Anda di halaman 1dari 184

PEST CONTROL

Pengendalian Hama sebagai bentuk


HYGIENA LINGKUNGAN & GMP
di Industri Berbasis Pangan
Pendahuluan
Salah satu hal yang terpenting dimana
tidak bisa dilupakan dalam membangun
Sistem Manajemen Keamanan Pangan
adalah sistem kendali serangga/hama

Sebuah perusahaan wajib memiliki


manajemen pengendalian hama (pest
control) yang menjadi kunci kesuksesan
Sistem Manajemen Keamanan Pangan
Pendahuluan
Hal ini beranjak dari berbagai macam kerugian yang
disebabkan karena dijumpainya serangga pada
produk makanan/kemasan
seperti banyaknya keluhan pelanggan, serta
image proses perusahaan yang jorok dan tidak
higienis

Oleh sebab itu PEST CONTROL terutama


pengendalian serangga, tikus dan hewan lain baik
dalam bentuk pencegahan maupun pembasmian
harus dilakukan secara benar, terorganisasi dan
terprogram sehingga dapat mencapai sasaran
Tujuan
Program training ini bertujuan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan pemahaman terkait dengan pengolahan
sistem pengendalian hama yang benar, dimana selain itu
juga diharapkan setelah menyelesaikan program Training
Pest Control dalam Industri Pangan ini diharapkan peserta
mampu:
• Memahami dan mengetahui persyaratan GMP (Good
Manufacturing Practices) dama industri makanan dan
industri terkait yang berkaitan dengan sistem
pengendalian hama (pest control)
• Memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan
program inspeksi sanitasi dan pengendalian hama
• Bisa mengaplikasikan sistem pest control yang efektif dan
efisien dilingkungan perusahaan
Tujuan
• Bisa mengaplikasikan sistem pest control yang
efektif dan efisien dilingkungan perusahaan
• Mampu mengevaluasi kefektifan sistem
pengendalian hama, dan menerapkan
pengembangan metode yang terarah dalam
mencapai kesuksen penerapan sistem manajemen
keamanan pangan (SMKP)
• Peserta bisa mengetahui dan memilih terkait
informasi terkini yang berhubungan dengan pest
control, seperti: teknologi yang tepat guna,
pemilihan pestisida dalam program pest control
yang aman, serta pemilihan kontraktor/pihak ke-3
dalam pengendalian hama (pest control) yang
cocok diperusahaanya
Materi
1. Persyaratan GMP terkait dg Sistem Pengendalian Hama
(Pest Control)
2. Jenis Hama dan Bioekologinya dalam Industri Pangan
3. Peran SSOP (Hygiene & Sanitasi) dalam Pest Control
4. Manfaat & Peranan Pest Control
5. Cara Pengendalian Hama dalam Industri pangan dan
Industri pendukung yang terkait
6. Penyusunan program dan implementasi pest control
yang efektif melalui teknik inspeksi, monitoring dan
evaluasi program pest control
7. Manfaat dan kekurangan menggunakan pihak ke-3
(kontraktor pest control) dan bagaimana cara
menentukan kontraktor pest control yang tepat sesuai
kebutuhan
Pengendalian Hama
ASPEK PERSYARATAN
DASAR - GMP
Istilah GMP
Good Manufacturing
Practice (GMP) atau dalam
bahasa Indonesia Cara
Produksi Pangan yang Baik
(CPPB) pada dasarnya
adalah peraturan tentang
cara untuk mencapai
kualitas yang konsisten,
aman serta layak
dikonsumsi dlm produk
pangan yg dibuat
Pangan yg Aman
AMAN DIKONSUMSI
Produk pangan tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat membahayakan
kesehatan atau keselamatan manusia
misalnya produk dapat menimbulkan
penyakit atau keracunan
Pangan yang Layak
LAYAK DIKONSUMSI
Produk Pangan tersebut keadaanya
normal tidak menyimpang seperti busuk,
kotor (misalnya ada kotoran hama),
menjijikan (misalnya ada bulu tikus) dan
penyimpangan lainnya
Keamanan Pangan
Produk pangan memiliki kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah
produk pangan dari kemungkinan
cemaran (gangguan) :
• Biologis (mikrobiologis)
• Kimia
• Fisik
Manfaat GMP
• Meningkatkan kepercayaan pelanggan
• Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan
/ organisasi
• Meningkatkan kesempatan perusahaan
/organisasi untuk memasuki pasar global melalui
produk / kemasan yang bebas bahan beracun
(kimia, fisika dan biologi)
• Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
terhadap produk
• Berpartisipasi dalam program keamanan pangan
• Menjadi pendukung dari penerapan sistem
manajemen mutu
Implementasi GMP
• GMP diterapkan oleh industri yang produknya di
konsumsi dan atau digunakan oleh konsumen
dengan tingkat resiko yang sedang hingga
tinggi yang meliputi produk obat-obatan,
makanan, kosmetik, perlengkapan rumah tangga,
dan semua Industri yang terkait dengan produksi
produk tersebut.
• Pada dasarnya tidak ada referensi aturan GMP
yang bersifat global seperti halnya ISO. Sehingga
masing-masing negara biasanya memiliki GMP
tersendiri.
• Regulasi GMP di Indonesia sendiri dilakukan oleh
BPOM. Sedangkan sertifikasi bisa melalui BPOM
atau lembaga sertifikasi GMP yang legal
Standar GMP
• Standar GMP untuk industri obat-obatan di sebut
dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
• Standar GMP untuk industri makanan di sebut
dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang
Baik) atau CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik)
• Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut
dengan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik)
• Standar GMP untuk industri obat tradisional di
sebut dengan CPOTB (Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik)
Standar GMP
• Sebenarnya industri dapat menentukan darimana refrensi
GMP yang diterapkan. Karena pada dasarnya tujuan semua
GMP yang ada adalah untuk membentuk produk yang
berkualitas. Jadi, industri dapat mengambil referensi GMP dari
luar negeri, tapi selama tidak menyalahi aturan dari BPOM
sendiri.
• Pemilihan referensi biasanya mempertimbangkan beberapa
hal, sebagai berikut:
– Sertifikasi GMP di Indonesia dapat dilakukan oleh BPOM, atau
lembaga sertifikasi independen lainnya.
– Kemana produk yang dihasilkan akan di jual (lokal atau ekspor),
maka standar GMP yang digunakan sebagai referensi
mempertimbangkan standar GMP di negara dimana produk
tersebut di jual.
– Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau merupakan bagian
dari penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang dilakukan
merupakan sertifikasi dari standar yang lainya tersebut seperti:
ISO 22000;2005, HACCP, BRC, SQF, IFS dan lain-lain
Standarisasi GMP
• Prinsip dasar GMP lebih menekankan pada proses produksi yang
benar bukan hanya sekedar proses pemeriksaan atau
inspeksi/testing.
• Oleh karena itu Good Manufacturing Practice (GMP) harus diterapkan
kepada semua aspek-aspek yang berhubungan dengan produksi
• Cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah
– Lingkungan Produksi
– Disain dan Fasilitas
– Produksi (Pengendalian Operasional)
– Jaminan Mutu
– Penyimpanan
– Pengendalian Hama
– Hygiena Personil
– Pemeliharaan, Pembersihan dan Perawatan
– Pengaturan Penanganan Limbah
– Pelatihan
– Consumer Education (Edukasi Pelanggan)
Apa itu Hama ?
• Tikus
• Serangga
• Nyamuk
• Rayap
• Semut
• Burung
• Hewan lain dll

