Anda di halaman 1dari 23

Virtual Seminar

Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI)

Jakarta, 3 Juni 2021

1
SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA
Ekonomi Global Berangsur Pulih
• Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2021 di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok tercatat lebih kuat dari prakiraan. Kondisi tersebut
berdampak pada peningkatan permintaan produk dari berbagai negara termasuk Indonesia.

• Risiko terhadap pemulihan ekonomi global:


➢ Gelombang baru kasus COVID
➢ Divergensi pemulihan ekonomi negara berkembang yang tidak sekuat negara maju.

PERTUMBUHAN PDB DUNIA RISIKO GELOMBANG BARU KASUS COVID

Tambahan Kasus COVID-19 Harian Global


Negara 2018 2019 2020 2021* 1000
Tambahan Kasus Harian Ribu jiwa
per 21 Mei Kawasan Afrika
(Ribu Jiwa) (7d MA) 900
Kawasan MENA
Dunia 3,6 2,8 -3,3 5,7 Kawasan Afrika 8
Kawasan Eropa 800
Kawasan Asia 305
Negara Maju 2,3 1,6 -4,7 5,0 Kawasan MENA 34
Kawasan Amerika
Kawasan Asia 700
Amerika Serikat 3,0 2,2 -3,5 6,4 Kawasan Amerika 205
Kawasan Eropa 1,9 1,3 -6,6 4,3 Kawasan Eropa 68 600
Global 620
Jepang 0,6 0,3 -4,7 2,8 500
Negara Berkembang 4,5 3,6 -2,2 6,2
400
Tiongkok 6,7 5,8 2,3 8,4
India 6,5 4,7 -7,1 11,0 300

ASEAN-5 5,3 4,8 -3,4 5,1 200


Amerika Latin 1,2 0,2 -7,0 3,5 100
Negara Berkembang Eropa 3,4 2,4 -2,0 3,2
0
Timur Tengah & Asia Tengah 2,0 1,4 -2,9 3,7
Sumber: IMF WEO. *Proyeksi Bank Indonesia
Sumber: WHO, diolah

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 2


Risiko Pertumbuhan Ekonomi Global: Supply Disruptions
Kenaikan permintaan yang tinggi menyebabkan supply bottlenecks untuk barang tertentu a.l. semikonduktor

• Kenaikan permintaan semikonduktor didorong (a) digitalisasi global, (b) penerapan teknologi 5G, (c) investasi pada pusat data/layanan
cloud, di samping permintaan vehicles, electronics, s-phones
• Supply disruptions semikonduktor diperkirakan berdampak di jk. pendek (leadtime lebih panjang)
• Investasi baru untuk menambah kapasitas produksi telah dilakukan sejumlah perusahaan didukung insentif yg ditawarkan berbagai
negara, antara lain Tiongkok, Vietnam, AS.
DEMAND SEMIKONDUKTOR DIPERKIRAKAN TERUS MENINGKAT NAMUN SHORTAGE BERDAMPAK PADA LEADTIME (PERIODE PEMENUHAN)

$ Billions Semiconductor Revenues by Region (3mma) %, yoy


50 50.0
40.0
40 30.0
20.0
30 17.8
10.0
0.0
20
-10.0
10 -20.0
-30.0
0 -40.0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2018 2019 2020 2021
Americas Europe
Japan China
Asia Pacific/All other % Americas, rhs Note: Avg calculated on data from four different distributors.
% Europe, rhs % Japan, rhs
% China, rhs % Asia Pacific/All other, rhs
% Worldwide, rhs
Sumber: SEMI (Semiconductor Equipment and Materials International), WSTS, diolah
Sumber: Susquehanna Financial Group Research

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Risiko Pasar Keuangan Global: Ekspektasi Pengatatan Kebijakan Moneter AS

AS masih mempertahankan kebijakan moneter ekstra akomodatif, namun terdapat risiko tapering lebih cepat karena ekspektasi
inflasi yang naik melebihi sasaran.

