TENTANG
KA. KADtS KAUS KADIS KAOiS KAfHS KADIS KADtS KADIS KADIS KA WANL
5EKDA
?
BAPPEDA PUPR PERIKANAN NAX^rntANS TPHf PKH HUB PERMM LH PApwisATA KUM
F 1
BUIATI
i
4 < I
-2-
KA. KADtS KADIS KADIS KAOe KADIS KADtS KADtS KAIDIS KADIS KAIBAG WAML
/
ASS SEKDA
A
BAPKDA . PUPR PERIKANAN NAJfAtTRANS TI^P PKH HUB PERMM PPK] lIKMy LH PAp/lMSATA HU {OJM BIWATI
/ X. i •
V / 1
12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 08, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5393);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan
Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5574);
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 10);
16. Peraturan Presiden RepubUk Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk H u k u m Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
18. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 32 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 Nomor 32).
dan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PARAF KOORDINASI
it A
PIJR MRIKAWAN NAKyiRANS PKH HUB PEMOM PPKUK LH BUPATI
ruang wilayah kabupaten dalam k u r u n waktu 20 (dua puluh) tahun.
23. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah penjabaran kebijakan penataan
ruang ke dalam langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar
dalam penyusunan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten.
24. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem
perkotaan wilayah Kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah Kabupaten yang
dikembangkan u n t u k mengintegrasikan wilayah Kabupaten selain u n t u k melayani
kegiatan skala Kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan
energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya
air, termasuk seluruh daerah h u l u bendungan / waduk dari daerah aliran sungai,
dan sistem jaringan prasarana lainnya.
25. Pusat Kegiatan Wilayah, yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi u n t u k melayani kegiatan skala Provinsi atau beberapa
Kabupaten / Kota.
26. Pusat Kegiatan Lokal, yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi u n t u k melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa Kecamatan.
27. Pusat Pelayanan Kawasan, yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi u n t u k melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa.
28. Pusat Pelayanan Lingkungan, yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi u n t u k melayani kegiatan skala antar desa.
29. Rencana Sistem Jaringan Prasarana WUayah Kabupaten adalah rencana jaringan
prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten
dan u n t u k melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana
skala kabupaten.
30. Rencana Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten adalah rencana susunan kawasan
perkotaan baik sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang
menunjukkan keterkaitan saat i n i maupun sebagai rencana yang membentuk hirarki
pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.
3 1 . Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang u n t u k fungsi lindung dan
budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh)
tahun mendatang.
32. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah u n t u k mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai
dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan
atau pengembangan kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi rencana
program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
33. Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan adalah petunjuk yang
memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana,
dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai
dengan rencana tata ruang.
34. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah ketentuan
yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan u m u m
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi u n t u k wilayah kabupaten.
35. Ketentuan U m u m Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah ketentuan u m u m yang
mengatur pemanfaatan ruang atau penataan kabupaten dan unsur pengendalian
-6-
66. Kawasan Pertanian Kering adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya
tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan lainnya.
67. Kawasan Perkebunan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya tanaman
perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku.
68. Kawasan Hutan Rakyat adalah kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat secara
luas.
69. Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geograiis
satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang d i dalamnya terdapat
potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasihtas u m u m dan
fasihtas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung
dalam perwujudan kepariwisataan.
70. Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan.
7 1 . Bandar Udara adalah kawasan d i daratan dan/atau perairan dengan batas tertentu
yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik t u r u n
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasihtas keselamatan dan keamanan
penerbangan, fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
72. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan dengan batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan d a n kegiatan usaha yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik t u r u n penumpang dan/atau
bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
73. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah dan/atau media t u m b u h lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan i l m u
pengetahuan dan teknologi, perraodalan serta manajemen u n t u k mewTijudkan
kesejahteraan pelaku usaha perkebunan dan masyarakat
74. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan d a n
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan.
75. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha h u l u , usaha tani,
agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati
dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan tenaga keija, bantuan
teknologi, permodalan dan manajemen u n t u k mendapatkan manfaat yang sebesar-
besamya bagi kesejahteraan masj'arakat.
76. Petemakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih,
bibit dan/atau bakalan, pakan.budidaya temak, alat dan mesin petemakan, panen,
pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.
77. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral, batubara dan panas bumi yang
mehputi penyelidikan u m u m , eksplorasi,studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan d a n pemumian, pengangkutan d a n penjualan, serta kegiatan
pascatam bang.
78. Lingkungan adalah sumberdaya fisik dan biologis yang menjadi kebutuhan dasar agar
kehidupan masyarakat dapat bertahan.
79. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
PARAF KOORDINASI
KOORDINASr
KA. KAMS KADIS KADIS KAOB KADIS KADIS tABAG . „
BAPMDA pup PERIKANAN PKH HUB PERMM PPKUKM
-10-
BAB II
RUANG LINGKUP, TUJUAN, KEBIJAKAN DAN S TRATEGI
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Penataan Ruang
Pasal 2
P A H \ K O O R I )INA SI
KA. KADtS KAOIS KAOIS KAOK KADtS KADIS KADIS KA DIS KADtS KAOIS KAIBAG
KRHCANAN imp PKH HUB PEHNM PPM |JKM LH PA IWISATA MUltUM BUftATt
/
NAIMTRANS
5^ -eft i /? \ .
\
-11-
Bagian Kedua
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 3
Bagian Ketiga
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 4
Disesuaikan dengan visi misi bupati Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah
kabupaten sebagai berikut :
a. pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan;
b. pengembangan pertanian dan perkebunan didukung agroindustri yang berwawasan
lingkungan;
c. pengembangan dan pelestarian potensi sumber daya kelautan sepanjang Pantai
Kumai tetap menjaga lingkungan;
d. pengembangan pariwisata berbasis cagar budaya Kerajaan Kotawaringin dan
pariwisata ekologis mencakup hutan u n t u k Taman Nasional Tanjung Puting, Taman
Wisata Tanjung Keluang dan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau;
e. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan
f. penetapan pusat kegiatan melalui pendekatan pengembangan wilayah dan dukungan
prasarana wilayah u n t u k mexigatasi dan mengiu'angi ketimpangan pertumbuhan
antar wilayah.
Bagian Kempat
Strategi Penataan Ruang
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Strategi pengembangan dan pelestarian potensi sumber daya kelautan sepanjang Pantai
Kumai tetap menjaga lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 h u r u f c meliputi:
a. mendorong pengembangan kelautan yang produktif, efektif dan efisien bagi
terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan serta pembangunan
berkelanjutan melalui fasilitas dan pembinaan pemerintah daerah;
b. menggalang kerjasama regional, nasional dan intemasional dalam rangka
mewujudkan cagar alam l a u t ; dan
c. mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
u n t u k menjadikan kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir.
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
(1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten digambarkan dengan perwujudan sistem
pusat pelayanan terkait dengan sistem jaringan prasarana wilayah, terdiri atas :
a. pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1 : 50.000, yang tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
-14-
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten
Pasal 12
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 13
Paragraf Pertama
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 14
Pasal 15
(1) Rencana jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 h u r u f a, sebagai b e r i k u t ;
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas; dan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u r u f a meliputi:
a. jaringan jalan arteri primer, jalan lintas kalimantan poros selatan meliputi:
1. Batas Provinsi Kalimantan Barat - Kudangan - Penopa - Kujan - Simpang
Runtu sepanjang 199,51 k m ;
2. Jalan Ahmad Yani (Pangkalan Bun), Jalan Pakunegara (Pangkalan Bun), Jalan
Akses Palabuhan Tanjung Kalap (Bumi Harjo) sepanjang 17,82 km;
3. Batas KotaPangkalan B u n - Pangkalan Lada - Asam Baru.
b. Rencana pengembangan jalan arteri primer meliputi : Pangkalan Bun - Sebuai
sepanjang 45 k m
c. jaringan jalan kolektor primer K l (JKP-1) meliputi : Batas Kota Pangkalan B u n -
Kumai, jalan Pangeran Diponegoro - Jalan Iskandar, sepanjang 16,5 k m .
d. jaringan jalan kolektor primer K3 (JKP-3) meliputi : Riam Durian - Kotawaringin
Lama - Pangkalan Bun sepanjang 60,5 k m , Pangkalan Bun - Seberang Gajah -
Lunci - Kuala Jelai sepanjang 256,9 k m , Natai Raya - Kumai sepanjang 12 k m .
