Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Disusun oleh :
ADITYA KUSUMA / 06700062

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA


SURABAYA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT
KANDUNGAN
RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya makalah dengan judul “Hipertensi Dalam Kehamilan“ dapat
saya selesaikan. Makalah Hipertensi Dalam Kehamilan ini untuk
melengkapi tugas saya di bagian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kebidanan & Penyakit Kandungan di RSUD DR Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto.

Melalui makalah yang berjudul Hipertensi Dalam Kehamilan ini


yang diharapkan dapat menunjang nilai penulis selama menjalani
kepaniteraan klinik. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat
memberikan informasi & pengetahuan baru bagi pembaca.

Dengan selesainya makalah ini, tidak lupa kami mengucapkan


terima kasih kepada :

1. Dr. Jusuf Nawir Sp.OG dan dr. Achmad Reza Sp.OG sebagai
pembimbing selama kepaniteraan OBSGYN.
2. Dr. Tenry Sumbawa sebagai pembimbing dalam penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan


kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dpt bermanfaat.

Mojokerto, 11 November 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Perlu diketahui bahwa Hipertensi dalam Kehamilan sering


ditemukan dan dapat merupakan salah satu dari tiga besar (selain
perdarahan & infeksi) penyebab kematian maternal. Penyakit
hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular yang terjadi
sebelum kehamilan, saat kehamilan atau pada permulaan nifas.

Ditandai dengan hypertensi, oedema, proteinuria, convulsi, koma


dan gejala – gejala lainnya. Diagnosis hipertensi pada kehamilan
ditegakkan bila TD sistole >140 mmHg dan diastole >90 mmHg.
Seorang wanita hamil boleh dicurigai menderita Hipertensi dalam
kehamilan, jika yang bersangkutan sering mengeluh pusing, sakit
kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian atas, nafsu makan
tidak ada, rasa mual dan muntah.

Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua Ibu yang


sedang hamil, sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi
dalam kehamilan harus benar – benar dipahami oleh semua tenaga
medis baik di pusat maupun daerah. Salah satu penyebab kematian
perinatal adalah hipertensi yang menyebabkan preeklampsi dan
eklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. HIPERTENSI KRONIS
 Definisi :

Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu


atau hipertensi yang pertama kali didiagnosa setelah 20 minggu
dan tidak hilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

 Gejala :

Biasanya yang tanpa hanya gejala hipertensi saja tanpa


gejala – gejala lain. Gejala – gejala sekunder seperti : kelainan
jantung, penyakit ginjal, eksudat dan perdarahan retina baru
timbul bila penyakitnya sudah lanjut.

Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi kronis


berlangsung normal sampai cukup bulan. Kira – kira 1/3 diantara
para penderita tekanan darahnya meningkat setlah kehamilan 30
minggu tanpa disertai gejala – gejala lain. Kira – kira 20%
menunjukan kenaikan yang lebih menyolok dan dapat disertai
satu atau lebih gejala pre-eclampsia seperti oedema, proteinuria,
nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus, bahkan
dapat timbul serangan eklampsia (hipertensi yang superimposed
dengan pre-eclampsia/eclampsia).

 Faktor Predisposisi :
- Umur lanjut
- Multipara
- Obesitas
- Faktor keturunan

 Diagnosa :

Diagnosa hipertensi kronis dibuat jika :

- Diketahui dengan pasti adanya tekanan darah yang sudah


tinggi sebelum kehamilan (diatas 140/90)
- Ditemukan gejala hipertensi sebelum minggu ke 20 kehamilan.

Penanganan :

- Bed rest
- Pengawasan pertumbuhan janin
- Anti hipertensi
- Pencegahan kenaikan BB yang berlebihan
- Terminasi kehamilan

Indikasi Pengakhiran Kehamilan :

- Penderita hipertensi heart desease yang ditandai dengan


pembesaran jantung dan kelainan ECG.
- Kerusakan ginjal
- Penderita dengan eksudat retina atau perdarahan baru pada
retina.
- Penderita dengan tekanan darah awal > 200/120.
- Penderita yang pada kehamilan sebelumnya juga menderita
hipertensi kronis yang superimposed dengan pre-
eclampsia/eclampsia.

Prognosa :
Penderita dengan hipertensi kronis sebagian besar dapat melalui
kehamilan dalam keadaan yang cukup baik tanpa diberati dengan
pre-eclampsia atau eclampsia. Jika sampai dibebani dengan kedua
keadaan tersebut, maka prognosa untuk ibu dan bayi menjadi
kurang baik.

