Anda di halaman 1dari 8

Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada

Era Revolusi Industri 4.0

Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga


pada Era Revolusi Industri 4.0

Agung Minto Wahyu


Program Studi Psikologi, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
email : agungminto.pelajar2@gmail.com

Achmad Muhammad Danyalin


Program Studi Psikologi, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
email : danyalin.oedin@gmail.com

Fia Nurfitriana
Program Studi Psikologi, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
email : fianurfitriana11@gmail.com

Aryudho Widyatno
Program Studi Psikologi, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
email : aryudho.widyatno.fppsi@um.ac.id

Abstrak
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah
untuk mengimplementasikan Nawacita Pemerintah dalam sistem pendidikan nasional. Kristalisasi nilai-
nilai PPK terdiri dari religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong-royong, dan integritas. Salah satu
elemen penting dalam mengoptimalkan PPK adalah peran keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk implementasi PPK dalam setiap keluarga pada era revolusi industri 4.0. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara.
Subjek partisipan penelitian terdiri dari 3 orang tua yang memiliki anak pada jenjang usia SD atau SMP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua cenderung menekankan nilai PPK yang berbeda-beda pada
anaknya. Nilai PPK yang ditekankan tergantung pada nilai mana yang dianggap paling penting oleh orang
tuanya. Bentuk pemaknaan orang tua terhadap setiap nilai PPK yang ditekankan pada anaknya juga tidak
sama. Selain itu, di era sekarang orang tua juga memanfaatkan teknologi sebagai media dalam memberikan
PPK pada anaknya.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pendidikan keluarga, revolusi Industri

Abstract
An abstranct is a brief summary of a research article, thesis, review, conference proceeding or any-depth
analysis of a particular subject or disipline, and is often used to help the reader quickly ascertain the paper
purposes. When used, an abstract always appears at the beginning of a manuscript or typescript, acting as
the point-of-entry for any given academic paper or patent application. Absatrcting and indexing services
for various academic discipline are aimed at compiling a body of literature for that particular subject.
Abstract length varies by discipline and publisher requirements. Abstracts are typically sectioned logically
as an overview of what appears in the paper.
Keywords: Character Education, Family Education, Industrial Revolution.

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan Dewasa ini, zaman telah banyak berubah. Dengan
peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam berubahnya zaman, maka juga akan berubah pula SDM
hidupnya sekarang dan yang akan datang (Tirtarahardja, yang dibutuhkan. Hal itulah yang membuat dunia
2018). Dapat dikatakan bahwa pendidikan memegang pendidikan harus senantiasa melakukan perubahan agar
peranan kunci dalam mengembangkan suatu negara. tetap relevan dalam mencetak SDM yang sesuai dengan
Pernyataan tersebut tidak berlebihan karena pendidikan kebutuhan zaman.
menduduki posisi sentral dalam meningkatkan kualitas Perubahan zaman yang sekarang paling sering
SDM yang ada di suatu negara. diperbincangkan yaitu revolusi industri 4.0. Revolusi

