Anda di halaman 1dari 4

Resume Seminar Accounting UPH X ACCA

“The Trending Critical Role of Non-Financial Disclosure in Financial Reporting”

Kelompok 6
Chandler Eripto 01012180104
Gregorius Abell 01012180106
Jeanne Natalie Putri 01012180113
Vallerie Audrey 01012180089
Yoren 01012180102

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


KARAWACI
2021
SUMMARY (Kelompok 6)

Seminar ini berfokus pada topik non-financial disclosure yang difokuskan pada tema
climate change untuk sustainability perusahaan pertambangan. Tantangan bagi banyak
perusahaan adalah untuk dapat memuaskan permintaan investor mereka dalam memenuhi
sustainability jangka panjang. Laporan tahunan sebuah perusahaan adalah dokumen yang sangat
penting bagi para investor dan pemangku kepentingan untuk mengetahui kesehatan dan
perkembangan sebuah perusahaan. Selain angka-angka finansialnya, informasi dapat ditulis
dalam laporan keuangan, yang diharuskan untuk ditulis secara jujur dan transparan. Sejauh ini,
data finansialnya lebih banyak diperhatikan oleh orang-orang, namun seminar yang
diselenggarakan oleh UPH dan ACCA, Bpk. Adhitya Fadriansyah, Ibu Lany Harijanti, dan Mr.
Brad Denig berbicara mengenai pentingnya data non finansial pada suatu laporan tahunan.

Non-financial disclosure sama pentingnya, atau bahkan bisa lebih penting, dengan
financial disclosures dalam laporan keuangan perusahaan. Salah satu fungsinya adalah yaitu
dapat digunakan untuk menunjukkan perubahan climate change akibat perusahaan dalam laporan
keuangannya. Nomor tidak dapat memberi tahu segalanya tentang usaha yang dijalankan
perusahaan, seperti bagaimana memikirkan tentang sustainability dapat berdampak besar kepada
perusahaan secara jangka panjang, termasuk financial disclosures nya. Membuat sustainability
menjadi tujuan penting dalam sebuah perusahaan juga akan berdampak baik bagi segi reputasi
perusahaan tersebut.

Namun tidak banyak perusahaan yang telah melaporkan atau membicarakan isu climate
change yang dapat mempengaruhi laporan keuangan mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Bpk.
Adhitya Fadriansyah, terdapat penelitian terhadap 60 laporan tahunan 2019 yang public listed
dan yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi tentang pernyataan CEO serta
laporan strategi perusahaan. Disini model bisnis dijelaskan. Dari hasilnya ditemukan bahwa 26
perusahaan telah mengikuti TCFD (Taskforce on Climate Related Financial Disclosures), yang
merupakan hal baik. Akan tetapi sangat sedikit perusahaan yang membahas mengenai dampak
climate change. Untuk analisis skenario nya, 25% menyebut climate risk, namun hanya 10%
yang melakukan analisis kuantitatif terhadap dampaknya. Selain itu, hanya 60% mengidentifikasi
climate change dalam model bisnisnya, dan 26 perusahaan menghubungkan target iklim dengan
insentif manajemen. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pada kesimpulan bagian
pertama perusahaan mengakui dampak perubahan iklim sampai batas tertentu, pada bagian kedua
informasi yang diberikan dan pertimbangannya masih jauh dari lengkap.

Contoh yang digunakan dalam seminar ini adalah mengenai industri ekstraktif yang
mengambil mineral, batu bara, minyak bumi, dan sebagainya langsung dari bumi. Mr. Brad
Denig memberikan gambaran pendapatan dari beberapa perusahaan pertambangan, dan
perusahaan yang mendapatkan pendapatan paling tinggi adalah perusahaan yang ‘paling bersih’
dan mempertimbangkan sustainability dalam bisnisnya. Diperkirakan bahwa pada tahun 2040,
permintaan bagi perusahaan-perusahaan dalam industri ekstraktif akan lebih mengarah kepada
penggunaan mesin-mesin berteknologi bersih (clean technology) seperti nickel, lithium, copper,
manganese, dan lainnya yang menghasilkan emisi gas rumah kaca paling sedikit.

GRI (Global Reporting Initiative) merupakan organisasi non profit yang dibuat akibat
kasus Exxon Valdez, dan bertujuan untuk dijadikan bahasa umum global untuk transparansi
korporasi agar dapat membantu bisnis dan organisasi lain memahami dan mengkomunikasikan
dampak sustainability mereka. GRI menetapkan standar pelaporan sustainability bagi perusahaan
agar laporan tersebut konsisten dan kredibel, dan merupakan alat yang digunakan oleh lebih dari
73% perusahaan-perusahaan terbesar di dunia untuk melaporkan sustainability. Dalam standar
pelaporan sustainability, materialitas adalah prinsip dasar yang memutuskan apabila informasi
tersebut layak dan penting untuk dimasukkan ke dalam laporan. Materialitas suatu topik dapat
dinilai sesuai dengan signifikansi dampaknya pada ekonomi, lingkungan dan sosial, serta
pengaruhnya terhadap penilaian dan keputusan pemangku kepentingan.

Dalam pelaporan keberlanjutan, materialitas adalah prinsip yang menentukan topik


relevan mana yang cukup penting sehingga penting untuk dilaporkan. Tidak semua topik
material memiliki kepentingan yang sama, dan penekanan dalam laporan diharapkan
mencerminkan prioritas relatifnya. Materialitas menilai topik berdasarkan dua dimensi berikut:
1. Signifikansi dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi.
2. Pengaruh substansial terhadap penilaian dan keputusan pemangku kepentingan.
______________________________________________________

Pertanyaan yang diajukan ke Pembicara:

1. Apakah ketentuan ketentuan GRI bisa berdampak bagi perusahaan segmen tertentu?
Jawaban: Tidak sempat dijawab dalam seminar.

2. What are the challenges a company is likely to face if they are considering to transition to
a cleaner and a more sustainable business?
Jawaban (dibalas melalui chat): Supporting policy environment, knowledge, and culture.

Anda mungkin juga menyukai