ABSTRAK
Hipertensi adalah tekanan tinggi dalam arteri-arteri yang mengangkut darah dari
jantung ke seluruh jaringan organ lain. Tujuan penelitian adalah mempelajari potensi
guided imagery menurunkan tekanan darah lansia dengan hipertensi. Desain dalam
penelitian ini adalah Pra Experiment Design. Populasi penelitian semua penderita
hipertensi di RW II Kelurahan Bangsal Kediri. Besar subyek 32 responden yang diambil
dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Variabel independen yaitu guided
imagery dan variabel dependen yaitu tekanan darah. Pengumpulan data dengan
melakukan Pengukuran Tekanan darah menggunakan Spigmomanometer air raksa
sebelum dan sesudah tindakan guided imagery, selanjutnya dianalisis menggunakan uji
statistik Wilcoxon signed ranks test dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Lansia dengan
hipertensi sebelum pemberian guided imagery memiliki tekanan darah sistolik dengan
nilai tengah 155 mmHg dan tekanan darah diastolik dengan nilai tengah 100 mmHg
(Hipertensi Tingkat 1), sesudah pemberian guided imagery memiliki tekanan darah
sistolik dengan nilai tengah 140 mmHg dan tekanan darah diastolik dengan nilai tengah
90 mmHg (Hipertensi Tingkat 1). Dapat disimpulkan Guided Imagery berpotensi
menurunkan tekanan darah sistolik dengan penurunan 14 mmHg dan menurunkan
tekanan darah diastolik dengan penurunan 5,9 mmHg pada lansia dengan hipertensi di
RW II Kelurahan Bangsal Kediri.
ABSTRACT
Hypertension is high pressure in arteries that carry blood from heart to all of
organ tissues. The objective of research was to study the potential of guided imagery
decreasing elderly blood pressure with hypertension. The research design was pre-
experiment. Population was all of patients with hypertension in RW II Kelurahan Bangsal
Kediri. The subjects were 32 respondents using a sampling technique that is purposive
sampling. Independent variable was guided imagery and dependent variable was blood
pressure. Data collection of blood pressure measurement used mercury
spigmomanometer, before and after the act of guided imagery, then were analyzed using
statistic test of Wilcoxon signed ranks with significance level α ≤ 0.05. Elderly with
hypertension before intervention of guided imagery had median of systolic of 155 mmHg
1
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani
and diastolic of 100 mmHg (Hypertension level 1), after intervention of guided imagery
had median systolic of 140 mmHg and diastolic of 90 mmHg (Hypertension level 1). Can
concluded that Guided imagery had potential decreasing systolic of 14 mmHg and
decreasing diastolic of 5.9 mmHg to elderly with hypertension in RW II Kelurahan
Bangsal Kediri.
2
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia
Jurnal Dengan
Penelitian Hipertensi
Keperawatan
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti,
Volume Kili Astarani
1, No. 1, Januari 2015
Hasil Penelitian
Nilai tengah untuk tekanan darah tekanan darah di atas 155 mmHg lebih
sistolik dan diastolik sebelum dilakukan besar daripada jumlah responden yang
Guided Imagery pada lansia dengan berada di bawah nilai tengah. Nilai
hipertensi yaitu 155 mmHg dan 100 diastolik pada responden dengan nilai
mmHg. Nilai sistolik pada responden tengah 100 mmHg dengan distribusi
dengan nilai tengah 155 mmHg dengan diastolik menceng ke kiri, artinya
distribusi sistolik menceng ke kanan, jumlah responden yang memiliki
artinya jumlah responden yang memiliki tekanan darah di bawah 100 mmHg
3
Jurnal
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Penelitian
Lansia DenganKeperawatan
Hipertensi
Volume
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, 1, No. 1, Januari
Dian Prawesti, 2015
Kili Astarani
lebih besar daripada jumlah responden yang berada di bawah nilai tengah.
Nilai tengah untuk tekanan darah besar daripada jumlah responden yang
sistolik dan diastolik sesudah dilakukan berada di bawah nilai tengah. Nilai
Guided Imagery pada lansia dengan diastolik pada responden dengan nilai
hipertensi yaitu 140 mmHg dan 90 tengah 90 mmHg dengan distribusi
mmHg. Nilai sistolik pada responden diastolik menceng ke kanan, artinya
dengan nilai tengah 140 mmHg dengan jumlah responden yang memiliki
distribusi sistolik menceng ke kanan, tekanan darah di atas 90 mmHg lebih
artinya jumlah responden yang memiliki besar daripada jumlah responden yang
tekanan darah di atas 140 mmHg lebih berada di bawah nilai tengah.
