1. Progesivisme Pengetahuan adalah in- Nilai timbul karena manu- Kenyataan alam sem-esta
formasi, fakta, hukum sia mempunyai bahasa, adalah kenyataan dalam
prinsip, proses, kebia-saan dengan demi-kian timbul kehidupan ma-nusia.
yang terakumulasi da-lam pergaulan. Masyarakat Pengalaman adalah kunci
pribadi sebagai hasil proses menjadi wadah timbulnya penger tian manusia atas
interaksi dan pengalaman. nilai-nilai. segala sesuatu, peng alaman
Pengetahuan harus di Bahasa adalah sarana manusia ten tang
sesuaikan dan dimodi-fikasi ekspresi yang berasal penderitaan, ke sedihan,
dengan realitas baru di dari dorongan, kehen-dak, kegembiraan, keindahan dan
dalam lingku-ngan. perasaan dan lain-lain adalah realita hidup
Kebenaran ialah kemampu- kecerdasan individu. manusia sam-pai mati
an suatu ide untuk meme Nilai itu benar atau salah,
cahkan masalah. Kebenaran baik atau buruk dapat
adalah konsekuen dari suatu dikatakan ada, bila
ide, realita pengetahuan,dan menunjukkan ke-cocokan
daya guna di dalam hidup. de-ngan hasil pengujian
yang diala-mi manusia
dalam pergaulan manusia.
2. Esensialisme Pribadi manusia adalah Nilai-nilai berasal hukum Dunia ini merupakan tata-
refleksi Tuhan. Manu-sia etika (hukum kosmos) yang nan yang tiada cela demi-
yang mampu me-nyadari bersifat objektif. Menurut kian pula isinya. Sifat,
realitas sebagai makro ide-alisme, sikap, tingkah kehen-dak dan cita-cita ma-
kosmos dan mikro kosmos laku dan ekspresi pe-rasaan nusia harus disesuai-kan
akan mengetahui pa da mempunyai hubungan dengan tatanan alam
tingkat apa rasio yang dengan kua-litas baik dan semesta. Manu-sia hidup
dimiliki dan mampu me- buruk. bahagia du-nia dan
mikirkan alam se-mesta ini. akhirat. Esse-nsialisme
Dengan kualitas rasio yg didukung oleh aliran
dimiliki ini manusia realisme dan idealisme
memproduksi penge-tahuan
secara tepat da-lam ilmu
alam, biologi, sosial dan
agama.
3. Perenialisme Segala sesuatu yang dapat Nilai-nilai berdasarkan azas Benda individual ada-lah
diketahui dan merupakan supranatural yang abadi dan benda sebagaima-na nampak
kenyataan bersandar pada universal. Manusia sebagai di hadap-an manusia
keper-cayaan. Kebenaran sub-jek telah memiliki ditangkap oleh panca indera
adalah sesuatu yang potensi untuk menjadi baik sebagai substansi.
menunjukkan kesesu-aian sesuai de ngan kodratnya, Segala sesuatu (benda dan
antara berpikir dengan tetapi ada kecendrungan dan manusia) ada Segala sesuatu
benda-benda. Pengetahuan do-rongan untuk berbuat itu me-mpunyai unsur poten-
itu penti-ng karena hasil dari tidak baik. sialitas yang dapat menjadi
pengolahan akal manu-sia. Kebaikan tetinggi ada-lah aktualitas.
Kebenaran hakiki yang mendekatkan diri pada Manusia adalah po-
tertinggi dapat diperoleh Tuhan sesudah itu baru tensialitas yang seda-ng
dengan me-tode deduksi kehidupan pikir rasional. berubah menjadi aktualitas.
4. Konstrukti- Pengetahuan bukanlah suatu Sumber pengetahuan berasal Manusia tidak pernah dapat
visme potret kenyataan yang ada, dari dunia luar tetapi mengerti rea-litas yang
melainkan adalah hasil dikontruksikan dari dalam sesungguh nya secara
konstruksi atau bentukan diri manusia. ontologis. Yang dapat di
kenya-taan me-lalui kegiatan men-gerti hanyalah struktur
subjek. konstruksisuatu objek.
Pengetahuan merupakan
akibat dari suatu konstruksi
kog-nitif tentang melalui
kegiatan seseorang.
5. Pancasila Pengetahuan bersum-ber Sumber pertama se-gala Alam semesta tidak ada
dari sumber per-tama yaitu nilai hakikat-nya adalah dengan sendiri nya,
tuhan yme. Manusia dapat Tuhan YME. Karena melainkan seba-gai ciptaan
mem-peroleh pengetahuan manusia adalah makhluk Tu- Tuhan YME. Tuhan adalah
melalui han, juga adalah pribadi dan sumber dari segala sumber
keimananan/kepercayaan, sekaligus insan sosial, maka dan merupak sumber paling
berpikir, pengalaman em- hakikat nilai diturun kan dari per-tama.
piris, penghayatan dan Tuhan yme, masyarakat dan
intuisi. Pengetahuan ber- individu.
sifat mutlak dan bersifat
relatif.
2. Sebutkan beserta contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari mengenai enam prinsip
pendidikan atau belajar menurut paham progresivisme !
Jawab:
Prinsip Pendidikan/Belajar Progresivisme
No. Prinsip-Prinsip Contoh Nyata
1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu
bukan persiapan untuk hidup. kehidupan yang mencakup interpretsi dan rekontruksi
pengalaman. Anak akan memasuki situasi belajar yang
disesuaikan usianya dan berorientasi pada pengalaman.