ORGANISME PENGGANGGU !!
GMP vs Pest Control
• Lingkungan Produksi – semak belukar
tidak dirawat, banyak genangan air,
tumpukan barang bekas, bak sampah
besar terbuka, halaman kotor ?
• Bangunan & Fasilitas – Pabrik tidak
berpintu, lantai retak-retak, dinding
bercelah dan berlubang, banyak sarang
laba-laba, ventilasi tidak berpelindung,
gudang tidak berpintu rapat ?
GMP vs Pest Control
• Peralatan Produksi – tidak pernah
dilakukan pembersihan dan sanitasi,
pipa dibiarkan terbuka tanpa ditutup,
wadah peralatan tanpa tutup ?
• Supplai Air – tempat penampungan
tanpa tutup dan tidak pernah
dibersihkan ?
GMP vs Pest Control
• Fasilitas Hygiene & Sanitasi –
peralatan tidak dibersihkan dg
sempurna, peralatan pembersih
disimpan dalam kondisi kotor, jadwal
pembersihan tidak ditepati,
penggunaan bahan kimia sanitasi tidak
tepat ?
GMP vs Pest Control
• Penyimpanan / Gudang – bahan
ditumpuk diruang terbuka, pestisida
disimpan dekat dengan produk ?
• Pengelolaan Limbah – sampah meluap
banyak sisa makanan, drainase tidak
lancar, sampah tidak segera dibuang
dan sebabkan bau busuk, wadah
limbah tutupnya hilang ?
Pengendalian Hama
JENIS HAMA &
BIOEKOLOGINYA
MASALAH HAMA
• Tingkat bahaya, kerugian atau
gangguan yang ditimbulkan
• Tingkat populasi hama di lingkungan
pemukiman
• Tingkat toleransi pemukim terhadap
keberadaan hama di lingkungannya
PENGENDALIAN HAMA
• Mengetahui identitas hama sasaran
• Mengetahui sifat dan cara hidup
(bioekologi) hama sasaran
• Memilih alternatif cara pengendalian
• Memilih pestisida
• Menentukan cara aplikasinya
BIOEKOLIGI HAMA
SASARAN
• Mengenal daur hidup (siklus hidup)
• Mengenal habitat
• Cara, waktu dan perilaku makan
• Waktu dan perilaku beristirahat
• Jarak jelajah
• Dasar untuk penyusunan strategi
pengendalian
HAMA PEMUKIMAM
• PERIDOMESTIK
Habitat perindukannya ada di luar
bangunan permukiman (tetapi ada di
sekitar bangunan)

• DOMESTIK
habitat perindukan, sarang dan
mencari makannya di dalam bangunan
Populasi Hama
• Hama vektor penyakit
– Nyamuk: vektor kuman deman berdarah
dengue, demam chikungunya, malaria, dan
penyakit kaki gajah;
– Lalat: vektor berbagai penyakit perut;
– Kecoa: vektor penyakit herpes dan desentri;
– Pinjal: vektor penyakit pes.
• Hama tikus
• Hama gudang bahan pangan
• Hama penggangu lainnya
RAYAP...
• Tergolong dalam ordo Isoptera
• Keberadaannya di bumi sejak lebih dari
100 juta tahun yang lalu
• Merupakan serangga sosial yang hidup
dalam satu koloni dan terdiri dari
beberapa kasta
• Berperan sebagai pengurai dan perusak
• Mengkonsumsi sellulosa (unsur kayu)
• Penyebaran di seluruh wilayah Indonesia
RAYAP: Morfologi
• Ukuran tubuh sangat kecil
• Tubuh terdiri dari 3 bagian yaitu
kepala, dada dan perut
• Terdapat perbedaan antar jenis kasta
• Bagian tubuhnya dilapisi oleh kutikula
yang mengalami penebalan
RAYAP: Morfologi
Morfologi beberapa jenis rayap :
1. Coptotermes curvignatus Holmegren
• Kepala berwarna kuning, berbentuk bulat
dan sedikit lebih panjang
• Mandibelseperti arit yang ujungnya
melngkung
• Panjang kepala 1,56 – 1,68 mm dan lebar
kepala 1,40 – 1,44 mm
• Panjang kepala + mandibel 2,46 - 2,66 mm
• Panjang badan 5,5 – 6,0 mm
• Warna abdomen putih kekuning-kuningan
RAYAP: Morfologi
2. Macrotermes gilvus Hagen
• Mandibel ujungnya melengkung
• Antena terdiri dari 16-17 ruas
• Kasta prajurit terdiri dari 2 macam:
– Major : Warna kepala coklat kemerahan
dengan panjang kepala + mandibel 4,80 – 5,0
mm dan lebar 2,88 – 3,10 mm
– Minor : Warna kepala coklat tua dengan
lebar 1,52 – 1,71 mm, panjang kepala +
mandibel 3,07 – 3,27 mm
RAYAP: Morfologi
3. Nasutitermes javanicus Holmgren
• Kepala berwarna kuning, bulat
• Panjang kepala + nasut 1,25 mm
9tanpa nasut 0,65 mm) lebar 0,72 mm
• Mandibel tidak berkembang, tanpa
gerigi dan tidak berfungsi
• Antena terdiri dari 12-13 ruas, ruas ke
4 lebih pendek dari ruas 3, ruas 3 lebih
panjang dari ruas ke2
RAYAP: Sistem Kasta
Terbagi atas 3 kasta yaitu
• Kasta Reproduktif
• Kasta Prajurit
• Kasta Pekerja
RAYAP: Sistem Kasta
KASTA REPRODUKTIF
1. Primary reproduktive (swarmer)
– Terbentuk dari laron
– Laron terbang mencari pasangan, kawin
– Masuk ke dalam ke dalam tanah dan
terbentuklah koloni baru (raja & ratu
baru)
– Laron biasanya muncul setelah hujan
atau setelah musim penghujan
RAYAP: Sistem Kasta
KASTA REPRODUKTIF
2. Suplementery reproduktive
• Terbentuk dari neoton
• Neoten terbentuk setelah kasta
reproduktif primer mati atau tidak
dapat berproduksi
• Neoten dapat juga terbentuk karena
adanya frakmentasi koloni
RAYAP: Sistem Kasta
KASTA PRAJURIT (soldier)
• Menjaga koloni dari gangguan rayap
lain maupun dari predator (mis ;
semut)
• Komposisi dalam koloni berkisar antara
3 % - 15 % dari jumlah pekerja
RAYAP: Sistem Kasta
KASTA PEKERJA (worker)
• Memberi makan anggota koloni lainnya
• Suka mengembara dalam mencari makan
(foraging)
• Mengembara secara acak dan kontinyu
(random)
• Membersihkan sarang dan merawat ratu
• Membangun terowongan (tunnel)
RAYAP: Siklus Hidup
RAYAP: Perilaku
• Aktifitas makan dengan cara :
– Trophallaxis
– Simbion dengan protozoa flagellata