EKSPEKTASI INFLASI DORONG PERGERAKAN SHORT PELAKU PASAR EKSPEKTASI TAPERING PADA AKHIR
TERM RATES UST YIELD 10 TAHUN 2021 DAN AWAL 2022
Goldman - Kemungkinan mulai tapering pada 2H21;
Sachs
tapering pada awal 2022.
- Perkiraan pengurangan pembelian asset
sebesar $15Bn per FOMC meeting (8x); pause
melihat hasil taper 1-2 Tw sebelum mulai
menaikkan FFR di awal 2023.

DBS - Hinting bbrp bulan setelah non-farm payroll


lebih firm; pengumuman resmi akhir 2021.

Nomura - Broader discussion on FOMC June

Bloomberg - 45% (from 49 economists) expect FOMC


Survey
(end of
hinting taper Q4’21; Tapering start when
Apr’21) URate around 4,5%, inflation around 2,1%;
Taper for 7-12 months long.

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Domestik: Makroekonomi Stabil
NPI surplus USD4.1 miliar pada triwulan I 2021. Defisit transaksi berjalan tetap rendah di kisaran 1%-2% PDB pada 2021 dan 2022.
Neraca perdagangan mencatat surplus dan investasi portofolio yang kembali mengalami net inflows. Kondisi ini berdampak pada
stabilitas Rupiah dan peningkatan cadangan devisa.
NERACA PERDAGANGAN SURPLUS ALIRAN MODAL ASING MASUK

DEPRESIASI RUPIAH LEBIH BAIK DARI PEERS CADANGAN DEVISA NAIK

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Pemulihan Ekonomi Domestik Berlanjut
• Pemulihan ekonomi global mendorong kenaikan ekspor, yang diikuti dengan impor.
• Investasi lebih tinggi dari prakiraan, terutama investasi non-bangunan yg sudah mencapai positif.
• Kinerja konsumsi swasta lebih rendah dari prakiraan seiring pembatasan mobilitas dan perilaku sebagian masyarakat yang
menahan konsumsi.
PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN (%, YOY) EKSPOR NONMIGAS KE NEGARA TUJUAN UTAMA MENINGKAT

2019 2020
2021
Komponen 2019 2020
I II III IV I II III IV I
Konsumsi Rumah Tangga 5.02 5.18 5.01 4.97 5.04 2.83 -5.52 -4.05 -3.61 -2.63 -2.23
Konsumsi Lembaga Nonprofit
16.96 15.29 7.41 3.53 10.62 -5.01 -7.82 -1.97 -2.14 -4.29 -4.53
Melayani Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah 5.22 8.23 0.98 0.48 3.25 3.77 -6.90 9.76 1.76 1.94 2.96
Investasi (PMTDB) 5.03 4.55 4.21 4.06 4.45 1.70 -8.61 -6.48 -6.15 -4.95 -0.23 PENJUALAN ECERAN NAIK

