Anda di halaman 1dari 22

TEKNOBUGA Volume 2 No.

1 – Juni 2015

IMPLEMENTASI STRATEGI BRANDING USAHA BATIK


DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DAN
LOYALITAS KONSUMEN PADA UMKM BATIK PEKALONGAN JAWA
TENGAH

Rina Rachmawati, Sicilia Sawitri.


TJP, Fakultas Teknik UNNES

ABSTRAK : Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang mempunyai
nilai yang tinggi. Pengakuan UNESCO tahun 2009 yang menyebutkan batik
merupakan warisan budaya Indonesia, berimbas pada dunia batik Indonesia dan
diikuti meningkatnya industri batik di Indonesia. Tetapi yang disayangkan,
perkembangan batik dan diikuti pertumbuhan usaha batik di Indonesia ini, belum
sejalan dengan positioning-nya batik di hati konsumen batik. Salah satu
penyebabnya adalah tidak semua pengusaha batik sadar akan kekuatan merek
kepada usahanya. Padahal Brand (branding) merupakan salah satu elemen penting
untuk menentukan apakah sebuah industri batik bisa mendapatkan eksistensi usaha.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesadaran pemilik usaha
batik Pekalongan Jawa Tengah terhadap Branding (merek) usahanya, dan untuk
mengetahui pengaruh branding batik terhadap perilaku pembeli batik dan loyalitas
konsumen. Penelitian ini akan dilakukan terhadap pemilik usaha batik di dua sentra
terbesar batik Pekalongan, yaitu di Sentra Batik Kauman dan Pesindon. Variable
strategi branding adalah: citra merek (brand image), karakteristik merek, brand
equity, differential effect, brand knowledge, loyalitas merek dan investasi merek.
Objek penelitian kedua adalah konsumen batik yang membeli produk batik di UMKM
batik pekalongan. Akan mengupas tentang perilaku konsumen dan loyalitas
konsumen. Penelitian pada tahun pertama, meliputi 3 tahap 1)melakukan pemetaan
tentang strategi branding (merek) UMKM batik Pekalongan, 2)menganalisa perilaku
konsumen batik terhadap adanya branding batik, 3)menganalisa loyalitas konsumen.
Metode analisis data responden pemilik usaha batik adalah dengan analisis cluster,
dan data responden konsumen menggunakan analisis SEM AMOS 16,0.
Hasil analisis data adalah, bahwa pengusaha di Pekalongan sudah memiliki strategi
branding (merek), tetapi belum berjalan dengan baik. Nilai penerapan strategi
branding adalah sebesar 49% dalam kategori sedang dan 29% dalam kategori baik.
Nilai tertinggi adalah indikator citra merek sebesar 7,52, sedangkan nilai terendah
adalah loyalitas merek sebesar 5,1. Sedangkan hasil kedua menunjukkan hasil
bahwa Perilaku Konsumen tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
Strategi Branding usaha batik di Pekalongan. Dan Loyalitas Konsumen tidak memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap Strategi Branding usaha batik di
Pekalongan. Dan saran yang diajukan, pengusaha batik di Pekalongan walaupun
sistem order didominasi oleh pesanan partai besar oleh toko batik besar, sebaiknya
tetap memperhatikan strategi Branding (merek) usahanya, hal ini karena
berhubungan dengan kualitas produk yang berimbas terhadap eksistensi usaha batik
di Pekalongan.
Keyword : strategi Branding, perilaku konsumen, loyalitas konsumen, batik
Pekalongan

PENDAHULUAN mencirikan keunikan dan keberagaman


Batik sudah merupakan bangsa Indonesia. Batik semakin
identitas bagi bangsa Indonesia, menggema gaungnya di Indonesia,
keunikan dan kebergamanan motif batik setelah UNESCO menetapkan batik

19
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

sebagai warisan budaya milik Indonesia (sistem subcont). Pengrajin pasrah saja
pada tanggal 9 Oktober 2009. Hal ini jika produk batik yang mereka hasilkan
menjadi titik balik batik di Indonesia. Ini diberi label nama pabrik lain. Hal ini
berimbas pada dunia batik Indonesia terjadi karena banyak faktor, salah satu
yang mulai bergeliat dan semakin maju. faktor kendalanya adalah belum ada
Semakin menggeliatnya batik di kesadaran dari pengrajin batik
Indonesia, berimbas pula dengan tradisional ini untuk membuat merek
meningkatnya industri batik di Indonesia. (branding) untuk kain batik yang mereka
Pedagang-pedagang batik tumbuh produksi. Secara kualitas pengrajin
bagaikan jamur di musim penghujan. tradisonal ini tidak kalah bersaing, tetapi
Sistem penjualan mereka juga semakin secara positioning yang berdampak
beragam dan kreatif, yaitu perjualan pada kelangsungan hidup usaha,
secara tradisional maupun penjualan mereka belum mampu bersaing dengan
secara online. Salah satu contoh sistem pengusaha batik yang sudah sadar dan
penjualan secara tradisional adalah menerapkan strategi merek (branding)
pasar batik di Pekalongan. Pasar batik untuk usahanya.
Pekalongan semakin hari semakin Pengusaha batik ataupun
bertambah banyak jumlah pengrajin batik seharusnya mulai sadar
pedagangnya. Hal ini sejalan dengan tentang pentingnya pemasaran. Salah
permintaan batik yang semakin satu strategi pemasaran adalah
meningkat dari hari kehari. marketing mix (4P), dan secara kusus
Tetapi yang disayangkan, adalah strategi promosi (promotion mix).
perkembangan batik dan diikuti Salah satu strategi promotion adalah
pertumbuhan usaha batik di Indonesia strategi Merek (branding).
ini, belum sejalan dengan positioning- Permasalahan branding batik pernah
nya batik di hati konsumen batik. disampaikan oleh Rahardi Ramelan,
Sebagian besar konsumen batik, hanya bahwa supaya industri batik dapat
mengerti corak batik, menyukai warna bertahan (eksistensi) dipersaingan
batik, dan mencari harga yang murah, bisnis global maka harus melakukan
tanpa mempedulikan dari mana batik itu pendekatan merek (branding) dan
diproduksi. Pengusaha dan pengrajin pengamanan supply chain. Brand
batik juga tidak mempedulikan merek (branding) atau merk tidak pelak lagi
(brand) batik mereka. Bahkan fenomena merupakan salah satu elemen penting
yang terjadi, banyak pengrajin batik untuk menentukan apakah sebuah
hanya membuat dan memproduksi kain industri batik bisa terus menjulang dan
batik untuk memenuhi pesanan produk mendapatkan eksistensi usaha. Sebuah
dari produsen batik yang lebih besar merk yang kuat (strong brand) akan