Kematian ibu biasanya disebabkan oleh decomp cordis,


perdarahan otak, atau uremia.

II. HIPERTENSI KRONIS DENGAN SUPERIMPOSED PREECLAMPSIA

 Definisi :

Hipertensi kronis yang disertai dengan gejala pre-


eclampsia/eclampsia. Yaitu terdapat proteinuria +3 atau +4,
convulsi dan koma,

 Penanganan :

Pada penderita hipertensi kronis yang superimposed dengan pre-


eclampsia/eclampsia diterapkan juga pengobatan seperti pada
pre-eclampsia/eclampsia, yang akan saya jelaskan di bagian
berikutnya.

III. PRE-EKLAMPSIA

 Definisi :
Pre-eclampsia adalah penyakit hipertensi yang akut pada gravida
dan puerpera yang timbul pada trimester III atau setelah minggu
ke 20 kehamilan. Pada penderita dengan mola hidatidosa
penyakit ini bisa timbul sebelum trimester III. Pre-eclampsia
merupakan stadium prodromal dari Eclampsia.

 Gambaran Klinis

 Hipertensi
- Terjadi secara mendadak dan sering merupakan gejala yang
paling dini.
- Sebagai pedoman diagnosa digunakan parameter :
Tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.
Kenaikan sistolik > 30 mmHg.
Kenaikan diastolic > 15 mmHg.
 Oedema
- Sering kali juga merupakan tanda pertama.
- Ditandai dengan kenaikan berat badan yang berlebihan dan
mendadak (> 1kg/minggu).
- Terutama disebabkan oleh retensi gram dan air.
- Gejala kenaikan berat badan dapat ditemukan jauh sebelum
oedema pada jari dan muka tampak.
 Priteinuria
- Secara kwantitatif > 0,3 gr/L/hari atau
Secara kwalitatif : +1 sampai +2
- Biasanya terjadi lebih lambat sehingga merupakan tanda
serius.
 Gejala Subjektif
Gejala – gejala terpenting Pre-eclampsia tersebut di atas
sering kali tidak diketahui oleh penderita tanpa pemerksaan
ante partum yang baik. Baru pada pre-eclampsia yang sudah
lanjut timbul gejala – gejala subjektif yang membawa
penderita ke dokter.

 Sakit kepala
Biasanya frontal atau occipital dan tidak sembuh dengan
therapy biasa.
 Nyeri epigastrium
Disebabkan oleh regangan capsule hepar karena
perdarahan.
 Gangguan visual
Mulai dari kekaburan sampai kebutaan sementara.
Disebabkan oleh arteriolar spasm, ischemia, oedema dan
aolatio retinae.

 Etiologi dan Patologi


Sebabnya belum diketahui dengan pasti. Dikemukakan
bermacam – macam teori, namun teori – teori itu tidak
berpengaruh kepada diagnosa, prognosa dan penanganan
penderita pre-eclampsia (yang didapat secara empiris) teori
sekarang yang banyak dianut adalah : Ischemia Uteri. Patologi
yang menyertai penyakit ini adalah : general arteriolar
vasospasm, retensi garam dan air, serta intravascular
coagulation yang akibatnya mengenai banyak organ : hati,
ginjal, otak, paru – paru, jantung, kelenjar adrenal, placenta,
dll.

 Faktor Predisposisi
- Primi muda
- Diabetes mellitus
- Mola hidatidosa
- Kehamilan ganda
- Hydrops fetalis
- Hydramnion.
- Umur diatas 35 tahun
- Obesitas

 Diagnosa
Jika seorang gravida yang sebelum minggu ke 24 kehamilan
sehat tiba – tiba menderita hipertensi, oedema atau
proteinuria maka diagnose pre-eclampsia dibuat.

