Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Keperawatan

Volume 1, No. 1, Januari 2015

POTENSI GUIDED IMAGERY MENURUNKAN TEKANAN DARAH LANSIA


DENGAN HIPERTENSI

POTENSIAL OF GUIDED IMAGERY DECRESING ELDERLY BLOOD


PRESSURE WITH HYPERTENSION

Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani


STIKES RS. Baptis Kediri (0354)683470
Jl. Mayjed. Panjahitan no. 3B Kediri 64102
(stikesbaptisjurnal@ymail.com)

ABSTRAK

Hipertensi adalah tekanan tinggi dalam arteri-arteri yang mengangkut darah dari
jantung ke seluruh jaringan organ lain. Tujuan penelitian adalah mempelajari potensi
guided imagery menurunkan tekanan darah lansia dengan hipertensi. Desain dalam
penelitian ini adalah Pra Experiment Design. Populasi penelitian semua penderita
hipertensi di RW II Kelurahan Bangsal Kediri. Besar subyek 32 responden yang diambil
dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Variabel independen yaitu guided
imagery dan variabel dependen yaitu tekanan darah. Pengumpulan data dengan
melakukan Pengukuran Tekanan darah menggunakan Spigmomanometer air raksa
sebelum dan sesudah tindakan guided imagery, selanjutnya dianalisis menggunakan uji
statistik Wilcoxon signed ranks test dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Lansia dengan
hipertensi sebelum pemberian guided imagery memiliki tekanan darah sistolik dengan
nilai tengah 155 mmHg dan tekanan darah diastolik dengan nilai tengah 100 mmHg
(Hipertensi Tingkat 1), sesudah pemberian guided imagery memiliki tekanan darah
sistolik dengan nilai tengah 140 mmHg dan tekanan darah diastolik dengan nilai tengah
90 mmHg (Hipertensi Tingkat 1). Dapat disimpulkan Guided Imagery berpotensi
menurunkan tekanan darah sistolik dengan penurunan 14 mmHg dan menurunkan
tekanan darah diastolik dengan penurunan 5,9 mmHg pada lansia dengan hipertensi di
RW II Kelurahan Bangsal Kediri.

Kata kunci : Guided imagery, Tekanan Darah, Lansia, Hipertensi

ABSTRACT

Hypertension is high pressure in arteries that carry blood from heart to all of
organ tissues. The objective of research was to study the potential of guided imagery
decreasing elderly blood pressure with hypertension. The research design was pre-
experiment. Population was all of patients with hypertension in RW II Kelurahan Bangsal
Kediri. The subjects were 32 respondents using a sampling technique that is purposive
sampling. Independent variable was guided imagery and dependent variable was blood
pressure. Data collection of blood pressure measurement used mercury
spigmomanometer, before and after the act of guided imagery, then were analyzed using
statistic test of Wilcoxon signed ranks with significance level α ≤ 0.05. Elderly with
hypertension before intervention of guided imagery had median of systolic of 155 mmHg

1
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani

and diastolic of 100 mmHg (Hypertension level 1), after intervention of guided imagery
had median systolic of 140 mmHg and diastolic of 90 mmHg (Hypertension level 1). Can
concluded that Guided imagery had potential decreasing systolic of 14 mmHg and
decreasing diastolic of 5.9 mmHg to elderly with hypertension in RW II Kelurahan
Bangsal Kediri.

Keywords: Guided imagery, Blood pressure, Elderly, Hypertension

Pendahuluan penatalaksanaan yang tepat dalam


mengontrol tekanan darah, maka angka
mordibitas dan mortalitas akan semakin
Hipertensi merupakan bentuk meningkat dan masalah kesehatan dalam
suatu keadaan terjadinya peningkatan masyarakat semakin sulit untuk
tekanan darah yang memberi gejala diperbaiki (Laporan desiminasi akhir
berlanjut pada suatu target organ tubuh Praktik Komunitas, 2013).
sehingga bisa menyebabkan kerusakan Penatalaksanaan hipertensi tidak
lebih berat seperti stroke (terjadi pada selalu menggunakan obat-obatan.
otak dan berdampak pada kematian yang Beberapa penelitian menunjukkan
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi bahwa pendekatan nonfarmakologis
pada kerusakan pembuluh darah dapat dilakukan pada penderita
jantung) serta penyempitan ventrikel kiri hipertensi yaitu meliputi; (1) Teknik-
atau bilik kiri (terjadi pada otot jantung). teknik mengurangi stres; (2) Penurunan
Hipertensi dapat pula menyebabkan berat badan; (3) Pembatasan alkohol,
gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain- natrium, dan tembakau; (4) Olahraga
lain. (Staessen, 2004). Faktor-faktor atau latihan (meningkatkan lipoprotein
yang terbukti merupakan factor risiko berdensitas tinggi), dan (5) Relaksasi
hipertensi adalah umur semakin tua, yang merupakan intervensi wajib yang
riwayat keluarga dengan hipertensi, harus dilakukan pada setiap terapi
kebiasaan mengkonsumsi makanan asin, hipertensi (Muttaqin, 2009). Salah satu
mengkonsumsi lemak jenuh, tindakan yang dapat diberikan untuk
megkonsumsi jelantah, tidak biasa olah menurunkan tekanan darah pada
raga, olahraga tidak ideal, obesitas penderita hipertensi adalah guided
(IMT>25) dan wanita yang imagery. Seseorang jika membayangkan
menggunakan pil KB selama 12 tahun suatu hal negatif atau menakutkan dapat
berturut-turut. (Palmer, 2007). meningkatkan rasa sakit atau kecemasan
Penderita Hipertensi pada tahun maka hal tersebut dapat dinetralkan
2010 data yang diperoleh dari dinas dengan pikiran positif atau
kesehatan provinsi Jawa Timur terdapat menenangkan. Pikiran dapat dilatih
275.000 jiwa penderita hipertensi. untuk berfokus pada imajinasi
Jumlah penderita hipertensi terbanyak di penyembuhan. Imajinasi menakutkan
Jawa Timur terdapat di kota Pasuruan, atau negatif memiliki kemampuan untuk
sedangkan kota Kediri menduduki meningkatkan rasa sakit dan gejala lain
urutan keempat setelah kota Pasuruan, yang tidak diinginkan, maka imajinasi
Probolinggo dan Madiun dengan jumlah positif atau menenangkan dapat
penderita hipertensi sebanyak 38.626 mengurangi gejala sakit (Hart, 2008).
jiwa. Lansia dengan hipertensi di RW II Mekanisme atau cara kerja guided
Kelurahan Bangsal sebanyak 32 orang imagery belum diketahui secara pasti
megeluhkan tekanan darah tidak bisa tetapi teori menyatakan bahwa relaksasi
stabil dan sulit taat minum obat. dan imajinasi positif melemahkan pada
Penderita hipertensi bila kurang atau psikoneuroimmunologi mempengaruhi
bahkan belum mendapatkan terjadinya respon stres. Respon stress

2
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia
Jurnal Dengan
Penelitian Hipertensi
Keperawatan
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti,
Volume Kili Astarani
1, No. 1, Januari 2015

dipicu ketika situasi atau peristiwa Metodologi Penelitian


(nyata atau tidak) mengancam fisik atau
kesejahteraan emosional atau tuntunan
dari sebuah situasi melebihi kemampuan Desain penelitian yang digunakan
seseorang, sehingga dengan imajinasi adalah penelitian Pra Experiment
diharapkan dapat merubah situasi stres Design. Besar subyek didapatkan 32
dari respon negatif yaitu ketakutan dan responden. Sampling diambil dengan
kecemasan menjadi gambaran positif menggunakan teknik Purpose Sampling
yaitu penyembuhan dan kesejahteraan . Variabel dalam penelitian ini, variabel
(Snyder, 2006). Respon emosional independen yaitu pemberian perlakuan
terhadap situasi, memicu perubahan guided imagery dan variabel dependen
sistem limbik dan perubahan sinyal yaitu tekanan darah. Proses
fisiologis pada sistem saraf perifer dan pengumpulan data dilakukan setelah
otonom yang mengakibatkan respon mendapatkan kajian etik dari UPT
yaitu melawan stress (Synder, 2006). STIKES RS. Baptis Kediri, peneliti
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan memilih calon responden yang sesuai
penelitian inia adalah Menganalisis yaitu responden yang menderita
potensi guided imagery menurunkan hipertensi di RW II Kelurahan Bangsal
tekanan darah lansia dengan hipertensi Kota Kediri yang mendapatkan
di RW II Kelurahan Bangsal Kediri pengobatan dan pengawasan dari
sehingga perlu dilakukan penelitian Puskesmas Pesantren I. Pengumpulan
tentang potensi guided imagery data dengan melakukan pengukuran
menurunkan tekanan darah lansia pada tekanan darah menggunakan
dengan hipertensi. Spigmomanometer air raksa, selanjutnya
di uji menggunakan Wilcoxon signed
ranks test dengan tingkat kemaknaan α ≤
0,05.

Hasil Penelitian

Tabel 1. Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di RW II Kelurahan Bangsal Kediri


Pada Bulan Juli 2014 (n=32)
Tekanan Darah (Pretest) Tekanan Darah (Pretest)
Sistolik Diastolik Frekuensi Sistolik Diastolik Frekuensi
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
120 80 1 160 110 1
130 80 2 170 90 1
140 90 3 180 100 2
140 100 1 180 110 1
150 90 4 180 120 1
150 100 4 190 120 1
160 90 1 190 130 1
160 100 7
Jumlah 32 Jumlah 32

Nilai tengah untuk tekanan darah tekanan darah di atas 155 mmHg lebih
sistolik dan diastolik sebelum dilakukan besar daripada jumlah responden yang
Guided Imagery pada lansia dengan berada di bawah nilai tengah. Nilai
hipertensi yaitu 155 mmHg dan 100 diastolik pada responden dengan nilai
mmHg. Nilai sistolik pada responden tengah 100 mmHg dengan distribusi
dengan nilai tengah 155 mmHg dengan diastolik menceng ke kiri, artinya
distribusi sistolik menceng ke kanan, jumlah responden yang memiliki
artinya jumlah responden yang memiliki tekanan darah di bawah 100 mmHg

3
Jurnal
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Penelitian
Lansia DenganKeperawatan
Hipertensi
Volume
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, 1, No. 1, Januari
Dian Prawesti, 2015
Kili Astarani

lebih besar daripada jumlah responden yang berada di bawah nilai tengah.

Tabel 2. Tekanan Darah Lansia dengan hipertensi Setelah Guided Imagery di RW II


Kelurahan Bangsal Kediri Pada Bulan Juli 2014.(n=32)
Tekanan Darah (Posttest) Tekanan Darah (Posttest)
Sistolik Diastolik Frekuensi Sistolik Diastolik Frekuensi
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
120 80 3 150 90 2
130 80 5 150 100 4
130 90 5 160 90 2
140 90 5 170 110 2
140 100 3 180 130 1
Kolmogorov Median
Sistolik p=0,005 140
Diastolik p=0,000 90

Nilai tengah untuk tekanan darah besar daripada jumlah responden yang
sistolik dan diastolik sesudah dilakukan berada di bawah nilai tengah. Nilai
Guided Imagery pada lansia dengan diastolik pada responden dengan nilai
hipertensi yaitu 140 mmHg dan 90 tengah 90 mmHg dengan distribusi
mmHg. Nilai sistolik pada responden diastolik menceng ke kanan, artinya
dengan nilai tengah 140 mmHg dengan jumlah responden yang memiliki
distribusi sistolik menceng ke kanan, tekanan darah di atas 90 mmHg lebih
artinya jumlah responden yang memiliki besar daripada jumlah responden yang
tekanan darah di atas 140 mmHg lebih berada di bawah nilai tengah.

Tabel 3. Uji Statistik Tekanan Darah Lansia dengan hipertensi Setelah Guided Imagery
di RW II Kelurahan Bangsal Kediri Pada Bulan Juli 2014.(n=32)
Uji Statistik Wilcoxon
p=0,000 p=0,001
Mean Perubahan 15.0000 5,9375
Nilai Std. Deviation Perubahan 9,83739 7,97552
Nilai Minimum Perubahan -20 -20
Nilai Maximum Perubahan 30 20

Guided Imagery berpotensi pemberian guided imagery memiliki


menurunkan tekanan darah sistolik tekanan darah sistolik dengan nilai
dengan penurunan 14 mmHg dan tengah 155 mmHg dan tekanan darah
menurunkan tekanan darah diastolik diastolik dengan nilai tengah 100 mmHg
dengan penurunan 5,9 mmHg pada (Hipertensi Tingkat 1). Hipertensi
lansia dengan hipertensi di RW II adalah tekanan tinggi dalam arteri-arteri
Kelurahan Bangsal Kediri. yang mengangkut darah dari jantung ke
seluruh jaringan organ lain
(Muhammadun, 2010). Faktor yang
Pembahasan dapat menimbulkan hipertensi
diantaranya adalah, daya tahan tubuh
terhadap penyakit, genesis, umur, jenis
Tekanan Darah Lansia Dengan kelamin, adat kebiasaan, pekerjaan, dan
Hipertensi ras atau suku. Faktor dilihat dari cepat
atau lambatnya terjadinya penyakit
hipertensi diantaranya adalah, makanan
Lansia dengan hipertensi di RW II yang berlebih, merokok, terlalu banyak
Kelurahan Bangsal Kediri sebelum minum alkohol, kelainan pada ginjal,

