Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN EMERGENCY II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMIA


DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

DISUSUN OLEH :
AGUSTINO ADINATA (113063C113001)
ALAN MINN HAWINO (113063C113002)
DEDE HATLIN SANDITO JAYA (113063C113006)
HERWENDA KRISTI (113063C113015)
IRIANA WINEINI (113063C113016)
ISZA YUSZA YUYANTI (113063C113007)
KARMILA (113063C113019)
KRIANTANI AMELIA SHINTA (113063C113020)
LORENZA AUDIA (113063C113021)

DOSEN PENGAMPU :
DWI MARTHA AGUSTINA, Ners, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2017
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi kekurangan dalam

makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Banjarmasin, Mei 2017

Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.................................................................................4

B. TUJUAN......................................................................................................6

BAB II ISI..............................................................................................................8

A. KONSEP DASAR HIPERGLIKEMIA.......................................................8

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

HIPERGLIKEMIA....................................................................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................23

A. KESIMPULAN..........................................................................................23

B. SARAN......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada

rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg/dl darah, atau rentang non puasa sekitar

140 – 160 mg /100 ml darah . (Elizabeth J. Corwin, 2001).

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan

insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan

penting, selain itu penyebab lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan

secara kimiawi sel beta pulau langerhans.

Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita

hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Respon ini merupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap

sebagai jaringan asing.

Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke

penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka

kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit

yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health Organization

(WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi mencapai lebih dari 180

juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat

pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia

menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita hiperglikemi terbesar di dunia


5

setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data Depkes, jumlah pasien

hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit menempati urutan

pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2015).

Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan meningkat

dengan cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan sebesar 42 persen

terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan pada perubahan

demografi pada masyarakat, tanpa mempertimbangkan perubahan gaya hidup.

Di negara berkembang angka kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan

terus meningkat dengan cepat karena menurunnya aktivitas fisik dan banyak

makan. Kejadian ini meningkat dengan cepat pada angka kejadian

hiperglikemi(Glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan salah satu masalah

kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan mutu

sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu,

tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei

nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat

Indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama

pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini

upaya penanggulangan penyakit hiperglikemi belum menempati skala prioritas

utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang

ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung

kronis, hipertensi, otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas

Depkes RI, 2013)

Menurut Diabetic Federation, organisasi yang peduli terhadap permasalahan

diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di Indonesia tahun 2001

terdapat 5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada tahun 2020 diestimasikan
6

akan meningkat menjadi 8,2 juta, apabila tidak dilakukan upaya perubahan gaya

hidup sehat pada penderita. (Depkes RI, 2015)

     Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah

peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan

angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat diturunkan

dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik secara medis maupun non

medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan porsinya masing-

masing. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran yang sangat

besar dalam mengatasi hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai pelaksana

dan pendidik dengan tidak mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat

sebagai pendidik agar penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan

latihan jasmani secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat mencegah

terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam makalah Asuhan

Keperawatan Klien dengan Hiperglikemi ini adalah :

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan

Hiperglikemi secara teori.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan masalah Hiperglikemi.

b. Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada

klien dengan  masalah Hiperglikemi.
7

c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada

klien dengan Hiperglikemi.

d. Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien

dengan Hiperglikemi.

e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan pada

klien dengan Hiperglikemi.
8

BAB II

ISI

A. KONSEP DASAR HIPERGLIKEMIA

1. Definisi

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah

daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang

non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah. (Elizabeth J. Corwin, 2001).

Menurut Christine Hancock (1999) berpendapat bahwa hiperglikemia

adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi didalam darah

(rentang normal kadar glukosa darah adalah 3,0-5,0 mmol/liter).

Hiperglikemi merupakan tanda yang biasanya menunjukan penyakit

diabetes mellitus.

2. Etiologi

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui

kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang

memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,

pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.

Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada

penderita hiperglikemia khususnya Diabetes Melitus terdapat bukti adanya

suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.


9

3. Patofisiologi

Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat

disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan

herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk

kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam

darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon

sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan

penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi

glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.

Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan

dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).

Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton

yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton

dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.

Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat

sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel

mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan

glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga

pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas

akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran

darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak

tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat

menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark,

mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.


10

4. Manifestasi Klinik

Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) :

a. Polipagi

b. Polidipsi

c. Poliuri

d. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering

e. Rasa kesemutan, kram otot

f. Visus menurun

g. Penurunan berat badan

h. Kelemahan tubuh

i. Luka yang tidak sembuh-sembuh

5. Komplikasi

Dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Komplikasi akut :

1) Ketoasidosis diabetic

2) Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik

3) Hipoglikemia

4) Asidosis lactate

5) Infeksi berat

b. Komplikasi kronik

1) Komplikasi vaskuler

a) Makrovaskuler : Penyakit jantung koroner, stroke , pembuluh

darah perifer

b) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

2) Komplikasi neuropati
11

Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis,

diare diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks

kardiovaskuler.

a) Campuran vascular neuropati

b) Ulkus kaki

c) Komplikasi pada kulit

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%

(Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% sehingga perlu pemeriksaan test

toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik Diabetes Melitus

menurut American Diabetes Association menggunakan GDP > 126 mg/dl.

Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :

a. Glukosa darah        : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih

b. Aseton plasma        : Positif secara mencolok.

c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.

d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m

Osm/l.

e. Elektrolit  :

1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

2) Kalium : Normal atau peningkatan semu  (perpindahan

seluller), selanjutnya akan menurun. 

3) Fospor : Lebih sering menurun.


12

f. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari

normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan

terakhir (lama hidup SDM).

g. Glukosa darah arteri  : Biasanya menunjukkan pH rendah dan

penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi

alkalosis respiratorik.

h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,

hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/

penurunan fungsi ginjal).

j. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya

pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.

k. Insulin darah  : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe

1) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi

insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen). Resisiten

insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.

(auto antibodi).

l. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin

menigkat.

n. Kultur dan sensitivitas :  Kemungkinan adanya infeksi pada saluran

kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

o. Ultrasonografi
13

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropati.

a. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

1) Diet

a) Komposisi makanan :

1. Karbohidrat = 60 % – 70 %

2. Protein = 10 % – 15 %

3. Lemak = 20 % – 25 %

b) Jumlah kalori perhari

1. Antara 1100 – 2300 kkal

2. Kebutuhan kalori basal : laki – laki : 30 kkal/kg BB dan

perempuan : 25 kkal/kg BB

3. Penilaian status gizi

4. Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM

yang bekerja biasa adalah :

a. Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari

b. Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari

c. Gemuk : BB x 20 kalori/hari

d. Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari

2) Latihan jasmani

Manfaat latihan jasmani :

a) Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi

insulin, meningkatkan sensitivitas insulin).


14

b) Menurunkan berat badan.

c) Mencegah kegemukan.

d) Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,

gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah,

hiperkoagulasi darah

3) Penyuluhan

4) Obat berkaitan Hipoglikemia

a) Obat hipoglikemi oral :

1. Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon,

glimeperide, glipizid.

2. Biguanid (metformin)

3. Inhibitor glucosidase

4. Tiosolidinedlones

b) Insulin

1. Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia

adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan

mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia

dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara

maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah

penderita, dan segera menghilang setelah 6 – 8 jam

kemudian.

2. Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai

bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam

tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa

reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu


15

yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita

diabetes, contohnya Levemir dan Lantus.

3. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai

efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam

setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara

maksimal selama 6 – 10 jam, dan berakhir setelah 10 – 16

jam setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin, dan

Insuman.

4. Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5 – 15 menit

setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat

reaksi maksimal selama 30 – 90 menit, dan pengaruhnya

akan segera menghilang setelah 3 – 5 jam kemudian. Contoh

obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan

Velosulin.
16

B. KONSEP DASAR KASUS KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan terakhir,

Pekerjaan, Agama, Alamat, Tanggal/ Jam masuk Rumah Sakit , Jam

pengkajian, Diagnosa Medis, No. Rekam Medik.

b. Identitas Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,

Alamat, Hubungan dengan pasien.

c. Keluhan Utama

d. Riwayat Penyakit

1) Riwayat Penyakit Sekarang, misalnya seperti : keluhan badan lemas

tidak berdaya, kepala pusing, sesak nafas serta mual, badan pucat,

serta nilai GDS saat dikaji.

2) Riwayat Penyakit Dahulu, misalnya seperti : Diabetes Melitus,

Hipertensi

3) Riwayat Penyakit Keluarga, misalnya seperti : Diabetes Melitus,

Hipertensi

e. Pengkajian Primer

1) Airway

2) Breathing

3) Circulation

4) Disability

5) Exposure
17

f. Data Fokus

1) Data Subjektif

2) Data Objektif

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan secara aktif (diuresis osmotic dari hiperglikemia), kehilangan

gastric berlebihan (karena diare, mual – muntah).

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh

karena faktor biologis dan psikologis.

c. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit dan malnutrisi.

d. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) dengan faktor resiko malnutrisi,

pertahanan primer dan sekunder tidak adekuat, penyakit kronik.

e. Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/

mengingat, kesalahan interpretasi, informasi, tidak mengenal sumber

informasi

f. Resiko tinggi terhadap cedera dengan faktor resiko status penyakit dan

malnutrisi.
18

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif (diuresis osmotic darihiperglikemia), kehilangan

gastric berlebihan (karena diare, mual – muntah).

