Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN ETNOFARMAKOLOGI SUKU DAWAN DALAM

PENGOBATAN DI DESA TETAF KECAMATAN KUATNANA


KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PROPOSAL

Oleh:

Erni Marthince Faot


PO 530333215688

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI FARMASI
2018

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki hutan tropis yang kaya akan beraneka ragam tumbuhan

yang dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, sampai buah dan dapat

digunakan sebagai obat untuk kesehatan serta berasal dari berbagai suku yang berada

di Indonesia. Keberadaan suku tersebut membuat pengetahuan pengetahuan mengenai

pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Penggunaan obat tradisional dimasyarakat

merupakan suatu kenyataan yang bersifat empiris, dan sering diramu sendiri oleh

masyarakat dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari tanaman di kebun

atau pedagang pasar (Apriliana et al. 2016).

Pngamatan awal Dari data survei yang dilakukan, masyarakat memiliki kebiasaan

berobat dengan ramuan obat tradisional untuk mengobati penyakit kanker, kencing

manis, wasir atau ambeien serta penyakit lainnya. Masyarakat setempat sejak dulu

secara turun-temurun telah memanfaatkan tanaman obat dengan nama daerah seperti

sopiu, mio no, pnia fui, pesine juga digunakan kusambi, kabesak, pepaya, kulit jeruk,

anonak untuk mengobati penyakit seperti badan bengkak-bengkak karena gigitan

serangga ,sakit kepala, kencing manis, sakit perut.

Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Boysala pada tahun 2016 tentang kajian

etnofarmakologi suku dawan dalam pengobatan di Desa Sainoni Kabupaten Timor

Tengan Utara dan penelitian Wahyuningsi pada tahun 2017 tentang kajian

etnofarmakologi Suku Lewotukan terhadap pengobatan tradisional di Desa Lamalera

A Kecamatan Wulanoni Kabupaten Lembata menunjukan banyak masyarakat yang

masih menggunakan tanaman di sekitar mereka untuk mengobati berbagai macam

penyakit yang di derita. Penelitian mengenai kajian etnofarmakologi di Kabupaten

Timor Tengah Selatan belum pernah dilakukan, selain itu masyarakat di Desa Tetaf

Kecamatan Kuatnana Kabupaten Timor Tengah selatan masih banyak yang

menggunakan tanaman sebagai pengobatan tradisional dan pusat pelayanan kesehatan


yang susah dijangkau oleh masyarakat serta kondisi ekonomi masyarakat yang

membuat masyarakat memilih untuk menggunakan tanaman sebagai pengobatang

alternatif.

B. Rumusan Masalah

Apa saja tanaman obat yang dipakai oleh masyarakat , di Desa Tetaf

Kecamatan Kuatnana Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk mengobati penyakit.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tanaman obat yang ipakai oleh masyarakat di Desa Tetaf

Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk mengobati pengobatan penyakit.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui nama lokal, nama Indonesia tanaman yang digunakan oleh

masyarakat di Desa Tetaf Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk mengobati

pengobatan penyakit.

b. Mengetahui bagian yang digunakan dan cara penggunan tanaman obat yang

digunakan oleh masyarakat di Desa Tetaf Kabupaten Timor Tengah Selatan

untuk mengobati pengobatan penyakit.

c. Mengetahui khasiat dan aturan pakai dari tanaman obat yang digunakan oleh

masyarakat di Desa Tetaf Kabupaten TTS untuk mengobati pengobatan

penyakit.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman, kemampuan dan wawasan dalam pemanfaatan

tanaman obat untuk pengobatan.

2. Bagi Institus

Sebagai informasi bagi penelitian sejenis dan penelitian lanjutan yang lebih

baik.

3. Bagi Masyarakat Atau Instansi

Tersedianya dokumen tentang pengetahuan lokal masyarakat setempat dalam

pemanfaatan tanaman obat untuk pengobatan penyakit di Desa Tetaf.

E. Tinjauan Pustaka

1. Etnofarmakologi

Etnofarmakoligi berasal dari tiga kata, yaitu ethnos (Yunani) yang berarti

rakyat atau bangsa farmakon (Yunani) yang artinya obat dan logos berarti ilmu,

sehingga etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan

tumbuhan atau hewan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya

dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa.