1
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

industri 4.0 adalah era disrupsi teknologi dimana terjadi pertama yang penting bagi proses pembentukan
gabungan antara domain fisik, digital, dan biologis pendidikan karakter bagi anak. Peran orang tua tidak
(Schwab, 2017). Pada era ini teknologi dan informasi hanya sekedar memenuhi kebutuhan fisiologis anak, tetapi
berkembang lebih dari sekedar pesat yang tentunya akan juga memenuhi kebutuhan anak yang lebih utama seperti
berpengaruh ke dunia pendidikan. perhatian, bimbingan, arahan, motivasi, pendidikan, serta
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud, menanamkan nilai-nilai bagi masa depannya (Sutjipto,
Khamim (dalam Novrinta, 2018), menjelaskan bahwa 2011). Maka dari itu, dalam menciptakan karakter yang
dunia pendidikan sebagai lini terdepan dalam adaptif, baik dan kuat pada anak di dalam keluarga perlu
meningkatkan karakter generasi penerus harus mampu terciptanya suasana keluarga yang harmonis dan dinamis.
beradaptasi dengan cepat dan menyesuaikan dengan Hal tersebut dapat tercipta apabila terbangun koordinasi
keterampilan yang wajib dimiliki di era revolusi industri dan komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan
4.0 ini. Oleh karena itu, pemerintah melalui Perpres anak (Hyoscyamina, 2011).
Nomor 87 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Penguatan Akan tetapi, dengan beragamnya pola pendidikan
Pendidikan Karakter (PPK) telah berupaya untuk keluarga yang dilakukan oleh orang tua. Khususnya di era
menguatkan pendidikan karakter yang salah satu revolusi industri 4.0 ini, maka akan membuat orang tua
tujuannya adalah untuk membangun dan membekali berbeda-beda dalam mengimplementasikan PPK kepada
Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun anaknya.
2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa Penelitian ini adalah sebuah studi pendahuluan yang
depan. Selain tujuan tersebut, tujuan lain dari PPK yaitu bertujuan untuk mengetahui bentuk implementasi PPK
untuk mengembangkan platform pendidikan nasional berbasis keluarga pada era revolusi industri 4.0. Oleh
yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama karena itu, pada penelitian ini hanya memaparkan bentuk-
dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia, bentuk PPK yang dilakukan oleh setiap orang tua kepada
serta merevitalisasi dan memperkuat potensi dan anaknya dalam keluarga khususnya di era revolusi industri
kompetensi ekosistem pendidikan (Kemendikbud, 2016). 4.0.
Pada dasarnya, PPK adalah gerakan pendidikan di
sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui METODE
harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
(literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan deskriptif. Subjek penelitian merupakan orangtua yang
pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, memiliki anak usia SD atau SMP. Teknik pengumpulan
dan masyarakat (Kemendikbud, 2018). Dari definisi data menggunankan metode wawancara. Analisis data
tersebut, PPK sebenarnya adalah gerakan untuk dilakukan dengan langkah-langkah reduksi data,
memperkuat karakter siswa di sekolah. Akan tetapi yang kategorisasi, cek keabsahan data, penafsiran dan
perlu digaris bawahi bahwa PPK ini tidak hanya penyimpulan.
dilakukan di sekolah, melainkan juga melibatkan keluarga Subjek dalam penelitian ini adalah orangtua yang
dan masyarakat. memiliki anak usia SD ataupun SMP. Berdasarkan
Dalam implementasinya, PPK terdiri dari lima nilai pertimbangan tersebut, peneliti memilih dua subjek yang
utama, yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Teknik
gotong-royong. Kelima nilai utama tersebut diturunkan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
kembali menjadi beberapa sub-nilai. Sub-nilai tersebut adalah wawancara. Pada teknik wawancara, peneliti
diantaranya yaitu: 1.) nilai religiositas, terdiri dari berupaya menggali opini, nilai, dan sikap yang dimiliki
beriman, bertaqwa, bersih, toleransi, dan cinta lingkungan. oleh subjek penelitian. Teknik wawancara yang
2.) nilai nasionalis, terdiri dari cinta tanah air, semangat digunakan berupa wawancara semi terstruktur, yaitu
kebangsaan, dan menghargai kebhinekaan. 3.) nilai wawancara yang dilakukan berdasarkan pedoman yang
integritas, terdiri dari kejujuran, keteladanan, kesantunan, telah disusun sebelumnya agar pokok-pokok yang
dan cinta pada kebenaran. 4.) nilai mandiri, terdiri dari direncanakan dapat tercakup seluruhnya. (Sugiyono,
kerja keras, kreatif, disiplin, berani, dan pembelajar. 5.) 2009).
nilai gotong-royong, terdiri dari kerjasama, solidaritas,
saling menolong, dan kekeluargaan (Kemendikbud, HASIL DAN PEMBAHASAN
2018). Nilai-nilai tersebut yang akan menjadi landasan Berdasarkan pada definisi PPK menurut
bagi orang tua dalam memberikan PPK di dalam keluarga. Kemendikbud, dimana PPK adalah gerakan pendidikan
Perlibatan keluarga dalam mengimplementasikan PPK untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi
tentu bukan tanpa alasan. Sebab keluarga adalah institusi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan

2
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

olah raga (kinestetik) yang melibatkan berbagai institusi, tidak berani untuk bermain game online lagi ketika sudah
salah satunya yaitu berbasis institusi keluarga. PPK masuk jam tidur.
berbasis keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini Selain mengajarkan sub-nilai kemandirian berupa
adalah PPK yang dilakukan oleh orangtua kepada anak di kedisiplinan, subjek juga mengajarkan sub-nilai lain dari
dalam keluarga. Akan tetapi, meskipun dilakukan dalam kemandirian yaitu pembelajar kepada anaknya. Subjek
keluarga, idealnya PPK tersebut harus dapat memenuhi berupaya untuk membentuk karakter anaknya agar
nilai-nilai yang ditetapkan Kemendikbud. Nilai-nilai tumbuh menjadi seorang yang pembelajar. Hal tersebut
tersebut yaitu religiositas, nasionalis, integritas, mandiri, dilakukan oleh subjek dengan cara memberikan resolusi
dan gotong-royong. Kemudian kelima nilai tersebut berupa target-target yang harus dicapai oleh anaknya
diturunkan secara spesifik dalam sub-sub nilai. setiap tahun. Misalnya subjek membuat target agar
Dari semua subjek yang telah peneliti wawancarai. anaknya mencuci piring sendiri sehabis makan, maka
Meskipun sebenarnya para orang tua tersebut tidak target tersebut harus dilakukan oleh anaknya. Meskipun
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam PPK yang anak dari subjek pada awalnya keberatan dengan target
telah dibuat oleh Kemendikbud, akan tetapi seluruhnya tersebut, akan tetapi subjek tetap memaksa untuk
telah secara implisit mencoba untuk menerapkan nilai- mencoba memenuhi target tersebut. Apabila anak dari
nilai yang ada dalam PPK. Hampir semua nilai-nilai subjek tetap menolak untuk melakukan target yang
dalam PPK tersebut diterapkan oleh orangtua kepada ditetapkan oleh subjek, maka subjek tersebut akan
anaknya, yang membedakan hanya pada intensitas atau memberikan punishment kepada anaknya dengan cara
nilai yang dianggap sebagai prioritas oleh orang tua. mengurangi uang saku.
Perbedaan dari nilai PPK yang dianggap prioritas oleh Berdasarkan pemaparan-pemaparan tersebut, dapat
orang tua sehingga menjadi penekanan utama untuk disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter
diterapkan kepada anaknya terlihat dari hasil wawancara yang dianut oleh subjek menggunakan teori belajar
yang telah dilakukan oleh peneliti. Pada subjek pertama, Thorndike yaitu incremental. Incremental tersebut
nilai PPK yang menjadi prioritas adalah kedisiplinan yang merupakan cara subjek untuk membentuk perilaku
merupakan bagian sub-nilai dari nilai kemandirian. disiplin kepada anaknya secara bertahap atau perlahan.
Kedisplinan yang dimaksud oleh subjek ini yaitu Disisi lain, cara yang berbeda dilakukan subjek ketika
kedisiplinan dalam berbagai hal. Mulai dari disiplin dalam menanamkan karakter pembelajar pada anaknya. Subjek
kegiatan sekolah seperti berangkat sekolah tepat waktu, memberikan punishment ketika perilaku anak tidak sesuai
mengerjakan tugas tepat waktu, dan belajar rutin tepat dengan target yang ditetapkan. Menurut Skinner (dalam
waktu. Selain itu, subjek juga menekankan pada anaknya Hergenhahn dan Olson, 2008), punishment yaitu
mengenai kedisiplinan dalam menjalankan kegiatan- mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme,
kegiatan di rumah. Kegiatan di rumah tersebut misalnya atau memberi organisme sesuatu yang tidak
disiplin dalam jadwal tidur, makan, dan mandi, disiplin dinginkannya.
dalam merapikan tempat tidur, dan membersihkan kamar Nilai PPK selanjutnya yang menjadi sorotan oleh
tidur. subjek yaitu nilai kesantunan pada anaknya. Kesantunan
Dalam menerapkan nilai kedisiplinan tersebut, subjek merupakan sub-nilai dari nilai integritas. Subjek
menyadari bahwa tidak mudah dalam membiasakan anak menganggap bahwa kesantunan anak di era sekarang
hidup dalam kedisiplinan. Orangtua harus dapat sangat memperihatinkan. Bentuk sopan-santun terhadap
menanamkan nilai tersebut sedikit demi sedikit kepada orang tua, guru, kakak, teman sebaya, atau adik cenderung
anaknya. Menurut subjek, bentuk kedisiplinan yang paling disamaratakan. Menurut subjek, berbeda dengan anak
sulit dilakukan yaitu membiasakan anak untuk berangkat zaman dahulu yang memiliki sopan santun yang berbeda
sekolah tepat waktu. Penyebabnya adalah karena anaknya ketika bertemu orang tua, guru, kakak, teman sebaya, atau
sering bermain game online di malam hari. Akibatnya adik. Dalam istilah Jawa biasanya disebut unggah-
adalah anak tersebut tidur larut malam sehingga pada pagi ungguh. Lebih lanjut, subjek menyebutkan hal tersebut
hari sulit untuk bangun tidur tepat waktu. terjadi karena dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
Untuk menanggulangi masalah tersebut, subjek yang sangat pesat dimana orangtua tidak mampu lagi
melakukannya dengan cara mematikan lampu kamar untuk mengikuti tren anaknya dalam menggunakan
anaknya ketika sudah waktunya jam tidur. Hal tersebut teknologi. Ketidakmampuan mengikuti perkembangan
dilakukan karena ketika lampu kamar dalam kondisi mati, teknologi tersebut yang menyebabkan anak merasa lebih
cahaya yang timbul dari gawai saat jam tidur akan mudah pintar daripada orangtua yang kemudian berdampak pada
dikontrol oleh orangtua. Harapannya adalah agar anak kesopanannya kepada orang tua menurun.