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam

diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :

1) Vital sign dalam batas normal

a) TD 120 / 80 mmHg

b) RR 16 – 20 x/ menit

c) Nadi 60 – 100 x/ menit

d) Suhu 36 – 37°C

2) Intake output seimbang

3) Turgor kulit baik

4) Mukosa bibir lembab

5) CRT < 2 detik

b. Intervensi

1) Ukur vital sign tiap 8 jam.

Rasional : Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan

takikardia.

2) Ukur berat badan tiap pagi.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status

cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam

memberikan cairan pengganti.


19

3) Observasi turgor kulit tiap pagi, observasi mukosa bibir.

Rasional : Merupakan indicator dari dehidrasi.

4) Observasi adanya muntah.

Rasional : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas

lambung, yang seringkali akan menimbulkan muntah.

5) Pantau intake – output tiap 24 jam.

Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume

cairan tubuh.

6) Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat

kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.

7) Kolaborasi pemeriksaan

a) Hematokrit

Rasional : Mengkaji tingkat dehidrasi dan seringkali

meningkat akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah

diuresis.

b) BUN / kreatinin

Rasional : Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan

sel karena dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal.

c) Natrium

Rasional : Mungkin menurun yang dapat mencerminkan

perpindahan cairan dari intrasel (dieresis osmotik). Kadar

natrium yang tinggi mencerminkan kehilangan cairan/

dehidrasi berat atau reabsorbsi natrium dalam berespons

terhadap sekresi aldosteron.


20
21

d) Kalium

Rasional : Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespons

pada asidosis, namun selanjutnya kalium ini akan hilang

melalui urine, kadar kalium absolute tubuh berkurang.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memasukan atau

mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis dan psikologis.

a. Tujuan

Setelah dilakukan tidakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil : \

1) Berat badan ideal

2) Mual tidak ada

3) Muntah tidak ada

4) LLA dalam batas normal

5) TSF dalam batas normal

6) Bising usus 4 – 12 x/ menit

7) Hb dalam batas normal

8) Vital sign dalam batas normal

a) TD 120 / 80 mmHg

b) RR 16 – 20 x/ menit

c) Pulse 60 – 100 x/ menit

d) Suhu 36 – 37°C
22

b. Intervensi

1) Ukur vital sign tiap 8 jam.

Rasional : Mengetahui keadaan umum klien.

2) Timbang berat badan tiap pagi.

Rasional : Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.

3) Ukur bising usus tiap pagi.

Rasional : Hiperglikemi dapat meningkatkan motilitas dan fungsi

lambung.

4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia (tingkat kesadaran, kulit

lembab/ dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit

kepala, pusing).

Rasional : Saat proses metabolisme terjadi dan insulin tetap

diberikan maka hipoglikemi dapat terjadi.

5) Observasi adanya mual dan muntah.

Rasional : Mengetahui pemasukan yang adekuat.

6) Ukur LLA dan TSF tiap pagi.

Rasional : Mengetahui status nutris klien.

7) Pantau hasil laboratorium gula darah dan Hb.

Rasional : Hb yang rendah dapat mengindikasikan asupan nutrisi

yang tidak adekuat. Peningkatan gula daran mengindikasikan

asupan nutrisi sel tidak terpenuhi.

8) Kolaborasi pemberian actravid insulin atau obat oral sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat.


23

4. Evaluasi

a. Diagnosa 1 : Cairan terpenuhi

b. Diagnosa 2 : Nutrisi terpenuhi

c. Diagnosa 3 : Kelelahan tidak terjadi

d. Diagnosa 4 : Infeksi (sepsis) tidak terjadi

e. Diagnosa 5 : Pengetahuan bertambah

f. Diagnosa 6 : Cedera tidak terjadi

C.
24

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada

rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa

sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah

mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya

mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen

dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

1. Diet

2. Latihan jasmani

3. Penyuluhan

4. Obat berkaitan Hipoglikemia

Diagnosa keperawatan yang paling utama, yaitu :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

secara aktif (diuresis osmotic dari hiperglikemia), kehilangan gastric

berlebihan (karena diare, mual – muntah).

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh

karena faktor biologis dan psikologis.


25

B. SARAN

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini

adalah :

1. Bagi Perawat

Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien

sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah

kompleksitas masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman

terhadap masalah yang timbul akibat hiperglikemi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa

saat melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun teknik

pengkajian fisik terfokus per sistem terutama sistem endokrin dan

berorientasi pada masalah atau keluhan klien khususnya klien dengan

hiperglikemi mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.


26

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Diagnosa Keperawatan : NIC – NOC. 2014.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : media

aesculopius

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume

2.

Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G, Bare. 2001. Keperawatan Medical-Bedah

Brunner & Suddarth, Vol 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai