Modul Kurikulum 2013 Bahasa Daerah Nov 2013 Finish
Modul Kurikulum 2013 Bahasa Daerah Nov 2013 Finish
1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
BALAI BAHASA DAERAH
2013
SAMBUTAN
2
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
--------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
3
………………………………
NIP
4
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ………………………………………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………… iii
BAGIAN I: PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………
A. Tujuan Umum Pelatihan …………………………………………………………………………………..
B. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dibuat ………………………………………………………
C. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan ……………………………………………………………….
D. Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Inti dan Guru
Kelas/ Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah ……………………………………………
E. Sistematika Modul ……………………………………………………………………………………………………
5
2. Penerapan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dalam Mulok Mata
Pelajaran Bahasa Daerah….
F. Materi Pelatihan 6: Peer Teaching ……………………………………………………………………………………….
1. Simulasi Pembelajaran ………………………………………………………………………………………………
2. Peer Teaching …………………………………………………………………………………………………………..
G. Materi Pelatihan 7: Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Mulok Mata Pelajaran
Bahasa Daerah …………………………………………………………………………………………………………………….
6
GAMBARAN STRUKTUR MATERI PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
UNTUK GURU INTI DAN GURU KELAS/ GURU MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
7
BAGIAN I
PENDAHULUAN
8
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 secara nasional pada setiap satuan pendidikan
untuk semua mata pelajaran, maka mata pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal di Jawa
Barat sangat perlu mengadopsi dan mengadaptasi elemen-elemen prubahan yang menjadi
karakteristik Kurikulum 2013.
Elemen-elemen perubahan muatan lokal bahasa daerah Sunda sesuai dengan elemen perubahan
Kurikulum 2013 mencakup: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar
Penilaian. Elemen perubahan ini sangat perlu untuk dipahami dan diimplementasikan oleh guru-
guru bahasa daerah pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kompetensi dan performasi guru bahasa Daerah perlu adanya Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Daerah.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Daerah ini ditujukan untuk
guru inti, guru kelas, dan guru mata pelajaran muatan lokal bahasa Daerah Sunda dan Cirebon
untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK.
Modul ini memberi panduan bagi para pengguna mengenai materi-materi yang mencakup: (1)
Rasionalisasi Pengembangan Kurikulum 2013, (2) Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Daerah (3) Konsep Kurikulum 2013 dan Penerapannya dalam Mata Pelajaran Bahasa
Daerah, (4) Model Rancangan Pembelajaran Bahasa Daerah Berdasarkan Kurikulum 2013, (5)
Model Penilaian Pembelajaran Bahasa Daerah Berdasarkan Kurikulum 2013, (6) Peer Teaching,
dan (7) Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Daerah. Materi-
materi pelatihan tersebut dimuat dalam: hand-out, bahan tayang, lembar kerja/ worksheet,
panduan pelaksanaan peer teaching, format pengamatan peer teaching, format penilaian peer
teaching.
Sesuai dengan Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-
disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa daerah pada jenjang
SD/MI, SMP/ MTs, SMA/SMK/MA, Balai Bahasa Daerah menyelenggarakan pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Inti, Guru Kelas/ Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah.
9
B. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
Berikut ini kompetensi inti yang harus dicapai peserta setelah mengikuti pelatihan.
1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa
Daerah.
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 Muatan
Lokal Bahasa Daerah.
3. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Rasional Pengembangan Kurikulum 2013.
4. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah.
5. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Konsep Pendekatan Scientific dan Model-
model Pembelajaran serta Penerapannya dalam Mata Pelajaran Bahasa Daerah.
6. Memiliki Keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan
mengacu pada Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Daerah.
7. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan scientific dan model-
model pembelajaran (Projeck based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery
Learning) dalam Mata Pelajaran Bahasa Daerah.
8. Memiliki keterampilan menyusun dan melaksanakan penilaian autentik dalam Mata
Pelajaran Bahasa Daerah.
9. Memiliki keterampilan mengajar mata pelajaran bahasa Daerah yang bernuansakan
kurikulum 2013.
10. Melakukan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa
Daerah.
1. Analisis SKL, KI, KD mata pelajaran bahasa Daerah sesuai jenjang pendidikan.
2. Contoh RPP untuk mata pelajaran bahasa Daerah sesuai jenjang pendidikan.
10
D. Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Inti dan Guru Kelas/ Guru
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah untuk Jenjang SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/ MAK
Tabel 1.1
Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Inti dan Guru Kelas/ Guru Mata
Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah
NO. MATERI PELATIHAN JP
A. PROGRAM UMUM
1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 2
B. PROGRAM POKOK
1. Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah 2
C. PROGRAM PENUNJANG
1. Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Mulok Mata Pelajaran Bahasa 1
Daerah
TOTAL JP 30
11
Tabel 1. 2
Materi dan Bahan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Inti dan Guru Kelas/
Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah
NO. MATERI PELATIHAN BAHAN PELATIHAN
A. PROGRAM UMUM
1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 a. Bahan Tayang
b. Hand-Out
B. PROGRAM POKOK
1. Kurikulum Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah a. Bahan Tayang
b. Hand-Out
2. Konsep Pendekatan Scientific dan Model-model a. Bahan Tayang
Pembelajaran serta Penerapannya dalam Mulok Mata b. Hand-Out
Pelajaran Bahasa Daerah Sunda c. Contoh Penerapan
a.Pendekatan Scientific. Pendekatan Scientific dalam
b.Penerapan Pendekatan Scientific dalam Mata Mata Pelajaran Bahasa
Pelajaran Bahasa Daerah Sunda. Daerah Sunda
c. Model-model Pembelajaran (Projeck based d. Contoh Penerapan Model-
Learning, Problem Based Learning, dan Discovery model Pembelajaran dalam
Learning). Bahasa Daerah.
d.Penerapan Model-model Pembelajaran dalam
Mulok Mata Pelajaran Bahasa Daerah.
3. Model Rancangan Pembelajaran Mulok Mata a. Bahan Tayang
Pelajaran Bahasa Daerah b. Hand-Out
a.Analisis SKL, KI, dan KD c. KI KD Mata Pelajaran
b.Analisis Silabus Bahasa dan Sastra Daerah
c. Penyususunan RPP yang Menerapkan Pendekatan d. Silabus
Scientific, Model-model Pembelajaran, dan e. Contoh RPP Bahasa Daerah
Penilaian Autentik
4. Model Penilaian pembelajaran Mulok Bahasa Daerah a. Bahan Tayang
Berdasarkan Kurikulum 2013 b. Hand-Out
a.Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar c. Contoh Penerapan Penilaian
b.Penerapan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Autentik dalam Bahasa
Belajar Mulok Mata Pelajaran Bahasa Daerah Sunda
5. Peer Teaching a. Bahan Tayang
a. Simulasi Pembelajaran b. Hand-Out
b. Peer Teaching c. Panduan Pelaksanaan Peer
Teaching
d. Format Pengamatan
Peer Teaching
e. Format Penilaian
Peer Teaching
C. PROGRAM PENUNJANG
1. Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Mulok a. Bahan Tayang
Mata Pelajaran Bahasa Daerah b. Hand-Out
12
E. Sistematika Modul
Modul pelatihan implementasi kurikulum ini dibagi dalam tiga bagian berikut ini.
Bagian I : Pendahuluan
Bagian II : Silabus Pelatihan
Bagian III : Materi Pelatihan
13
BAGIAN II
SILABUS
14
SILABUS
UNTUK GURU INTI DAN GURU KELAS/ GURU MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
1
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
1.1 Rasional Memahami 1. Menerima 1. Mengama Sikap Pengamata Lembar 1.Bahan Rasional 0,5
Pengembangan secara utuh rasional ti dan menyimak Menerima n Pengamatan Tayang Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 rasional pengembangan tayangan latar belakang Sikap (PPT)
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 paparan tentang alasan
dalam kaitannya Kurikulum 2013 perubahan 2.Hand-out Naskah
dengan oleh Mendikbud. Kurikulum Kurikulum 2013
perkembangan 2013. (HO)
masa depan. 2. Menyimak
dan melakukan Pengetahuan Tes Essay
2. Menjelaskan tanya jawab Memahami Tes Lisan
rasional tentang paparan secara utuh
pengembangan rasional rasional
Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 kurikulum
dalam kaitannya dalam kaitannya 2013 .
dengan dengan
perkembangan perkembangan
masa depan. kurikulum di
Indonesia.
3. Menjelaskan
permasalahan 3. Menyimpu
Kurikulum 2006 lkan rasional
(KTSP). Kurikulum 2013
yang mencakup
4. Mengidentifikasi permasalahan
kesenjangan kurikulum 2006
2
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
kurikulum antara (KTSP),
kondisi saat ini kesenjangan
dengan kondisi kurikulum antara
ideal. kondisi saat ini
dengan kondisi
5. Menjelaskan ideal, serta
alasan alasan
pengembangan pengembangan
kurikulum. kurikulum.
1.2 Elemen Memahami 1. Menerima empat 1. Menyimak dan Sikap Pengamata Lembar 1. Bahan Elemen 1
Perubahan secara utuh elemen melakukan tanya Menerima n Pengamatan Tayang Perubahan
Kurikulum 2013 elemen perubahan jawab tentang empat elemen Sikap Kurikulum 2013
perubahan Kurikulum 2013 empat elemen perubahan (PPT)
Kurikulum 2013. yang mencakup: perubahan Kurikulum
SKL, SI, Standar Kurikulum 2013 2013 2. Hand-out Naskah
Proses, dan dalam kaitannya Kurikulum 2013
Standar dengan Pengetahuan Tes Essay (HO)
Penilaian. perkembangan Memahami Tes Lisan
kurikulum. elemen
2. Menjelaskan perubahan
empat elemen 2. Menyimpulkan Kurikulum
perubahan empat elemen 2013 dan
Kurikulum 2013 perubahan hubungannya
yang mencakup: Kurikulum 2013. dengan
SKL, SI, Standar kompetensi
Proses, dan yang
Standar dibutuhkan
Penilaian. pada masa
depan.
3. Menjelaskan
3
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
empat elemen
perubahan
kurikulum dalam
hubungannya
dengan
kompetensi yang
dibutuhkan pada
masa depan.
1.3 Strategi Memahami 1. Berkomunikasi 1. Diskusi kelas Sikap Pengamata Lembar 1. Bahan Strategi 0,5
Implementasi secara utuh dengan bahasa untuk Berkomunikasi n Pengamatan Tayang Implementasi
Kurikulum 2013 strategi yang runtut dan mengidentifikasi dengan Sikap Kurikulum
implementasi komunikatif elemen-elemen bahasa yang (PPT)
Kurikulum 2013. untuk penting strategi santun,
mengidentifikasi implementasi sistematis, 2. Hand-out Naskah
elemen-elemen Kurikulum 2013. dan Kurikulum 2013
penting strategi komunikatif (HO)
implementasi 2. Merangkum dan dalam
Kurikulum 2013. menyimpulkan meyampaikan
hasil diskusi ide-ide.
2. Mengidentifikasi kelas.
elemen-elemen Pengetahuan Tes Essay
penting strategi 3. Mengkomunikasi Memahami Tes Lisan
implementasi kan hasil diskusi elemen-
Kurikulum 2013. kelas. elemen
penting
strategi
implementasi
Kurikulum
2013.
4
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
Sikap Pengamata Lembar Bahan
Menerima, n Pengamatan Tayang
menghargai Sikap
dan merespon
positif
perubahan
Kurikulum
serta
berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan
materi
pelatihan.
5
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN: 2. KURIKULUM MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
ALOKASI WAKTU: 2 JP (@ 45 MENIT)
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
2.1 Rasional Memahami 1.Menerima rasional 1.Mengamati dan Sikap Pengamata Lembar 1.Bahan Kurikulum 1
secara utuh pengembangan menyimak Menerima n Pengamatan Tayang Muatan Lokal
rasional Kurikulum Muatan tayangan latar belakang Sikap Mata Pelajaran
Lokal Mata
pengambangan paparan tentang alasan Bahasa dan
Pelajaran Bahasa
Kurikulum Kurikulum perubahan Sastra Daerah
dan Sastra Daerah
Muatan Lokal b Muatan Lokal Kurikulum (PPT)
Bahasa dan s Mata Pelajaran Muatan Lokal
Sastra daerah. Bahasa dan Mata 2.Hand-out Naskah Muatan
Sastra Daerah. Pelajaran Lokal Mata
Bahasa dan Pelajaran Bahasa
Sastra Daerah. dan Sastra
Daerah
2.Menyimak dan Pengetahuan Tes Essay Kurikulum
2.Menjelaskan
melakukan tanya Memahami Tes Lisan (HO)
rasional
pengembangan jawab tentang secara utuh
Kurikulum Muatan paparan rasional rasional
Lokal Mata Kurikulum 2013 Kurikulum
Pelajaran Bahasa dalam kaitannya Muatan Lokal
dan Sastra Daerah dengan Mata
perkembangan Pelajaran
kurikulum di Bahasa dan
6
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
Indonesia. Sastra Daerah
2.2 Struktur Memahami 1.Berkomunikasi 1.Menyimak dan Sikap Pengamata Lembar 1. Bahan Struktur 1
Kurikulum secara utuh dengan bahasa yang melakukan tanya Menerima n Pengamatan Tayang Kurikulum
Muatan Lokal Struktur santun untuk jawab tentang struktur Sikap Muatan Lokal
menjelaskan struktur
Kurikulum struktur kurikulum (PPT)
kurikulum muatan
Muatan Lokal kurikulum muatan lokal.
lokal.
muatan lokal. 2.Hand-out Naskah Struktur
Pengetahuan Kurikulum
2.Menyimpulkan Memahami Tes Essay Muatan Lokal
struktur struktur Tes Lisan (HO)
kurikulum kurikulum
muatan lokal. muatan local
secara utuh.
7
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN: 3. KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SERTA PENERAPANNYA DALAM
MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
ALOKASI WAKTU: 6 JP (@ 45 MENIT)
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
3.1 Konsep Mendeskripsikan 1. Menerima konsep 1. Menyimak Sikap Peng- Lembar 1. Bahan a.Konsep 3
Pendekatan konsep pendekatan pendekatan paparan Menerima amatan pengamatan Tayang pendekatan
Scientific scientific dalam scientific dan pendekatan konsep sikap scientific
menghargai scientific. (PPT)
pembelajaran pendekatan
pendapat orang 2. Mengkaji
bahasa daerah. lain. pendekatan scientific dan
b.Contoh
scientific melalui menghargai
penerapan
2. Menjelaskan diskusi kelompok. pendapat pende-katan
konsep orang lain. scientific
pendekatan 3. Mendiskusikan dalam
scientific contoh-contoh Pengetahuan Tes Lisan Tes Essay pembel-
penerapan Konsep ajaran bahasa
3. Menjelaskan pendekatan Daerah (PPT)
pendekatan
penerapan scientific dalam
pembelajaran scientific dan
pendekatan
scientific dalam bahasa Daerah. penerapan-nya a.Konsep
dalam 2. Hand-
pembelajaran pendekatan
bahasa Daerah. 4. Mempresentasi pembelajaran Out scientific
kan hasil diskusi bahasa (HO)
kelompok. Daerah. b.Contoh
penerapan
pende-katan
scientific
dalam
pembel-
ajaran bahasa
8
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
Daerah (HO)
3.2 Model Mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi 1. Menyimak Sikap Focus Panduan FGD 1.Bahan a. Project 3
Pembelajaran karateristik Model karakteristik paparan 3 jenis Menyadari Group Tayang Based
Pembelajaran model model manfaatpenera Discussion Learning
pembelajaran pembelajaran (PPT)
Project Based pan tiga model
Project Based (Project Based b. Problem
Learning, Problem Learning. Learning, Problem pembelajaran
Based
Based Learning, Based Learning, Learning
dan Discovery 2. Mengidentifikasi dan Discovery Pengetahuan (PPT)
Learning. karakteristik Learning). Karakteristik Tes Lisan Tes Essay c. Discovery
model Project Based Learning
pembelajaran 2. Mengidentifikasi Learning, (PPT)
Problem Based karakteristik 3 Problem Based
Learning. model
Learning, dan
pembelajaran.
Discovery a. Project
3. Mengidentifikasi 2.Hand-
Learning. Based
karakteristik 3. Mengidentifikasi Out Learning
model penerapan
(HO)
pembelajaran Pendekatan Keterampilan Unjuk kerja Rubrik
Discovery Scientific pada 3 b. Problem
Menganalisis, penilaian hasil
Learning. model Based
membedakan, kerja Learning
pembelajaran mengaitkan. (HO)
c. Discovery
Learning
(HO)
9
MATERI PELATIHAN: 4. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN MULOK BAHASA DAERAH BERDASARKAN KURIKULUM 2013
ALOKASI WAKTU: 9 JP (@ 45 MENIT)
WAKTU
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
KOMPETENSI (JP)
SUBMATERI KEGIATAN
NO PESERTA INDIKATOR BENTUK
PELATIHAN PELATIHAN
PELATIHAN ASPEK TEKNIK INSTRUME JENIS DESKRIPSI
N
4.1 SKL, KI dan KD Memahami 1. Bekerja sama 1.Menyimak Sikap Pengamatan Lembar 1. Bahan SKL, KI, dan 2
keterkaitan dalam paparan SKL, Bekerja sama Pengamata Tayang KD
antara SKL, KI, menganalisis KI, dan KD. dalam n Sikap (PPT)
keterkaitan SKL,
dan KD pada kelompok
KI, dan KD. 2.Memberi
Mata Pelajaran dengan baik 2. Hand-
contoh analisis a. SKL, KI, dan
Bahasa dan dan benar Out KD (HO)
2. Menganalisis keterkaitan
Sastra Daerah keterkaitan SKL, KI, dan KD. b. Contoh
antara SKL, KI, Penugasan Rubrik Analisis
Keterka-
dan KD. 3.Menganalisis Keterampilan penilaian
itan antara
keterkaitan Terampil hasil SKl, KI, dan
SKL, KI, dan KD menganalisis analisis KD
melalui diskusi keterkaitan keterkaita (HO)
kelompok pada
SKL, KI, dan n SKL, KI
format yang Analisis
sudah KD dan KD(R- 3. Lembar
Keterkait-an
1.3) Kerja
disediakan SKL, KI, dan
(Tiap kelompok KD (LK)
menganalisis Pengetahuan Tes Lisan Tes Essay
keterkaitan Kemampuan
SKL, KI, dan KD memahami
yang akan
konsep SKL,
dijadikan dasar
10
WAKTU
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
KOMPETENSI (JP)
SUBMATERI KEGIATAN
NO PESERTA INDIKATOR BENTUK
PELATIHAN PELATIHAN
PELATIHAN ASPEK TEKNIK INSTRUME JENIS DESKRIPSI
N
dalam KI, dan KD
membuat RPP) serta
keterkaitan
4.Mempresentasi antara ketiga
kan hasil
kompetensi
diskusi
tersebut.
kelompok.