1. PRE-ECLAMPSIA RINGAN

 Batasan
Timbul hipertensi yang disertai protein urine dan atau edema
stelah kehamilan 20 minggu.
 Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas benar. Penyakit ini
dianggap sebagai suatu “Maladaption syndrome” dengan
akibat suatu vasospasme general dengan segala akibatnya.
Walaupun etiopatogenesis preeclampsia belum jelas tetapi
patofisiologinya telah diketahui yakni suatu
disfungsi/kerusakan sel endotel vaskuler secara menyeluruh
dengan penyebab multifactor seperti : imunologis, genetik,
nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid peroksidasi.
Patogenesis berlanjut dengan gangguan keseimbangan
hormonal prostanoid yaitu peningkatan vasokonstriktor
(terutama tromboxan) dan penurunan vasodilator
(prostacycline), peningkatan sensitivitas terhadap
vasokonstriktor, agregasi platelet (trombogenik), koagulopati
dan aterogenik. Perubahan level selulerdan biomolekuler di
atas telah dideteksi pada umur kehamilan 18-20 minggu,
selanjutnya sekurang – kurangnya umur kehamilan 24 minggu
dapat diikuti perubahan/gejala klinis seperti hipertensi,
oedema, dan proteinuria.
Awalnya adalah defisiensi invasi sel – sel trofoblas atas arteri
spiralis pada plasenta yang dimediasi/dipengaruhi proses
imunologis, dan hal ini mengakibatkan gangguan perfusi unit
fetoplasental.

 Gejala Klinis/Symptom
 Kenaikan tekanan darah sistole ≥ 30 mmHg atau diastole
≥ 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil) pada
kehamilan 20 minggu atau lebih, atau sistole ≥ 140 ( < 160
mmHg). Diastole ≥ 90 mmHg ( < 110 mmHg).
 Protein urine 0,3 gr/lt dalam 24 jam atau secara kwalitatif
(++)
 Edema pada :
- Pretibial
- Dinding perut
- Lumbosacral
- Wajah / tangan

 Cara Pemeriksaan / Diagnosis


 Kehamilan > 20 minggu
 Peningkatan tekanan darah ( ≥ 140/90 mmHg) dengan
pemeriksaan 2x selang 6 jam dalam keadaan istirahat.
(Untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2x setelah
istirahat 10 menit).
 Edema. Edema tekan pada :
Tungkai (pre tibial), dinding perut, lumbosacral,
wajah/tangan.
 Protein Urine > 0,3 gr/lt/24 jam
Kwalitatif (++)

 Diagnosis Banding
 Hipertensi kronis
Hipertensi yang sudah ada sebelum umur kehamilan 20
minggu atau menetap setelah 6 minggu pasca
persalinan.
 Transcient hypertension
Timbul hipertensi saja tanpa gejala yang lain dan hilang
setelah 10 hari pasca persalinan.

 Penyulit
 Preeklamsia berat sampai dengan eklampsia.
 Kegagalan pada organ – organ yaitu hepar, anak ginjal,
paru, jantung, dan CVA (otak).
 Janin :
o Prematuritas
o Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
o Gawat janin
o Kematian janin dalam rahim Intra Uterine Fetal
Death (IUFD)

 Penatalaksaknaan
 Rawat Jalan
o Banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
o Diet sedapat mungkin tinggi protein, rendah
karbohidrat
o Dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan
janin pada kehamilan ≥ 30-32 minggu, dan diulangi
sekurang – kurangnya dalam 2 minggu.
a. USG (Ultrasonografi)
b. NST (Non Stress Test)
o Pemeriksaan laboratorium
a. PCV, Hb
b. Asam urat rendah
c. Trombosit
o Obat – obat yang diberikan
a. Roboransia, vitamin kombinasi.
b. Aspirin dosis rendah sehari 1 kali (87,5 mg)
o Kunjungan ulang 1 minggu
 Rawat Tinggal
o Kriteria untuk rawat tinggal bagi penderita
preeclampsia ringan.
a. Hasil penilaian kesejahteraan janin ragu – ragu
atau jelek (pemeriksaan pada kehamilan ≥ 30-32
minggu).
b. Kecenderungan menuju gejala preeclampsia
berat (timbul salah satu atau lebih gejala
preeclampsia berat)

o Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal.