Etnofarmakologi terkait dengan beberapa bidang ilmu seperti ilmu botani, ilmu

farmasi, dan aspek sosial serta kultur budaya masyarakat (Martin, 1998). Kajian

etnofarmakologi merupakan kajian yang membahas tentang senyawa metabolit

sekunder yang terkanung dalam suatu bahan (Hartato, 2014). Menurut Mierelami

(2011) etnofarmakologi adalah studi tentang tumbuhan dan efek farmakologinya

untuk mencegah dan mengobati penyakit serta mengefaluasi fungsi komponen

alami dalam tanaman tersebut.

Sejarah kedokteran telah menunjukan bahwa sebagian obat tradisional ini

merupakan cikal bakal dari obat modern. Sebagai contoh adalah kina yang berasal

dari tanaman chinchona officinalis dan reserpin dari tanaman Rauwalfia


serpentina yang sejak dahulu telah dipakai sebagai ramuan obat oleh penduduk

setempat dalam mengobati penyakit-penyakit tertetu, tapi dosisnya belum

ditentukan. Kemudian dengan cara pemurnian dapat ditemukan substansi yang

efektif sehingga takaran dan khasiatnya dapat diukur, hal ini membuktikan bahwa

etnofarmakologi atau pemanfaatan tumbuhan sebagai tanaman obat oleh

masyarakat pada zaman ini sangat berperan dalam pengembangan obat modern

(Anonim, 2011).

Sebagian besar peneliti di berbagai negara di dunia menyadari bahwa Suku-

suku terasing memiliki berbagai kearifan, pengetahuan dan pengalaman yang

bermakana besar bagi manusia dalam masyarakat modern. Kecekatan mereka

dengan dalam, pengetahuan mengenai tumbuhan yang bergizi atau mengandung

berbagai zat yang dapat mengobati berbagai penyakit dan keberhasilan

masyarakat untuk mempertahankan eksistensinya dari generasi ke generasi

merupakan sesuatu yang menganung banyak pelajaran bagi manusia dan

masyarakat modern. Langkah pertama dan terpenting dalam program

pengelambangan obat dengan menggunakan bagian-bagian tumbuhan adalah

pengumpulan dan analisis informasi tentang penggunaan tumbuhan oleh berbagai

masyarakat tradisional ( Sintha, 2012).

Etnofarmakologi merupakan cabang ilmu dari etnobotani. Etnobotani

merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-

hari adat atau suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani

yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interprestasi dan asosiasi yang

mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman , serta

menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan

budaya dan kelestarian alam (Darmono, 2007).


2. Tumbuhan obat

a. Pengertian tumbuhan obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan

digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun penyakit. Pengertian

berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati

penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi

mengandung efek resultan /sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati

(Flora, 2008).

Tumbuhan obat adalah segala jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai

khasiat baik dalam membantu memelihara kesehatan maupun pengobatan

suatu penyakit. Tumbuhan obat sangat erat kaitannya dengan pengobatan

traisional, karena sebagian besar pendayagunaan tumbuhan obat belum

didasarkan pada pengujian klinis laboratorium, melainkan lebih mendasarkan

pada pengalaman penggunaan (Yuni et.,2011).

Menurut Abdiyani (2008) tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan

yang diketahui atau dipercaya khasiat obat. Ahli lain mengelompokan

tumbuhan berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu :

1) Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui

atau dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan

sebagai bahan baku obat tradisional.

2) Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah

telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang

berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara

medis.
3) Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat

tapi belum dibuktikan penggunaan secara ilmiah-medis sebagai obat.

Sementara menurut Departemen Kesehatan RI, definisi tanaman obat

Indonesia sebagaimana tercantum dalam SK. Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/

1978 adalah sebagai berikut:

1) Tanaman atau bagian tanamana yang digunakan sebagai bahan obat

tradisional atau jamu.

2) Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula

bahan baku obat (precursor).

3) Tanaman atau bagian tanaman yang di ekstraksi dan ekstrak tanaman

tersebut digunakan sebagai obat.