3
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

Pada dasarnya, subjek selaku orang tua menjelaskan salat subuh dengan cara membangunkannya jam setengah
tidak tertutup dengan adanya perkembangan teknologi. lima. Pembiasaan ibadah yang dilakukan subjek terhadap
Menurutnya teknologi tidak hanyak memberi dampak sang anak mulai membuahkan hasil sesuai dengan yang
negatif pada anak, melainkan juga memberikan dampak diharapkan beberapa waktu ini. Saat ini sang anak duduk
positif. Misalnya sebagai sumber informasi yang dapat di kelas 2 MI. Subjek menyatakan bahwa beberapa
membantu anak dalam belajar. Selain itu, dengan adanya minggu terakhir sang anak sudah mau diajak salat subuh
teknologi juga dapat membantu orangtua ketika suatu saat berjamaah di masjid.
berhalangan untuk mengantar anak ke sekolah yaitu Jika dikaitkan dengan teori, maka hal ini bisa
dengan menggunakan jasa transportasi online. Contoh lain dipahami dengan law of exercise yang dikemukanan oleh
misalnya ketika orang tua tidak sibuk memasak, berkat Thorndike (Mulyati, 2005). Thorndike menyatakan bahwa
bantuan teknologi maka orang tua juga bisa koneksi antara rangsangan dengan tindakan akan menjadi
memanfaatkan jasa pembelian dan pengantaran makanan lebih kuat dengan adanya latihan-latihan. Rangsangan
melalui transportasi online. Maka dari itu, subjek selalu yang diberikan subjek kepada sang anak berupa perintah
menanamkan kepada anaknya agar dapat menggunakan salat dilakukan berulang kali. Hal ini yang menjadikan
teknologi secara proporsional dan selektif. Proporsional koneksi antara rangsangan berupa perintah sholat dengan
dalam artian sesuai dengan kadarnya sehingga tidak tindakan yang berupa kemauan sang anak untuk
berlebihan, sedangkan selektif dibutuhkan agar dapat melaksanakan salat semakin kuat. Hasilnya sang anak
meminimalisasi dampak negatif dan memaksimalisasi mau melaksanakan salat bahkan saat diajak ke masjid
dampak positif dari teknologi. pada waktu subuh.
Sementara itu, subjek kedua dalam memandang Pada pegajaran nilai kejujuran yang menjadi sub nilai
urgensi pendidikan karakter di masa kini sebagai hal yang dari integritas, subjek memadukannya dengan nilai
penting. Subjek menyatakan bahwa saat ini telah terjadi religiositas. Cara yang dipilih subjek untuk menanamkan
dekadensi moral yang memprihatinkan. Disinilah subjek nilai kejujuran kepada sang anak adalah dengan
merasa bahwa pendidikan moral perlu diberikan. Saat mengatakan berulang kali bahwa kalau Umi, panggilan
ditanya mengenai apa itu pendidikan karakter, subjek subjek dari sang anak, tidak melihat berarti Umi tidak
menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah lihat, tapi Allah selalu melihat. Jadi subjek menyertakan
pendidikan akhlak. nilai ketaqwaan pada pembiasaan nilai kejujuran terhadap
Dalam implementasi pendidikan karakter kepada sang anak.
anaknya, jika dibandingkan dengan subjek pertama, Hasilnya, menurut penuturan subjek, pada satu waktu
subjek kedua menerapkan tatacara sekaligus prioritas sang anak tampak menyembunyikan sesuatu dari subjek.
yang berbeda. Subjek kedua menyatakan bahwa Kemudian subjek mengatakan, “Kalau umi tidak lihat
pendidikan karakter yang paling penting ditanamkan sejak berarti Umi tidak lihat, tapi Allah selalu melihat. Sang
kecil adalah tanggung jawab untuk beribadah. Dalam PPK anak kemudian mau berterus terang kepada subjek tentang
tanggung jawab dalam beribadah termasuk dalam sub apa yang telah dia perbuat tanpa sepengetahuan subjek.
nilai dari religiositas yaitu beriman dan bertaqwa. Subjek Kemudian, saat peneliti mengajukan pertanyaan yang
menuturkan bahwa tanggung jawab untuk beribadah perlu berkaitan dengan nilai nasionalisme, khusunya sub nilai
ditekankan sejak kecil agar terbangun kebiasaan pada menghargai kebhinekaan, subjek menuturkan bahwa dia
anak untuk beribadah, sehingga ketika anak beranjak belum menerapkan nilai tersebut di rumah. Menurutnya,
dewasa sudah terbentuk kebiasaan untuk menjalankan penanaman nilai menghargai kebhinekaan masih sebatas
kewajibannya sebagai pemeluk agama. mengandalkan pengajaran PKN yang dilaksanakan di
Subjek menanamkan nilai tanggung jawab ibadah sekolah.
kepada anak berupa pembiasaan salat lima waktu, puasa
ramadan, dan mengaji. Upaya pembiasaan yang PENUTUP
diterapkan subjek kepada anaknya dilakukan dengan cara Simpulan
menyuruh sang anak menjalankan ibadah-ibadah tersebut Implementasi PPK berbasis keluarga, berdasarkan hasil
secara bertahap, sesuai dengan teori belajar dari penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
Thorndike, incremental. kedua subjek sudah menerapkan beberapa nilai utama
Subjek mulai membiasakan salat kepada anaknya pada pendidikan karakter yang telah dirumuskan pemerintah
saat sang anak duduk di bangku TK A. Subjek dalam program PPK.. Nilai dasar tersebut adalah religius,
menyatakan bahwa pada mulanya sang anak baru bersedia integritas, dan mandiri. Namun masih terdapat nilai yang
melaksanakan salat magrib dan isya. Saat sang anak belum diimplementasikan oleh subjek kepada anaknya di
menginjak usia TK B, subjek mulai mengajarkan anaknya rumah, yaitu menghargai kebhinekaan yang menjadi sub