-15-
Pasal 16
Paragraf Kedua
Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian
Pasal 17
Paragraf Ketiga
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 18
PARAF KOORDINASI
t
-17-
Paragraf Keempat
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 19
Bagian Keempat
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 20
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) h u r u f c, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
Paragraf Pertama
Sistem Jaringan Energi
Pasal 21
(1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 h u m f a, meliputi :
a. Pembangkit Tenaga Ustrik;
b. Sistem Interkoneksitas dan Jaringan Transmisi Serta Jaringan Distribusi Listrik;
c. Gardu Induk (GI);
d . Depo Bahan Bakar Minyak (BBM); dan
e. Jaringan Pipa transmisi minyak dan gas bumi.
(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u r u f a, m e l i p u t i :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) d i Pangkalan B u n dan Kumai;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Kotawaringin Barat;
c. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBM) d i Kabupaten
Kotawaringin Barat;
d . Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) dan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Kotawaringin Barat;
(3) Pembangunan sistem interkoneksitas d a n jaringan transmisi tegangan
menengah/tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u m f b, terdiri atas :
PARAF KOORDINASI
KA. KMMS I KADtS I KADtS { ViiMi KADtS KAOIS KADIS KADIS KADB
SCKDA
•AFPtOA Pl^ PCMKANAN NAKECTKANS TfHP PKH HUB PPIOJKM LH
A
* BUPATI
.18-
Paragraf Kedua
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 22
Paragraf Ketiga
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Pengelolaan Sumber Daya Air
Pasal 2 3
(1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 h u r u f c,terdiri atas :
a. Wilayah Sungai (WS) ;
b. Danau Dan Bendungan ;
c. Daerah Irigasi (DI) ;
d. Daerah Rawa (DR);
e. Pantai; Dan
f. Sistem Pengendalian Banjir.
(2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u r u f a, terdiri atas :
a. wilayah sungai lintas provinsi termasuk wilayah sungai (WS) Jelai - Kendawangan
yang meUputi DAS Jelai, DAS Arut, DAS Lamandau, DAS Kumai;
b. wilayah sungai Untas wilayah kabupaten meUputi DAS B u l u h Kecil, DAS Cabang.
PARAF KOORDINASI
KA. KAOS KAINS KADtS KAOIS KAOIS KAOtS KAOIS KABAG WAKH.
PKH HUKUM
-19-
Paragraf Keempat
Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
V.KRAF K O O R D I N A S !
KA. KM>IS KADIS KADIS HUMS KADIS KADtS . KADIS WAMl
4
BAPPEDA PUy PERIKANAN PKH HUB PERHM PPKUKy PARMISATA BUPATI
JL
-21-
Pasal 28
Pasal 29
Prasarana sistem jaringan pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
h u r u f e, meliputi:
a. sistem pengolahan air limbah setempat {on-site system];
b. sistem pengolahan air limbah terpusat.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 30
Bagian Kedua
Kawasan Lindung Kabupaten
Pasal 31
Paragraf Pertama
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 32
J PARAF KOORDINASI /
KA. KADIS KADIS KADtS KAlAS KADIS KADfS KAI»S KADIS KADfS JCADIS KABAG
1;s WAKIL
y4
BAPPEDA PUtft PERIKANAN NAHRTRANS TJWP PKH SEKDA
HUB PERMM PPM[JKM , Pt IlWISATA HU UM BUPATI
J- \
L
-22-
b. kawasan hutan lindung dengan luas kurang lebih 182,74 hektar tersebar d i Pulau
Kelapa, Pulau Samudera Kecil, Pulau Batimbul, I*ulau Bengaris, Pulau Seluluk, dan
Pulau Terusan Pulau Samudera d i Desa Tanjung Putri Kecamatan A r u t Selatan.
Paragraf Kedua
Kawasan Perlindungan Setempat
^sa]33
Paragraf Ketiga
Kawasan Suaka Alarn^ Pelestaiiaa Alam dan Cagar Budaya
Pasal 34
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) h u r u f c m e l i p u t i :
a. kawasan suaka alam meliputi Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) berada d i
Kecamatan Kumai seluas kurang lebih 248.298 hektar dan Taman Wisata Alam (TWA)
Tanjung Keluang berada d i Kecamatan Kumai seluas kurang lebih 2.551 hektar
b. kawasan pelestarian alam meliputi Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Suaka
Alam Laut seluas kurang lebih 30.453 hektar ;
c. kawasan c^gar budaya meliputi Tstana Kuning atau Keraton T^wang Agung Bukit
Indera Kencana, Astana Mangkubumi di Kecamatan Arut Selatan, Astana Al-Nursari,
Makam Kyai Gede Masjid Kyai Gede dan Makam Raja Kuta Tanah d i Kecamatan
Kotawaringin Lama. Rumah Adat, Batu Patahan, Tiang Pantar, Balai Pinyang Laman,
Batu Dahiang Burung, Sapundu, Rumah Betang Kuning, Batu Lancang, Tempayan
Hermaung Yadana dan Monumen Iskandar Sambi d i Kecamatan Arut Utara.
Paragraf Keempat
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 35
Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) h u r u f d ,
meliputi :
a. Sungai Kumai panjang kurang lebih 175 k m (kilometer);
b. Sungai Lamandau panjang kurang lebih 325 k m (kilometer) dan Sungai Arut panjang
kurang lebih 250 k m (kilometer); dan
PARAF KOORDINASI
KA. KANS KAIHS KADIS KADIS KADIS KADIS KADIS IMHS KAMG WAMt
? u\T\v\\i
SAgjDA PU#R PERIKANAN PKH HUB PERKIM PPKUKM LH PARWISATA HUl IM TT ^ BUPATI
-23-
Paragraf Kelima
Kawasan Rawan Bencana
Pasal 36
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) h u r u f e,
terdiri atas :
a. kawasan rawan gelombang pasang berada d i sepanjang pesisir pantai Kabupaten
Kotawaringin Barat meliputi Tanjung Pengujan sampai Tanjung Keluang, Teluk
Pulai sampai Teluk Ranggau, Keraya dan Sebuai;
b. kawasan rawan banjir meliputi Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Rangda, Desa
Sulung, Desa Kenambui, Desa Umpang, Desa Tanjung Terantang Kelurahan
Mendawai, Kelurahan Raja, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Mendawai
Seberang, Kelurahan Raja Seberang d i Kecamatan Arut Selatan sedangkan Desa
Lalang, Desa Rungun dan Desa Kondang di Kecamatan Kotawaringin Lama;
c. kawasan rawan kebakaran hutan berada d i daerah pesisir dan muara sungai serta
hutan disepanjang jalan yang menghubungkan Kota Pangkalan B u n - Kotawaringin
Lama;
(2) Rincian kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
lamjMran IV, yang merupakan bagian tidak terjHsahkan dari Peraturan Daerah i n i .
Paragraf Keenam
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 3 7
PARAF KOORDINASI
KADtS KADIS KWIS KADIS KADtS KADIS » kDIS KABAG WAHL
NAKEftRANS PKH HUB PERKIM PPKUiy IH PAR MSATA Htj UM BUPATI
-24-
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya Kabupaten
Pasal 38
(1) Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) h u r u f b, terdiri
atas :
a. kawasan peruntukan h u t a n produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
(2) Rincian kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai lampiran IV,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah i n i .
Paragraf Pertama
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 39
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana diniaksud dalam Pasal 38 ayat (1)
h u r u f a, meUputi:
a. kawasan hutan produksi terbatas (HPT) seluas ± 5.397 hektar;
b. kawasan hutan produksi tetap (HP) seluas ± 253.178 hektar; dan
c. kawasan h u t a n produksi yang dapat d i konversi (HPK) seluas ± 147.866 hektar.
Paragraf Kedua
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 40
Paragraf Ketiga
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 41
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) h u r u f
c, terdiri atas :
a. Kawasan pertanian tanaman pangan (lahan sawah)
b. kawasan pencadangan lahan tanaman pangan ;
c. kawasan hortikultura;
d. kawasan petemakan; dan
e. kawasan perkebunan
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan (lahan sawah) dengan luas ± 9.469 hektar
tersebar d i Kecamatan Pangkalan Banteng, Kecamatan Pangkalan Lada, Kecamatan
Arut Utara, Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kotawaringin Lama dan Kecamatan
Kumai;
(3) Kawasan pencadangan lahan tanaman pangan dengan luas ± 21.288 hektar tersebar
d i Kecamatan Pangkalan Banteng, Kecamatan Pangkalan Lada, Kecamatan Arut
-25-
Paragraf Keempat
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 42
(1) Kawasan peruntukan perairan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 aj^at
(1) h u m f d seluas ± 11.496 hektar, terdiri atas :
a. kawasan p e m n t u k a n perikanan tangkap;
b. kawasan p e m n t u k a n budidaya perikanan; dan
(2) Kawasan p e r u n t u k a n perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
h u r u f a seluas ± 3.930 hektar, meliputi ;
a. kawasan p e m n t u k a n perikanan tangkap d i perairan laut Kabupaten Kotawaringin
Barat:
b. kawasan p e m n t u k a n perikanan tangkap diperairan u m u m meliputi sungai, danau
dan rawa yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat
(3) Kawasan p e m n t u k a n budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
h u r u f b seluas ± 7.541 hektar, ter4apat d i wila3'ah darat dan pesisir meliputi:
a. kawasan p e m n t u k a n perikanan budidaya di laut m e l i p u t i :
1. budidaya keramba jaring apung pada kawasan Desa Kubu, Sei Penyimping ke
arah TWA Tanjung Keluang;
2. budidaya teripang dan m m p u t laut berada d i Desa Sungai Bakau dan Desa
Teluk Bogam;
3. budidaya air payau ditambak meUputi kawasan Sungai Ratik Desa Sungai
Bakau, kawasan Teluk Ranggau dan Sungai Gumpung di Desa Sungai Cabang
Timur dan kawasan Desa Tanjung Putri; dan
4. budidaya air payau d i sungai meliputi kawasan dari Tanjung Kalap sampai
Desa Sebukat.
b. kawasan budidaya air tawar meJiputi :
1. keramba jaring apung meliputi kawasan Karang Anyar sampai Danau Seluluk
d i Sungai Lamandau dan dari Sungai Tembaga sampai Sungai Bungur d i
Sungai A m t ;
2. kolam ikan meliputi kawasan Desa Natai Kerbau di Kecamatan Pangkalan
Banteng, Desa Sagu di Kecamatan Kotawaringin Lama keramba ikan meUputi
kawasan Desa Runtu, Desa Kenambui dan Kelurahan Kotawaringin H u l u .
c. kawasan budidaya ikan d i rawa meliputi Desa Sebuai, Tanjung Putri dan Desa
Tanjung Terantang.
Paragraf Kelima
Kawasan Penintukan Pertambangan
Pasal 43
mineral logam dan non logam, mineral radioaktiff, batuan dan batubara yang
dikeiompokan menjadi wilayah usaha pertambangan fWUP), wilayah pertambangan
nasional (WPN), wilayah pertambangan rakyat (WPR) serta kawasan peruntukan
pertambangan minyak dan gas bumi.
b. Kawasan peruntukan pengembangan sumber daya energi d i Kabupaten Kotawaringin
Barat
Paragraf Keenam
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 44
Paragraf Ketujuh
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 45
Paragraf Kedelapan
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 46
PARAF KOORDINASI
KADIS KAOfi KAOtS KMNS KADIS KADIS KABAG WAKM.
ASS SEIOM
ncH HU» PEWQM PPKUiy LH PI tnWSAT ""^ BUPATI
-27-
Paragraf Kesembilan
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 47
Pasal 48
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Pasal 49
(1) Kawasan strategis yang ada d i wilayah kabupaten berdasarkan sudut kepentingan,
terdiri atas:
a. kawasan strategis nasional;
b. kawasan strategis provinsi; dan
c. kawasan strategis kabupaten.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam
lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 50
Kawasan strategis nasional yang ada di wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (1) h u r u f a adalah kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP).
-28-
Pasal 51
Kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (1) h u r u f b meUputi:
a. Kawasan pertanian berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan pengembangan
irigasi teknis di Kabupaten Kotawaringin Barat
b. awasan pertanian berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan pengembangan DR.
Pasang Surut, DR. Non Pasang Surut, DR. Lebak berada d i Kabupaten Kotawaringin
Barat;
c. kawasan pengembangan petemakan bempa kawasan petemakan mminansia dan
non mminansia yang lokasi pengembangan berada d i Kecamatan Arut Selatan,
Kumai dan Pangkalan Lada dan ayam dan itik berada d i Kecamatan Kotawaringin
Lama, A m t Selatan, Kumai, Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada.
Pasal 52
Pasal 53
PARAF KOORDINASI
ICA. KAXMS KADIS KADtS KADtS KADIS KADIS KADIS ISDIS WAMl
z
ASS SEKDA
A
PERIKANAN PKH HUB PERKIM PPKUKM IH iRI VISA' BUPATI
-29-
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 ayat (1) h u r u f b, yaitu kawasan strategis sekitar bangunan kerajaan atau
kesultanan d i Pangkalan B u n dan di Kecamatan Kotawaringin Lama.
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
(1) U n t u k operasional RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat disusun rencana rinci tata
ruang berupa rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten;
(2) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 58
(1) Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang;
(2) Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan d a n
peiaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya; dan
(3) Perkiraan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 59
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan;
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, investasi swasta dan keija
sama pendanaan;
(3) Kerjasama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan ; dan
(4) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang merupakan indikasi program
utama lima tahunan tercantum dalam lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah i n i .
y PARAF KOORDINASI
KA. KADIS KADIS KADIS KADtS KADIS KADIS KADIS KADIS IADIS K« RAG WAiOL
t
HU U M i SEKDA
BAPPEDA PlIPR PERIKANAN NAWTRANS PKH HUB PERKIM PPMUKM LH PARIWISATA BMfATI
1
•
-30-
Bagian Kedua
Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung
Pasal 60
(3) Pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 berupa pengelolaan kawasan cagar budaya, melalui
kegiatan;
a. pelestarikan bangunan kuno yang masih terdapat di berbagai wilayah kabupaten;
b. mempertahankan keaslian bangunan tersebut dengan modemisasi ke bentuk
lain;
c. memfungsikan bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol dan terawat
kelestariannya; dan
d. perlindungan terhadap bangunan peninggalan sejarah tersebut, ditetapkan dalam
peraturan daerah tersendiri.
(4) Pengelolaan kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 berupa
pengelolaan sekitar kawasan mata air, meliputi kegiatan:
a. perlindungan sekitar mata air u n t u k kegiatan 3'ang menyebabkan a l i h fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
b. pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan u n t u k air m i n u m atau
irigasi;
c. selain sebagai sumber air m i n u m dan irigasi, sumber air juga digunakan u n t u k
pariwisata peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air
yang ada, penggunaan sumber air u n t u k rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam
tersendiri;
d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah /
ground cover u n t u k melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta
e. membatasi penggunaan secara langsung u n t u k bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi mata air.