a. Penderita tirah baring total
b. Obat – obatan :
- Roboransia, vitamin kombinasi
- Aspirin dosis rendah sehari 1 kali
c. Pemeriksaan laboratorium
- Hb, PCV
- Asam urat rendah
- Trombosit
- Fungsi ginjal / hepar
- Urine lengkap
d. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin

o Evaluasi hasil pengobatan


Pada dasarnya evaluasi pengobatan dilakukan
berdasarkan hasil dari penilaian kesejahteraan
janin :
Bila didapatkan hasil :
a. Jelek : terminasi kehamilan dengan Seksio Sesar
(pada kehamilan ≥ 30-32 minggu)
b. Ragu – ragu : dilakukan evaluasi ulang dari NST
1 hari kemudian.
c. Baik : penderita dirawat sekurang – kurangnya 4
hari, bila kehamilan premature penderita di
pulangkan dan rawat jalan. Pada kehamilan
aterm dengan skor pelvik yang matang (≥ 5)
dilakukan induksi dengan drip oxytocin (dosis
regimen). Bila skor pelvik belum matang (< 5)
penderita dipulangkan dan rawat jalan, control
1 minggu.
d. Terminasi kehamilan juga dikerjakan bila
didapatkan tanda – tanda dari impending
eklampsia dari ibunya.

2. PRE-ECLAMPSIA BERAT
 Batasan
Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi ≥ 160/110 disertai protein urine dan atau edema,
pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

 Patofisiologi
Lihat preeklampsi ringan.

 Gejala Klinis/Symptom
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda – tanda :
a. Desakan darah sistolik ≥ 160 mmHg diastolic ≥ 110 mmHg.
Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di RS dan menjalani tirah baring.
b. Protein urine ≥ 5 gr/24 jam atau kwalitatif +4 (++++).
c. Oliguria jumlah produksi urine ≤ 500cc/24 jam atau disertai
kenaikan kadar kreatinin darah.
d. Adanya gejala eklampsi impending : gangguan visus,
gangguan serebral, nyeri epigastrium, hiper refleksia.
e. Adanya sindroma HELLP (H : Hemolysis, EL : Elevated liver
Enzymes, LP : Low platelets).

 Cara Pemeriksaan / Diagnosis


 Kehsmilsn 20 minggu atau lebih.
 Didapatkan satu atau lebih gejala – gejala pre-eklampsia
berat.

 Diagnosis Banding
Kehamilan dengan sindroma nefrotik.

 Penyulit
a. Eklampsia.
b. Kegagalan pada organ – organ : hepar, ginjal, anak ginjal,
paru, jantung dan CVA (Cerebro Vascular Attack).
c. Janin :
- Prematuritas
- Intra Uterine Growth Retardation (IUGR).
- Gawat janin
- Kematian janin dalam rahim Intra Uterine Fetal Death
(IUFD).

 Penatalaksanaan
 Perawatan Konservatif
Berdasarkan hasil penelitian di Bag. Obstetri dan Ginekologi
RSU Dr. Soetomo (tahun 1995), menyimpulkan perawatan
konservatif pada kehamilan premature ≤ 32 minggu
terutama < 30 minggu memberikan prognosis yang buruk.
Diperlukan lama perawatan konservatif sekitar 7-15 hari.

 Indikasi
Pada umur kehamilan < 34 minggu (estimasi berat janin <
2000g tanpa ada tanda impending eclampsia.
 Pengobatan
a. Di kamar bersalin (selama 24 jam)
- Tirah baring
- Infus RL (Ringer Lactate) yang mengandung 5%
dextrose 60-125cc/jam.
- 10gr MgSO4 50% i.m setiap 6 jam, s/d 24 jam pasca
persalinan (kalau tidak ada kontra indikasi pemberian
MgSO4).
- Diberikan anti hipertensi, yang diberikan :
- Nifedipin 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan
bersama – sama Methyldopa 250-500mg setiap 8jam.
Nifedipin dapat diberikan ulang sublingual 5-10mg
dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan sistolik ≥
180 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg. (cukup 1 kali
saja).
- Dilakukan pemeriksaan lab. tertentu (fungsi hepar dan
ginjal) dan produksi urine 24 jam.
- Konsultasi dengan bagian lain :
Bagian Mata, Bagian Jantung, Bagian lain sesuai
indikasi.
b. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang
Bersalin (setalah 24 jam masuk ruang bersalin).
 Tirah baring.
 Obat – obatan
- Roboransia : multivitamin
- Aspirin dosis rendah 87,5mg sehari 1 kali.
- Antihipertensi (Nifedipine 5-10mg setiap 8 jam
Methyldopa atau 250 mg tiap 8 jam)
- Penggunaan atenolol dan β blocker (dosis regimen)
dapat dipertimbangkan pada pemberian kombinasi.
 Pemeriksaan lab.
- Hb, PCV dan hapusan darah tepi.
- Asam urat rendah.
- Trombosit.
- Fungsi hepar/ginjal.
- Urine lengkap.
- Produksi urine per 24 jam (Esbach), penimbangan
BB setiap hari.
Pemeriksaan lab dapat diulang sesuai dengan
keperluan.
 Diet tinggi protein, rendah karbohidrat.
 Dilakukan penilaian kesejahteraan janin termasuk
biometri, jumlah cairan ketuban, gerakan, respirasi dan
ekstensi janin, velosimetri (resistensi), umbilikalis,dan
rasio panjang femur terhadap lingkar abdomen.