4
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

dari nilai nasionalis. Subjek beralasan bahwa nilai tersebut Sutjipto. 2011. Rintisan Pengembangan Pendidikan
sudah diajarkan disekolah. Hal ini tentunya kurang sejalan Karakter di Satuan Pendidikan. Jurnal Pendidikan
dengan gerakan PPK yang melibatkan kolaborasi dari dan Kebudayaan, 17(5).
sekolah, orang tua, dan masyarakat. Meskipun kedua Tirtarahardja, U. dan Sulo, S. L. L. 2018. Pengantar
subjek sudah mengimplementasikan pendidikan karakter Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
kepada anaknya dirumah, namun pengetahuan mereka Wijaya, H. dan Helaluddin. 2018. Hakikat Pendidikan
tentang PPK belum menyeluruh. Mereka hanya Karakter. (Online),
menyebutkan sebagian kecil dari nilai pendidikan karakter (https://www.researchgate.net/publication/323364661
saat ditanya mengenai pemahaman mereka tentang ) Diakses pada 22 Maret 2019.
pendidikan karakter

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa
permasalahan dalam implementasi penguatan pendidikan
karakter berbasis keluarga, sehingga peneliti mengajukan
beberapa saran. Saran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Peran keluarga sangat penting dalam membentuk
karakter anak sehingga keluarga harus dapat
menempatkan dirinya sebagai panutan yang dapat
memberi teladan bagi anak-anaknya.
2. Keluarga lebih mengembangkan strategi pengajaran
pendidikan karakter pada era Revolusi Industri 4.0
yang dapat menjadikan anak aktif mempraktikkan
nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) harus
diddukung semua pihak yang berkepentingan terhadap
pendidikan karakter agar dapat mewujudkan generasi
yang berkarakter dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Hyoscyamina, D. e. 2011. Peran Keluarga Dalam