(5) Pengelolaan kawasan lindung lainya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 berupa
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil, meliputi kegiatan perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam
memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bagian Ketiga
Arahan Pengelolaan Kawasan Budidaya
Pasal 61
Pasal 62
2. perubahan alih fungsi sawah hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan
perubahan maksimum 50% (lima puluh persen) dan sebelum melakukan perubahan
atau alih fungsi sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi teknis 2 (dua) kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam
pelayanan daerah irigasi yang sama;
3. pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan
utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum 20%
(dua p u l u h persen) dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan
irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya 2 (dua) kah
luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
4. tidak boleh melakukan alih fungsi pada sawah beririgasi teknis yang telah
ditetapkan sebagai pertanian tanaman pangan berkelanjutan ; dan
5. sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan
peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
b. pengelolaan kawasan pertanian kering ditetapkan dengan ketentuan:
1. kawasan pertanian kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan
tanaman tahunan yang produktif diperuntukkan u n t u k menunjang kehidupan
secara langsung u n t u k rumah tangga masyarakat sehingga memihki penggunaan
tanah campuran seperti palawr|a, hortikultura maupun penunjang periiebunan
dalam skala kecil;
2. dalam beberapa hal kawasan merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan
u n t u k kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan rencana
detail tata ruang; serta
3. alih fungsi tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan u n t u k meningkatkan
nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat
c. pengelolaan petemakan dilakukan dengan kegiatan:
1. peningkatan kegiatan petemakan secara alami dengan mengembangkan padang
penggembalaan yang pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan
perkebunan atau kehutanan;
2. kawasan petemakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, d a n
diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan temak;
3. pengembangan sistem inti-plasma dalam petemakan;
4. pengolahan hasil temak diupayakan untuk memiliki nilai ekonomi yang tinggi;
5. pengembangan temak unggulan yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif; dan
6. pemisahan temak unggas dan temak lain yang memiliki potensi penularan penyakit
pada manusia dari kawasan permukiman.
d. pengelolaan perkebunan ditetapkan dengan ketentuan:
1. perkebunan juga memiliki fungsi perlindungan kawasan yang telah dialihfungsikan
menjadi tanaman semusim, hams diupayakan menjadi perkebunan kembaii dengan
melihatkan masyarakat;
2. peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; dan
3. penetapan komoditas tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian ,
konservasi tanah dan air, juga hams mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan
keindahan / estetika.
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
PAR.\ KOOftDINASI
KA. KADtS KADIS KADIS KADIS KAOiS KACHS KADIS KABAG
BAgmA PlrfR PERIKAWAN PKH HUB PERKIM PPKUKM LH HUKUM
-34-
i. lingkungan Industri Kecil (LIK) Pasir Panjang diarahkan ke Kawasan Industri Tanjung
Kalap dan kawasan dimaksud dialih fungsikan menjadi peruntukan kawasan
pendidikan dan pusat bisnis.
Pasal 66
Pasal 67
BAB v n
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 68
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 69
(1) Ketentuan u m u m peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2)
h u r u f a, menjadi pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi oleh Pemerintah
Kabupaten.
(2) Ketentuan pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l)memuat ketentuan
meliputi :
a. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan perkotaan;
b. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan perdesaan;
c. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan transportasi
darat;
d. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan transportasi
laut;
e. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan transportasi
udaia;
f ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan energi;
g. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan
telekomunikasi;
h. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan prasarana
sumber daya air;
i. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan sekitar jaringan prasarana
penyehatan lingkungan;
j. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan lindung;
k. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan budidaya; dan
1. ketentuan u m u m peraturan zonasi u n t u k kawasan strategis kabupaten.
(3) Peraturan zonasi kabupaten akan disusun dan ditetapkan dalam Peraturan Kepala
Daerah.
Paragraf Pertama
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan
Pasal 70
L X . . i f4
I
(
/
-36-
Paragraf Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Perdesaan
Pasal 71
PARAF KOORDINASI
KA. KACHS KADtS KAOIS KADIS KADIS NADIS KABAG WAKH.
z
BAPPtPA PUW PEftlKANAN HUB PERKIM LH PjyiWISATA HUjiJM BUPAn
-37-
c. pada kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka u n t u k pertanian yang produktif
harus dilakukan pengamanan, khususnya agar tidak dialihfungsikan pada
peruntukan non pertanian;
d. setiap kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang yang berfungsi u n t u k
pertanian;
e. perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun hanya dilakukan secara infiltratif
pada permukiman yang ada dan harus menggunakan yang kurang produktif; dan
t pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan piasarana
lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing yang
bersinergi dengan pengembangan sistem perkotaan.
Paragraf Ketiga
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kawasan Sekitar Jaringan Transportasi Darat
Pasal 72
Paxagraf Keempat
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kawasan Sekitar Jaringan Transportasi Laut
Pasal 73
Paragraf Kelima
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kawasan Sekitar Jaringan Transportasi Udara
Pasal 74
b. struktur dan ketinggian maksimum bangunan pada radius daerah penerbangan harus
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku d a n
dikoordinasikan dengan instansi terkait;
c. ruang udara yang ditetapkan u n t u k jalur penerbangan harus aman dari kegiatan yang
mengganggu fungsinya sebagai jalur penerbangan;
d. u n t u k kepentingan keselamatan penerbangan, manuver pendaratan dan tinggal landas
serta pendaratan darurat, maka bangunan d a n kegiatan lain pada kawasan
keselamatan operasi dan penerbangan (KKOP) yang dapat mengganggu keselamatan
penerbangan dibatasi sesuai dengan persyaratan manuver penerbangan dan peraturan
perundangan yang berlaku;
e. pembangunan menara telekomunikasi yang dapat memancarkan maupun menerima
frekuensi, serta jaringan energi yang mengahrkan listrik dan magnet tegangan tinggi
tidak diijinkan dibangun pada kawasan keselamatan operasi dan penerbangan (KKOP);
f. pengembangan kawasan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas diharuskan
membuat analisa dampak lingkungan (amdal) lalu lintas.
Paragraf Keenam
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kawasan di Sekitar Jaringan Energi
Pasal 75
Paragraf Ketujuh
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Pasal 76
4(51 I T 4
KA. KAOIS KADIS KADIS KADIS KAOIS KAOIS KABAG
t
BAPPEOA PKH PERKIM PPI(UW»
PPKU* LH HUAJM
-40-
Paragraf Kedelapan
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
di Sekitar Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Pasal 77
Paragraf Kesembilan
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 78
X \
PERIKANAN NflERTRANS TPjiP PKH HUB PERKIM PPM|IKM LH PARI nSATA H^KUM BVPAT1
h
/V ^. 4- [00- ;/
1 t
-42-
Paragraf Kesepuluh
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
P.\RAF K O O R D I N A S I
UUHS KU>& KAlNS KAEHS KAOS WJUQL
1^
PERIKANAN
KIKANAN NAHRTRANS
NAIHRTRAN PKH HU,
HUft PERKIM PPMJKM LH PARf 1SATA PATI
X
-44-
Pasal 82
Pasal 83
(1) Ketentuan u m u m peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 h u r u f d, mencakup;
a. ketentuan u m u m peraturan zonasi kawasan taman nasional, taman wisata alam,
dan suaka margasatwa;
b. ketentuan u m u m peraturan zonasi kawasan konservasi pesisir dan pulau kecil;
c. ketentuan u m u m peraturan zona.si kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. ketentuan u m u m peraturan zonasi kawasan cagar alam laut dan perairan.
(2) Ketentuan u m u m peraturan zonasi kawasan nasional, taman wisata alam dan suaka
margasatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u r u f a ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan taman nasional dilarang melakukan kegiatan budidaya yang
menyebabkan menurunnya fungsi kawasan;
b. dalam kawasan taman nasional dilarang melakukan penebangan pohon dan
perburuan satwa yang dilindungi undang-undang;
c. dalam kawasan taman nasional dan taman nasional laut diperbolehkan u n t u k
melakukan kegiatan peneUtian dan wisata alam sepanjang tidak merusak
lingkungan;
d. dalam kawasan taman nasional dan taman nasional laut diperbolehkan u n t u k
melakukan pembangunan prasarana wilayah dan prasarana bawah laut sepanjang
tidak merusak atau mengurangi fungsi kawasan.
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Pasal S 8
Pasal 89
fix
PKH HUB PERKIM PPWIKM
JKM LH PARMBATA HUKUM AS SE
^K
DA i BUPATI
-48-
budidaya;
2. dalam kawasan konservasi laut daerah dapat dikembangkan kegiatan h u t a n
kemasyarakatan tanpa mengganggu fungsi utama kawasan;
3. dalam kawasan konservasi laut daerah dapat dikembangkan kegiatan ekowisata
selama tidak mengganggu fungsi utama kawasan; dan
4. prasarana dan sarana yang dapat dibangun dalam kawasan konservasi laut daerah
adalah yang bersifat menunjang fungsi kawasan.