20
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

membuat kinerja bisnis terus menaik. adalah peraturan pemerintah yang


Branding pada dasarnya merupakan mewajibkan pegawai negeri untuk
rancangan strategi yang difokuskan memakai seragam batik, yang diikuti
pada upaya menciptakan perbedaan pula oleh manajemen perusahaan
(differentiation) pada produk atau jasa swasta dan perusahaan asing di
(service) yang ditawarkan kepada Indonesia. Prosentase konsumen yang
konsumen supaya tampil berbeda merupakan pencinta sejati batik lebih
dibanding kompetitor. Dalam bidang kecil dibandingkan konsumen yang
pemasaran, branding sesungguhnya mengkonsumsi batik seperti ciri tersebut
lebih dari sekedar mengkomunikasikan diatas.
simbol, slogan, tapi juga janji yang akan Loyalitas konsumen
diberikan manakala konsumen merupakan tujuan inti yang diupayakan
menggunakan produk (Bey syafaat). oleh pengusaha. Hal ini dikarenakan
Semakin kuat pengusaha atau pengrajin dengan loyalitas dapat dipastikan
industri batik mampu mencuri interest perusahaan akan mendapatkan
dan attention konsumen ditengah- keuntungan. Loyalitas konsumen sangat
tengah ‘rimba’ ribuan brand setiap hari, penting untuk dikenali pengusaha dalam
maka akan semakin besar peluangnya menetukan strategi yang diperlukan
untuk bernaung di hati konsumen. untuk meraih, memperluas dan
Disinilah pentingnya sebuah strategi mempertahankan pasar. Karena kunci
pemasaran komunikasi agar brand bisa kelangsungan hidup usaha salah
out standing diantara brand lainnya. satunya ditentukan oleh loyalitas
Perilaku konsumen adalah konsumen.
proses dan aktivitas ketika seseorang Batik pekalongan adalah salah
berhubungan dengan pencarian, satu motif batik yang populer di
pemilihan, pembelian, penggunaan, Indonesia. Keunggulan batik pekalongan
serta pengevaluasian produk dan jasa adalah adanya warna-warna yang
demi memenuhi kebutuhan dan berani dan cerah. Keunggulan lainnya
keinginan. Berdasarkan study literature adalah motif batik Pekalongan yang
dan didukung survei sekilas tentang selalu mengikuti jaman, tidak monoton,
konsumen batik di Indonesia, rata-rata dan menghindari kesan klasik sehingga
konsumen batik Indonesia mudah dipakai oleh kalangan manapun.
menggunakan dan membeli batik karena Sentra terbesar batik Pekalongan
faktor trend. Trend pemakaian batik adalah di Sentra Batik Kauman dan
terjadi disebabkan adanya euforia sentra batik Pesindon Pekalongan.
pengakuan “kemenangan” batik sebagai Ratusan pengrajin batik terdapat di
karya asli milik Indonesia. Faktor lain kedua sentra batik tersebut. Pengusaha

21
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

batik di Pekalongan dapat digolongkan sampel di batik Pekalongan, karena


kedalam tiga elemen pengusaha, 1) batik Pekalongan dinilai merupakan
Pengusaha yang punya modal besar, 2) motif batik yang paling digemari oleh
Pengrajin batik (barbaran) dan 3) konsumen Indonesia. Hal ini merupakan
Pengusaha mandiri. Ketiga elemen simpulan peneliti dari berbagai literature
pengusaha batik di Pekalongan ini dan hasil survei, bahwa motif batik
mempunyai karakteristik dan Pekalongan sudah tersebar di berbagi
keistimewaan masing-masing. Beragam daerah di Indonesia, bahkan sampai
merek batik juga ada di Pekalongan. mancanegara.
Baik merek sesuai dengan nama toko
mereka atau nama merek yang TINJAUAN PUSTAKA
pengusaha atau pengrajin batik gunakan A. Pemasaran
untuk pembeda dengan produk batik Pemasaran (Marketing) adalah
sejenis. proses penyusunan komunikasi terpadu
Menilik dari uraian diatas, yang bertujuan untuk memberikan
maka dilakukan penelitian tentang informasi mengenai barang atau jasa
implementasi strategi branding (merek) dalam kaitannya dengan memuaskan
pada UMKM batik di Daerah kebutuhan dan keinginan manusia.
Pekalongan. Penelitian akan dilakukan Pemasaran dimulai dengan pemenuhan
terhadap pemilik usaha batik di dua kebutuhan manusia yang kemudian
sentra terbesar batik Pekalongan, yaitu bertumbuh menjadi keinginan manusia.
di Sentra Batik Kauman Pekalongan dan Proses dalam pemenuhan kebutuhan
sentra Batik Pesindon Pekalongan. dan keinginan manusia inilah yang
Adapun variable strategi branding yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari
akan diteliti adalah: citra merek (brand pemenuhan produk (product),
image), karakteristik merek, brand penetapan harga (price), pengiriman
equity, differential effect, dan brand barang (place), dan mempromosikan
knowledge, loyalitas merek dan barang (promotion).
investasi merek. Pada penelitian ini Keunggulan bersaing menurut
diteliti juga tentang perilaku konsumen Porter (1986) adalah kemampuan suatu
Batik Pekalongan dan Loyalitas perusahaan untuk meraih keuntungan
konsumen terhadap batik Pekalongan. ekonomis di atas laba yang mampu
Perilaku Konsumen Batik dan Loyalitas diraih oleh pesaing di pasar dalam
konsumen batik Pekalongan ini dikaitkan industri yang sama. Menurut Tjiptono
dengan strategi Branding (merek) yang (2001), strategi pemasaran yang dapat
diterapkan oleh para pengusaha batik di dipilih oleh perusahaan yang
Pekalongan. Pertimbangan mengambil menerapkan strategi produk diferensiasi

22
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

agar senantiasa memiliki keunggulan Adapun variable strategi


bersaing di pasar dapat dilakukan branding yang akan diteliti adalah : citra
dengan melakukan pilihan terhadap merek (brand image), karakteristik
strategi berikut ini : merek, brand equity, differential effect,
1. Diferensiasi produk (inovasi dan brand knowledge, loyalitas merek
produk). dan investasi merek
2. Diferensiasi kualitas pelayanan C. Perilaku konsumen
(customer value). Perilaku konsumen adalah
3. Diferensiasi citra (Merek). Citra proses dan aktivitas ketika seseorang
identik dengan atribut adalah berhubungan dengan pencarian,
sebuah karakteristik, yang khusus pemilihan, pembelian, penggunaan,
atau pembeda dari penampilan serta pengevaluasian produk dan jasa
seseorang atau benda. (Zyman, S, demi memenuhi kebutuhan dan
2000: 95). keinginan. Perilaku konsumen
B. Strategi Branding (merek) merupakan hal-hal yang mendasari
Merek (Branding) merupakan konsumen untuk membuat keputusan
salah satu nyawa dari sebuah produk. pembelian.
Tiga hal yang paling penting di dalam Terdapat 5 faktor internal yang relevan
branding, yaitu: 1)mind (konsep), 2) terhadap proses pembuatan keputusan
behavior (perilaku dalam mengelola) pembelian:
dan 3) visual (desain atau 1. Motivasi (motivation) merupakan
pengemasan). Branding di dalam suatu dorongan yang ada dalam
membuat konsep, harus memperhatikan diri manusia untuk mencapai tujuan
pentingnya sebuah diferensiasi. Merek tertentu.
mempunyai kontribusi yang sangat 2. Persepsi (perception) merupakan
penting bagi jalannya sebuah industri, hasil pemaknaan seseorang
apapun bentuknya. Merek mempunyai terhadap stimulus atau kejadian
berbagai peran, diantaranya adalah: yang diterimanya berdasarkan
1. Merek yang sukses dapat menjadi informasi dan pengalamannya
penghambat munculnya merek- terhadap rangsangan tersebut.
merek baru yang mewakili produk- 3. Pembentukan sikap (attitude
produk dari pesaing. formation) merupakan penilaian
2. Menjadi pembeda dengan produk yang ada dalam diri seseorang
lainnya. yang mencerminkan sikap
3. Sebagai alat bagi perusahaan suka/tidak suka seseorang akan
untuk mencapai nilai ekonomis. suatu hal.