Membangun Karakter Anak. Jurnal Psikologi Undip,
10, 144.
Hergenhahn, B. R. dan Olson, M. H. 2008. Theories of
Learning. Jakarta:Prenada Media Group.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Erlangga
Kemendikbud. 2018. Infografis Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Jakarta : Kementrian
Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.
Novrianti, Rona. 2018. Era Revolusi Industri 4.0 harus
Diikuti Penguatan Pendidikan Karakter. (Online),
(https://siar.com_) Diakses pada 19 Maret 2019.
Schwab, K. 2016. The Global Competitiveness Report
2016-2017. Geneva: World Economic Forum.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogjakarta: Penerbit
Andi.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Penerbit CV.Alfabeta

5
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

Penulisan satuan di dalam artikel memperhatikan aturan


Bagian ini merupakan bagian utama artikel hasil sebagai-berikut:
penelitian dan biasanya merupakan bagian terpanjang dari  Gunakan SI (MKS) atau CGS sebagai satuan utama,
suatu artikel. Hasil penelitian yang disajikan dalam bagian dengan satuan sistem SI lebih diharapkan.
ini adalah hasil “bersih”. Proses analisis data seperti  Hindari penggabungan satuan SI dan CGS, karena
perhitungan statistik dan proses pengujian hipotesis tidak dapat menimbulkan kerancuan, karena dimensi
perlu disajikan. Hanya hasil analisis dan hasil pengujian persamaan bisa menjadi tidak setara.
hipotesis saja yang perlu dilaporkan. Tabel dan grafik  Jangan mencampur singkatan satuan dengan satuan
dapat digunakan untuk memperjelas penyajian hasil lengkap. Misalnya, gunakan satuan “Wb/m2” or
penelitian secara verbal. Tabel dan grafik harus diberi “webers per meter persegi”, jangan “webers/m2”.
komentar atau dibahas.
Persamaan
Untuk penelitian kualitatif, bagian hasil memuat
bagian-bagian rinci dalam bentuk sub topik-sub topik Anda seharusnya menuliskan persamaan dalam font
yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian dan Times New Roman atau font Symbol. Jika terdapat
kategori-kategori. beberapa persamaan, beri nomor persamaan. Nomor
Pembahasan dalam artikel bertujuan untuk: (1) persamaan seharusnya berurutan, letakkan pada bagian
menjawab rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan paling kanan, yakni (1), (2), dan seterusnya. Gunakan
penelitian; (2) menunjukkan bagaimana temuan-temuan tanda agar penulisan persamaan lebih ringkas. Gunakan
itu diperoleh; (3) menginterpretasi/menafsirkan temuan- font italic untuk variabel, huruf tebal untuk vektor.
temuan; (4) mengaitkan hasil temuan penelitian dengan
struktur pengetahuan yang telah mapan; dan (5)  
memunculkan teori-teori baru atau modifikasi teori yang   
telah ada.
Dalam menjawab rumusan masalah dan pertanyaan- Gambar dan Tabel
pertanyaan penelitian, hasil penelitian harus disimpulkan Tempatkan label tabel di atas tabel, sedangkan label
secara eksplisit. Penafsiran terhadap temuan dilakukan gambar di bagian bawah tabel. Tuliskan tabel tertentu
dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada. secara spesifik, misalnya Tabel 1, saat merujuk suatu
Temuan berupa kenyataan di lapangan diintegrasikan/ tabel. Contoh penulisan tabel dan keterangan gambar
dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya atau adalah sebagai berikut:
dengan teori yang sudah ada. Untuk keperluan ini harus Tabel 1. Format Tabel
ada rujukan. Dalam memunculkan teori-teori baru, teori- Kepala Kepala Kolom Tabel
teori lama bisa dikonfirmasi atau ditolak, sebagian Tabel Sub-kepala Kolom Sub-kepala Kolom

