Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

PREPARAT UTUH (WHOLE MOUNT) EMBRIO AYAM

NAMA : MUHAMMAD YUHFI PRATAMA


NIM:198700008
PROGRAM STUDI: BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI BIOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama. Telur terdiri dari enam bagian yaitu
kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang, putih telur (albumin), kuning telur (yolk),
tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi
khas. Pembuatan sediaan utuh (whole mounts) embrio ayam membutuhkan tahapan-tahapan
diantaranya fiksasi, rehidrasi, pewarnaan, dehidratasi, penjernihan, dan mounting. Dalam
pembuatan preparat biologi diperlukan pengetahuan dasar lainnya yang berkaitan dan
menunjang, serta dibutuhkan pula suatu ketrampilan dalam menangani bahan dan alat yang
digunakan. Dengan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup akan
memberikan hasil yang baik. Pembuatan sediaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang
bertahap dan berhubungan satu dengan yang lain sehingga kesalahan atau ketidaktelitian pada
salah satu tahapan dapat mengakibatkan hasil akhir yang kurang baik pula. Hasil sediaan whole
mounts embrio ayam dapat digunakan dalam mempelajari embriologi serta dapat digunakan
dalam penelitian adanya kelainan dalam pertumbuhan embrio. Pembuatan preparat utuh (whole
mounts) embrio ayam dilakukan untuk mempelajari keadaan morfologi atau struktur hewan,
kepentingan taksonomi ataupun mendeteksi adanya kelainan yang terjadi pada masa
perkembangan hewan. Berdasarkan pembahasan tersebut mengenai preparat utuh (whole mount)
embrio ayam, maka dilakukan percobaan ini.

1.2 Tujuan Praktikum

praktikum Perkembangan Embrio Ayam ini yaitu mengidentifikasi morfologi dan struktur
embrio ayam berumur 24-72 jam inkubasi menggunakan preparat wholemount embrio ayam.
preparat whole mount embrio ayam yaitu untur mengetahui cara membuat preparat utuh dari
embrio ayam.

1.3 Tinjauan Pustaka

Embrio adalah sebuah eukariot diploid multisel dalam tahap paling awal dari perkembangan.
Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum,
hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya.
Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk
menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari proses ini disebut embrio (Susilo, 1993).

Aves merupakan salah satu hewan amniota karena janinnya mempunyai selaput embrional yang
dinamakan amnion. Tipe telur aves adalah telolecithal, tetapi karena detoplasmanya banyak
sekali maka dinamakan megalecithal. Bagian yang aktif pada pembelahan sel telur adalah keping
lembaganya (blastodisc). Pembelahan sudah dimulai sewaktu telur melalui oviduk, di oviduk
inilah telur mendapat albumen dan selaput-selaput lainnya. Albumen kental yang berputar karena
telur waktu melalui oviduk jalannya berputar-putar sehingga albumennya turut berputar-putar,
ini disebut sebagai chalaza yang berfungsi untuk menjaga agar sel telur tetap terletak sentral di
dalam albumen dan keping lembaganya selalu menghadap ke atas. Cangkang kapur didapat pada
bagin posterior dari oviduk, dan rongga udara di antara selaput cangkang telur mula-mula sempit
sekali, tetapi selama pertumbuhan embrio rongga tersebut makin bertambah besar (Mirzadeh,
2010).

Menurut Nalbandov (1990), telur ayam terdiri dari tiga lapisan, yaitu bungkus telur primer, yaitu
membrana vitelin yang dihasilkan oleh ooplasma. Bungkus telur sekunder, yaitu bungkus telur
yang disusun oleh ovarium yang terdiri dari sel-sel folikel yang disebut korona radiata dan zona
pelusida. Bungkus telur tersier, yaitu bungkus telur yang dihasilkan dari sekresi kelenjar-kelenjar
pada dinding saluran genitalia betina (oviductus dan uterus) .