Investasi Bangunan 5.48 5.46 5.03 5.53 5.37 2.76 -5.26 -5.60 -6.63 -3.78 -0.74
Investasi Nonbangunan 3.69 1.96 1.95 -0.13 1.80 -1.46 -18.62 -8.99 -4.71 -8.38 1.39
Ekspor -1.58 -1.73 0.10 -0.39 -0.87 0.36 -12.02 -11.66 -7.21 -7.70 6.74
Impor -7.47 -6.84 -8.30 -8.05 -7.69 -3.62 -18.29 -23.00 -13.52 -14.71 5.27
PDB 5.07 5.05 5.02 4.97 5.02 2.97 -5.32 -3.49 -2.19 -2.07 -0.74
Sumber: BPS
SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 6
Lapangan Usahan Utama Menunjukkan Perbaikan Kinerja
PERTUMBUHAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA (%, YOY)
2019 2020 2021
Komponen 2019 2020
I II III IV I II III IV I
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.82 5.33 3.12 4.26 3.64 0.01 2.20 2.16 2.59 1.75 2.95
Pertambangan dan Penggalian 2.32 -0.71 2.34 0.94 1.22 0.45 -2.72 -4.28 -1.20 -1.95 -2.02
Industri Pengolahan 3.85 3.54 4.14 3.66 3.80 2.06 -6.18 -4.34 -3.14 -2.93 -1.38
Pengadaan Listrik dan Gas 4.12 2.20 3.75 6.01 4.04 3.85 -5.46 -2.44 -5.01 -2.34 1.68
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.95 8.33 4.85 5.41 6.83 4.38 4.44 5.94 4.98 4.94 5.49
Konstruksi 5.91 5.69 5.65 5.79 5.76 2.90 -5.39 -4.52 -5.67 -3.26 -0.79
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
5.21 4.63 4.43 4.24 4.62 1.57 -7.59 -5.05 -3.64 -3.72 -1.23
Motor
Transportasi dan Pergudangan 5.45 5.88 6.66 7.55 6.40 1.30 -30.80 -16.71 -13.42 -15.04 -13.12
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.87 5.53 5.41 6.41 5.80 1.94 -21.97 -11.81 -8.88 -10.22 -7.26
Informasi dan Komunikasi 9.06 9.60 9.24 9.71 9.41 9.82 10.85 10.72 10.91 10.58 8.72
Jasa Keuangan dan Asuransi 7.23 4.49 6.15 8.49 6.60 10.63 1.06 -0.95 2.37 3.25 -2.99
Real Estat 5.40 5.71 5.97 5.85 5.74 3.81 2.31 1.96 1.25 2.32 0.94
Jasa Perusahaan 10.36 9.94 10.22 10.49 10.25 5.39 -12.09 -7.61 -7.02 -5.44 -6.10
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
6.41 8.85 1.87 2.06 4.67 3.15 -3.21 1.82 -1.55 -0.03 -2.94
Wajib
Jasa Pendidikan 5.64 6.31 7.81 5.46 6.29 5.87 1.19 2.41 1.36 2.63 -1.61
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.64 9.13 9.18 7.82 8.68 10.39 3.71 15.29 16.54 11.60 3.64
Jasa lainnya 9.97 10.72 10.71 10.78 10.55 7.09 -12.60 -5.55 -4.84 -4.10 -5.15
PDB 5.07 5.05 5.02 4.97 5.02 2.97 -5.32 -3.49 -2.19 -2.07 -0.74
Sumber: BPS
SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA
...tercermin dari berbagai indikator kinerja sektoral
Realisasi TW I’21 menunjukkan perbaikan LU industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi lebih baik dari prakiraan,
sementara Pertanian lbh rendah..

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 8


Inflasi Tetap Rendah didukung Pasokan yang Memadai
Inflasi IHK Mei 2021 sebesar 0,32% (mtm) atau 1,68% (yoy), sehingga sampai dengan Mei 2021 tercatat 0,90% (ytd)
• Inflasi Inti tetap rendah dan stabil di tengah permintaan domestik yang membaik, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi
kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target
• Inflasi kelompok volatile food tetap terjaga dipengaruhi oleh pasokan yang memadai pada masa panen sehingga memitigasi
kenaikan permintaan di pola musiman Ramadan.
• BI tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun daerah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI dan TPID), guna menjaga inflasi IHK sesuai kisaran targetnya, yakni 3,0±1% pada
2021

INFLASI IHK DAN KOMPONEN EKSPEKTASI INFLASI

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Transmisi Penurunan Suku Bunga Berlanjut
Di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito perbankan telah menurun, masing-
masing sebesar 155 bps (yoy) dan 196 bps (yoy) menjadi 2,79% dan 3,76% pada Maret 2021
• Namun di sisi lain, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) tersebut belum diikuti dg penurunan suku bunga kredit baru
secara sepadan yaitu hanya menurun sebesar 59 bps (yoy) pada periode yang sama. Berdasarkan kelompok bank,
kelompok BPD, BUSN dan bank BUMN mencatatkan penurunan suku bunga kredit baru yang masih sangat rendah, yaitu
sebesar 34 bps (yoy), 52 bps (yoy) dan 55 bps (yoy). Sementara itu, kelompok KCBA mengalami penurunan suku bunga
kredit baru paling signifikan yaitu sebesar 158 bps (yoy).