mungkin perlu memodifikasi teori dari teori lama. Isi Isi tabel Isi tabel
Dalam suatu artikel, kadang-kadang tidak bisa
dihindari pengorganisasian penulisan hasil penelitian ke Disarankan untuk menggunakan fitur text box pada MS
dalam “anak subjudul”. Berikut ini adalah cara Word untuk menampung gambar atau grafik, karena
menuliskan format pengorganisasian tersebut, yang di
dalamnya menunjukkan cara penulisan hal-hal khusus hasilnya cenderung stabil terhadap perubahan format dan
yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah artikel. pergeseran halaman dibanding insert gambar secara
Singkatan dan Akronim langsung.
Singkatan yang sudah umum seperti seperti IEEE, SI,
a
MKS, CGS, sc, dc, and rms tidak perlu diberi keterangan
Gambar 1. Contoh keterangan gambar
kepanjangannya. Akan tetapi, akronim yang tidak terlalu
dikenal atau akronim bikinan penulis perlu diberi
Kutipan dan Acuan
keterangan kepanjangannya. Sebagai contoh: Model
Salah satu ciri artikel ilmiah adalah menyajikan gagasan
pembelajaran MiKiR (Multimedia interaktif, Kolaboratif,
orang lain untuk memperkuat dan memperkaya gagasan
dan Reflektif) dapat digunakan untuk melatihkan
penulisnya. Gagasan yang telah lebih dulu diungkapkan
penguasaan keterampilan pemecahan masalah. Jangan
orang lain ini diacu (dirujuk), dan sumber acuannya
gunakan singkatan atau akronim pada judul artikel,
dimasukkan dalam Daftar Pustaka.
kecuali tidak bisa dihindari.
Daftar Pustaka harus lengkap dan sesuai dengan
acuan yang disajikan dalam batang tubuh artikel. Artinya,
Satuan

6
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

sumber yang ditulis dalam Daftar Pustaka benar-benar memberikan suatu pengetahuan/informasi kepada orang
dirujuk dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua acuan lain.
yang telah disebutkan dalam artikel harus dicantumkan Nama dua pengarang dalam karya yang sama
dalam Daftar Pustaka. Untuk menunjukkan kaulitas artikel disambung dengan kata ‘dan’. Titik koma (;) digunakan
ilmiah, daftar yang dimasukkan dalam Daftar Pustaka untuk dua pengarang atau lebih dari dua pengarang
harus cukup banyak. Daftar Pustaka disusun secara dengan karya yang berbeda. Contohnya: karya tulis ilmiah
alfabetis dan cara penulisannya disesuaikan dengan aturan adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk
yang ditentukan dalam jurnal. Kaidah penulisan kutipan, memberikan suatu pengetahuan/informasi kepada orang
acuan, dan Daftar Pustaka mengikuti buku pedoman ini. lain (Riebel dan Roger, 1980:5). Jika melibatkan dua
Penyajian gagasan orang lain di dalam artikel pengarang dalam dua karya yang berbeda, contoh
dilakukan secara tidak langsung. Gagasan yang dikutip penulisannya: karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual
tidak dituliskan seperti teks asli, tetapi dibuatkan yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu
ringkasan atau simpulannya. Sebagai contoh, Suharno pengetahuan/informasu kepada orang lain (Riebel,
(1973:6) menyatakan bahwa kecepatan terdiri dari 1978:4; Roger, 1981:5).
gerakan ke depan sekuat tenaga dan semaksimal mungkin, Apabila pengarang lebih dari dua orang, hanya nama
kemampuan gerakan kontraksi putus-putus otot atau pengarang pertama yang dituliskan. Nama pengarang
segerombolan otot, kemampuan reaksi otot atau selebihnya digantikan dengan ‘dkk’ (dan kawan-kawan).
segerombolan otot dalam tempo cepat karena rangsangan. Tulisan ‘dkk’ dipisahkan dari nama pengarang, yang
Acuan adalah penyebutan sumber gagasan yang disebutkan dengan jarak, diikuti titik, dan diakhiri dengan
dituliskan di dalam teks sebagai (1) pengakuan kepada koma. Contohnya: membaca adalah kegiatan interakasi
pemilik gagasan bahwa penulis telah melakukan antara pembaca dan penulis yang kehadirannya diwakili
“peminjaman” bukan penjiplakan, dan (2) pemberitahuan oleh teks (Susanto dkk., 1994: 8).
kepada pembacanya siapa dan darimana gagasan tersebut
diambil. Acuan memuat nama pengarang yang Penulisan Daftar Pustaka
pendapatnya dikutip, tahun sumber informasi ditulis, Daftar Pustaka merupakan daftar karya tulis yang dibaca
dan/tanpa nomor halaman tempat informasi yang dirujuk penulis dalam mempersiapkan artikelnya dan kemudian
diambil. Nama pengarang yang digunakan dalam acuan digunakan sebagai acuan. Dalam artikel ilmiah, Daftar
hanya nama akhir. Acuan dapat dituliskan di tengah Pustaka harus ada sebagai pelengkap acuan dan petunjuk
kalimat atau di akhir kalimat kutipan. sumber acuan. Penulisan DaftarPustaka mengikuti aturan
Acuan ditulis dan dipisahkan dari kalimat kutipan sesuai dengan standar APA.
dengan kurung buka dan kurung tutup (periksa contoh-
contoh di bawah). Acuan yang dituliskan di tengah Ucapan Terima Kasih
kalimat dipisahkan dengan kata yang mendahului dan kata Jika perlu berterima kasih kepada pihak tertentu, misalnya
yang mengikutinya dengan jarak. Acuan yang dituliskan sponsor penelitian, nyatakan dengan jelas dan singkat,
diakhir kalimat dipisahkan dari kata terakhir kalimat hindari pernyataan terima kasih yang berbunga-bunga.
kutipan dengan diberi jarak, namun tidak dipisahkan
dengan titik. Nama pengarang ditulis tanpa jarak setelah
tanda kurung pembuka dan diikuti koma. Tahun PENUTUP
penerbitan dituliskan setelah koma dan diberi jarak. Simpulan
Halaman buku atau artikel setelah tahun penerbitan, Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian mengenai
dipisahkan dengan tanda titik dua tanpa jarak, dan ditutup hasil dan pembahasan, mengacu pada tujuan penelitian.
dengan kurung tanpa jarak. Sebagai contoh: karya tulis Berdasarkan kedua hal tersebut dikembangkan pokok-
ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya pokok pikiran baru yang merupakan esensi dari temuan
untuk memberikan suatu pengetahuan/informasi kepada penelitian.
orang lain (Riebel, 1978:1).
Apabila nama pengarang telah disebutkan di dalam Saran
teks, tahun penerbitan sumber informasi dituliskan segera Saran disusun berdasarkan temuan penelitian yang telah
setelah nama penulisnya. Atau, apabila nama pengarang dibahas. Saran dapat mengacu pada tindakan praktis,
tetap ingin disebutkan, acuan ini dituliskan di akhir teks. pengembangan teori baru, dan/atau penelitian lanjutan.
Contohnya: menurut Riebel (1978:1), karya tulis ilmiah
adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk
DAFTAR PUSTAKA