Pasal 90
Pasal 91
Paragraf Kesebelas
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 94
4
HUE PARK ISATA HIjaUM
Ml.
y
T"
-50-
Pasal 95
1
-5X-
a. k e g i a t a n y a n g d i i z i n k a n , m e l i p u t i :
1. k e g i a t a n p e n g e m b a n g a n / p e m b a n g u n a n s u m b e r r e s a p a n a i r :
2. k e g i a t a n p e m b a n g u n a n / p e n a t a a n s e m p a d a n s u n g a i , e m b u n g d a n m a t a air;
3. k e g i a t a n p e n g e m b a n g a n b u d i d a y a t a n a m a n t a h u n a n / p e r k e b u n a n , k e b u n
campuran/ladang dan perikanan;
4. p e n g e m b a n g a n kegiatan p e r t a n i a n h o r t i k u l t u r a d e n g a n kriteria :
a) , k e r i n g d e n g a n l e r e n g < 8 % d i m a n f a a t k a n u n t u k t a n a m a n s e m u s i m ;
b) . l a h a n d e n g a n l e r e n g 8 - 1 6 % u n t u k w a n a t a n i , y a i t u c a m p u r a n a n l a r a
tanaman musiman dan tanaman tahunan; dan
c) . L e r e n g 1 6 - 4 5 % h a n y a d i u s a h a r k a n u n t u k t a n a m a n p e r m a n e n seperti
t a n a m a n keras, padang r u m p u t d a n k e h u t a n a n .
5. p e n g e m b a n g a n p r o d u k s i k o m o d i t a s u n g g u l a n d a e r a h ;
6. p e n i n g k a t a n p r o d u k t i f i t a s t a n a m a n l a h a n k e r i n g ; d a n
7. p e n g e m b a n g a n i n d u s t r i i k u t a n d i k a w a s a n k e r i n g d e n g a n t e t a p mengacu
perlindungan setempat dan a t u r a n teknis sektoral.
b. kegiatan y a n g d i i z i n k a n terbatas, m e l i p u t i :
1. k e g i a t a n p e n g e m b a n g a n c a g a r a l a m , s u a k a m a r g a s a t w a , h u t a n p r o d u k s i t e t a p ,
h u t a n p r o d u k s i terbatas d a n h u t a n rakyat;
2. k e g i a t a n p e m b a n g u n a n k a n t o r p e m e r i n t a h ( k a b u p a t e n , K e c a m a t a n , k e l u r a h a n ) ,
dan kantor publik lainnya;
3. k e g i a t a n p e m b a n g u n a n TPS;
4. kegiatan p e m b a n g u n a n fasilitas p e n d u k u n g p e r t a h a n a n k e a m a n a n {mess,
diklat, p e r k a n t o r a n , polsek, k o r a m i l , polda); d a n
5. k e g i a t a n p e n g e m b a n g a n a t a u p e m b a n g u n a n r u a n g t e r b u k a h i j a u s e p e r t i t a m a n
p e m a k a m a n , rekreasi t a m a n ( t a m a n pasif), t a m a n k o t a , h u t a n k o t a d a n R T H
lainnya.
c. k e g i a t a n y a n g d i i z i n k a n b e r s y a r a t , m e l i p u t i :
1. k e g i a t a n p e n g e m b a n g a n b u d i d a y a p e t e m a k a n ;
2. k e g i a t a n p e m b a n g u n a n t r a n s m i s i , relay, d a n d i s t r i b u s i l i s t r i k , t e l e k o m u n i k a s i
d a n energi;
3. k e g i a t a n p e m b a n g u n a n fasilitas l i n g k u n g a n seperti IPAL/IPLT, TPA d a n fasilitas
pengeloiaan lingkungan lainnya;
4. k e g i a t a n p e m b a n g u n a n fasilitas a k o m o d a s i w i s a t a s k a l a k e c i l d e n g a n l u a s
b a n g u n a n m a k s i m a l 1 0 % (sepuluh persen) d a r i l u a s k e p e m i l i k a n d e n g a n
persyaratan m e m e n u h i k e t e n t u a n teknis p e r l i n d u n g a n setempat.
d. kegiatan yang dilarang pada kawasan pertanian h o r t i k u l t u r a adalah semua
p e m a n f a a t a n r u a n g b u d i d a y a n o n p e r t a n i a n kecuedi y a n g d i k a t e g o r i k a n d i i z i n k a n
terbatas d a n bersyarat tersebut d i atas;
e. k e g i a t a n b u d i d a y a p e r t a n i a n t a n a m a n p a n g a n l a h a n b a s a h d a n l a h a n k e r i n g t i d a k
diperkenankan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan kelestarian
lingkungan, misalnya penggunaan p u p u k y a n g m e n i m h u l k a n dampak negatif
terhadap lingkungan, d a n pengolahan tanah yang tidak memperhatikan aspek
konservasi;
f. d a l a m p e n g e l o i a a n p e r t a n i a n t a n a m a n p a n g a n l a h a n b a s a h t i d a k d i p e r k e n a n k a n
pemborosan penggunaan sumber air;
g. p e r u n t u k a n b u d i d a y a pertanian pangan lahan basah d a n lahan kering
diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, kecuali lahan pertanian tanaman pangan yang
telah m e m p u n y a i ketetapan h u k u m ;
h. pada kawasan budidaya pertanian diperkenankan adanya bangunan prasarana
wilayah d a n b a n g u n a n y a n g bersifat m e n d u k u n g kegiatan pertanian;
i. d a l a m kawasan pertanian m a s i h diperkenankan d i l a k u k a n kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian d a n pendidikan;
j . kegiatan pertanian tidak diperkenankan d i l a k u k a n d i dalam kawasan Undung.
PARAF KOORDINASI
KA. KAOS KADIS KADIS KAOIS KAOtS KAMS KADIS KADtS KABAG WAML
BAPPMA Plfc PEHIKAWAN NJI^ITRAWS >IP PKH HUB PERMM PPKPKM.
PPKIKM. LH PAi#MSATA HltfUM SEKOA BUftATI
t m
-52-
Pasal 96
Pasal 97
Ketentuan u m u m peraturan zonasi k a w a s a n p e t e m a k a n sebagaimana d i m a k s u d d a l a m
P.\R.\ K O O R D L N A S l
KA. KADIS KAOIS KADIS KADIS KAI»S KADIS
BAPPEOA PMPR PERIKANAN NfftERTRANS PKH HUB PERWM
-53-
Pasal 9 2 h u r u f e d i t e t a p k a n sebagai b e r i k u t :
a. kawasan budidaya petemakan tidak diperkenankan berdekatan dengan kawasan
permukiman;
b. dalam k a w a s a n p e t e m a k a n m a s i h diperkenankan adanya kegiatan lain y a n g bersifat
m e n d u k u n g kegiatan p e t e m a k a n d a n pembangunan sistem j a r i n g a n prasarana sesuai
ketentuan yang berlaku;
c. k a w a s a n p e t e m a k a n d i p e r k e n a n k a n u n t u k dialihfungsikan sesuai dengan k e t e n t u a n
peraturan pemndang-undangan yang berlaku;
d. dalam kawasan petemakan masih diperkenankan d i l a k u k a n kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian d a n p e n d i d i k a n ;
e. kegiatan petemakan tidak diperkenankan d i l a k u k a n d i dalam kawasan lindung;
f. kegiatan yang dilarang pada kawasan petemakan adalah semua pemanfaatan
ruang budidaya n o n pertanian.
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 103
Pasal 104
r
BAPPEOA PUFft PERIKANAN HUB PERKIM PPKUKM LH HUjniM
-57-
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 105
(1) P e r i z i n a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l 6 8 a y a t (2) h u m f b m e m p a k a n a c u a n
bagi pejabat yang berwenang d a l a m pemberian izin pemanfaatan m a n g sesuai
rencana s t r u k t u r m a n g d a n pola mang,izin pemanfaatan m a n g diberikan u n t u k :
a. m e n j a m i n p e m a n f a a t a n m a n g s e s u a i d e n g a n r e n c a n a t a t a m a n g p e r a t u r a n z o n a s i
dan standar pelayanan m i n i m a l bidang penataan m a n g
b. m e n c e g a h d a m p a k n e g a t i f p e m a n f a a t a n m a n g ; d a n
c. m e l i n d u n g i k e p e n t i n g a n u m u m d a n m a s y a r a k a t l u a s .