4 2
4
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

konsumsi garam, stres, penggunaan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat


jelantah, lain-lain (konsumsi kafein, pil dengan tidak merokok, tidak minum
KB, dan pola hidup pasif) alkohol, dan lebih sering berolahraga
(Muhammadun 2010). Hasil penelitian (Yuliarti, 2007).
ini didapatkan bahwa umur responden Badan kesehatan dunia yaitu
lebih dari 50 % adalah 60-74 tahun yaitu World Health Organization (WHO)
sejumlah 18 orang (56,2 %), hal ini merekomendasikan pola konsumsi
sesuai dengan teori bahwa insidensi garam yang dapat mengurangi risiko
hipertensi meningkat seiring dengan terjadinya hipertensi. Kadar sodium
pertambahan umur. Pasien yang yang direkomendasikan adalah tidak
berumur di atas 60 tahun, 50-60 % lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
mempunyai tekanan darah lebih besar sodium atau 6 gram garam) perhari.
atau sama dengan 140/90 mmHg, hal ini Konsumsi natrium yang berlebih
merupakan pengaruh degenerasi yang menyebabkan konsentrasi natrium di
terjadi pada orang yang bertambah dalam cairan ekstraseluler dapat
usianya. (Oktora R, 2007). Hasil meningkat. Untuk menormalkannya
penelitian didapatkan bahwa jenis cairan intraseluler maka perlu ditarik ke
kelamin responden lebih dari 50 % luar, sehingga volume cairan
adalah perempuan yaitu sejumlah 24 ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
orang (75 %). Kasus hipertensi menurut volume cairan dalam ekstraseluler
teori bahwa pada usia kurang dari 50 tersebut dapat menyebabkan
tahun lebih banyak ditemukan pada laki- meningkatnya volume darah, sehingga
laki dari pada perempuan karena pada berdampak kepada timbulnya hipertensi.
perempuan mempunyai hormon (Widayanto D, 2008). Karena itu
estrogen yang mencegah hipertensi dan disarankan untuk mengurangi konsumsi
setelah 55 atau 60 tahun (menopausal natrium atau sodium. Sumber natrium
stage) hipertensi lebih banyak atau sodium yang utama adalah natrium
ditemukan pada perempuan (kehilangan klorida (garam dapur), penyedap
hormon estrogen yang bersifat masakan monosodium glutamate
mencegah hipertensi) dari pada laki-laki (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi
(Canlas, 2002). garam dapur (mengandung iodium) yang
Data yang didapatkan, usaha yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per
dapat dilakukan untuk menurunkan hari, setara dengan satu sendok teh.
tekanan darah lansia di RW II, dari 32 Kenyataannya, konsumsi berlebih
responden didapatkan rata-rata karena budaya masak memasak
melakukan 37 usaha untuk hasil bahwa masyarakat kita yang umumnya boros
paling banyak usaha yang dilakukan menggunakan garam dan MSG.
untuk menurunkan Tekanan Darah (Sianturi G, 2008). Berdasarkan hasil
adalah minum obat yaitu sebanyak 11 penelitian didapatkan hasil 6 responden
usaha (29,7 %), sedangkan usaha lain dari 32 responden atau hanya 16,2 %
yang dilakukan selain minum obat oleh yang melakukan diet hipertensi seperti
responden untuk menurunkan tekanan mengurangi garam, masakan bersantan
darah adalah dengan diet dan istirahat. dan tetapi tidak dilakukan secara rutin.
Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
pendidikan responden lebih dari 50 %
adalah SD yaitu sejumlah 18 orang (56,2 Tekanan Darah Sesudah Pemberian
%), hal ini juga sejalan dengan hasil Guided Imagery Lansia Dengan
Riskesdas (2007) yang menyatakan Hipertensi
bahwa penyakit hipertensi cenderung
tinggi pada pendidikan rendah dan
menurun sesuai dengan peningkatan Lansia dengan hipertensi di RW II
pendidikan, hubungan ini tidak semata- Kelurahan Bangsal Kediri sesudah
mata diakibatkan perbedaan tingkat pemberian guided imagery memiliki
pendidikan, tetapi tingkat pendidikan tekanan darah sistolik dengan nilai