5.Menilai hasil
kerja kelompok
lain.
4.2 Analisis Silabus Memahami 1. Berkomunikasi 1. Diskusi kelas Sikap Pengamatan Lembar 1.Bahan Silabus 2
secara utuh dengan bahasa untuk Berkomunikasi Pengamata Tayang Bahasa dan
Silabus Bahasa yang runtut dan menganalisis dengan n Sikap Sastra
komunikatif Silabus Bahasa
dan Sastra bahasa yang Daerah.
untuk dan Sastra
Daerah santun, (PPT)
menganalisis Daerah.
Silabus Bahasa sistematis,
dan Sastra 2. Merangkum dan
Daerah. dan komunikatif Tes Lisan Tes Essay Naskah
3. Hand-
menyimpulkan dalam Silabus
out
3. Mengidentifikasi hasil diskusi meyampaikan Bahasa dan
Silabus Bahasa kelas.
ide-ide. Sastra
dan Sastra
Daerah
Daerah. 4. Mengkomunika
sikan hasil (HO)
diskusi kelas.
11
WAKTU
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
KOMPETENSI (JP)
SUBMATERI KEGIATAN
NO PESERTA INDIKATOR BENTUK
PELATIHAN PELATIHAN
PELATIHAN ASPEK TEKNIK INSTRUME JENIS DESKRIPSI
N
Pengetahuan
Memahami
Silabus Bahasa
dan Sastra
Daerah
4.3 Penyusunan RPP Menyusun RPP 1. Menunjukkan 1. Peserta Sikap Tanggung Pengamatan Lembar 1. Bahan a. Rambu- 5
yang yang menerapkan sikap tanggung pelatihan jawab dan Pengamata Tayang rambu
Menerapkan pendekatan jawab dan kreatif menilai RPP yang kreatif dalam n Sikap penyu-
dalam menyusun dibawa oleh sunan RPP
Pendekatan scientific sesuai menyusun RPP
RPP. peserta lain. mengacu
Scientific, Model- model belajar yang pada
model relevan dengan Keterampilan Permendik
Pembelajaran, mempertimbangka 2. Mengidentifikasi 2. Mendiskusikan Menyusun RPP Penugasan Rubrik bud 81A
dan Penilaian n karakteristik rambu-rambu rambu-rambu yang mengacu Penilaian (PPT)
Autentik peserta didik baik penyusunan RPP. penyusunan RPP pada Standar Telaah RPP b. Panduan
dari aspek fisik, yang mengacu Proses dan (R-3.1/3.2) tugas
moral, sosial, pada Standar pendekatan telaah RPP
Proses dan (PPT)
kultural, scientific
pendekatan
emosional,
scientific.
maupun intelektual
2. Hand a. SKL, KI, dan
3. Menyusun RPP 3. Menyusun RPP Pengetahuan Tes Unjuk Tes Essay
ou KD (HO)
yang sesuai yang sesuai RPP yang Kerja b. Rambu-
dengan SKL, KI, dengan SKL, KI, menerapkan rambu
dan KD; Standar dan KD; Standar pendekatan penyusun-
Proses; dan Proses; dan scientific an RPP
pendekatan pendekatan mengacu
scientific. scientific secara pada
berkelompok Permendik
bud 81A
(HO)
12
WAKTU
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
KOMPETENSI (JP)
SUBMATERI KEGIATAN
NO PESERTA INDIKATOR BENTUK
PELATIHAN PELATIHAN
PELATIHAN ASPEK TEKNIK INSTRUME JENIS DESKRIPSI
N
c. Contoh
4. Menelaah RPP 4. Mendiskusikan RPP
yang disusun format Bahasa
kelompok lain telaahRPP . Daerah
(HO)
5. MenelaahRPP
yang disusun Telaah RPP
kelompok lain 3. Lem-
(LK-3.1/3.2)
sesuai format bar
telaah RPP. Kerja
6. Merevisi RPP
berdasarkan
hasil telaah.
7. Mempresentasi-
kan hasil RPP
yang sudah
direvisi (sampel)
MATERI PELATIHAN: 5. MODEL PENILAIAN PEMBELAJARAN MULOK BAHASA DAERAH BERDASARKAN KURIKULUM 2013
13
ALOKASI WAKTU: 8 JP (@ 45 MENIT)
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
5.1 Penilaian Merancang 1. Menunjukkan 1. Mendiskusikan dan Sikap Penga- Lembar 1. Bahan a. Contoh 2
Autentik pada penilaian autentik sikap tanggung melakukan tanya Tanggung matan Pengamatan Tayang penerap-
Proses dan Hasil pada proses dan dan kreatif dalam jawab tentang jawab Sikap an
menyusun penilaian autentik penilaian
Belajar hasil belajar dankreatif
rancangan dalam bentuk tes autentik
penilaian autentik. dan nontes. dalam pada
menyusun pembela-
2. Mengidentifikasi 2. Mendiskusikan rancangan jaran
kaidah tentang kaidah penilaian Bahasa
perancangan merancang autentik. Daerah
penilaian autentik penilaian autentik (PPT)
pada proses dan berbentuk tes dan Keterampilan Penugas- Rubrik b. Panduan
hasil belajar. nontes, termasuk tugas
Merancang an Penilaian
portofolio. menelaah
penilaian Telaah RPP rancangan
autentik (R-3.1/3.2) penilaian
pada RPP
Pengetahuan Tes Lisan Tes Essay yang telah
Penerapan dibuat
penilaian (PPT)
autentik pada
pembelajaran a. SKL, KI, dan
KD
Bahasa
(HO-
Indonesia.
1.3/2.4/
3.1/3.2)
2. Hand b. Contoh
out penerap-
an
penilaian
autentik
14
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
pada
pembel-
ajaran
Bahasa
Indonesia(
HO-
2.3/3.2)
5.2 Penerapan Menyusun 1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan dan Sikap Penga- Lembar 3. Bahan 1. Contoh 6
Penilaian penilaian autentik jenis dan bentuk melakukan tanya Tanggung matan Pengamatan Tayang penerapan
Autentik pada pada proses dan penilaian pada jawab tentang jawab Sikap penilaian
proses dan hasil penilaian autentik autentik
Proses dan Hasil hasil belajar Mulok dankreatif
belajar sesuai dalam bentuk tes pada
Belajar Mulok Mata Pelajaran karakteristik mata dan nontes. dalam pembela-
Mata Pelajaran Bahasa Daerah. pelajaran bahasa menyusun jaran
Bahasa Daerah Daerah. 2. Mendiskusikan rancangan Bahasa
tentang kaidah penilaian Daerah
3. Menelaah merancang autentik. (PPT)
rancangan penilaian autentik 2. Panduan
penilaian autentik berbentuk tes dan tugas
Keterampilan Penugas- Rubrik
pada proses dan nontes, termasuk menelaah
portofolio. Merancang an Penilaian
hasil belajar yang rancang-an
ada dalam RPP. penilaian Telaah RPP penilaian
autentik (R-3.1/3.2) pada RPP
3. Mengkaji yang telah
penerapan Pengetahuan Tes Tertulis Tes Objektif dibuat
penilaian autentik Penerapan Pilihan Ganda (PPT)
dalam penilaian
pembelajaran autentik pada 4. Hand c. SKL, KI, dan
bahasa Daerah out KD
pembelajaran
melalui contoh. (HO)
Bahasa
d. Contoh
4. Menelaah Daerah..
penerap-
rancangan an
penilaian autentik penilaian
15
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
pada RPP yang autentik
telah disusun. pada
pembel-
5. Merevisi rancangan ajaran
penilaian pada Bahasa
RPP yang telah Daerah
disusun (HO)
berdasarkan hasil
telaah.
6. Mempresentasi
kan rancangan
penilaian proses
dan hasil belajar
yang sudah direvisi
(sampel)
16
ALOKASI WAKTU: 6 JP (@ 45 MENIT)
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
6.1 Simulasi Mengkaji 1. Ketelitian dan 1. Mengamati contoh Sikap Penga- Lembar 1. Bahan Strategi 3
Pembelajaran pelaksanaan keseriusan dalam praktik simulasi Ketelitian dan matan Pengamatan Tayang pengamat-
pembelajaran menganalisis pembelajaran keseriusan Sikap an pembel-
simulasi bahasa daerah
yang menerapkan dalam ajaran
pembelajaran. yang sudah
pendekatan menerapkan menganalisis (PPT)
scientific 2. Menganalisis pendekatan simulasi
(mengamati, simulasi scientific, model pembelajaran
menanya, pembelajaran pembelajaran, dan
mengumpulkan melalui contoh penilaian autentik. Keterampilan Penugasan Rubrik Penilaian
informasi/ simulasi. Menganalisis Analisis
eksperimen, 2. Melalui diskusi, pembelajaran pembelajaran
menganalisis
mengasosiasi, dan pada contoh (R)
pelaksanaan
mengkomunikasik simulasi praktik
an) dengan tetap pembelajaran simulasi
memperhatikan dengan fokus pada pembelajaran
karakteristik penerapan Tes Tertulis Tes Objektif
peserta didik baik pendekatan Pilihan Ganda
dari aspek fisik, scientific dan
penilaian autentik.
moral, sosial, Pengetahuan
kultural, Prinsip-prinsip
3. Mengkonfirmasi
emosional, penerapan pendekatan
maupun, pendekatan scientific dan
intelektual. scientific dan penerapan
penilaian autentik penilaian
mengacu pada autentik dalam
konsep teori.
pembelajaran
17
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
3. Merevisi RPP 4. Merevisi RPP hasil Bahasa
sehingga analisi untuk Daerah.
menerapkan kegiatan peer
pendekatan teaching.
scientific dan
penilaian autentik
untuk kegiatan
peer teaching.
6.2 Peer Teaching Melaksanakan 1. Kreatif dan 1. Menginformasikan Sikap Penga- Lembar 1. Bahan a. Panduan 3
pembelajaran komunikatif dalam panduan tugas Kreatif dan matan Pengamatan Tayang tugas
yang menerapkan melakukan peer praktik komunikatif Sikap praktik
teaching. pelaksanaan pelaksa-
pendekatan dalam
pembelajaran naan
scientific melalui peer melakukan pembel-
(mengamati, teaching. peer teaching ajaran
menanya, melalui
2.Melaksanakan peer
mengumpulkan 2. Menjelaskan garis Keterampilan Penugasan Rubrik penilaian peer
teaching yang
informasi/ besar instrumen Melaksanakan pelaksanaan teaching
menerapkan
eksperimen, dan penilaian pembelajaran pembelajaran (PPT)
pendekatan
mengkomunikasik scientific dan pelaksanaan yang (R) b. Instru-
penilaian autentik pembelajaran men
an) dengan tetap menerapkan
menggunakan RPP penilai-an
memperhatikan pendekatan pelaksa-
yang telah 3. Mempersiapkan
karakteristik pelaksanaan peer scientific. Tes Tertulis Tes Objektif naan
disusun.
peserta didik baik teaching Ganda pembel-
dari aspek fisik, berdasarkan RPP Pengetahuan ajaran
moral, sosial, yang telah Prinsip-prinsip (PPT)
kultural, disusun. pendekatan
emosional, scientific dan
maupun, 4. Mempraktikkan penerapan 2. Lembar Instrumen
pembelajaran Kerja penilaian
intelektual. penilaian
melalui peer
autentik dalam pelaksana-
teaching secara
18
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS DESKRIPSI
INSTRUMEN
individual. pembelajaran an pembel-
3.Menilai Bahasa ajaran (LK)
pelaksanaan peer 5. Menilai kegiatan Daerah.
teaching peserta peer teaching
lain. menggunakan
instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
6. Melakukan refleksi
terhadap
pelaksanaan peer
teaching.
MATERI PELATIHAN: 7. PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH
19
ALOKASI WAKTU: 1 JP (@ 45 MENIT)
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK DESKRIP
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS
INSTRUMEN SI
7.1 Konsep dan Memahami 1. Menjelaskan 1. Menyimak Sikap Pengamatan Lembar 1.Bahan Pendamp 0,5
Prinsip konsep dan konsep paparan konsep Menerma Pengamatan Tayang ingan
Pendampingan prinsip pendampingan. dan prinsip secara utuh Sikap Kurikulu
pendampingan
pendampingan. pendampingan m 2013
2. Mengidentifikasi Implementasi
implementasi (PPT)
prinsip-prinsip Kurikulum 2013
pendampingan. Mulok Mata kurikulum Tes Lisan Tes Essay 3. H and-
pelajaran bahasa mulok mata out Naskah
Daerah. pelajaran Pendam
bahasa Daerah pingan
2. Tanya jawab dan Kurikulu
tentang konsep m 2013
menghargai
dan prinsip- (HO)
prinsip pendapat
pendampingan orang lain.
guru pada pasca
pelatihan. Pengetahuan
Memahami
secara utuh
pendampingan
implementasi
7.2 Sasaran, Strategi, Memahami 1.Menjelaskan 1. Menyimak 0,5
sasaran paparan kurikulum
dan Mekanisme sasaran, strategi,
pendampingan. sasaran, strategi, mulok mata
Pendampingan dan mekanisme
2.Menjelaskan dan mekanisme pelajaran
pendampingan.
strategi pendampingan bahasa
pendampingan. Implementasi Daerah.
3.Menjelaskan Kurikulum 2013
mekanisme Mulok Mata
pendampingan. pelajaran bahasa
Daerah.
20
WAKTU
KOMPETENSI PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
SUBMATERI KEGIATAN (JP)
NO PESERTA INDIKATOR
PELATIHAN PELATIHAN BENTUK DESKRIP
PELATIHAN ASPEK TEKNIK JENIS
INSTRUMEN SI
2. Tanya jawab
tentang sasaran,
strategi, dan
mekanisme
pendampingan
guru pada pasca
pelatihan.
21
MATERI PELATIHAN 1:
RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
22
MATERI PELATIHAN 1: RASIONALISASI PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
B. LINGKUP MATERI
1. Rasional Kurikulum 2013
2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
3. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
C. INDIKATOR
1. Menerima rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
2. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
3. Menjelaskan permasalahan Kurikulum 2006 (KTSP).
4. Mengidentifikasi kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal.
5. Menjelaskan alasan pengembangan kurikulum.
6. Menerima empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
7. Menjelaskan empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
8. Menjelaskan empat elemen perubahan kurikulum dalam hubungannya dengan
kompetensi yang dibutuhkan pada masa depan.
9. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013 dengan
bahasa yang runtut dan komunikatif.
10.Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013.
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Rasional Kurikulum 2013
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
c. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
2. Hand-Out
a. Rasional Kurikulum 2013
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
23
c. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
3. ATK
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
24
1.3 Strategi Implementasi Kurikulum 2013 20 Menit
Pemaparan
Rasional
Kurikulum
Tanya jawab
dengan
menggunakan
PPT
10 Menit 10 Menit
Pemaparan Materi
26
Pendekatan dalam Penyusunan SKL
pada KBK 2004 dan KTSP 2006
Standar Isi
27
Reformasi Pendidikan Mengacu pada 8 Standar
KURIKULUM 2013
STANDAR (PROSES)
PENILAIAN STANDAR
STANDAR ISI KOMPETENSI
STANDAR PROSES LULUSAN
(PEMBELAJARAN)
PESERTA DIDIK
STANDAR SARANA-PRASARANA
Rehab Gedung Sekolah, RKB, Penyediaan Lab dan Perpustakaan,
Penyediaan Buku
STANDAR PEMBIAYAAN
BOS, Bantuan Siswa Miskin, BOPTN/Bidik Misi (di PT)
STANDAR PENGELOLAAN
Manajemen Berbasis Sekolah
5
Modal
Kompeten
Pembangunan
Kurikulum
SDM
Transformasi
PTK
Usia Produktif
melalui Sarpras
(2020-2035)
Pendidikan Pendanaan
Melimpah
Pengelolaan
Tidak Beban
Kompeten Pembangunan
28
29
30
31
Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan dan
Pengetahuan untuk Membangun
Soft Skills dan Hard Skills1
PT
SMA/SMK
SMP
SD
32
HO-1
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang
memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah
lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilansecara terpadu.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
33
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar
Kurikulum 2013
Sedang Dikerjakan
Gambar 1
Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban
pembangunan. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban (Gambar 2).
Gambar 2
34
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan
masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
Gambar 3
35
n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan
baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan
KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari
kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di
Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.
Pendekatan dalam Penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006
Standar Isi
Gambar 4
Tabel 1
36
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan.
Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan
kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan
kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas
penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis
penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka kerja penyusunan
kurikulum dapat dilihat pada Gambar 5.
K e ra n g k a K e r ja P e n y u s u n a n K B K 2 0 0 4 K e ra n g k a K e rja P e n y u s u n a n K T S P 2 0 0 6
T U J U A N P E N D ID IK A N N A S IO N A L T U J U A N P E N D ID IK A N N A S IO N A L
K E R A N G K A D A SA R K U R I K U L U M K E R A N G K A D A SA R K U R I K U L U M
(F ilo so f is, Y u rid is , K o n se p tu a l) ( F ilo s o f is, Y u rid is, K o n se p t u a l)
ST R U K T U R K U R IK U L U M ST R U K T U R K U R I K U L U M
S T A N D A R IS I ( S K L M A P E L , S K M A P E L , K D M A P E L ) S T A N D A R IS I ( S K L M A P E L , S K M A P E L , K D M A P E L )
PED O M A N PEDO M A N
S IL A B U S S IL A B U S
R E N C A N A P E L A K SA N A A N BU KU TEKS R E N C A N A P E L A K SA N A A N BU KU TEKS
PE M B E LA JA R A N S ISW A PE M B E LA JA R A N S ISW A
P E M B E LA JA R A N & P E M B E LA JA R A N &
O le h S a tu a n P e n d id ik a n P E N IL A IA N P E N IL A IA N
O le h S a tu a n P e n d id ik a n
K e ra n g k a K e r ja P e n y u s u n a n K u r ik u lu m 2 0 1 3
K E S IA P A N P E S E R T A D ID IK T U J U A N P E N D ID IK A N N A S IO N A L KEBUTU H AN
S T A N D A R K O M P E T E N S I L U L U S A N ( S K L ) S A T U A N P E N D ID IK A N
K E R A N G K A D A SA R K U R IK U L U M
( F ilo so f is , Y u rid is, K o n s e p t u a l)
ST R U K T U R K U R IK U L U M
S IL A B U S
PAND U AN BU KU TEKS
GURU S ISW A
O le h S a t u a n P E M B E LA JA R A N & 1
P e n d id ik a n P E N IL A IA N ( K T S P )
Gambar 5
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu
pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP,
dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi. Di
samping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada
kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang
perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai oleh siswa.
Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit dijabarkan ke
pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit
diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.
Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk
memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah
37
penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan
pembelajaran yang terdiri atas buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena guru
merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting
untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan
dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan
implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran juga perlu diperkuat peran
pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.
Gambar 6
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik
kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih
dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara
misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional (Gambar 7).
38
Gambar 7
Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda dengan
pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan
2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai
level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi
dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan
yang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik di
Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.
(Gambar 8).
Gambar 8
Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD
juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP seperti
39
yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD
kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan
mampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga menunjukkan bahwa apa yang
diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan distandarkan pada tingkat
internasional (Gambar 9).
Gambar 9
Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
40
Tabel 2
Analisis lebih jauh untuk membandingkan kurikulum IPA SMP kelas VIII yang ada di Indonesia
dengan materi yang terdapat di TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yang
sebenarnya belum diajarkan di kelas VIII SMP (Tabel 2). Hal yang sama juga terdapat di
kurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga terdapat beberapa topik yang belum
diajarkan di kelas XIII. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali
tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi peserta didik kelas VIII
SMP menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam TIMSS (Tabel 3).
Tabel 3
41
Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD pada studi internasional di
mana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidak
terdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang
lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak
esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional. Di samping itu, perlu dievaluasi ulang tingkat kedalaman materi
sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasar yang
sesuai dengan materi yang dibutuhkan.
42
II. TUJUAN KURIKULUM
Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025
yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud di sini
adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah
sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah
keterampilan.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan
Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat
membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga
dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
43
III. KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013
Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum,
implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kerangka Dasar juga digunakan sebagai
pedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat nasional, daerah, dan KTSP.
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum
2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).
Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik
Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
2. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan
datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi
kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan
filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau
memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal
yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu
yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga
negara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut, kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan
individu peserta didik sebagai warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas
untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang
lebih baik lagi.
44
3. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%,
6,3%, 2008: 6,4% (www.presidenri.go.id/index.php/indikator). Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara –
negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR,
31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.
Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif,ulet, jujur, dan mandiri, sangat
diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi
seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, tetapi karena hasil gemblengan
pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan
beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia
Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi
sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan
kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,
misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, tetapi beberapa ahli pendidikan dan tokoh
masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum
yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang
dapat menjawab kebutuhan ini.
Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan
dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secara
kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajar
ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.
Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga)
kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan pembentukan karakter.
Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara
negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya
potensi rawan pangan pada berbagai belahan dunia, dan pemanasan global merupakan
45
tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang.
Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi
muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan
pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus
ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment),studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia
baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada
rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan
(4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam
membangun negaranya pada abad 21.
4. Landasan Teoritik
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-
based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan
kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di
atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL
SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas
dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD
yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada
ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan
satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD
untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran
dan kelas tersebut.
PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran
ekstrakurikuler.
47
teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental dilaksanakan
berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya dan saling
memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang
terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan
mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis
(menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-
kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi
yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta
didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan
hasil analisis jawaban peserta didik.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya
segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi
pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang
sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan
ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan
ekstrakurikuler wajib. Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai
unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran
hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis
kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran.
48
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap
peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada
pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan
seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10.Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11.Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap
peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan
proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
49
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
IMPLEMENTASI
1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip berikut ini.
a. Sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum satuan
pendidikan, bukan daftar mata pelajaran.
b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik (community of educators),
mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan langsung dipimpin kepala sekolah.
d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.
2. Manajemen Implementasi
a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah
propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Pemerintah bertangung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk
melaksanakan kurikulum.
c. Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara
nasional.
d. Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional
kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.
50
pembelajaran 2015-2016, seluruh guru, kepala sekolah dan pengawas di seluruh Indonesia
sudah mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum.
c. Pengembangan buku babon, dari tahun 2013 – 2016. Sejalan dengan strategi implementasi,
penulisan dan percetakan serta distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada awal
tahun terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada prinsipnya ketika
implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun 2015-2016 seluruh buku babon sudah
teredia di setiap sekolah.
Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk guru. Isi buku babon guru
adalah sama dengan buku babon peserta didik dengan tambahan strategi pembelajaran
dan penilaian hasil belajar. Sedangkan pedoman pembelajaran dan penilaian hasil belajara
secara rinci tercantum dalam buku pedoman pembelajaran dan penilaian.
EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide (deliberation process),
pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum.
Evaluasi dalam deliberation process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yang
dijadikan organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran.
51
Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum (implementasi kurikulum) diselenggarakan dengan
tujuan untuk mengidentifikai masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan
guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan
dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
Hasil evaluasi dilakukan sebagai bahan untuk memperbaiki kelemahan kurikulum agar lebih
efektif lagi di masa yang akan datang.
52
SUBMATERI PELATIHAN : 1.2 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM
Pemaparan
oleh
Instruktur
Tanya Jawab
dengan
menggunakan
PPT-1.2
10 Menit 5 Menit
Pemaparan
Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab terkait dengan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup hal-
hal berikut.
53
54
55
56
57
58
SUBMATERI PELATIHAN: 1.4
STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Refleksi dan
umpan balik
Pemaparan Merangkum
untuk
oleh Diskusi Kelas Hasil Diskusi
seluruh
Instruktur Kelas
materi
pelatihan
5 Menit 10 Menit 5 Menit 5 Menit
Pemaparan
Paparan oleh fasilitator tentang Strategi Implementasi Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-
1.4
Diskusi Kelas
Mendiskusikan elemen penting dalam strategi implementasi kurikulum 2013, meliputi berikut ini.
59
Membuat Rangkuman
Instruktur merangkum semua materi pelatihan Konsep Kurikulum yang telah disampaikan selama 4
JP sebagai kegiatan penutup.
60
61
62
63
MATERI PELATIHAN 2: KURIKULUM MUATAN LOKAL
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
2.1 RASIONAL
64
MATERI PELATIHAN 2: KURIKULUM MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA
DAERAH
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang: Kurikulum Muatan Lokal mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
2. Hand-Out: Kurikulum Muatan Lokal mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
3. ATK
65
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN: 2. KURIKULUM MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA
DAERAH
ALOKASI WAKTU: 2 JP (@45 MENIT)
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
66
relevan.
67
SUBMATERI PELATIHAN: 2.1
Rasionalisasi
Struktur
Pengembanga
Kurikulum
n Kurikulum
Muatan Lokal
Muatan Lokal
Bahasa dan
Bahasa dan
Sastra daerah
Sastra Daerah
30 Menit 30 Menit
Paparan Materi
Peserta mengamati dan menyimak tayangan paparan tentang Kurikulum Muatan Lokal Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah.
Tanya Jawab
Peserta menyimak dan melakukan tanya jawab tentang paparan rasional Kurikulum 2013 dalam
kaitannya dengan perkembangan kurikulum di Indonesia.
Peserta menyimak dan melakukan tanya jawab tentang struktur kurikulum muatan lokal.
Membuat kesimpulan
68
Lampiran 1 HO-2
A. Rasional
Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum
Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat
Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional.Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan
diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah
masing-masing.Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap
jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda.
Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa
Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun
2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah,
diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No.
22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./
SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan
Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya
menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi
dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah
merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per
minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, dan Bahasa Melayu Betawi berkedudukan sebagai bahasa
daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Jawa Barat. Bahasa Daerah juga menjadi
bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran bahasa Daerah
diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu khasanah dalam
kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan bagi pendidikan
karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa daerah harus diperkenalkan di Taman Kanak-
kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
69
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk
kepentingan itu, perlu disusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan
pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya dan
budaya daerah, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Jawa
Barat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Daerah dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan hasil karya sastra daerah.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang memiliki kesamaan dengan
kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra daerah.Kompetensi Inti ini menjadi dasar bagi peserta didik untuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan nasional. Secara substansial terdapat empat
Kompetensi Inti yang sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap
keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghasilkan manusia
yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2) sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk
menghasilkan manusia yang jembar budayana (emotionalquotient), (3) menguasai pengetahuan,
teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia yang luhung elmuna
(intellectualquotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan
manusia yang rancage gawena (actional quotient).
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
ini, selaras dengan alasan pengembangan kurikulum 2013, diharapkan peserta didik memiliki
1. Kemampuan berkomunikasi;
2. Kemampuan berpikir jernih dan kritis;
3. Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
4. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
5. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda;
6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7. Minat yang luas dalam kehidupan;
8. Kesiapan untuk bekerja;
9. Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
70
memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada.Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah
daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
• Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra
daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
• Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi
lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membina bahasa
daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah daerah dalam
menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa
daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal
untuk pendidikan bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Daerah termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya
dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh
karena itu, Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan
dalam buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No. 423/2372/Set-
disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). Kedudukan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam
Struktur Kurikulum adalah sebagai berikut.
Kedudukan muatan lokal dalam struktur kurikulum satuan pendidikan SD/MI , SMP/MTs,
SMA/SMK/MA/MAk tampak pada tabel berikut.
I II III IV V VI
Kelompok A
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
Kelompok B
VI VIII IX
Kelompok A
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
8. Seni Budaya 3 3 3
dan Kesehatan
10. Prakarya 2 2 2
72
Tabel 3: Struktur Kurikulum Daerah Pendidikan Menengah
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
dan Kesehatan
Kelompok C (Peminataan)
73
Tabel 4: Struktur Kurikulum Daerah SMA/MA
KELAS
C. Kelompok Peminatan
1. Matematika 3 4 4
2. Biologi 3 4 4
3. Fisika 3 4 4
4. Kimia 3 4 4
1. Geografi 3 4 4
2. Sejarah 3 4 4
4. Ekonomi 3 4 4
Lainnya
5. Antropologi 3 4 4
74
Tabel 5: Struktur Kurikulum Daerah SMK/MAK
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
MATA PELAJARAN
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
Kelompok C (Peminatan)
AHMAD HERYAWAN
75
MATERI PELATIHAN 3: KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SERTA PENERAPANNYA DALAM
MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
76
MATERI PELATIHAN 3: KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
SERTA PENERAPANNYA DALAM MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
E. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
F. LINGKUP MATERI
1. Pendekatan Scientific
2. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Bahasa Daerah
3. Model Pembelajaran Projeck Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery
Learning.
3. Penerapan Model Pembelajaran Projeck Based Learning, Problem Based Learning, dan
Discovery Learning dalam Pembelajaran Bahasa Daerah.
G. INDIKATOR
1. Menerima konsep pendekatan scientific.
2. Menjelaskan konsep pendekatan scientific.
3. Menerapkan konsep pendekatan scientific dalam pembelajaran bahasa Daerah.
4. Mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran Projeck Based Learning
5. Mengidentifikasi model pembelajaran Problem Based learning.
6. Mengidentifikasi model pembelajaran Discovery learning
7. Menerapkan model-model pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Daerah.
H. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Pendekatan Scientific
b. Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran bahasa Daerah
c. Model Pembelajaran Project Based Learning
d. Model Pembelajaran Problem Based Learning
e. Model Pembelajaran Discovery Learning
f. Contoh Penerapan Model-model Pembelajaran pada Pembelajaran bahasa Daerah
2. Hand-Out
a. Pendekatan Scientific
77
b. Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran bahasa Daerah
c. Model Pembelajaran Project Based Learning
d. Model Pembelajaran Problem Based Learning
e. Model Pembelajaran Discovery Learning
f. Contoh Penerapan Model-model Pembelajaran pada Pembelajaran bahasa Daera
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
78
Menit
79
SUBMATERI PELATIHAN 3.1: PENDEKATAN SCIENTIFIC
Paparan
Materi dan
Paparan
Diskusi
materi dan
Kelompok
Diskusi
Contoh
Kelompok
Pendekatan
Pendekatan
Scientific dan
Scientific
Penerapan-
nya serta
presentasi
50 Menit 70 Menit
Diskusi Kelompok
Paparan Materi
Fasilitator menyampaikan Konsep Pendekatan Scientific dengan menggunakan PPT dan Contoh
Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran bahasa Daerah dengan menggunakan PPT
yang disisipkan dalam kegiatan diskusi.
80
PPT-2.1
81
82
83
84
85
HO.2.1-1
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
86
1. Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau
materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputiintuisi,
akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
3. Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan
individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas
dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian
terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya.
Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa
disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
4. Akal sehat.
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena
memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar.
Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat
dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Prasangka.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat
(comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan
sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan
pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas.
Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau
pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik.
Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh
kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
6. Penemuan coba-coba.
87
Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna.
Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba
selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu
saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.Karena
itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan
atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban.
7. Berpikir kritis.
Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga
jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang
bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak
orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan
hasil esperimen yang valid dan reliabel karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran
yang logis semata.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik(soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills)dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
88
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah
pembelajaran disajikan berikut ini.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam
rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran
yang digunakan oleh guru.
a. Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran,
peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di
sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang
diamati.
b. Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa, pada observasi
terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun
89
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi
biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau
situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat
nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
c. Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik
melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi
semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi.
Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas,
atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan
pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau
komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek
setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan
diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur,
seperti dijelaskan berikut ini.
a. Observasi Berstruktur
Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau
situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis
di bawah bimbingan guru.
b. Observasitidak Berstruktur
Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan
secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam
kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara
spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi
diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti (1) tape recorder, untuk
merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau
video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan
keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa
daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang
berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan
luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Alat mekanikalberupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-
peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini.
90
a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan
pembelajaran.
b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang
diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin
sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik
sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
c. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya,
serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
1. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!
a. Fungsi bertanya
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau
topik pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama
lain.
91
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor
apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan
terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan
pertanyaan pertama.
2) Menginspirasi Jawaban
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada
bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan
beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak
sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat
beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang
diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
3) Memiliki Fokus
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk
pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu
jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan,
kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan
keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang
keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas
dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?
Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.
92
o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan
baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu
utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia?
Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan,
ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
c. Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang
baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan
tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang
lebih tinggi disajikan berikut ini.
93
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
94
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
2. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut
dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada
guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu,
istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi
langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan
respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian
dikenal dengan teori asosiasi.
Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga
dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih
khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan
secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.
1) Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon
(R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang
terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, perilaku peserta didik akan
mengalami penguatan.
Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, perilaku peserta didik akan
melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar
dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak
95
menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan
meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau
menghilangkan perilakunya.
2) Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari dua jenis, yang setelah
tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwa latihan saja tidak
dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R
akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu
hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-
ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan
(reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting
adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.
3) Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu
itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan
belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam
keadaan siap dan belajar dilakukan, mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika peserta didik
dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, mereka akan merasa tidak puas
bahkan mengalami frustrasi.
4) Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant
Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat
belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S dengan
R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah berikut ini.
1) Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan
pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanya
menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura.
Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan peserta
didik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empat
konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.
96
2) Pertama, pemodelan (modelling), peserta didik belajar dengan cara meniru perilaku orang
lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalaman vicarious yaitu
belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.
3) Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional),
mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention),
menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi
(motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.
4) Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang lain
diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.
5) Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), peserta didik mengamati, mempertimbangkan,
memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada
peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini
peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru
dan temannya di kelas.
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru
adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan
sendiri maupun dengan cara simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana
(persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan
pembelajaran perbaikan.
b. Cara Menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara
induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual
atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
97
Contoh:
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-
pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola
penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-
bagiannya yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada
penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik
dari satu premis,sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh :
Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperas.
Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar
peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan
analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Atas
dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif
merupakan suatu ‘metode menalar’yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang
dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau
gejala khusus yang diperbandingkan.
Contoh:
Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains Tingkat
Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga, Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi
pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.
98
Analogi deklaratif merupakan suatu‘metode menalar’untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi
dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui secara nyata
dan dipercayai.
Contoh:
Kegiatan ke peserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepala sekolah,
guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti
halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
5.Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta
didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu
dengan Satu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau
beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran
induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri atas tiga jenis.
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang menjadi sebab
dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit yang bisa
membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang menjadi akibat
dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan Nakoba
di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkan oleh pengabaian
orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga mengalami dekandensi
moral secara massal.
99
Contoh:
6.Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran
IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan; (3)mempelajari dasar teoretis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan
eksperimen yanga akan dilaksanakan murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan, (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid
dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen dilakukan melalui tiga tahap, yaitu,
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen dimaksud dijelaskan berikut
ini.
a.Persiapan
1) Menentapkan tujuan eksperimen
2) Mempersiapkan alat atau bahan
3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat atau bahan
yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau
bergiliran
4) Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindari risiko yang mungkin timbul
100
5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang
harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.
b.Pelaksanaan
1) Selama proses eksperimen, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini
guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi
oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.
2) Selama proses eksperimen, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan,
termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat
kegiatan pembelajaran.
c.Tindak lanjut
1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang
digunakan.
102
Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok
dengan satu atau lebih katagori.
Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu
dengan katagori yang sama.
Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada
rekanhya.
Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan
kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
103
memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga
telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.
LT = Learning Together
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam
kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan
pada hasil kerja kelompok.
TGT = Teams-Games-Tournament
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan
berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.
Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.
GI = Group Investigation
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta
perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan
dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan
penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
AC = Academic-Constructive Controversy
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi
konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama
anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini
mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis,
pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan
pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini menekankan
pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta didik
saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di
dalam kelompoknya.
a. Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena
memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan
informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang
murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan
terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke
seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat
mungkin
104
Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An Examination of the Ability of Third Grade Children from the Science Curriculum
Improvement Study to Identify Experimental Variables and to Recognize Change. Science
Education, 57, 123-151.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The Development and Validation of the Test of Basic
Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the National Association for Research in
Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975). Teaching Hypothesis Formation. Science Education, 59, 289-296.
Science Education, 62, 215-221.
Thiel, R., & George, D. K. (1976). Some Factors Affecting the use of the Science Process Skill of
Prediction by Elementary School Children. Journal of Research in Science Teaching, 13, 155-166.