(2) I z i n p e m a n f a a t a n m a n g s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d a p a t b e m p a
a. i z i n l o k a s i ;
b . i z i n p e n g g u n a a n p e m a n f a a t a n t a n a h (IPPT);
c. i z i n m e n d i r i k a n b a n g u n a n ; d a n
d. ijin l a i n n y a b e r d a s a r k a n k e t e n t u a n p e r a t u r a n p e m n d a n g - u n d a n g a n .
-58-
(3) S e l a i n j e n i s p e r i z i n a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (2), j e n i s p e r i z i n a n m e l i p u t i
izin u n d a n g - u n d a n g gangguan (lUUG/HO), amdal, d a n izin usaha;
(4) J e n i s p e r i z i n a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d a n a y a t (2) w a j i b d i m i l i k i d a n
d i l a k s a n a k a n oleh setiap o r a n g y a n g a k a n m e l a k u k a n p e m a n f a a t a n r u a n g ;
(5) S e t i a p o r a n g y a n g m e m i l i k i i z i n p e m a n f a a t a n r u a n g w a j i b m e l a k s a n a k a n p e m a n f a a t a n
ruang sesuai dengan persyaratan yang telah d i t e n t u k a n dalam izinnya; d a n
(6) M e k a n i s m e d a n p e r s y a r a t a n u n t u k m e m p e r o l e h i z i n p e m a n f a a t a n r u a n g d i t e n t u k a n
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Paragraf Pertama
Umum
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 106
K e t e n t u a n i n s e n t i f d a n d i s i n s e n t i f s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l 6 8 a y a t (2) h u r u f
c m e r u p a k a n a c u a n bagi pejabat y a n g berwenang d a l a m pemberian insentif d a n
pemberian disinsentif.
Paragraf Kedua
Pemberian insentif
Pasal 107
Paragraf Ketiga
Pemberian Disinsentif
Pasal 108
I) Pejabat y a n g b e r w e n a n g d a l a m m e l a k u k a n p e m b e r i a n d i s i n s e n t i f d a p a t m e l a l u i :
a. d i s i n s e n t i f f i s k a l , b e r u p a p e n g e n a a n p a j a k y a n g t i n g g i ;
PARAF KOORDINASI
KADIS IfAW* KAptS KADIS KADIS VADIS
BAPPEOA PU: PERIKANAN NMCSRTRANS PKH HUB PERWM PPKUKM
-59-
b. d i s i n s e n t i f n o n fiskal, meUputi:
1. k e w a j i b a n m e m b e r i k o m p e n s a s i ;
2. p e r s y a r a t a n k h u s u s d a l a m p e r i z i n a n ;
3. k e w a j i b a n p e m b e r i a n i m b a l a n ; d a n
4. p e m b a t a s a n p e n y e d i a a n p r a s a r a n a d a n s a r a n a .
(2) P e m b e r i a n d i s i n s e n t i f s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d i t u j u k a n t e r h a d a p
kegiatan yang harus dikendalikan perkembangannya m e l i p u t i :
a. k e g i a t a n p e r t a n i a n d a n p e r k e b u n a n y a n g b e r a d a p a d a k a w a s a n l i n d u n g ;
b. kegiatan p e r t a m b a n g a n d i l u a r k a w a s a n p e r t a m b a n g a n ; d a n
c. k e g i a t a n p e r m u k i m a n d i k a w a s a n l i n d u n g .
Bagian Kelima
Paragraf Pertama
Umum
Arahan Sanksi
Pasal 109
(1) A r a h a n s a n k s i s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l 6 8 a y a t (2) h u r u f d m e r u p a k a n
a r a h a n k e t e n t u a n pengenaan sanksi a d m i n i s t r a t i f kepada pelanggar pemanfaatan
ruang.
(2) P e n g e n a a n s a n k s i s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d i l a k u k a n t e r h a d a p :
a. p e m a n f a a t a n r u a n g y a n g t i d a k s e s u a i d e n g a n r e n c a n a s t r u k t u r r u a n g d a n p o l a
ruang;
b. pelanggaran k e t e n t u a n u m u m p e r a t u r a n zonasi;
c. pemanfaatan r u a n g yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan r u a n g yang
diberikan oleh pejabat y a n g berwenang ;
d. pelanggaran k e t e n t u a n yang ditetapkan d a l a m persyaratan izin pemanfaatan
ruang ;dan/atau
e. pemanfaatan r u a n g yang menghalangi akses terhadap kawasan yang d i n y a t a k a n
oleh k e t e n t u a n p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n sebagai m i l i k u m u m .
Paragraf Kedua
Pengenaan Sanksi
Pasal 110
(1) A r a h a n s a n k s i s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l 1 0 5 a y a t (2) m e r u p a k a n a c u a n
pengenaan sanksi bagi pelanggaran terhadap;
a. pemanfaatan r u a n g y a n g tidak sesuai dengan rencana s t r u k t u r r u a n g d a n pola
r u a n g wdlayah;
b. pelanggaran k e t e n t u a n a r a h a n p e r a t u r a n zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRWK;
d. pemanfaatan r u a n g tidak sesuai dengan izin pemanfaatan r u a n g y a n g d i t e r b i t k a n
berdasarkan RTRWK;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan daiam persyaratan izin pemanlaatan
r u a n g yang diterbitkan berdasarkan RTRWK;
f. pemanfataan r u a n g yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n d i n y a t a k a n sebagai m i l i k u m u m ; d a n
g. pemanfaatan r u a n g dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
henar.
(2) Pelanggaran terhadap rencana tata r u a n g wilayah K a b u p a t e n y a n g d i t e t a p k a n dengan
Peraturan Daerah i n i akan dikenakan sanksi administratif, sanksi pidana, dan sanksi
perdata.
(3) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) d i k e n a k a n sanksi
PARAF KOORDINASI
KADIS KADtS
PERKIM PPKUKM
-60-
administratif meliputi:
a. p e r i n g a t a n t e r t u l i s :
b. p e n g h e n t i a n sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan u m u m ;
d. p e n u t u p a n lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. p e m u l i h a n fungsi ruang; d a n
i. denda administratif.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan sanksi mengacu pada Peraturan
Perundangan-undangan terkait yang berlaku.
Pasal 111
Pasal 112
Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini dapat diatur lebih lanjut melalui Peraturan
Bupati.
Pasal 113
BAB v n i
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN S E R T A MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 114
Dalam kegiatan m e w u j u d k a n pemanfaatan ruang wilayah masyarakat berhak :
a. b e r p e r a n d a l a m p r o s e s p e r e n c a n a a n t a t a r u a n g , p e m a n f a a t a n r u a n g d a n p e n g e n d a l i a n
ruang ;
b. m e n g e t a h u i secara t e r b u k a Rencana Tata R u a n g Wilayah, rencana t a t a r u a n g
kawasan dan rencana rinci tata ruang kawasan;
c. m e n i k m a t i m a n f a a t r u a n g d a n / a t a u p e n a m b a h a n n i l a i r u a n g s e b a g a i a k i b a t d a r i
penataan ruang;
d. memperoleh penggantian y a n g layak atas k o n d i s i y a n g d i a l a m i n y a sebagai a k i b a t
pelaksanaan kegiatan p e m b a n g u n a n y a n g sesuai dengan penataan r u a n g ;
e. m e n g a j u k a n k e b e r a t a n k e p a d a p e j a b a t b e r w e n a n g t e r h a d a p p e m b a n g u n a n y a n g t i d a k
sesuai dengan rencana tata ruang d i wilayahnya;
f. m e n g a j u k a n t u n t u t a n p e m b a t a l a n i z i n d a n p e n g h e n t i a n p e m b a n g u n a n y a n g t i d a k
sesuai dengan rencana tata r u a n g kepada pejabat berwenang; d a n
g. m e n g a j u k a n g u g a t a n g a n t i k e r u g i a n k e p a d a p e m e r i n t a h d a n / a t a u p e m e g a n g i z i n
apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata r u a n g
menimbulkan kerugian.