5 2
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani

tengah 140 mmHg dan tekanan darah hipertensi berusia lanjut. Terdapat
diastolik dengan nilai tengah 90 mmHg banyak pilihan terapi non farmakologis
(Hipertensi Tingkat 1). Hipertensi dalam menangani hipertensi pada lansia,
adalah keadaan tekanan darah sistolik terutama bagi penderita hipertensi
lebih dari 140 mmHg dan tekanan ringan sampai sedang. Upaya terapi non
diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada farmakologis dengan diit rendah garam,
sebagian besar lansia dengan hipertensi, penurunan berat badan, menghindari
merasakan berbagai gejala. Gejala alkohol, mengurangi rokok, dan
akibat hipertensi yang diderita oleh mengantisipasi stres dengan melakukan
lansia yaitu sakit kepala bagian belakang tekhnik relaksasi (Soeparman &
atau pusing dan kaku kuduk, sulit tidur Sarwono, 2006). Guided Imagery
dan gelisah atau cemas, dada berdebar- menjadi pilihan yang tepat bagi
debar, sesak napas, lemas, berkeringat, responden karena Guided imagery
dan pingsan (Maryam, 2008). merupakan imajinasi yang dirancang
Manfaat dari guided imagery secara khusus untuk mencapai efek
yaitu sebagai intervensi perilaku untuk positif. Dengan membayangkan hal-hal
mengatasi kecemasan, stres dan nyeri. yang menyenangkan maka akan terjadi
(Smeltzer dan Bare, 2008). Imajinasi perubahan aktifitas motorik sehingga
terbimbing dapat mengurangi tekanan otot-otot yang tegang menjadi relaks,
dan berpengaruh terhadap proses respon terhadap bayangan menjadi
fisiologi seperti menurunkan tekanan semakin jelas, hal tersebut terjadi karena
darah, nadi dan respirasi. Hal itu karena rangsangan imajinasi berupa hal-hal
teknik imajinasi terbimbing dapat yang menyenangkan akan dijalankan
mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. kebatang otak menuju sensor thalamus
Aplikasi klinis guided imagery yaitu untuk diformat. Sebagian kecil
sebagai penghancur sel kanker, untuk rangsangan itu ditransmisikan ke
mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, amigdala dan hipokampus, sebagian lagi
serta untuk mencapai ketenangan dan dikirim ke korteks serebi, sehingga pada
ketentraman (Potter & Perry, 2009). korteks serebri akan terjadi asosiasi
Guided imagery juga membantu dalam pengindraan. Pada hipokampus hal-hal
pengobatan; seperti asma, hipertensi, yang menyenangkan akan diproses
gangguan fungsi kandung kemih, menjadi sebuah memori, ketika terdapat
sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. rangsangan berupa imajinasi yang
Bimbingan imajinasi telah menjadi menyenangkan memori yang tersimpan
terapi standar di luar negeri untuk akan muncul kembali dan menimbulkan
mengurangi kecemasan, dan suatu persepsi. Rangsangan yang telah
memberikan relaksasi pada orang pada Hipokampus mempunyai makna
dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk yaitu dikirim ke amigdala yang akan
mengurangi nyeri kronis, tindakan membentuk pola respon yang sesuai
prosedural yang menimbulkan nyeri, dengan makna rangsangan yang
susah tidur, mencegah reaksi alergi, dan diterima. Sehingga subjek lebih mudah
menurunkan tekanan darah. untuk dapat mengasosiasikan dirinya
Pengobatan hipertensi terdiri dari menurunkan sensasi nyeri yang di alami.
terapi farmakologis dan non Hal tersebut dijelaskan melalui konsep
farmakologis. Namun karena terjadi pengkondisian klasik yang berupa
penurunan fungsi dari berbagai organ imajinasi tentang pengalaman
tubuh, adanya penyakit penyerta dan menyenangkan, sehingga menimbulkan
sering terjadi komplikasi pada berbagai reaksi terhadap stimulus (Feldman,
organ pada lansia serta terjadinya efek 2012). Pemasangan satu stimulus
polifarmasi, maka penatalaksanaan dengan stimulus lainnya akan
hipertensi pada lansia menjadi lebih menimbulkan efek yaitu pengkondisian
rumit (Darmojo, 2006). Upaya non (Atkinson, Smith, dan Bem, 2006),
farmakologis selalu mejadi hal yang ketika individu mengalami hipertensi
penting dilaksanakan pada pederita maka respon yang muncul adalah