Tabel 3. Uji Statistik Tekanan Darah Lansia dengan hipertensi Setelah Guided Imagery
di RW II Kelurahan Bangsal Kediri Pada Bulan Juli 2014.(n=32)
Uji Statistik Wilcoxon
p=0,000 p=0,001
Mean Perubahan 15.0000 5,9375
Nilai Std. Deviation Perubahan 9,83739 7,97552
Nilai Minimum Perubahan -20 -20
Nilai Maximum Perubahan 30 20
4 2
4
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015
5 2
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani
tengah 140 mmHg dan tekanan darah hipertensi berusia lanjut. Terdapat
diastolik dengan nilai tengah 90 mmHg banyak pilihan terapi non farmakologis
(Hipertensi Tingkat 1). Hipertensi dalam menangani hipertensi pada lansia,
adalah keadaan tekanan darah sistolik terutama bagi penderita hipertensi
lebih dari 140 mmHg dan tekanan ringan sampai sedang. Upaya terapi non
diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada farmakologis dengan diit rendah garam,
sebagian besar lansia dengan hipertensi, penurunan berat badan, menghindari
merasakan berbagai gejala. Gejala alkohol, mengurangi rokok, dan
akibat hipertensi yang diderita oleh mengantisipasi stres dengan melakukan
lansia yaitu sakit kepala bagian belakang tekhnik relaksasi (Soeparman &
atau pusing dan kaku kuduk, sulit tidur Sarwono, 2006). Guided Imagery
dan gelisah atau cemas, dada berdebar- menjadi pilihan yang tepat bagi
debar, sesak napas, lemas, berkeringat, responden karena Guided imagery
dan pingsan (Maryam, 2008). merupakan imajinasi yang dirancang
Manfaat dari guided imagery secara khusus untuk mencapai efek
yaitu sebagai intervensi perilaku untuk positif. Dengan membayangkan hal-hal
mengatasi kecemasan, stres dan nyeri. yang menyenangkan maka akan terjadi
(Smeltzer dan Bare, 2008). Imajinasi perubahan aktifitas motorik sehingga
terbimbing dapat mengurangi tekanan otot-otot yang tegang menjadi relaks,
dan berpengaruh terhadap proses respon terhadap bayangan menjadi
fisiologi seperti menurunkan tekanan semakin jelas, hal tersebut terjadi karena
darah, nadi dan respirasi. Hal itu karena rangsangan imajinasi berupa hal-hal
teknik imajinasi terbimbing dapat yang menyenangkan akan dijalankan
mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. kebatang otak menuju sensor thalamus
Aplikasi klinis guided imagery yaitu untuk diformat. Sebagian kecil
sebagai penghancur sel kanker, untuk rangsangan itu ditransmisikan ke
mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, amigdala dan hipokampus, sebagian lagi
serta untuk mencapai ketenangan dan dikirim ke korteks serebi, sehingga pada
ketentraman (Potter & Perry, 2009). korteks serebri akan terjadi asosiasi
Guided imagery juga membantu dalam pengindraan. Pada hipokampus hal-hal
pengobatan; seperti asma, hipertensi, yang menyenangkan akan diproses
gangguan fungsi kandung kemih, menjadi sebuah memori, ketika terdapat
sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. rangsangan berupa imajinasi yang
Bimbingan imajinasi telah menjadi menyenangkan memori yang tersimpan
terapi standar di luar negeri untuk akan muncul kembali dan menimbulkan
mengurangi kecemasan, dan suatu persepsi. Rangsangan yang telah
memberikan relaksasi pada orang pada Hipokampus mempunyai makna
dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk yaitu dikirim ke amigdala yang akan
mengurangi nyeri kronis, tindakan membentuk pola respon yang sesuai
prosedural yang menimbulkan nyeri, dengan makna rangsangan yang
susah tidur, mencegah reaksi alergi, dan diterima. Sehingga subjek lebih mudah
menurunkan tekanan darah. untuk dapat mengasosiasikan dirinya
Pengobatan hipertensi terdiri dari menurunkan sensasi nyeri yang di alami.