SUKU BUNGA KEBIJAKAN BI DAN PUAB O/N SUKU BUNGA PERBANKAN

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME B A N K I N D O N E S I A 10


Tantangan #1: Dampak Kenaikan Ekspor ke Konsumsi Masih Terbatas
Terdapat indikasi peningkatan eskpor yang tinggi belum diikuti dengan kenaikan kapasitas utilisasi dan penyerapan tenaga kerja
yang signifikan
SKDU MENGONFIRMASI PENINGKATAN JUMLAH SEJALAN MASIH BANYAKNYA PEKERJA YG MENGALAMI PENGURANGAN
TENAGA KERJA YG MASIH TERBATAS DI TW-II’2 JAM KERJA

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 11


Tantangan #2: Intermediasi Perbankan Perlu Didorong
Di tengah kondisi likuiditas yang longgar, intermediasi perbankan masih mengalami kontraksi sebesar 2,28% (yoy) pada April
2021. Masih lambatnya kredit perbankan terutama disebabkan oleh belum kuatnya permintaan kredit dari dunia usaha dan
masih relatif tingginya persepsi risiko kredit dari perbankan
• Kredit perbankan diperkirakan akan mengalami peningkatan mulai triwulan II 2021 sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi, semakin membaiknya kinerja korporasi, serta semakin melonggarnya indeks lending standar dari
perbankan
• BI terus memperkuat transparansi SBDK perbankan serta koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk
meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas, termasuk kredit kepada UMKM

PERKEMBANGAN KREDIT DAN DPK RASIO KREDIT BERMASALAH (NPL)

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Ekonomi Diperkirakan Tumbuhan 4,1% sd 5,1% pada 2021
Pemulihan ekonomi didukung perbaikan ekonomi global, stimulus fiskal dan moneter, implementasi vaksinasi dan disiplin
protokol Covid-19, serta dukungan kredit dan pembiayaan dari perbankan. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
tetap terjaga.
PROYEKSI PDB INDONESIA PROYEKSI INFLASI INDONESIA

PROYEKSI DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN PROYEKSI KREDIT DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK)

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 13


Sinergi Kebijakan Mendukung Pemulihan

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 14


Kewenangan BI dalam UU 2/2020

Memberikan PLJP/PLJPS kepada Bank Sistemik atau Bank Selain Bank Sistemik (Pasal 16 (1)(a) & 17)
1

Memberikan Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK) kepada Bank Sistemik yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak
2 memenuhi persyaratan PLJP/PLJPS yang dijamin oleh Pemerintah dan diberikan berdasarkan Keputusan KSSK (Pasal
16(1)(b) & 18)

Membeli SUN/SBSN berjangka panjang di pasar perdana untuk penanganan permasalahan sistem keuangan yang
3 membahayakan perekonomian nasional, termasuk untuk tujuan tertentu khususnya dalam rangka pandemi COVID-19 (Pasal
16(1)(c) & 19)

Membeli/repo SBN yang dimiliki Lembaga Penjamin Simpanan untuk biaya penanganan permasalahan solvabilitas Bank
4 Sistemik dan Bank Selain Bank Sistemik (Pasal 16(1)(d) & 20)

Mengatur kewajiban penerimaan dan penggunaan devisa bagi penduduk termasuk ketentuan mengenai penyerahan,
5 repatriasi, dan konversi devisa untuk menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan (Pasal 16(1)(e)).

Memberikan akses pendanaan kepada korporasi/swasta dengan cara repo SUN/SBSN yang dimiliki korporasi/swasta
6 melalui perbankan (Pasal 16(1)(f)).