43
6
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

sensasi nyeri kepala. Individu saat diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz)
mengalami nyeri dan stimulus yang atau aldosteron antagonis, beta blocker,
muncul adalah perasaan menyenangkan calcium chanel blocker atau calcium
maka reaksi adalah perasaan senang, antagonist, Angiotensin Converting
sehingga lama kelamaan dengan Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin
memberikan stimulus perasaan yang II Receptor Blocker atau AT1 receptor
menyenangkan tanda gejala hipertensi antagonist/ blocker (ARB). (Yogiantoro
seperti nyeri kepala, kaku tengkuk akan M, 2006). Setiap obat memiliki efek
berangsur-angsur menghilang dan samping apalagi jika tidak diminum
tergantikan menjadi perasaan senang. berdasarkan resep dokter, karena
Individu yang memiliki informasi yang responden mengkonsumsi obat tidak
salah mengenai suatu situasi maka rutin atau jika terjadi gejala hipertensi
respon terhadap situasi tersebut juga seperti pusing, kaku tengkuk sebanyak
akan salah (Semiun, 2006). Sehingga 15 responden (46,9%).
dengan memberikan pengkondisian Beberapa hasil penelitian
individu diajarkan untuk mengurangi menunjukkan bahwa pendekatan
reaksi kepada stimulus untuk nonpharmacology (modifikasi gaya
menurunkan tekanan darah dan merubah hidup) meliputi: Teknik-teknik
tanda dan gejala hipertensi yang dialami. mengurangi stress meliputi penurunan
berat badan, pembatasan konsumsi
alkohol, natrium, dan tembakau,
Potensi Guided Imagery Menurunkan olahraga atau latihan (meningkatkan
Tekanan Darah Lansia dengan lipoprotein berdensitas tinggi).
Hipertensi (Muttaqin, 2009). Relaksasi merupakan
intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi antihipertensi.
Guided Imagery berpotensi Berbagai cara untuk mendapatkan
menurunkan tekanan darah sistolik keadaan relaksasi seperti meditasi, yoga,
dengan penurunan 14 mmHg dan atau hipnotis. Imajinasi terbimbing
menurunkan tekanan darah diastolik merupakan salah satu dari teknik
dengan penurunan 5,9 mmHg pada relaksasi untuk menurunnya denyut
lansia dengan hipertensi di RW II jantung, tekanan darah, dan kecepatan
Kelurahan Bangsal Kediri. Hipertensi pernapasan, meningkatnya kesadaran
merupakan faktor resiko utama untuk secara global, menurunnya kebutuhan
terjadinya penyakit jantung, gagal oksigen, perasaan damai, serta
jantung kongesif, stroke, gangguan menurunnya ketegangan otot dan
penglihatan dan penyakit ginjal. kecepatan metabolisme, selain itu untuk
Tekanan darah yang tinggi umumnya mencapai pengurangan nyeri yang
meningkatkan resiko terjadinya optimal.(Budhi. 2012) dan di dalam
komplikasi tersebut. Hipertensi yang guided imagery juga dengan melakukan
tidak diobati akan mempengaruhi semua relaksasi nafas dalam. Imajinasi
sistem organ dan akhirnya terbimbing menurut Smeltzer dan Bare
memperpendek harapan hidup sebesar (2008) dapat mengurangi tekanan dan
10-20 tahun. Cardiology Channel. berpengaruh terhadap proses fisiologi
Hypertension (High Blood Pressure), seperti menurunkan tekanan darah, nadi
oleh karena itu pentingnya pengendalian dan respirasi. Hal itu karena teknik
tekanan darah pada lansia. Hasil imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi
penelitian didapatkan bahwa paling sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf
banyak usaha responden menurunkan otonom berperan besar dalam
tekanan darah adalah dengan minum mengontrol tekanan darah. Saraf
obat atau dengan terapi farmakologis simpatis dan parasimpatis keluar dari
yaitu sebesar 11 usaha (29,7%). Terapi batang otak kemudian memberi stimulus
farmakologis yaitu obat antihipertensi jantung dan melakukan fungsi regulasi
yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu saraf simpatis yang lain (Palmer 2007).