Tomera, A. (1974). Transfer and Retention of Transfer of the Science Processes of Observation and
Comparison in Junior High School Students.Science Education, 58, 195-203.
105
Pendekatan scientific dalam pembelajaran secara lebih rinci dijelaskan dalam Lampiran V
Permendikbud 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran
(halaman 34-37). Untuk lebih jelasnya di bawah ini dicantumkan lampiran tersebut.
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81 A TAHUN 2013
TENTANG
IMPLEMENTASI KURIKULUM
PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN
Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi
yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pembelajar
mandiri sepanjang hayat dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk
mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus
terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama,
solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk
watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Untuk mencapai kualitas yang dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu
menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas
peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,
efisien, dan bermakna.
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu,
pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengkontruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, peserta didik harus didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana belajar yang
memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri,
106
menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak tangga yang
membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan
guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari
“diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta
didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju
kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan
dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta
didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Secara umum jenjang
pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika
seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang keempat dimulai
sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar.
Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja
terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin
pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin
tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta
didik.
Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik
untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang
dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih.
Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri
dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan
penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari.
Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan
kemampuan lain.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran
langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung
tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukan
dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan langsung atau yang disebut instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran
langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan
dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang
dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap
107
sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan
dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama
belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses
pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan
tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang
dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran
tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1
dan KI-2.
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut ini.
108
4. Mengasosiakan/ a. Mengolah informasi yang Mengembangkan sikap jujur,
Mengolah Informasi sudah dikumpulkan baik teliti, disiplin, taat aturan, kerja
terbatas dari hasil kegiatan keras, kemampuan menerapkan
mengumpulkan/eksperimen prosedur dan kemampuan
mau pun hasil dari kegiatan berpikir induktif serta deduktif
mengamati dan kegiatan dalam menyimpulkan .
mengumpulkan informasi.
b. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang
bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan
5. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan sikap jujur,
pengamatan, kesimpulan teliti, toleransi, kemampuan
berdasarkan hasil analisis secara berpikir sistematis,
lisan, tertulis, atau media lainnya. mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
109
CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas
fakta dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, siswa dapat:
1) menafsirkan para pembicara dalam percakapan;
2) menyebutkan bagian-bagian isi percakapan;
3) menafsirkan kalimat-kalimat kunci dalam percakapan;
4) menafsirkan maksud isi percakapan;
5) menyimpulkan topik pembicaraan;
6) mengidentifikasi kaidah-kaidah teks percakapan;
7) menyusun teks percakapan tentang kegiatan sehari-hari;
8) memperagakan percakapan tentang kegiatan sehari-hari; dan
9) mengembangkan sikap menghargai dalam berinteraksi secara efektif.
110
C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2 JP X 40 menit)
1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek
kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa dengan mendoakan agar pembelajaran yang akan dilakukan
berlangsung baik dan bermanfaat.
Untuk menggali konsepsi awal siswa, guru melakukan apersepsi dengan
memperlihatkan video rekaman percakapan, kemudian mengajukan pertanyaan:
1) Dina rekaman, kagiatan naon nu keur dilakukeun téh?
2) Hal ngeunaan naon nu dipadungdengkeun dina rekaman
paguneman téh?
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang.
111
SUBMATERI PELATIHAN 3.2: MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Diskusi
Menyimak Kelompok Kerja
paparan (Focus Group Kelompok
Discussion)
Menyimak paparan tiga jenis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem Based
Learning, dan Discovery Learning).
Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model
pembelajaran.
112
PPT-2.2.1
113
114
115
116
HO-2.2-1
2013
117
A. KONSEP/ DEFINISI
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,
dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan
Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai
institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri
harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan
untuk bekerja pada bidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi”
peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di
dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah
pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini.
1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan;
4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
118
7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyeksebaiknya sebagai fasilitator,
pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya
imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantara lain
berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyekmemerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk
memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang
peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang
kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan
lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan
lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep
dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle
(presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat
dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.
119
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus
dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang
mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam
proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan
seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi
berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri
berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak
bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih
banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran
lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari,
bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
120
1
T
2
C
K
Y
3
W
D
J
O
4
R
M
5
S
H
I
U
L
V
6
G
E
P
N
A
LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
4
56
2
13
EVALUASI
MENYUSUN
PENENTUAN
MONITO
MENGUJ
MENYUSUN
PERTANYAAN
PERECANAAN
PENGALAM
JADWAL
Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
MENDASAR
I RING
HASIL
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
PROYEK
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
AN
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta
peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress
of the Project)
121
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta
didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi
aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai
berikut.
1. Peran Guru
a. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
b. Membuat strategi pembelajaran.
c. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
d. Mencari keunikan siswa.
e. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
f. Membuat portofolio pekerjaan siswa.
2. Peran Peserta Didik
a. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
b. Melakukan riset sederhana.
c. Mempelajari ide dan konsep baru.
d. Belajar mengatur waktu dengan baik.
e. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
f. Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
g. Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
C. SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara
menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
122
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan
tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.
123
Contoh Teknik Penilaian Proyek
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai dengan
akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung,
lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian
yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
124
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Daftar Pustaka
Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool programs.
National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers.
125
Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of research on
inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-
teaching-for-meaningful-learning.pdf.
Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf (18 Oktober
2011).
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)
126
Definisi/Konsep
Definisi/Konsep
lanjutan......
Kelebihan PBL
lanjutan............
129
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
lanjutan........
5. Penilaian (Assessment)
Contoh Penerapan
Contoh Penerapan
lanjutan..........
Sistem Penilaian
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
hasil kerja
Terima Kasih
18
HO-2.2-2
132
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
2013
133
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,
dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta
memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan
yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
A. Konsep/Definisi
Definisi
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
134
3) Permasalahan sebagai contoh.
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan berikut ini.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
135
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di
bawah bimbingan guru.
a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi
sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri
dan panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi
yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap
profesional.
d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta
didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi
proses pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan
umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan
pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu
peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu
pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan para peserta didik.
i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana
konsep diterapkan.
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,
terutama dalam hal sebagai berikut :
136
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan
dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dan
diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukung pembelajaran
PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari sisi materi
menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan menunjukkan skor 3,04
(dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya
adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13 (baik), pengorganisasian
sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63 (cukup baik).
Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa kualitas media dilihat
dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan dan daya
tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian
materi penunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan demikian media berbantuan
komputer dalam matadiklat measuring layak untuk diterapkan.
Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan baik dari segi
teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola implementasi pembelajaran
menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai
media pendukung praktek, dan (c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.
2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar
Peserta didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di
SDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University
137
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB pada
pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik. Tujuan
penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar peserta didik
kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao Pagang. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara partisipan.
Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumen penelitian yang
digunakan lembar observasi partisipasi peserta didik, lembar observasi aktivitas guru, tes
hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi dalam
menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II. Partisipasi
peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I menjadi 65% di siklus II,
dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari 27,5% di siklus I menjadi
67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25% menjadi 72,75%
di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan 70%. Hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dapat
ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di SDN 20 Kurao Pagang.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang
138
mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang
belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok.
Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis
sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi
pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum
disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya.
Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja
yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang
diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti
langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan dan
melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar
informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta
didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok
lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk
mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno
(kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir,
dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka
dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5. Penilaian (Assessment)
139
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
D. Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta
untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan
peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda
dari mereka.
140
FASE-FASE PERILAKU GURU
1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,
tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang
akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide
mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
141
Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik
yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian
terhadap permasalahan tersebut.
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan
teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter
yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan
memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang
sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri.
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah
selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator
pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik
lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.
142
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama
proses kegiatan belajarnya.
E. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam
kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan
cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-
usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard)
oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian
terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun
oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini.
143
Dari informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan belajar
yang dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan portofolio
dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Penilaian
kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self assesment) dan peer
assesment.
Self assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh
peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment adalah penilian dimana peserta didik
berdiskusi untuk memberikan penilaian upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang
diselesaikan sendiri maupun teman dalam kelompoknya.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian
ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio. Penilaian
proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan
pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan
keterampilannya.
Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan
dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis
sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka di samping
pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan
kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan kerangka
berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar
(learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan
pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki
lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik dan evaluator
menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk
144
bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil
pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar
menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang
beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk
penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah
oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja
bersama pihak lain).
Daftar Pustaka
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature on
Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical Education.
New York: Springer Publishing
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008).
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning,
Teaching, and Technology [Online]. Tersedia:
http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005].
Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press
Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan
Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in
Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : http://www.rapidintellect.com/AE
Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn &
Bacon
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS
dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
145
PPT-2.2.3
146
147
148
149
150
151
HO-2.2-3
2013
152
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
A. Definisi/ Konsep
1. Definisi
Metode Discovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:
“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not
presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him
self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget
yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41).
Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Sebagai strategi belajar,Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,
pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery
masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru,
sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan
tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau
bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi
siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui
dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan
metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah
modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.
2. Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan pembentukan
kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi.
Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa
Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem
coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian
153
dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara objek-objek dan
kejadian-kejadian (events).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa
dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu,
meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3)
Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah
(Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua
kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-
contoh (objek-objek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar
kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian
yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam
proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam
berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap
enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang
telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang
dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori
perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu
melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk
menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian
pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia
menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih,
85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar
mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
154
scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak
disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan
memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang
dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode Discovery
Learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar
yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner
adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan
tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang
bermanfaat bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa
sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih
berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru
menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada
pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan
pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.
155
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang
baru.
manusia seutuhnya.
2. KelemahanPenerapanDiscovery Learning
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan
hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untukberpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
156
belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner
memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik
dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk
mengeksplorasi dapat tercapai.
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan
menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan
yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar
mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
157
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah,
2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa
158
harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.
D. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya
berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-
contoh format penilaian seperti tersebut di bawah ini.
1. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon
dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi
tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu
berikut ini.
1. Soal dengan memilih jawaban.
a. pilihan ganda
b. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c. menjodohkan
2. Soal dengan mensuplai-jawaban.
a. isian atau melengkapi
b. jawaban singkat
c. soal uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan
menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu
kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai
kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu
peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih
jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka
peserta didik akan menerka.
Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran
tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan
pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta
didik yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah
dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai
159
berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
b. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda
2. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek yang ingin dinilai
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik
dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai
hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas sebagai berikut:
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
160
3. Penilaian Sikap
ContohFormat Penilaian Sikap
Skor Nilai
No Nama Siswa Komitmen Kerja Mina Jumlah
Ketelitian
Tugas Sama t Skor
1
2
3
4
5
..
1. Baik Sekali 4 10 – 12 A
2. Baik 3 7– 9 B
3. Cukup 2 4–6 C
4. Kurang 1 ≤ 3 D
A: Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik, uraian yang dijabarkan rinci dan
diperoleh dengan menggunakan seluruh indra disertai dengan gambar-gambar atau
diagram.
B: Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian yang dijabarkan kurang rinci dan
diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar-gambar atau
diagram.
C: Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang dijabarkan tidak rinci
dan diperoleh dengan menggunakan sebagian kecil indra dengan gambar-gambar atau
diagram.
161
D: Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang baik, uraian yang dijabarkan kurang
sesuai dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar-
gambar atau diagram.
Daftar Pustaka
Holiwarni, B., dkk., 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata Pelajaran Sains
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 016 Pekanbaru Kota (Laporan Penelitian).
Pekanbaru: Lemlit UNRI
http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discovery-learning.html (diunduh
23 Mei 2013).
http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-discovery-learning-menurut-para-ahli-
pdf-d368189396 (diunduh 23 Mei 2013).
http://prismabekasi.blogspot.com/2012/10/definisi-belajar-menurut-para-ahli.html (diunduh 23
Mei 2013)
Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN
1978-502X.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
162
MATERI PELATIHAN 4: Model Rancangan Pembelajaran
Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Daerah
163
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. memahami keterkaitan antara SKL, KI, dan KD pada Kurikulum 2013 Muatan Lokal bahasa
dan Sastra Daerah
2. memahami secara utuh silabus Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
3. terampil menyusun RPP yang Menerapkan Pendekatan Scientific dan Penilaian Autentik
3. LINGKUP MATERI
1. SKL, KI, KD
2. Silabus Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
3. RPP Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
4. INDIKATOR
1. Menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KD dalam bentuk kerja sama dengan yang lain.
2. Menganalisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis Silabus Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
4. Menyusun RPP Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah yang Menerapkan Pendekatan
Scientific dan Penilaian Autentik.
5. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD)
b. Silabus Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
c. RPP Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
2.Lembar Kerja Analisis SKL, KI, dan KD
3. Hand-Out
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD)
b. Silabus Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
c. RPP Muatan Lokal bahasa dan Sastra Daerah
4. ATK
Paparan materi analisis SKL, KI, KD beserta contoh analisis keterkaitan 20 Menit
SKL, KI, dan KD oleh fasilitator.
Bekerja dalam kelompok untuk menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan 40 Menit
KD melalui diskusi kelompok pada format yang sudah disediakan (Tiap
kelompok menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KD yang akan
dijadikan dasar dalam membuat RPP)
Diskusi kelas untuk menganalisis Silabus Bahasa dan Sastra Daerah. 60 menit
Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar 120
Proses; dan pendekatan scientific secara berkelompok Menit
165
Mendiskusikan format telaah RPP selanjutnya menelaahRPP yang 20 Menit
disusun kelompok lain sesuai format telaah RPP dan diakhir
dengan merevisi RPP berdasarkan hasil telaah.
Presentasi hasil diskusi kelompok. 40 Menit
166
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi
Paparan
Kelompok
analisis SKL,
untuk
KI, KD
menganalisis
SKL, KI, KD
20 Menit 55 Menit
Diskusi Kelompok
Paparan Materi
167
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 54 TAHUN 2013
TENTANG
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat(3) mengamanatkan
bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan
lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
B. Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
C. Tujuan
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar
proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
168
D. Ruang Lingkup
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
SD/MI/SDLB/Paket A
SMP/MTs/SMPLB/Paket B
169
lain sejenis.
IV. KOMPETENSI LULUSAN SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C
Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagai berikut.
SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C
170
Lampiran 2:
1. Pengertian
Kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah program
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa
dan sastra Sunda.
2. Fungsi
Kompetensi intidan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam
menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan
pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu
berkonsekuensi pada fungsi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan
sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
(4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5)
sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah
(Sunda).
3. Tujuan
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang
secara umum agar murid mencapai tujuan-tujuan berikut.
171
7) Murid menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Sunda.
172
Tabel 7: DAFTAR TEMA DAN ALOKASI WAKTUNYA KELAS IV-VI
173
5. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Kelas I
1.1 Menerima dan 1.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan
menjalankan ajaran agama bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan unsur budaya
yang dianutnya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya
melalui teks deskripsi, narasi, PAGUNEMAN, dan pupuh.
1.2 Memiliki perilaku jujur, 1.2.1 Memiliki perilaku disiplin dan tanggung jawab dalam
disiplin, tanggung jawab, merawat diri sendiri melalui teks deskripsi (tema 1 )
santun, peduli, dan percaya 1.2.2 Memiliki perilaku santun, peduli, dan tanggung jawab
diri dalam berinteraksi dalam menyalurkan kegemaranku melalui teks narasi
dengan keluarga, teman, (tema 2)
dan guru 1.2.3 Memiliki perilaku tanggung jawab, peduli,dan santun
dalam melakukan kegiatanku sehari-hari (tema 3)
1.2.4 Memiliki perilaku peduli dan rasa kasih sayang kepada
keluarga melalui teks deskripsi (tema 4)
1.2.5 Memiliki perilaku santun dan rasa percaya diri dalam
menyampaikan pengalamanku melalui teks narasi (tema
5)
1.2.6 Memiliki perilaku disiplin dalam hal merawat lingkungan
bersih, sehat, dan asri melalui teks narasi atau deskripsi
(tema 6)
1.2.7 Memiliki perilaku peduli dan rasa kasih sayang terhadap
benda, binatang, dan tanaman di sekitarku melalui pupuh
(tema 7)
1.2.8 Memiliki perilaku peduli dan rasa ingin tahu tentang
peristiwa alam melalui teks deskripsi (tema 8)
1.3 Memahami pengetahuan 1.3.1 Mengenal teksdeskripsi tentang merawat diri sendiri
faktual dengan cara dalam bahasa Sunda secara lisan dan tulis. (tema 1)
mengamati [mendengar, 1.3.2 Mengenal teks narasi yang berisi tentang kegemaranku
melihat, membaca] dan dalam bahasa Sunda secara lisan dan tulis (Tema 2)
menanya berdasarkan 1.3.3 Mengenal teksPAGUNEMAN pendek tentang kegiatanku
rasa ingin tahu tentang sehari-hari dalam bahasa Sunda secara lisan dan tulis.
dirinya, makhluk ciptaan (Tema 3)
Tuhan dan kegiatannya, 1.3.4 Mengenal teksdeskripsi pendek tentang keluargaku dalam
dan benda-benda yang bahasa Sunda secara lisan dan tulis. (Tema 4)
dijumpainya di rumah, 1.3.5 Mengenal teks narasi pendek tentang pengalamanku
sekolah dalam bahasa Sunda secara lisan dan tulis. (Tema 5)
1.3.6 Mengenal teks narasi atau deskripsi tentang lingkungan
bersih, sehat, dan asri dalam bahasa Sunda secara lisan
dan tulis (Tema 6)
1.3.7 Mengenal teks pupuh yang berisi tentang benda,
binatang, dan tanaman dalam bahasa Sunda secara lisan
dan tulis. (Tema 7)
174
1.3.8 Mengenal teks deskripsipendek tentang peristiwa alam
dalam bahasa Sunda secara lisan dan tulis. (Tema 8)
1.4 Menyajikan pengetahuan 1.4.1 Menuliskan isi teks deskripsi tentang merawat diri sendiri.
faktual dalam bahasa yang (Tema 1)
jelas dan logis dan 1.4.2 Menceritakan isi teks narasi yang berisi tentang
sistematis, dalam karya kegemaranku (tema 2 )
yang estetis dalam gerakan 1.4.3 Menirukan teksPAGUNEMANpendek tentang kegiatan
yang mencerminkan anak sehari-hari. (Tema 3)
sehat, dan dalam tindakan 1.4.4 Menuliskan isi teksdeskripsi pendek tentang keluargaku.
yang mencerminkan (Tema 4)
perilaku anak beriman dan 1.4.5 Menceritakan isi teks narasi pendek tentang
berakhlak mulia pengalamanku. (Tema 5)
1.4.6 Menceritakan isi teks narasi atau deskripsi tentang
lingkungan bersih, sehat, dan asri (Tema 6)
1.4.7 Menirukan lantunan teks pupuh yang berisi tentang
benda, binatang, dan tanaman dalam bahasa Sunda.