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 15


Pelaksanaan Kebijakan Extraordinary Tetap Prudent

Prinsip-Prinsip dalam Penerbitan, Pembelian, dan Penjualan SBN sesuai SKB 1*

• Kemenkeu dan Bank • Penerbitan SUN/SBSN oleh Kemenkeu dan pembeliannya di pasar perdana oleh
Indonesia Bank Indonesia dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
menerapkan kaidah- a. Kemenkeu mengutamakan penggunaan sumber-sumber pembiayaan dari dana
kaidah kebijakan Pemerintah, seperti SAL, dana abadi, BLU, pembiayaan dari LN dan DN, dan/atau sumber
fiskal dan moneter lainnya,
yang prudent, serta b. mengutamakan mekanisme pasar;
tata kelola yang baik, c. mempertimbangkan dampaknya terhadap inflasi secara terukur;
transparan, dan
d. jenis dan karakteristik SUN/SBSN bersifat tradoble dan marketable untuk tenor di atas 12
akuntabel sesuai bulan; dan
ketentuan.
e. Bank Indonesia sebagai pembeli SUN/SBSN di pasar perdana merupakan last resort daiam
hal kapasitas pasar tidak mampu menyerap dan/atau menyebabkan kenaikan yield yang
terlalu tinggi.

*Dalam SKB I pembelian SBN di pasar perdana maksimum sebesar 25%, dan untuk SBSN maksimum sebesar 30%

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Realisasi Pembelian SBN dari Pasar Perdana
Posisi kepemilikan SBN oleh BI per 20 Januari 2021 sebesar Rp976,68 triliun (data transaksi). Jumlah tersebut termasuk realisasi pembelian
SBN dari pasar Perdana (KB 1 sebesar Rp75,9 triliun dan KB 2 sebesar Rp397,6 triliun) pada tahun 2020.

• Sejak perpanjangan Keputusan Bersama Menkeu dan


MEKANISME PEMBELIAN SUN/SBSN OLEH BI DI PASAR PERDANA
GBI 16 April 2020 (KB 1) pada tanggal 11 Desember 2020
(KB No.565/KMK.08/2020 dan No.22/15/KEP.GBI/2020),
sampai dengan tanggal 21 Mei 2021, Bank Indonesia
telah melakukan pembelian SBN jangka panjang di pasar
perdana sebesar Rp117,05 triliun, baik di pasar perdana
sebesar Rp108,4 triliun maupun pasar sekunder Rp8,62
triliun.

Pembelian SBN oleh Bank Indonesia Tahun 2021 (Rp Triliun)*

2020 2021
Pembelian SBN Rp 473.5 triliun Rp 117.1 triliun
oleh Bank
Indonesia
*Pembelian dalam rangka KB I dan II sebesar Rp 473.5 triliun
**Per 21 Mei 2021, termasuk pembelian di pasar sekunder Rp8.6 triliun

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA


Bauran Kebijakan BI untuk Mendorong Pemulihan
Seluruh instrumen bauran kebijakan Bank Indonesia -- moneter, makroprudensial, & sistem pembayaran -- untuk mendorong momentum
pemulihan ekonomi, dengan berkoordinasi bersama Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

1 STABILITAS DAN PELONGGARAN KEBIJAKAN MONETER


i. Stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui strategi triple intervention (spot, DNDF, dan pembelian SBN). Pembelian SBN dari pasar
sekunder untuk stabilisasi mencapai Rp8,6 triliun pada 2021. Rupiah berada pada level sekitar Rp14.400 saat ini.
ii. Suku bunga kebijakan diturunkan 6 (enam) kali sejak 2020 sebesar 150 bps menjadi 3,50%, terendah dalam sejarah.
iii. Melakukan injeksi likuiditas yang besar (Quantitative Easing, QE) Rp781,29 triliun (5,06% PDB) sejak 2020.
iv. Berpartisipasi dalam pembiayaan APBN melalui pembelian SBN di pasar perdana. Untuk APBN 2020 mencapai Rp473,42 triliun,
adapun untuk 2021 sekitar Rp117,09 triliun (per 21 Mei 2021).
2 RELAKSASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
i. Melonggarkan ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis
kendaraan bermotor baru; 100% rasio LTV/FTV kredit/pembiayaan properti, berlaku efektif 1 Maret s.d. 31 Desember 2021.
ii. Memublikasikan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk mendukung percepatan transmisi kebijakan moneter.
iii. Mempertahankan kebijakan makroprudensial akomodatif; Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) 84-94%, Penyangga
Likuiditas Makroprudensial (PLM) 6%, dan Countercyclical Capital Buffer (CCB) 0%.
iv. Memperkuat kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM/RIM Syariah) dengan memasukkan wesel ekspor sebagai
komponen pembiayaan, serta memberlakukan secara bertahap ketentuan disinsentif berupa Giro RIM/RIMS,
3 DIGITALISASI SISTEM PEMBAYARAN
i. Perluasan akseptasi QRIS 12 juta merchant pada 2021. Melanjutkan elektronifikasi bantuan sosial, moda transportasi, and
operasi keuangan Pemerintah.
ii. Mengembangkan BI FAST sistem pembayaran, interlink Digital Banking dan Fintech, reformasi payments regulatory, dan berbagai
agenda dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.