74
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani

Saraf simpatis berjalan di dalam traktus sensasi dan rasa yang dialami oleh
saraf spinalis torakalis menuju korteks subjek. Guided imagery membuat
adrenal untuk dapat melepaskan subyek akan membuat gambaran mental
neurotransmiter norepinefrin, kemudian secara subyektif agar menstimulasi
dilimpahkan ke sirkulasi guna perubahan fisik untuk memperbaiki
membantu aksi regulasi jantung ke kesejahteraan dan kesadaran diri.
nodus SA. Norepinefrin berikatan Latihan-latihan imajinasi yang
dengan reseptor spesifik yang disebut dilakukan dengan menggunakan seluruh
reseptor adrenergik β1 yang terdapat di aspek indera baik itu visual, audio dan
sel-sel nodus SA, setelah berikatan, kinestetik akan membuat subjek lebih
terjadi pengaktifan sistem perantara mudah untuk menstimulasi perubahan
kedua yang menyebabkan peningkatan kognitif dan fisik. Individu memberikan
kecepatan lepas muatan nodus dan respon terhadap apa yang terjadi melalui
peningkatan denyut jantung. apa yang dilihat, dirasakan dan
Norepinefrin, endorfin dan didengarkan, dengan menggunakan
molekul nitric acid dilepas di otak, serta seluruh aspek indera seluruh respon
aktivasi sistem limbik dan sinkronisasi bayangan akan menjadi nyata, yang
ritme tubuh, terjadi pengaktifan saraf menyebabkan terjadinya perubahan
parasimpatis dan pelepasan norepinefrin emosional, kognitif dan fisik. Guided
berkurang yang akan mengakibatkan imagery secara psikologis membawa
kecepatan denyut jantung menurun. individu untuk menghadirkan gambaran
Saraf parasimpatis melepakan mental yang diperkuat dengan adanya
neurotransmitter asetilkolin yang perasaan yang menyenangkan ketika
memperlambat kecepatan depolarisasi seseorang individu mengimajinasikan
nodus SA, sehingga terjadi penurunan gambaran tersebut, dengan guided
denyut jantung yang disebut efek imagery individu akan lebih mudah
kronotopik negatif. Perangsangan memberikan perhatian terhadap
parasimpatis ke bagian miokardium bayangan mental yang dimunculkan.
lainnya tampaknya menurunkan Jeda atau mengalihkan pikiran sadar saat
kontraktilitas dan volume sekuncup individu mengimajinasikan bayangan
yang menghasilkan suatu efek inotropik tersebut akan membuat bayangan mental
negatif. Perangsangan aktivitas menjadi kenyataan pada pikiran bawah
parasimpatis dan pelepasan asetilkolin sadar. Penggunaan guided imagery tidak
dapat meningkatkan permeabilitas ion dapat memusatkan perhatian pada
kalium di SA node akibat menurunkan banyak hal dalam satu waktu oleh
denyutan di SA node. Penurunan karena itu subjek harus membayangkan
transmisi impuls akan menurunkan satu imajinasi yang sangat kuat dan
denyut jantung, volume sekuncup, dan menyenangkan (Hart, J. (2008).
curah jantung. Tubuh manusia Pemusatan perhatian subyek, maka
mempunyai analgesik alami yaitu subyek diminta untuk membuat tombol
endorhphin. Endorphins adalah yang unik seperti menggenggam salah
neurohormon yang berhubungan dengan satu jari. Setiap kali subyek melakukan
sensasi yang menyenangkan. Endorphin latihan guided imagery subyek diminta
akan meningkat di dalam darah saat untuk menggenggam jari tangannya agar
seseorang mampu dalam keadaan rileks lebih mudah untuk menimbulkan
atau tenang. Keadaan rileks dan tenang perasaan senang dan memperkuat
dapat dilakukan dengan relaksasi salah bayangan yang menyenangkan. Hasil
satunya diantaranya terapi Guided wawancara dengan responden setelah
Imagery dan terapi ini dilakukan selain dilakukan guided imagery pada lansia
pada penderita hipertensi bisa juga dengan hipertensi didapatkan beberapa
dilakukan untuk individu yang diantara responden mengatakan keluhan
mengalami nyeri atau cemas. sakit kepala berkurang dan badan terasa
Guided imagery secara bertahap lebih enak, keadaan umum terlihat lebih
akan membentuk ulang pola kognitif, rileks, dan pasien berespon positif dan