(Tema 7)
1.4.8 Menuliskan isi teks deskripsi pendek tentang peristiwa
siang dan malam. (Tema 8)
Kelas II
2.1 Menerima dan menjalankan 2.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan
ajaran agama yang bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan unsur budaya
dianutnya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya
melalui teks pupuh, narasi, deskripsi, PAGUNEMAN, dan
kakawihan
2.2 Memiliki perilaku jujur, 2.2.1 Memiliki perilaku santun, disiplin, dan jujur dalam
disiplin, tanggung jawab, menjalin kerukunan hidup dalam kemajemukan melalui
santun, peduli, dan percaya teks pupuh (Tema 1)
diri dalam berinteraksi 2.2.2 Memiliki perilaku santun, jujur, rukun, dan toleransi dalam
dengan keluarga, teman, kegiatan bermain di lingkungan keluarga dan di lingkungan
dan guru sekitar melalui teks narasi. (Tema 2)
2.2.3 Memiliki perilaku disiplin, jujur, tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasku sehari-hari melalui teks narasi atau
deskripsi. (Tema 3)
2.2.4 Memiliki perilaku tanggung jawab dan disiplin sebagai
pelajar yang baik dalam merawat lingkungan sekolah
melaui teks deskripsi. (Tema 4)
2.2.5 Memiliki perilaku disiplin dan tanggung jawab dalam
menjaga hidup bersih dan sehat melaui teks PAGUNEMAN
(Tema 5).
2.2.6 Memiliki perilaku disiplin dan tanggung jawab dalam
memelihara lingkungan alam sekitar (air, bumi, dan
matahari) melaui teks deskripsi. (Tema 6)
175
2.2.7 Memiliki perilaku disiplin dan tanggung jawab dalam
memelihara hewan dan tumbuhan melaui teks deskripsi.
(Tema 7)
2.2.8 Memiliki perilaku tertib, tanggung jawab dan disiplin
dalam menjaga keselamatan di rumah dan perjalanan
melaui teks kakawihan. (Tema 8)
2.3 Memahami pengetahuan 2.3.1 Mengenal teks pupuh tentang kerukunan hidup dalam
faktual dengan cara kemajemukan. (Tema 1)
mengamati [mendengar, 2.3.2 Mengenal teks narasi tentang kegiatan bermain di
melihat, membaca] dan lingkungan keluarga dan di lingkungan sekitar (Tema 2)
menanya berdasarkan rasa 2.3.3 Mengenal teks narasi tentang tugasku sehari-hari (Tema
ingin tahu tentang dirinya, 3)
makhluk ciptaan Tuhan dan 2.3.4 Mengenal teks deskripsi tentang pentinngnya merawat
kegiatannya, dan benda- lingkungan sekolah. (Tema 4)
benda yang dijumpainya di 2.3.5 Mengenal teks PAGUNEMAN tentang menjaga hidup
rumah, sekolah bersih dan sehat. (Tema 5).
2.3.6 Mengenal teks deskripsi tentang lingkungan alam sekitar
(air, bumi, dan matahari). (Tema 6)
2.3.7 Mengenal teks deskripsi tentang cara pemeliharaan
hewan dan tumbuhan. (Tema 7)
2.3.8 Mengenal teks kakawihan atau pupuh tentang menjaga
keselamatan di rumah dan perjalanan. (Tema 8)
2.4 Menyajikan pengetahuan 2.4.1 Melantunkan teks pupuh tentang kerukunan hidup dalam
faktual dalam bahasa yang kemajemukan. (Tema 1)
jelas dan logis dan 2.4.2 Menceritakan isi teks narasi tentang kegiatan bermain di
sistematis, dalam karya yang lingkungan keluarga dan di lingkungan sekitar. (Tema 2)
estetis dalam gerakan yang 2.4.3 Menceritakan isi teks narasi tentang pelaksanaan tugasku
mencerminkan anak sehat, sehari-hari . (Tema 3)
dan dalam tindakan yang 2.4.4 Menuliskan isi teks deskripsi tentang pentingnya merawat
mencerminkan perilaku lingkungan sekolah. (Tema 4)
anak beriman dan berakhlak 2.4.5 Memperagakan teks PAGUNEMAN tentang menjaga hidup
mulia bersih dan sehat. (Tema 5)
2.4.6 Menuliskan isi teks deskripsi tentang lingkungan alam
sekitar (air, bumi, dan matahari). (Tema 6)
2.4.7 Menuliskan isi teks deskripsitentang caramerawat hewan
dan tumbuhan. (Tema 7)
2.4.8 Melantunkan teks kakawihan tentang menjaga
keselamatan di rumah dan perjalanan. (Tema 8)
Kelas III
3.1 Menerima dan 3.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan
menjalankan ajaran agama bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan unsur budaya
yang dianutnya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya
melaui teks deskripsi, narasi, eksposisi, paguneman, carita
pondok, dongeng, dan sajak.
176
3.2 Memiliki perilaku jujur, 3.2.1 Memiliki perilaku peduli dan tanggung jawab terhadap
disiplin, tanggung jawab, kondisi alam sekitar (hewan dan tumbuhan) melaui teks
santun, peduli, percaya diri deskripsi (Tema 1)
dalam berinteraksi dengan 3.2.2 Memiliki perilaku jujur dan santun menyampaikan
keluarga, teman, tetangga, pengalaman yang mengesankan melaui teks narasi.(Tema
dan guru 2)
3.2.3 Memiliki perilaku peduli dan rasa ingin tahu tentang cuaca
dan musim melaui teks deskripsi. (Tema 3)
3.2.4 Memiliki perilaku disiplin, jujur, tanggung jawab, dan
santun dalam kehidupan bergotong royong melaui teks
PAGUNEMAN.(Tema 4)
3.2.5 Memiliki perilaku sportif, disiplin, dan terpuji dalam
kegiatan bermain dan berolahraga melaui teks deskripsi.
(Tema 5)
3.2.6 Memiliki perilaku santun, peduli, dan jujur terhadap
indahnya persahabatan melaui teks carpon. (Tema 6)
3.2.7 Memiliki perilaku tanggung jawab dan peduli dalam
memanfaatkan energi untuk masa depan melalui teks
eksposisi. (Tema 7)
3.2.8 Memiliki perilaku terpuji dan santun dalam kehidupan
sehari-hari terhadap orang tua dan sesama manusia
melaui teks dongeng. (Tema 8)
3.2.9 Memiliki perilaku peduli, disiplin, dan tanggung jawab
dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui teks sajak.
(Tema 9)
3.3 Memahami pengetahuan 3.3.1 Mengamati teks deskripsi tentang keberadaan alam
faktual dengan cara sekitar (hewan dan tumbuhan). (Tema 1)
mengamati dan mencoba 3.3.2 Mengamati teks narasi tentang pengalaman yang
[mendengar, melihat, mengesankan.(Tema 2)
membaca] serta menanya 3.3.3 Mengamati teks deskripsi tentang cuaca dan musim.(Tema
berdasarkan rasa ingin tahu 3)
secara kritis tentang dirinya, 3.3.4 Mengamati teks PAGUNEMAN (paguneman) tentang
makhluk ciptaan Tuhan dan kehidupan bergotong-royong.(Tema 4)
kegiatannya, dan benda- 3.3.5 Mengamati teks deskripsi tentang kegitaan bermain dan
benda yang dijumpainya di berolahraga.(Tema 5)
rumah, sekolah, dan tempat 3.3.6 Mengamati teks carpon tentang indahnya persahabatan.
bermain (Tema 6)
3.3.7 Mengamati teks eksposisi tentang memanfaatkan energi
untuk masa depan.(Tema 7)
3.3.8 Mengamati teks dongeng tentang perilaku terpuji dan
santun terhadap orang tua dan sesama manusia.(Tema 8)
3.3.9 Mengamati teks sajak tentang menjaga kelestarian
lingkungan.(Tema 9)
3.4 Menyajikan pengetahuan 3.4.1 Menulis teks deskripsi tentang keberadaan alam sekitar
faktual dalam bahasa yang (hewan dan tumbuhan). (Tema 1)
jelas dan logis dan 3.4.2 Menceritakan teks narasi tentang pengalaman yang
sistematis, dalam karya yang mengesankan.(Tema 2)
estetis dalam gerakan yang 3.4.3 Menulis teks deskripsi tantang cuaca dan musim.(Tema 3)
177
mencerminkan anak sehat, 3.4.4 Memperagakan teks paguneman(paguneman) tentang
dan dalam tindakan yang kehidupan bergotong royong. (Tema 4)
mencerminkan perilaku 3.4.5 Menulis teks deskripsi tentang kegiatan bermain dan
anak beriman dan berakhlak berolahraga.(Tema 5)
mulia 3.4.6 Menceritakan isi teks carpon tentang indahnya
persahabatan. (Tema ) (Tema 6)
3.4.7 Menjelaskan isi teks eksposisi tentang pemanfaatkan
energi untuk masa depan.(Tema 7)
3.4.8 Menceritakan isi teks dongeng (parabel) tentang perilaku
terpuji dan santun terhadap orang tua dan sesama
manusia.(Tema 8)
3.4.9 Mengekspresikan teks sajak tentang menjaga kelestarian
lingkungan.(Tema 9)
Kelas IV
4.1 Menerima, menghargai, dan 4.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan
menjalankan ajaran agama bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan unsur budaya
yang dianutnya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya
melalui teks pupujian, striker/brosur, dongeng, deskripsi,
pupuh, kawih, narasi, dan eksposisi.
4.2 Memiliki perilaku jujur, 4.2.1 Memiliki perilaku disiplin, tanggung jawab, dan santun
disiplin, tanggung jawab, dalam menjalin komunikasi dan indahnya kebersamaan
santun, peduli, percaya diri menggunakan bahasa Sunda secara lisan dan tulis melalui
dalam berinteraksi dengan teks pupujian. (Tema 1)
keluarga, teman, tetangga, 4.2.2 Memiliki perilaku tanggung jawab dan disiplin dalam
dan guru menghemat energi melalui teks striker/brosur. (Tema 2)
4.2.3 Memiliki perilaku peduli dan kasih sayang terhadap
mahkluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) dalam
kehidupan sehari-hari melalui teks dongeng. (Tema 3)
4.2.4 Memiliki perilaku disiplin, jujur, dan bertanggung jawab
dalam melakukan berbagai pekerjaan melalui teks
deskripsi. (Tema 4)
4.2.5 Memiliki prilaku santun terhadap guru dan menghargai
jasa pahlawan melalui teks pupuh. (Tema 5)
4.2.6 Memiliki perilaku tanggung jawab serta rasa cinta tanah
air (Indahnya negeriku) melalui teks kawih. (Tema 6)
4.2.7 Memiliki perilaku disiplin, jujur, dan tanggung jawab
dalam menggapai cita-cita dengan kata-katanya sendiri
menjadi sebuah prosa tertulis melalui teks narasi. (Tema 7)
4.2.8 Memiliki perilaku disiplin, tanggung jawab, dan peduli
terhadap lingkungan daerah tempat tinggal melalui teks
deskripsi.(Tema 8)
4.2.9 Memiliki perilaku peduli dan disiplin dalam memanfaatkan
makanan sehat dan bergizi khas Sunda serta
menuliskannya kembali dengan kata-katanya sendiri
178
secara baik dan benar melalui teks eksposisi.(Tema 9)
4.3 Memahami pengetahuan 4.3.1 Menggali informasi tentang menjalin komunikasi dan
faktual dengan cara kebersamaan dalam teks pupujian (Tema 1)
mengamati dan mencoba 4.3.2 Menggali isi teks stiker/brosur tentang menghemat energi.
[mendengar, melihat, (Tema 2)
membaca] serta menanya 4.3.3 Menggali isi teks dongeng tentang kepedulian terhadap
berdasarkan rasa ingin tahu mahkluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) dalam
secara kritis tentang dirinya, kehidupan sehari-hari. (Tema 3)
makhluk ciptaan Tuhan dan 4.3.4 Menggali isi teks deskripsi tentang berbagai jenis
kegiatannya, dan benda- pekerjaan pekerjaan melalui kegiatan menulis deskripsi.
benda yang dijumpainya di (Tema 4)
rumah, sekolah, dan tempat 4.3.5 Menggali isi teks pupuh tentang menghormati guru dan
bermain menghargai jasa pahlawan. (Tema 5)
4.3.6 Menggali isi teks kawih tentang cinta tanah air (negeri ku)
melalui kegiatan mengapresiasi dan mengeksprasikan
kawih. (Tema 6)
4.3.7 Menggali isi teks narasi tentang menggapai cita-cita
dengan kata-katanya sendiri menjadi sebuah prosa
tertulis. (Tema 7)
4.3.8 Menggali isi teks deskripsi daerah tempat tinggal.(Tema 8)
4.3.9 Menggali isi teks eksposisi tentang jenis olahan makanan
sehat dan bergizi khas Sunda. (Tema 9)
4.4 Menyajikan pengetahuan 4.4.1 Melantunkan teks pupujian tentang menjalin komunikasi
faktual dalam bahasa yang dan kebersamaan menggunakan bahasa Sunda secara
jelas dan logis dan lisan dan tulis. (Tema 1)
sistematis, dalam karya yang 4.4.2 Menyusun teks stiker/brosur sederhana tentang
estetis dalam gerakan yang menghemat energi dengan kata-kata sendiri. (Tema 2)
mencerminkan anak sehat, 4.4.3 Menceritakan isi teks dongeng (fabel/parabel) tentang
dan dalam tindakan yang kepedulian terhadap mahkluk hidup (manusia, hewan, dan
mencerminkan perilaku tumbuhan) dalam kehidupan sehari-hari. (Tema 3)
anak beriman dan berakhlak 4.4.4 Menyusun teks deskripsi tentang berbagai jenis pekerjaan
mulia dengan kata-kata sendiri.(Tema 4)
4.4.5 Melantunkan isi teks pupuh tentang menghormati guru
dan menghargai jasa pahlawan. (Tema 5)
4.4.6 Melantunkanis teks kawih tentang cinta tanah air (negeri
ku). (Tema 6)
4.4.7 Menyusun teks narasi tentang menggapai cita-cita dengan
bahasa sendiri. (Tema 7)
4.4.8 Menyusun teks deskripsi tentang lingkungan atau tempat
tinggal.(Tema 8)
4.4.9 Menyusun teks eksposisi tentang jenis olahan makanan
sehat dan bergizi khas Sunda dengan kata-kata sendiri.
(Tema 9)
179
Kelas V
4.1 Menerima, menghargai, dan 5.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan
menjalankan ajaran agama bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan unsur budaya
yang dianutnya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya
melalui teks deskripsi, pupuh, aksara Sunda, paguneman,
bahasan, sajak, carita pondok, dan dongeng.
5.2 Memiliki perilaku jujur, 5.2.1 Memiliki perilaku peduli dan tanggung jawab dalam
disiplin, tanggung jawab, melestarikan jenis permainan tradisional Sunda melalui teks
santun, peduli, percaya diri deskripsi. (Tema 1)
dalam berinteraksi dengan 5.2.2 Memiliki perilaku tanggung jawab, peduli, dan santun dalam
keluarga, teman, tetangga, menanggapi berbagai peristiwa dalam kehidupan melalui
dan guru teks pupuh. (Tema 2)
5.2.3 Memiliki perilaku peduli dan tanggung jawab dalam
menanggulangi berbagai peristiwadalam kehidupan melalui
teks aksara Sunda. (Tema 2a)
5.2.4 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat
tentang hidup rukun dengan keluarga, teman, dan guru
melalui teks PAGUNEMAN. (Tema 3)
5.2.5 Memiliki perilaku peduli dan taggung jawab terhadap
pentingnya kesehatan dan obat-obatan tradisiona lmelalui
teks bahasan. (Tema 4)
5.2.6 Memiliki perilaku peduli, tanggung jawab, dan rasa cinta
dan bangga sebagai bangsa Indonesia melalui teks sajak.
(Tema 5)
5.2.7 Memiliki perilaku peduli, dan tanggung jawab membantu
masyarakat yang menghadapi peristiwa dalam kehidupan
(musibah atau bencara) dalam rangka kehidupan berbangsa
dan bernegara melalui teks carita pondok. (Tema 2b)
5.2.8 Memiliki perilaku peduli dan tanggung jawab terhadap
peristiwadalam kehidupan (kejadian tempat) melalui teks
dongeng. (Tema 2c)
5.3 Memahami pengetahuan 5.3.1 Memahami teks deskripsi tentang jenis permainan
faktual dengan cara tradisional Sunda. (Tema 1)
mengamati dan mencoba 5.3.2 Mengamati teks pupuh tentang berbagai peristiwa dalam
[mendengar, melihat, kehidupan (Tema 2)
membaca] serta menanya 5.3.3 Mengamati teks deskripsi tentang peristiwa dalam
berdasarkan rasa ingin tahu kehidupan yang menggunakan aksara Sunda.(Tema 2a)
secara kritis tentang dirinya, 5.3.4 Mengamati teksPAGUNEMAN pendek tentang hidup rukun
makhluk ciptaan Tuhan dan dengan keluarga, teman, dan guru. (Tema 3)
kegiatannya, dan benda- 5.3.5 Mengamati teks bahasan tentang pentingnya kesehatan dan
benda yang dijumpainya di obat-obatan tradisional. (Tema 4)
rumah, sekolah, dan tempat 5.3.6 Mengamati teks sajak tentang cinta dan bangga sebagai
bermain bangsa Indonesia. (Tema 5)
5.3.7 Mengamati teks carpon tentang suatu peristiwa dalam
kehidupan (musibah/ bencana) (Tema 2b)
5.3.8 Mengamati teks dongeng tentang peristiwa dalam kehiupan
180
(kejadian tempat)(Tema 2c)
5.4 Menyajikan pengetahuan 5.4.1 Menyusun teks deskripsi tentang jenis permainan
faktual dalam bahasa yang tradisional Sunda dengan berbahasa Sunda yang baik.
jelas dan logis dan (Tema 1)
sistematis, dalam karya yang 5.4.2 Melantunkan teks pupuh tentang berbagai peristiwa dalam
estetis dalam gerakan yang kehidupan dengan baik. (Tema 2)
mencerminkan anak sehat, 5.4.3 Menuliskan kata-kata peristiwa alam menggunakan aksara
dan dalam tindakan yang Sunda dengan baik dan benar. (Tema 2a)
mencerminkan perilaku 5.4.4 Memperagakan teks PAGUNEMAN pendek tentang hidup
anak beriman dan berakhlak rukun dengan keluarga, teman, dan guru dengan bahasa
mulia Sunda yang baik. (Tema 3)
5.4.5 Menyusun teks bahasan tentang pentingnya kesehatan dan
obat-obatan tradisional dalam bahasa Sunda secara lisan
dan tulis. (Tema 4)
5.4.6 Mengekpresikan teks sajak tentang cinta dan bangga
sebagai bangsa Indonesia. (Tema 5)
5.4.7 Menceritakan isi teks carpon tentang peristiwa dalam
kehidupan (bencana alam atau musibah lainnya). (Tema 2b)
5.4.8 Menceritakan isi teks dongeng tentang peristiwa dalam
kehidupan (kejadian tempat). (Tema 2c)
Kelas VI
6.1 Menerima, menghargai, dan 6.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan
menjalankan ajaran agama bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan unsur budaya
yang dianutnya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya
melalui teks narasi, deskripsi, pupuh, dongeng, dan pidato.