Ada tiga hal yang bisa menjadi alasan kuat tumbuhan untuk dikatakan

sebagai tanaman obat, yaitu a) tanaman atau bagian tanaman dapat

memperkuat fungsi organ tubuh; b) tanaman atau bagian tanaman dapat

menghilangkan racun atau penyakit ; ) tanaman atau bagian tanaman dapat

membangun sistem kekebalan tubuh (Hidayat, dkk.2008).

b. Kelebihan dan kekurangan tanaman obat

Katno(2008) menyatakan bahwa tanaman obat memiliki kelebihan dan

kekurangan, yaitu :

1) Kelebihan tanaman obat

a) Penggunaan obat tradisional dinilai relatif aman dibandingkan

penggunaan obat konfensional.

b) Obat tradisional memiliki efek samping yang relatif rendah.


c) Dalam suatu ramuan dengan kandungan yang beraneka ragam

memiliki efek yang sinergis.

d) Banyak tumbuhan yang dapat memiliki lebih dari satu efek

farmakologis.

e) Obat tradisional lebih sesuai untuk berbagai penyakit metabolik

dan degeneratif.

2) Kelemahan tanaman obat

a) Efek farmakologisnya kebanyakan lemah.

b) Bahan bakunya belum terstandar.

c) Belum dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan

efektifitas dan keamanannya.

Tanaman yang digunakan sebagai obat sangat beragam, oleh karena itu

penting untuk memilih tanaman pengetahuan mengenai tanaman seperti

identifikasi, waktu pengumpulan, bagian tanaman yang digunakan serta cara

pengolahannya.

1. Identifikasi

Perlu diperhatikan bentuk tanaman dan uraian tanaman yang cukup jelas

sehingga dapat diketahui ciri-ciri tanaman obat yang dimaksut, karena banyak

tanaman yang mirip tetapi tidak berkhasiat atau mempunyai khasiat yang

berbeda.

2. Waktu penggunaan

Guna mendapatkan bahan obat yang terbait dari tanaman, perlui perhatika

saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat. Bagian-bagian

tanaman yang digunakan sebagai obat terdiri dari bagian daun, kulit, batang,
buah, biji, bahkan bagian akar. Pedoman waktu pemetikan tanaman secara

umum yaitu :

a) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi

masak.

b) Bunga dikumpulkan sebelum atau segerah setelah mekar.

c) Buah dipetik dalam keadaan masak.

d) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurnah.

e) Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus),

dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya terhenti (Dalimarta, 2003)

3. Bagian-bagian tanaman yang digunakan yaitu:

a) Akar (Radiks)

Merupakan bagian tanaman yang biasanya terdapat dialam tanah.

Pertumbuhan akar kedaerah pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air

(hidrotrop). Akar tidak berbuku-buku atau beruas-ruas (Dalimartha, 2008),

misalnya akar kuning, genoak, sambiloto, pecah piring, mahoni, akar bunga

pukul empat, dan akar bunga matahari (Lero,2006).

b) Umbi (tuber)

Organ tumbuhan yang mengalami perubahan ukuran dan bentuk

(pembengkakan) sebagai akibat perubahan fungsinya. Perubahan ini

berakibat pula pada perubahan anatominya. Organ yang membentuk umbi

terutama batang, akar atau modifikasinya. Hanya sedikit kelompok

tumbuhan yang membentuk umbi dengan melibatkan daunnya. Umbi

biasanya terbentuk tepat dibawah permukaan tanah, meskipun dapat pula

terbentuk jauh di alam maupun di atas permukaan tanah (Prasetyono, 2012),


misalnya bawang merah, bawang putih, garut, som jawa, dan ginseng merah

(Lero, 2006).

c) Rimpang (rhizoma)

Rimpang biasanya berada dibawah permukaan tanah. Rimpang

memiliki sifat keras dan mudah rapuh. Tanaman yang termasuk dalam

kelompok ini umumnya adalah tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk

pengobatan tradisional dan bumbu masakan, misalnya kunyit, jahe, dan

temulawak (Prasetyono, 2012).

d) Batang (cauli)

Batang merupakan bagian dari tubuh tanaman. Ada tanaman yang jelas

terlihat batangnya dan ada yang tidak berbatang sehingga seakan-akan

keluar dari akarnya. Tanaman jenis ini akan tampak batangnya setelah

berbunga. Pada batang dapat diambil kulit kayu (merupakan bagian terluar

dari batang) dan kayu (merupakan batang tanpa kulit) (Dalimartha, 2008),

misalnya brotowali, faloak, adas dan bunga matahari (Lero, 2006).