Praktikum Perkembangan Embrio Ayam ini menggunakan preparat wholemount embrio ayam
berumur 24, 33, 48, dan 72 jam inkubasi. Wholemount menurut Patten (1958) yaitu metode yang
digunakan dalam pembuatan preparat secara utuh. Gambar yang dihasilkan dari preparat
wholemount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup.
Pembuatan preparat ini nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses
pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu
berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas
terhadap morfologi secara umum saja. Sedangkan menurut Spurlin & Lwigale (2013), embrio
ayam sebagai organisme model yang bernilai yang digunakan untuk mempelajari perkembangan
vertebrata. Selain itu dan murahnya telur yang terfertilisasi, tahapan awal embrio ayam mudah
untuk dijadikan bahan eksperimen.
BAB II

METODE DAN BAHAN

2.1 Metode :

• Waktu dan Tempat :


- Waktu : 07 – januari – 2021

- Tempat : Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan ( praktikum daring online )

2.2 Alat dan bahan :

 Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu mikroskop cahaya dan kamera.
 Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Preparat wholemount embrio
ayam (umur 24, 33, 48, dan 72 jam) dan lembar gambar pengamatan.

2.3 prosedur kerja :

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:

1. Preparat wholemount embrio ayam umur 24-72 jam diamati menggunakan mikroskop
cahaya dengan perbesaran total 40 X.

2. Morfologi embrio ayam yang teramati difoto menggunakan kamera.

3. Morfologi embrio ayam diidentifikasi strukturnya dengan mengisi lembar gambar


pengamatan.
BAB III

HASIL DAN PENGAMATAN

No Sampel Hasil Pengamatan Keterangan


1 Umur 24 jam stria primitiva,
mesoderma,
proamnion,
mesenkin, pulau-
pulau darah, somit,
usus depan,
notokord, lipatan
neural, dan vesikula
amnio-kardiak.

2 Umur 48 jam otak dan sumsum


tulang belakang yang
paling terkemuka
dari semua organ
vasikula optik
3 Umur 72 jam Penempatan yang
tepat dari tunas kaki
ini akan
menyebabkan
diferensiasi pada
beberapa sel tunas
kaki menjadi tulang
rawan, sel lain
menjadi otot,
pembentukan tunas
kaki depan menjadi
sayap dan tunas kaki
belakang menjadi
kaki. Pencerminan
perkembangan dari
struktur di bagian
tubuh yang
berlawanan ini
seluruhnya terpusat
pada regulasi
morfogenesis dan
diferensiasi dalam
perkembangan
embrio.
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari pengamatan preparat
wholemount embrio ayam pada umur inkubasi 24 jam yaitu terdapat bagian cranial neuropore,
pro amnion, neural fold, neural groove, margin of foregut, notochord, somites, anterior intestinal
portal, primitive streak, area pellucida, dan area opaca. Preparat embrio ayam umur inkubasi 33
jam yaitu terdapat bagian cranial neuropore, head fold, prosencephalon, mesencephalon,
rhombencephalon, optic vesicle, foregut, heart, lateral mesoderm, notochord, somites, primitive
streak, area pellucida, area vasculosa, dan anterior intestinal portal. Preparat embrio ayam umur
inkubasi 48 jam yaitu terdapat bagian amnion, prosencephalon, mesencephalon, metencephalon,
myelencephalon, optic cup, otic vesicle, branchial arches, heart tube, lateral fold, lateral
mesoderm, vitelline vein/artery, notochord, somites, posterior intestinal portal, dan tail fold.
Preparat embrio ayam umur inkubasi 72 jam yaitu terdapat bagian telencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon, myelencephalon, optic cup, otic vesicle, heart, branchial arches,
pharingeal clevt, notochord, somites, wing bud, posterior intestinal portal, leg bud, tail bud, dan
vitteline vein/artery. Hasil tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Sofjan
(2004).