6.2 Memiliki perilaku jujur, 6.2.1 Memiliki perilaku peduli terhadap penyelamatan makhluk
disiplin, tanggung jawab, sebagai ciptaan Tuhan YME melalui teksnarasi (Tema 1)
santun, peduli, percaya diri 6.2.2 Memiliki perilaku santun dalam memelihara dan membina
dalam berinteraksi dengan persatuan dalam perbedaan bangsa melalui teks pupuh.
keluarga, teman, tetangga, (Tema 2)
dan guru 6.2.3 Memiliki perilaku peduli terhadap tokoh dan penemu
melalui teksnarasi(Tema 3)
6.2.4 Memiliki perilaku tanggung jawab dan peduli menghadapi
pengaruh globalisasi terhadap lingkungan dan kehidupan
manusia melalui teks deskripsi. (Tema 4)
6.2.5 Memiliki perilaku tanggung jawab, peduli, dan disiplin
dalam berwirausaha melalui teks deskripsi. (Tema 5)
6.2.6 Memiliki perilaku peduli, disiplin, dan tanggung jawab
dalam menjaga memeliharan kesehatan masyarakat
melalui teks pidato. (Tema 6)
6.3 Memahami pengetahuan 6.3.1 Memahami teks narasi tentang penyelamatan makhluk.
faktual dengan cara (Tema 1)
mengamati dan mencoba 6.3.2 Memahami teks pupuh tentang kehidupan berbangsa dan
[mendengar, melihat, bernegara (Tema 2)
membaca] serta menanya 6.3.3 Memahami teks narasi tentang tokoh dan penemu secara
berdasarkan rasa ingin tahu mandiri kemudian mengolah dan menuliskannya kembali
181
secara kritis tentang dirinya, dengan kata-kata sendiri (Tema 3)
makhluk ciptaan Tuhan dan 6.3.4 Memahami teks deskripsi tentang pengaruh globalisasi
kegiatannya, dan benda- terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. (Tema 4)
benda yang dijumpainya di 6.3.5 Memahami teks deskripsi tentang berwirausaha. (Tema 5)
rumah, sekolah, dan tempat 6.3.6 Memahami teks pidato tentang memelihara kesehatan
bermain masyarakat. (Tema 6)
6.4 Menyajikan pengetahuan 6.4.1 Menyusun teks carita pondok tentang penyelamatan
faktual dalam bahasa yang makhluk dengan bahasa Sunda yang baik. (Tema 1)
jelas dan logis dan 6.4.2 Melantunkan teks pupuh tentang kehidupan berbangsa
sistematis, dalam karya yang dan bernegara (Tema 2)
estetis dalam gerakan yang 6.4.3 Menyusun teks narasi tentang tokoh dan penemu secara
mencerminkan anak sehat, mandiri. (Tema 3)
dan dalam tindakan yang 6.4.4 Menyusunteks deskripsi tentang pengaruh globalisasi
mencerminkan perilaku terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. (Tema 4)
anak beriman dan berakhlak 6.4.5 Menyusun teks deskripsi tentang berwirausaha. (Tema 5)
mulia 6.4.6 Menyusun teks pidato tentang menjaga dan memelihara
kesehatan masyarakat. (Tema 6)
Kelas VII
7.1 Menghayati dan 7.1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Sunda
mengamalkan ajaran sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana
agama yang dianutnya komunikasi melalui PAGUNEMAN, WAWARAN dan atau
IKLAN LAYANAN MASYARAKAT, PANGALAMAN PRIBADI,
AKSARA SUNDA, KAULINAN BARUDAK, DONGENG,
SAJAK, dan PUPUJIAN.
7.2 Menghargai dan 7.2.1 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun
menghayati perilaku jujur, dalam menggunakan bahasa Sunda untuk PAGUNEMAN
disiplin, tanggung jawab, SEHARI-HARI dan KAULINAN BARUDAK.
peduli (toleransi, gotong 7.2.2 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun
royong), santun, percaya dalam menggunakan bahasa Sunda untuk membuat
diri, dalam berinteraksi WAWARAN dan atau IKLAN LAYANAN MASYARAKAT,
secara efektif dengan PANGALAMAN PRIBADI, dan AKSARA SUNDA.
lingkungan sosial dan alam 7.2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun
dalam jangkauan dalam menggunakan bahasa Sunda untuk mengapresiasi
pergaulan dan dan mengekspresikan DONGENG, SAJAK, dan PUPUJIAN
keberadaannya
7.3 Memahami pengetahuan 7.3.1 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisisteks
(faktual, konseptual, dan PAGUNEMAN tentang kehidupan SEHARI-HARI sesuai
prosedural) berdasarkan dengan kaidah-kaidahnya.
rasa ingin tahunya tentang 7.3.2 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisisteks
ilmu pengetahuan, KAULINAN BARUDAK sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
182
teknologi, seni, budaya 7.3.3 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis teks
terkait fenomena dan wawaran dan atau IKLAN LAYANAN MASYARAKATsesuai
kejadian tampak mata dengan kaidah-kaidahnya.
7.3.4 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis teks
PANGALAMAN PRIBADI sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7.3.5 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis
DONGENG sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7.3.6 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis SAJAK
sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7.3.7 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis
PUPUJIAN sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7.3.8 Mengidentifikasi dan menganalisiskalimat yang
menggunakan AKSARA SUNDA sesuai dengan kaidah-
kaidahnya.
7.4 Mencoba, mengolah, dan 7.4.1 Menyusun dan memperagakan PAGUNEMAN tentang
menyaji dalam ranah kegiatan SEHARI-HARI
konkret (menggunakan, 7.4.2 Mengekspresikan dan menanggapi KAULINAN BARUDAK
mengurai, merangkai, sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
memodifikasi, dan 7.4.3 Menyusun dan menanggapi wawaran dan atau IKLAN
membuat) dan ranah LAYANAN MASYARAKAT,
abstrak (menulis, 7.4.4 Menyusundan menangapi teks PANGALAMAN PRIBADI
membaca, menghitung, sesuai dengan kaidah-kaidahnya secara lisan dan tulisan.
menggambar, dan 7.4.5 Menafsirkan,menanggapi, dan menyajikan isi serta nilai-
mengarang) sesuai dengan nilai yang terkandung dalam DONGENG sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah kaidah-kaidahnya secara lisan dan tulisan.
dan sumber lain yang 7.4.6 Menafsirkan,menanggapi, danmengekspresikan SAJAK
sama dalam sudut sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
pandang/teori 7.4.7 Menafsirkan,menanggapi, danmengekspresikan
PUPUJIAN sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7.4.8 Menulis kalimat yang menggunakan AKSARA SUNDA
dengan baik dan benar.
Kelas VIII
183
pergaulan dan diri, peduli, proaktif dan santun dalam menggunakan
keberadaannya bahasa Sunda untuk memahami BIANTARA dan
BAHASAN.
8.3 Memahami pengetahuan 8.3.1 Mengidentifikasi dan menganalisis RUMPAKA KAWIH
(faktual, konseptual, dan sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
prosedural) berdasarkan 8.3.2 Mengidentifikasi dan menganalisis teks WARTA sesuai
rasa ingin tahunya tentang dengan kaidah-kaidahnya.
ilmu pengetahuan, 8.3.3 Mengidentifikasi dan menganalisisGUGURITAN sesuai
teknologi, seni, budaya dengan kaidah-kaidahnya.
terkait fenomena dan 8.3.4 Mengidentifikasi dan menganalisis SISINDIRAN sesuai
kejadian tampak mata dengan kaidah-kaidahnya.
8.3.5 Mengidentifikasidan menganalisis teks BIANTARA
sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
8.3.6 Mengidentifikasidan menganalisis teks BAHASAN
BUDAYA SUNDA sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
8.3.7 Mengidentifikasi dan menganalisis SURAT sesuai
dengan kaidah-kaidahnya.
8.3.8 Mengidentifikasidan menganalisis CARPON sesuai
dengan kaidah-kaidahnya.
Kelas IX
9.1 Menghargai dan menghayati 9.1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Sunda
ajaran agama yang sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana
dianutnya komunikasi melaluiMEMANDU ACARA, BAHASAN,
DESKRIPSI, LAPORAN KEGIATAN, NOVEL, dan DRAMA.
9.2 Menghargai dan menghayati 9.2.1 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, percaya
perilaku jujur, disiplin, diri, peduli, proaktif dan santun dalam menggunakan
tanggung jawab, peduli bahasa Sunda untuk memahamiTEKS MEMANDU
(toleransi, gotong royong), ACARA, DESKRIPSI, BAHASAN, dan LAPORAN KEGIATAN.
santun, percaya diri, dalam 9.2.2 Menunjukkan perilaku jujur, percaya diri, peduli,
184
berinteraksi secara efektif proaktif dan santun dalam berbahasa Sunda untuk
dengan lingkungan sosial memahami NOVEL.
dan alam dalam jangkauan 9.2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, percaya
pergaulan dan diri, peduli, proaktif dan santun dalam berbahasa Sunda
keberadaannya untuk memahami teks DRAMA.
Kelas X
185
10.2 Menghayati dan 10.2.1 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun,
mengamalkan perilaku dan proaktif dalam berbahasa Sunda untuk
jujur, disiplin, memahami BIANTARA dan PAGUNEMAN.
tanggungjawab, peduli 10.2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung
(gotong royong, kerjasama, jawab dalam berbahasa Sunda untuk memahami
toleran, damai), santun, BIOGRAFI dan OTOBIOGRAFI serta AKSARA SUNDA.
responsif dan proaktif dan 10.2.3 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, dan peduli
menunjukkan sikap sebagai dalam berbahasa Sunda untuk memahami
bagian dari solusi atas DONGENG, CARITA WAYANG,CARPON, GUGURITAN,
berbagai permasalahan dan SISINDIRAN
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
10.3 Memahami, menerapkan, 10.3.1 Mengidentifikasi dan menganalisis teks BIANTARA
menganalisis pengetahuan sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
faktual, konseptual, 10.3.2 Mengidentifikasi dan menganalisis teks
prosedural berdasarkan PAGUNEMAN sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
rasa ingintahunya tentang 10.3.3 Mengidentifikasi dan menganalisisteks BIOGRAFI dan
ilmu pengetahuan, OTOBIOGRAFI sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
teknologi, seni, budaya, dan 10.3.4 Mengidentifikasi dan menganalisisteks AKSARA
humaniora dengan SUNDA sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
wawasan kemanusiaan, 10.3.5 Mengidentifikasi, menganalisis, dan membandingkan
kebangsaan, kenegaraan, DONGENG dan CARITA WAYANG sesuai dengan
dan peradaban terkait kaidah-kaidahnya.
fenomena dan kejadian, 10.3.6 Mengidentifikasi danmenganalisisCARPONsesuai
serta menerapkan dengan kaidah-kaidahnya.
pengetahuan prosedural 10.3.7 Mengidentifikasi dan menganalisisGUGURITAN sesuai
pada bidang kajian yang dengan kaidah-kaidahnya.
spesifik sesuai dengan 10.3.8 Mengidentifikasi dan menganalisisSISINDIRANsesuai
bakat dan minatnya untuk dengan kaidah-kaidahnya.
memecahkan masalah
10.4 Mengolah, menalar, dan 10.4.1 Menyusun, menanggapi, dan memperagakan teks
menyaji dalam ranah BIANTARAsesuai dengan kaidah-kaidahnya.
konkret dan ranah abstrak 10.4.2 Menyusun,menanggapi, dan memperagakan teks
terkait dengan PAGUNEMAN sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
pengembangan dari yang 10.4.3 Menyusun, menanggapi, dan membandingkan teks
dipelajarinya di sekolah BIOGRAFI dan OTOBIOGRAFI sesuai dengan kaidah-
secara mandiri, dan mampu kaidahnya.
menggunakan metoda 10.4.4 Menyusun dan menyunting teks pendek yang
sesuai kaidah keilmuan menggunakan AKSARA SUNDA sesuai dengan kaidah-
kaidahnya.
10.4.5 Menanggapi dan mengekspresikan DONGENG dan
CARITA WAYANG sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
10.4.6 Menanggapi dan mengekspresikan CARPON sesuai
dengan kaidah-kaidahnya.
10.4.7 Menanggapi dan mengekspresikan GUGURITAN
186
sesuai dengan kaidah-kaidahnya secara lisan dan
tulisan.
10.4.8 Menanggapi dan mengekspresikan SISINDIRAN sesuai
dengan kaidah-kaidahnya secara lisan dan tulisan.
Kelas XI
11.2 Menghayati dan 11.2.1 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan
mengamalkan perilaku santun dalam berbahasa Sunda untuk memahami
jujur, disiplin, RUMPAKA KAWIH, SAJAK, MANTRA, dan NOVEL.
tanggungjawab, peduli 11.2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan
(gotong royong, kerjasama, santun dalam berbahasa Sunda untuk memahami
toleran, damai), santun, teks BAHASAN BUDAYASUNDA dan DESKRIPSI YANG
responsif dan proaktif dan MENGANDUNG PAKEMAN BASA.
menunjukkan sikap sebagai 11.2.3 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun,
bagian dari solusi atas dan proaktif dalam berbahasa Sunda untuk
berbagai permasalahan memahami teks WAWANCARA serta WARTA
dalam berinteraksi secara dan/atau IKLAN
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
187
dan/atau IKLAN sesuai dengan kaidah-kaidahnya
secara lisan dan tulisan.
Kelas XII
12.1 Menghayati dan 12.1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan YME akan keberadaan
mengamalkan ajaran agama bahasa Sunda dan menggunakannnya sesuai dengan
yang dianutnya kaidah dan konteks sosial budaya sebagai sarana
komunikasi melalui WAWACAN, CARITA
PANTUN,ARTIKEL, MEMANDU ACARA, TERJEMAHAN,
DRAMA (teater, gending karesmen dan/atau longser)
12.2 Menghayati dan 12.2.1 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan
mengamalkan perilaku santun, dan proaktif dalam menggunakan bahasa
jujur, disiplin, Sunda untuk mengapresiasi WAWACAN dan CARITA
tanggungjawab, peduli PANTUN
(gotong royong, kerjasama, 12.2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun,
toleran, damai), santun, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Sunda
responsif dan proaktif dan untuk memahami dan menyampaikan ARTIKEL dan
menunjukkan sikap sebagai TERJEMAHAN.
bagian dari solusi atas 12.2.3 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun,
berbagai permasalahan dan proaktif dalam berbahasa Sunda melalui
dalam berinteraksi secara MEMANDU ACARA dan DRAMA (teater, gending
efektif dengan lingkungan karesmen dan/atau longser)
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
188
pergaulan dunia
12.3 Memahami, menerapkan, 12.3.1 Mengidentifikasi, dan menganalisis teks WAWACAN
menganalisis pengetahuan berdasarkan kaidah-kaidahnya secara lisan dan
faktual, konseptual, tulisan
prosedural berdasarkan 12.3.2 Mengidentifikasi dan menganalisis teks CARITA
rasa ingintahunya tentang PANTUN berdasarkan kaidah-kaidahnya secara lisan
ilmu pengetahuan, dan tulisan
teknologi, seni, budaya, dan 12.3.3 Mengidentifikasi dan menganalisis teks ARTIKEL
humaniora dengan berdasarkan kaidah-kaidahnya secara lisan dan
wawasan kemanusiaan, tulisan.
kebangsaan, kenegaraan, 12.3.4 Mengidentifikasi dan menganalisis teks TERJEMAHAN
dan peradaban terkait berdasarkan kaidah-kaidahnya.
fenomena dan kejadian, 12.3.5 Mengidentifikasi dan menganalisis teks PANDUAN
serta menerapkan ACARA berdasarkan kaidah-kaidahnya secara lisan
pengetahuan prosedural dan tulisan.
pada bidang kajian yang 12.3.6 Mengidentifikasi dan menganalisisteks DRAMA
spesifik sesuai dengan bakat berdasarkan kaidah-kaidahnya secara lisan dan
dan minatnya untuk tulisan.
memecahkan masalah
12.4 Mengolah, menalar, dan 12.4.1 Menanggapi dan mengonversi teks WAWACAN
menyaji dalam ranah sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
konkret dan ranah abstrak 12.4.2 Menanggapi dan mengonversi CARITA PANTUN
terkait dengan sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
pengembangan dari yang 12.4.3 Menyusun dan menanggapiteks ARTIKEL sesuai
dipelajarinya di sekolah dengan kaidah-kaidahnya.
secara mandiri, dan mampu 12.4.4 Menyusun, menyunting, dan menanggapi teks
menggunakan metoda TERJEMAHAN dari bahasaIndonesia atau bahasa lain
sesuai kaidah keilmuan ke dalam bahasa Sunda atau sebaliknya sesuai
dengan kaidah-kaidahnya dengan bahasa yang baik
dan benar.
12.4.5 Menyusun, menyunting, dan memperagakan
PANDUAN ACARA sesuai dengan kaidah-kaidahnya
secara lisan dan tulisan
12.4.6 Menanggapi dan memperagakan teks DRAMA
(teater, gending karesmen, dan/atau longser) sesuai
dengan kaidah-kaidahnya.