e) Kulit kayu (cortex)

Kulit kayu merupakan bagian kulit batang yang digunakan sebagai

ramuan obat. Kulit batang umumnya diambil dari bagian kulit terluar

tanaman tingkat tinggi. Bagian yang sering digunakan sebagia ramuan

meliputi kulit batang, cabang atau kulit akar, sampai ke lapisan epidermis

(Prasetyono, 2012), misalnya sambang darah, kayu ular, sidaguri, ceplukan,

kembang merah, pohon waru, damar merah, dan kayu manis (Luan, 2016).

f) Daun (folium)
pada umumnya daun berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau dan

merupakan tempat utamanya terjadinya proses fotosintesis. Organ daun

memiliki bagian-bagian utama seperti pangkal daun, pelepah atau upih daun,

tangai daun dan helai daun. Struktur luar dan dalam berkaitan dengan

perannya dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Daun biasanya rata dan

tipis sehingga memudahkan masuknya sinar matahari masuk kedalam sel.

Luasnya permukaan daun juga memungkinkan pertukaran gas. Di

dalam helai daun juga terapat jaringan pembulu (Ritnasari, 2008; Mulyani,

2010), misalnya sidaguri, ceplukan, daun tinta, picisan, benalu, panan,

selada, advokat, wungu, pecut kuda, pegagan, meniran, sambung nyawa,

daun sendokan, beluntas, salam, kaca piring, kecubung, daun katuk, dan

bayam merah (Lero, 2006).

g) Bunga (flos)

Bunga merupakan alat reproduksi seksual pada tumbuhan. Bunga

merupakan bagian tanaman yang menunjukkan variasi besar dalam struktur,

susunan dan ukuran. Bagian-bagian terpenting pada bunga terdiri dari

bagian steril dan bagian fertil (Ratnasari, 2007), misalnya alang-alang, aren,

bayam, belimbing manis, belimbing wulu, brokoli, bugenvil, melati,

matahari, mawar, delima, kaca piring, kapas, ketela, nanas, nangka, dan tahi

ayam (Isnanar, 2008).

h) Buah (fruktus)

Buah adalah bagian tanaman yang berasal dari bunga. Buah dihasilkan

dari penyerbukan putik oleh benang sari, didalam buah terdapat biji, yang

,merupakan bagian penting bagi tumbuhan yang berkembangbiak secara


generatif (Mulyani, 2006), misalnya srikaya, pepeya, kelapa, pala,

mengkudu, dan jeruk (Lero, 2006).

i) Biji (semen)

Biji diambil dari buah yang telah masak, sehingga umumnya sangat

keras. Bentuk dan ukuran biji pun bermacam-macam, tergantung dari jenis

tanamannya. Beberapa jenis tanaman yang bijinya dapat digunkaan sebagai

obat, antara lain pinang, pala, kedelai, mahoni, kusambi, dan kapas

(Prasetyono, 2012).

j) Herba (herbs)

Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang,

daun, bunga dan buah, misalnya putri malu dan meniran (Dalimartha dan

Arian, 2013).

4. Cara pengolahan

Menurut Hamzah, dkk.(2003), dalam peramuan tumbuhan obat,

umumnya dilakukan dengan cara yang cukup sederhana yang dapat dilakukan

oleh setiap pasien yang menggunakannya, tidak tergantung pada sang dukun.

Beberapa cara peramuan obat antara lain:

a) Direbus

Tumbuhan diambil terlebih dahulu, dibersihkan kemudian direbus dengan

air hingga mendidih lalu didinginkan lalu siap di minum, misalnya

samparey (Glochidion sp.) daunnya dipetik, direbus dan diminum airnya

yang bermanfaat menyembuhkan sakit dada.

b) Ditumbuk

Perlakuan dengan cara tumbuk dilakukan dengan menyiapakan penumbuk

dan dimasukan kemudian ditumbuk hingga hancur, misalnya daun


Swamberbrim (Erythrina Lithosperma ) ditumbuk halus kemudian

dicampur dengan air sedikit lalu digosokan pada perut untuk mengobati

sakit perut.

c) Dipanaskan / dibakar

Cara ini dilakukan dengan membungkus daun-daun tersebut kemuidan

dibakar lalu diramas dan diambil airnya untuk diminum, misalnya daun

Ingoyari (Physalis angulat) bermanfaat untuk perempuan yang baru

melahirkan.

d) Dikikis

Pada cara ini biasanya didahului dengan mebersihkan kulit luar tumbuhan

kemudian bagian kulit batang dan akar dikikis. Pengikisan dilakukan

hingga kulit batang dan akar, seperti akar Gagala (Esmoium Trismolia)

dikikis kemudian di campur dengan air, diperas dan diminum airnya untuk

mengobati keracunan pada tubuh.

e) Diseduh/ direndam

Perlakuan dengan cara ini dilakukan dengan tanaman diseduh atau

direndam dengan air panas kemudian airnya diminum, misalnya daun

kandarek (Morina citrifolia) diseduh/ direndam dengan air panas lalu

airnya iminum untuk mngobati luka alam.

f) Diparut

Umumnya cara parut dilakukan pada bahan baku obat yang strukturnya

keras misalnya kunyit (Curuma Domistica) diparut, diperas dan diambil

airnya untuk diminun dan bermanfaat untuk mengobati maag.

g) Diperas
Cara perasan dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu air yang

telah direbus pada wadah selanjutnya diperas dan airnya diminum,

misalnya daun Nasnasem (Widelia biflora) di bakar lalu diperas airnya

untuk diminum.

h) Langsung digunakan

Cara ini tanaman tidak diberi perlakuan, misalnya daun Berosfor

(Euphorbia hirta) dikunya daunnya dan airnya ditelan untuk mengobati

muntaber.

3. Pengobatan tradisional (Battra)

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah mengenal dan

terkenal pandai dalam melakukan peracikan jamu dan obat-obatan tradisional

lainnya. Berbagai macam tumbuhan, akar-akar, dan bahan alamiah lainnya diracik

sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ramuan-

ramuan tersebut digunakan pula untuk menjaga kondisi agar badan tetap sehat,

mecegah penyakit dan sebagian untuk mempercantik diri. Kepintaran dalam

melakukan peracikan bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang secara

turun-temurun, dari satu generasi ke generasi lain (Rizki,2011).

Menurut WHO (2000), Pengobatan tradisional adalah jumlah total

pengetahuan, ketrampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan teori-teori,

keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat buaya yang

berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliaharaan kesehatan

serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara

fisik dan mental. Selain itu, diefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih

oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang

memuaskan. Pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu cara


penyembuhan tradisional atau traditional healting yang terdiri dari pijatan,

kompres, akupuntur, dan sebagainya serta obat raisional atau traditional drugs

yaitu menggunakan bahan-bahan telah yang tesedia dari alam sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit. Obat traisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama

dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun,

kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti

bagian kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah

dari sumber mineral atau garam-garam yang bisa didapatkan dari mata air yang

keluar dari tanah. (Dermawan, R, 2013).

4. Penggunaan tumbuhan obat

Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang landasan obat tradisional

dengan dikeluarkannya keputusan menteri kesehatan RI No.

81/Menkes/SK/III/2007 tentang kebijakan obat traisional (KOTRANAS). Tujuan

dari dikeluarkannya keputusan ini adalah agar dalam ketersediaan obat tradisional

dapat menjamin mutu, khasiat, dan keamanannya dan dapat teruji secara ilmiah

dan dapat dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun untuk

pelayanan formal.

Untuk penggunaan tanaman sebagai obat bisa masyarakat menggunakan

tanaman dengan cara diminum, ditempel, dimakan, atau diremas ini dilakukan

untuk menapatkan efek terapi yang diinginkan. Dalam era ini, penggunaan

tanaman obat masih sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Ini sesuai dengan

keinginan pemerintah dalam pengembangan tentang penggunaan obat tradisional

secara empiris dan ramuan tradisional, dalam penggunaan obat ini tidak hanya

sebagai obat saja namun juga dapat digunakan sebagai pemeliharaan kesehatan

(Stepanus, 2011).

Anda mungkin juga menyukai