• Aktifitas jelajah
– Random Foraging
– Melalui tunnel (liang kembara)
– Daerah jelajah C. Formosanus 100 m2 dan
C. Curvignatus mencapai 480 m2
RAYAP: Perilaku
• Aktifitas kawin
– Diawali dengan terbentuknya laron
– Mencari pasangan
– Menanggalkan sayap
– Cari sarang kemudian kawin
• Caste regulation pheromon
feromon pengaturan keseimbangan
populasi kasta
• Alarm pheromon: Feromon penanda
bahaya
RAYAP: Ekologi
• Jenis Tanah. Secara umum menyukai
tanah yanng mengandung liat
• Curah Hujan. Curah hujan tinggi dapat
memicu keluarnya kasta reproduktif
dari sarang
• Suhu dan Kelembaban. Suhu
optimum 15 – 38 C dan kelembaban
optimum 75 – 90 %
RAYAP: Kerugian
• Merusak tanaman. Umumnya
menyerang bagian akar tanaman kelapa,
coklat, karet, kopi kelapa sawit bahkan
tanaman hias
• Merusak bangunan
– Terutama pada struktur bangunan dari kayu
– Persentase serangan rata-rata mencapai 70%
– Kerugian tahun 1995 pada bangunan
perumahan 1,65 triliun
• Merusak isi bangunan. Furniture, buku-
buku dan surat-surat berharga lainnya
SERANGGA...
• SIKLUS HIDUP : stadium pra dewasa dan
stadium dewasa
• METAMORFOSIS : Perubahan bentuk
yang dialami mulai dari telur sampai
serangga dewasa
• METAMORFOSIS
– AMETABOLA (tidak mengalami perubahan
bentuk)
– PAUROMETABOLA (metamorfosis sederhana)
– HOLOMETABOLA (metamorfosis sempurna)
KECOA...
• Ukuran Tubuh 3,5 – 4 cm
• Berwarna coklat kemerahan
• Telur berada dalam kantung telur
“ooteka” yang berisi 16-50 butir
• Kecoa betina meletakkan 1 ooteka setiap
minggu. Selama masa hidupnya dapat
meletakkan 15-90 kapsul
• Ooteka diletakkan pada sudut
barang/perabotan yang gelapdan lembab
• Stadium telur = 50 – 55 hari
KECOA...
• NIMFA terdiri dari 5 – 13 instar
• Stadium Nimfa 6 bulan sampai 2 tahun
• Lama hidup kecoa dewasa dari
beberapa bulan samapai 2 tahun
KECOA: Siklus Hidup
KECOA: Perilaku
• Tergolong NOKTURNAL AKTIF
• Aktif di diang hari apabila terganggu atau
ketika populasinya sudah tinggi
• OMNIVOR
• Bersifat THIGMOTATIC yaitu istirahat di
dalam celah-celah dalam waktu yag lama
(3/4 hari)
• Kecoa jerman dewasa dapat bersembunyi
dalam retakan yang lebarnya 1,66 mm
KECOA: Perilaku
• Berkembang di dalam lingkungan yang
bnayk makanan dan terlindung (isal
kecoa jerman di habitat dapur)
• Perpindahan dengan individu hidup
atau kantung telur
• Kecoa Amerika (Periplaneta
americana) umumnya penghuni
dinding bak septik dan saluran air
limbah
KECOA: Jenis
• Kecoa Amerika (Periplaneta americana)
• Kecoa Jerman (Blatella germanica)
• Kecoa Australia (Periplaneta australasiae)
• Kecoa Coklat (Periplaneta brunnea) –
sangat mirip kecoa amerika
• Kecoa berpita coklat (Supella longipalpa)
• Symploce sp. – mirip dengan kecoa
jerman
• Kecoa Oriental (Blatta orientalis)
KECOA: Jenis
LALAT...
• Mempunyai sepasang sayap, sayap
belakang tereduksi menjadi “halter”
yang berfungsi sebagai alat kemudi
• Mata majemuk, mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu
sama lain
• Antena pendek (3 ruas)
• Mulut menusuk - menghisap
LALAT: Siklus Hidup
LALAT...
• Tubuh lalat betina biasanya lebih besar
dari lalat jantan
• Larva tidak mempunyai tungkai, bagian
kepala meruncing
• Pupa berbentuk silinder dan tidak
bergerak
• Telur berukuran panjang ± 1 mm
berbentuk seperti pisang, berwarna putih
kekuningan
• Mengalami metamorfosis sempurna
LALAT...
• Telur diletakkan dalam media yang dapat
menjadi tempat perindukan larva
• Larva makan dengan rakus
• Mengalami 4 kali molting
• Stadium larva bisa beberapa hari atau
minggu tergantung suhu, kualitas
makanan dan jenis lalat
• Stadium pupa bisa beberapa hari atau
minggu atau bulan
LALAT: Perilaku
• Larva berkembang terbatas di media
tempat makan (Kompos, sampah untuk
lalat rumah)
• Lalat dewasa aktif bergerak
• Daya jelajahnya umumnya ±50 m dari
tempat perindukannya. Dalam keadaan
terpaksa bisa terbang beberapa kilometer
• Ketinggian terbang lalat dewasa pada
waktu makan sampai dengan 90 cm
LALAT: Perilaku
• Yang mempengaruhi daya jelajah lalat :
ketersediaan makanan, kelembaban dan
adanya tempat bertelur yang aman,
kecepatan angin, bau/aroma, serta
cahaya
• Habitat lalat pra dewasa pada tempat
yang cukup banyak bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan
seperti sampah organik dan basah
LALAT: Perilaku
• Lalat dewasa juga menyukai sampah
organik hanya daya jelajahnya yang
luas sehingga dapat memasuki rumah
atau tempat manusia beraktifitas
• Populsi meningkat tergantung musim
dan kondisi iklim, dan tersedianya
tempat berkembang biak yang cocok
LALAT: Jenis
• Lalat rumah (Musca domestica)
• Lalat kandang (Stomoxys calcitrans)
• Lalat daging (Sarcophaga spp.)
• Lalat buah (Drosophila spp.)
• Lalat rumah (Musca sorbens)
• Lalat rumah kecil (Fannia canicularis)
NYAMUK...
• Pengganggu kenyamanan dan kesehatan
manusia
• Sangat adaptif tinggal bersama manusia
• Penghisap darah dan sebagai vektor :
Anopheles,Culex, Aedes, Mansonia,
Armigeres, haemagogus, Sabethes,
Culiceta dan Psorophora
• Culex quinqefasciatus dan Aedes aegypti
bersifat kosmopolit
NYAMUK...
• Nyamuk dewasa berukuran panjang 3-6
mm, langsing, tungkai panjang, sayap
sempit
• Kepala agak membulat, hampir
seluruhnya diliputi oleh sepasang mata
majemuk yang hampir bersentuhan
• Nyamuk betina bagian ulutnya panjang
• Nyamuk jantan bagian antenanya
memiliki banyak bulu – plumose
• Nyamuk jantan tidak menghisap darah
tetapi madu atau cairan tumbuhan
NYAMUK: Penyakit
• Aedes aegypti dan Aedes albopictus
penular virus dengue  penyebab
penyakit demam berdarah dengue juga
penular penyakit demam chikungunya
• Aedes aegypti sanngat menyenangkan air
di wadah air buatan manusia yang
terdapat di dalam dan di dekat bangunan
• Aedes albopictus lebih menyenangi
wadah air yang alamiah di luar ruangan
NYAMUK: Penyakit
• Culex quinqefasciatus penular penyakit
filariasis bancropti di daerah jakarta
dan sekitarnya, juga pengganggu
kenyamanan manusia
• Menyenangi genangan air yang keruh
• Populasinya akan sangat meningkat
selama periode musim panas, dimana
saluran air limbah tersumbat dan tidak
mengalir
PSN – 3 M PLUS
• Menguras bak penampungan air
• Menutup drum dan wadah penampungan
air agar nyamuk betina dewasa tidak
dapat meletakkan telurnya
• Mengubur benda-benda penampung air
• Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
dalam adah air hidroponik atau tempat
air berukuran besar
Pengendalian Hama
PERAN SSOP (HYGIENA
& SANITASI)
Sanitasi & Hygiena
• Sanitasi pangan ditujukan untuk mencapai kebersihan
yang prima dalam tempat produksi, persiapan
penyimpanan, penyajian makanan, dan air sanitasi.
• Hal-hal tersebut merupakan aspek yang sangat esensial
dalam setiap cara penanganan pangan.
• Program sanitasi dijalankan bukan untuk mengatasi
masalah kotornya lingkungan atau kotornya pemrosesan
bahan, tetapi untuk MENGHILANGKAN KONTAMINAN
dari makanan dan mesin pengolahan, serta mencegah
terjadinya kontaminasi silang.
• Program higiene dan sanitasi yang efektif merupakan
kunci untuk pengontrolan pertumbuhan mikroba pada
produk dan industri pengolahan makanan
Prinsip Dasar Sanitasi
• Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal,
yaitu membersihkan dan sanitasi.
– Membersihkan (Cleaning) yaitu
menghilangkan mikroba yang berasal dari
sisa makanan dan tanah yang mungkin
menjadi media yang baik bagi pertumbuhan
mikroba
– Sanitasi (Sanitizing) merupakan langkah
menggunakan zat kimia dan atau metode
fisika untuk menghilangkan sebagian besar
mikroba yang tertinggal pada permukaan
alat dan mesin pengolah makanan
Sumber Kontaminasi
Beberapa hal yang memungkinkan untuk menjadi
sumber kontaminasi pada industri pangan adalah :
• Bahan baku mentah : Proses pembersihan dan
pencucian untuk menghilangkan tanah dan untuk
mengurangi jumlah mikroba pada bahan mentah.
Penghilangan tanah amat penting karena tanah
mengandung berbagai jenis mikroba khususnya
dalam bentuk spora
• Peralatan/mesin yang berkontak langsung
dengan makanan: Alat ini harus dibersihkan
secara berkala dan efektif dengan interval waktu
agak sering, guna menghilangkan sisa makanan
dan tanah yang memungkinkan sumber
pertumbuhan mikroba
Sumber Kontaminasi
• Peralatan unuk sterilisasi: Harus diusahakan dipelihara
agar berada di atas suhu 75 – 76C agar bakteri
thermofilik dapat dibunuh dan dihambat
pertumbuhannya.
• Air untuk pengolahan makanan: Air yang digunakan
sebaiknya memenuhi persyaratan air minum.
• Air pendingin kaleng: Setelah proses sterilisasi berakhir,
kalengnya harus segera didinginkan dengan air pendingin
kaleng yang mengandung disinfektan dalam dosis yang
cukup. Biasanya digunakan khlorinasi air sehingga residu
khlorine 0,5 – 1,0 ppm.
• Peralatan/mesin yang menangani produk akhir (post
process handling equipment): Pembersihan peralatan ini