23
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

4. Integrasi (integration) merupakan 3. Pelanggan yang mereferennsikan


kesatuan antara sikap dan kepada orang lain.
tindakan. 4. Pelanggan yang tidak dapat
5. Integrasi merupakan respon atas dipengaruhi oleh pesaing untuk
sikap yang diambil. pindah.
Pada penelitian ini, perilaku Menurut Robinette (2001:13)
konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain:1) faktor individu, 2) faktor loyalitas pelanggan adalah perhatian
lingkungan, 3) faktor psikologi, 4) faktor (caring), kepercayaan (trust),
strategi pemasaran (produk, tempat, perlindungan (length of patronage), dan
harga dan promosi) (James F. Engel– kepuasan akumulatif (overall
Roger D. Blackwell–Paul W. Miniard satisfaction). Sedangkan indikator dari
dalam Saladin (2003 : 19)). loyalitas pelanggan menurut Kotler &
D. Loyalitas konsumen Keller (2006 ; 57) adalah Repeat
Loyalitas pelanggan adalah Purchase (kesetiaan terhadap
kesetian pelanggan terhadap suatu pembelian produk); Retention
produk dengan mempercayai produk (Ketahanan terhadap pengaruh yang
tersebut dan menggunakannya negatif mengenai perusahaan); referalls
berulang-ulang. Menurut Dick&Basu (mereferensikan secara total esistensi
1999), loyalitas pelanggan (customer perusahaan).
loyality) merupakan kekuatan hubungan E. Perkembangan Batik Di
antara sikap relatf seseorang Indonesia
(indivudual’s relative attitude) dan bisnis Batik adalah salah satu cara
berulang (repeat patronage). pembuatan bahan pakaian. Selain itu
Pemahanan loyalitas batik bisa mengacu pada dua hal. Yang
pelanggan sebenarnya tidak hanya pertama adalah teknik pewarnaan kain
dilihat dari transaksinya saja atau dengan menggunakan malam untuk
pembelian berulang (repeat customer). mencegah pewarnaan sebagian dari
Ada beberapa ciri sebuah palanggan kain. Pengertian kedua adalah kain atau
bisa dikatakan sebagai konsumen yang busana yang dibuat dengan teknik
loyal, yaitu : tersebut, termasuk penggunaan motif-
1. Pelanggan yang melakukan motif tertentu yang memiliki kekhasan.
pembelian ulang secaraa teratur. Batik dianggap lebih dari sekadar buah
2. Pelanggan yang membeli untuk akal budi masyarakat Indonesia.
produk yang lain ditempat yang Etimologi Kata "batik" berasal dari
sama. gabungan dua kata bahasa Jawa:

24
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

"amba", yang bermakna "menulis" dan batik kauman pekalongan dan kampung
"titik" yang bermakna "titik". batik Pesindon pekalongan.
Batik secara historis berasal Tujuan dan manfaat penelitian
dari zaman nenek moyang yang dikenal 1. Memberikan gambaran rinci
sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis tentang strategi branding (merek)
pada daun lontar. Saat itu motif atau batik pada UMKM batik Pekalongan
pola batik masih didominasi dengan Jawa Tengah
bentuk binatang dan tanaman. Namun 2. Memberikan gambaran tentang
dalam sejarah perkembangannya batik kontribusi strategi branding (merek)
mengalami perkembangan, yaitu dari usaha batik dengan perilaku
corak-corak lukisan binatang dan konsumen dan loyalitas konsumen
tanaman lambat laun beralih pada motif di UMKM batik pekalongan Jawa
abstrak yang menyerupai awan, relief Tengah.
candi, wayang beber dan sebagainya. 3. Memberikan informasi kepada
F. UMKM Batik Di Pekalongan Jawa wirausahawan yang akan dan
Tengah sudah membangun usaha batik,
Batik Pekalongan termasuk tentang pentingnya strategi
batik pesisir yang paling kaya akan branding (merek) untuk
warna. Sebagaimana ciri khas batik mengembangkan usaha mereka.
pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat 4. Sebagai dukungan terhadap
naturalis. Jika dibanding dengan batik penelitian terdahulu, dan
pesisir lainnya Batik Pekalongan ini dikembangkan penelitian terhadap
sangat dipengaruhi pendatang usaha batik.
keturunan China dan Belanda. Motif 5. Pengelolaan strategi branding
Batik Pekalongan sangat bebas, dan (merek) adalah hal yang
menarik, meskipun motifnya terkadang merupakan dasar untuk sebuah
sama dengan batik Solo atau Yogya, usaha, tetapi untuk membuat dan
seringkali dimodifikasi dengan variasi memantapkan secara hukum (HKI
warna yang atraktif. Tak jarang pada merek) memerlukan biaya yang
sehelai kain batik dijumpai hingga 8 tidak sedikit. Untuk itu pengolahan
warna yang berani, dan kombinasi yang harus dilakukan dengan cermat,
dinamis. Motif yang paling populer di terinci dan memerlukan
dan terkenal dari pekalongan adalah penanganan yang kreatif dari mulai
motif batik Jlamprang. pembuatan rancangan design
Ada dua tempat sentra batik merek, pemasaran, sampai ke
terbesar di pekalongan, yaitu Kampung proses pematenan merek untuk
usaha. Oleh karena itu perlu