Embrio ayam pada umur 24 jam terlihat struktur neural fold yang nantinya mengalami
perkembangan dari neural plate menjadi neural tube. Perkembangan tersebut diinduksi oleh
notochord. Oleh karena itu notochord sudah ada pada embrio umur awal. Somites yang nantinya
berkembang menjadi sceletome, myotome, dan dermatome semakin banyak jumlah pasang
somitenya seiring bertambahnya umur embrio. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurunnabi et
al (2010). Embrio ayam pada umur 33 jam terlihat struktur otak yaitu prosencephalon,
mesencephalon, dan rhombencephalon. Embrio ayam pada umur 48 jam terlihat struktur otak
bagian rhombencephalon berkembang menjadi metencephalon dan myelencephalon. Embrio
ayam pada umur 72 jam terlihat struktur otak bagian prosencephalon yang berkembang menjadi
telencephalon dan diencephalon, jadi pada embrio ayam pada inkubasi 72 jam terbentuk 5 bagian
otak, yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon.
Telur ayam tergolong telur telolechital, seperti reptil dan ikan. Pembelahan segmentasi hanya
berlangsung di daerah sempit di kutub animalis, blastodisc, sehingga tipe pembelahannya
digolongkan meroblastik. Alur pembelahan pertama di tengah-tengah blastodisc, dengan alur
meridional, alur pembelahan berikutnya tegak lurus terhadap alur pembelahan sebelumnya
sehingga menghasilkan satu lapisan blastoderm. Blastomer hasil pembelahan segmentasi tertata
dalam bangunan seperti cakram atau discus sehingga disebut meroblastik diskoidal. Pada tahap
awal blastomer masih masih kontak langsung dengan yolk yang ada di bawahnya. Seiring
meningkatnya pembelahan segmentasi, blastomer menjadi tersusun atas 5-6 lapisan sel yang
berhubungan erat melalui tight junction dan blastomer menjadi terangkat dari yolk sehingga
terbentuk ruang subgerminal. Ruangan tersebut terbentk karena blastomer menyerap cairan dari
albumen dan mengekspresikannya ke ruang ekstraseluler dan ke atas yolk. Pada tahap ini,
apabila embrio ayam dilihat dari dorsal (dari kutub animalis), maka daerah di tengah blastoderm
tampak jernih, disebut area pellucida, sedangkan di bagian tepi tampak kusam karena berlekatan
langsung dengan yolk, disebut area opaca. Di antara area pellucida dan area opaca terdapat
lapisan sel, zona marginal (Patten, 1958).

Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan
kerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar. Berkembangnya embrio dibantu
kantung berupa kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat
menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois membawa oksigen ke embrio, menyerap
zat asam dari embrio, mengambil sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan
menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.
Menurut Spurlin & Lwigale (2013), selama awal 3 hari inkubasi, embrio ayam, yang dimulai
sebagai sebuah blastodisc, mengalami gastrulasi, neurulasi, dan beberapa gerakan morfogenetik
untuk membentuk tengkorak dan batang yang berbeda struktur.

Perkembangan embrio ayam menurut Djuhanda (1981), terbagi menjadi beberapa tahap, antara
lain :

1. Umur 24 jaml
Embrio pada tingkat pengeraman 24 jam terbentuk bagian-bagian yang masih sederhana.
Struktur embrio yang telah terbentuk yaitu stria primitiva, mesoderma, proamnion, mesenkin,
pulau-pulau darah, somit, usus depan, notokord, lipatan neural, dan vesikula amnio-kardiak.
Mesoderm telah membentuk 4-5 pasang somit yang keduanya di kiri-kanan notokhor di bagian
tengah embrio. Lipatan neural telah mendekat satu sama lain. Persatuan lipatan neural pertama-
tama terjadi di muka somit-somit pertama.

2. Umur 48 jam

Embrio ayam yang diinkubasi 48 jam memiliki otak dan sumsum tulang belakang yang paling
terkemuka dari semua organ. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian yang akan mengalami
diferensiasi-diferensiasi. Vesikula optik pada dasarnya menyempit dan memanjang sehingga
terbentuklah tangkai optik yang tumbuh dari arah lateral ke arah ektoderm luar.

3. Umur 72 jam

Embrio pada umur ini telah melakukan torsi pada seluruh panjang tubuhnya. Pada kedua sisi
embrio ayam terbentuk dua selubung yang menandakan adanya pembentukan kaki.
Perkembangan selanjutnya yaitu pembentukan tunas kaki yang semakin jelas. Penempatan yang
tepat dari tunas kaki ini akan menyebabkan diferensiasi pada beberapa sel tunas kaki menjadi
tulang rawan, sel lain menjadi otot, pembentukan tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki
belakang menjadi kaki. Pencerminan perkembangan dari struktur di bagian tubuh yang
berlawanan ini seluruhnya terpusat pada regulasi morfogenesis dan diferensiasi dalam
perkembangan embrio.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam adalah suhu, keberhasilan