harus kering dan bersih untuk menjaga agar tidak terjadi
rekontaminasi.
Sanitasi - GMP
• GMP mempersyaratkan agar dilakukan
pembersihan dan sanitasi dengan frekuensi yang
memadai terhadap seluruh permukaan mesin
pengolah pangan baik yang berkontak langsung
dengan makanan maupun yang tidak. Mikroba
membutuhkan air untuk pertumbuhannya.
• Oleh karena itu persyaratan GMP : mengharuskan
setiap permukaan yang bersinggungan dengan
makanan dan berada dalam kondisi basah harus
dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga
mempersyaratkan penggunaan zat kimia yang
cukup dalam dosis yang dianggap aman.
Tahap Hygiene - Sanitasi
Prosedur untuk melaksanakan higiene dan sanitasi harus disesuaikan
dengan jenis dan tipe mesin/alat pengolah makanan. Stamdar yang
digunakan adalah :
– “Pre rinse” atau langkah awal, yaitu : menghilangkan tanah dan sisa makanan
dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
– Pembersihan : menghilangkan tanah dengan cara mekanis atau mencuci
dengan lebih efektif.
– Pembilasan: membilas tanah dengan pembersih seperti sabun/deterjen dari
permukaan
– Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan alat
bersih
– Penggunaan disinfektan : untuk membunuh mikroba.
– Pembersihan akhir : bila diperlukan untuk membilas cairan disinfektan yang
padat
– “Drain dry” atau pembilasan kering : disinfektan atau final rinse dikeringkan
dari alat-alat tanpa diseka/dilap. Cegah jangan sampai terjadi genangan air
karena genangan air merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
Jenis Sanitizer
Sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer dalam kimia atau perlakuan
fisik yang dapat mereduksi populasi mikroba pada fasilitas dan peralatan
pabrik. Sanitizer yang digunakan dalam Industri Pangan dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu:
1. Panas.
• Uap air panas (steam) mengalir dengan suhu dan waktu tertentu : 77°C selama 15
menit, atau 93°C selama 5 menit
• Untuk alat makan dan peralatan kecil (pisau dsb) 77°C selama 2 menit, dan 77°C
selama 5 menit untuk peralatan pengolahan.
• 82°C selama 20 menit untuk pengolahan pangan
2. Radiasi UV, waktu kontak harus lebih dari 2 menit, terutama
digunakan untuk sanitasi wadah pengemas dan ruangan yaitu untuk
membunuh meikroba termasuk virus 3)
3. Senyawa kimia (Disinfektan), disinfektan yang digunakan dalam
industri pangan :
• Senyawa khlorin
• Iodium dan kompleks iodium
• Senyawa amonium quartenair
• Kombinasi asam-anion
Sanitasi Kimiawi
• Meskipun panas dan sinar UV sangat efektif untuk proses sanitasi, hingga kini
industri pangan masih sangat bergantung pada disinfektan kimiawi. Disinfektan
tersebut akan membasmi sebagian besar mikroba. Yang penting wajib
dipertimbangkan bahwa spora mikroba bisa bertahan terhadap disinfektan. Jadi
permukaan yang sudah diberi disinfektan adalah tidak steril. Sesudah sanitasi,
jumlah mikroba berkurang banyak tetapi tidak steril. Steril berarti tidak ada mikroba
sama sekali (sterilized).
• Peraturan GMP mempersyaratkan penggunaan zat kimia yang cukup dalam dosis
yang dianggap aman, oleh karena itu sangat penting untuk mengikuti petunjuk
penggunaan disinfektan tersebut dari pabrik pembuatnya.
• Efektifitas dari disinfektan tergantung pada :
– Jenis dan konsentrasinya
– Lama kontak
– Suhu
– pH
• Sangat tidak berguna untuk melakukan desinfeksi pada pernukaan alat yang kotor,
karena disinfektannya akan bereaksi dengan kotoran sehingga tidak efektif.
Faktor Sanitizer
• Hidrogen peroksida (H2O2) dan ozon (O3) juga dapat
digunakan sebagai disinfektan, tetapi karena beberapa
kelemahan dalam sifat-sifatnya, maka keduanya jarang
digunakan secara umum. H2O2 khusus digunakan untuk
sterilisasi wadah pengemasan plastik, dan ozon khusus
digunakan dalam pengawetan air mineral.
• Komponen fenol merupakan disinfektan yang kuat, tetapi tidak
digunakan untuk sanitasi dalam industri pangan karena
baunya yang keras dapat memprngaruhi flavor makanan yang
diolah.
• Pemilihan jenis sanitizer yang digunakan dalam industri
pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
– Kelompok/jenis mikroba yang menjadi target
– Kondisi/sifat air yang digunakan
– Obyek/bahan yang akan disanitasi
– Sifat-sifat lain seperti stabilitas, harga dan sebagainya.
SSOP
• Sanitation Standard Operating Procedure
(SSOP) adalah prosdur tertulis yang harus
digunakan oleh pemroses pangan untuk
memenuhi kondisi dan praktek sanitasi.
• SSOP meruapakan bagian penting dari
program prasyarat untuk sistem Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP).
• Mencakup:
Cakupan SSOP
• KEAMANAN AIR. Keamanan bahan penolong (air,es) yang
berhubungan langsung dengan pangan/permukaan peralatan
yang digunakan langsung untuk pangan/digunakan pada
pembuatan es. Menggunakan air dengan standar air minum &
air tidak siap minum. Pemurnian air : penyaringan,
penghilangan padatan tersuspensi dengan koagulan,
desinfeksi,pelunakan air dengan soda lime/ ionisasi
• SANITASI. Kondisi kebersihan permukaan peralatan yang
kontak langsung dengan pangan termasuk perlengkapan
pengolahan, sarung tangan dan pakaian kerja. Berisi prosedur
pembersihan & sanitasi alat, frekuensi pembersihan dan
petugas yang bertanggung jawab
Cakupan SSOP
• KONTAMINASI SILANG. Pencegahan kontaminasi silang dari
barang yang tidak saniter terhadap produk, bahan kemasan
produk dan permukaan peralatan yang dipakai langsung untuk
pangan, termasuk perlengkapan pengolahan, sarung tangan
dan pakaian kerja dan dari bahan baku terhadap produk akhir.
• SANITASI KARYAWAN: meliputi fasilitas cuci tangan, sanitasi
tangan & toilet yg digunakan. Mencakup prosedur,
penjadwalan, petugas pembersihan & jenis
pembersihan. Pemantauan dilakukan superviser dan
didokumentasikan
Cakupan SSOP
• PENCEGAHAN PENCAMPURAN BAHAN BERACUN. Prosedur
mencegah tercampurnya bahan nonpangan ke dalam produk
pangan yang dihasilkan. Pencegahan pangan, bahan kemasan
dan permukaan peralatan yang dipakai langsung untuk pangan
terhadap pencemaran yang disebabkan oleh pelumas, bahan
bakar, pestisida, bahan pembersih, bahan penyuci hama,
kondensasi dan bahan kontaminasi kimiawi,fisik dan biologis.
• PELABELAN & PENYIMPANAN: Tata cara & jenis pelabelan
yang diterapkan pada bahan kimia yang digunakan, baik untuk
produksi maupun pembersihan, fumigasi, desinfeksi dsb
Cakupan SSOP
• KESEHATAN KARYAWAN : Pengendalian kondisi kesehatan
karyawan yang dapat mengakibatkan kontaminasi mikrobiologi
pada pangan, bahan kemasan pangan dan permukaan
peralatan yang dipakai langsung untuk pangan.Meliputi:
Ketentuan bagi karyawan yang sakit, jadwal pemeriksaan
kesehatan rutin, imunisasi & pengujian penyakit – penyakit
tertentu.
Cakupan SSOP
• PENGAWASAN BINATANG PENGGANGGU (PEST CONTROL):
Menghindarkan unit pengolahan pangan dari investasi
binatang pengganggu. Termasuk didalamnya pembasmian dan
pencegahan agar tidak timbul hama disekitar industri pangan.
Meliputi: kebersihan ruang penyimpanan, fumigasi,
pemasangan perangkap tikus di pintu masuk dsb. Secara
umum perbedaan antara GMP dan SSOP (Standard Sanitation
Operating Prosedure) adalah : GMP secara luas terfokus dan
pada aspek operasi pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri
serta operasi personel. SSOP merupakan prosedur yang
digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan
atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam
memproduksi pangan yang bermutu tinggi aman dan tertib
Pengendalian Hama
MANFAAT & PERANAN
PEST CONTROL
Manfaat Pest Control
• Mencegah resiko bahaya (misalnya:
kerusakan produk, sampai resiko
penularang penyakit zoonosis)
• Manfaat ekonomis (misalnya: masa pakai
lebih panjang)
• Memberi rasa aman (misalnya:
keselamatan bangunan)
• Melestarikan alam (misalnya:
penggunaan kayu berkurang)
• Memberika peluang kerja (misalnya: pest
control operator)
Pengendalian Hama
CARA PENGENDALIAN
HAMA
Tujuan Pengendalian
Aktivitas pengendalian hama ditujukan untuk:
• Menekan populasi hama vektor penyakit sehingga
menurunkan risiko penyebaran kuman penyakit tertentu yang
dibawanya;
• Menekan populasi hama tikus sehingga menurunkan risiko:
– Kerugian akibat kerusakan jaringan kabel listrik dan komunikasi
termasuk jaringan kabel komputer.
– Susut nilai inventory karena kerusakan kemasan dan produk.
– Sanitasi lingkungan
• Menekan populasi hama gudang untuk mengamankan bahan
pangan yang disimpan di dalamnya.
• Menekan populasi hama lingkungan secara umum untuk
menjaga mutu sanitasi hotel, restoran, perkantoran, dan
pemukiman.
Strategi Pengendalian
• Menghilangkan tempat
perkembangbiakan
• Menghilangkan tempat mencari makan
• Menghilangkan tempat berlindung
/beristirahat
• Menghilangkan tempat bersembunyi
Strategi Pengendalian
SHELTER