25
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

adanya jaringan dengan pihak lain, table random sampling. Jumlah sample
misalnya dengan Dinas ditentukan menggunakan dasar bahwa
Perindustrian Kabupaten jumlah sample yang representatif untuk
Semarang, KADIN Jawa Tengah analisis SEM adalah minimal 5 s/d 10
dan pihak-pihak lain. kali indikator (Agusti Ferdinand tae).
METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data
Jenis data yang dipergunakan tentang strategi branding usaha batik
dalam penelitian ini adalah data primer dengan perilaku konsumen dan
dan data sekunder. Metode loyalitas konsumen batik di UMKM batik
pengumpulan data dengan metode pekalongan Jawa Tengah dilakukan
wawancara, observasi dalam kuesioner. dengan menggunakan metode survey
Populasi dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner (self report).
pengusaha atau pengrajin batik di Pengukuran data interval dilakukan
Pekalongan Jawa Tengah, yang akan dengan teknik bipolar adjectif (agree-
diambil di sentra batik Kauman dan diagree scale) mempergunakan skala 1-
sentra batik Pesindon.. Populasi 10 point untuk mendapatkan data yang
penelitian yang kedua adalah dari bersifat interval dengan diberi skor atau
konsumen batik Pekalongan, kususnya nilai 1 (sangat tidak setuju) dan 10
adalah batik yang dijual di 4 pasar batik (sangat setuju). Penggunaan skala 1-10
terbesar di Pekalongan Jawa Tengah. dalam penelitian ini dikarenakan
Sampel penelitian adalah pemilik bisnis kebiasaan pola pikir masyarakat
batik dijadikan acuan dalam indonesia dalam kehidupan sehari-hari
menganalisis strategi branding batik. dengan skala 1 – 10, serta untuk
Teknik pengambilan sample pengusaha mendapatkan data yang bersifat
adalah dengan sample jenuh, atau univesal.
semua populasi diambil untuk sample Teknik analisis yang
penelitian. Total sample pengusaha digunakan untuk mengukur tingkat
berjumlah 83 pengusaha batik. Sampel perilaku konsumen dan loyalitas
penelitian yang kedua adalah konsumen konsumen terhadap strategi branding
yang membeli produk batik Pekalongan. (merek) produk batik Pekalongan adalah
Pengambilan sampel konsumen batik analisis SEM yang dioperasikan melalui
Pekalongan dilakukan secara simpel progam Analysis of Moment Structure
random sampling, dimana setiap (AMOS) 16,0. Variabel-variabel laten
responden mempunyai kesempatan (kontruks) yang ada diwujudkan dalam
yang sama untuk dimasukkan sebagai variabel manifest (indikator) dan
sample penelitian. Penentuan sample dijabarkan lagi menjadi item-item
secara acak menggunakan alat bantu pertanyaan. Jawaban pertanyaan dari

26
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

responden ini diukur lagi dengan suatu angka (skor). Selanjutnya skor ini diolah
skala sehingga hasilnya berbentuk dengan metode statistik

Kajian teoritik

Perilaku
Implementasi konsumen
strategi branding
(lokasi : sentra Loyalitas
batik pekalongan) konsumen

Pemetaan “strategi Branding” Monograf


UMKM Batik pekalongan Strategi
Branding

HASIL DAN PEMBAHASAN kampung Batik Kauman Pekalongan,


Penelitian tentang didapat hasil sebagai berikut :
implementasi strategi branding (merek) 1. Kampung batik kauman rata-rata
batik terhadap perilaku dan loyalitas adalah pembuat kain batik, dengan
konsumen di Pekalongan, adalah sistem barbaran (pengrajin). Di
sebagai berikut : daerah kauman, ada beberapa
A. Gambaran Responden Penelitian workshop yang merupakan
1.1. Kampoeng Batik Kauman workshop individu ataupun
Kampoeng Batik Kauman workshop yang merupakan
merupakan salah satu sentra kerajinan workshop kelompok. Adapun
batik di Pekalongan yang diharapkan pegawainya sebagian besar adalah
menjadi icon Kota Pekalongan sebagi warga kampung kauman sendiri,
Kota Batik. Secara sosial, budaya dan dan sebagian juga adalah warga
ekonomi kemasyarakatan, Kelurahan luar kampung Kauman (seperti
Kauman memang salah satu Kelurahan daerah Setono, daerah Wiradesa
di Pekalongan yang memiliki banyak dan lain-lain)
pengusaha dan pengerajin batik yang 3. Pengrajin batik dikampung batik
terkenal baik nasional mapun terkenal Kauman Pekalongan belum
sacara internasional. mempunyai paguyuban pengrajin
Berdasarkan hasil survey batik yang baik. Paguyuban sudah
tentang merek (branding) usaha batik di dibentuk dan sudah ada, menaungi

27
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

kurang lebih 62 pengrajin batik dan namun juga memotret langsung ke


20 toko batik di Kauman. Tetapi jantung produksi. Pengunjung juga bisa
disayangkan kurang berjalan menyaksikan bagaimana batik dicipta.
dengan baik. Padahal tahun 2007 Penciptaan batik akan bisa
kampung batik Kauman diresmikan mendapatkan benefit lebih. Bukan
oleh wakil presiden Indonesia pada hanya batik dengan kualitas karya seni
saat itu, Yusuf Kalla. tinggi namun juga pendidikan membatik
4. Pengrajin batik di Kauman dan pengetahuan sosio kultural
pekalongan memakai nama produk pembatik Pekalongan.
batik nya sesuai dengan nama Sebanyak 38 showroom dan
pemilik usaha. Hal ini didasarkan produsen batik terdapat di kampung
pada alasan kepraktisan. batik Pesindon Pekalongan. Di kampung
5. Masih ada kesenjangan sosial Batik juga dilengkapi Kantor Sekretariat,
antara pengrajin batik di Kauman telecenter atau sarana internet.Dari hasil
pekalongan. survey lokasi tentang merek (branding)
6. Usaha batik yang didirikan dan di kampung Pesindon pekalongan, maka
berproduksi di Kauman pekalongan didapat hasil sebagai berikut :
rata-rata merupakan usaha turun- 1. Kampung batik Pesindon sebagian
temurun (warisan). besar warganya adalah pengrajin
7. Total pengrajin dan usaha batik di batik rumahan (barbaran).
kampung batik Kauman adalah : Dikampung batik pesindon ada satu
a. 13 usaha besar (workshop, toko workshop besar (yang memproduksi,
dan produksi) menjual dan menyalurkan batik),
b. 20 pengrajin batik rumahan yaitu Larissa dengan pemilik: Drs H.
c. 29 usaha produksi dan memiliki Eddywan. Beliau juga merupakan
toko pembina paguyupan Batik Pesindon.
d. 20 toko batik 2. Paguyuban pengrajin batik pesindon
1.2. Kampoeng Batik Pesindon berjalan dengan baik. Terdapat
Kampung Pesindon ini adalah telecenter yang berupa rumah
sebuah Perdukuhan yang wilayahnya singgah dan rumah untuk semua
berada di Kelurahan Kergon. Melalui informasi tentang kampung batik
kerjasama antara masyarakat yang Pesindon. Di telecenter ini juga
tergabung dalam Paguyuban Pecinta dilengkapi dengan beberapa
Batik Pesindon dan Pemkot Pekalongan komputer dan jaringan internet.
lahirlah Kampoeng Wisata Batik 3. Kesenjangan sosial di kampung batik
Pesindon yang tidak hanya Pesindon Pekalongan rendah. Hal ini
menyediakan beragam jenis batik merupakan dampak dari adanya