terapi farmakologis dan non Hal tersebut dijelaskan melalui konsep
farmakologis. Namun karena terjadi pengkondisian klasik yang berupa
penurunan fungsi dari berbagai organ imajinasi tentang pengalaman
tubuh, adanya penyakit penyerta dan menyenangkan, sehingga menimbulkan
sering terjadi komplikasi pada berbagai reaksi terhadap stimulus (Feldman,
organ pada lansia serta terjadinya efek 2012). Pemasangan satu stimulus
polifarmasi, maka penatalaksanaan dengan stimulus lainnya akan
hipertensi pada lansia menjadi lebih menimbulkan efek yaitu pengkondisian
rumit (Darmojo, 2006). Upaya non (Atkinson, Smith, dan Bem, 2006),
farmakologis selalu mejadi hal yang ketika individu mengalami hipertensi
penting dilaksanakan pada pederita maka respon yang muncul adalah
43
6
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015
sensasi nyeri kepala. Individu saat diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz)
mengalami nyeri dan stimulus yang atau aldosteron antagonis, beta blocker,
muncul adalah perasaan menyenangkan calcium chanel blocker atau calcium
maka reaksi adalah perasaan senang, antagonist, Angiotensin Converting
sehingga lama kelamaan dengan Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin
memberikan stimulus perasaan yang II Receptor Blocker atau AT1 receptor
menyenangkan tanda gejala hipertensi antagonist/ blocker (ARB). (Yogiantoro
seperti nyeri kepala, kaku tengkuk akan M, 2006). Setiap obat memiliki efek
berangsur-angsur menghilang dan samping apalagi jika tidak diminum
tergantikan menjadi perasaan senang. berdasarkan resep dokter, karena
Individu yang memiliki informasi yang responden mengkonsumsi obat tidak
salah mengenai suatu situasi maka rutin atau jika terjadi gejala hipertensi
respon terhadap situasi tersebut juga seperti pusing, kaku tengkuk sebanyak
akan salah (Semiun, 2006). Sehingga 15 responden (46,9%).
dengan memberikan pengkondisian Beberapa hasil penelitian
individu diajarkan untuk mengurangi menunjukkan bahwa pendekatan
reaksi kepada stimulus untuk nonpharmacology (modifikasi gaya
menurunkan tekanan darah dan merubah hidup) meliputi: Teknik-teknik
tanda dan gejala hipertensi yang dialami. mengurangi stress meliputi penurunan
berat badan, pembatasan konsumsi
alkohol, natrium, dan tembakau,
Potensi Guided Imagery Menurunkan olahraga atau latihan (meningkatkan
Tekanan Darah Lansia dengan lipoprotein berdensitas tinggi).
Hipertensi (Muttaqin, 2009). Relaksasi merupakan
intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi antihipertensi.
Guided Imagery berpotensi Berbagai cara untuk mendapatkan
menurunkan tekanan darah sistolik keadaan relaksasi seperti meditasi, yoga,
dengan penurunan 14 mmHg dan atau hipnotis. Imajinasi terbimbing
menurunkan tekanan darah diastolik merupakan salah satu dari teknik
dengan penurunan 5,9 mmHg pada relaksasi untuk menurunnya denyut
lansia dengan hipertensi di RW II jantung, tekanan darah, dan kecepatan
Kelurahan Bangsal Kediri. Hipertensi pernapasan, meningkatnya kesadaran
merupakan faktor resiko utama untuk secara global, menurunnya kebutuhan
terjadinya penyakit jantung, gagal oksigen, perasaan damai, serta
jantung kongesif, stroke, gangguan menurunnya ketegangan otot dan
penglihatan dan penyakit ginjal. kecepatan metabolisme, selain itu untuk
Tekanan darah yang tinggi umumnya mencapai pengurangan nyeri yang
meningkatkan resiko terjadinya optimal.(Budhi. 2012) dan di dalam
komplikasi tersebut. Hipertensi yang guided imagery juga dengan melakukan
tidak diobati akan mempengaruhi semua relaksasi nafas dalam. Imajinasi
sistem organ dan akhirnya terbimbing menurut Smeltzer dan Bare
memperpendek harapan hidup sebesar (2008) dapat mengurangi tekanan dan
10-20 tahun. Cardiology Channel. berpengaruh terhadap proses fisiologi
Hypertension (High Blood Pressure), seperti menurunkan tekanan darah, nadi
oleh karena itu pentingnya pengendalian dan respirasi. Hal itu karena teknik
tekanan darah pada lansia. Hasil imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi
penelitian didapatkan bahwa paling sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf
banyak usaha responden menurunkan otonom berperan besar dalam
tekanan darah adalah dengan minum mengontrol tekanan darah. Saraf
obat atau dengan terapi farmakologis simpatis dan parasimpatis keluar dari
yaitu sebesar 11 usaha (29,7%). Terapi batang otak kemudian memberi stimulus
farmakologis yaitu obat antihipertensi jantung dan melakukan fungsi regulasi
yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu saraf simpatis yang lain (Palmer 2007).