EKOSISTEM HAMA

MAKANAN AIR
Strategi Pengendalian

80% HYGIENE AND SANITATION

20% CHEMICALS APLLICATION


PENGENDALIAN KECOA
Pengendalian Non – Poison :
• Berbagai teknik pengendalian di luar pestisida
• Minimalisasi ketersediaan sumber makanan,
air dan tempat istirahat/berkembang biak
• Memaksimalkan program sanitasi lingkungan
• Memanfaatkan metode trapping dan baiting
• Vacuuming
PENGENDALIAN KECOA
Pengendalian Serangga
• Terdiri dari:
– Biological control menggunakan musuh alami
– Cultural control menciptakan kondisi lingkungan
– Physical and mechanical control, pengasapan dan
lem serangga
– Autocidal control, pemutusan situs lahir
– Behavioural control, penggunaan bahan kimia yang
mempengaruhi sifat serangga misalnya
mempengaruhi pola kelahiran atau masa kawin
– Chemical control, penggunaan bahan kimia untuk
membunuh serangga
• Prinsip ini dapat juga digunakan untuk
mengendalikan tikus dan burun
Nyamuk...
Ikan Nila Merah

Ikan Gupi
Pengendali lalat..
FLY BAIT STATION
Binatang Pengerat
• Cara yang paling efektif untuk
mengendalikan tikus adalah dengan cara
memutus mata rantai makanan dengan
menjauhkan dari sumber makanan
• Ini hanya dapat dilakukan dengan
manajemen hygiena standar dalam area
pabrik
• Metoda pengendalian tikus:
– Chemical control
– Physical control
– Biological control
Pengendalian Tikus
Peta Jebakan
• Peta atau gambaran skematis yang
menunjukkan alat kendali / jebakan
yang diletakkan dan dijaga
keberadaannya
• Catatan service dan pembersihan
setiap jebakan disimpan untuk setiap
jebakan
Pengendalian Burung
• Cara terbaik adalah mencegah burung
memasuki bangunan. Perlu diperhatikan
hubungan antara burung dan
lingkungannya untuk melakukan
pencegahan dan pengendalian
• Burung tertarik pada suplai makanan, air,
tumbuhan disekitar bangunan
• Racun, tembakan atau jebakan dapat
digunakan untuk mengendalikan hama
burung
Pengendalian Serangga
• Dapat dijabarkan seperti berikut:
• Burung dapat dikendalikan dengan: jaring,
pembatas, dan jebakan
• Jebakan elektrik serangga dapat digunakans
sesuai kebutuhan. Jebakan harus dipasang
minimal dalam jarak 3 m dari ruang produksi
atau pengemasan
• Setiap unit jebakan harus dicatat dan
dibersihkan sesuai dengan jadwal.
Pembersihan dapat dilakukan 1 kali per
minggu bila dalam musimnya atau per bulan
bila tidak sedang dalam musimnya
Ambang Kendali
Adalah jumlah populasi hama yang perlu
mendapatkan pengendalian dalam
rangka mencegah hama melakukan
kerusakan yang tidak bisa ditoleran
Di tempat penyimpanan, ambang kendali
seringkali bernilai 0, bahkan satu hama
yang terlihat dapat mendatangkan
bahaya dan perlu mendapatkan
pengendalian
Teknik-teknik dalam
pengendalian Hama
• Beberapa pengendalian terapan dapat
digunakan dalam pengendalian hama di
tempat penyimpanan
• Pengetahuan yang baik mengenai hama
yang akan dikendalikan dapat membantu
aplikator dalam memilih teknik terbaik
atau kombinasi teknik dalam
mengendalikan hama dengan
memperhatikan faktor ekonomi serta
dampaknya terhadap lingkungan
Pengendalian Terapan
• Ketahanan Inang (Host Resistance)
• Pengendalian Biologis
• Pengendalian Cultural
• Pengendalian Mekanis
• Pengendalian Kimia
Ketahanan Inang
• Beberapa tumbuhan menunjukkan
tingkat ketahanan yang lebih baik
dibanding yang lain, seperti kulit yang
lebih tebal atau keras sehingga
menyulitkan serangga hama untuk
menginfestasi komoditi
• Pada beberapa tanaman transgenik dapat
bersifat toksik pada serangga hama
• Menyimpan komoditi yang relatif tahan
dapat mengurangi tingkat kerusakan olh
hama
Pengendalian Biologis
• Melibatkan beberapa musuh alami
seperti parasit, predator, dan patogen
dari masing-masing spesies hama
• Kurang efektif diaplikasikan di tempat
penyimpanan
Pengendalian Cultural?
• Ditempat penyimpanan lebih kepada
manajemen tempat penyimpanan dan
pengelolaan stok
• Gudang mana yang anda pilih?
Manajemen Gudang
• Perlu diperhatikan pencahayaan,
sirkulasi udara, proofing
• Kerapihan penyimpanan komoditi
• Kebersihan dan kerapihan alat-alat
• Kebersihan dan kerapihan jalur-jalur
kabel
• Dilakukan perawatan secara rutin
(pengecatan, pembersihan, dsb)
Pengelolaan Stock
• Menyimpan komoditi bebas hama
• Menggunakan alas tumpukan
(menghindari kontak langsung dengan
tanah, sumber kelembaban dan serangan
hama dan debu)
• Merapikan tumpukan
• Memberi jarak dengan dinding
• Sistem fifo
• Alat transport yang good,clean & proper
sealet container
Pengendalian Mekanis
(Fisik)
• Trap, screen, barrier, pagar, jaring-
jaring, radiasi dan penggunaan alat
listrik dapat digunakan untuk
mencegah penyebaran hama ke dalam
suatu area atau perpindahan hama
dari suatu negara
• Cahay, pemanasan dan pendinginan
dapat mereduksi populasi hama
Traps
• Insect light trap (ILTs), => electric
cutting dan glue board
• Pheromone traps
• Trap yang ber-basic glue bisa dijadikan
sebagai alat monitoring
Pest Exlution
• “ PEST PROOF”
• Screening, Plastic strip, Outdoor lighting
• Sealing, caulking C&C

menghilangkan pest entry dan


harborage
Extrem temperature
Response Serangga Hama Gudang Terhadap Temperatur

Zone Temperature Effect


(C)
Lethal 50-60 Mati dalam hitungan menit
45 Mati dalam hitungan jam
Sub Optimum 35 Perkembangan berhenti
33-35 Perkembangan lambat
Optimum 25-33 Perkembangan maksimum