43
8
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

antusias terhadap tindakan guided risiko terjadinya komplikasi yang


imagery karena terjadi penurunan disebabkan oleh hipertensi. Pemeriksaan
tekanan darah setelah diberikan tekanan darah secara teratur yang
perlakuan. disertai dengan promosi kesehatan
khususnya gaya hidup sehat secara
teratur merupakan strategi yang paling
Simpulan cost-effective untuk menurunkan
klasifikasi hipertensi dan segala bentuk
komplikasinya.
Lansia dengan hipertensi di RW II
Kelurahan Bangsal Kediri sebelum
pemberian guided imagery memiliki Daftar Pustaka
tekanan darah sistolik dengan nilai
tengah 155 mmHg dan tekanan darah
diastolik dengan nilai tengah 100 mmHg Atkitson R.L., Atkinson R.C., Smith
(Hipertensi Tingkat 1), sesudah E.E., Bem D.J. (2006). Stres dan
pemberian guided imagery memiliki Mengatasinya. Dalam: Pengantar
tekanan darah sistolik dengan nilai Psikologi Jilid 2. Terjemahan
tengah 140 mmHg dan tekanan darah Widjaja Kusuma. Batam:
diastolik dengan nilai tengah 90 mmHg Interaksara.
(Hipertensi Tingkat 1). Guided Imagery Canlas, Luzano, Panco. (2006).
berpotensi menurunkan tekanan darah Hypertension: Silent Killer, A
sistolik dengan penurunan 14 mmHg Comprehensive Health
dan menurunkan tekanan darah diastolik Improvement Guide. United
dengan penurunan 5,9 mmHg pada States Of America: Infinity
lansia dengan hipertensi di RW II Publishing.com.
Kelurahan Bangsal Kediri. Darmojo dan Boedhi, R. (2006). Buku
Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut. Jakarta: FK-UI.
Saran Feldman, R. S. (2012). Essentials of
understanding psychology. Sixth
Edition. New York: McGraw Hill
Profesi Keperawatan berperan Companies, Inc.
penting dalam dapat meningkatkan Hart, J. (2008). Guided Imagery. Mary
pelayanan kepada masyarakat mengenai Ann Liebert. New York : INC,
hipertensi agar tidak terkontrol tekanan 14(6)
darahnya. Hal tersebut akan berjalan Maryam et al. (2008). Mengenal Usia
dengan baik jika didukung peran Lanjut dan Perawatannya.
penderita hipertensi lebih Jakarta: Salemba Medika
memperhatikan Selain dengan Muhammadun AS. (2010). Hidup
pengobatan dan diet, guided imagery Bersama Hipertensi: Seringai
sebagai salah satu alternatif mengurangi Darah Tinggi Sang Pembunuh
keluhan dari manifestasi hipertensi Sekejap. Jogyakarta: In-Books.
karena mudah dilakukan dan tidak Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar
memerlukan biaya sehingga tekanan Asuhan Keperawatan Klien
darah pada lansia dengan hipertensi dengan Gangguan Sistem
dapat dipertahankan dalam nilai optimal. Pernapasan. Jakarta: Salemba
Juga Perlunya peran aktif, kekreatifan Medika.
serta kedisiplinan penderita penyakit Palmer, Anna. (2005). Tekanan Darah
hipertensi dalam mendapatkan informasi Tinggi. Jakarta: Erlangga.
tentang penanganan hipertensi sehingga Palmer, dkk. (2007). Tekanan Darah
pengetahuan pasien dapat menjadi baik, Tinggi. Jakarta: Erlangga
mampu serta mau melakukan guided Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry.
imagery sehingga dapat mengurangi (2009). Fundamental

96
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani

Keperawatan Buku 1 Ed. 7.


Jakarta: Salemba Medika.
Purwanto, Budhi.2012. Herbal dan
Keperawatan Komplementer.
Yogyakarta: Nuha Medika
Semiun, Yustinus, (2006). Kesehatan
Mental 3, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Sianturi G, (2008). Cegah Hipertensi
dengan Pola Makan. Online
http://Gizi untuk hipetensi.com.
On line diakses pada tanggal 13
September 2014
Soeparman & Sarwono Waspadi,
(2006). Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI.
Widayanto D. (2008). Apa Manfaat
Garam Sebagai Bahan Pengawet.
http://id.answers.yahoo.com. On
line diakses pada tanggal 10
september 2014).
Yogiantoro, M., (2006). Hipertensi
Esensial dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK UI.
Yuliarti. (2007). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi
Pada Usia Lanjut Di Posbindu
Kota Bogor Tahun 2007.Tesis
tidak dipublikasikan peminatan
gizi Kesehatan masyarakat.
Fakultas kesehatan masyarakat
universitas Indonesia.

43
10

Anda mungkin juga menyukai