 Perawatan konservatif dianggap gagal bila


 Ada tanda – tanda impending eclampsia.
 Kenaikan progresif ntekanan darah.
 Ada sindroma HELLP.
 Ada kelainan fungsi ginjal.
 Penilaian kesejahteraan janin jelek.

 Perawatan aktif
 Indikasi
a. Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
Ada gejala – gejala impending eklampsia.
b. Ada Sindrom HELLP.
c. Kehamilan late preterm (≥ 34 minggu estimasi berat janin
≥2000 g).
Apabila perawatan konservatif gagal lihat penjelasan
diatas.
 Pengobatan medisinal
a. Segera rawat inap.
b. Tirah baring miring ke satu sisi.
c. Infus RL yang mengandung 5% dextrose dengan 60-
125cc/jam.
d. Pemberian anti kejang : MgSO4
Dosis awal :
 MgSO4 20% 4gr i.v
 MgSO4 50% 10gr i.m
 Pada bokong kanan/kiri (masing – masing 5gr).

Dosis Ulangan :
 MgSO4 50% 5gr i.m diulang tiap 6 jam setelah dosis
awal s/d 6jam pasca persalinan.

Syarat pemberian :

 Refleks patella (+)


 Respirasi > 16x/menit
 Urine sekurang – kurangnya 150cc/6jam.
 Harus selalu tersedia calcium gluconas 1 gr 10%
(diberikan i.v. pelan – pelan pada intoksikasi MgSO4)
e. Antihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila :
sistole ≥ 180 mmHg, diastole ≥ 120 mmHg.
Nifedipine 5-10mg tiap 8 jam atau Methyldopa 250mg
tiap 8jam.

 Pengobatan Obstetrik
a. Sedapat mun gkin sebelum perawatan aktif pada tiap
penderita dilakukan pemeriksaan “Non Stress Test”.
b. Tindakan seksio sesar dikerjakan bila :
- “Non Stress Test” jelek.
- Penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek (Skor
Bishop <5).
- Kegagalan drip oksitosin.
c. Induksi dengan drip oxytocin dikerjakan bila :
- NST baik.
- Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik
(Skor Bishop ≥ 5).

IV. EKLAMPSIA

 DEFINISI
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan, atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang
atau koma, sebelumnya sudah menunjukkan gejala – gejala
pre-eklampsia. (Hipertensi, edema, proteinuria).
Faktor – faktor predisposisi yang terdapat pada pre-eclampsia
berlaku juga untuk eklampsia.

 PATOFISIOLOGI
Sama dengan pre-eklampsia, dengan akibat yang lebih serius
pada organ – organ hati, ginjal, otak, paru dan jantung, yakni
terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ – organ tersebut.

 GEJALA KLINIS/SYMPTOM

Eclampsia selalu didahulukan gejala pre-eclampsia berat.

- Kehamilan > 20 minggu, atau saat persalinan atau masa


nifas.
- Hipertensi, edema, dan proteinuria.
- Aura
- Nyeri kepala yang berat (terutama frontal)
- Gangguan penglihatan.
- Nyeri epigastrium.
- Exitability
- Hyperrefleksia

 Serangan dapat dibagi dalam 4 bagian :


1) Tingkat invasi (tingkat awal)
- Mata terfixir
- Kepala dipalingkan ke satu sisi
- Getaran – getaran halus terlihat di muka
- Berlangsung kira – kira 30 detik
2) Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonik)
- Seluruh badan menjadi kaku
- Wajah tampak kaku, tangan menggenggam, kaki
membengkok ke dalam
- Berlangsung kira – kira 20 detik.
3) Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonik)
- Mula – mula mulut membuka dan mengatup, disusul
kontraksi dan relaxasi semua otot tubuh berulang –
ulang
- Lidah mungkin tergigit
- Dari mulut keluar ludah yang berbusa bercampur
darah
- Muka tampak congested dan cyanosis
- Bola mata menonjol
- Berangsur – angsur kejang berkurang dan akhirnya
berhenti
- Berlangsung kira – kira 1-2 menit
4) Tingkat coma
- Setelah kejang penderita jatuh dalam koma
- Lamanya koma sangat bervariasi
- Saat penderita sadar mungkin terjadi amnesia
retrograde