7
Header halaman gasal: Studi Pendahuluan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Keluarga pada
Era Revolusi Industri 4.0

Hergenhahn, B. R. dan Olson, M. H. 2008. Theories of


Learning. Jakarta:Prenada Media Group.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Erlangga
Kemendikbud. 2018. Infografis Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Jakarta : Kementrian
Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.
Novrianti, Rona. 2018. Era Revolusi Industri 4.0 harus
Diikuti Penguatan Pendidikan Karakter. (Online),
(https://siar.com_) Diakses pada 19 Maret 2019.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogjakarta: Penerbit
Andi.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Penerbit CV.Alfabeta
Tirtarahardja, U. dan Sulo, S. L. L. 2018. Pengantar
Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Wijaya, H. dan Helaluddin. 2018. Hakikat Pendidikan
Karakter. (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/323364661
) Diakses pada 22 Maret 2019.

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 1992. Quantum


Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Terjemahan oleh Alwiyah
Abdurrahman. Bandung: Penerbit Kaifa.
Sujimat, D. Agus. 2000. Penulisan karya ilmiah.
Makalah disampaikan pada pelatihan penelitian bagi
guru SLTP Negeri di Kabupaten Sidoarjo tanggal 19
Oktober 2000 (Tidak diterbitkan). MKKS SLTP
Negeri Kabupaten Sidoarjo
Suparno. 2000. Langkah-langkah Penulisan Artikel
Ilmiah dalam Saukah, Ali dan Waseso, M.G. 2000.
Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM
Press.
UNESA. 2000. Pedoman Penulisan Artikel Jurnal,
Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Surabaya.
Wahab, Abdul dan Lestari, Lies Amin. 1999. Menulis
Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga University Press.
Winardi, Gunawan. 2002. Panduan Mempersiapkan
Tulisan Ilmiah. Bandung: Akatiga.

(Times New Roman 10, Reguler, spasi 1, spacing before 6


pt, after 6 pt).

Anda mungkin juga menyukai