa Tengah analisis SEM adalah minimal 5 s/d 10
dan pihak-pihak lain. kali indikator (Agusti Ferdinand tae).
METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data
Jenis data yang dipergunakan tentang strategi branding usaha batik
dalam penelitian ini adalah data primer dengan perilaku konsumen dan
dan data sekunder. Metode loyalitas konsumen batik di UMKM batik
pengumpulan data dengan metode pekalongan Jawa Tengah dilakukan
wawancara, observasi dalam kuesioner. dengan menggunakan metode survey
Populasi dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner (self report).
pengusaha atau pengrajin batik di Pengukuran data interval dilakukan
Pekalongan Jawa Tengah, yang akan dengan teknik bipolar adjectif (agree-
diambil di sentra batik Kauman dan diagree scale) mempergunakan skala 1-
sentra batik Pesindon.. Populasi 10 point untuk mendapatkan data yang
penelitian yang kedua adalah dari bersifat interval dengan diberi skor atau
konsumen batik Pekalongan, kususnya nilai 1 (sangat tidak setuju) dan 10
adalah batik yang dijual di 4 pasar batik (sangat setuju). Penggunaan skala 1-10
terbesar di Pekalongan Jawa Tengah. dalam penelitian ini dikarenakan
Sampel penelitian adalah pemilik bisnis kebiasaan pola pikir masyarakat
batik dijadikan acuan dalam indonesia dalam kehidupan sehari-hari
menganalisis strategi branding batik. dengan skala 1 – 10, serta untuk
Teknik pengambilan sample pengusaha mendapatkan data yang bersifat
adalah dengan sample jenuh, atau univesal.
semua populasi diambil untuk sample Teknik analisis yang
penelitian. Total sample pengusaha digunakan untuk mengukur tingkat
berjumlah 83 pengusaha batik. Sampel perilaku konsumen dan loyalitas
penelitian yang kedua adalah konsumen konsumen terhadap strategi branding
yang membeli produk batik Pekalongan. (merek) produk batik Pekalongan adalah
Pengambilan sampel konsumen batik analisis SEM yang dioperasikan melalui
Pekalongan dilakukan secara simpel progam Analysis of Moment Structure
random sampling, dimana setiap (AMOS) 16,0. Variabel-variabel laten
responden mempunyai kesempatan (kontruks) yang ada diwujudkan dalam
yang sama untuk dimasukkan sebagai variabel manifest (indikator) dan
sample penelitian. Penentuan sample dijabarkan lagi menjadi item-item
secara acak menggunakan alat bantu pertanyaan. Jawaban pertanyaan dari
26
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
responden ini diukur lagi dengan suatu angka (skor). Selanjutnya skor ini diolah
skala sehingga hasilnya berbentuk dengan metode statistik
Kajian teoritik
Perilaku
Implementasi konsumen
strategi branding
(lokasi : sentra Loyalitas
batik pekalongan) konsumen
27
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
28
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
29
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
30
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
31
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
32
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
KAUMAN PESINDON
NO INDIKATOR
total rata-rata total rata-rata
33
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
Pemetaan strategi
branding (merek)
SB Kategori SB Kategori
sedang tinggi
Motivasi dasar
(workshop)
Citra merk
Karakteristik merek
Brand equity
Different effect
Brand knowledge
Loyalitas merek
Invenstasi merek
Brand positioning
brand idnntity
brand personal
brand comunity
34
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
35
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
.21 .09
.56
e12 lk1 .75
.30 .55 Loyalitas
e13 lk2
.60 .77 Konsumen
e14 lk3
36
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
37
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
Tetapi secara logo dan merek mereka bagus dan terkenal, tetapi membeli
belum menglobal atau mempunyai nama dengan kecenderungan yang ada dan
besar seperti batik Danar Hadi atau tersedia. Karena strategi menjual dari
batik Keris atau batik Alluire. pengusaha batik di pekalongan rata-rata
Pengusaha batik pekalongan adalah menjual produk mereka dengan
kususnya pengusaha batik di Kampung merek usaha dan produksi.
batik Pesindon, sudah sadar akan brand Hanya sebagian kecil
loyalti. Dan menggunakan merek konsumen penelitian ini yang
mereka secara konsisten. Terbukti menyatakan loyal terhadap merek –
dengan banyaknya pengusaha batik di merek tertetntu dari batik pekalongan.
pekalongan yang hasil produksi adalah Tetapi secara total keseluruhan hasil,
sub kontrak dari pengusaha batik besar tidak terdapat korelasi antara perilaku
nasional. Bahkan sudah ada batik di konsumen dan loyalitas konsumen
Pekalongan yang mengikuti pemeran di terhadap strategi branding batik di
luar negeri atas ajakan Desperindagkop pekalongan. Hal ini juga menunjukkan
kota Pekalongan, karena dinilai memiliki bahwa ada unsur ketidakpeduliaan
hasil produksi dan sistem pengelolaan pengusaha batik terhadap konsistensi
yang baik. Sebagai contoh adalah batik strategi branding mereka. Hal ini terjadi
Griya Mas di Pesindon, dan batik Zend karena pengusaha batik Pekalongan
di Kauman. baru menyadari tentang strategi
B.2. Konsumen batik branding baru dalam waktu yang
Hasil analisis data dari singkat. Dan strategi branding yang
konsumen batik di Pekalongan sekarang diterapkan masih dalam
menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi berproses. Hasil penelitian ini akan
antara perilaku konsumen dan loyalitas menunjukkan hasil yang berbeda, jika
konsumen terhadap strategi branding konsumen yang diambil datanya adalah
(merek) di Pekalongan. Hal ini terjadi konsumen besar seperti batik danar hadi
karena responden kosnumen yang atau batik keris.
diambil adalah responden konsumen KESIMPULAN DAN SARAN
yang ada dan sedang berbelanja di Hasil analisis data dapat ditarik
pasar Pekalongan. Dan rata-rata kesimpulan sebagai berikut :
konsumen yang diambil adalah 1. Pengusaha
konsumen retail atau dipakai sendiri dan 1.1. Sebagian besar pengusaha di
konsumen kulakan tetapi dengan taraf kauman dalam kategori
skala kecil. Konsumen jenis ini sedang, dan sebagian dalam
berbelanja batik di Pekalongan bukan kategori baik
untuk mendapatkan merek batik yang
38
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
39
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015
40