28
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

paguyuban pengrajin batik yang 3. Kondisi jumlah total


berjalan baik pengusaha batik (data sementara
4. Pengrajin batik di kampung batik diperolah dari Desperindagkop
Pesindon Peklaongan berjumlah 33 Pekalongan dan hasil wawancara
pengrajin, yang merupakan usaha dengan pengurus paguyuban Batik
yang memproduksi dan memiliki toko dimasing-masing objek penelitian) :
batik. 1. Pengusaha kampung batik
Data yang diperoleh berdasarkan Kauman sejumlah 62 pengusaha
pemetaan kondisi Desa pesindon dan batik
Desa kauman. Meliputi data tentang : 2. Pengusaha kampung batik
1. Kondisi ekonomi masyarakat Pesindon sejumlah 38 pengusaha
Dua kampung batik yaitu kampung 4. Kondisi klasifikasi
batik Kauman dan Pesindon pengusaha.
memiliki persamaan, yaitu : Dikedua kampung batik sebagai sample
1. tingkat perekonomian yang penelitian, pengrajin batik
hampir sama, diklasifikasikan dalam 3 tipe :
2. memiliki karakter kehidupan 1. Pengusaha yang punya modal
yang hampir sama besar (membuka workshop,
3. pekerjaan atau mata memproduksi batik, dan
penghasilan utama adalah mengambil/ membeli batik dari
sebagian besar pengrajin batik pengrajin barbaran)
(baik pengrajin rumahan/ 2. Pengrajin batik (barbaran) 
barbaran ataupun pengrajin pengarjin batik yang mengerjakan
besar/ pengusaha) secara mandiri, rumahan,
2. Kondisi lokasi penelitian menjualnya ke pengusaha yang
Paguyuban pengusaha dan bermodal besar.
pengrajin di Kampung Batik 3. Pengusaha yang hanya menjual
Pesindon sangat teroragnisir. batik (sekedar mempunyai toko
Dibantu pemerintah daerah batik)
Pekalongan, Pesindon dijadikan B. Analisis data pengusaha batik
salah satu ikon kota Pekalongan di Kauman Pekalongan
sebagai ikon kota batik. Kampung Pengusaha batik di kampung
Batik Pesindon juga sudah batik Kauman Pekalongan berjumlah 62
mempunyai telecenter yang pengusaha batik. Dalam penelitian ini
terorganisir dengan baik dan rapi, didapat sejumlah 50 pengusaha batik di
yang diketua oleh H. Zakaria dan Kampung Batik Kauman, dikarenakan
sekretarisnya Bp Erick. 12 pengusaha batik tidak valid dalam

29
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

pengisian kuesioner penelitian. yang cukup dan maju. Hal ini


Pengusaha batik dikampung batik memungkinkan jika pengusaha
Kauman rata-rata sudah menjalankan mengalokasikan dananya untuk
usahanya selama kurun waktu 5 sampai merencanakan strategi branding yang
50 tahun (lampiran 1). lebih mapan. Sebagai contoh usaha
Berdasarkan data, lama usaha batik “Griya Mas Batik”, dengan omset
dikampung Batik Kauman Pekalongan diatas Rp 100.000.000,00 nama usaha
adalah 10 tahun, sejumlah 12 (labeling) sudah berjalan dengan baik,
pengusaha. Dan usaha batik yang tetapi strategi branding belum berjalan
berjalan lebih dari 25 tahun berjumlah dengan baik. Usaha Griya Mas juga
16 usaha. Hal ini menunjukkan bahwa menerima orderan dari pengusaha batik
usaha batik yang ada di Kampung Batik lain, yang menjual batik produksi dari
Kauman Pekalongan adalah usaha yang batik Griya Mas tanpa memberikan label
sudah mapan dan berjalan lama. Hal ini nama.
menarik, karena dengan lamanya usaha Hampir sebagian besar
yang didirikan belum terlihat secara pengusaha batik di kampung batik
nyata manajemen pemasaran yang Kauman memproduksi batik dengan
mapan dalam hal strategi branding. sistem subkontrak. Sehingga mereka
Omset pengusaha batik di memproduksi batik, kemudian dibeli
Kampung Batik Kauman Pekalongan putus oleh pengusaha batik nasional
berkisar antara Rp 5.000.000,00 sampai yang namanya sudah terkenal di
diatas Rp 100.000.000,00. Indonesia. Dan sebagian dari produksi
Ada dua usaha batik di mereka, dijual dengan memberi label
Kampung Batik Kauman Pekalongan nama usaha mereka. Hasil penelitian ini
yang tidak bersedia memberitaukan menunjukkan bahwa, produksi batik di
jumlah omset perbulan usahanya. Dari kampung batik Kauman Pekalongan
data tersebut diatas, omset penjualan sudah mempunyai standar yang baik
batik rata-rata terbanyak ada di kisaran dan mendapat kepercayaan dari
Rp 500.000,00 sampai Rp pengusaha batik besar Indonesia.
10.000.000,00. Ada satu usaha batik Konsumen besar yang membeli putus
yang memperoleh penghasilan usaha dari pengrajin batik di kampung batik
(omset) perbulan lebih dari Rp Kauman Pekalongan sudah loyal
100.000.000,00, yaitu usaha batik “Griya terhadap pengusaha batik tersebut.
Mas Batik”. Pengusaha batik di Kampung Batik
Hasil ini menunjukkan bahwa Kauman Pekalongan rata-rata terbanyak
usaha batik di kampung Batik Kauman adalah lulusan SMA dan sederajat. Ada
Pekalongan memperoleh omset usaha empat pengusaha yang tidak bersedia

30
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

memberikan keterangan jenjang batik Pesindon Pekalongan sudah


pendidikan terahkir yang mereka berjalan lama. Bahkan ada usaha yang
tempuh. Berdasarkan data tentang sudah berjalan selama 40 tahun, yaitu
jenjang pendidikan pengusaha di batik AA milik H Ali Alwi. Hal ini
Kampung Batik Kauman Pekalongan, menunjukkan bahwa usaha di kampung
rata-rata terbanyak adalah lulusan SMA batik Pesindon Pekalongan merupakan
sejumlah 28 orang. Yang mampu usaha yang sudah mapan. Tetapi
menempuh sampai jenjang S2 adalah berdasarkan pengamatan peneliti dan
empat orang. hasil kuesioner responden di empat
Hasil ini menunjukkan bahwa pasar di Pekalongan, merek batik hasil
pengusaha di kampung batik Kauman usaha di Pesindon belum menerapkan
Pekalongan memiliki kesadaran yang strategi branding (merek) yang baik.
baik tentang pendidikan. Hal ini juga Hanya beberapa saja yang sudah
menunjukkan bahwa mereka mudah menerapkan strategi branding, sebagai
untuk diberi masukan dan pengetahuan contoh adalah usaha batik “Lariza”.
tentang upaya-upaya yang dapat Omset penjualan batik di
dilakukan mereka untuk meningkatkan kampung batik Pesindon Pekalongan
usaha batik, kususnya tentang strategi berada pada kisaran Rp 500.000,00
branding. sampai Rp 10.000.000,00 (lampiran 5).
C. Analisis data pengusaha batik Berdasarkan data tersebut diatas, rata-
di Kauman Pekalongan rata omset pengusaha di Kampung batik
Pengusaha batik di kampung Pesindon Kauman adalah dikisaran Rp
batik Pesindon Pekalongan berjumlah 500.000,00 sampai Rp 10.000.000,00.
38 usaha. Penelitian ini menggunakan Pengusaha batik di kampung
data dari 33 pengusaha batik pesindon, batik Pesindon Pekalongan rata-rata
sejumlah 6 pengusaha dianggap tidak mengenyam pendidikan SMA dan S1
valid dalam pengisian kuesioner (lampiran 6). Berdasarkan data tingkat
penelitian. Pengusaha batik dikampung pendidikan dari pengusaha di Kampung
batik Pesindon rata-rata sudah Batik Pesindon menunjukkan bahwa
menjalankan usahanya selama kurun sebagian besar pengusaha di pesindon
waktu 10 sampai 40 tahun (lampiran 4). adalah lululasan SMA. Yang menempuh
Ada tiga pengusaha batik di pendidikan S1 hanya 10 org (30% dari
kampung batik Pesindon Pekalongan responden penelitian). Hal ini
yang tidak bersedia memberitaukan kemungkinan adalah karena imbas dari
lama usaha batik yang mereka geluti. usaha batik yang turun temurun. Usaha
Berdasarkan data tersebut diatas, batik di Pesindon rata-rata sudah lebih
terlihat bahwa usaha batik dikampuung dari 10 tahun berdiri, sehingga anak-