AHMAD HERYAWAN
189
LEMBAR KERJA
Kelompok Kerja :
190
LK – 1.3
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
191
Aktivitas/Kegiatan Teknik dan
Standar Kompetensi Belajar Siswa Bentuk
Domain Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi
Lulusan untuk Mencapai Instrumen
Kompetensi Penilaian
kejadian yang tampak mata
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir Mencoba, mengolah, dan -
dan tindak yang efektif dan menyaji dalam ranah
kreatif dalam ranah abstrak konkret menggunakan,
dan konkret Sesuai dengan mengurai, merangkai,
yang dipelajari di sekolah modifikasi, dan membuat)
atau sumber lain yang sama dan ranah abstrak (menulis,
dengan yang diperoleh dari membaca, menghitung,
sekolah menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
192
Contoh:
SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
Satuan Pendidikan : SMP/MTs.
Kelas/Semester : VII/1
Kompetensi Inti :
7.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
7.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
7.3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
7.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
7.1.1 Menghargai dan Percakapan Pertemuan Pertama 1. Tugas 4 JP 1) Buku Siswa
mensyukuri keberadaan (Paguneman) 4. Kegiatan Pendahuluan - Secara individu, (2 Mg X Basa Sunda
bahasa Sunda sebagai Guru membuka siswa diminta 2 JP X Kelas VII
anugerah Tuhan yang pembelajaran dengan menganalisis isi 40 mnt) (Disdik Prov.
Maha Esa sebagai mengucapkan salam, kemudian teks percakapan Jabar)
sarana komunikasi mengecek kehadiran siswa. yang dibacanya. 2) Majalah atau
melaluipaguneman, Guru memotivasi siswa - Secara surat kabar
wawarandan atau iklan dengan mendoakan agar berkelompok, berbahasa
layanan masyarakat, pembelajaran yang akan siswa diminta Sunda yang
pangalaman pribadi, dilakukan berlangsung baik dan mengidentifikasi memuat teks
aksara Sunda, kaulinan bermanfaat. kaidah-kaidah yang percakapan
barudak, dongéng, Untuk menggali perlu diperhatikan (misalnya
sajak, dan pupujian. konsepsi awal siswa, guru dalam suatu wawancara)
melakukan apersepsi dengan percakapan dan 3) Buku referensi
7.2.1 Menunjukkan perilaku memperlihatkan video rekaman membuat teks lainnya yang
jujur, tanggung jawab, percakapan, kemudian percakapan menunjang
193
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
dan santun dalam mengajukan pertanyaan: tentang kegiatan materi
menggunakan bahasa 3) Dina rekaman,
sehari-hari
kagiatan naon komunikasi
Sunda untuk nu keur dilakukeun téh? - Secara menggunakan
paguneman sehari-hari 4) Hal ngeunaan naon nu
berkelompok, bahasa
dan kaulinan barudak. dipadungdengkeun dina siswa diminta 4) Video
rekaman paguneman téh? menyusun teks rekaman
7.3.1 Mengidentifikasi, Siswa dibagi menjadi percakapan percakapan
memahami, dan beberapa kelompok kecil tentang kegiatan 5) Internet
menganalisis teks beranggotakan 4-5 orang. sehari-hari
pagunemantentang 5. Kegiatan Inti - Secara
kehidupan sehari-hari f) Mengamati berkelompok,
sesuai dengan kaidah- Siswa membaca teks siswa diminta
kaidahnya. percakapan tentang kegiatan memperagakan
sehari-hari yang terdapat dalam percakapan
7.4.1 Menyusun dan buku siswa dan atau tentang kegiatan
memperagakan majalah/surat kabar berbahasa sehari-hari yang
pagunemantentang Sunda. disusunnya.
kegiatan sehari-hari. g) Mempertanyakan
Siswa bertanya jawab tentang 2. Observasi
hal-hal yang berhubungan - Menilai sikap siswa
dengan isi teks percakapan selama
yang dibacanya, seperti para pembelajaran
pembicara dalam percakapan, - Menilai kegiatan
kalimat-kalimat kunci dan siswa dalam proses
bagian-bagian isi percakapan mengumpulkan
h) Mengeksplorasi data, analisis data
Masing-masing siswa dalam dan pembuatan
kelompoknya diberi tugas teks percakapan.
untuk mengidentifikasi dan
menuliskan para pembicara 3. Tes Lisan
dalam percakapan, kalimat- Menilai kemampuan
194
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
kalimat kunci dan bagian- siswa dalam
bagian isi percakapan. memahami dan
menganalisis teks
percakapan tentang
i) Mengasosiasikan kegiatan sehari-hari.
Dari informasi yang diperoleh
tentang para pembicara 4. Performansi (Unjuk
dalam percakapan, bagian- Kerja)
bagian isi percakapan dan - Menilai teks
kalimat-kalimat kunci dalam percakapan
percakapan, setiap kelompok tentang kegiatan
menganalisis teks percakapan sehari-hari yang
yang dibacanya untuk dibuat siswa
menafsirkan maksud isi secara
percakapan dan berkelompok
menyimpulkan topik - Menilai
pembicaraan dalam kemampuan
percakapan yang disimaknya. siswa secara
Siswa menyimpulkan hal-hal individu dalam
terpenting dari teks kegiatan
percakapan yang dibacanya. peragaan
j) Mengomunikasikan percakapan
Siswa menyebutkan kembali tentang kegiatan
hal-hal yang berhubungan sehari-hari
dengan para pembicara dalam berdasarkan teks
percakapan, kalimat-kalimat yang dibuat oleh
kunci dan bagian-bagian isi kelompoknya.
percakapan dalam teks
percakapan yang dibacanya
menggunakan bahasa Sunda
yang baik.
195
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
Siswa menjelaskan maksud isi
percakapan dan topik
pembicaraan dalam teks
percakapan yang dibacanya
menggunakan bahasa Sunda
yang baik.
6. Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa berdiskusi
untuk membuat kesimpulan
kelas tentang isi teks
percakapan.
Guru bersama siswa melakukan
refleksi pembelajaran yang
telah dilakukan.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka
pembelajaran dengan
mengucapkan salam, kemudian
mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa
dengan mendoakan agar
pembelajaran yang akan
dilakukan berlangsung baik dan
bermanfaat.
Untuk menggali
konsepsi siswa tentang
percakapan, guru melakukan
196
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
apersepsi dengan mengulang
pengetahuan yang telah dicapai
pada pertemuan pertama.
Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil
beranggotakan 4-5 orang
(anggotanya bisa sama atau
berbeda dengan kelompok
pada pertemuan pertama.
2. Kegiatan Inti
a) Mengamati
Siswa membaca teks
percakapan tentang kegiatan
sehari-hari yang terdapat
dalam buku siswa dan atau
majalah/surat kabar
berbahasa Sunda.
b) Mempertanyakan
Siswa bertanya jawab tentang
kaidah-kaidah teks
percakapan.
c) Mengeksplorasi
Siswa secara bersama-
sama dalam kelompoknya
mencari dari berbagai
sumber informasi tentang
kaidah-kaidah yang perlu
diperhatikan dalam suatu
197
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
percakapan sebagai salah
satu bentuk komunikasi.
Siswa mendiskusikan
tentang kaidah-kaidah
yang perlu diperhatikan
dalam suatu percakapan.
d) Mengasosiasikan
Dari informasi yang diperoleh
tentang kaidah-kaidah yang
perlu diperhatikan dalam
suatu percakapan, siswa
secara berkelompok
menyusun tek percakapan
tentang kegiatan sehari-hari.
e) Mengomunikasikan
Siswa memperagakan
percakapan yang disusun
kelompoknya di depan kelas,
siswa lain memberikan
tanggapan.
3. Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa berdiskusi
untuk membuat kesimpulan
kelas tentang kaidah-kaidah
teks percakapan.
Guru bersama siswa melakukan
refleksi pembelajaran yang
telah dilakukan.
198
PANDUAN PENYUSUNAN RPP
A. HAKIKAT RPP
Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar.
Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Lampiran IV tentang
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran (Kemdikbud, 2013: 37) tahapan
pertama dalam pembelajaran menurut Standar Proses adalah perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok
atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.
Sementara itu menurut Panduan Teknis Penyusunan RPP di SD (Kemdikbud, 2013: 9)
RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu
pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema
yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
199
2. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yag dinyatakan dalam silabus
dengan kondisi pada satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat,
motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan emosi, maupun gaya belajar.
3. RPP mendorong partisipasi aktif peserta didik.
4. RPP sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai
manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP
dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi,
minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar,
keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar.
5. RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis.
6. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan.
7. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, remidi, dan umpan balik.
8. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam
satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasi
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan
keterampilan, dan keragaman budaya.
200
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah :
Matapelajaran :
Kelas/ Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :
KD-1 dan KD-2 dari KI1 dan KI2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena
keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator
dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran
langsung.
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran (Rincian dari materi pembelajaran)
E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
2. Alat/ Bahan
3. Sumber Belajar
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan (….menit)
b. Inti (…menit)
c. Penutup (….. menit)
2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan
b. Inti (…menit)
c. Penutup (…..menit)
H. Penilaian
a. Jenis/ Teknik Penilaian
b. Bentuk Instrumen dan Instrumen
c. Pedoman Penskoran
201
Komponen-komponen RPP
1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan.
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema.
3. Kelas/semester.
4. Materi pokok.
5. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.
6. Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan matapelajaran.
7. Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian kompetensi.
a. Kompetensi Dasar; merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
b. Indikator pencapaian merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
c. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, satuan pendidikan,
dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian. Dalam merumuskan indikator perlu memperhatikan beberapa hal di
bawah ini.
1) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam
kata kerja yang digunakan dalam KI-KD.
2) Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke
kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya).
3) Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat
dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan siswa.
4) Indikator harus menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
8. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan dapat diorganisasikan
202
mencakup seluruh KD atau diorganisasikan setiap pertemuan. Tujuan pembelajaran
yang dinyatakan dengan baik mulai dengan menyebut Audience peserta didik untuk
siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan Behavior atau
kemampuan yang harus didemonstarsikan dan Conditions seperti apa perilaku atau
kemampuan yang akan diamati. Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree
keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu dengan standar seperti apa
kemampuan itu dapat dinilai.
9. Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
10. Metode pembelajaran merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran, digunakan
oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan KD yang akan dicapai.
11. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
a. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran.
b. Alat pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang memudahkan
memberikan pengertian kepada siswa.
c. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan.
12. Langkah –langkah Kegiatan Pembelajaran, mencakup:
a. Pertemuan pertama, berisi pendahuluan; kegiatan Inti, dan penutup.
b. Pertemuan kedua, berisi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
13. Penilaian
a. Berisi jenis/teknik penilaian.
b. Bentuk instrumen.
c. Pedoman perskoran.
203
D. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN RPP
1. Mengkaji Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu
dalam pelaksanaan kurikulum SD. Komponen silabus mencakup: kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Silabus berfungsi sebagai rujukan bagi guru dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Pada Kurikulum 2013, silabus tematik telah disiapkan oleh pemerintah, guru tinggal
menggunakan sebagai dasar penyusunan RPP. Guru memilih kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan tema/subtema yang akan dilaksanakan pada satu
pertemuan atau lebih. Kegiatan yang dipilih harus mencakup kegiatan pembelajaran
sesuai dengan standar proses (Kemdikbud, 2013:12-13).
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai
dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, diri sendiri dan terhadap lingkungan,
pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus
dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan
standar proses.
Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/
mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci
lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
pembelajaran yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus
juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya.
204
aktualisasi, kedalaman, dan keluasaan materi pembelajaran; (g) relevansi dengan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan (h) alokasi waktu. Kegiatan
mengidentifikasi materi pembelajaran dilakukan dengan mengkaji buku guru dan
buku siswa.
3. Menentukan Tujuan
Tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan baik mulai dengan menyebut
Audience peserta didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu kemudian
mencantumkan Behavior atau kemampuan yang harus didemonstarsikan dan
Conditions seperti apa perilaku atau kemampuan yang akan diamati. Akhirnya,
tujuan itu mencantumkan Degree keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur,
yaitu dengan standar seperti apa kemampuan itu dapat dinilai.
205
5. Penjabaran Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada
setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka
penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada
KI-3 dan KI-4.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk
menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik
yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan
bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan
observasi lapangan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan
alokasi waktu mataelajaran per minggu dengan mempertibangkan jumlah KD,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan rerata untuk menguasasi KD
206
yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut
dirinci dan disesuaikan lagi dalam RPP.
E. PROSES PEMBELAJARAN
Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikhis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan
terkait dengan materi yang akan dipelajari;
c. mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan
dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan embelajaran
atau KD yang akan dicapai;
d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarya, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan pendekatan scientific yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi: observasi, menanya,
mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasi/ mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan.
207
Berikut ini adalah contoh aplikasi dari klima kegiatan belajar (learning event).
a. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesepmatan psrta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (mlihat,
membaca, dan mendngar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka ksempatan yang sangat luas kepada
peserta didik untuk bertanya menganai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca,
atau dilihat. Guru perlu membimbing pesrta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang: hasil pengamatan terhadap objek yang konkrit
sampai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun lain yang
lbih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Dari situasi saat peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan
dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan
sampai ke tingkat mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan
kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya maka
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya
maka rasa ingin tahunya semakin dapat dikembangkan. Semakin terlatih dalam
bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan
tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam
dari sumber belajar yang sudah ditentukan, dimulai dari sumber belajar tunggal
sampai sumber belajar yang beragam.
c. Mengumpulkan Informasi/ eksperimen
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,
atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Infomrasi tersebut mendaji dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu
memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
208
informasi lainnya, menemukann pola dari keterkaitan informasi dan bahkan
mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
e. Mengkomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasi bisa dilakukan secara lisan ataupun tulisan.
Mengkomunikasikan secara lisan bisa dilakukan dengan cara peserta didik
mempresentasikan hasil kegiatan belajarnya di depan kelas baik secara individual
atupun berkelompok. Mengkomunikasi secara tulisan bisa dengan cara peserta
didik membuat laporan tertulis tentang hasil belajarnya, baik laporan individual
atupun laporan kelompok.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan / atau
semdiri membuat rangkuman/ simpulan materi pembelajaran, melalukan penilaian
dan / atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan,
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan merencakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk program remedial, program pengayaan, layanan
konseling dan/ atau memberikan tugas secara individual atau kelompok sesuai dengan
hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
209
DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud. 2013. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta.
Contoh RPP SD
210
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : III/2
A. Kompetensi Dasar
3.1.1 Menerima anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan bahasa Sunda sebagai bahasa
daerah dan unsur budaya bangsa serta alat komunikasi masyarakat penuturnya melaui teks
deskripsi, narasi, paguneman, carita pondok, eksposisi, dongeng, dan sajak.
3.2.1 Memiliki perilaku peduli dan tanggung jawab terhadap kondisi alam sekitar (hewan dan
tumbuhan) melaui teks deskripsi(Tema 1)
3.3.1 Mengamati teks deskripsi tentang keberadaan alam sekitar (hewan dan tumbuhan)(Tema 1)
3.4.1 Menulis teks deskripsi tentang keberadaan alam sekitar (hewan dan tumbuhan)(Tema 1)
3.4.1.1 menulis teks tentang memelihara lingkungan kebersihan seputar rumah, menjaga kebersihan
sekolah, dan menyayangi hewan, dan memelihara tumbuhan.
C. Tujuan Pembelajaran
211
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat:
Menuliskan kembali teks tentang memeliharan lingkungan seputar rumah, tentang menjaga
kebersihan sekolah dengan baik, tentang menyayangi hewan, tentang manfaat memelihara
tumbuhan dengan baik;
Menceritakan teks tentang memeliharan lingkungan seputar rumah, tentang menjaga
kebersihan sekolah dengan baik, tentang menyayangi hewan, tentang manfaat memelihara
tumbuhan yang ditulisnya dengan baik;
D. Materi Ajar
Conto materi:
MIARA CAI
Cai kacida pentinga pikeun sakabéh mahluk hirup. Sakur jalma merlukeun cai keur nginum,
mandi, kukumbah, nyeuseuh, masak, jeung sajabana. Cai keur nginum kudu ditaheur heula, sangkan
teu nimbulkeun panyakit.
Cai téh anugrah Allah nu kudu dijaga. sabab sakur mahluk hirup merlukeun cai. Cara ngajaga
cai téh di antarana (1) teu meunang miceun runtah kana saluran cai nu bersih; (2) melak tatangkalan
nu gunana pikeun nahan jeung nyimpen cai; (3) maké cai saperluna; (4) cai pangumbahan atawa urut
nyeuseuh ulah dipiceun ka mana waé, tapi kudu kana saluran pamiceunan.
E. Metode Pembelajaran
Saintifik
F. Kegiatan Pembelajaran
212
D. Pemberian Acuan
- Siswa memperoleh penjelasan dari guru tentang manfaat
mempelajari materi memeliharan lingkungan sekitar
menyayangi binatang, dan memelihara tumbuhan.
- Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok
- Siswa menyimak mekanisme pelaksanaan pembelajaran.
H. Penilaian
213
Conto: Dudi – sasapu – rajin
Dudi rajin sasapu
B. Ngalengkepan kalimah
Kunci jawaban A
Kunci jawaban B
1. sakabéh.
2. merlukeun
3. ditaheur
4. anugrah
5. miceun
6. tatangkalan
214
1 Kasaregepan 1 = Alus
2 Kaaktifan 2 = Cukup
3 Kadariaan 3 = Kurang
Mengetahui
___________________________ ________________________
NIP NIP
215
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
7.1
Sekolah : SMP Negeri 2 Rancabali, Kabupaten Bandung
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Sunda
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Percakapan (Paguneman)
Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran (2 minggu X 2 JP X 40 menit)
D. Kompetensi Inti
7.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
7.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
7.3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
7.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
F. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas fakta
dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, siswa dapat:
10) menafsirkan para pembicara dalam percakapan;
216
11) menyebutkan bagian-bagian isi percakapan;
12) menafsirkan kalimat-kalimat kunci dalam percakapan;
13) menafsirkan maksud isi percakapan;
14) menyimpulkan topik pembicaraan;
15) mengidentifikasi kaidah-kaidah teks percakapan;
16) menyusun teks percakapan tentang kegiatan sehari-hari;
17) memperagakan percakapan tentang kegiatan sehari-hari; dan
18) mengembangkan sikap menghargai dalam berinteraksi secara efektif.