 Cara Pemeriksaan / Diagnosis


 Berdasarkan gejala klinis di atas
 Pemeriksaan laboratorium
a. Ada protein dalam air seni
b. Fungsi organ, hepar, ginjal, jantung
c. Fungsi hematologi / Hemostasis
 Konsultasi dengan disiplin lain kalau dipandang perlu
a. Kardiologi
b. Optalmologi
c. Neurologi
d. Anastesiologi

 Diagnosis Banding
Kehamilan disertai kejang oleh karena sebab – sebab yang lain
misalnya :
 Epilepsi (anamnesis epilepsy +)
 Meningitis / ensefalitis (pungsi lumbal)
Berdasarkan atas pengamatan kasus – kasus eklampsia selama
10 tahun terakhir sejak 1992 di RSU Dr. Soetomo Surabaya
maka guna memudahkan dalam penatalaksanaannya
eklampsia di bagi atas :
 Eklampsia klasik : pada umumnya penderita datang
dengan kesadaran dan hemodinamika yang relative baik
serta kalau disertai komplikasinya biasanya hanya
oliguria.
 Eklampsia krusial : pada dasarnya kesadaran penderita
dan hemodinamika terganggu disertai komplikasi multi
organ.

 Penyulit
 Ibu
a. Perdarahan serebral
b. Edema paru
c. Gagal ginjal
d. Payah jantung
e. Ablasio retinae
f. Sindroma HELLP
g. DIC (Dissemined Intravascular Coagulophaty) dan
perdarahan post partum
 Anak
a. Prematuritas
b. IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. Gawat janin
d. Kematian janin dalam rahim
 Perawatan selanjutnya adalah sebagai berikut :
 Dilakukan observasi dari :
 Tekanan darah
 Nadi
 Suhu rektal
 Pernafasan
 Tingkat kesadaran
Pada 1 jam pertama diperiksa tiap 15 menit untuk
selanjutnya tiap 1 jam/1 kali.
 Pemeriksaan Lab. (lihat pre-eklampsia)
Setelah persalinan dicatat tingkat kesadaran pada 15
menit, 1jam, dan 6jam. Pemberian antibiotic (amoxicillin
+ clavulanic acid 1g tiap 8 jam, cephalosporine 1g tiap
8jam).

 Penatalaksanaan
 Pencegahan
Usaha – usaha untuk menurunkan frekwensi atau mencegah
terjadinya eclampsia terdiri atas :
 Meningkatkan perawatan antenatal.
 Mencari pada setiap pemeriksaan tanda – tanda pre-
eclampsia dan mengobatinya segera apabila diketemukan
 Mengakhiri kehamilan sedapat – dapatnya pada.
kehamilan 37 minggu atau lebih apabila setelah dirawat
tanda – tanda pre-eclampsia tidak juga dapat dihilangkan.
 Terapi
Tujuan pengobatan eklampsia adalah :
 Sedasi untuk mencegah kejang selanjutnya.
Kejang sangat merugikan karena waktu kejang terjadi
hypoxia, acidosis respiratoris dan metabolis, dan kenaikan
tensi.
 Menurunkan tensi dengan menghasilkan vasodilatasi
penurunan tensi harus berangsur – angsur dan tidak
boleh terlalu banyak. (tekanan darah tidak boleh turun
lebih dari 20% dalam 1 jam).
 Mengoreksi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis,
karena air keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan
oedema maka terjadi hipovolemi → oliguria → anuri →
shock. Keadaan ini diperbaiki dengan pemberian cairan
glucose 5-10%. Pemberian cairan harus hati – hati Karen
dapat menimbulkan hyperhidrasi dan oedema paru –
paru, karena itu produksi urine dan tekanan vena central
menjadi pegangan (produksi urine tidak boleh kurang dari
30cc/jam, CVP tidak boleh melebihi 6-8cm H20.
 Pemberian oksigen dan mempertahankan air way.
Bentuk terapi dibagi : secara konservatif dan secara aktif.
Seperti pada pre-eclampsia berat dengan prinsip mengatasi
kejang lebih dahulu.