gastrulasi, dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses
perkembangan embrio ayam berlangsung. Keberhasilan pada gastrulasi menentukan keberhasilan
perkembangan embrio karena gastrulasi merupakan proses yang paling menentukan dalam
perkembangan embrio. Kondisi lingkungan yang buruk mengganggu perkembangan embrio
ayam (Patten, 1958). Kekurangan mineral juga dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan
embrio, perkembangan organ yang tidak normal, dan kematian embrio (Vieira, 2007). Telur yang
dioposisikan ayam yang sama pada setiap pagi hari, tingkat perkembangan zigot di dalamnya
belum pasti sama, telur-telur yang ditunda penelurannya telah mencapai tingkat
perkembangannya yang didasarkan pada lama waktu inkubasi sering tidak tepat, telur-telur yang
diinkubasi dalam panjang waktu yang sama, tingkat perkembangannya yang dicapai belum tentu
sama. Ayam biasanya tidak mengoposisikan telurnya apabila sampai pada uterus sudah sore dan
ditelurkan pada pagi harinya, telur yang sudah dibuahi, segara memulai perkembangannya meski
belum dikeluarkan (Christman, 2005). Selain itu posisi telur selama penyimpanan memiliki efek
pada daya tetasnya sehingga memengaruhi pula pada kualitas embrionya (Moreki & Mark,
2013).

KESIMPULAN :

Kesimpulan dari pelaksanaan dan hasil praktikum ini yaitu:

1. Struktur embrio ayam yang terlihat pada umur inkubasi 24 jam yaitu cranial neuropore, pro
amnion, neural fold, neural groove, margin of foregut, notochord, somites, anterior intestinal
portal, primitive streak, area pellucida, dan area opaca.

2. Struktur embrio ayam yang terlihat pada umur inkubasi 33 jam yaitu cranial neuropore,
head fold, prosencephalon, mesencephalon, rhombencephalon, optic vesicle, foregut, heart,
lateral mesoderm, notochord, somites, primitive streak, area pellucida, area vasculosa, dan
anterior intestinal portal.

3. Struktur embrio ayam yang terlihat pada umur inkubasi 48 jam yaitu amnion,
prosencephalon, mesencephalon, metencephalon, myelencephalon, optic cup, otic vesicle,
branchial arches, heart tube, lateral fold, lateral mesoderm, vitelline vein/artery, notochord,
somites, posterior intestinal portal, dan tail fold.

4. Struktur embrio ayam yang terlihat pada umur inkubasi 72 jam yaitu telencephalon,
diencephalon, mesencephalon, metencephalon, myelencephalon, optic cup, otic vesicle, heart,
branchial arches, pharingeal clevt, notochord, somites, wing bud, posterior intestinal portal, leg
bud, tail bud, dan vitteline vein/artery.
DAFTAR PUSTAKA

Christman,S. A, B. W. Kong, M. M. Landry, and D. N. Foster. 2005. Molecular, Cellular, and


Developmental Biology Chicken Embryo Extract Mitigates Growth and Morphological Changes
in a Spontaneously Immortalized Chicken Embryo Fibroblast Cell Line. Department of Animal
Science, University of Minnesota, St. Paul, Minnesota 55108.

Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Bandung: Armico.

Mirzadeh, Z., F. Doetsch, K. Sawamoto, H. Wichterle, and A. A. Buylla. 2010. The


Subventricular Zone En-face: Wholemount Staining and Ependymal Flow. Journal of Visualized
Experiments. Pritchard. 2013. Genetic Parameters for Production, Health, Fertility, and
Longevity Traits in Dairy Cows. Animal: an International Journal of Animal Bioscience. 7 (1):
34-46.

Moreki, J. C. and Mack. 2013. Effect of Storage Time and Egg Position on Hatchability of
Guinea Fowl Eggs. J Anim Sci Adv. 3(5): 256-260.

Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: UI Press.

Nurunnabi, A. S. M., Perven, H. A., Shahriah, S., Rayhan, K. A., Begum, G. M., Begum, M., and
Hossain, M. M. 2010. Study on The Formation of Somites in Chick Embryo. J Dhaka Med Coll.
19(2) : 122-125.

Patten, B. M. 1958. Foundations of Embyology. New York: Mc Graw Hill-Book.

Sofjan. 2004. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta: Erlangga.

Spurlin, J. and Lwigale, P. 2013. A Technique to Increase Accessibility to Late-stage Chick


Embryos for In Ovo Manipulations. Dev Dyn. 242(2): 148–154.

Susilo, H. 1993. Struktur dan Perkembangan Hewan. Yogyakarta : UGM.

Vieira, S. L. 2007. Chicken Embrio Utilization of Egg Micronutriens. Brazilian Journal of


Poultry Science. 9 (1): 01-08.

Anda mungkin juga menyukai