-61-
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 115
Bagian Ketiga
Peran Serta Masyarakat
Pasal 116
Pasal 117
(1) Tata cara peran masyarakat dalam penataan r u a n g d i wilayah kabupaten dapat
d i s a m p a i k a n secara l a n g s u n g d a n / a t a u secara tertulis;
(2) P e r a n m a s y a r a k a t s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t ( 1 ) , d a p a t d i s a m p a i k a n k e p a d a
Bupati dan/atau d i koordinasikan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 118
BAB I X
KELEMBAGAAN
Pasal 119
Pasal 120
F u n g s i T i m K o o r d i n a s i P e n a t a a n R u a n g D a e r a h (TKPRD) s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m
Pasal 119 a d a l a h sebagai k o o r d i n a t o r d a l a m p e r e n c a n a a a n t a t a r u a n g d a n p e n g e n d a l i a n
pemanfaatan ruang.
Pasal 121
BABX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 122
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai negeri sipil
tertentu d i lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas d a n tanggung
j a w a b n y a d i bidang penataan r u a n g diberi w e w e n a n g k h u s u s sebagai penyidik u n t u k
m e m b a n t u pejabat penyidik kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
d i m a k s u d d a l a m Kitab U n d a n g - U n d a n g H u k u m Acara Pidana.
(2) P e n y i d i k p e g a w a i n e g e r i s i p i l s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) b e r w e n a n g :
a) m e l a k u k a n pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b) melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang;
c) meminta keterangan d a n bahan b u k t i dari orang sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d) m e l a k u k a n pemeriksaan atas d o k u m e n - d o k u m e n yang berkenaan dengan
tindakpidana dalam bidang penataan ruang;
e) melakukan pemeriksaan d i tempat tertentu yang diduga terdapat bahan b u k t i
d a n d o k u m e n lain serta m e l a k u k a n penyitaan d a n penyegelan terhadap b a h a n
d a n barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan b u k t i dalam perkara tindak
pidana dalam bidang penataan ruang; d a n
f) m e m i n t a b a n t u a n tenaga a h l i d a l a m rangka pelaksanaan tugas penyidikan t i n d a k
pidana dalam bidang penataan ruang.
(3) P e n y i d i k p e g a w a i n e g e r i s i p i l s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) m e m b e r i t a h u k a n
dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(4) A p a b i l a p e l a k s a n a a n k e w e n a n g a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (2) m e m e r l u k a n
tindakan penangkapan d a n penahanan, penyidik pegawai negeri sipil
m e l a k u k a n k o o r d i n a s i dengan pejabat penyidik kepolisian Negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f
PAR.\ KOORDINASI
^ X i 7 IX-
KA. KADIS KADIS KAOtS KAOIS KAOIS KAOIS KADIS KAOIS KAUG
BAPPEOA PUM PERIKANAN NAHUTRANS PIOI HUB PtRKIM PPKUIW LH Jiy IM_
„ WAKIL
4
-64-
(5) P e n y i d i k p e g a w a i n e g e r i s i p i l s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) m e n y a m p a i k a n
hasil penyidikan kepada p e n u n t u t u m u m melalui pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil d a n t a t a cara serta proses
penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB X I
KETENTUAN PIDANA
Pasal 123
BABXn
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 124
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
t a h u n 2017-2037 dilengkapi dengan d o k u m e n Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
K o t a w a r i n g i n B a r a t d a n peta sebagaimana t e r c a n t u m d a l a m a l b u m peta, y a n g m e r u p a k a n
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 125
Pasal 126
(1) Jangka w a k t u Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat adalah
2 0 ( d u a p u l u h ) t a h u n sejak t a n g g a l d i t e t a p k a n d a n d a p a t d i t i n j a u k e m b a l i 1 (satu)
k a l i d a l a m 1 (satu) t a h u n a t a u 1 (satu) k a l i d a l a m 5 (lima) t a h u n .
(2) D a l a m k o n d i s i l i n g k u n g a n strategis tertentu y a n g berkaitan dengan bencana a l a m
d a n / a t a u perubahan batas tentorial wilayah yang ditetapkan dengan ketentuan
Peraturan Peraturan Perundang-Undangan, Rencana Rata Ruang Wilayah Kabupaten
K o t a w a r i n g i n B a r a t d a p a t d i t i n j a u k e m b a l i 1 (satu) k a l i d a l a m 1 (satu) t a h u n a t a u 1
(satu) k a H d a l a m 5 (lima) t a h u n .
(3) P e n i n j a u a n k e m b a l i s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d a n (2) d a p a t d i l a k u k a n
secara parsial apabila terjadi p e r u b a h a n kebijakan nasional d a n strategis y a n g
mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 127
(1) Pelaksanaan peraturan Daerah yang berkaitan dengan Penataan Ruang Daerah yang
telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.
PARAF KOORDINASI
KA. KUtS KADI! KAOIS KAOIS KAOIS KADIS KADIS KABAG
BWEBA PVR PERIKAA PKH HUB
HU. ASS SEKDA
PERKIM PPKBKM LH HLKUM
-65-
(2) Izin pemanfaatan ruang pada masing-masing wilayah yang telah dikeluarkan d a n
telah sesuai dengan k e t e n t u a n Peraturan Daerah i n i tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
(3) Izin pemanfaatan r u a n g yang telah d i k e l u a r k a n tetapi tidak sesuai dengan k e t e n t u a n
Peraturan Daerah i n i berlaku ketentuan:
a. U n t u k y a n g b e l u m d i l a k s a n a k a n p e m b a n g u n a n n y a , i z i n t e r s e b u t d i s e s u a i k a n
dengan fungsi kawasan dalam rencana tata r u a n g yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah berdasarkan Peiaturan Daerah ini;
b. U n t u k y a n g s u d a h d i l a k s a n a k a n p e m b a n g u n a n n y a , t e r h a d a p p e m i l i k i z i n
p e m a n f a a t a n r u a n g d i b e r i k a n w a k t u p a l i n g l a m a 2 (dua) t a h u n u n t u k m e l a k u k a n
penyesuaian dengan menerapkan rekayasa teknis berdasarkan dengan fungsi
k a w a s a n d a l a m rencana tata r u a n g d a n peraturan zonasi y a n g ditetapkan oleh
pemerintah daerah;
c. U n t u k y a n g s u d a h d i l a k s a n a k a n p e m b a n g u n a n n y a d a n t i d a k m e m u n g k i n k a n
u n t u k menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan d a l a m
rencana tata r u a n g d a n p e r a t u r a n zonasi y a n g d i t e t a p k a n oleh p e m e r i n t a h daerah
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan
d a n terhadap kerugian y a n g t i m b u l sebagai a k i b a t pembatalan izin tersebut dapat
d i b e r i k a n penggantian y a n g layak.
d. Penggantian yang layak sebagaimana d i m a k s u d pada angka 3 d i atas, dengan
m e m p e r h a t i k a n i n d i k a t o r sebagai b e r i k u t :
1. M e m p e r h a t i k a n h a r g a p a s a r a n s e t e m p a t ;
2. S e s u a i d e n g a n N J O P ; a t a u
3. S e s u a i d e n g a n k e m a m p u a n d a e r a h .
e. P e n g g a n t i a n t e r h a d a p k e r u g i a n y a n g t i m b u l s e b a g a i a k i b a t p e m b a t a l a n i z i n
dibebankan pada APBD Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang
membatalkan/ mencabut Izin.
(4) P e m a n f a a t a n r u a n g y a n g i z i n n y a s u d a h h a b i s d a n t i d a k s e s u a i d e n g a n P e r a t u r a n
Daerah i n i d i l a k u k a n penyesuaian dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang
d a n p e r a t u r a n zonasi yang ditetapkan pemerintah daerah berdasarkan Peraturan
Daerah ini.
(5) P e m a n f a a t a n r u a n g d i d a e r a h y a n g d i s e l e n g g a r a k a n t a n p a i z i n d i t e n t u k a n s e b a g a i
berikut:
a. P e m a n f a a t a n r u a n g y a n g b e r t e n t a n g a n d e n g a n k e t e n t u a n P e r a t u r a n D a e r a h i n i ,
pemenfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan fungsi
kawasan dalam rencana tata r u a n g d a n p e r a t u r a n zonasi yang ditetapkan
pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini;
b. Pemanfaatan r u a n g y a n g sesuai dengan k e t e n t u a n Peraturan Daerah i n i ,
dipercepat u n t u k m e n d a p a t k a n izin yang diperlukan.