Sub Optimum 13-25 Perkembangan lambat


13-20 Perkembangan berhenti
Lethal 5 Mati dalam hitungan hari
-10 s/d15 Mati dalam hitungan minggu-bulan
-25 s/d -15 Mati dalam hitungan menit, serangga beku
Strategi Temperatur
Rendah
• Temperatur rendah suboptimum dapat
memperlambat terjadinya tingkat kerusakan pada
komoditi akibat serangan hama dan penyakit
sehingga dapat memperpanjang usia komoditi
dalam penyimpanan (Flin & hagstrum, 1990)
tetapi tidak mengeliminasi/mencegah terjadinya
kerusakan lebih lanjut (Brown & Hill, 1984)
• Kerentanan serangga hama terhadap temperatur
rendah lethal sangat bervariasi, tergantung pada
spesies, stadia pada daur hisup, dan seringkali
tergantung pada temperatur, waktu pemaparan,
jenis kelamin dan kelembaban relatif
Strategi Temperatur
Tinggi
Pemaparan dengan temperatur 5 derajat Celcius
diatas temperatur optimum dapat memperlambat
atau menghentikan aktivitas dan perkembangan
serangga, bahkan pada beberapa spesies dapat
menyebabkan kematian

Kerentanan serangga hama terhadap temperatur


tinggi juga bervariasi, sama halnya dengan
temperatur rendah tergantung pada beberapa
faktor seperti spesies, stadia pada daur hidup, dan
seringkali tergantung pada temperatur, waktu
pemaparan, jenis kelamin, dan kelembaban relatif
Sanitasi dan Modifikasi
habitat
• Sanitasi dapat membantu untuk
mencegah dan menekan populasi
hama dengan cara meniadakan
sumber-sumber makanan dan tempat
berlindung bagi hama
Sanitasi .....
• Langkah terpenting dalam kegiatan pest management
non-kimiawi
• BERSIH
• Sirkulasi udara
• Kelembaban tidak tinggi
• Eliminasi sumber makanan
• Menemukan dan memindahkan produk yang telah
termanifestasi merupakan 90% dari proses pengendalian
• Harus selalu dicatat dan diperbaharui untuk menjamin
bahwa gudang “bersih/tidak menarik lagi” untuk hama
• Less hiding place
• Less favorable harborage
Pengendalian Kimia
• Residual Treatment
• Space Spray
• Fumigasi
Residual Spray
• Hanya 1-8% Kumbang tertangkap trap,
sisanya “bertengger” pada permukaan
vertikal (Mueller et al. 1991)
• Infestasi dari luar selalu transit di
dinding luar
• Kumbang senang istirahat pada
permukaan vertikal (seperti dinding).
• Residual spray diperlukan
Residual Spray
• Diperlukan pestisida yang aman dan
residu jangka panjang
• Kombinasi Low Impact Insecticide dengan
Low Impact formulation
• Keamanan : Low Impact Insecticide
• Residu jangka panjang : Low Impact
formulation (SC, WP, MEC, bait)
• Aplikasi Indoor, Outdoor dan C&C
• Sumigard 220 MEC (fenitrothion 20%)
Space Spray
• Kumbang istirahat ditempat gelap dan
tersembunyi
• Aktif pada sore menjelang malam hari
(nocturnal)
• Perlu insectisida yang aman dan efektif
serta mempunyai daya menarik keluar
(flush out) serangga dari
persembunyiannya
• Thermal Fogging dan ULV
• Indogran 500 EC
Fumigasi
• PH3
• Sangat beracun – biocide
• Perlu operator bersertifikat
• Telur, larva, pupa dan dewasa
• Tidak ada residu
Pengendalian Serangga
& Tikus
Harus mencakup:
• Layout fasilitas yang menunjukkan lokasi jebakan / alat pengendalian
lainnya
• Daftar periksa setiap tindakan dan lokasi alat
• Frekuensi pemeriksaan / treatment
• Penanggung jawab (karyawan dan atau sub cont)
• Dokumen (sertifikat dll)
• Laporan pelaksanaan dan hasil pengamatan termasuk tanda tangan
pelaksana dan penanggung jawab
• Prosedur pembersihan sebelum dan sesudah tindakan pengendalian
• Daftar bahan kimia yang digunakan dan konsentrasi kelarutannya
(misal: 75 ml bahan kimia + 5 liter air untuk pengendalian kecoa dan
semut
• Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk penggunaan bahan kimia
Inspeksi Tikus
• Ada 10 ciri keberadaan tikus
• Hasil inspeksi yang baik dapat
memperoleh informasi mengenai
kepadatan populasi dan rute-rute yang
dilalui oleh tikus
• Inspeksi yang dilakukan akan
menentukan keefektifan dalam kontrol
pengendalian seperti ketepatan
penempatan bait dan trap
Inspeksi Tikus
10 tanda keberadaan tikus
1. Kotoran
2. Gigitan
3. Tracks
4. Burrow/liang. Tikus riul/norway membuat sarang
ditanah dengan beberapa lubang masuk dan keluar
serta lubang untuk melarikan diri
5. Run ways
6. Greasemark
7. Bercak urin
8. Tikus hidup/mati
9. Suara
10. Bau
Sanitasi

• Populasi yang tinggi selalu berasosiasi dengan


ketersediaan makanan, minuman dan tempat
untuk bersarang
• Sampah sisa makanan manusia dan peliharaan
harus segera disingkirkan
• Meniadakan segala hal yang bisa dijadikan tempat
untuk bersarang bagi tikus, seperti kotak kardus,
peti kayu, karung dan hal lainnya
• Perabotan rumah dan kantor disarankan untuk
dirubah posisinya setiap 2-3 bulan sekali agar
tercipta suasana asing bagi tikus
• Dengan mengeliminasi hal-hal tersebut akan
dapat mereduksi kepadatan populasi tikus
Ekslusi
Tindakan preventif sebagai upaya
pencegahan agar tikus tidak
mengganggu/masuk ke dalam
bangunan
Reduksi Populasi
Tindakan untuk mereduksi populasi tikus
dengan cepat

• Pengendalian Mekanis
– Suara Ultrasonik, suara dengan
menggunakan frekuensi tertentu
– Gelombang elektromagnetik
– Perangkap, snap trap, live trap, fit fall trap

• Pengendalian Kimia
– Penggunaan umpan beracun
Pengendalian Kimia
dengan Menggunakan
Rodentisida
Berdasarkan cara kerja dibagi menjadi 2
1. Toksik akut (non antikoagulan) :
bekerja cepat, merusak sistem syaraf
tikus

2. Toksik Kronis (antikoagulan) : bekerja


lambat, menghambat proses
koagulasi darah, serta memecah
pembuluh darah kapiler
Memilih Rodentisida
• Pertimbangkanlah hama target, lokasi
pengumpanan, hewan bukan sasaran dan
anak-anak yang mungkin kontak dengan
umpan
• Populasi hama sasaran
• Penggunaan rodentisida yang khusus
digunakan pada bait station untuk menjaga
umpan tetap berada di dalam bait station
• Fungsi, menjaga umpan tetap segar, terutama
membantu menjaga bait jauh dari janngkauan
anak-anak dan hewan bukan sasaran
Bait station
Bentuk :
• Pellet
• Tablet
• Min block
Masing-masing bentuk didesain untuk menarik
tikus-tikus tertentu