2. Pendidikan harus berhubungan secara Secara kodrati anak suka belajar apa saja yang ber-
langsung dengan minat anak dan mi-nat hubungan dengan minatnya, atau untuk memecahkan
individu, yang dijadikan sebagai dasar masalahnya. Begitu pula pada dasarnya anak akan
motivasi belajar. menolak apa yang dipaksakan kepadanya. Anak akan
belajar dan mau belajar karena merasa`perlu, tidak kkarena
terpaksa oleh orang lain.
3. Belajar melalui pemecahan masalah Belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting
akan menjadi presenden terhadap dan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecah-
pemberian subjeck matter. kan masalah, anak dibawa berpikir melewati beberapa
tahapan, yang disebut metode berpikir ilmiah
4. Peran guru tidak langsung, melainkan Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang
memberi petunjuk kepada siswa. mereka pelajari. Anak harus diizinkan untuk merenca-
nakan perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus
membimbing kegiatan belajar.
5. Sekolah harus memberi semangat Manusia pada dasarnya sosial, dan keputusan yang paling
bekerja sama, bukan mengembangkan besar pada manusia karena ia berkomunikasi dengan yang
persaingan. lain. Persaingan tidak ditolak, namun persaingan tersebut
harus mampu mendorong pertumbuhan pribadi.
6. Kehidupan yang demokratis merupa-kan Digunakannya metode-metode mengajar yang demo-kratis
kondisi yang diperlukan bagi per- didalam kelas seperti diskusi bebas tentang suatu masalah,
tumbuhan. partisipasi penuh dalam semua pengalaman pendidikan.
5. Sebutkan nama-nama tokoh filsafat yang menjadi pionir dari masing-masing aliran
filsafat pendidikan !
Jawab:
Tabel Perbedaan Tujuan Pedidikan Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
No. Aliran Filsafat Tokoh-tokoh
1. Idealisme Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
2. Realisme Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John
Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
3. Pragmatisme Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
4. Skolatisme Demokritos, Ludwig Feurbach.
5. Eksistensialisme
6. Progesivisme George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas,
Frederick C. Neff.
7. Esensialisme William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8. Perenialisme Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Konstruktivisme Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
10. Pancasila Muh. Yamin, Soediman K., Dijrjoko, Notonegoro, Roeslan Abdulghani.
6. Berdasarkan isi UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
diperoleh kesimpulan bahwa Pancasila sebagai landasan pendidikan nasional
merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang hakikatnya mengkaji nilai-nilai
Pancasila untuk dijadikan tolak ukur praktek maupun studi pendidikan. Oleh sebab
itu, bagaimana pandangan Anda terhadap Pancasila sebagai filosofis ?
Jawab:
Pancasila sebagai filosofis bangsa, berarti Pancasila memiliki kedudukan sebagai
pandangan hidup atau sebagai pegangan hidup, pedoman hidup dan petunjuk arah
bagi semua kegiatan hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia, terutama dalam aspek Pendidikan. Dengan
demikian, semua sikap dan perilaku setiap manusia haruslah dijiwai, dan merupakan
pancaran pengalaman sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup yaitu,
semua sila Pancasila adalah pencerminan dari sikap dan cara pandang bangsa
Indonesia terhadap keagamaan, sesama manusia, bangsa dan negaranya,
pemerintah yang demokrasi, dan kepentingan bersama.
Maka dengan berpegang pada pancasila, diharapkan pendidikan di Indonesia
menjadi cerminan dan mampu menjembatani bangsa Indonesia dalam mencapai
cita-cita bangsa Indonesia.
7. Dalam memilih aliran filsafat yang dipandang paling tepat, para pemikir pendidikan
maupun pelaksana pendidikan harus tetap memilih dan meyakini mana yang paling
baik, sesuai dengan visi dan misi pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Jika
anda sebagai penyelenggara ataupun praktisi pendidikan, sikap seperti apa yang
akan Anda ambil dalam menentukan dan menggunakan aliran filsafat yang telah ada
tersebut ? Berikan penjelasan secara deskriptif alasan-alasan yang melatarbelakangi
keputusan Anda tersebut !
Jawab:
Dari beberapa cabang filsafat pendidikan yang telah dipelajari, menurut saya
filsafat pendidikan nasional: Pancasila lah yang paling tepat diterapkan dalam
pendidikan, khususnya Pendidikan Indonesia. Filsafat Pancasila sangat
memungkinkan dalam mengatur dan menentukan praktek dan teori mendidik untuk
merealisasikan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Karena pada dasarnya bangsa
Indonesia memang menganut ideologi pancasila. Namun dalam prakteknya kita
selaku pengajar perlu mengadaptasi beberapa konsep yang ada pada aliran filsafat
lainnya, agar memungkinkan terjadinya perubahan positif yang signifikan pada anak.
Pengambilan tindakan mengenai mekanisme pendidikan yang saya ambil tentu
adalah tindakan yang mengarah pada filsafat Pancasila. Hal yang mendasar saya
lakukan adalah sama seperti halnya awal pemerintahan orde baru, yaitu revitalisasi
Pancasila yang dalam hal ini melaksanakan Pancasila beserta Undang-Undang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen dengan sebenar-benarnya. Karena jika kita lihat
Indonesia kini ialah bangsa yang mulai kehilangan identitas dirinya, hal tersebut
terjadi karena berhentinya estapet regenerasi bangsa yang menjujung nilai-nilai
Pancasila itu sendiri. Maka sangat perlu rasanya jika kita menggalakkan kembali
progam-progam penanaman nilai pancasila atau seperti halnya pada orde lama ada
yaitu progam P4 atau kita dapat membuat progam baru lainnya. Adapun berkaitan
dengan pendidikan, diharapkan pendidikan mampu menjadi pelopor pelaksanaan
tindakan demi tindakan yang saya akan lakukan.