 Obat – obat untuk antikejang :


 MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Dosis awal : 4 gr 20% i.v. pelan – pelan selama 3 menit
atau lebih, disusul 10 gr 50% i.m. (selanjutnya lihat
prosedur pada preeclampsia berat)

Sebagai obat antikejang pada preeclampsia post partum


dapat dipikirkan pemberian Phenylhydantoin 100mg
parenteral (diencerkan dalam 25cc dan diberikan dalam
waktu 5 menit) diulang tiap 6jam.

Setelah pemberian kurang lebih 4-5 jam berikutnya


(terutama pada preeclampsia krusial) dilakukan penilaian
tanda vital bila lebih 10 dilakukan terminasi kehamilan.
Pada eklampsia klasik diutamakan persalinan pervaginam
dengan induksi.
 50 mikrogram prostalglandin pada fornik posterior
sebanyak 2 kali bila Pelvic Score (PS) <5
 Drip oksitosin bila Pelvic Score (PS) ≥ 5 Skor dari “Vital
Sign”.

V. HIPERTENSI GESTASIONAL
 Definisi
Hipertensi pada kehamilan tanpa disertai dengan proteinuria.
Tapi disertai tanda pre-eclampsia. Hipertensi gestasional hilang
dalam 3 bulan post partum.

 Gejala :

Biasanya yang tanpa hanya gejala hipertensi saja tanpa


gejala – gejala lain. Gejala – gejala sekunder seperti : kelainan
jantung, penyakit ginjal, eksudat dan perdarahan retina baru
timbul bila penyakitnya sudah lanjut.

Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi kronis


berlangsung normal sampai cukup bulan. Kira – kira 1/3 diantara
para penderita tekanan darahnya meningkat setlah kehamilan 30
minggu tanpa disertai gejala – gejala lain. Kira – kira 20%
menunjukan kenaikan yang lebih menyolok dan dapat disertai
satu atau lebih gejala pre-eclampsia seperti oedema, proteinuria,
nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus, bahkan
dapat timbul serangan eklampsia (hipertensi yang superimposed
dengan pre-eclampsia/eclampsia).
 Faktor Predisposisi :
- Umur lanjut
- Multipara
- Obesitas
- Faktor keturunan

 Diagnosa :

Diagnosa hipertensi kronis dibuat jika :

- Diketahui dengan pasti adanya tekanan darah yang sudah


tinggi sebelum kehamilan (diatas 140/90)
- Ditemukan gejala hipertensi sebelum minggu ke 20 kehamilan.

Penanganan :

- Bed rest
- Pengawasan pertumbuhan janin
- Anti hipertensi
- Pencegahan kenaikan BB yang berlebihan
- Terminasi kehamilan

Indikasi Pengakhiran Kehamilan :

- Penderita hipertensi heart desease yang ditandai dengan


pembesaran jantung dan kelainan ECG.
- Kerusakan ginjal
- Penderita dengan eksudat retina atau perdarahan baru pada
retina.
- Penderita dengan tekanan darah awal > 200/120.
- Penderita yang pada kehamilan sebelumnya juga menderita
hipertensi kronis yang superimposed dengan pre-
eclampsia/eclampsia.

Prognosa :

Penderita dengan hipertensi kronis sebagian besar dapat melalui


kehamilan dalam keadaan yang cukup baik tanpa diberati dengan
pre-eclampsia atau eclampsia. Jika sampai dibebani dengan kedua
keadaan tersebut, maka prognosa untuk ibu dan bayi menjadi
kurang baik.

Kematian ibu biasanya disebabkan oleh decomp cordis,


perdarahan otak, atau uremia.

BAB III
KESIMPULAN
 Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu diantara 3
komplikasi kehamilan yang paling banyak menyebabkan kematian
maternal dan perinatal.
 Semua bentuk terapi semata – mata berprinsip kepada cara
mengatasi kejang terlebih dahulu.
 Obat MgSO4 (Magnesium Sulfat) terbukti sangat efektif dalam
berbagai kasus hipertensi dalam kehamilan untuk mencegah
terjadinya kejang.
 Penderita hipertensi dalam kehamilan yang tidak tertangani
dengan baik biasanya akan menimbulkan kerusakan pada organ –
organ lain di tubuh.

Anda mungkin juga menyukai