G. Materi Pembelajaran
1) Fakta
- Beberapa contoh teks percakapan tentang kegiatan sehari-hari
- Contoh video rekaman percakapan
2) Konsep
- Pengertian percakapan
- Struktur teks percakapan
3) Prinsip
- Karakteristik teks percakapan
4) Prosedur
- Karakteristik teks percakapan
- Kaidah-kaidah teks percakapan
H. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Komunikatif
2. Metode :Inquiry dan Discovery Learning
3. Teknik : Diskusi, Tanya Jawab, Role Play
217
Pertemuan Pertama (2 JP X 40 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek
kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa dengan mendoakan agar pembelajaran yang akan dilakukan
berlangsung baik dan bermanfaat.
Untuk menggali konsepsi awal siswa, guru melakukan apersepsi dengan
memperlihatkan video rekaman percakapan, kemudian mengajukan pertanyaan:
5) Dina rekaman, kagiatan naon nu keur dilakukeun téh?
6) Hal ngeunaan naon nu dipadungdengkeun dina rekaman
paguneman téh?
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang.
Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengamati
Siswa membaca teks percakapan tentang kegiatan sehari-hari yang terdapat dalam
buku siswa dan atau majalah/surat kabar berbahasa Sunda.
b. Mempertanyakan
Siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi teks
percakapan yang dibacanya, seperti para pembicara dalam percakapan, kalimat-
kalimat kunci dan bagian-bagian isi percakapan
c. Mengeksplorasi
Masing-masing siswa dalam kelompoknya diberi tugas untuk mengidentifikasi dan
menuliskan para pembicara dalam percakapan, kalimat-kalimat kunci dan bagian-
bagian isi percakapan.
d. Mengasosiasikan
Dari informasi yang diperoleh tentang para pembicara dalam percakapan, bagian-
bagian isi percakapan dan kalimat-kalimat kunci dalam percakapan, setiap
kelompok menganalisis teks percakapan yang dibacanya untuk menafsirkan
maksud isi percakapan dan menyimpulkan topik pembicaraan dalam percakapan
yang disimaknya.
Siswa menyimpulkan hal-hal terpenting dari teks percakapan yang dibacanya.
e. Mengomunikasikan
Siswa menyebutkan kembali hal-hal yang berhubungan dengan para pembicara
dalam percakapan, kalimat-kalimat kunci dan bagian-bagian isi percakapan dalam
teks percakapan yang dibacanya menggunakan bahasa Sunda yang baik.
Siswa menjelaskan maksud isi percakapan dan topik pembicaraan dalam teks
percakapan yang dibacanya menggunakan bahasa Sunda yang baik.
Kegiatan Penutup (15 menit)
Guru bersama siswa berdiskusi untuk membuat kesimpulan kelas tentang isi teks
percakapan.
Guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek
kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa dengan mendoakan agar pembelajaran yang akan dilakukan
berlangsung baik dan bermanfaat.
Untuk menggali konsepsi siswa tentang percakapan, guru melakukan apersepsi
dengan mengulang pengetahuan yang telah dicapai pada pertemuan pertama.
218
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang (anggotanya
bisa sama atau berbeda dengan kelompok pada pertemuan pertama.
Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengamati
Siswa membaca teks percakapan tentang kegiatan sehari-hari yang terdapat dalam
buku siswa dan atau majalah/surat kabar berbahasa Sunda.
b. Mempertanyakan
Siswa bertanya jawab tentang kaidah-kaidah teks percakapan.
c. Mengeksplorasi
Siswa secara bersama-sama dalam kelompoknya mencari dari berbagai sumber
informasi tentang kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan dalam suatu percakapan
sebagai salah satu bentuk komunikasi.
Siswa mendiskusikan tentang kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan dalam suatu
percakapan.
d. Mengasosiasikan
Dari informasi yang diperoleh tentang kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan
dalam suatu percakapan, siswa secara berkelompok menyusun tek percakapan
tentang kegiatan sehari-hari.
e. Mengomunikasikan
Siswa memperagakan percakapan yang disusun kelompoknya di depan kelas, siswa
lain memberikan tanggapan.
Kegiatan Penutup (15 menit)
Guru bersama siswa berdiskusi untuk membuat kesimpulan kelas tentang kaidah-kaidah
teks percakapan
Guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
K. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
a. Kompetensi Sikap:
Observasi
b. Kompetensi Pengetahuan:
Tes Lisan
c. Kompetensi Keterampilan:
Tugas
Unjuk Kerja
Aspek Sikap
No. Nama Siswa
a b c d e f g
219
e = Bekerja Sama 5 = Baik Sekali
f = Menghargai Pendapat Orang Lain
g = Menyampaikan Pendapat
b. Kompetensi Pengetahuan:
Soal Tes Lisan
1) Lamun dititénan tina paguneman anu dilakukeun ku A jeung B, kira-kira naon
hubungan antara A jeung B téh?
2) Sebutan kalimah-kalimah nu jadi konci dina éta paguneman!
3) Sebutan bagian-bagian eusi éta pagunemam!
4) Naon anu hayang ditepikeun ku A ka B téh?
5) Naon anu jadi jejer paguneman antara A jeung B?
c. Kompetensi Keterampilan:
Lembar Penilaian Teks (a)
3. Pedoman Penskoran
(1) Penilaian Afektif (NAf.)
Skala Skor: 1-5
Skor Maksimal = 7X5 = 35
Nilai Afektif = Skor Diperoleh/10
(2) Penilaian Kognitif (NK)
Skala skor: 1-5
Skor Maksimal = 5X5 = 25
Nilai Kognitif = Skor Diperoleh/10
(3) Penilaian Psikomotor (NP)
Skala skor: 1-5
Skor Maksimal masing-masing(a) dan (b) = 5X4 = 20
Skor Diperoleh = (a)+(b)
Nilai Psikomotor = Skor Diperoleh/10
(4) Nilai Total
NT = Naf. + NA + NP
Bandung, 14 November 2013
220
Drs. Nandang Komara, M.M.Pd. Dadang Nurjaman, M.Pd.
NIP 19630615 198803 1 014 NIP 19800126 200501 1 007
Contoh RPP SMP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas/Semester : VII/…
A. Kompetensi Dasar
7.1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Sunda sebagai anugerah Tuhan yang
Maha Esa sebagai sarana komunikasi melalui paguneman, wawaran, dan atau iklan
layanan masyarakat, pangalaman pribadi, aksara sunda, kaulinan barudak, dongéng,
sajak dan pupujian
7.2.1 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun dalam menggunakan bahasa
Sunda untuk paguneman sehari-hari dan kaulinan barudak.
221
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Ajar
E. Metode Pembelajaran
Saintifik
F. Kegiatan Pembelajaran
222
- Siswa memperoleh penjelasan dari guru tentang manfaat
mempelajari materi kaidah-kaidah paguneman kahirupan
sapopoe .
- Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok
- Siswa menyimak mekanisme pelaksanaan pembelajaran.
H. Penilaian
223
2. Anu diobrolkeunana …
3. Pernahna tokoh A ka B …
4. Ragam basa nu dipaké (loma-hormat)
5. Siswa nyaritakeun deui ku basa sorangan eusi paguneman dina wangun tulisan deskripsi!
Penugasan:
6. Laporan siswa hasil maluruh jeung nuliskeun naskah paguneman dina buku sumber
séjénna.
Tes Praktik:
224
Eusi 15 - 20
Kalancaran nyarita 10 - 15
6 (kaku - wajar/sopan)
Jumlah 65 - 100
Mengetahui
___________________________ ________________________
NIP NIP
225
Contoh RPP SMA
Kelas/Semester : X/…
A. Kompetensi Dasar
10.1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Sunda dan menggunakannnya sesuai
dengan kaidah dan konteks sosial budaya sebagai sarana komunikasi melalui teks biantara,
paguneman, biografi dan otobiografi, aksara sunda, dongeng, carita wayang, carpon,
guguritan, dan sisindiran.
10.2.1 Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, peduli, santun, dan proaktif dalam berbahasa Sunda
untuk memahami biantara (pidato) dan paguneman (percakapan).
10.3.1 Mengidentifikasi dan menganalisis teks biantara sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
10.4.1 Menyusun, menanggapi, dan memperagakan teks biantara sesuai dengan kaidah-kaidahnya
10.3.1.3 menganalisis bahasa yang dipergunakan dalam teks biantara dengan teliti
C. Tujuan Pembelajaran
226
mengamati isi téks biantara dengan teliti
D. Materi Ajar
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan: Saintifik
Metode: demonstrasi
Teknik: simulai
F. Kegiatan Pembelajaran
D. Pemberian Acuan
- Siswa memperoleh penjelasan dari guru tentang manfaat
mempelajari materi kaidah-kaidah biantara.
- Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk
memahami isi berbagai teks biantara
- Siswa menyimak mekanisme pelaksanaan pembelajaran.
227
biantara dengan sungguh-sungguh;
Siswa menceritakan isi teks biantara dengan baik;
Siswa mengomentari isi teks biantara
Siswa mencari bahan bacaan lainnya tentang kaidah dan
contoh biantara
H. Penilaian
Tugas
Paluruh naskah biantara séjénna, tuluy tulis dina buku latihan. Pék baca éta téks
biantara di hareupeun kelas, sing menorah lentongna!
228
Penugasan:
Laporan siswa hasil maluruh jeung nuliskeun naskah biantara tina sababaraha sumber
séjénna.
Tes Praktik:
Siswa ngaragakeun téks biantara nu meunang nulis sorangan atawa nyatet tina naskah
biantara séjénna kalawan merhatikeun verbal jeung noverbal.
Eusi 15 - 20
229
Kalancaran nyarita 10 - 15
Runtuyan pedaran 10 - 15
Gaya nyarita 5 - 10
6 (kaku - wajar/sopan)
Jumlah 65 - 100
Mengetahui
___________________________ ________________________
NIP NIP
230
MATERI PELATIHAN 5: MODEL PENILAIAN PEMBELAJARAN
MULOK BAHASA DAERAH BERDASARKAN KURIKULUM 2013
231
MATERI PELATIHAN 5: MODEL PENILAIAN PEMBELAJARAN MULOK BAHASA DAERAH
BERDASARKAN KURIKULUM 2013
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
B. LINGKUP MATERI
1. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran
2. Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Bahasa Daerah
C.INDIKATOR
1. Menerima penerapan konsep penilaian autentik di sekolah/ madrasah dan menghargai
pendapat orang lain.
2. Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
3. Mengidentifikasi contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran bahasa Daerah.
B. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
b. Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran bahasa Daerah
2. Hand-Out
a. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
b. Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran bahasa Indonesia
232
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN: 5. MODEL PENILAIAN PEMBELAJARAN MULOK BAHASA DAERAH
BERDASARKAN KURIKULUM 2013
ALOKASI WAKTU: 4 JP (@45 MENIT)
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
KEGIATAN INTI 5.1 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil 75 Menit
Pembelajaran
Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil 40 Menit
belajar.
5.2 Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil 75 Menit
Pembelajaran Bahasa Daerah
Paparan contoh penilaian autentik pada proses dan hasil belajar 20 Menit
bahasa Daerah.
233
PENUTUP Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah Berdasarkan Kurikulum
2013.
234
SUBMATERI PELATIHAN 5: KONSEP PENILAIAN AUTENTIK
PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Kegiatan
Diskusi Paparan
Interaktif
Kelompok Materi
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian autentik.
Diskusi materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.
Paparan materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakan
bahan tayang PPT.
Paparan materi Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran bahasa Daerah dengan
menggunakan bahan tayang PPT.
235
236
237
238
239
240
241
HO-2.3-1
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini
dikemukakan beberapa definisi.Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan
sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik
pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja
yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan
asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti,
menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi
dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran
yang sesuai.
242
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen
autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami
kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat
juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya,
dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis
norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola
penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru
secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali
pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih
baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka
meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari
luar sekolah.
Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan
bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria
kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan
atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena
berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan
dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya.Asesmen semacam ini cenderung
berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan
mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen
autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan
243
pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis,
serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar
sekolah.Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung
keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti
kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang
luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon
peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik
agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik
telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan
saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam,
serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan
peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang
mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap
pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan,
menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian
mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.”
Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa
melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan
berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an. Wiggins
(1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan
ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang
244
sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar
sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena tidak
menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional
cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan
rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang
diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik
memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian
tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru profesional
pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan
lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan
akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik
dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari
asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya,
mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis
kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk
menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat
atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir).
Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan
kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan
yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1)
sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan,
misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa
yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenis asesmen autentik
disajikan berikut ini.
1. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para
peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja:
245
a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang
sekali.
d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati
peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru
menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah
berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan
berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan
wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.
Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti
penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
246
Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas
dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan
demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan, dan lain-lain.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan
ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan
instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian
proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan
penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara
holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta
didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan,
patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik,
dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi
untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau
kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
247
3. Penilaian Portofolio
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan
perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim
dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim
dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih
jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-
salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau
melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
248
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang
sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang
kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam.
Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka
memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai
biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau
jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang
diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat
mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Daftar Pustaka
Coutinho, M., &Malouf, D. (1993). Performance Assessment and Children with Disabilities:
Issues and Possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk Dalam
Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi (Makalah Disampaikan pada In House Training (IHT)
SMA N 1 Kuta Utara).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire, R. (2006). Using Authentic Assessment to Evidence
Children's Progress Toward Early Learning Standards. Early Childhood Education Journal, 34(1),
45–51.
Salvia, J., & Ysseldyke, J. E. (2004). Assessment in Special and Inclusive Education (9th ed.). New
York: Houghton Mifflin.
Wiggins, G. (1993). Assessment: Authenticity, Context and Validity. Phi Delta Kappan, 75(3),
200–214.
249
HO
CONTOH
PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK
PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH
Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas fakta
dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, siswa dapat:
19) menafsirkan para pembicara dalam percakapan;
20) menyebutkan bagian-bagian isi percakapan;
21) menafsirkan kalimat-kalimat kunci dalam percakapan;
22) menafsirkan maksud isi percakapan;
23) menyimpulkan topik pembicaraan;
24) mengidentifikasi kaidah-kaidah teks percakapan;
25) menyusun teks percakapan tentang kegiatan sehari-hari;
26) memperagakan percakapan tentang kegiatan sehari-hari; dan
27) mengembangkan sikap menghargai dalam berinteraksi secara efektif.
250
Penilaian
Jenis/teknik penilaian
a. Kompetensi Sikap:
Observasi
b.Kompetensi Pengetahuan:
Tes Lisan
c.Kompetensi Keterampilan:
Tugas
Unjuk Kerja
Kompetensi Sikap:
Lembar Observasi
Aspek Sikap
No. Nama Siswa
a b c d e f g
Kompetensi Pengetahuan:
251
Kompetensi Keterampilan:
Pedoman Penskoran
Penilaian Afektif (NAf.)
Skala Skor: 1-5
Skor Maksimal = 7X5 = 35
Nilai Afektif = Skor Diperoleh/10
Penilaian Kognitif (NK)
Skala skor: 1-5
Skor Maksimal = 5X5 = 25
Nilai Kognitif = Skor Diperoleh/10
Penilaian Psikomotor (NP)
Skala skor: 1-5
Skor Maksimal masing-masing(a) dan (b) = 5X4 = 20
Skor Diperoleh = (a)+(b)
Nilai Psikomotor = Skor Diperoleh/10
Nilai Total
NT = Naf. + NA + NP
252
MATERI PELATIHAN 6 : PEER TEACHING (6 JP)
253
MATERI PELATIHAN 6: PEER TEACHING (6 JP)
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
B. LINGKUP MATERI
1. Simulasi Pembelajaran
2. Peer Teaching
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Simulasi pembelajaran
b. Peer Teaching
2. Hand-Out
a. Simulasi pembelajaran
b. Peer Teaching
3. Lembar Kerja
254
a. LK Pengamatan Peer Teaching
b. LK Penilaian Peer Teaching
255
Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan.
256
SUBMATERI PELATIHAN: 6.1 SIMULASI PEMBELAJARAN
Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian
autentik.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching.
257
258
259
SUBMATERI PELATIHAN : 6.2 PEER TEACHING
Paparan
Paparan Persiapan
Instrumen
Panduan Peer Teaching
Penilaian
Praktik
Refleksi
Peer Teaching
20 Menit 60 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer
teaching dengan menggunakan PPT.
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan
menggunakan PPT.
Praktik peer teachingpembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit dipandu
fasilitator.
260
MMMMMM
261
INSTRUMEN PENILAIAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PPT – 4.2-2
262
LK - 4.2
LEMBAR KERJA
263
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi
pembelajaran.
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta
didik.
2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi.
Kegiatan Inti
Penguasaan Materi Pelajaran
1 Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
pembelajaran.
2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan
tepat.
4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari
konkrit ke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
3 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
4 Menguasai kelas.
5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).
7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan.
Penerapan Pendekatan scientific
1 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
2 Memancing peserta didik untuk bertanya.
3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.
4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.
5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.
6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar
(proses berfikir yang logis dan sistematis).
7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
264
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar pembelajaran.
2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
3 Menghasilkan pesan yang menarik.
4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber
belajar pembelajaran.
5 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui
interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.
2 Merespon positif partisipasi peserta didik.
3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.
4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
5 Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalam
belajar.
Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran
1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kegiatan Penutup
Penutup pembelajaran
1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
2 Memberihan tes lisan atau tulisan .
3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.
4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.
Jumlah
265
R - 4.2
RUBRIK
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensi guru
dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeaching
dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah Kegiatan
1. Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Anda terhadap
penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran!
2. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran!
3. Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK !
4. Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!
Mata Pelajaran
JumlahYA
Nilai= x 100 %
40
PERINGKAT NILAI
Baik (B) 75 ≤ B ≤ 90
266
MATERI PELATIHAN 7 : PENDAMPINGAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM (1 JP)
7.1 …………
7.2 ……………
267
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
B. LINGKUP MATERI
1. Konsep dan prinsip pendampingan
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
- Konsep dan prinsip-prinsip pendampingan.
- Sasaran, startegi, dan mekanisme pendampingan.
2. Hand-Out
- Konsep dan prinsip-prinsip pendampingan.
- Sasaran, startegi, dan mekanisme pendampingan.
268
ALOKASI WAKTU: 1 JP (@ 45 MENIT)
TAHAPAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
269
Paparan Simulasi Kerja Kelompok
Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian
autentik.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching.
270