Bentuk pellet lebih menarik bagi sebagian besar


mencit tetapi dapat juga digunakan dalam
pengendalian tikus

Tablet dan miniblok lebih ditujukan untuk tikus


tetapi juga disukai mencit
Evaluasi
• Sangatlah penting untuk mengevaluasi
hasil dari suatu program pengendalian
• Dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu dengan memonitor populasi dan
kerusakan sebelum dan sesudah
dilakukannya suatu program
pengendalian
• Simpan hasil evaluasi untuk referensi
dikemudian hari
Penggunaan Pestisida
Aman
• Stewardship atau penanganan pestisida
berarti memastikan penggunaan produk yang
sesuai, aman dan bijaksana dengan
memperhatikan siklus penggunaan dari
produk, mulai dari penelitian, penemuan
produk, penyimpanan, pengangkutan,
penggunaan produk hingga pemusnahan
produk yang telah digunakan. Contohnya
melalui informasi yang tertera pada label
produk pestisida, yang di desain berisi
informasi instruksi secara jelas dan singkat
agar dapat dengan mudah dimengerti
Penggunaan Pestisida
Aman
• Tiga hal yang menjadi prioritas utama
dalam prinsip Stewardship, yaitu:
– Penyimpanan dan pemusnahan pestisida
– Keamanan dalam pengangkutan
– Penggunaan pestisida yang baik, benar
dan bijaksana
Pestisida Palsu
• Berdasarkan penelitian Universitas
Indonesia (tahun 2002), keberadaan
pestisida ilegal dan palsu di Indonesia
telah memberikan kerugian pada negara
sekitar 1.3 trilyun rupiah.
• Peredaran pestisida ilegal dan palsu
tersebut telah menjangkiti Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
dan Sulawesi
Pestisida Palsu
• Keberadaan pestisida ilegal dan palsu
yang mencapai 10 – 12 persen dari
pestisida di Indonesia (CropLife
International, 2011) sudah sangat
merugikan, mengancam kesehatan
masyarakat, berbahaya bagi lingkungan
hidup, menurunkan hasil panen, serta
boikot ekspor komoditas pangan yang
ditengarai menggunakan pestisida ilegal
dan palsu.
Pestisida Palsu
• Pestisida ilegal dan palsu umumnya
bercirikan harga yang sangat murah,
label produk yang tidak lengkap, dan
tidak dijual melalui distributor
dan/atau toko resmi
Pengendalian Hama
PROGRAM &
IMPLEMENTASI
Hygiena Lingkungan
• Hygiena lingkungan dan implementasinya
bergantung pada situasi pabrik
• Tindakan yang dilakukan akan berbeda
bila pabrik berada di kota atau di
pedesaan
• Prinsip utama adalah
– Memagari / mencegah masung (orang,
kucing dll )
– Pest control (rodent, insect, birds)
– Pembuangan limbah cair dan padat
Pengendalian Hama
Terpadu
• Program Pengendalian Hama Terpadu
membantu mengendalikan organisme
pengganggu (hama) dengan tepat
sasaran untuk mendapatkan hasil yang
optimal secara aman dan bijaksana
• Metoda pengendalian hama terpadu:
– Identifikasi
– Monitor
– Pengendalian
PHT - Identifikasi
• Identifikasi terhadap jenis organisme
pengganggu (hama) yang ada di lahan /
pabrik, karena tidak semua organisme
menimbulkan kerugian bahkan beberapa
organisme memberikan keuntungan bagi
lingkungan.
• Dengan identifikasi yang tepat, kita dapat
menggunakan jenis pestisida atau bahan
perlindungan yang tepat untuk
mengendalikan organisme pengganggu
(hama)
PHT - Identifikasi
No Jenis Hama Potensi Bahaya
PHT - Monitor
• Monitoring (pengamatan) dilakukan oleh
kita terhadap keadaan dan populasi
organisme pengganggu (hama) sehingga
kita dapat memutuskan dengan tepat
kapan dalam penggunaan pestisida atau
bahan perlindungan.
• Karena prinsip pengendalian hama
terpadu (PHT) adalah hama tidak
dimusnahkan tetapi diusahakan agar
selalu dibawah ambang batas ekonomi.
PHT - Monitor
No Jenis Hama Sistem Monitoring Batas
Ambang
PHT - Pengendalian
• Bila pencegahan dengan cara mengelola lingkungan dan
ekosistem telah dilakukan namun populasi organisme
pengganggu (hama) tetap melebihi ambang batas dan
menimbulkan kerugian, kita dapat melakukan
pengendalian mekanik, fisik, hayati dengan
menggunakan organisme menguntungkan yang menjadi
musuh alami dan pestisida atau bahan perlindungan
yang tepat untuk mengendalikan organisme pengganggu
(hama).
• Dengan penggunaan pestisida atau bahan perlindungan
secara tepat dan bijaksana, populasi organisme
pengganggu (hama) diharapkan dapat berkurang dan
tetap berada di bawah tingkat populasi sehingga
keseimbangan ekosistem, ekologi dan ekonomi terjaga.
PHT - Monitor
No Jenis Hama Sistem Pengendalian
Program Pest Control
• Pest (serangga, pengerat, burung) dicegah masuk
ke pabrik, area produksi dan area penyimpanan
• Cara terbaik adalah merintangi akses masuk pada
bangunan dan area kerja meski hampir mustahil
untuk mencegah secara total
• Tetapi desain dan konstruksi yang bagus dapat
menunda masuknya hama yang merupakan
tujuan utama program pest control. Meski begitu
tetap saja diperlukan program reguler untuk pest
control
• Program Pest Control harus sesuai dengan kondisi,
pencegahan yang dilakukan untuk rayap, semut,
kecoa, dan binatang pengerat
Program Pest Control
• Good House Keeping dan sanitasi yang baik
adalah Cara Terbaik untuk pest control jangka
panjang
• Program pest control harus didokumentasikan
dan disimpan di lingkungan perusahaan
• Program pest control bisa dilaksanakan oleh
personil terlatih dari perusahaan atau
disubkontrakan kepada perusahaan lain
• Peralatan monitoring hama dan yang terkait
lainnya harus terintegrasi dengan manajemen
hama untuk keefektifan program
Program Pest Control
• Seluruh peralatan pengendalian misalnya perangkap,
kotak umpan, dan insect glue light trap (insect zapper /
penyengat serangga / perangkap serangga yang
bersetrum yang dapat memercik tidak diperbolehkan di
dalam fasilitas produksi) diberi label (termasuk inisial
operator dan tanggal pemeriksaan)
• Sistem monitoring mampu menciptakan sistem
pengawasan peralatan pengendalian berupa tanggal
pemeriksaan, nama pemeriksa dan hasil pemeriksaan
• Dapat dibuatkan pemetaan peralatan pengendalian dan
harus selalu update yang dilengkapi dengan tanggal,
mencakup lokasi penempatan semua peralatan
pengendalian hama yang ditandai sehingga mudah
dilacak dan dibuat trend-nya
Program Pest Control
• Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk
mengurangi kontaminasi produk dari aktivitas
hama atau penggunaan bahan baku dan atau
prosedur yang dirancang untuk pengendalian
hama
• Aktivitas pest control harus dilakukan untuk
memenuhi persyaratan aturan
• Program pest control diupayakan menggunakan
sedikit mungkin pestisida. Jika digunakan, harus
dibuatkan daftar pestisida yang dilengkapi label
dan msds serta status masa berlakunya. Prosedur
pencampuran tersedia sesuai ketentuan.
Pest Control Internal
Bila program pest control dilakukan sendiri oleh
personil perusahaan, personil tersebut:
• Menjaga data contoh label dan informasi
bahan kimia yang digunakan (MSDS).
Diuapayakan untuk tidak menggunakan bahan
pestisida
• Menjaga dan melaksanakan prosedur tertulis
untuk setiap penggunaan bahan kimia
• Menjaga akurasi catatan penggunaan bahan
kimia
Sistem Pelaporan
Tersedia catatan trend aktivitas hama berupa:
• Identifikasi dan analisa aktivitas hama
• Analisa trend untuk semua kegiatan /
peralatan pengendalian hama, per masing-
masing unit
• Jika trend teridentifikasi, maka harus
dilakukan tindakan koreksi yang
terdokumentasi
• Tindak lanjut yang sistematis diperlukan jika
aktivitas hama meningkat pada semua
peralatan pengendalian hama
Sistem Pelaporan
Dokumentasi Laporan memuat:
• Jenis layanan yang diberikan
• Bahan pestisida yang digunakan
• Target organisme
• Jumlah yang digunakan
• Detil area yang menggunakan bahan kimia
• Metoda pelaksanaan dan aplikasi
• Rata dosis penggunaan
• Tanggal dan waktu playanan
• Tanda-tanda aktivitas hama yang ditemukan
• Tindak lanjut yang terjadwal dan aktivitas baru
• Tanda tangan individu pelaksana
Dampak Kesehatan dan
penyakit akibat Kerja pada
Pengendalian vektor, Hama
dan rayap
Cara Masuk Pestisida ke
Dalam tubuh
• Melalui Pernapasan (Inhalasi)
• Melalui Mulut (Ingesti)
• Melalui Kulit (Absorpsi)
Melalui Pernafasan
• Partikel ,aerosol,uap/asap bahan
pembasmi hama yang terhirup pada
saat melakukan pekerjaan
Melalui Mulut
• Pestisida masuk ke dalam tubuh
melalui mulut karena beberapa hal
seperti :
– Terkontaminasi makanan yang
terkontaminasi
– Makan dan minum sambil bekerja
– Merokok sambil bekerja
Melalui Kulit
• Bahan berbahaya masuk ke dalam
tubuh karenan kontak dengan kulit dan
terjadi absorpsi,khususnya mata
• Beberapa anggota tubuh mempunyai
tingkat absorpsi yang berbeda
Tingkat Absorbsi Pestisida
pada Tubuh
Dampak Kesehatan
• Organophosphate insecticides
– Tanda-tanda dan Gejala :
• Sakit kepala, berkeringat, otot nyeri, pusing, diare
• Sulit bernafas, hilang kesadaran