31
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

anak pengusaha belum mempunyai Hasil analisis data kuesioner


kesadaran untuk belajar lanjut sampai dari pengusaha batik di kampung batik
jenjang S1. Kauman dan kampung batik Pesindon
Pekalongan adalah sebagai berikut :
Analisis data pengusaha batik di
Pekalongan

Penerapan strategi branding usaha batik


NO INTERVAL KLMPK KAUMAN PESINDON TOTAL %
1 0 – 60 A 0 0 0 0
2 61 – 120 B 18 0 18 22 %
3 121 – 180 C 29 11 40 49 %
4 181 - 240 D 2 22 24 29 %
Total responden 49 33 82
Sumber : data primer diolah
Dengan asumsi rentang nilai sebagai berikut :
A. Kelompok dengan strategi branding sangat rendah
B. Kelompok dengan strategi branding rendah
C. Kelompok dengan strategi branding sedang
D. Kelompok dengan strategi branding baik

Dari data diatas, dapat pesanan oleh pedagang batik skala


disimpulkan bahwa di kampung batik besar, dibandingkan yang diproduksi
Kauman dan kampung batik Pesindon, untuk dijual secara retail. Hal inilah yang
pengusaha atau pengrajin batik sudah memnyebabkan, merek batik di
menerapkan strategi branding (merek) pekalongan jawa Tengah belum
dengan baik. Pengusaha atau pengrajin bergema nama usahanya di konsumen
batik sudah mempunyai konsep dan keseluruhan.
rancangan strategi branding (merek) Konsumen batik yang membeli
yang baik. Tetapi yang disayangkan, batik di pasar-pasar batik di pekalongan,
strategi branding (merek) yang sudah bukan konsumen yang loyal terhadap
terencana dengan baik ini hanya dapat satu merek produk batik tertentu.
dinikmati oleh pedagang batik dengan Sehingga perilaku konsumen atau pola
skala besar. Tetapi untuk penjualan beli produk oleh konsumen, dalam
produk batik secara retail, strategi kategori mudah berpindah ke produk
branding (merek) usaha batik belum lain. Ciri-ciri lain adalah konsumen yang
berjalan optimal. sensitif terhadap harga.
Pengusaha batik di kedua Hal ini akan dijelaskan secara detail
kampung batik tersebut, lebih banyak berdasarkan data dibawah ini. Adapun
memproduksi batik berdasarkan

32
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

hasil analisis data perindikator adalah sebagai berikut:


Rekap nilai tertinggi dan terendah Perindikator
WILAYAH NILAI INDIKATOR SKORE rata-rata

nilai tertinggi citra merek 314 6,41


KAUMAN
nilai terendah loyalitas merek 217 4,43
paling tinggi citra merek 285 8,64
PESINDON
paling rendah loyalitas merek 193 5,85
Sumber : data primer diolah
Berdasarkan hasil analisis dalam semua aspek. Loyalitas merek
data tersebut diatas, pengusaha atau mempunyai nilai yang rendah karena
pengrajin batik di Pekalongan sudah pengusaha batik di kauman dan
memahami dan merencanakan dengan Pesindon lebih banyak memproduksi
baik tentang citra merek usaha. Mereka produk batik berdasarkan pesanan oleh
menyadari bahwa merek usaha sangat pedagang batik skala besar. Pedagang
erat hubungannya dengan identitas skala besar ini memesan produk batik
usaha, yang terdiri dari: kualitas produk, ke pangusaha dan pengrajin batik
ketepatan waktu pengerjaan dan pekalongan dengan meberikan standart
kepercayaan konsumen. tertentu. Misalnya menyediakan motif,
Dan loyalitas merek merupakan kain, pewarna sampai penyedian label
indikator dari strategi Branding (merek) atau logo produk pesanan. Hal inilah
yang paling rendah nilainya, dalam yang mengindikasikan bahwa pengsaha
artian indikator yang tidak dipedulikan atau pengrajin batik di pekalongan
oleh pengusaha atau pengrajin batik di masih sering merubah-ubah merek
Pekaloangan Jawa Tengah. Loyalitas usahanya sesuai pesanan.
Merek merupakan kesiapan pengusaha Adapun nilai perindikator adalah sebagai
untuk selalu memakai merek usahanya berikut :
Nilai perindikator strategi branding

KAUMAN PESINDON
NO INDIKATOR
total rata-rata total rata-rata

1 citra merek 314,00 6,41 285,00 8,64

2 karakteristik merek 227,00 4,63 251,00 7,61

3 brand equity 294,00 6,00 261,00 7,91

4 diferrent effect 300,00 6,12 245,00 7,42

5 brand knowlegde 306,00 6,24 275,00 8,33

6 loyalitas merek 217,00 4,43 193,00 5,85

7 investasi merek 240,00 4,90 234,00 7,09

33
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

8 brand positioning 294,00 6,00 276,00 8,36

9 brand identity 263,00 5,37 278,00 8,42

10 brand personal 262,00 5,35 244,00 7,39

11 brand comunity 256,00 5,22 266,00 8,06

Model strategi branding keadaan dan pemetaan strategi


(merek) yang dirancang dalam Branding (merek) UMKM Pekalongan
penelitian ini dan diaplikasikan pada adalah sebagai berikut :
penelitian tahun kedua berdasarkan

Pemetaan strategi
branding (merek)

SB Kategori SB Kategori
sedang tinggi

Motivasi dasar
(workshop)

Seni HKI Keuangan Pemasaran


(pendampingan) (pendampingan) (pendampingan) (pendampingan)

Citra merk
Karakteristik merek
Brand equity
Different effect
Brand knowledge
Loyalitas merek
Invenstasi merek
Brand positioning
brand idnntity
brand personal
brand comunity