4 MENGEMBANGKAN UMKM, EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH, PENDALAMAN PASAR KEUANGAN, DENGAN
BERKOORDINASI BERSAMA PEMERINTAH DAN INSTITUSI LAIN
SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 18
Arah Kebijakan #1. Menjaga kondisi likuiditas tetap longgar melalui kebijakan
moneter akomodatif dan sinergi BI-pemerintah
• Kebijakan tersebut mendukung likuiditas perekonomian yang tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2)
yang tumbuh masing-masing 17,4% (yoy) dan 11,5% (yoy) pada April 2021. Pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh operasi keuangan
Pemerintah sebagai dampak sinergi kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah dan penerimaan Pemerintah lainnya, serta
kenaikan aktiva luar negeri bersih, di tengah kontraksi pertumbuhan kredit
• Dengan perkembangan tersebut, kondisi likuiditas perbankan lebih dari cukup, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana
Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi yakni 33,67% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,94% (yoy)

QUANTITATIVE EASING (QE) DAN PEMBELIAN SBN OLEH BI UANG BEREDAR DAN AL/DPK

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME B A N K I N D O N E S I A 19


#2. Melanjutkan kebijakan makroprudensial yg akomodatif dalam mendorong
pemulihan

#1 Mendorong Pertumbuhan Kredit


▪ Pelonggaran LTV
▪ Pelonggaran UM KKB
▪ Reaktivasi RIM

#2 Mendukung efektivitas trasmisi ▪ Transparansi suku bunga SBDK


suku bunga kredit

……dalam pipeline …..

#3
▪ Mendorong Pembiayaan UMKM
Mendorong Pembiayaan UMKM melalui ketentuan Ratio Pembiayaan
Inklusif Macroprudensial (RPIM)

#4 Mendorong Pemulihan Sektor


Slow Starter
▪ Dukungan kebijakan
makroprudensial untuk hotel dan
restoran

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 20


#3. Mendorong Akseptansi Sistem Pembayaran Digital dan Inklusi Keuangan
Pertumbuhan transaksi ekonomi dan keuangan digital semakin tinggi seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat
untuk berbelanja daring, meluasnya pembayaran digital dan akselerasi digital banking
• Bank Indonesia akan terus mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan yang inklusif dan efisien, al.dengan
mengakselerasi perluasan merchant QRIS melalui pendekatan ekosistem targeted, serta perluasan edukasi dan sosialisasi QRIS
kepada seluruh lapisan masyarakat
• Bank Indonesia juga terus memperluas elektronifikasi penyaluran bantuan sosial dan transaksi keuangan Pemerintah Daerah,
serta mendukung kesuksesan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI)

TRANSAKSI QRIS VOLUME TRANSAKSI E-COMMERCE

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 21


#4. Sinergi Mendorong Pembiayaan Sektor Prioritas
Sinergi otoritas, perbankan, dan dunia usaha diarahkan pada mendorong kredit dan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas dengan
kontribusi besar pada PDB dan ekspor. Terdapat 4 sub-sektor (Industri mamin, pos & telekomunikasi, kulit dan alas kaki, serta logam
dasar) dengan pertumbuhan kredit positif dan plafon kredit tersedia. Sementara 8 subsektor perlu penjaminan dan subsidi suku bunga,
serta 6 sub-sektor akan tumbuh kemudian untuk memanfaatkan kredit yg tersedia.

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 22


TERIMA KASIH

SINERGI MEMBANGUN OPTIMISME BANK INDONESIA 23

Anda mungkin juga menyukai