• N-Methyl Carbamate Insecticides


– Tanda-tanda dan gejala :
• Malaise, loyo (lemah otot), dizziness, berkeringat
• Sakit kepala, mengeluarkan liur (salivation),
pusing, muntah, nyeri pada lambung, diare
• Tekanan pada syaraf pusat, pada kasus yang serius
terjadi edema pada paru-paru
Penerapan k3 pada
Pekerja
Pest Control
Pengertian bahaya dan
Resiko
• Bahaya
– Potensi yang terdapat pada
bahan/material, mesin, cara kerja, kondisi
tempat kerja, dll untuk menimbulkan
kerugian

• Resiko
– Kemungkinan untuk terjadinya kerugian
Potensi Bahaya
• Potensi bahaya pada pekerjaan
pengendalian hama, vektor,dan rayap
dapat berasaldari :
– Perlatan
– Bahan kimia (Pestisida)  Paling Utama
– Cara kerja atau tata kerja yang tidak tepat
– Perilaku pekerja
– Lingkungan
Potensi Bahaya :
Peralatan
• Peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengendalian vektor, hama,
dan rayap mempunyai potensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan dan
cidera, seperti :
– Alat yang berat
– Bising
– Panas dari alat
– dll
Potensi Bahaya : bahan
Kimia (Pestisida)
• Bahan kiia (Pestisida) yang digunakan untuk
pembasmi, yang terdiri dari beberapa bentuk
seperti :
– Dustable Powders (PD)
– Wettable Powders(WP)
– Emulsifiable Concentrates (EC)
– Flowable Concentrates (SC)
– Hot Fogging Concentrates (HN) or FOG
formulations
– Aerosoles evaporations strips
– ULV formulations
Potensi Bahaya : Cara
Kerja
• Persiapan
– Mengaduk/mencampur pestisida
– Pemeriksaan peralatan
– Kelengkapan APD
• Penyemprotan
– Cara Penyemprotan yang salah
• Spraying
• fogging
• Pasca penyemprotan
– Pembersihan peralatan
– Pembersihan pakaian kerja dan APD
Potensi Bahaya :
Perilaku pekerja
• Beberapa perilaku petugas yag
beresiko untuk meningkatkan paparan
pestisida adalah :
– Makan
– Minum
– Mengunyah permen karet
– Tidak memakai APD yang lengkap
– Tidak memakai AOD dengan benar
Potensi Bahaya :
Lingkungan
• Lingkungan kerja terdiri dari :
– Di Dalam ruangan /gedung (indoor)
• Ruangan yang tertutup akan memicu terjadinya
konsentrasi pestisida yang tinggi di dalam ruangan dan
akan meningkatkan resiko paparan bagi petugas
maupun bagi orang lain (yang ada) di ruangan tersebut
• Perilaku petugas yang tidak sehat saat melakukan
penyemprotan akan berdampak signifikan
– Di Luar ruangan /terbuka (outdoor)
• Posisi petugas dan arah angin akan mempengaruhi
tingkat paparan pestisida
• Suhu udara yang panas akan mengganggu petugas saat
melakukan penyemprotan.disarankan agar petugas
minum secara rutin dalam jumlah yanng cukup untuk
menghindari dehidrasi
Dampak Kesehatan
• Solid organochlorine Insecticides
– Tanda-tanda dan gejala :
• Diserap pada jaringan lemak
• Gangguan sensori seperti :
– Hyperesthesia dan paresthesia,sakit kepala, hilang
konsentrasi, mual

• Hilang kesadaran
Penerapan K3 pada
Pekerjaan
Pengendalian Hama
Penerapan K3
• Untuk mencegah terjadinya dampak
kesehatan dan cidera bagi petugas
pengendali hama, maka penerapan K3
dapat dilakukan pada :
– Peralatan dan bahan
– Cara kerja yang sesuai prosedur
– Menggunakan APD
Peralatan dan Bahan
• Peralatan
– Pastikan peralatan yang digunakan sesuai dengan
metode yang akan dipakai,spraying, atau fogging
– Pastikan peralatan dalam kondisi baik dan tidak ada
bagian yang rusak atau bocor
– Pastikan semua peralatan lengkap sesuai dengan
kebutuhan termasuk peralatan untuk persiapan
(mencampur, dsb)

• Bahan
– Bahan kimia (pestisida) yag digunakan haruslah
sesuai dengan jenis hama yang akan dikendalikan
– Bacalah petunjuk penggunaan dan Material safety
Data Sheet (MSDS) sebelum dipakai
Penggunaan APD
• APD (Alat Pelindung Diri) yang
dibutuhkan antara lain :
– Sarung Tangan
• Untuk mencegah kontak kulit dengan bahan kimia
(pestisida)
• Gunakan sarung tangan untuk bahan kimia

– Respirator (Masker)
• Untuk mencegah terhirupnya bahan kimia
(pestisida)
• Gunakan respirator yang mampu menahan
partikel ukuran mikron
Penggunaan APD
• Pakaian/baju kerja
– Untuk melindungi tubuh dari kontak
dengan bahan kimia dan kondisi
lingkungan
– Gunakan pakaian yanng tahan bahan
kimia (bisa juga dengan menggunakan
“celemek”

• Goggles dan pelindung Muka


– Untuk melindungi mata dari bahan kimia
Penggunaan APD
• Pelindung Kepala (Topi)
– Untuk melindungi kepala dari paparan bahan
kimia
– Beberapa pestisida dapat diabsorbsi melalui
kulit kepala

• Sepatu
– Gunakan sepatu yang memadai untuk
menghindari kontak dengan bahan kimia
– Sebaiknya gunakan sepatu karet yang tahan
dengan bahan kimia
Pengendalian Hama
KONTRAKTOR JASA
PIHAK KE-3
Pest Management
Professional
• Untuk kebutuhan tertentu, biasanya
program pengendalian hama ini
diserahterimakan kepada pihak ke-3
sebagai Pest Management Professional
(PMP)
• PMP yang terpilih harus memenuhi
syarat-syarat internal pengendalian
hama dan secara legalitas memenuhi
syarat
Syarat Legal PMP
• Memiliki ijin sebagai perusahaan
pengendalian hama (terbaru dan dalam ruang
lingkup). Biasanya dari Dinas Kesehatan.
• Operator yang ditugaskan memiliki sertifikat
ijin penggunaan bahan pestisida (jika bahan
pestisida digunakan). Operator yg belum
bersertifikat, hanya boleh mengaplikasikan
pestisida dibawah pengawasan personil yang
bersertifikat
• Memberikan jaminan (liability insurance)
sebagai bukti jaminan ganti rugi akibat
pelaksanaan program pengendalian hama
Kontrak Layanan
Bila pest control dilakukan oleh pihak ketiga / PMP
(disubkontrakkan), maka harus tersedua KONTRAK KERJA
yang berisi minimal:
• Jenis & Lokasi Layanan (ruang lingkup pekerjaan)
• Sistem Pengendalian, termasuk peta penempatan alat
pest control
• Daftar Pestisida & Peralatan Pest Control yang digunakan
• Lembar MSDS, label dan petunjuk pelaksanaan
pekerjaan tersedia, termasuk contoh label dan sistem
administrasinya
• Memenuhi syarat-syarat internal pengendalian hama
yang telah ditetapkan perusahaan
• Jaminan pekerjaan
• Sistem pelaporan pekerjaan
Pest Control Subcont
• Bagaimana seluruh perangkap, kotak
umpan, papan lem dan insect glue light
trap (insect zapper / penyengat serangga
/ perangkap serangga yg bersetrum /
elektrik yang dapat memercik tidak boleh
digunakan di dalam fasilitas produksi)
diberi label (termasuk inisial operator dan
tanggal pemeriksaan)
• Bagaimana melacak pengawasan alat
(misal tanggal
Sistem Pelaporan
• Mengacu ke peraturan internal
perusahaan, minimal 1 kali dalam 1
bulan
• Dokumentasi dan administrasi layanan
pengendalian hama harus terpelihara
sebagai bukti pemenuhan pelaksanaan
program pengendalian hama

Anda mungkin juga menyukai