34
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

Analisis data perilaku konsumen dan loyalitas konsumen


Indikator-indikator konstruk
VARIABEL SIMBOL INDIKATOR
PERILAKU KONSUMEN X1 1. Motivasi
2. Presepsi
3. Belajar
4. Kepribadian
5. Kepercayaan
6. Budaya
7. Kelas sosial
8. Keluarga
9. Komunitas
10. Pemasaran usaha
LOYALITAS KONSUMEN X2 1. Repeat
2. Retention
3. Referalls
STRATEGI BRANDING Y 1. Citra merek
(MEREK) 2. karakteristik merek,
3. brand equity,
4. differential effect,
5. brand knowledge,
6. Loyalitas merek
7. Investasi merek

Penentuan Variabel dependen dan independen


Variabel dependen Variabel independen
 Perilaku konsumen  Strategi branding batik
 Loyalitas konsumen

Model persamaan struktural


Model persamaan struktural
Perilaku konsumen +loyalitas konsumen + error = β strategi pemasaran

Sumber : model persamaan dikembangkan untuk penelitian ini


Keterangan
β = beta
γ = gamma

Hasil Pengujian Kelayakan Model Structural Equation Model


Model Analisis setelah menerapkan kedua teknik tersebut diperoleh sebagai
berikut

35
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

Chi Square = 66.174 (df = 55)


.21
Prob = .144
e1 pk1 RMSEA = .041
Chi square / df = 1.203
GFI = .925
.46 AGFI = .875
.28 TLI = .973
CFI = .981
-.20
.28
.27 e5 pk5 .53
-.23
Perilaku
.41 .64 Konsumen
e7 pk7
.45
.68
.20 .75 .75
e9 pk9 .45
.46 sb2 e16
e10 pk10 z
.67 .48
.17 .57 sb3 e17
e11 pk11 .69
.71 .69 .39
.83
.99 sb4 e18
Strategi .23
.48
Branding sb1 e15

.21 .09

.56
e12 lk1 .75
.30 .55 Loyalitas
e13 lk2
.60 .77 Konsumen
e14 lk3

Hasil Pengujian Kelayakan Model Structural Equation Model (SEM) - Modifikasi


Goodness of Fit Indeks Cut-off Value Hasil Evaluasi Model
Chi – Square 73.311 66.174 Baik
Probability  0.05 0.144 Baik
RMSEA  0.08 0.041 Baik
GFI  0.90 0.925 Baik
AGFI  0.90 0.875 Cukup Baik
TLI  0.95 0.973 Baik
CFI  0.95 0.981 Baik
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Hasil modifikasi model Dengan adanya model yang
mendapatkan bahwa model sudah fit. sudah fit maka pengujian parameter
Hal ini ditunjukkan dengan nilai sebagaimana yang dihipotesiskan dapat
sifnifikansi di atas 0,05. Nilai ukuran lain diinterpretasikan. Analisis hasil
seperti RMSEA, GFI, TLI dan CFI juga pengolahan data pada tahap full model
sudah baik meskipun AGFI diterima SEM dilakukan dengan melakukan uji
secara marginal. kesesuaian dan uji statistik.

Regression Weight Structural Equational


Estimate S.E. Std. Est C.R. P
Strategi_Branding <--- Perilaku_Konsumen 0.953 3.938 0.753 0.242 0.809
Strategi_Branding <--- Loyalitas_Konsumen 0.059 2.050 0.090 0.029 0.977
Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Model persamaan struktural Hasil pengujian Hipotesis dari model


berdasarkan hasil tersebut dapat ditulis penelitian ini diperoleh sebagai berikut :
sebagai berikut : 1. Pengaruh Perilaku Konsumen
SB = 0.953 PK + terhadap strategi branding
0,059 LK + z Parameter estimasi pengaruh
Perilaku Konsumen terhadap

36
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

Strategi Branding memiliki nilai dan kampung batik Pesindon sudah


koefisien dengan arah positif. memiliki kesadaran tentang pentingnya
Pengujian kemaknaan pengaruh strategi branding (merek). Nilai
diperoleh nilai C.R = 0.342 dengan persentase kesadaran pengusaha
probabilitas = 0,809 > 0,05. Nilai terhadap strategi branding (merek)
signifikansi yang lebih besar dari adalah kelompok sedang sebesar 49%,
0,05 menunjukkan bahwa Perilaku dan baik sebesar 29%. Indikator dengan
Konsumen tidak memiliki pengaruh nilai tertinggi adalah citra merek,
positif yang signifikan terhadap pengusaha memahami bahwa citra
Strategi Branding. merek usaha mereka menunjukkan
2. Pengaruh Loyalitas Konsumen kualitas produk batik yang mereka
terhadap Strategi Branding produksi. Citra merek juga berhubungan
Parameter estimasi pengaruh dengan pembeda produk yang
Loyalitas Konsumen terhadap diproduksi oleh pengusaha batik
Strategi Branding memiliki nilai Pekalongan. Dikategorikan dalam
koefisien dengan arah positif. kategori sedang sebesar 49%, karena
Pengujian kemaknaan pengaruh sebagian besar pengusaha batik
diperoleh nilai C.R = 0,029 dengan Pekalongan, walaupun memahami
probabilitas = 0,977 > 0,05. Nilai tentang strategi branding (merek) batik
signifikansi yang lebih besar dari dan sudah menerapkannya, tetapi
0,05 menunjukkan bahwa Loyalitas belum terkelola dengan baik.
Konsumen tidak memiliki pengaruh Mereka menerapkan sistem
positif yang signifikan terhadap standart produksi sampai ke pemasaran
Strategi Branding. yang baik. Sebagian besar hasil
B. Pembahasan produksi pengusaha batik di
Berdasarkan hasil analisis Pekalongana adalah pesanan dari
data tentang strategi branding (merek) pengusaha batik yang besar. Sebagian
usaha batik di UMKM pekalongan, maka dari hasil produksi batik diproduksi dan
dapat dijelaskan sebagai berikut: dipasarkan keberbagai daerah,
B.1. Pengusaha batik (UMKM Batik kususnya adalah Pekalongan. Ada
Pekalongan) beberapa pengusaha batik Pekalongan,
Pengusaha batik di yang mempunyai showroom diluar
pekalongan sudah memiliki strategi kampung batik Pesindon dan kampung
branding (merek) yang dikategorikan batik Kauman. Mereka memilik
dalam kondisi sedang dan baik. showroom yang mempunyai nama
Pengusaha batik Pekalongan, yang showroom sama dengan nama pemilik
diambil data di kampung batik Kauman usaha, atau nama merek usaha mereka.