74
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani
Saraf simpatis berjalan di dalam traktus sensasi dan rasa yang dialami oleh
saraf spinalis torakalis menuju korteks subjek. Guided imagery membuat
adrenal untuk dapat melepaskan subyek akan membuat gambaran mental
neurotransmiter norepinefrin, kemudian secara subyektif agar menstimulasi
dilimpahkan ke sirkulasi guna perubahan fisik untuk memperbaiki
membantu aksi regulasi jantung ke kesejahteraan dan kesadaran diri.
nodus SA. Norepinefrin berikatan Latihan-latihan imajinasi yang
dengan reseptor spesifik yang disebut dilakukan dengan menggunakan seluruh
reseptor adrenergik β1 yang terdapat di aspek indera baik itu visual, audio dan
sel-sel nodus SA, setelah berikatan, kinestetik akan membuat subjek lebih
terjadi pengaktifan sistem perantara mudah untuk menstimulasi perubahan
kedua yang menyebabkan peningkatan kognitif dan fisik. Individu memberikan
kecepatan lepas muatan nodus dan respon terhadap apa yang terjadi melalui
peningkatan denyut jantung. apa yang dilihat, dirasakan dan
Norepinefrin, endorfin dan didengarkan, dengan menggunakan
molekul nitric acid dilepas di otak, serta seluruh aspek indera seluruh respon
aktivasi sistem limbik dan sinkronisasi bayangan akan menjadi nyata, yang
ritme tubuh, terjadi pengaktifan saraf menyebabkan terjadinya perubahan
parasimpatis dan pelepasan norepinefrin emosional, kognitif dan fisik. Guided
berkurang yang akan mengakibatkan imagery secara psikologis membawa
kecepatan denyut jantung menurun. individu untuk menghadirkan gambaran
Saraf parasimpatis melepakan mental yang diperkuat dengan adanya
neurotransmitter asetilkolin yang perasaan yang menyenangkan ketika
memperlambat kecepatan depolarisasi seseorang individu mengimajinasikan
nodus SA, sehingga terjadi penurunan gambaran tersebut, dengan guided
denyut jantung yang disebut efek imagery individu akan lebih mudah
kronotopik negatif. Perangsangan memberikan perhatian terhadap
parasimpatis ke bagian miokardium bayangan mental yang dimunculkan.
lainnya tampaknya menurunkan Jeda atau mengalihkan pikiran sadar saat
kontraktilitas dan volume sekuncup individu mengimajinasikan bayangan
yang menghasilkan suatu efek inotropik tersebut akan membuat bayangan mental
negatif. Perangsangan aktivitas menjadi kenyataan pada pikiran bawah
parasimpatis dan pelepasan asetilkolin sadar. Penggunaan guided imagery tidak
dapat meningkatkan permeabilitas ion dapat memusatkan perhatian pada
kalium di SA node akibat menurunkan banyak hal dalam satu waktu oleh
denyutan di SA node. Penurunan karena itu subjek harus membayangkan
transmisi impuls akan menurunkan satu imajinasi yang sangat kuat dan
denyut jantung, volume sekuncup, dan menyenangkan (Hart, J. (2008).
curah jantung. Tubuh manusia Pemusatan perhatian subyek, maka
mempunyai analgesik alami yaitu subyek diminta untuk membuat tombol
endorhphin. Endorphins adalah yang unik seperti menggenggam salah
neurohormon yang berhubungan dengan satu jari. Setiap kali subyek melakukan
sensasi yang menyenangkan. Endorphin latihan guided imagery subyek diminta
akan meningkat di dalam darah saat untuk menggenggam jari tangannya agar
seseorang mampu dalam keadaan rileks lebih mudah untuk menimbulkan
atau tenang. Keadaan rileks dan tenang perasaan senang dan memperkuat
dapat dilakukan dengan relaksasi salah bayangan yang menyenangkan. Hasil
satunya diantaranya terapi Guided wawancara dengan responden setelah
Imagery dan terapi ini dilakukan selain dilakukan guided imagery pada lansia
pada penderita hipertensi bisa juga dengan hipertensi didapatkan beberapa
dilakukan untuk individu yang diantara responden mengatakan keluhan
mengalami nyeri atau cemas. sakit kepala berkurang dan badan terasa
Guided imagery secara bertahap lebih enak, keadaan umum terlihat lebih
akan membentuk ulang pola kognitif, rileks, dan pasien berespon positif dan
43
8
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015
96
Potensi Guided Imagery Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Dian Prawesti, Kili Astarani
43
10