(6) M a s y a r a k a t y a n g m e n g u a s a i t a n a h n y a b e r d a s a r k a n h a k a d a t d a n / a t a u h a k - h a k a t a s
tanah sesuai dengan ketentuan peraturan p e m n d a n g - u n d a n g a n , y a n g karena,
rencana t a t a r u a n g Provinsi K a l i m a n t a n Tengah i n i p e m a n f a a t a n n y a t i d a k sesuai lagi,
m a k a penyelesaiannya d i a t u r sesuai dengan k e t e n t u a n peraturan perundang-
undangan.
(7) T e r h a d a p m a s y a r a k a t d e s a d a n / a t a u p e r k a m p u n g a n y a n g t e l a h b e r a d a dan
m e n g u a s a i secara fisik k a w a s a n h u t a n d a n / a t a u k a w a s a n t e r t e n t u secara b e r t u r u t -
t u r u t d a l a m j a n g k a w a k t u p a l i n g k u r a n g 10 ( s e p u l u h ) t a h u n a t a u l e b i h a k a n
diberikan hak k o m u n a l dengan mekanisme pemberian hak berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
(8) S e m u a rencana terkait pemanfaatan r u a n g tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan RTRW Kabupaten.
(9) P e n g a t u r a n l e b i h l a n j u t m e n g e n a i t e k n i s p e n g g a n t i a n y a n g l a y a k d i a t u r d e n g a n
Peraturan Bupati
-66-
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 128
Pasal 129
Pasal 130
Ditetapkan d i Pangkalan B u n
Pada tanggal
BUPATI^XOIAWARINGIN BARAT
J 1/
NURHIDAYAH
Diundangkan d i Pangkalan B u n
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
MASRADIN
PARAF KOORDINASI
4 11 4
KADIS KADIS KADIS KADIS KADIS KAOIS AG
PERIKANAN PKH HUB PERKIM PPIUKM LH HUJKIM
L
-66-
BAB X I V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 128
Pasal 129
Pasal 130
Ditetapkan di Pangkalan B u n
Pada tanggal
JNURHIDAYAH
Diundangkan d i Pangkalan B u n
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
MASRADIN
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 128
Pasal 129
Pasal 130
Ditetapkan di Pangkalan B u n
Pada tanggal
TJURHIDAYAH
Diundangkan d i Pangkalan B u n
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
MASRADIN
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
NOMOR TAHUN
T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH
K A B U P A T E N KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2017-2037
Kilometers
1:229,039
S I S T E M KOOfUMNAT W C S 19B4 UTM Zone 4 9 3
PROYEKSI Transverse Mercalor
DATUM 0 WGS 19B4
KETEMNGAN :
• Oesaf Kota Lain Jarinyan Sungaj
lEHjkota Kecamatan Sungil Kodl
——— Adminlstrasi Kabupatan Admrnntrasj Kecamatan
Rencana Janngan Jafan
4 LHPiniO:
rang i Lindvnp Lalofiva
I PMlndkinOBO BHimpti
$«mpMin P«nl* KAH4Bn KOI W J>r4 $ifi*a Qin B«U L«ul
KtiHuan Panlai HiMan BaUu
I I SaripHin Sitfig*
Kawuanf
PETASITUASI
K A B U P A T E N KOTAWARINGIN B A R A T
Pangkalan B u n , F e b r u a r i 2018
BUPAT^OTAWARINGIN BARAT
HALAMAN :92
SUMBER:
1 Peta R u p a B u m i - B a d a n I n f a r m a s i G e o s p a s J a l . 2013
2 P e r a t u r a n PemerJntah N o m o r 8 Tahun 2 0 1 3 T e n t a n g
K e t e i i t i a n Peta R e r t c a n a Tata R u a n g
3 S K . M e n h u l N o m o r . SK.52g/Menhut-ll/2012 Tanggal
25 September 2012
4. Hasil P e n g u k u r a n Titik G P S , T a h u n 2 0 1 1
5. Hast! R e n c a n a 2 0 1 2
6. B a t a s A d m i n l s t r a s i W i l a y a h m e n g a c u p a d a P e r d a N o m o r 5
Tahun 2 0 1 5 T e n t a n g R T R W P r o v i n s i K a l i m a n t a n T e n g a h
d a n T i m Terpadu.
RENCANATATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
TAHUN 2017-2037
PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
B A D A N P E R E N C A N A A N DAN P E M B A N G U N A N D A E R A H
J a l a n H M . Rafi'i N o m o r 3, P a n g k a l a n B u n 7 4 1 1 2
Telp/Fax ( 0 5 3 2 ) 2 1 0 5 2 , P O . B O X 1 0 2 9
LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
NOMOR TAHUN
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2017-2037
2 8 . 5
Kilometers
1:234,416
SISTEM KOORDINAT : W G S 19S4 UTM Zone 49S
PROYEKSI ; Transverse MercatO'
DATUM : D W G S 1984
KETERANGAN:
* Deaai' Kola Lain ' Jaringan Sungai
Ibukota Kecacnatan Sungai Kec>l
Adminislmsi Kabupalen
AdministraEl Kecamatan
PETA SITUASI
K A B U P A T E N KOTAWARINGIN B A R A T
BUPATIJKOTAWARINGIN B A R A T
/ HALAMAN:
SUMBER:
1. P e t a R u p a B u m i - Baidan Informasi G e o s p a s i a l , 2 0 1 3
2. P e r a t u r a n P e m e r i n t a f i N o m o r 8 T a h u n 2 0 1 3 Tentang
Keteiitian Peta R e n c a n a Tata R u a n g
3. S K . M e n h u t N o m o r S K . 5 2 9 / M e n l i u t - l l / 2 0 1 2 Tanggal
25 September 2012
4 . H a s i l P e n g u k u r a n Titik G P S . Tatiun 2 0 1 1
5. H a s i l R e n c a n a 2 0 1 2
6. B a t a s A d m i n i s t r a s i W i l a y a h m e n g a c u p a d a P e r d a N o m o r 5
Tahun 2 0 1 5 T e n l a n g R T R W P r o v i n s i K a l i m a n t a n T e n g a h
d a n T i m Terpaicfu.
RENCANATATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
TAHUN 2017-2037
Peta Rencana Struktur Ruang PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
B A D A N P E R E N C A N A A N DAN P E M B A N G U N A N D A E R A H
Jalan H M . Rafi'i Nomor 3, Pangkalan B u r 74112
Telp/Fax (0532) 2 1 0 5 2 , P O BOX 1029
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
NOMOR TAHUN
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2017-2037
1:224,299
S I S T E M KOORDINAT : W G S 1984 UTM Zona 49S
PROYEKSI : Transverse Msrcitor
DATUM : D W G S 1984
KETERANGAN:
• Dusal KotH Lain Jai^ngan Sungai
Ibukols Kecemalan Sungai Kacil
AdnwiistrsEi Kabupatan
Admrnistrasi Kecamatan
t STO
Sislem Jaringan Tranporlasi Laul.
Peiabunan Arut Selatan STRGU
Sisterr] Prasaiona Ltngkungan:
Pstabuhan Kumai
e Pengoialian Limban
Patatijhan Khjsus
TPA
^ Pelatunan Barang^Penumpang
TPS
Tempal Pendaralan Ikan (TP!)
Rencana Petatiuhsn Samubera
Kumar PKLp
Pangkalan Bsnleng
Pangkalan Lada
PETA SITUASI
K A B U P A T E N KOTAWARINGIN B A R A T
BUPApKOTAWARUblGIN B A R A T
HALAMAN : 67
SUMBER:
1. P e t a R u p a B u m i - B a d a n I n f o r m a s i G e o s p a s i a l , 2 0 1 3
2. Peraturan P e n ^ n t a f i N o m o r 8 Tahun 2 0 1 3 Tentang
K e l e l i t i a n P e l a R e n c a n a Tata R u a n g
3- S K . M e n h u t N o m o r : SK.529/Mentiut-11/2012 Tanggal
25 S e p t e m t j w 2012
4 . H a s i l P e n g u k u r a n Titik G P S , T a h u n 2 0 1 1
5. Hasil R e n c a n a 2 0 1 2
6. B a l a s A d m i n i s t r a s i W i l a y a h m e n g a c u p a d a P e r d a N o m o r 5
T a h u n 2 0 1 5 T e n t a n g R T R W Provinsi K a l i m a n t a n T e n g a h