37
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

Tetapi secara logo dan merek mereka bagus dan terkenal, tetapi membeli
belum menglobal atau mempunyai nama dengan kecenderungan yang ada dan
besar seperti batik Danar Hadi atau tersedia. Karena strategi menjual dari
batik Keris atau batik Alluire. pengusaha batik di pekalongan rata-rata
Pengusaha batik pekalongan adalah menjual produk mereka dengan
kususnya pengusaha batik di Kampung merek usaha dan produksi.
batik Pesindon, sudah sadar akan brand Hanya sebagian kecil
loyalti. Dan menggunakan merek konsumen penelitian ini yang
mereka secara konsisten. Terbukti menyatakan loyal terhadap merek –
dengan banyaknya pengusaha batik di merek tertetntu dari batik pekalongan.
pekalongan yang hasil produksi adalah Tetapi secara total keseluruhan hasil,
sub kontrak dari pengusaha batik besar tidak terdapat korelasi antara perilaku
nasional. Bahkan sudah ada batik di konsumen dan loyalitas konsumen
Pekalongan yang mengikuti pemeran di terhadap strategi branding batik di
luar negeri atas ajakan Desperindagkop pekalongan. Hal ini juga menunjukkan
kota Pekalongan, karena dinilai memiliki bahwa ada unsur ketidakpeduliaan
hasil produksi dan sistem pengelolaan pengusaha batik terhadap konsistensi
yang baik. Sebagai contoh adalah batik strategi branding mereka. Hal ini terjadi
Griya Mas di Pesindon, dan batik Zend karena pengusaha batik Pekalongan
di Kauman. baru menyadari tentang strategi
B.2. Konsumen batik branding baru dalam waktu yang
Hasil analisis data dari singkat. Dan strategi branding yang
konsumen batik di Pekalongan sekarang diterapkan masih dalam
menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi berproses. Hasil penelitian ini akan
antara perilaku konsumen dan loyalitas menunjukkan hasil yang berbeda, jika
konsumen terhadap strategi branding konsumen yang diambil datanya adalah
(merek) di Pekalongan. Hal ini terjadi konsumen besar seperti batik danar hadi
karena responden kosnumen yang atau batik keris.
diambil adalah responden konsumen KESIMPULAN DAN SARAN
yang ada dan sedang berbelanja di Hasil analisis data dapat ditarik
pasar Pekalongan. Dan rata-rata kesimpulan sebagai berikut :
konsumen yang diambil adalah 1. Pengusaha
konsumen retail atau dipakai sendiri dan 1.1. Sebagian besar pengusaha di
konsumen kulakan tetapi dengan taraf kauman dalam kategori
skala kecil. Konsumen jenis ini sedang, dan sebagian dalam
berbelanja batik di Pekalongan bukan kategori baik
untuk mendapatkan merek batik yang

38
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

1.2. Sebagian pengusaha di menerapkan strategi merek dengan


pesindon dalam kategori baik. konsisten dan baik.
Dan dibuat model strategi 2. Perlunya dukungan berbagai pihak
branding (merek) yang baik dari Desperindagkop, dinas
disesuaikan dengan kondisi UKMK dan instansi perguruan
UMKM batik di Pekalongan. tinggi untuk bersinergi dalam
2. Konsumen pengembangan usaha batik di
Hasil olahdata menggunakan Pekalongan.
SEM, didapat hasil bahwa hipotesa Keterbatasan penelitian :
yang diajukan berhubungan positif 1. Penelitian ini hanya dilakukan di
dan adanya hubungan significant dua kampung batik yang ada
dengan nilai CR berada diatas diPekalongan, yaitu Pesindon dan
ambang batas 1,98 (pada taraf Kauman, sehingga data belum bisa
significant 5%), maka dapat ditarik mewakili batik Pekalongan secara
kesimpulan sebagai berikut : menyeluruh. Pengambilan data
2.1. Perilaku Konsumen tidak responden hanya di pesindon dan
memiliki pengaruh positif yang kauman disebabkan karena :
signifikan terhadap Strategi a. Keterbatasan waktu penelitian
Branding usaha batik di b. Perubahan jadwal dan
Pekalongan. kesepakatan awal dengan pengusaha
2.2. Loyalitas Konsumen tidak batik di Pekalongan
memiliki pengaruh positif yang 2. Responden konsumen hanya
signifikan terhadap Strategi diambil konsumen yang sedang
Branding usaha batik di berbelanja di empat pasar batik di
Pekalongan. Peklaongan, yaitu pasar banjarsari,
pasar IBC, pasar setono. Sehingga
Saran hanya didapat hasil tanggapan
1. Pelaku usaha batik di Pekalongan konsumen retail dan konsumen
sebaiknya memperhatikan strategi grosir skala kecil. Belum
branding (merek) usahanya. mengambil data dari konsumen
Berdasarkan hasil penelitian ini, besar yang rutin membeli dan
didapat hasil bahwa konsumen memesan batik di pengrajin batik di
kurang peduli terhadap merek Pekalongan. Sehingga hasil
usaha batik Pekalongan penelitian ini belum mewakili
dikarenakan pengusaha belum konsumen secara keseluruhan.

39
TEKNOBUGA Volume 2 No.1 – Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA Le Blank and Nguyen, 1988,


“Customer Perception Of
Augusty Ferdinand, 2005, Structural
Service Quality In Financials
Equation Modeling Dalam
Intitutions, International
Penelitian Manajemen,
Journal Of Bank Marketing”,
Aplikasi Model Model Rumit
Vol 6.
Dalam Penelitian untuk Tesis
Michael Porter, 1993, Keunggulan
Magister dan Disertasi
Bersaing, Menciptakan dan
Doctor, Seri Pustaka Kunci
Mempertahankan Kinerja
06/2005 edisi 3 BP UNDIP
Unggul, Jakarta : Erlangga.
Semarang.
Muzamil Misbah, 2011, “Faktor-
Basu Swastha DH, Irawan MBA.
Faktor yang mempengaruhi
2005. Manajemen Pemasaran
Loyalitas Pelanggan”, UNM
Modern. Yogyakarta : Liberty
economic Jurnal.
Bagyo Mujiharjo, 2005, Analisis
Porter, Michael E., 1996, Strategi
Faktor-Faktor Yang
Bersaing : Teknik
Mempengaruhi Kepuasan
Menganalisis Industri dan
Pelanggan Dan Pengaruhnya
Pesaing, PT Gelora Aksara
Terhadap Loyalitas
Utama, Jakarta.
Pelanggan (Studi Kasus Pada
Rina Rachmawati, 2009, “Analisis
BRI Demak)
faktor-Faktor yang
Craig, James C., dan Robert M
mendukungi loyalitas
Grant, 1996, Strategic
pelanggan”, Penelitian DIPA
Management, Elek Media
Unnes 2009.
Komputindo, Jakarta.
Rina Rachmawati, 2010., “Analisis
Kotler, Philip, 1996, Manajemen
inovasi produk, customer
Pemasaran: Analisis,
value, dan merek yang
Perencanaan, Implementasi,
berpengaruh terhadap
dan Pengendalian, Jilid I,
keunggulan bersaing usaha
Jakarta : Erlangga.
konveksi (konveksi wedi
Kotler dan Amstrong, 2001, Prinsip-
klaten), Penelitian DIPA
Prinsip Pemasaran, jilid 1,
Unnes 2010.
edisi kedelapan, Jakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai